Kebijakan Publik TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Publik

Menurut Soenarko 2000:35, kata Public Policy, sebenarnya belum mendapatkan arti yang tepat di Indonesia dan ada beberapa ahli yang memperdebatkan tetapi ada juga beberapa ahli yang tidak terlalu mengindahkan arti kata public policy namun bagi mereka yang penting tetap berpegang pada esensi “public policy” itu sendiri dan salah satu cara yang efektif untuk memahami kebijakan public adalah dengan memahami aneka definisi public policy. Dalam buku berjudul “Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara ” oleh Islamy, public policy diartikan sebagai kabijaksanaan Negara dan tentu masih banyak lagi para ahli yang mencoba mengajukan ide-ide tentang arti kata Public Policy. Sama halnya dengan arti dari public policy, pengertian dari kata tersebut juga berbeda-beda. Diantaranya adalah menurut Mustopadidjaja 2003:5 public policy diartikan sebagai berikut. “Suatu keputusan yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu, atau untuk mencapai kegiatan tertentu, yang dilakukan oleh instansi yang berkewenangan dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan Negara dan pembangunan”. Menurut Anderson kebijakan publik sebagai arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan Winarno, 2007:18. Sehingga menurut Anderson, konsep kebijakan publik ini mempunyai beberapa implikasi, yakni sebagai berikut. 1. Titik perhatian dalam membicarakan kebijakan publik berorientasi pada maksud atau tujuan bukan pada perilaku serampangan. 2. Kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang tersendiri. 3. Kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah 4. Kebijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif atau negatif. Secara positif, kebijakan mungkin mencakup satu keputusan oleh pejabat-pejabat pemerintah, tetapi tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukan keterlibatan pemerintah. Dengan kata lain, pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk melakukan campur tangan dalam bidang- bidang umum maupun khusus Winarno, 2007:20-21. Menurut Winarno 2007:32-34, proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu beberapa ahli membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap yakni penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan-tahapan kebijakan akan diuraikan di bawah ini. 1. Pertama, pada tahap penyusunan agenda ini para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama. 2. Kedua, pada tahap formulasi kebijakan ini masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan policy alternatives policy options yang ada. Dalam tahap ini masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing- masing aktor akan ”bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik. 3. Ketiga, tahap adopsi kebijakan. Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukunga dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan. 4. Keempat, pada tahap implementasi kebijakan ini sebuah program kebijakan harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap ini berbagai kepentingan akan bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana implementors, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana. 5. Kelima, tahap evaluasi kebijakan. Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah yang dihadapi masayarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan. Dari tahap-tahap kebijakan publik yang telah dipaparkan sebagaimana di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijaksanaan pemerintah haruslah baik, atau karena keinginan, pendapat dan kehendak dalam masyarakat itu berbeda- beda, maka pengambilan keputusannya haruslah sebaik mungkin. Yang menjadi ukurannya adalah kepentingan masyarakat public interest. Karena memang pemerintah itu mendapat kekuasaan dari rakyat, pada gilirannya pemerintah harus melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kehendak rakyat untuk kepentingan rakyat. Seperti apa yang diungkapkan Laswell dan Kaplan dalam Subarsono, 2005:3 bahwa kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika- praktika sosial yang ada dalam masyarakat. Ketika kebijakan publik berisi nilai- nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan publik harus mampu mengakomodasi nilai-nilai dan praktika-praktika yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Konsep kebijakan publik digunakan dalam penelitian ini karena program kerja Kecamatan Banyuwangi Tahun 2013 merupakan salah satu bentuk kebijakan publik yang ada di tataran kecamatan yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu, atau untuk mencapai kegiatan tertentu, yang dilakukan oleh instansi Kecamatan Banyuwangi dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan negara dan pembangunan.

2.2. Implementasi Kebijakan Publik