Gambaran Tingkat Risiko Gagasan Bunuh Diri Pada Pasien Gangguan Depresif Mayor

(1)

GAMBARAN TINGKAT RISIKO GAGASAN BUNUH DIRI

PADA PASIEN GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

TESIS

TIO DORIS SIREGAR

097106001

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN SUMATERAUTARA

MEDAN 2012


(2)

GAMBARAN TINGKAT RISIKO GAGASAN BUNUH DIRI

PADA PASIEN GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa / M.Ked (KJ) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

TIO DORIS SIREGAR

097106001

PROGRAM MAGISTER KLINIK-SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Risiko Gagasan Bunuh Diri Pada Pasien Gangguan Depresif Mayor

Nama Mahasiswa : Tio Doris Siregar Nomor Induk Mahasiswa : 097106001

Program Magister : Magister Kedokteran Klinis Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ(K) Ketua

Ketua Program Studi Magister Ketua TKP PPDS Kedokteran Klinik

Prof. dr. Chairuddin P. Lubis,DTMH&H,SpA(K) dr. Zainuddin Amir, Sp.P(K) NIP.195406201980111001


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ(K) ……… Anggota:

1. Prof. dr. M. Joesoef Simbolon (K) ………. 2. dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ ……….


(5)

PERNYATAAN

GAMBARAN TINGKAT RISIKO GAGASAN BUNUH DIRI PADA PASIEN GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2012


(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Ketua Program Magister Kedokteran Klinik FK USU, yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, selaku Ketua Departemen Psikiatri FK USU dan guru penulis, yang banyak memberikan masukan – masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 3. dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ, selaku Ketua Program Studi PPDS – I

Psikiatri FK USU, guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengkoreksi, dan memberi masukan – masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

4. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K), sebagai guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini yang penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, mengarahkan, memberikan dorongan dan masukan – masukan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. dr. H Harun Thaher Parinduri, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(7)

6. Alm. Prof. dr. H. Syamsir BS, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti Program magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa. 8. dr. Vita Camelia, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan

bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa. 9. dr. Muhammad Surya Husada, Sp.KJ, sebagai guru dan senior yang

telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku-buku bacaan yang berharga selama saya mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

10. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.KJ, sebagai Direktur Badan Layanan Umum Daerah RSJ Propinsi Sumatera Utara dan guru penulis, yang telah memberikan izin, kesempatan, fasilitas, dan pengarahan kepada penulis selama mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

11. dr. Juskitar, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

12. Dr. Herlina Ginting, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

13. dr. Mawar Gloria Taringan, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama


(8)

penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

14. dr. Freddy S. Nainggolan, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan, serta literatur-literatur yang berharga selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

15. dr. Donald F. Sitompul, Sp.KJ, dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp.KJ, dr Rosminta Girsang, Sp.KJ, dr. Artina R. Ginting, Sp.KJ, , dr. Mariati, Sp.KJ, dr. Evawati Siahaan, Sp.KJ, dr. Paskawani siregar, Sp.KJ, dr. Citra J. Taringan, Sp.KJ, dan dr. Vera RB. Marpaung, Sp.KJ, sebagai senior yang telah memberikan semangat dan dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

16. dr. Adhayani Lubis, Sp.KJ dr. Yusak P. Simanjuntak, Sp.KJ, dr. Juwita Saragih, Sp.KJ, dr. Friendrich Lupini, Sp.KJ, dr. Rudyhard E. Hutagalung, Sp.KJ, dr. Laila Sari, Sp.KJ, dr. Evalina Perangin-Angin, Sp.KJ, dr. Victor Eliezer, Sp.KJ, dr. Siti Nurul Hidayati, Sp.KJ, dr. Lailan Sapinah, Sp.KJ,dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.KJ, sebagai senior yang banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat kepada penulis selama mengikuti program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

17. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit Tembakau Deli, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan atas izin, kesempatan dan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti Megister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

18. Dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku staf pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas / Ilmu Kedokteran Pencegahan FK USU dan konsultan metodologi penelitian dan statistik penulis dalam penelitian ini, yang banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam penelitian ini.


(9)

19. Rekan – rekan sejawat peserta PPDS – I Psikiatri FK USU: dr. Herny Taruli Tambunan, Mked (KJ), Mila Astari, Mked (KJ), dr. Ira Aini Dania, Mked (KJ), dr. Baginda Harahap, Mked (KJ), dr. Muhammad Yusuf, Mked (KJ), dr. Ricky Wijaya Tarigan, Mked (KJ), dr. Superida Ginting Suka, dr. Lenni Crisnawati Sihite, dr. Saulina Dumaria Simanjuntak, Mked (KJ), dr. Hanip Fahri, Mked (KJ), dr. Ferdinan Leo Sianturi, Mked (KJ), dr. Andreas Xaverio Bangun, dr .Dian Budianti, dr. Endang Sutry Rahayu, dr. Duma M. Ratnawati, dr. Nauli Auli Lubis, dr. Nirwan Abidin, dr. Nanda Sari Nuralita, dr.Wijaya Taufik Tiji, dr. Alfi Syahri Rangkuti, dr. Agussyah Putra, dr. Rini Gussya Liza, dr. Gusri Girsang, dr. Dessi Wahyuni, dr. Hendriko Tusandra Putra, dr. Ritha Mariati Sembiring, dr. Reny Fransiska Barus, dr. Susiati, dr. Annisa Fransiska, dr. Dessy Mawar Zalia, dr. Nazli Mahdinasari Nasution, dr. Andi Syahputra Siregar, dr. Nining Gilang Sari, dr. Rosa Yunilda, dr. Arsusy Widyastuty, yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa. 20. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah

bertugas selama menjalani pendidikan spesialis ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

21. Teman-teman di layanan digital perpustakaan USU : Evi Yulifimar, S.Sos, Yuli Handayani, S.Sos , Diana Hartati, S.Sos, M. Salim A.Md yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas selama mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

22. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan kasihi Ch. Siregar dan M. br. Simalango yang telah penuh perjuangan membesarkan, memberikan perlindungan, kasih sayang dan


(10)

pernyertaan doa yang tidak pernah urung serta dukungan penuh dalam menjalani banyak hal terutama selama penulis menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

23. Kepada mertua, Bapak Drs. W. Situmorang (†) dan Ibu H br Manulang, yang banyak memberikan semangat, dorongan dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

24. Ketiga saudara kandung saya, Bripka Maruli Tua Siregar, SH, Tiur Maria Siregar, Briptu. David Siregar yang banyak memberikan semangat, inspirasi dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

25. Seluruh ipar saya, Sunggul Situmorang, SE, Magdauli Situmorang, SPd, Painte Situmorang, SE, Riris Situmorang, SE, Sukses Situmorang, ST, Tetty Mei Dinar, SE, yang banyak memberikan semangat, inspirasi dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

26. Kepada suami tercinta, Sudiwan Situmorang, SP terima kasih atas segala doa, dukungan, semangat, pengorbanan dan kasih sayang yang senantiasa diberikan selama penulis menjalani pendidikan spesialisasi dan menyelesaikan tesis ini. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan pendidikan magister klinis dan tesis ini dengan baik.


(11)

Akhir kata, semoga Bapa Yang Maha Pengasih membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita penulis dan kepada handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan satu – persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2012


(12)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing i

Ucapan Terima Kasih iv

Daftar Isi x

Daftar Tabel xii

Daftar Singkatan dan Lambang xiii

Abstrak xiv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 3

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Depresif Mayor 5

2.2 Diagnosis 8

2.3 Beck Suicide Intent Scale 12

2.4 Kerangka Konseptual 13

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 14

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 14

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 14

3.4 Perkiraan Besar Sampel 15

3.5 Kriteria Penelitian 15

3.6 Persetujuan Penelitian 16

3.7 Etika Penelitian 16

3.8 Cara Kerja Penelitian 16

3.9 Kerangka Operasional 18

3.10 Identifikasi Variabel 19

3.11 Definisi Operasional 19


(13)

3.13 Jadwal Penelitian 21

BAB 4. HASIL PENELITIAN 22

BAB 5. PEMBAHASAN 28

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 31

6.2 Saran 33

BAB 7. RINGKASAN 34

DAFTAR RUJUKAN 36

LAMPIRAN 1. Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subyek Penelitian 39

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Concent) 41 3. Data Subyek Penelitian 42

4. Beck Suicide Intent Scale 43

5. Surat Persetujuan Komite Etik 44


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik demografi berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan dan pendidikan.

Tabel 4.2 Tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan BSIS.

Tabel 4.3 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan kelompok umur

Tabel 4.4 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.5 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan perkawinan

Tabel 4.6 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.7 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pendidikan


(15)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah BSIS : Beck Suicide Intent Scale DKK : Dan kawan – kawan

DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth Edition. Text Revised

SMP : Sekolah Menengah Pertama


(16)

ABSTRAK

Latar Belakang : Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap tahun. Dari laporan studi klinis menunjukkan sebesar 78 – 89 % pasien gangguan depresif mayor berat memiliki keinginan dan percobaan bunuh diri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat risiko gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor berbeda berdasarkan karakteristik demografi.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan terhadap 62 pasien depresif mayor yang berobat ke BLUD RSJ dan RSUP. H. Adam Malik Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien gangguan depresif mayor yang memenuhi kriteria DSM – IV – TR, kooperatif dan dapat diwawancarai, memiliki gagasan bunuh diri, usia 20 – 50 tahun. Kriteria eksklusi adalah komorbiditas penyakit medis umum dan atau gangguan psikiatrik lainnya, adanya penggunaan zat dan penggunaan alkohol.

Hasil :

Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan BSIS yang terbanyak adalah skor BSIS tinggi yaitu 45 sampel ( 72,5%), distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan kelompok umur yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada kelompok umur 40 – 50 tahun sebanyak 29 sampel (64,5%), distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 33 sampel (73,3 %), distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status perkawinan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak kawin sebanyak 34 sampel (75,6 %), distribusi tingkat gagasan Dari data demografi berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa kelompok umur 40 – 50 tahun lebih banyak dijumpai sebanyak 35 sampel (57%), berdasarkan jenis kelamin yang memiliki paling banyak sampel adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 43 sampel (69%), berdasarkan status perkawinan yang memiliki paling banyak sampel dijumpai pada mereka yang tidak kawin sebanyak 41 sampel (66%), berdasarkan status pekerjaan yang memiliki paling banyak sampel adalah tidak bekerja sebanyak 38 sampel (61%) dan berdasarkan status pendidikan yang memiliki paling banyak sampel adalah pendidikan SMA sebanyak 35 sampel (57%).


(17)

bunuh diri berdasarkan status pekerjaan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak bekerja sebanyak 29 sampel (64,5 %), distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pendidikan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada pendidikan SMA sebanyak 24 sampel (53,4%).

Kesimpulan : Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tingkat gagasan bunuh diri pada pasien depresi mayor yang terbanyak adalah skor BSIS tinggi sebanyak 72,5%, dengan kelompok umur 40 – 50 tahun, jenis kelamin perempuan, tidak kawin, tidak bekerja dan pendidikan SMA.

Kata Kunci : Pasien depresif mayor, bunuh diri, Beck Suicide Intent Scale.


(18)

ABSTRAK

Latar Belakang : Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap tahun. Dari laporan studi klinis menunjukkan sebesar 78 – 89 % pasien gangguan depresif mayor berat memiliki keinginan dan percobaan bunuh diri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat risiko gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor berbeda berdasarkan karakteristik demografi.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan terhadap 62 pasien depresif mayor yang berobat ke BLUD RSJ dan RSUP. H. Adam Malik Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien gangguan depresif mayor yang memenuhi kriteria DSM – IV – TR, kooperatif dan dapat diwawancarai, memiliki gagasan bunuh diri, usia 20 – 50 tahun. Kriteria eksklusi adalah komorbiditas penyakit medis umum dan atau gangguan psikiatrik lainnya, adanya penggunaan zat dan penggunaan alkohol.

Hasil :

Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan BSIS yang terbanyak adalah skor BSIS tinggi yaitu 45 sampel ( 72,5%), distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan kelompok umur yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada kelompok umur 40 – 50 tahun sebanyak 29 sampel (64,5%), distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 33 sampel (73,3 %), distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status perkawinan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak kawin sebanyak 34 sampel (75,6 %), distribusi tingkat gagasan Dari data demografi berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa kelompok umur 40 – 50 tahun lebih banyak dijumpai sebanyak 35 sampel (57%), berdasarkan jenis kelamin yang memiliki paling banyak sampel adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 43 sampel (69%), berdasarkan status perkawinan yang memiliki paling banyak sampel dijumpai pada mereka yang tidak kawin sebanyak 41 sampel (66%), berdasarkan status pekerjaan yang memiliki paling banyak sampel adalah tidak bekerja sebanyak 38 sampel (61%) dan berdasarkan status pendidikan yang memiliki paling banyak sampel adalah pendidikan SMA sebanyak 35 sampel (57%).


(19)

bunuh diri berdasarkan status pekerjaan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak bekerja sebanyak 29 sampel (64,5 %), distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pendidikan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada pendidikan SMA sebanyak 24 sampel (53,4%).

Kesimpulan : Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tingkat gagasan bunuh diri pada pasien depresi mayor yang terbanyak adalah skor BSIS tinggi sebanyak 72,5%, dengan kelompok umur 40 – 50 tahun, jenis kelamin perempuan, tidak kawin, tidak bekerja dan pendidikan SMA.

Kata Kunci : Pasien depresif mayor, bunuh diri, Beck Suicide Intent Scale.


(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.1 Gagasan bunuh diri mungkin juga muncul pada orang yang tidak mengalami gangguan mental saat mereka berada dalam keadaan depresi atau mengalami penyakit fisik.

Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap tahun, dan jumlah usaha bunuh diri diperkirakan akan 10-20 kali lebih tinggi dari ini.

2

3

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa salah satu upaya bunuh diri terjadi kira-kira setiap tiga detik, dan terdapat satu orang setiap menit yang meninggal karena bunuh diri. Penyebab bunuh diri merupakan hal yang kompleks. Beberapa orang tampak sangat rentan untuk bunuh diri ketika menghadapi peristiwa kehidupan yang sulit atau kombinasi stressor. Faktor-faktor ini termasuk adanya gangguan mental sebelumnya atau penyalahgunaan zat, riwayat bunuh diri dalam keluarga dekat, kekerasan keluarga jenis apa pun, dan adanya perpisahan atau perceraian. 4,5

Pada sebuah studi epidemiologi di Amerika Serikat yang dilakukan Kessler dan kawan – kawan (dkk), memperkirakan tingkat keinginan bunuh diri sebesar 2,8% - 3,3% dari populasi umum, dan Weissman dkk, melaporkan. antara 2 dan 18% pada sembilan negara.6


(21)

Pasien dengan gangguan depresif mayor memiliki risiko yang besar terjadinya bunuh diri.7,8

Pada sejumlah studi psikologis otopsi dari sampel bunuh diri menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil terjadi bunuh diri tanpa bersamaan dengan diagnosis psikiatri yaitu sekitar 5% hingga 7%.9 Dari laporan studi klinis menunjukkan sebesar 78 – 89 % pasien gangguan depresif mayor berat memiliki keinginan dan percobaan bunuh diri.3 Dan adanya data yang menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang melakukan bunuh diri sebelumnya tidak melakukan percobaan bunuh diri dan setidaknya ada satu studi tentang percobaan bunuh diri yang menemukan sekitar 10% akhirnya mati dengan bunuh diri. Dengan demikian gagasan dan perencanaan bunuh diri merupakan hal yang serius dibandingkan dengan percobaan bunuh diri.10

Risiko untuk terjadinya bunuh diri bagi seorang individu yang dirawat di rumah sakit pada episode gangguan depresif mayor berat diperkirakan 15%.11

Pada penelitian yang dilakukan Beck, dan kawan - kawan terhadap 207 pasien rawat inap yang memiliki gagasan bunuh diri 7 % selama periode 5 - 10 tahun, terdapat 14 pasien yang melakukan bunuh diri. Beck mengamati secara klinis bahwa ketika pasien depresi yakin tidak ada solusi untuk masalah kehidupan yang serius, mereka memandang bunuh diri sebagai jalan keluar dari situasi yang tak tertahankan. Menurut formulasi Beck's, putus asa merupakan karakteristik inti dari depresi dan berfungsi sebagai penghubung antara depresi dan bunuh diri.


(22)

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran tingkat gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor?

2. Berapakah proporsi gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor berdasarkan karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, perkawinan, pekerjaan, pendidikan)?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum : Untuk mengetahui gambaran tingkat gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor.

1.3.2 Tujuan Khusus : Untuk mengetahui proporsi gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor berdasarkan karakteristik demografi ( umur, jenis kelamin, perkawinan, pekerjaan, pendidikan ).

1.4 Manfaat penelitian

1. Dapat diperoleh gambaran mengenai proporsi dan karakteristik demografi pasien – pasien dengan gagasan bunuh diri pada gangguan depresif mayor.

2. Dengan diperolehnya gambaran tingkat keparahan gagasan bunuh diri maka diharapkan dapat memberikan masukan kepada keluarga dan tenaga kesehatan untuk dapat mengantisipasi pasien yang mempunyai kecenderungan melakukan tindakan bunuh diri.


(23)

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berlanjut untuk penelitian selanjutnya atau yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.


(24)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Depresif Mayor

Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda – beda pada masing – masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision ( DSM – IV – TR ), merupakan salah satu

instrumen yang digunakan untuk menegakkan diagnosis depresif. Menurut DSM – IV – TR suatu gangguan depresif mayor didefinisikan sebagai satu atau lebih episode depresif berat tanpa adanya riwayat episode manik, campuran, atau hipomanik. Suatu episode depresif mayor harus dialami sekurang-kurangnya 2 minggu, dan secara tipikal seorang pasien mengalami depresi dan atau kehilangan minat dalam kebanyakan aktifitas. Seseorang dengan diagnosis episode depresif mayor harus juga mengalami paling sedikit 4 simtom dari kriteria yang mana termasuk perubahan nafsu makan dan berat badan, perubahan tidur dan aktifitas, pengurangan energi, perasaan bersalah, masalah dalam berpikir dan dalam membuat keputusan, dan pikiran yang berulang tentang kematian atau bunuh diri.13,14 Usia rata-rata onset gangguan depresif adalah sekitar 40 tahun, dengan 50 persen dari semua pasien depresif dengan onset usia diantara 20 dan 50.

Penelitian lintas nasional yang dilakukan Matthew KN, dan kawan – kawan

15


(25)

bunuh diri 3,1%, dan upaya bunuh diri 2,7%. Pada seluruh negara, 60% mengalami transisi dari gagasan terhadap perencanaan dan percobaan bunuh diri terjadi dalam tahun pertama setelah onset gagasan. Faktor risiko yang termasuk adalah perempuan, orang muda, kurang berpendidikan, tidak menikah dan memiliki gangguan mental.1

Kebanyakan penelitian dari pikiran dan perilaku bunuh diri dilakukan di negara-negara Barat, pendapatan individu yang tinggi dan tidak diketahui apakah perkiraan prevalensi dan faktor risiko yang diidentifikasi dalam studi-studi generalisasi di luar negara-negara tersebut. Penelitian terbaru di negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti Cina dan India menunjukkan terjadinya perilaku bunuh diri dapat sangat berbeda dari negara-negara berpenghasilan tinggi.1

Pengalaman keputusasaan sering dikaitkan dengan gagasan bunuh diri. Gagasan bunuh diri mengacu pada pikiran menyakiti atau membunuh diri sendiri, dan frekuensi, intensitas, dan durasi pikiran seperti itu sangat bervariasi. Gagasan bunuh diri merupakan tidak adanya tindakan yang lebih menonjol dari adanya percobaan atau bunuh diri.6,15

National Comorbidity Survey, sekitar 14% dari populasi Amerika

melaporkan memiliki pikiran tentang bunuh diri, 4% punya rencana, dan 4,6% telah melakukan upaya. Probabilitas kumulatif transasi dari gagasan ke perencanaan bunuh diri sekitar 34%, 72% dari perencanaan bunuh diri ke percobaan bunuh diri, dan 26% dari gagasan bunuh diri dengan percobaan bunuh diri yang tidak direncanakan. Adanya perencanaan dan tidak adanya perencanaan memiliki perbedaan dimana 90% dari semua


(26)

tidak direncanakan dan 60% dari upaya pertama perencanaan bunuh diri terjadi dalam 1 tahun awal munculnya gagasan.10

Pada penelitian yang dilakukan Isometsa dkk pada tahun 1994, terhadap semua individu yang melakukan bunuh diri di Finlandia dalam 1 tahun adalah bahwa sebagian besar korban bunuh diri itu merupakan depresi mayor dan banyak yang tidak menerima pengobatan untuk depresi. Hanya 3% yang telah menerima antidepresan pada dosis terapi, dan hanya 7% yang telah menerima psikoterapi setiap minggu. Selain itu, tidak satu pun dari 24 subyek psikotik telah diberikan perawatan yang memadai. Isometsa dkk, menyimpulkan bahwa depresi bukan hanya faktor risiko terjadinya bunuh diri tetapi tidak diberikannya pengobatan ataupun pengobatan yang tidak adekuat yang menyebabkan terjadinya bunuh diri. Di antara pasien dengan gangguan mood, ciri psikotik tidak menyebabkan peningkatkan yang signifikan risiko bunuh diri.

Suatu penilaian bunuh diri harus dilakukan pada setiap pasien yang terlihat dalam pengaturan darurat psikiatri, terlepas dari apakah pasien mengakui adanya gagasan bunuh diri atau telah melakukan percobaan bunuh diri. Salah satu penelitian menemukan empat pertanyaan berikut menjadi gambaran sensitif untuk risiko bunuh diri : "Apakah ada jangka waktu dua minggu di mana Anda memiliki sulit tidur, di mana Anda merasa tertekan, sedih , atau kehilangan minat dalam berbagai hal; di mana Anda telah merasa tidak berharga, sederhana atau memiliki rasa bersalah, atau di mana Anda merasa putus asa untuk jangka waktu yang lama ?”

10,16


(27)

2.2 DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk Gangguan Depresif Mayor :

A. Adanya suatu episode depresif mayor tunggal

B. Episode depresif mayor tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham atau gangguan psikotik yang tak tergolongkan

C. Tidak pernah terdapat suatu episode manik, episode campuran atau episode hipomanik. Catatan : penyingkiran ini tidak berlaku jika semua episode mirip manik, mirip campuran atau mirip hipomanik adalah diinduksi oleh zat atau pengobatan atau oleh efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.

Jika kriteria lengkap memenuhi suatu Episode Depresif Mayor, tentukan status klinis dan atau gambaran sekarang :

Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik, berat dengan ciri psikotik

Kronis

Dengan ciri katatonik Dengan ciri melankolik Dengan ciri atipikal Dengan onset postpartum


(28)

Jika kriteria lengkap tidak memenuhi suatu Episode Depresif Mayor, tentukan status klinis dari Gangguan Depresif Mayor sekarang atau gambaran dari episode paling akhir

Dalam partial Remission, full remission

Kronis

Dengan ciri katatonik Dengan ciri melankolik Dengan ciri atipikal Dengan onset postpartum

Dikutip dari : American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth edition. Text Revision. Washington DC:2000: hal. 375.14

Major Depresive Episode

a) Terdapat lima atau lebih simtom yang ada selama periode 2 minggu dan terlihat adanya perubahan dari fungsi sebelumnya paling sedikit satu simtom lainnya, (1) mood depresif, (2) hilangnya minat dan rasa nyaman.

Catatan: Jangan memasukkan gejala-gejala yang jelas-jelas karena suatu kondisi medis umum, atau waham atau halusinasi yang tidak sejalan dengan mood.

1) Mood depresif hampir sepanjang hari, seperti yang ditunjukkan baik oleh laporan subjektif (misalnya merasa


(29)

sedih atau kosong) maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya tampak sedih atau menangis).

Catatan: Pada anak-anak dan remaja, dapat berupa mood yang iritabel

2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang ditunjukkan baik oleh keterangan subjektif maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain).

3) Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang melakukan diet atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan lebih dari 50% dalam satu bulan) atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.

Catatan: Pada anak – anak , pertimbangkan kegagalan mencapai pertambahan berat badan yang diharapkan.

4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati oleh orang lain, tidak semata-mata perasaan subjektif dari kegelisahan atau menjadi lamban).

6) Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari.

7) Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai (yang mungkin bersifat waham) hampir setiap hari (tidak semata-mata mencela diri sendiri atau perasaan bersalah karena sakit).


(30)

8) Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap hari (baik oleh keterangan subkjetif maupun yang teramati oleh orang lain).

9) Pikiran tentang kematian yang berulang (bukan hanya rasa takut akan kematian), ide bunuh diri yang berulang tanpa suatu rencana spesifik, atau suatu usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

b) Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria untuk episode campuran.

c) Gejala-gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

d) Gejala-gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum (misalnya hipotiroidisme).

e) Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita, yaitu setelah kehilangan orang yang dicintai, gejala-gejalanya menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai oleh hendaya fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.

Dikutip dari : American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth edition. Text Revision. Washington DC:2000: hal. 356.14


(31)

2.3 Beck Suicide Intent Scale (BSIS)

Beck Suicide Intent Scale merupakan alat ukur yang digunakan

untuk menilai niat / gagasan dan percobaan bunuh diri yang dikembangkan oleh Aaron T. Beck dan kawan – kawannya di University of Pennsylvania.18

Beck Suicide Intent Scale ( BSIS) terdiri dari 15 pertanyaan setiap

nomor diberi nilai 0 sampai 2. Total semua nilai adalah antara 0 sampai 30 . Pertanyaan dibagi menjadi dua bagian . Bagian pertama 9 pertanyaan berhubungan dengan ”keadaan” dan keinginan pasien untuk menyakiti diri sendiri. Bagian kedua 6 pertanyaan berikutnya adalah laporan diri yang berdasarkan gambaran, pikiran, perasaan saat mereka akan bertindak melakukan bunuh diri. Bila total skor < 4 risiko rendah, bila skor 4 – 10 risiko sedang dan skor >10 adalah risiko tinggi untuk usaha melakukan tindakan bunuh diri.


(32)

2.4 Kerangka Konseptual

Pasien Depresif Mayor

Gagasan Bunuh diri

(Beck Suicide Intent Scale)

Faktor Demografik 1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Status

perkawinan 4. Status

Pekerjaan 5. Status


(33)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu

Tempat penelitian: Poliklinik Psikiatri dan Rawat Inap BLUD Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik Medan.

Waktu penelitian : 1 April 2011 – 1 Juni 2011

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi target : Pasien gangguan depresif mayor.

2. Populasi terjangkau : Pasien gangguan depresif mayor yang datang berobat ke Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Medan dan RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1 April - 1 Juni tahun 2011

3. Sampel Penelitian : Sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara non probability sampling jenis consecutive sampling.


(34)

3.4 Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel diukur dengan menggunakan rumus19

n = Zα2 PQ d

Zα = nilai batas awal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α yang ditentukan; untuk nilai α = 0,05  Zα = 1,96

2

P = Proporsi gagasan bunuh diri pada gangguan depresif mayor 80 %

Q = 1 - P = 1 – 0,80 = 0,20

d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir = 0,1 n = (1,96)2 .0,80 (0,20)

(0,1)2

= 61,4

Dengan menggunakan rumus diatas didapatkan jumlah sampel 62 orang

3.5 Kriteria Inklusi dan eksklusi Kriteria inklusi

1. Pasien gangguan depresif mayor yang memenuhi kriteria DSM – IV – TR

2. Kooperatif dan dapat diwawancarai 3. Memiliki gagasan bunuh diri.


(35)

Kriteria eksklusi

1. Komorbiditas penyakit medis umum dan atau gangguan psikiatrik lainnya.

2. Adanya penggunaan zat dan penggunaan alkohol.

3.6 Persetujuan Setelah Penjelasan / Informed Consent

Semua subjek penelitian akan di minta persetujuan dari keluarga setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas untuk ikut serta dalam penelitian.

3.7 Masalah etika

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etika penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

3.8 Cara kerja

Pasien gangguan depresif mayor yang memenuhi kriteria inklusi mengisi persetujuan secara tertulis setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas untuk ikut serta dalam penelitian. Sebelum dilakukan pemeriksaan BSIS terhadap pasien terlebih dahulu ditanyakan empat pertanyaan yang menjadi gambaran sensitif risiko bunuh diri : "Apakah ada jangka waktu dua minggu di mana ditemukan sulit tidur, merasa tertekan, sedih, atau kehilangan minat dalam berbagai hal; telah merasa tidak berharga


(36)

atau memiliki rasa bersalah, merasa putus asa untuk jangka waktu yang lama?” Selanjutnya subyek penelitian akan menjalani pemeriksaan Beck Suicide Intent Scale yang terdiri dari 15 pertanyaan setiap nomor diberi nilai 0 sampai 2. Total semua nilai adalah antara 0 sampai 30. Pertanyaan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama 9 pertanyaan berhubungan dengan ”keadaan” dan keinginan pasien untuk menyakiti diri sendiri. Bagian kedua 6 pertanyaan berikutnya adalah laporan diri yang berdasarkan gambaran, pikiran, perasaan saat mereka akan bertindak melakukan bunuh diri. Bila total skor < 4 risiko rendah, skor 4-10 risiko sedang dan skor >10 adalah risiko tinggi untuk usaha melakukan tindakan bunuh diri. Kemudian data sampel penelitian dikumpulkan dan dilihat perbedaannya secara demografi.


(37)

3.9 KERANGKA OPERASIONAL

Jenis kelamin

Usia Perkawinan Pekerjaan Pendidikan

Beck Suicide Intent Scales (Rendah, sedang, tinggi) Inklusi

Pasien gangguan depresif mayor yang sesuai DSM – IV –TR

Eksklusi Gagasan


(38)

3.10 Identifikasi Variabel

Variabel Penelitian : pasien gangguan depresif mayor, karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, perkawinan, pekerjaan, pendidikan), BSIS.

3.11 Definisi Operasional

a. Pasien gangguan depresif mayor yang memenuhi kriteria diagnostik gangguan depresif mayor berdasarkan DSM – IV – TR

b. Gagasan bunuh diri: ide ataupun pemikiran tentang keinginan bunuh diri

c. Beck Suicide Intent Scale adalah suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keparahan gagasan bunuh diri pada pasien yang didiagnosis dengan depresif mayor. Terdiri dari 15 pertanyaan setiap nomor diberi nilai 0 sampai 2. Skor <4 risiko rendah, skor 4-10 risiko sedang dan skor >10 adalah risiko tinggi untuk usaha melakukan tindakan bunuh diri.

d. Status Perkawinan : kawin, tidak kawin, janda/ duda e. Pekerjaan : bekerja dan tidak bekerja

f. Usia adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun.


(39)

Umur dibagi dalam : 20 –

30 – 40 – 50

g. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

h. Pendidikan : Jenjang pengajaran yang telah diikuti atau sedang dijalani responden melalui pendidikan formal : SMP, SMA, Sarjana

3.12 Pengolahan dan Penyajian Data

Hasil yang didapat disusun dalam tabel distribusi, kemudian di hitung proporsi gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor berdasarkan demografi ( umur, jenis kelamin, perkawinan, pekerjaan, pendidikan ).


(40)

3.12 Jadwal Penelitian

Waktu Kegiatan Maret 2011

1 April – 1 Juni 2011

Juni 2011 Juli 2011

Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan Laporan


(41)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

Sebanyak 62 pasien gangguan depresif mayor di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara dan RSUP. H. Adam Malik Medan telah ikut serta dalam penelitian ini. Pemilihan sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara non probability sampling jenis consecutive dalam periode waktu 1 April 2011 - 1 Juni 2011.

Tabel 4.1. Karakteristik demografi berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, dan status pendidikan.

Karakteristik Demografi

Responden n %

Umur (tahun)

20 - 8 12

30 - 19 31

40 - 50 35 57

Total 62 100

Jenis Kelamin

Laki-laki 19 31

Perempuan 43 69

Total 62 100

Status Perkawinan

Kawin 17 28

Tidak Kawin 41 66

Janda/duda 4 6

Total 62 100

Status Pekerjaan

Bekerja 24 39

Tidak bekerja 38 61

Total 62 100

Status Pendidikan

SMP 10 16

SMA 35 57

Perguruan Tinggi/akademi 17 27


(42)

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelompok umur 40 – 50 tahun lebih banyak dijumpai sebanyak 35 sampel (57%), berdasarkan jenis kelamin yang memiliki paling banyak sampel adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 43 sampel (69%), berdasarkan status perkawinan yang memiliki paling banyak sampel dijumpai pada mereka yang tidak kawin sebanyak 41 sampel (66%), berdasarkan status pekerjaan yang memiliki paling banyak sampel adalah tidak bekerja sebanyak 38 sampel (61%) dan berdasarkan status pendidikan yang memiliki paling banyak sampel adalah pendidikan SMA sebanyak 35 sampel (57%).

Tabel 4.2. Tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan BSIS

BSIS Jumlah

n %

Rendah 0 0

Sedang 17 27,5

Tinggi 45 72,5

Total 62 100

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri yang terbanyak adalah skor BSIS tinggi yaitu 45 sampel ( 72,5%), skor BSIS sedang sebanyak 17 sampel (27,5%), sedangkan skor BSIS rendah tidak dijumpai pada penelitian ini.


(43)

Tabel 4.3. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan kelompok umur

B S I S

Sedang Tinggi

n % n %

Umur (tahun)

20 – 4 23,5 4 8,9

30 – 7 41,2 12 26,6

40 – 50 6 35,3 29 64,5

Total 17 100 45 100

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan kelompok umur yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada kelompok umur 40 – 50 tahun sebanyak 29 sampel (64,5%), sedangkan skor BSIS sedang yang paling banyak adalah pada kelompok umur 30 – tahun sebanyak 7 sampel (41,2 %).

Tabel 4.4. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan jenis kelamin

B S I S

Sedang Tinggi

n % n %

Jenis Kelamin

Laki – laki 7 41,2 12 26,7

Perempuan 10 58,8 33 73,3


(44)

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 33 sampel (73,3%), sedangkan skor BSIS sedang yang paling banyak adalah pada jenis kelamin perempuan sebanyak 10 sampel (58,8 %).

Tabel 4.5. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status perkawinan

B S I S

Sedang Tinggi

n % n %

Jenis Kelamin

Kawin 6 35,3 11 24,4 Tidak Kawin 7 41,2 34 75,6 Janda/ Duda 4 23,5 0 0 Total 17 100 45 100

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status perkawinan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak kawin sebanyak 34 sampel (75,6%), sedangkan skor BSIS sedang yang paling banyak adalah status tidak kawin sebanyak 7 sampel (41,2%).


(45)

Tabel 4.6 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pekerjaan

B S I S

Sedang Tinggi

n % n %

Status Pekerjaan

Bekerja 8 47,1 16 35,5

Tidak bekerja 9 52,9 29 64,5

Total 17 100 45 100

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status pekerjaan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak bekerja sebanyak 29 sampel (64,5%), sedangkan skor BSIS sedang yang paling banyak adalah status yang tidak bekerja sebanyak 9 sampel (52,9%).

Tabel 4.7 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pendidikan

B S I S

Sedang Tinggi

n % n %

Jenis Kelamin

SMP 4 23,5 6 13,3

SMA 11 64,7 24 53,4

Perguruan 2 11,8 15 33,3 Tinggi/akademi


(46)

Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pendidikan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada pendidikan SMA sebanyak 24 sampel (53,4%), sedangkan skor BSIS sedang yang paling banyak adalah pendidikan SMA sebanyak 11 sampel (64,7%).


(47)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian “Gambaran Tingkat Risiko Gagasan Bunuh Diri Pada Pasien Gangguan Depresif Mayor” ini merupakan penelitian deskriptif. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran tingkat risiko gagasan bunuh diri yang terbanyak adalah skor BSIS tinggi yaitu 45 sampel ( 72,5%).

Dari data demografi berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa kelompok umur 40-50 tahun lebih banyak dijumpai sebanyak 35 sampel (57%), berdasarkan jenis kelamin yang memiliki paling banyak sampel adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 43 sampel (69 %), berdasarkan status perkawinan yang memiliki paling banyak sampel dijumpai pada mereka yang tidak kawin sebanyak 41 sampel (66%), berdasarkan status pekerjaan yang memiliki paling banyak sampel adalah tidak bekerja sebanyak 38 sampel (61%) dan berdasarkan status pendidikan yang memiliki paling banyak sampel adalah pendidikan SMA sebanyak 35 sampel (57 %).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan kelompok umur yang paling banyak adalah skor BSIS


(48)

tinggi yang terdapat pada kelompok umur 40 – 50 tahun sebanyak 29 sampel (64,5%).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 33 sampel (73,3 %). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Daniel J. Healy, dkk pada tahun 2006 yang menemukan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki gagasan bunuh diri dibandingkan laki – laki. 20 Hal tersebut dapat disebabkan pada umumnya laki – laki lebih cenderung melakukan tindakan/percobaan bunuh diri dibandingkan ide/gagasan bunuh diri.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status perkawinan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak kawin sebanyak 34 sampel (75,6%).

22

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Daniel J. Healy, dkk pada tahun 2006 yang menemukan status tidak kawin lebih banyak memiliki gagasan bunuh diri yaitu sebanyak 70%.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status pekerjaan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak bekerja sebanyak 29 sampel (64,5%). Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Daniel J. Healy, dkk pada tahun 2006 yang menemukan status yang tidak bekerja lebih banyak memiliki gagasan bunuh diri yaitu sebanyak 59%.

20

20 Hal tersebut mungkin berkaitan dengan masalah pemenuhan kebutuhan


(49)

yang disebabkan adanya kesulitan ekonomi dikarenakan tidak adanya pekerjaan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pendidikan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada pendidikan SMA sebanyak 24 sampel (53,4%).


(50)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian terhadap 62 pasien gangguan depresif mayor yang datang berobat ke Poliklinik Psikiatri BLUD Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara dan RSU.H. Adam Malik Medan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik demografi berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa kelompok umur 40-50 tahun lebih banyak dijumpai sebanyak 35 sampel (57%), berdasarkan jenis kelamin yang memiliki paling banyak sampel adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 43 sampel (69%), berdasarkan status perkawinan yang memiliki paling banyak sampel dijumpai pada mereka yang tidak kawin sebanyak 41 sampel (66%), berdasarkan status pekerjaan yang memiliki paling banyak sampel adalah tidak bekerja sebanyak 38 sampel (61%) dan berdasarkan status pendidikan yang memiliki paling banyak sampel adalah pendidikan SMA sebanyak 35 sampel (57%).

2. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan BSIS yang terbanyak adalah skor BSIS tinggi yaitu 45 sampel ( 72,5%), skor BSIS sedang sebanyak 17 sampel (27,5%), sedangkan tingkat BSIS rendah tidak dijumpai pada penelitian ini.


(51)

3. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan kelompok umur yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada kelompok umur 40 – 50 tahun sebanyak 29 sampel (64,5%).

4. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 33 sampel (73,3 %).

5. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status perkawinan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak kawin sebanyak 34 sampel (75,6 %)

6. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status pekerjaan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak bekerja sebanyak 29 sampel (64,5 %).

7. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pendidikan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada pendidikan SMA sebanyak 24 sampel (53,4%).


(52)

6.2 SARAN

1. Perlunya dilakukan deteksi dini untuk mencegah terjadinya percobaan bunuh diri pada pasien depresi mayor dengan mengetahui adanya gagasan bunuh diri pada pasien.

2. Dan perlunya penatalaksanaan yang baik pada pasien dan melakukan edukasi pada keluarga sehingga tindakan percobaan bunuh diri pada pasien depresi mayor dapat diantisipasi.


(53)

DAFTAR RUJUKAN

1. Nock MK, Borges G, Bromet EJ, dkk,. Cross-national prevalence and risk factors for suicidal ideation, plans and attempts. The British Journal of Psychiatry 2008. hal. 98 – 105

2. Wolfersdorf M. Depression and suicidal behavior. Psychopathological differences between suicidal and non-suicidal depressive patients. Departement of Psychiatry I, University of ULM, PLK Weissenau. hal. 1-11

3. Rihmer Z. Suicide. Psychiatric Diagnosis. Challenges and Prospects. John-Wiley & Sons. 2009. hal 179 – 185

4. Bertolote JM. Preventing suicide a resource for prison officers.Mental and Behavioural Disorders. Departement of Mental Health World Health Organization. Geneva 2000. hal. 5 – 12

5. Andrew LB. Depression and suicide. eMedicine Emergency Medicine. 21 Oktober 2010

6. Mann JJ, Currier D. Suicide and Attempted Suicide. Dalam : The Medical Basis of Psychiatry. 3rd

7. Practise Guideline for The Treatment of The Patients With Major Depressive Disorder. 2

edition. Humana Press. 2008. h. 561 – 71

nd

8. Sudak HS. Psychiatric Emergencies. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, Kaplan & Sadock

edition. American Psychiatric Association. 2000. hal. 23 – 31

,

9. Sakinofsky I. Suicide and suicidality. Dalam : Psychiatric Clinical Skills. Mosby Inc. 2006. hal. 145 – 61

s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Vol IIA. Edisi ke-8. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2005, 2442-48.

10. Forster PL, Wu LH. Assessment and treatment of suicidal patients in an emergency setting. Dalam : Emergency Psychiatry. Review of Psychiatry Series Titles. 2002. hal. 75 – 107


(54)

11. Kay J, Tasman A. Mood disorders : Depression. Dalam : Essentials of Psychiatry. John Wiley and Sons. 2006. hal. 533 – 50

12. Beck AT, Steer RA, Kovacs M, Garrison B. Hopelessness and Eventual Suicide : A 10 - Year Prospective Study of Patients Hospitalized With Suicidal Ideation. Am J Psychiatry 142:5, May 1985. hal. 559 – 63

13. Amir. N, Aspek Neurobiologi, Diagnosis dan Tatalaksana Depresi, FK-UI, Jakarta, 2005, hal. 5

14. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual Disorders. Fourth Edition. Text Revision. Washington DC : 2000. hal. 345-51, 369-76.

15. Sadock BJ, Sadock VA. Mood Disorders. Dalam : Kaplan & Sadock Synopsis Of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi 10, Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2007. hal : 527 – 33 16. Quiles D, Lopez C, Millan A. Profile of Suicide Attempters Admitted In

An Emergency Unit. Medical Science Campus, University of Puerto Rico. 2007

17. Blacker D. Psychiatric Rating Scales. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, Kaplan & Sadock,

18.

s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Vol IA. Edisi ke-8. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2005, 944-45. Harriss L, Hawton K, Zahl D.Value of measuring suicidal intent in the assessment of people attending hospital following self-poisoning or self-injury. The British Journal of Psychiatry

19. Dahlan MS. Langkah – langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Seri Evidence Based Medicine Seri 3 Edisi 2. 2009. h. 80-82

(2005) 186: 60-6

20. Healy DJ, Barry K, Blow F, Welsh D, Milner KK. Routine use of the beck scale for suicide ideation in a psychiatric emergency department. Dalam: General hospital psychiatry. Elseiver Inc; 2006.


(55)

21. Gelder m, Mayou R, Geddes J. Suicide and deliberate self harm. Dalam psychiatry. Edisi ke 3. New York: Oxford University press; 2005. h. 171-76.

22. Rohling JF. A gender analysis of sex differences in suicide-related behaviors : A national (U.S) and International Perspective. University of South Alabama.


(56)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT RISIKO GAGASAN BUNUH DIRI PADA PASIEN GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,

Saya sedang meneliti tentang gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor. Saat ini bunuh diri sudah menjadi masalah kesehatan dunia yang serius. Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap tahun, dan jumlah usaha bunuh diri diperkirakan akan 10-20 kali lebih tinggi dari ini. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa salah satu upaya bunuh diri terjadi setiap tiga detik, dan

Kemudian saya akan menginformasikan kepada Bapak/Ibu/Sdr/i hasil dari penilaian tersebut. Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien. Setelah memahami terdapat 1 orang setiap menit yang meninggal karena bunuh diri. Pada penelitian ini saya akan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat bantú penilaian Beck Suicide Intent Scale (BSIS). Dimana para peserta akan menjawab pertanyaan yang berada didalam alat bantu tersebut.


(57)

berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya: dr. Tiodoris Siregar, Departemen Psikiatri FK-USU, telepon 061-76930204 atau telepon genggam 08117404533. Terima kasih.

Medan, Maret 2011 Hormat Saya


(58)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Hubungan dengan pasien :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “Gambaran Tingkat Risiko Gagasan Bunuh Diri Pada Pasien Gangguan Depresif Mayor.” dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia bahwa pasien diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan...2011


(59)

DATA PENELITIAN PASIEN

Nomor : Tanggal :

Nomor Medical Record : A. Data Demografik

1. Nama :

2. Umur : / ( Tahun/bulan )

3. Jenis Kelamin : L / P

4. Alamat :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan :

7. Status pernikahan : Kawin/ tidak kawin/janda/duda :


(60)

Nama

Jenis Kelamin : L / P

Usia :

Status pekerjaan : Bekerja / tidak bekerja

Status pernikahan : Menikah / tidak menikah / janda / duda

Status pendidikan SMP/SMU/Universitas/lain - lain

Lokasi Penelitian :

Medical Record :

Tanggal

pemeriksaan :

Nama Pemeriksa :

Beck Suicide Intent Scale

Nomer Keadaan yang berhubungan dengan percobaan bunuh diri Skor

1 Isolasi

0. Ada orang lain

1. Ada orang lain di dekatnya ( baik secara visual maupun melalui telepon)

2.Tidak ada seorangpun didekatnya ( baik secara visual maupun melalui

telepon)

2 Waktu

0. Intervensi mungkin dilakukan

1. Intervensi tidak disukai

2 Intervensi sangat tidak disukai

3 Tindakan pencegahan pada dirinya jika menghadapi ancaman

0.Tidak ada tindakan pencegahan

1. Tindakan pencegahan/ perhatian secara pasif ( menghindar dari orang lain

tapi tidak

melakukan sesuatu tindakan pencegahan terhadap dirinya misalnya

sendiri di dalam

kamar tetapi tidak mengunci pintu kamar)

2. Aktif melakukan tindakan pencegahan ( mengunci pintu kamar)

4

Bertindak untuk mendapatkan pertolongan selama dan setelah

melakukan usaha percobaan

bunuh diri

0.Berusaha mencoba meminta pertolongan sehubungan dengan usaha

tersebut

1.Berusaha menghubungi tetapi tidak memberikan informasi secara spesifik

kepada penolong

sehubungan dengan usaha tersebut

2.Tidak ada usaha untuk meminta pertolongan atau bantuan

5 Tindakan akhir untuk mengantisipasi kematian

0. Tidak ada

1. persiapan sebagian atau adanya gagasan

2. Telah membuat suatu rencana dan telah melengkapi semua persiapan


(61)

0. Tidak ada

1. Sedikit sampai sedang

2.Terus menerus

7 Catatan kematian

0. Tidak ada catatan

1. Mencatat tetapi merobeknya

2. Ada suatu catatan

8 Adanya komunikasi yang jelas sebelum melakukan usaha tersebut

0.Tidak ada

1. Tidak jelas atau samar-samar

2. Komunikasi jelas

9 Tujuan percobaan bunuh diri

0. Untuk memanipulasi lingkungannya

1. Antara 0 dan 2

2. Untuk menghilangkan dirinya dari lingkungan ( melepaskan diri dan

memecahkan masalah)

Laporan diri

10 Pandangannya tentang tindakan bunuh diri yang bersifat fatal

0. Berpikir bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak disukai

1. Berpikir bahwa kematian itu mungkin tapi tidak memungkinkan

2. Berpikir bahwa kematian adalah sesuatu yang yang mungkin dan dapat

dilakukan

11 Konsep metode kematian

0. Pasien sedikit memikirkan tentang kematian

1.Pasien tidak yakin atau yang dia lakukan dan pikirkan dapat mematikan

2.Adanya konsep atau pemikiran yang sama atau melebihi apa yang pasien

pikirkan dapat

menyebabkan kematian

12 Percobaan yang serius

0. Pasien tidak mempertimbangkan tindakan yang dilakukannya adalah

suatu tindakan yang dapat

mengakhiri hidupnya

1. Pasien tidak yakin bahwa tindakannya tersebut dalah tindakan yang serius

yang dapat

mengakhiri hidupnya.

2. Pasien memperimbangkan bahwa tindakannya tersebut adalah suatu

tindakan serius yang

dapat mengakhiri hidupnya

13 Ambivalensi

0. Tidak ingin mati

1. Pasien tidak perduli apakah dia hidup atau mati

2. Menginginkan kematian

14 Konsep bantuan medis


(62)

medis

1. Pasien tidak yakin apakah kematian dapat dicegah dengan bantuan medis

2. Pasien yakin akan kematian bahkan jika mendapat bantuan medis

15 Derajat Persiapan

0. Tidak ada; dorongan kata hati

1. Tindakan bunuh diri sudah direnungkan selama 3 atau kurang dari 3 jam sebelum melakukan usaha bunuh

diri tersebut

2. Tindakan bunuh diri sudah direnungkan selama lebih dari 3 jam sebelum melakukan usaha bunuh diri tersebut

Terdiri dari 15 pertanyaan yang masing-masing diberi skor dari 0-2 pertanyaan berisi pikiran pasien dan emosi pasien pada saat akan melakukan percobaan bunuh diri

pertanyaan lainnya tentang keadaan atau situasi pada saat melakukan tindakan percobaan bunuh diri.

bila total skor <4 : risiko rendah skor 4-10 : risiko sedang skor >10 : risiko tinggi

Dikutip dari : Gelder M, Mayou R, Geddes J. Suicide and deliberate self harm. Dalam psychiatry.


(63)

NOMOR MR Nama Umur JK Pendidikan B/TB K/TK Sedang Tinggi

1 020121 BS 31 1 2 2 1 6

2 029091 RS 48 2 2 2 2 16

3 022905 NT 34 2 1 1 2 7

4 029061 NE 22 1 1 2 2 8

5 027812 MB 42 2 2 1 2 18

6 028995 RL 45 2 2 2 2 16

7 016292 HS 44 1 3 2 1 7

8 028740 MA 46 2 2 2 1 17

9 018773 RU 35 2 1 2 2 14

10 015399 PE 41 2 2 2 3 8

11 007237 AD 35 1 2 1 2 18

12 015162 MU 33 2 1 2 1 6

13 013815 ED 45 1 3 1 2 20

14 029054 JU 48 2 2 1 1 18

15 018903 IR 44 2 3 2 2 18

16 021141 JH 36 2 2 1 2 8

17 029105 KL 34 1 1 2 2 18

18 020591 RE 47 1 2 2 1 15

19 026455 MN 43 2 1 1 3 7

20 026653 SU 44 2 1 2 2 20

21 013872 JU 36 1 2 2 2 6

22 029110 SE 45 2 2 1 2 18

23 015352 AN 47 1 3 2 2 16

24 027408 AW 24 1 2 2 1 6

25 014721 RA 26 2 2 1 2 15

26 018650 NS 32 2 1 2 2 18

27 019759 DE 46 2 2 2 1 20

28 009578 JS 47 1 3 2 2 18

29 018773 RS 43 2 2 1 2 5

30 022547 NT 28 1 3 2 2 18

31 029139 RL 35 2 3 1 2 6

32 027812 MB 46 2 2 2 1 20


(64)

34 020685 MK 34 2 3 2 2 20

35 028188 AH 44 2 2 1 1 22

36 029152 RU 30 1 2 2 2 20

37 019935 MI 31 2 1 1 2 18

38 025313 RU 24 2 2 1 1 7

39 023150 DE 50 2 3 2 1 22

40 014229 ES 28 2 3 2 2 20

41 027919 AI 44 1 2 2 3 6

42 027808 AA 48 2 3 1 1 20

43 019270 KS 34 1 2 2 2 18

44 023497 SG 46 2 3 2 2 20

45 025212 RA 36 2 2 1 1 6

46 005514 AB 41 1 1 2 2 18

47 028680 MP 43 2 2 2 2 22

48 029201 DP 49 2 2 1 2 16

49 029211 DS 25 2 3 2 2 18

50 011297 SP 50 2 2 2 1 18

51 029250 LS 46 1 3 1 2 20

52 029191 WH 24 2 2 2 2 8

53 029049 WY 47 2 3 1 1 15

54 018877 HL 35 2 2 2 2 18

55 019723 SM 46 2 2 1 2 22

56 013889 PS 42 1 2 1 1 20

57 018366 ZL 38 2 3 1 2 20

58 029311 KG 50 2 2 1 2 20

59 023787 SR 30 2 3 2 2 18

60 029338 AD 34 2 2 2 2 15

61 28325 TR 44 2 2 2 2 18

62


(65)

Jenis Kelamin (JK) Pekerjaan:

Score BSIS

1 = Laki - laki

1 =

bekerja Sedang = > 4 - 10

2 = Perempuan

2 = tidak

bekerja Tinggi = > 10

Pendidikan Status perkawinan:

SMP = 1 1 = kawin

SMA = 2 2 = Tidak kawin

Perguruan

Tinggi = 3 3= Duda/Janda


(66)

(67)

Lampiran 6.

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama : Tio Doris Siregar

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Serdang, 15 Januari 1979

Agama : Protestan

Alamat : Jl. Sei Berantas No. 26 C

Medan Baru – Sumut 20153

Telepon : 061 – 76930204 / 08117404533

Email

Riwayat Pendidikan

Tahun 1985 – 1991 : SD. RK. Budi Luhur Medan Tahun 1991 – 1994 : SMP Trisakti I Medan Tahun 1994 – 1997 : SMU Budi Murni I Medan

Tahun 1997 – 2005 : Pendidikan Dokter Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)

Tahun 2009 – sekarang : Program Pendidikan Dokter Spesialis bidang Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2005 – 2008 : PTT di RSUP. Raden Mattaher Propinsi Jambi


(1)

medis

1. Pasien tidak yakin apakah kematian dapat dicegah dengan bantuan medis

2. Pasien yakin akan kematian bahkan jika mendapat bantuan medis

15 Derajat Persiapan

0. Tidak ada; dorongan kata hati

1. Tindakan bunuh diri sudah direnungkan selama 3 atau kurang dari 3 jam

sebelum melakukan usaha bunuh

diri tersebut

2. Tindakan bunuh diri sudah direnungkan selama lebih dari 3 jam sebelum

melakukan usaha bunuh diri tersebut

Terdiri dari 15 pertanyaan yang masing-masing diberi skor dari 0-2 pertanyaan berisi pikiran pasien dan emosi pasien pada saat akan melakukan percobaan bunuh diri

pertanyaan lainnya tentang keadaan atau situasi pada saat melakukan tindakan percobaan bunuh diri.

bila total skor <4 : risiko rendah skor 4-10 : risiko sedang skor >10 : risiko tinggi

Dikutip dari : Gelder M, Mayou R, Geddes J. Suicide and deliberate self harm. Dalam psychiatry.


(2)

NOMOR MR Nama Umur JK Pendidikan B/TB K/TK Sedang Tinggi

1 020121 BS 31 1 2 2 1 6

2 029091 RS 48 2 2 2 2 16

3 022905 NT 34 2 1 1 2 7

4 029061 NE 22 1 1 2 2 8

5 027812 MB 42 2 2 1 2 18

6 028995 RL 45 2 2 2 2 16

7 016292 HS 44 1 3 2 1 7

8 028740 MA 46 2 2 2 1 17

9 018773 RU 35 2 1 2 2 14

10 015399 PE 41 2 2 2 3 8

11 007237 AD 35 1 2 1 2 18

12 015162 MU 33 2 1 2 1 6

13 013815 ED 45 1 3 1 2 20

14 029054 JU 48 2 2 1 1 18

15 018903 IR 44 2 3 2 2 18

16 021141 JH 36 2 2 1 2 8

17 029105 KL 34 1 1 2 2 18

18 020591 RE 47 1 2 2 1 15

19 026455 MN 43 2 1 1 3 7

20 026653 SU 44 2 1 2 2 20

21 013872 JU 36 1 2 2 2 6

22 029110 SE 45 2 2 1 2 18

23 015352 AN 47 1 3 2 2 16

24 027408 AW 24 1 2 2 1 6

25 014721 RA 26 2 2 1 2 15

26 018650 NS 32 2 1 2 2 18

27 019759 DE 46 2 2 2 1 20

28 009578 JS 47 1 3 2 2 18

29 018773 RS 43 2 2 1 2 5

30 022547 NT 28 1 3 2 2 18

31 029139 RL 35 2 3 1 2 6

32 027812 MB 46 2 2 2 1 20


(3)

34 020685 MK 34 2 3 2 2 20

35 028188 AH 44 2 2 1 1 22

36 029152 RU 30 1 2 2 2 20

37 019935 MI 31 2 1 1 2 18

38 025313 RU 24 2 2 1 1 7

39 023150 DE 50 2 3 2 1 22

40 014229 ES 28 2 3 2 2 20

41 027919 AI 44 1 2 2 3 6

42 027808 AA 48 2 3 1 1 20

43 019270 KS 34 1 2 2 2 18

44 023497 SG 46 2 3 2 2 20

45 025212 RA 36 2 2 1 1 6

46 005514 AB 41 1 1 2 2 18

47 028680 MP 43 2 2 2 2 22

48 029201 DP 49 2 2 1 2 16

49 029211 DS 25 2 3 2 2 18

50 011297 SP 50 2 2 2 1 18

51 029250 LS 46 1 3 1 2 20

52 029191 WH 24 2 2 2 2 8

53 029049 WY 47 2 3 1 1 15

54 018877 HL 35 2 2 2 2 18

55 019723 SM 46 2 2 1 2 22

56 013889 PS 42 1 2 1 1 20

57 018366 ZL 38 2 3 1 2 20

58 029311 KG 50 2 2 1 2 20

59 023787 SR 30 2 3 2 2 18

60 029338 AD 34 2 2 2 2 15

61 28325 TR 44 2 2 2 2 18

62


(4)

Jenis Kelamin (JK) Pekerjaan:

Score BSIS 1 = Laki - laki

1 =

bekerja Sedang = > 4 - 10 2 = Perempuan

2 = tidak

bekerja Tinggi = > 10

Pendidikan Status perkawinan:

SMP = 1 1 = kawin

SMA = 2 2 = Tidak kawin

Perguruan

Tinggi = 3 3= Duda/Janda


(5)

(6)

Lampiran 6.

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama

: Tio Doris Siregar

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat, tanggal lahir

: Serdang, 15 Januari 1979

Agama

: Protestan

Alamat

: Jl. Sei Berantas No. 26 C

Medan Baru – Sumut 20153

Telepon

: 061 – 76930204 / 08117404533

Email

Riwayat Pendidikan

Tahun 1985 – 1991

: SD. RK. Budi Luhur Medan

Tahun 1991 – 1994

: SMP Trisakti I Medan

Tahun 1994 – 1997

: SMU Budi Murni I Medan

Tahun 1997 – 2005 : Pendidikan Dokter Umum di Fakultas

Kedokteran Universitas Islam

Sumatera Utara (UISU)

Tahun 2009 – sekarang : Program Pendidikan Dokter Spesialis

bidang Ilmu Kedokteran Jiwa di

Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2005 – 2008 : PTT di RSUP. Raden Mattaher Propinsi

Jambi