10
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Apakah mekanisme corporate governance kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan komisaris independen, kualitas Kantor Akuntan
Publik dan audit tenureberpengaruh secara parsial terhadap integritas laporan keuangan?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan permasalahan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari mekanisme corporate
governance kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan komisaris independen, kualitas Kantor Akuntan Publik dan audit tenure
secara parsial terhadap integritas laporan keuangan.
1.4. Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi Penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis
khususnya mengenai pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap integritas laporan keuangan.
2. Bagi Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi di dalam melakukan penelitian sejenis serta menambah pengetahuan dengan memberikan gambaran dan bukti empiris mengenai
11
integritas laporan keuangan. 3.
Bagi Perusahaan, dengan dilakukannya penelitian mengenai mekanisme penerapan corporate governance diharapkan dapat dijadikan bahan
evaluasi atas pentingnya penerapan corporate governance. 4.
Bagi Investor, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam keputusan invetasi pada perusahaan-
perusahaan yang menerapkan corporate governance. 5.
Bagi Pemerintah atau Bapepam, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mengawasi dan menanggulangi tindak kecurangan
fraud. 6.
Bagi Kantor Akuntan Publik, untuk pihak kantor akuntan publik dapat memberikan masukan untuk lebih melakukan tugasnya secara profesional
dan menjaga independensinya dalam mengaudit.
12
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan agency theory yaitu hubungan antara pemilik principal dan manajemen agent. Teori agensi menyatakan bahwa
apabila terdapat pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka akan muncul
permasalahan agensi karena masing-masing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalkan fungsi utilitasnya. Menurut Jensen dan
Meckling 1976 dalam Gideon 2005:177 menyatakan bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang
saham shareholders dan antara manajer dan pemberi pinjaman bondholders. Dengan adanya perkembangan perusahaan yang semakin
besar maka sering terjadi konflik antara prinsipal dalam hal ini adalah para pemegang saham investor dan pihak agent yang diwakili oleh
manajemen direksi. Agen dikontrak melalui tugas tertentu bagi prinsipal serta mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh prinsipal.
Prinsipal mempunyai kewajiban untuk memberi imbalan kepada agen atas jasa yang telah diberikan oleh agen. Adanya perbedaan kepentingan antara
agen dan prinsipal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya konflik keagenan. Prinsipal dan agen sama-sama menginginkankeuntungan yang
sebesar-besarnya. Prinsipal dan agen juga sama-sama menghindari adanya
13
risiko. Eisenhardt 1989 dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007:5
menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: 1 manusia pada umumya mementingkan diri sendiri self interest, 2
manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality, dan 3 manusia selalu menghindari resiko
riskaverse. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan
kepentingan pribadinya. Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik pemegang saham. Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi
seperti laporan keuangan. Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi dapat menjadi pemicu munculnya suatu kondisi yang disebut
sebagai asimetri informasi information asymmetry. Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu
munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi information asymmetry. Baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai
rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang
tidakdiharapkan oleh pemilik sehingga terdapat kecenderungan untuk
14
memanipulasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen dalam hal ini adalah
akuntan publik. Tugas dari akuntan publik auditor memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir
adalah opini audit. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan
untuk memahami corporate governance. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa
berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan. Menurut Shleifer dan Vishny 1997 dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007:6, corporate governance berkaitan dengan bagaimana para
investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencurimenggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan danakapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan
berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk
menekan atau menurunkan biaya keagenan agency cost dan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan dan harga sahamnya.
15
2.1.2. Corporate Governance Pengertian corporate governance menurut Griffin dalam Susiana dan
Herawaty, 2007:7 adalah: “ The roles of shareholders, directors and other managers in corporate
decision making” . Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang
dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha atau berkarya. Pada prinsipnya tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai bagi pihak
yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang
berkepentingan. Corporate governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang mendefinisikanhubungan antara pemegang saham, manajer,
kreditor, pemerintah karyawan, dan stakeholder internal maupun eksternal lain, mengenai hak dan kewajiban mereka, atau sistem di mana perusahaan
diatur directed dan dikendalikan controlled, tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi stakeholder Forum For Corporate
Governance, 2001:2. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117M-MBU2002
mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh suatu organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan
usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai- nilai etika.
16
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development OECD, Corporate Governance adalah:
“One key element in improving economic efficiency and growth as well as enhancing investor confidence that involves a set of relationships
between a company’s management, its board, its shareholders and other stakeholders and also provides the structure through which the objectives of
the company, the means of attaining those objectives and monitoring performance.”
1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun dan
investment banking Veronica dan Utama, 2005:6. Persentase saham institusi diperoleh dari penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang
dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun di luar negeri Susiana dan Herawaty, 2007:8. Melalui proses monitoring secara efektif,
kepemilikan institusional mampu untuk mengendalikan pihak manajemen sehingga dapat mengurangi tindakan manajemen laba. Persentase saham
tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi
sesuai kepentingan pihak manajemen Gideon, 2005:175. Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan Corporate
Governance yang kuat yang bisa digunakan untuk memonitor perusahaan pada umumnya dan manajemen pada khususnya. Tindakan monitoring tersebut
dapat menjamin kemakmuran untuk pemegang saham. Adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional menyebabkan penggunaan utang
menurun. Hal ini karena peranan utang sebagai salah satu alat
17
monitoring sudah diambil alih oleh kepemilikan institusional. Tindakan monitoring oleh pihak investor institusional dapat
mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manajer sehingga manajer dapat lebih memfokuskan
perhatiannya terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta dapat
digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan para pemegang saham. Nesbitt dalam Jamaan, 2008:13 menemukan adanya bukti
yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor institusional dapat membatasi perilaku para
manajer. Penelitian yang dilakukan Jama’an 2008 menyimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan institusional dengan
integritas laporan keuangan.
2. Kepemilikan Manajer ial
Midiastuty Machfoedz 2003:177 mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara
aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi. Kepemilikan saham oleh perusahaan merupakan mekanisme
yang dapat digunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Persentase kepemilikan saham ini
merupakan persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi
Susiana Herawaty, 2007:8.
18
Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu menyatukan kepentingan antara manajer
dan pemegang saham, yang berarti semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut. Adanya
kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat menjadi salah satu upaya dalam mengurangi masalah keagenan dengan manajer dan menyelaraskan
kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen
cenderung giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri Ross 1999 dalam Tarjo 2002:278.
Kepemilikan perusahaan juga terkait dengan pengendalian operasional perusahaan. Dengan semakin besarnya kepemilikan manajer,
maka manajer dapat lebih leluasa dalam mengatur pemilihan metode akuntansi, serta kebijakan-kebijakan akuntansi penting terkait dengan masa depan
perusahaan. Untuk memperbaiki corporate governance adalah dengan meyakinkan bahwa perusahaan memiliki satu atau lebih pemegang saham
besar. Penelitian yang dilakukan oleh Susiana Herawati 2007 dan Jama’an 2008 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
kepemilikan manajerial dengan integritas laporan keuangan. 3.
Komite Audit Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan
direksi untuk mengaudit operasi dan keadaan Susiana dan Herawaty, 2007:8. Badan ini bertugas memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor
19
akuntan publik. Komite audit adalah suatu badan yang dibentuk didalam perusahaan klien yang bertugas untuk memelihara independensi akuntan
pemeriksa terhadap manajemen. Dalam pedoman pembentukan komite audit yang efektif
KNKG, 2006 dijelaskan bahwa komite audit yang dimiliki perusahaan paling sedikit beranggotakan tiga orang, yang diketuai oleh komisaris
independen perusahaan dengan anggota lainnya merupakan orang eksternal yang independen terhadap perusahaan serta menguasai dan
memiliki latar belakang keuangan dan akuntansi. Pengetahuan yang dimiliki komite audit diharapkan mampu
memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern
perusahaan. Supriyono dalam Susiana dan Herawati, 2007:8 menjelaskan tujuan pembentukan komite audit antara lain:
1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan
sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum, 2.
Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai, 3.
Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang meterial di bidang keuangan dan implikasi hukumnya, dan
4. Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.
Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggungjawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan
dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku
20
terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan
informasi lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2002. Pembentukan komite audit dan komisaris independen sudah
diatur dalam regulasi-regulasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia dan Bapepam, antara lain sebagai berikut:
1. Keputusan Nomor Kep-315BEJ062000 perihal Peraturan Pencatatan
Efek Nomor I-A yang antara lain mengatur tentang kewajiban mempunyai Komisaris Independen, Komite Audit, memberikan peran
aktif Sekretaris Perusahaan di dalam memenuhi kewajiban keterbukaan informasi serta mewajibkan perusahaan tercatat untuk
menyampaikan informasi yang material dan relevan. 2.
Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-03PM2000 tentang Komite Audit yang berisi himbauan perlunya komite Audit dimiliki
oleh setiap Emiten. 3.
Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-07PM2004 yang dijelaskan dalam peraturan Nomor IX.I.5 tentang pembentukan dan
pedoman pelaksanaan kerja komite audit. Dengan dibentuknya komite audit merupakan salah satu upaya
auditor dalam mempertahankan independensinya Susiana Herawaty, 2007:9. Sesuai dengan fungsi komite audit di atas, keberadaan komite audit
21
dalam perusahaan dapat mempengaruhi kualitas dan integritas laporan keuangan yang dihasilkan.
4. Komisar is Independen
Definisi komisaris independen menurut ketentuan Bapepam No. Kep29PM2004 adalah:
“Anggota komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau
perusahaan publik, tidak mempunyai afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, komisaris, direksi atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan
publik serta tidak memiliki hubungan usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.”
Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap
pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait Susiana Herawati, 2007:9.
Menurut Weisbach 1988 dalam Arifin 2005:40, komisaris independen dalam suatu perusahaan harus benar-benar independen sehingga
dapat menolak pengaruh, intervensi dan tekanan dari pemegang saham utama yang memiliki kepentingan tertentu. Sebagai bagian dari organ
pengawasan, komisaris independen diharapkan memiliki perhatian dan komitmen penuh dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Untuk itu
komisaris independen perusahaan merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan, kemampuan, waktu dan integritas yang tinggi.
Keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan bahwa
22
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham
yang dimiliki pemegang saham yang minoritas bukan controlling shareholders. Dalam peraturan ini persyaratan jumlah minimal komisaris
independen adalah 30 dari seluruh anggota dewan komisaris. Beberapa kriteria tentang komisaris independen adalah sebagai
berikut: a.
Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali
controlling shareholders perusahaan tercatat yang bersangkutan, b.
Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur danatau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan,
c. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada
perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan,
d. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan
dibidang pasar modal, dan e.
Komisaris independen disusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali bukan
controlling shareholders dalam Rapat Umum pemegang Saham RUPS. Fungsi komisaris independen yang sebenarnya, yaitu menilai
kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan Siregar dan Utama, 2005:9. Adanya komisaris independen dalam suatu perusahaan dapat
23
menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang
terkait. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi integitas suatu laporan
keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen cenderung lebih berintegritas, karena didalam perusahaan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak pihak-pihak diluar manajemen
perusahaan Susiana dan Herawaty, 2007:9. 2.1.3. Kualitas Kantor Akuntan Publik
Kualitas kantor akuntan publik, dalam penelitian ini mengacu pada KeputusanMenteri Keuangan Nomor 423KMK.062002 yang mengatur Jasa
Akuntan Publiksebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359KMK.062003 perlu mengatur kembali Jasa Akuntan Publik
dengan menggantiKeputusan Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan, Nomor:17PMK.012008 tentang Jasa AkuntanPublik pasal 1.
Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dariMenteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan
MenteriKeuangan ini. Sehingga dalam penelitian ini jumlah patner sekutu yang mempunyaiizin akuntan dalam badan usaha menjadi ukuran kualitas
kantor akuntan publik yangmenjadi sampel penelitian. Kualitas kantor akuntan publik dalam penelitian ini juga mengacu
pada KAP name atau audit brand name yang tercermin dari kerjasama
24
dengan Kantor Akuntan Publik Asing KAPA dan Organisasi Audit Asing OAA. KAP yang mencantumkan nama KAPA atau OAA pada nama
kantor, kepala surat dokumen, dan media lainnya diasumsikan sebagai big KAP, setelah mendapat persetujuan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
Jama’an, 2008:16. Spesialisasi industri adalah atas banyaknya jasa atestasi atau
banyaknya klien industri sejenis dengan yang dikerjakan atau ditangani oleh auditor KAP dalam tahun pengamatan, juga menjadikan ukuran dalam
penelitian ini kualitas kantor akuntan publik terhadap integritas informasi laporan keuangan. Aspek spesialisasi industri ini dapat mempengaruhi
kualitas audit oleh KAP, disamping karekteristik industri yang berpengaruh pada suatu perusahaan lebih besar dibanding perusahaan dengan perusahaan lain.
Adanya perbedaan ini membutuhkan keahlian tertentu untuk bisa mendeteksi dengan lebih baik seberapa besar pengaruh tersebut Mayangsari, 2003:1259.
Kombinasi antara faktor-faktor khusus perusahaan dan industri menghasilkan variasi permintaan terhadap monitoring serta
konsekuensinya pada kualitas audit Craswell et al, 1995 dalam Mayangsari 2003:1259. Spesialisasi industri yang dimiliki oleh kantor akuntan
mempunyai dampak positif karena dapat meningkatkan audit fee. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan berbagai
tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien terhadap kualitas audit. Penelitian-penelitian sebelumnya membedakan
kualitas auditor berdasarkan perbedaan big five dan non big five dan ada juga
25
yang menggunakan spesialisasi industri auditor untuk memberi nilai bagi kualitas audit ini seperti penelitian Mayangsari 2003.
Teoh 1993 dalam Giri 2010:11 berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings, yang diukur dengan Earnings
Response Coefficient ERC. Penelitian kali ini menilai kualitas auditor berdasarkan pengelompokkan auditor bigfour dengan non big four,
dikarenakan salah satu KAP big five yaitu Arthur Andersen telah dinyatakan collapsed. Teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara
ukuran KAP dengan kualitas audit. Setiap Kantor Akuntan Publik KAP big four sekarang ini mempunyai kemampuan melayani pasar
internasional. Menurut Tampubolon 2010:27, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia, big four ini berafiliasi dengan KAP Indonesia,
yaitu sebagai berikut: 1.
Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Oesman, Ramli, Satrio.
2. Ernst Young EY, dengan partnernya di Indonesia Purwantono,
Sarwoko, dan Sandjaja. 3.
Price Waterhouse Coopers PWC, dengan partnernya di Indonesia Haryanto Sahari, Tanudiredja dan Wibisana.
4. Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG International, dengan
partnernya di Indonesia Siddharta, dan Harsono.
26
2.1.4. Audit Tenure
Audit tenure adalah lamanya auditor melakukan audit pada perusahaan klien. Ketentuan mengenai audit tenure telah dijelaskan dalam Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359KMK.062003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut-turut dan oleh
seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.012008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 enam tahun buku berturut-turut,
dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali
penugasan audit umum untuk klien setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut.
Audit Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor. Federasi Akuntan Internasional IFAC mengeluarkan
suatu dokumen Rebuilding Public Confidence in Financial Reporting, dimana IFAC menganggap kekerabatan antara auditor dengan klien sebagai suatu
ancaman bagi independensi auditor. Perhatian IFAC yang utama adalah kekerabatan yang berlebihan itu dapat mengakibatkan keragu-raguan atau
kepuasan auditor untuk menghadapi tantangan sewajarnya. Dengan demikian, untuk mengurangi tingkatan keragu-raguan diperlukan suatu audit yang efektif
27
IFAC, 2003 dalam Astria, 2011:41. Carey dan Simnett 2006 berpendapat ada dua faktor utama yang
menimbulkan timbulnya hubungan yang negatif antara hubungan auditor-klien dan kualitas audit yaitu pengikisan independensi yang mungkin muncul
seiring dengan berkembangnya hubungan pribadi antara auditor dan klien mereka dan berkurangnya kapasitas auditor untuk memberikan penilaian
kritikal. Hubungan yang lama antara perusahaan dengan kantor akuntan dapat mengarahkan pada kedekatan antara kantor akuntan dengan manajemen
perusahaan sehingga membuat sikap independen menjadi sulit untuk diterapkan oleh kantor akuntan Dao et al, 2008.
2.1.5. Integritas Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen
dengan pihak luar perusahaan tentang data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu. Ikatan Akuntan Indonesia IAI, 2002 dalam
PSAK No.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan ekonomi oleh para
28
pengguna laporan keuangan apabila informasi yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut memenuhi karakteristik kualitatif informasi
akuntansi. Dalam Statementof Financial Accounting Concept SFAC No.2 mengenai QualitativeCharacteristic OF Accounting Information, terdapat
dua hal yang menjadi kualitas primer dalam suatu laporan keuangan, yaitu relevansi relevance dan keandalan reliability Kieso dan Weygandt,
2001:38. Relevansi merujuk pada kemampuan informasi akuntansi untuk mempengaruhi keputusan pembaca laporan keuangan dengan mengubah atau
membantu mengkonfirmasi harapan tentang hasil atau konsekuensi suatu tindakankejadian.
Relevansi informasi dapat diukur dalam kaitannya dengan maksud penggunaan informasi tersebut. Artinya jika suatu informasi tidak relevan
dengan kebutuhan pengambil keputusan, maka informasi akuntansi yang dapat diandalkan, yaitu informasi akuntansi yang bebas dari kesalahan dan
penyimpangan serta merupakan suatu penyajian yang jujur. Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas
reliability Kieso, 2001:38 dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Reliability memiliki kualitas sebagai berikut:
a. Verifiability
Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang sama dengan laporan keuangan entitas lain, akan mendapat opini yang sama
jika diaudit oleh auditor yang berbeda.
29
b. Representational faithfullness
Angka dan keterangan yang disajikan sesuai dengan apa yang ada dan benar-benar terjadi.
c. Neutrality
Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan
pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang
menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan. Terkait dengan integritas
laporan keuangan, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang memiliki integritas yang tinggi maka telah memenuhi dua karakteristik utama dalam
suatu laporan keuangan. Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi akan dapat
diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingg memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung pada informasi
tersebut. Oleh karena itu, informasi yang memiliki integritas yang tinggi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan pembaca laporan
keuangan untuk membantu membuat keputusan. Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan disajikan menunjukkan
informasi yang benar dan jujur Mayangsari, 2003:1257. Mulyadi 2004 dalam Jam’an 2008: 32 mendefinisikan bahwa:
“integritas adalah prinsip moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan
30
mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya.” Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun
demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya
diukur dengan manajemen laba. Menurut Mayangsari 2003:1257 laporan keuangan yang reliable
atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning management karena informasi dalam
laporan keuangan akan lebih reliable apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak overstate supaya tidak ada
pihak yang dirugikan akibat informasi dalam laporan keuangan tersebut. 2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan mekanisme corporate governance, kualitas Kantor Akuntan Publik dan audit tenureyang
ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
31
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian Wuchun,
Chiawen, dan
Taychang 2007
What Affects Accounting
Conservatism: A Corporate
Governance Perspective
Independen : Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan
Manajerial Dependen :
Akuntansikonserva tif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional dan ukuran dewan yang
lebih besar memiliki permintaan terhadap
akuntansi yang kurang konservatif. Sedangkan
kepemilikan manajerial dan dualitas CEO
memiliki permintaan yang besar terhadap akuntansi
konservatif.
Khanifah 2007
Pengaruh Masa Penugasan
Kantor Akuntan
Publik, Kepemilikan
Manajemen, danKeberadaan
Komite Audit Terhadap
Kualitas Laba. Independen :
Masa Penugasan Kantor Akuntan
Publik tenure, Kepemilikan
Manajerial dan Komite Audit.
Dependen : Kualitas Laba.
Hasil penelitian ini jika menggunakan model nilai
absolut unexpected accrual terdapat pengaruh
audit tenure terhadap kualitas laba, kepemilikan
manajemen dan keberadaan komite audit
tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.
Untuk model persistencycurrentaccrual
s, terdapat pengaruh kepemilikan manajemen
terhadap kualitas laba, audit tenure dan
keberadaan komite audit tidak berpengaruh
terhadap kualitas laba.
32
Susiana dan
Herawaty 2007
Analisis Pengaruh
Independensi, Mekanisme
CorporateGove rnance dan
Kualitas Audit Terhadap
Integritas Laporan
Keuangan. Independen :
Independensi, Mekanisme
CorporateGoverna nce dan Kualitas
Audit Dependen :
Integritas Laporan Keuangan.
Penelitian ini menghasilkan hasil bahwa
independensi auditor, mekanisme
corporategovernance dan kualitas audit memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap
integritas laporan keuangan.
Jama’an 2008
Pengaruh Mekanisme
CorporateGov ernance, dan
Kualitas Kantor
Akuntan Publik
Terhadap Integritas
Informasi Laporan
Keuangan. Independen :
Mekanisme CorporateGoverna
nce, dan Kualitas Kantor
Akuntan Publik Dependen :
Integritas Informasi Laporan
Keuangan. Hasil penelitian
menemukan pengaruh antara mekanisme
corporate governance kepemilikan
institusional,komisaris independen dankomite
audit serta kualitas Kantor Akuntan Publik
menunjukkan hasil yang positif signifikan.
Guna dan Herawaty
2010 Pengaruh
Mekanisme CorporateGov
ernance, Independensi
Auditor, KualitasAudit
dan Faktor Lainnya
Terhadap Manajemen
Laba.
Independen : Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan
Manajerial, Komisaris
Independen, KomiteAudit,
Manajemen Laba, Independensi
Auditor, Leverage, Kualitas Audit,
Profitabilitas dan Ukuran
Perusahaan. Dependen :
Manajemen Laba.
Variabel kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komite audit, komisaris independen dan
independensi auditor tidak berpengaruh
terhadapmanajemen laba. Sedangkan variabel
leverage dan kualitas audit berpengaruh
terhadap manajemen laba.
33
2.3. Ker angka Konseptual Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
H1 H2
H3
H4
H5
H6
2.4. Hipotesis Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat
disimpulkan hipotesis dari penelitian ini adalah: H
1
: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. H
2
: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. H
3
: Komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. H
4
: Komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Mekanisme Corporate
Governance
Integritas Laporan
Keuangan Y
Kualitas Kantor Akuntan Publik X5
Kepemilikan Institusional X1
Kepemilikan Manajerial X2
Komite Audit X3
Komisaris Independen X4
Audit Tenure X6
34
H
5
: Kualitas Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
H
6
: Audit tenure berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. J enis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan
karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Tujuannya adalah pengujian hipotesis dan menjelaskan hubungan variabel-
variabel yang diteliti yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas Kantor Akuntan Publik, audit
tenure,sebagai variabel independen dan variabel dependen integritas laporan keuangan.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan cara mempelajari catatan-catatan atau dokumen-
dokumen perusahaan sesuai dengan data yang diperlukan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari www.idx.co.id.
3.3. Batasan Operasional
1. Faktor-faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan adalah mekanisme corporate governance kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas Kantor Akuntan Publik dan audit tenure.
2. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor industri barang konsumsi terdaftar di BEI selama tahun 2011, 2012 dan 2013
dan melaporkan laporan keuangan selama periode tersebut.
36
3. Periode pengamatan tahun 2011, 2012 dan 2013. 3.4. Defenisi Operasional
Menurut Erlina 2008 “defenisi operasional yaitu menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian.” Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain
Erlina, 2008. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Mekanisme Corporate Governance
Pengertian corporate governance adalah: “ The roles of shareholders, directors and other managers in corporate decision making” . Menurut
Griffin dalam Susiana dan Herawaty, 2007:7. Variabel ini merupakan variabel yang tidak diukur secara mandiri tetapi diukur dengan
menggunakan sub variabel. Sub variabel adalah bagian penjelas dari variabel penelitian yang sudah ditentukan. Adapun sub variabel tersebut yaitu:
1 Kepemilikan Institusional
Diukur dengan persentase saham yang dimiliki oleh institusikeuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun daninvestment
banking.Investor institusional dianggap sophisticated investorsyang tidak mudah “dibodohi” oleh tindakan manajer. Guna dan Herawati,
2010:5.
37
2 Kepemilikan Manajerial
Diukur dengan persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan komisaris
dan direksi. Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara
pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya. Susiana dan Herawaty, 2007.
3 Komite Audit
Komite audit menurut Kep.29PM2004 merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas
pengawasan dalam pengelolaan perusahaan. Komite audit ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dan diberi nilai 1 jika perusahaan
memiliki komite audit dan nilai 0 jika perusahaan tidak memiliki komite audit Susiana dan Herawaty, 2007.
4 Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang
saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata semi kepentingan perusahaan KNKG, 2004 dalam Guna dan Herawaty, 2010:6. Komisaris
independen ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dan diberi nilai 1 jika perusahaan mempunyai komisaris independen dan
38
nilai 0 jika perusahaan tidak memiliki komisaris independen Susiana dan Herawaty, 2007:13.
b. Kualitas Kantor Akuntan Publik Ukuran kantor akuntan publik diukur dengan melihat kantor akuntan
publik mana yang mengaudit laporan keuangan perusahaan. Ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini diklasifikasikan dengan
menggunakan variabel dummy yaitu perusahaan yang menggunakan jasa the big four diberi kode 1 dan perusahaan yang tidak menggunakan jasa non
the big four diberi kode 0. c.
Audit Tenure Audit tenure diartikan sebagai periode keterikatan antara kantor akuntan
publik dengan klien. Untuk mengukur variabel periode keterikatan kantor akuntan publik dengan klien,
dihitung dengan variabel dummy dan diberi nilai 1 jika perusahaan menggunakan jasa KAP yang samatetap serta
diberi nilai 0 jika perusahaan berpindah menggunakan jasa KAP. Dalam variabel ini peneliti menambah 1 satu tahun pengamatan yaitu laporan
keuangan tahun 2010.
2. Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau yang
dipengaruhi oleh variabel independen Erlina, 2008. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah integritas laporan keuangan, disimbolkan
dengan “Y”. Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur
Mayangsari. 2003:1257. Dalam penyajian laporan keuangan tidak ada
39
yang ditutup-tutupi atau disembunyikan, jadi dapat mengetahui keadaan perusahaan saat itu.
Dalam penelitian ini integritas laporan keuangan diukur dengan menggunakan konservatisme. Alasan untuk menggunakan
konservatisme adalah konservatisme identik dengan laporan keuangan yang understate yang resikonya lebih kecil daripada laporan keuangan
yang overstate sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan lebih reliable. Konservatisme dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala nominal yaitu 1 konservatif dan 0 optimis. Pengukuran konservatisme dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan asumsi. Asumsi yang dikemukakan antara lain: a.
Perusahaan yang menggunakan metode persediaan rata-rata akan lebih konservatif dibandingkan dengan yang menggunakan metode
FIFO. b.
Perusahaan yang menggunakan metode penyusutan saldo menurun relatif lebih konservatif dibanding dengan perusahaan yang
menggunakan metode garis lurus. c.
Perusahaan yang menggunakan metode amortisasi saldo menurun relatif lebih konservatif dibanding dengan perusahaan yang
menggunakan metode garis lurus. d.
Perusahaan yang mengakui biaya riset sebagai biaya pada tahun berjalan akan cenderung lebih konservatif dibanding perusahaan yang
mengakui biaya riset sebagai aktiva. Dari keempat asumsi diatas dapat disimpulkan, jika perusahaan
40
memenuhi empat, tiga, atau dua asumsi diatas, maka perusahaan tersebut digolongkan konservatif 1. Jika perusahaan hanya memenuhi satu
atau tidak memenuhi satu pun dari asumsi di atas maka perusahaan tersebut digolongkan optimis 0.
3.5. Skala Pengukur an Var iabel Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel
Jenis Variabel
Indikator Skala
Pengukuran
1 Kepemilikan
Institusional Independen
Persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh
lembaga lainnya Rasio
2 Kepemilikan
Manajerial Independen
Persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh
pihak manajemen Rasio
3 Komite Audit
Independen Variabel dummy,
keberadaan komite audit dalam perusahaan
Nominal
4 Komisaris
Independen Independen
Variabel dummy, keberadaan komisaris
independen dalam perusahaan
Nominal
5 Kualitas Kantor
Akuntan Publik Independen
Variabel dummy, Kantor Akuntan Publik Big Four
atau Kantor Akuntan Publik non Big Four
Nominal
6 Audit Tenure
Independen Variabel dummy,
perpindahan jasa KAP yang digunakan pada
perusahaan. Nominal
7 Integritas
Laporan Keuangan
Dependen Variabel dummy, bersifat
konservatif atau optimis Nominal
41
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
go publicyang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling yang dipilih berdasarkan
kriteria-kriteria sebagai berikut: 1.
Perusahaan menerbitkan laporan keuangantahun 2011, 2012 dan 2013. 2.
Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen.
3. Terdapat kelengkapan data pada annual report yang dibutuhkan berturut-
turut dari tahun 2011, 2012 dan 2013. Tabel 3.2
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No. Nama Perusahaan
Kode Kriteria
1 Kriteria
2 Kriteria
3 Sampel
1 Akasha Wira International Tbk
ADES √
√ √
1 2
Bentoel International Investama Tbk RMBA
√ √
√ 2
3 Cahaya Kalbar Tbk
CEKA √
√ √
3 4
Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA
√ √
- -
5 Davomas Abadi Tbk
DAVO -
- -
- 6
Delta Djakarta Tbk DLTA
√ √
√ 4
7 Gudang Garam Tbk
GGRM √
√ √
5 8
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP
√ √
√ 6
9 Indofarma Tbk
INAF √
√ √
7 10 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
ICBP √
√ √
8 11 Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF √
√ √
9 12
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
SIDO -
- -
- 13 Kalbe Farma Tbk
KLBF √
√ √
10 14 Kedaung Indah Can Tbk
KICI √
√ √
11
42
15 Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI
√ √
√ 12
16 Kimia Farma Tbk KAEF
√ √
√ 13
17 Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI
√ √
- -
18 Mandom Indonesia Tbk TCID
√ √
√ 14
19 Martina Berto Tbk MBTO
√ √
√ 15
20 Mayora Indah Tbk MYOR
√ √
- -
21 Merck Tbk MERK
√ √
- -
22 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI
√ √
- -
23 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
√ √
√ 16
24 Mustika Ratu Tbk MRAT
√ √
- -
25 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI
√ √
√ 17
26 Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN
- -
- -
27 Pyridam Farma Tbk PYFA
√ √
√ 18
28 Sekar Bumi Tbk SKBM
- -
- -
29 Sekar Laut Tbk SKLT
√ √
√ 19
30 Siantar TOP Tbk STTP
√ √
- -
31 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI
- -
- -
32 Tempo Scan Pacific Tbk TSPC
√ √
√ 20
33 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA
√ √
- -
34 Tri Banyan Tirta Tbk ALTO
- -
- -
35 Ultrajaya Milk Industry Trading
Company Tbk ULTJ
√ √
√ 21
36 Unilever Indonesia Tbk UNVR
√ √
√ 22
37 Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM
- -
- -
Sumber : www.idx.co.id Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas maka yang menjadi sampel
dalam penelitian ini berjumlah22 dari 37 perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2011, 2012 dan 2013 sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 66.
43
Tabel 3.3 Rincian Sampel Penelitian
No Keterangan
Jumlah 1
Perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdapat di BEI
dari tahun 2011, 2012 dan 2013
37 2
Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria
15 3
Sampel dalam penelitian
22 4
Tahun pengamatan
3 5
Jumlah sampel selama periode penelitian
66
Sumber: Data diolah 3.7. J enis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data dokumenter, sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan dari www.idx.co.id
. 3.8. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data pada penelitian ini, peneliti menggunakan data yang sudah tersedia. Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sumber eksternal yaitu Financial
Report perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2011, 2012 dan 2013 yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang diperoleh
dari situs Bursa Efek Indonesia BEI yaituwww.idx.co.id.
44
3.9. Teknis Analisis Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi logistik logistic regression,karena variabel dependennya berupa variabel
dummy0 dan 1 dan variabel independennya berupa gabungan antara variabel metrik dan non-metrik.
3.9.1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-
variabel dalam penelitian ini, yaitu tingkat integritas laporan keuangan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris
independen, kualitas Kantor Akuntan Publik dan audit tenure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Statistik deskriptif akan
memberikan gambaran umum dari setiap variabel penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata
mean, dan nilai standar deviasistandard deviation. 3.9.2. Uji Asumsi Klasik
Pada regresi logistik, uji asumsi klasik tidak perlu dilakukan. Cukup dengan uji multikolinearitas, karena apabila terjadi multikolinearitas dapat
terjadi kesalahan hasil. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis untuk melihat variabel mana saja yang signifikan. Uji asumsi klasik
dilakukan untuk memastikan bahwa sampel yang diteliti terbebas dari gangguan multikolinearitas.
45
1. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali 2006 uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari Tolerance Value atau Variance Inflation Factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cut-off yang umum adalah:
1. Jika nilai tolerance 10 persen dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi. 2. Jika nilai tolerance 10 persen dan nilai VIF 10, maka dapa
disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
3.9.3. Pengujian Hipotesis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik logistic regression, yaitu dengan melihat pengaruh mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komite audit dan komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik, dan audit tenure terhadap integritas laporan
46
keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: KONSR it = β0 + β1 INSTit + β2 MANJit + β3 KAUDit + β4
KINDit + β5 KAPit + β6 TENUREit + e Dimana:
KONSR : Ukuran integritas laporan keuangan yang diukur dengan menggunakan variabel dummy dari asumsi konservatisme.
INST : Persentase kepemilikan saham oleh institusi.
MANJ : Persentase kepemilikan saham oleh manajemen.
KAUD : Keberadaan komite audit, yang ditunjukkan dengan ukuran ada
tidaknya komite audit yang diukur dengan menggunakan variabel dummy dan diberi nilai 1 jika ada komite audit yang dimiliki
perusahaan dan nilai 0 jikasebaliknya. KIND
: Keberadaan komisaris independen, yang diukur dengan menggunakan variabel dummy dan diberi nilai 1 jika perusahaan
mempunyai komisaris independen dan 0 jika perusahaan tidak memiliki komisaris independen
.
KAP : Kualitas KAP, variabel ini merupakan variabel dummy dan diberi
nilai 1 jika KAP merupakan KAP big four dan nilai 0 untuk KAP non big four.
TENURE : Audit tenure, variabel dummy dan diberi nilai 1 jika perusahaan menggunakan jasa KAP tetap dan nilai 0 jika berpindah.
47
E : error.
1. Menilai Keselur uhan Model Over all Fit Model Dalam penelitian ini pertama kali akan dilakukan penilaian
terhadap keseluruhan model fit terhadap data. Beberapa tes statistik digunakan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model ini adalah:
H : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H
1
: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Dari hipotesis tersebut hipotesis nol harus ditolak agar model fit
dengan data. Statistik yang digunakan menggunakan statistik Likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang
dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2 Log Likelihood atau -2LL. Penurunan
likehood -2LL menunujukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
2. Koefisien Deter minasi Negelkerke R Square Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square merupakan ukuran
yang mencoba meniru ukuran R
2
dalam multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi Likelihood. Nagelkerke R Squa re lebih mudah
diinterpretasikan daripada Cox and Snell R Square sehingga untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen dapat dilihat dari nilai Nagelkerke R Square.Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan
Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 nol sampai 1 satu.
48
Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell”s R
2
dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R Squa re dapat diinterpretasikan seperti
nilai R
2
pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. 3. Menguji Kelayakan Model Regr esi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit
Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti
ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai
observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan
berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Di dalam bab ini disajikan analisis terhadap data yang telah diperoleh selamapelaksanaan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian adalah
perusahaanmanufaktur yang bergerak di sektor industri barang konsumsi terdaftar di BEI. Jumlah perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2011 hingga tahun 2013 adalah sebanyak 37 perusahaan.Keseluruhan data tersebut kemudian diambil sesuai
kriteria yang telah dipilih berdasarkan metode purposive sampling sehingga data yang terkumpul sebanyak 22 perusahaan. Berdasarkan 22 perusahaan manufaktur
tersebut, kemudian dilakukan pengujian-pengujian meliputi statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis penelitian.
4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata
mean, dan nilai standar deviasi, dari variabel kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh
gambaran sampel sebagai berikut:
50
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Kepemilikan Institusional
66 .00
92.01 31.7683
35.77051 Kepemilikan Manajerial
66 .00
98.18 44.7727
38.94629 Valid N listwise
66
Sumber: hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui nilai kepemilikan institusionalminimum adalah 0, sedangkan nilai kepemilikan institusional
maksimum adalah 92,01. Diketahui rata-rata kepemilikan institusional adalah 31,7683, dan standar deviasinya 35,77051. Diketahui kepemilikan manajerial
minimum adalah 0, sedangkan kepemilikan manajerial maksimum adalah 98,18. Diketahui rata-rata mean kepemilikan manajerial adalah 44,7727, dan standar
deviasinya 38,94629.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Komite Audit
Komite Audit
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
perusahaan memiliki Komite Audit
66 100.0
100.0 100.0
Sumber: hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui jumlah perusahaan yang termasuk ke dalam kategori memiliki komite audit sebanyak 66 perusahaan
.
51
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Komisaris Independen
Komisaris Independen
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
tidak memiliki Komisaris Independen
3 4.5
4.5 4.5
memiliki Komisaris Independen 63
95.5 95.5
100.0 Total
66 100.0
100.0
Sumber: hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui jumlah perusahaan yang termasuk ke dalam kategori tidak memiliki komisaris independen sebanyak 3 perusahaan
4,5, sedangkan perusahaan yang termasuk ke dalam kategori memiliki komisaris independen sebanyak 63 perusahaan 95,5.
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Kualitas Kantor Akuntan Publik
Kualitas Kantor Akuntan Publik
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
tidak menggunakan jasa the big four
30 45.5
45.5 45.5
menggunakan jasa the big four 36
54.5 54.5
100.0 Total
66 100.0
100.0
Sumber: hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui jumlah perusahaan yang termasuk ke dalam kategori tidak menggunakan jasa the big four sebanyak 30
52
perusahaan45,5, sedangkan perusahaan yang termasuk ke dalam kategori menggunakan jasa the big four sebanyak 36 perusahaan 54,5.
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Audit Tenure
Audit Tenure
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
perusahaan berpindah menggunakan jasa KAP
7 10.6
10.6 10.6
perusahaan menggunakan jasa KAP yang sama
59 89.4
89.4 100.0
Total 66
100.0 100.0
Sumber: hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.5, diketahui jumlah perusahaan yang termasuk ke dalam kategori perusahaan berpindah menggunakan jasa KAP sebanyak 7
perusahaan 10,6, sedangkan perusahaan yang termasuk ke dalam kategori perusahaan menggunakan jasa KAP yang sama sebanyak 59 perusahaan 89,4.
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Integritas Laporan Keuangan
Integritas Laporan Keuangan
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
perusahaan optimis 34
51.5 51.5
51.5 perusahaan konservatif
32 48.5
48.5 100.0
Total 66
100.0 100.0
Sumber: hasil olahan software SPSS
53
Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui jumlah perusahaan yang termasuk ke dalam kategori perusahaan optimis sebanyak 34 perusahaan 51,5, sedangkan
perusahaan yang termasuk ke dalam kategori perusahaan konservatif sebanyak 32 perusahaan 48,5.
4.2.2. Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas
Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Multikolinearitas merupakan
situasi adanya korelasi antar variabel-variabel independen yang satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini, gejala multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai korelasi antar variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Hasil uji gejala multikolinearitas disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi
Kepemilikan_I nstitusional
Kepemilikan_ Manajerial
Komite_ Audit
Komisaris_In dependen
Kualitas_Kantor_A kuntan_Publik
Audit_T enure
Kepemilikan_Institu sional
1.000 .863
.000 .000
.027 -.057
Kepemilikan_Manaj erial
.863 1.000
.000 .000
.107 -.073
Komite_Audit .000
.000 1.000
.000 .000
.000 Komisaris_Indepen
den .000
.000 .000
1.000 .000
.000 Kualitas_Kantor_A
kuntan_Publik .027
.107 .000
.000 1.000
-.163 Audit_Tenure
-.057 -.073
.000 .000
-.163 1.000
Sumber: hasil olahan software SPSS
54
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa korelasi antara kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial sebesar 0,863,
korelasi antara kepemilikan institusional dan komite audit sebesar 0,000, dan seterusnya. Dari hasil pengujian pada Tabel 4.7, dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen. Gejala multikolinearitas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel
independen lebih besar dari 0,90 Ghozali, 2006:91. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa lolos dari uji gejala multikolinearitas.
4.2.3. Hasil Uji Hipotesis 1. Menguji Model Fit Overall Model Fit Test
Uji ini digunakan untuk melihat model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal block number = 0 dengan nilai -2 log likelihood pada akhir block number = 1. Nilai -
2log likelihood awal pada block number = 0, dapat ditunjukkan melalui tabel berikut ini Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Nilai -2 Log likelihood -2 LL Awal
Iteration History
a,b,c