Gangguan Depresif Mayor TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Depresif Mayor

Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda – beda pada masing – masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision DSM – IV – TR , merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menegakkan diagnosis depresif. Menurut DSM – IV – TR suatu gangguan depresif mayor didefinisikan sebagai satu atau lebih episode depresif berat tanpa adanya riwayat episode manik, campuran, atau hipomanik. Suatu episode depresif mayor harus dialami sekurang-kurangnya 2 minggu, dan secara tipikal seorang pasien mengalami depresi dan atau kehilangan minat dalam kebanyakan aktifitas. Seseorang dengan diagnosis episode depresif mayor harus juga mengalami paling sedikit 4 simtom dari kriteria yang mana termasuk perubahan nafsu makan dan berat badan, perubahan tidur dan aktifitas, pengurangan energi, perasaan bersalah, masalah dalam berpikir dan dalam membuat keputusan, dan pikiran yang berulang tentang kematian atau bunuh diri. 13,14 Usia rata-rata onset gangguan depresif adalah sekitar 40 tahun, dengan 50 persen dari semua pasien depresif dengan onset usia diantara 20 dan 50. Penelitian lintas nasional yang dilakukan Matthew KN, dan kawan – kawan 15 menemukan bahwa prevalensi gagasan bunuh diri 9,2 , rencana Universitas Sumatera Utara bunuh diri 3,1, dan upaya bunuh diri 2,7. Pada seluruh negara, 60 mengalami transisi dari gagasan terhadap perencanaan dan percobaan bunuh diri terjadi dalam tahun pertama setelah onset gagasan. Faktor risiko yang termasuk adalah perempuan, orang muda, kurang berpendidikan, tidak menikah dan memiliki gangguan mental. 1 Kebanyakan penelitian dari pikiran dan perilaku bunuh diri dilakukan di negara-negara Barat, pendapatan individu yang tinggi dan tidak diketahui apakah perkiraan prevalensi dan faktor risiko yang diidentifikasi dalam studi-studi generalisasi di luar negara-negara tersebut. Penelitian terbaru di negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti Cina dan India menunjukkan terjadinya perilaku bunuh diri dapat sangat berbeda dari negara-negara berpenghasilan tinggi. 1 Pengalaman keputusasaan sering dikaitkan dengan gagasan bunuh diri. Gagasan bunuh diri mengacu pada pikiran menyakiti atau membunuh diri sendiri, dan frekuensi, intensitas, dan durasi pikiran seperti itu sangat bervariasi. Gagasan bunuh diri merupakan tidak adanya tindakan yang lebih menonjol dari adanya percobaan atau bunuh diri. 6,15 National Comorbidity Survey, sekitar 14 dari populasi Amerika melaporkan memiliki pikiran tentang bunuh diri, 4 punya rencana, dan 4,6 telah melakukan upaya. Probabilitas kumulatif transasi dari gagasan ke perencanaan bunuh diri sekitar 34, 72 dari perencanaan bunuh diri ke percobaan bunuh diri, dan 26 dari gagasan bunuh diri dengan percobaan bunuh diri yang tidak direncanakan. Adanya perencanaan dan tidak adanya perencanaan memiliki perbedaan dimana 90 dari semua Universitas Sumatera Utara tidak direncanakan dan 60 dari upaya pertama perencanaan bunuh diri terjadi dalam 1 tahun awal munculnya gagasan. 10 Pada penelitian yang dilakukan Isometsa dkk pada tahun 1994, terhadap semua individu yang melakukan bunuh diri di Finlandia dalam 1 tahun adalah bahwa sebagian besar korban bunuh diri itu merupakan depresi mayor dan banyak yang tidak menerima pengobatan untuk depresi. Hanya 3 yang telah menerima antidepresan pada dosis terapi, dan hanya 7 yang telah menerima psikoterapi setiap minggu. Selain itu, tidak satu pun dari 24 subyek psikotik telah diberikan perawatan yang memadai. Isometsa dkk, menyimpulkan bahwa depresi bukan hanya faktor risiko terjadinya bunuh diri tetapi tidak diberikannya pengobatan ataupun pengobatan yang tidak adekuat yang menyebabkan terjadinya bunuh diri. Di antara pasien dengan gangguan mood, ciri psikotik tidak menyebabkan peningkatkan yang signifikan risiko bunuh diri. Suatu penilaian bunuh diri harus dilakukan pada setiap pasien yang terlihat dalam pengaturan darurat psikiatri, terlepas dari apakah pasien mengakui adanya gagasan bunuh diri atau telah melakukan percobaan bunuh diri. Salah satu penelitian menemukan empat pertanyaan berikut menjadi gambaran sensitif untuk risiko bunuh diri : Apakah ada jangka waktu dua minggu di mana Anda memiliki sulit tidur, di mana Anda merasa tertekan, sedih , atau kehilangan minat dalam berbagai hal; di mana Anda telah merasa tidak berharga, sederhana atau memiliki rasa bersalah, atau di mana Anda merasa putus asa untuk jangka waktu yang lama ?” 10,16 10 Universitas Sumatera Utara

2.2 DIAGNOSIS