tidak ada koordinasi dengan pihak luar memang karena ya itu tadi dadakan programnya”
Pernyataan Bagus Sudartono dan Goenawan di atas dibenarkan Abdul Azis selaku Camat Banyuwangi pada tanggal 28 Oktober 2014 berikut ini.
“Dalam pelaksanaan program ini memang tidak ada koordinasi dengan pihak manapun, termasuk Kelurahan-Kelurahan yang ada
di Kecamatan Banyuwangi karena programnya mendadak sehingga wajar jika tidak banyak pihak yang mengetahui program
ini. Dari pengalaman ini, maka bisa kita petik hikmahnya bahwa untuk kesuksesan suatu program maka perlu disosialisasikan dan
dikoordinasikan dengan masyarakat dan stakeholder
lainnya” Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, tidak ada komunikasi
formal maupun informal antara pihak Kecamatan Banyuwangi dengan Lurah maupun pihak Kelurahan yang ada di Kecamatan Banyuwangi tentang program
perpustakaan keliling sehingga banyak pihak yang tidak mengetahui kapan jadwal perpustakaan ini dan apa tujuan yang ingin dicapainya. Malah pihak Kelurahan
maupun Lurah ini tahu program ini ketika sudah diimplementasikan, namun tidak semuanya mengetahui.
4.2.4 Karakteristik Badan Pelaksana
Karakteristik badan atau instansi pelaksana dalam hal ini Kantor Kecamatan Banyuwangi adalah bagaimana dan unsur apa saja yang
mempengaruhi badan tersebut dalam melaksanakan implementasi program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan melalui perpustakaan
keliling. Mengenai masalah sosialisasi program yang dilakukan pihak Kecamatan Banyuwangi, peneliti melakukan wawancara dengan Bagus Sudartono selaku
koordinator program perpustakaan keliling pada tanggal 28 Oktober 2014 yang menyatakan bahwa:
“program perpustakaan keliling ini adalah program spontan karena program ini dilakukan begitu saja di akhir tahun karena
dana yang tersedia masih banyak. Jadi program ini memang tidak dianggarkan awalnya, sehingga tidak ada sosialisasi maupun
koordinasi dengan pihak lain terkait adanya program ini.”
Kemudian pernyataan di atas diperkuat oleh Imron Rosidi selaku tenaga pelaksana program perpustakaan keliling yang peneliti wawancarai pada tanggal
28 Oktober 2014 yang menyatakan bahwa: “tidak ada sosialisasi apapun terkait adanya program ini karena
program ini memang tidak direncanakan oleh pihak Kecamatan Banyuwangi di tahun 2013. Jadi wajar jika banyak pihak yang
tidak tahu tentang program ini, saya saja kaget kok ada program ini di penghujung tahun.”
Untuk mengecek kebenaran informasi, maka peneliti melakukan teknik
keabsahan data melalui triangulasi dengan sumber. Triangulasi ini dilakukan dengan mengecek informasi tersebut kepada beberapa sumber data dengan metode
yang sama wawancara mendalam yakni dengan pihak Kelurahan Tukang Kayu yang peneliti wawancarai pada tanggal 1 November 2014 yang menyatakan
bahwa: “tidak ada koordinasi ataupun sosialisasi program perpustakaan
keliling yang dilakukan pihak Kecamatan Banyuwangi kepada kami. Dan memang program ini setau saya tidak ada dalam renja
Kecamatan Banyuwangi ta
hun 2013” Hal senada juga dinyatakan oleh Ayub salah satu warga masyarakat
Kecamatan Banyuwangi yang peneliti wawancarai pada tanggal 3 November 2014 yang menyatakan bahwa:
“Saya tahu program ini satu kali di depan kodim namun sebelum adanya program ini, saya tidak pernah mendapatkan sosialisasi
maupun informasi apapun terkait program perpustakaan keliling. Pernyataan Lurah tukang Kayu dan Ayub di atas diperkuat dengan
pernyataan Camat Banyuwangi yang peneliti wawancarai pada tanggal 3 November 2014 berikut ini.
“Intinya tidak ada sosialisasi, koordinasi, ataupun hal-hal lain yang mengawali program ini sebelum diimplementasikan karena
programnya mendadak. Aslinya program ini tidak ada dalam Renja Kecamatan Banyuwangi tahun 2013, namun karena waktu itu dana
masih banyak maka digagaslah program ini oleh Goenawan selaku Kepala Bidang Sosial Budaya.
Kemudian hal lain mengenai karakteristik badan pelaksana ada beberapa
unsur yang mempengaruhi organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan.
Untuk mengetahui hal tersebut peneliti melakukan wawancara dengan Bagus Sudartono selaku koordinator kegiatan pada tanggal 28 Oktober 2014 yang
menyatakan bahwa: “Karena program ini sifatnya mendadak, jadi pelaksana
programnya juga saya bentuk secara mendadak. Jadi karyawan Kecamatan Banyuwangi yang saya rasa tidak banyak pekerjaan di
kantor itulah yang saya terjunkan untuk mengawal program ini. Jadi memang tidak jelas strukturnya, pokok ada pelaksana gitu
saja” Pernyataan di atas diperkuat oleh penyataan Indah Pratiwi selaku tenaga
pelaksana kegiatan yang peneliti wawancarai pada tanggal 28 Oktober 2014 yang menyatakan bahwa:
“Struktur organisasi pelaksana program ini tidak ada karena dibentuk mendadak. Jadi saya dan teman-teman pelaksana lain
yang ditunuk Bapak slamet untuk mengawal program ini adalah karyawan yang tugasnya tidak banyak waktu itu .”
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa karakteristik badan pelaksana dalam hal ini adalah pihak Kecamatan Banyuwangi mengimplementasikan program perpustakaan keliling ini
di akhir tahun dan tanpa konsep yang jelas, sehingga tidak banyak pihak yang terkait dalam program. Oleh karena itu, program perpustakaan keliling ini tidak
banyak yang tahu baik dari unsure pemerintah maupun masyarakat karena tidak ada sosialisasi ataupun info tentang program ini sebelumnya.
4.2.5 Kondisi-Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Politik