Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Ekosistem Pembibitan Dan Bukaan Baru Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.)

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA EKOSISTEM
PEMBIBITAN DAN BUKAAN BARU TANAMAN
KELAPA SAWIT ( Elaeis guinensis Jacq. )

SKRIPSI

OLEH
HOLMES HUTABARAT
010302008
HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA EKOSISTEM
PEMBIBITAN DAN BUKAAN BARU TANAMAN

KELAPA SAWIT ( Elaeis guinensis Jacq. )

SKRIPSI

OLEH
HOLMES HUTABARAT
010302008
HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Ir. Mena Uly Tarigan, MS

Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS


Ketua

Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Holmes HutaBarat, Diversity Of Insect On Nursery and Land Clearing
Ecosystem at Oil Palm Plantation (Elaeis guinensis Jacq) with counselor
commision Ir. Mena Uly Tarigan, MS as chief and Ir. Yuswani Pangestiningsih,
MS as member. The experiment was aimed to know the diversity of insect
population on nursery and land clearing ecosystem at oil palm plantation and was
to know the usefull insect, destructive insect, parasitoid and predator at that area.

The experiment was done on two place, Land clearing and nursery. The insects
were caught by: Sweep net, Pifall trap and Light Trap. The collected were
determined in the laboratory. Insect diversity indeks (H’) was analysed with
Shanon-Weiner. The results showed that were that insect number which was
catched on Land Clearing was 360 insect, consisting of 9 orders 26 families. On
Nursery was 352 insect, consisting 9 orders and 33 families. Insect diversity
indeks (H’) on Land Clearing are 2,4744 (Medium), and on nursery are 2,8790
(Medium).

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Holmes

Hutabarat,

INDEKS

KEANEKARAGAMAN


JENIS

SERANGGA PADA EKOSISTEM PEMBIBITAN DAN BUKAAN BARU
TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guinensis Jacq. ), dibawah bimbingan
Ir. Mena Uly Tarigan, MS selaku ketua dan Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS
selaku

anggota.

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui


indeks

keanekaragaman jenis serangga pada ekosistem pembibitan dan bukaan baru
tanaman kelapa sawit dan untuk mengetahui jenis serangga berguna, serangga
merugikan, parasitoid dan predator pada areal tersebut. Penelitian ini dilaksanakan
di dua tempat yaitu pada areal bukaan Baru (Land Clearing) dan areal pembibitan
(Nursery). Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunakan jaring
perangkap (sweep net), Perangkap Jatuh (Pit Fall Trap), Perangkap Cahaya (Light
Trap). Pengamatan dilakukan di Laboratorium. Indeks keanekaragaman jenis
serangga (H’) dihitung dengan menggunakan perhitungan Shannon-Weiner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa serangga yang tertangkap pada areal bukaan baru
(Land Clearing) sebanyak 360 ekor yang terdiri dari 9 ordo dan 26 famili. Pada
areal pembibitan (Nursery) didapat sebanyak 352 ekor yang terdiri dari 9 ordo dan
33 famili. Nilai indeks keanekaragaman serangga pada ereal bukaan baru
(Land Clearing) adalah sebesar 2,4744 (sedang), sedangkan pada areal pembibitan
(Nursery) adalah sebesar 2,8790 (sedang).

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 07 Juni 1981 dari Ayah
O. B. S Hutabarat dan Ibu R br. Sitompul. Penulis merupakan anak kedua dari
empat bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Swasta Perguruan Krakatau Medan
dan pada tahun 2001 diterima di Fakultas Pertanian USU Medan, Departemen
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur UMPTN.
Penulis melakukan Praktek kerja Lapangan (PKL) di Balai Benih Induk
(BBI) Tanjung Selamat Medan pada tahun 2006.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa karena
atas berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun
judul

dari


skripsi

adalah

INDEKS

KEANEKARAGAMAN

JENIS

SERANGGA PADA EKOSISTEM PEMBIBITAN DAN BUKAAN BARU
TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guinensis Jacq. )
Adapun tujuan dan kegunaan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk

dapat

memperoleh

gelar


sarjana

di

Fakultas

Pertanian

Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang
membutuhkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Mena Uly Tarigan, MS
selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS selaku
anggota komisi Pembimbing. yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis, dan tidak lupa juga kepada rekan-rekan yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini

bermanfaat.
Medan, November 2008

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hlm
ABSTRACT ................................................................................................ .. i
ABSTRAK................................................................................................... . ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... .v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... .ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................

Tujuan Penelitian ..............................................................................
Hipotesa Penelitian ............................................................................
Kegunaan Penelitian ..........................................................................

.1
.3
.3
.3

TINJAUAN PUSTAKA
Keragaman dan Keanekaragaman Serangga..........................................4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Serangga ...........5
Ledakan Populasi Serangga ..................................................................7
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 10
Bahan dan Alat ................................................................................... 10
Metoda Analisa Data .......................................................................... 10
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 11
Pengambilan Sampel............................................................... 12
Identifikasi Serangga .............................................................. 15

Koleksi Serangga .................................................................... 16
Peubah Amatan .................................................................................. 17
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................... 18
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................ 27
Saran .................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Hlm

1.

Alat Perangkap Sweep Net (Jaring Perangkap) ........................ 13

2.

Perangkap Lampu (Light trap) ................................................ 15

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Judul

Hlm

1.

Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada
Areal Bukaan baru (Land Clearing.) ........................................ 18

2.

Status Fungsi Serangga Yang Tertangkap Pada
Areal Bukaan Baru (Land Clearing) ........................................ 20

3.

Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada
Areal Pembibitan (nursery). ..................................................... 21

4.

Status Fungsi Serangga Yang Tertangkap Pada
Areal Pembibitan (Nursery). .................................................... 23

5.

Indeks Keanekaragam Jenis Serangga Pada
Masing-Masing Lokasi ............................................................ 25

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul

Hlm

1

Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga Pada
Areal Bukaan Baru (Land Clearing) ....................................... 31

2.

Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga Pada
Areal Pembibitan (Nursery) .................................................... 33

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Holmes HutaBarat, Diversity Of Insect On Nursery and Land Clearing
Ecosystem at Oil Palm Plantation (Elaeis guinensis Jacq) with counselor
commision Ir. Mena Uly Tarigan, MS as chief and Ir. Yuswani Pangestiningsih,
MS as member. The experiment was aimed to know the diversity of insect
population on nursery and land clearing ecosystem at oil palm plantation and was
to know the usefull insect, destructive insect, parasitoid and predator at that area.
The experiment was done on two place, Land clearing and nursery. The insects
were caught by: Sweep net, Pifall trap and Light Trap. The collected were
determined in the laboratory. Insect diversity indeks (H’) was analysed with
Shanon-Weiner. The results showed that were that insect number which was
catched on Land Clearing was 360 insect, consisting of 9 orders 26 families. On
Nursery was 352 insect, consisting 9 orders and 33 families. Insect diversity
indeks (H’) on Land Clearing are 2,4744 (Medium), and on nursery are 2,8790
(Medium).

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Holmes

Hutabarat,

INDEKS

KEANEKARAGAMAN

JENIS

SERANGGA PADA EKOSISTEM PEMBIBITAN DAN BUKAAN BARU
TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guinensis Jacq. ), dibawah bimbingan
Ir. Mena Uly Tarigan, MS selaku ketua dan Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS
selaku

anggota.

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

indeks

keanekaragaman jenis serangga pada ekosistem pembibitan dan bukaan baru
tanaman kelapa sawit dan untuk mengetahui jenis serangga berguna, serangga
merugikan, parasitoid dan predator pada areal tersebut. Penelitian ini dilaksanakan
di dua tempat yaitu pada areal bukaan Baru (Land Clearing) dan areal pembibitan
(Nursery). Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunakan jaring
perangkap (sweep net), Perangkap Jatuh (Pit Fall Trap), Perangkap Cahaya (Light
Trap). Pengamatan dilakukan di Laboratorium. Indeks keanekaragaman jenis
serangga (H’) dihitung dengan menggunakan perhitungan Shannon-Weiner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa serangga yang tertangkap pada areal bukaan baru
(Land Clearing) sebanyak 360 ekor yang terdiri dari 9 ordo dan 26 famili. Pada
areal pembibitan (Nursery) didapat sebanyak 352 ekor yang terdiri dari 9 ordo dan
33 famili. Nilai indeks keanekaragaman serangga pada ereal bukaan baru
(Land Clearing) adalah sebesar 2,4744 (sedang), sedangkan pada areal pembibitan
(Nursery) adalah sebesar 2,8790 (sedang).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) merupakan tanaman serbaguna.
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon, tingginya dapat mencapai 24 m. Bunga
dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak, buahnya kecil, bila masak
berwarna merah kehitaman, daging buahnya padat, daging buahnya mengandung
minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun dan lilin.
Ampasnya digunakan untuk makanan ternak. Tempurungnya digunakan sebagai
bahan bakar dan arang (Anonimus, 2007a).
Di Indonesia, perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak
hanya yang dikembangkan oleh negara, tetapi juga perkebunan rakyat dan swasta.
Samapai pada tahun 2003, luas areal perkebunan rakyat mencapai 1.827.000 ha,
perkebunan negara seluas 645.000 ha, dan perkebunan besar swasta seluas
2.765.000 ha (Anonimus 2007b)
Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini
yang terbanyak anggotanya), sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada
serangga lain), sebagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai
penyerbuk (misalnya tawon dan lebah) dan sebagai penular (vector) bibit penyakit
tertentu (Putra, 1994).
Hama yang menyerang bibit, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
tanaman menghasilkan (TM) tidak selalu sama. Demikian pula hama yang
menyerang kelapa sawit di wilayah pengembangan, berbeda dengan di wilayah

Universitas Sumatera Utara

tradisional. Ada hama yang bersifat permanen namun ada pula yang bersifat
sementara (Risza, 1994).
Faktor – faktor yang mengatur kepadatan suatu populasi dapat dibagi 2
golongan yaitu faktor ekstenal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain
persaingan antara individu dalam satu populasi atau dengan spesies lain,
perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan
makanan, serangga / parasit / penyakit, emigrasi, faktor iklim misalnya cuaca,
suhu, kelembapan. Sedangkan faktor internal yaitu perubahan genetik dari
populasi (Oka, 1995).
Dengan munculnya hama manusia berusaha untuk mengendalikannya.
Dimulai dari cara yang sederhana yaitu dengan menangkap dan membunuh setiap
hama yang dijumpai. Pengendalian hama yang paling populer dikalangan petani
adalah penggunaan pestisida karena caranya mudah dan hasilnya dapat segera
dirasakan (Rismunandar, 1986).
Meskipun pestisida banyak mempunyai keuntungan seperti cepat
menurunkan populasi hama, mudah penggunaannya dan menguntungkan secara
ekonomi, namun dampak negatif penggunaan semakin lama semakin dkirasakan
masyarakat. Dampak negatif pestisida yang merugikan kesehatan masyarakat dan
lingkungan semakin lama semakin menonjol dan perlu mendapat perhatian.
Munculnya resistensi, resurgensi atau peletusan hama kedua dapat menurunkan
keuntungan ekonomis pestisida (Untung, 2001).
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) lebih mengutamakan berjalannya
pengendalian alami khususnya pengendalian hama yang dilakukan oleh berbagai
musuh alami. Pengendalian hayati pada dasarnya dilatarbelakangi oleh

Universitas Sumatera Utara

pengendalian alami dan keseimbangan ekosisitem. Musuh alami yang terdiri dari
parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendalian utama yang bekerja
secara density dependent (Untung, 2001).
Mengingat sifat agroekosistem yang dinamik dan sangat peka akan adanya
perubahan, dan agar sasaran PHT tersebut dapat dicapai kita harus memilki
informasi tentang keadaan ekosistem melalui kegiatan pemantauan ekosistem.
Hasil pemantauan yang berupa data informasi lapangan merupakan masukan bagi
lembaga pengambil keputusan tentang tindakan pengelolaan yang perlu
dilaksanakan terhadap ekosistem (Untung, 2001).

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis serangga pada beberapa
ekosistem di areal perkebunan Citra Sawit Mandiri di Labuhan Batu.
2. Untuk mengetahui jenis serangga berguna, merugikan, predator, parasitoid
pada areal tersebut

Hipotes Penelitian
1. Adanya perbedaan indeks keanekaragaman serangga pada beberapa
ekosistem di areal perkebunan Citra Sawit Mandiri di Labuhan Batu
2. Terdapat berbagai jenis serangga berguna, merugikan, predator, parasitoid
pada areal tersebut

Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Keragaman dan Keanekaragaman Serangga
Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan
kelimpahan species dalam komunitas. Keanekaragaman species terdiri dari 2
komponen yakni :
1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies
2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu
(yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dsb) tersebar antara
banyak species itu.
(Anonimous, 2008).
Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat
dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga
yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua
serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga
penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid. Untung (1996) berpendapat
bahwa setiap serangga mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi
serangga, habitat dan kepadatan populasi.
Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat
keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Untuk memperoleh
keragaman jenis cukup diperlukan kemampuan mengenal atau membedakan jenis
meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama (Krebs, 1978).
Pengukuran keragaman secara sederhana dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah jenis dalam habitat atau komunitas yang diteliti. Pengukuran

Universitas Sumatera Utara

keragaman jenis saja kurang sesuai karena jenis yang melimpah dengan jenis yang
jarang dilakukan perhitungkan yang sama (Odum, 1971)
Di ekosistem alamiah, keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam
setiap kesatuan ruang terdapat flora dan fauna beragam. Sedangkan keragaman
didalam agroekosistem yang ditanami beberapa spesies tanaman relatif rendah,
misalnya padi sebagai tanaman utama (Oka, 1995).
Tingkat keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah
hama. Sistem pertanaman yang beraneka ragam berpengaruh kepada populasi
spesies-spesies herbivora atau hama (Oka, 1995).
Besarnya nilai kerapatan mutlak (KM) menunjukkan banyaknya jumlah
dan jenis serangga yang terdapat dalam habitat. Frekuensi mutlak (FM)
menunjukkan jumlah individu serangga tertentu yang ditemukan pada habitat
yang dinyatakan secara mutlak. Sedangkan frekuensi relatif (FR) menunjukkan
keseringhadiran suatu jenis serangga pada habitat dan dapat menggambarkan
penyebaran jenis serangga tersebut (Suin, 1997).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Serangga
Menurut Krebs (1978) ada 6 faktor yang saling berkait menentukan derajat
naik turunnya keanekaragaman jenis, yaitu :
1.

Waktu.
Keragaman komunitas bertambah sejalan dengan waktu, berarti komunitas
tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada
komunitas muda yang belum berkembang. Dalam ekologi, waktu dapat
berjalan lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi. Skala ekologis

Universitas Sumatera Utara

mencakup keadaan dimana jenis tertentu dapat bertahan dalam lingkungan
tetapi belum cukup waktu untuk menyebar sampai ketempat tersebut.
Keragaman jenis suatu komunitas bergantung pada kecepatan penambahan
jenis melalui evolusi tetapi bergantung pula pada kecepatan hilang jenis
melalui kepenuhan dan emigrasi.
2.

Heterogenitas ruang.
Semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora
dan fauna di tempat tersebut dan semakin tinggi keragaman jenisnya. Faktor
heterogenitas berlaku pada skala makro maupun mikro.

3.

Kompetisi.
Terjadi apabila sejumlah organisme (dari spesies yang sama atau yang
berbeda) menggunakan sumber yang sama ketersediaannya kurang, atau
walaupun ketersediaan sumber tersebut cukup namun persaingan tetap terjadi
juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu
menyerang yang lain atau sebaliknya.

4.

Pemangsaan.
Pemangsaan yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing
yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar
kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman,
apabila intensitas dari pemengsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
menurunkan keragaman jenis.

5.

Kestabilan iklim.
Makin stabil keadaan suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu
lingkungan yang stabil lebih memungkinkan keberlangsungan evolusi.

Universitas Sumatera Utara

6.

Produktifitas merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi.
Keenam faktor ini saling berinteraksi untuk menetapkan keanekaragaman

jenis dalam komunitas yang berbeda. Keanekaragaman spesies sangatlah penting
dalam menetukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam akibat
turut campur tangan manusia (Michael, 1995).
Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme
selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam
komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian
yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies
(persaingan,

predasi)

dan

tingkat

inter

spesies

(persaingan,

teritorial)

(Untung, 1996).

Ledakan Populasi Serangga
Menurut Harahap (1994) di dalam ekosistem alami populasi suatu jenis
serangga atau hewan pemakan tumbuhan tidak pernah eksplosif (meledak) karena
banyak faktor pengendaliannya baik yang bersifat biotic maupun abiotik. Dengan
demikian dalam ekosistem alami serangga tidak berstatus sebagai hama. Di dalam
ekosistem pertanian faktor pengendali tersebut sudah banyak berkurang sehingga
kadang-kadang populasinya meledak dan menjadi hama. Serangga fitofag dapat
berubah status dari non hama menjadi hama atau dari hama penting menjadi
hama tidak penting karena :
1. Perubahan lingkungan atau cara budidaya
2. Perpindahan tempat

Universitas Sumatera Utara

3. Perubahan pandangan manusia
4. Aplikasi insektisida yang tidak bijaksana.
Keragaman tanaman yang terbatas pada agoekosistem mendorong
serangga monofag berkembang pesat akibat ketersediaan makanan untuk
pertumbuhan dan perkembangannya semakin berkurang (Untung, 1996).
Secara umum, Pimentel (1986) menjelaskan bahwa pertanaman beragam
berpengaruh terhadap populasi hama. Spesies-spesies yang monofag cenderung
menurun pada pertanaman keragaman tinggi, sedang spesies polifag meningkat
demikian juga dengan predator. Teknik-teknik penganekaragaman pertanaman
berpotensi untuk menurunkan hama.
Heddy, dan Kurniaty (1996) menyatakan bahwa predasi merupakan
contoh interaksi antara dua populasi yang mempunyai efek negatif pada
pertumbuhan dan kehidupan pada salah satu populasi. Pemusnahan dapat terjadi
pada ekosistem yang baru dan belum mantap, misalnya ada perubahan yang
mendadak karena ulah manusia, ini dapat menjurus ke arah masalah epidemik
(wabah).
Ekosistem pertanian yang dinamis dan kurang stabil memberikan
pengaruh terhadap sruktur dan fungsi arthropoda yang ada di dalamnya. Keadaan
ekosistem pertanian yang lebih sederhana menurut Sosromarsono (1981) dapat
menyebabkan satu atau lebih organisme pemakan tumbuhan menjadi hama dari
tanaman yang dibudidayakan. Perubaha status dari bukan hama menjadi hama
disebabkan karena berlimpahnya tanaman makanan. Untung dan Sudarmono
(1997) mengatakan akan terjadi dominasi suatu jenis organisme terhadap
organisme lainnya yang disebabkan karena di dalam ekosistem banyak

Universitas Sumatera Utara

mekanisme alam yang bekerja secara efektif dan efisien. Kondisis ekologi yang
ada berpengaruh terhadap kehadiran organisme (Trisawa dkk, 2005).
Peledakan populasi dapat terjadi jika suatu spesies dimasukkan ke dalam
suatu daerah yang baru, dimana terdapat sumber-sumber yang belum dieksploitir
oleh manusia dan tidak ada interaksi negatif (misalnya predator, parasit), dimana
sebenarnya predator dan parasit memainkan peranan dalam menahan peledakan
populasi

dan

memang

menekan

laju

pertumbuhan

populasi

(Heddy dan Kurniaty 1996).
Oka (1995) menyebutkan bahwa agroekosistem yang menanam satu jenis
atau monokultur mengakibatkan keseimbangan lingkungan yang agak rapuh.yang
dapat mengakibatkan terjadinya wabah. Dalam ekosistem alami dengan jenis
keragaman tinggi setiap spesies mampu menyesuaikan diri membentuk
keseimbangan yang lebih stabil sehingga tidak terjadi wabah.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di areal perkebunan PT. Citra Sawit Mandiri,
Kabupaten Labuhan Batu, dengan ketinggian tempat ± 30 m di atas permukaan
laut. Identifikasi serangga yang tertangkap dilakukan di Laboratorium Hama
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penelitian dilaksanakan pada
bulan Agustus sampai Oktober 2008.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah imago yang tertangkap,
air bersih, detergen, plastik transparan, formalin, alkohol 70 % serta alat
pendukung lainnya.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, botol kecil, kain
kasa, sweep net, light trap, Pit fall trap, selotip, pinset, gunting, killing bottle,
jarum suntik, lup, kamera, mikroskop stereo binokuler, GPS (Global Position
System) alat tulis dan buku identifikasi.

Metoda Analisa Data
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
diagonal. Dimana sampel pertama ditentukan dengan menggunakan GPS, dengan
mencari titik koordinat masing-masing serta ditentukan titik tengah sebagai
sampling pertama, selanjutnya dicari areal vegetasi yang sama, dan dari sampling
pertama tersebut diambil 4 sampling yang lain ke empat sisi sejauh 100 m. Jarak
pengambilan sampel data satu perangkap dengan perangkap yang lain pada satu

Universitas Sumatera Utara

contoh sampling adalah 4-5 m. Dari serangga-serangga yang diperoleh pada setiap
penagkapan

setelah

dikumpulkan,

dikelompokkan

dan

diidentifikasi

di

laboratorium, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
- Frekuensi Mutlak (FM) Suatu Jenis Serangga :
Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah individu serangga tertentu yang
ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997).
FM =

Jumlah ditemukan suatu jenis serangga
Jumlah seluruh penangkapan

- Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga :
FR =
FR =

FM
x100%
∑ FM
Nilai FM suatu jenis serangga setiap penangkapan
x100%
Total Jumlah seluruh serangga setiap penangkapan
Frekuensi relatif menunjukkan kesering hadiran suatu jenis serangga pada

habitat

dan dapat

menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut

(Suin, 1997).
- Kerapatan Mutlak (KM) Suatu Jenis Serangga :
Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada
habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997).
KM =

Jumlah individu jenis yang tertangkap
Jumlah Penangkapan

(Suin, 1997).

- Kerapatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga
KR =

KM
x100%
∑ KM

Universitas Sumatera Utara

KR =

Jumlah individu suatu jenis dalam setiap penangkapan
x100%
Total individu dalam setiap penangkapan

- Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga (H’)
Untuk membandingkan tinggi rendahnya keragaman jenis serangga
digunakan indeks Shanon-Weiner (H’) dengan rumus :
H’ = -∑ pi ln pi (Michael, 1995).
dimana :
pi

= perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis

pi

= ni/N

ni

= jumlah individu jenis ke-i

N

= jumlah total individu semua jenis .
Dengan Kriteria indeks Keanekaragaman sebagai berikut :

H’ < 1 berarti keragaman rendah.
H’ 1-3 berarti keragamannya sedang.
H’ > 3 berarti Keragamannya tinggi
(Wilham dalam Washington, 1984).

Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil dan mengumpulkan
serangga yang tertangkap pada masing-masing titik sampel perangkap yang telah
ditentukan Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada :
1. Lahan Bukaan Baru (Land Clearing).
2. Areal Pembibitan (Nursery).

Universitas Sumatera Utara

Sampel serangga yang diambil yaitu berupa imago dari serangga yang
terperangkap. Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunakan berbagai
perangkap yaitu sebagai berikut :
A. Serangga Diurnal (Serangga aktif siang hari)
Untuk penangkapan serangga yang aktif pada siang hari dilakukan
dengan 2 (dua) metode, yaitu :
1.Perangkap jaring (sweep net)
Perangkap ini terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti kain kasa,
mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat. Lokasi
pemantauan dilakukan pada keempat areal dengan titik sampel yang telah
ditentukan, kemudian dilakukan metode pengabutan 10 x pengayunan pada setiap
titik sampling masing-masing blok. Lokasi pengabutan sesuai dengan sistem
diagonal. Interval sampling dilakukan 3 hari sekali selama 2 minggu.
Penangkapan serangga dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Serangga yang
tertangkap kemudian dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan ke dalam
botol sampel yang selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.

Gambar 1. Alat Perangkap Sweep Net (Jaring Perangkap)

Universitas Sumatera Utara

2. Perangkap jatuh (fit fall trap)
Perangkap ini digunakan untuk menangkap serangga yang hidup di atas
permukaan tanah. Pemasangan perangkap dilakukan pada kedua areal dengan titik
sampel yang telah ditentukan. Pemasangan perangkap dilakukan dengan sistem
diagonal dengan interval pemantauan 3 hari sekali dengan waktu pengamatan
5x pemantauan selama 2 minggu. Pada masing-masing titik sampel yang telah
ditentukan ditempatkan dan ditanam baskom plastik berdiameter permukaan ± 15
cm, yang bagian permukaan ember tersebut sejajar dengan permukaan tanah
dengan jarak antara fit fall trap yang satu dengan titik sampel yang ditentukan,
kemudian masing-masing dasar ember dilapisi kertas berwarna kuning, kemudian
diisi dengan air jernih yang telah dicampur larutan formalin 4% sebanyak ± 400
ml ditambah sedikit larutan detergen. Perangkap jebak ini dibiarkan selama 24
jam yaitu dipasang jam 08.00 WIB pagi dan diambil besoknya jam 08.00 pagi,
serangga tanah yang tertangkap dimasukkan ke dalam botol sampel. Selanjutnya
semua sampel serangga tanah yang didapatkan dibawa ke laboratorium untuk
diidentifikasi.
B. Serangga nocturnal ( Serangga aktif malam hari)
Untuk penangkapan serangga yang aktif malam hari dilakukan dengan
menggunakan metode :
Perangkap cahaya lampu (light trap)
Perangkap ini digunakan untuk menangkap serangga yang respon
terhadap cahaya malam hari (nocturnal). Pemasangan alat ini dilakukan pada
pukul 18.00-06.00 WIB. Lokasi pemantauan Pemasangan perangkap dilakukan
dengan sistem diagonal dengan interval pemantauan 3 hari sekali dengan waktu

Universitas Sumatera Utara

pengamatan 5x pemantauan selama 2 minggu. Perangkap ini menggunakan lampu
kapal sebagai sumber cahaya. Lampu diletakkan di dalam baskom yang
diletakkan di atas papan yang telah dipaku dengan kayu broti dengan tinggi 1m
dari permukaan tanah, sehingga serangga yang tertarik jatuh ke dalam ember.
Selanjutnya semua sampel serangga yang didapatkan dibawa ke laboratorium
untuk diidentifikasi.

Gambar 2. Perangkap Lampu (Light trap)

Identifikasi Serangga
Serangga yang terdapat di lapangan dibawa ke laboratorium kemudian
dikelompokkan sesuai dengan lokasi pengambilan sampel dan diawetkan dengan
alkohol 70% selanjutnya diidentifikasi di laboratorium dengan memakai lup dan
mikroskop serta mengacu pada buku kunci determinasi serangga, antara lain
Kalshoven (1981), Borror (1992), Baehaki (1993), dan Singh and Hameed (2000).
Identifikasi dilaksanakan minimal sampai pada tingkat famili.

Universitas Sumatera Utara

Koleksi Serangga
Serangga-serangga yang tertangkap, setelah diidentifikasi kemudian
dikoleksi menjadi koleksi basah dengan dalam campuran alkohol dan formalin.
Koleksi kering untuk imago serangga yang berukuran besar.
Adapun cara untuk dapat membuat koleksi adalah sebagai berikut :
1. Koleksi kering
Koleksi kering dibuat untuk serangga-serangga yang berukuran besar.
Adapun cara yang digunakan untuk membuat koleksi kering, yaitu :
 Dikumpulkan serangga yang tertangkap ke dalam toples
 Ditutup rapat dan dibiarkan sampai serangga tersebut lemas.
 Diambil formalin dan disuntikkan ke bagian abdomen serangga yang telah
lemas
 Diletakkan di media koleksi
 Diatur letak tungkainya sayapnya bagi serangga yang dapat terbang.
 Diberi pelekat pada serangga ke media koleksi.
 Diberi label keterangan morfologi pada media koleksi
2. Koleksi basah
Koleksi basah dibuat untuk serangga-serangga yang berukuran kecil.
Adapun cara yang digunakan untuk membuat koleksi basah, yaitu :
 Disediakan botol koleksi yang transparan.
 Dimasukkan formalin, alkohol dan air bersih dengan perbandingan 1:3:10
 Dimasukkan serangga yang berukuran kecil ke dalam botol koleksi sesuai
dengan ciri morfologinya masing-masing
 Diberi label keterangan pada media koleksi.

Universitas Sumatera Utara

Peubah Amatan
1. Jumlah serangga dan jenis serangga yang tertangkap pada setiap
perangkap yang dipasang.
2. Nilai Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Mutlak
(KM), Kerapatan Relatif (KR) pada setiap pengamatan.
3. Nilai indeks keanekaragaman jenis serangga (H’)

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah

Serangga

Yang

Tertangkap

Pada

Areal

Bukaan

Baru

(Land Clearing)

Pengamatan yang didapat terhadap jumlah serangga yang tertangkap pada
areal bukaan baru (Land Clearing) dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.

Jumlah serangga
(Land Clearing.)
SERANGGA

yang

tertangkap

pada areal bukaan baru

Pengamatan
1

2

3

Cicindelidae
Curculionidae
Cerambycidae
Nitidulidae
Melyridae
Carabidae

2
2
4
1
2
3

1
3
2

2
2
4
2
2
1

Cecidomyiidae
Stratiomydae
Sarcophagidae

1
2
1

2

Nabidae
Reduviidae
Lygaedidae

1
1
1

2
1

Ciccadidae

1

2

1

Apidae
Braconidae
Formicidae
Ichneumonidae

1
1
1
2

1
2
2
3

Termitidae

25

Noctuidae

3

KM

KR
(%)

FM

FR
(%)

4

5

3
1
1
1
1

1
4
2
2
1
2

6
14
13
6
6
11

1,6667
3,8889
3,6111
1,6667
1,6667
3,0556

4
5
5
4
4
5

3,4188
4,2735
4,2735
3,4188
3,4188
4,2735

2
1
2

1
2
1

6
6
5

1,6667
1,6667
1,3889

4
4
4

3,4188
3,4188
3,4188

1
2

2
1
2

5
6
6

1,3889
1,6667
1,6667

4
4
4

3,4188
3,4188
3,4188

1

2

7

1,9444

5

4,2735

2
1
2
4

2
1
1

1
1
2
2

5
7
8
12

1,3889
1,9444
2,2222
3,3333

4
5
5
5

3,4188
4,2735
4,2735
4,2735

37

39

30

25

156

43,3333

5

4,2735

3

2

3

1

12

3,3333

5

4,2735

COLEOPTERA

4

DIPTERA
1
1

HEMIPTERA
1
2

HOMOPTERA
HYMENOPTERA

ISOPTERA
LEPIDOPTERA

Universitas Sumatera Utara

Nymphalidae
Satyridae

2
1

1
2

2
3

1
2

2
1

8
9

2,2222
2,5000

5
5

4,2735
4,2735

Gomphidae

5

3

2

2

2

14

3,8889

5

4,2735

Gryllotalpidae
Acridiidae
Blatellidae

1
3
3

1
2
2

2
1

2
2

1
2
2

5
10
9

1,3889
2,7778
2,5000

4
5
4

3,4188
4,2735
3,4188

Gryllidae

1

2

3

2

8

2,2222

4

3,4188

80

65

67

360

100

117

100

ODONATA

ORTHOPTERA

Total

71

77

Hasil pengamatan yang didapat menunjukkan bahwa selama pengamatan,
jumlah serangga yang tertangkap dengan menggunakan berbagai jenis perangkap
pada areal bukaan baru (Land Clearing) adalah sebanyak 9 ordo, yang

terdiri

dari 26 famili, dengan jumlah populasi serangga sebanyak 360 ekor.
Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi
adalah Ordo Isoptera (termitidae) yaitu sebesar 156 ekor, dengan nilai Kerapatan
Relatif (KR) sebesar 43,333 %, sedangkan

Kerapatan Mutlak (KM) yang

terendah adalah ordo Diptera (Sarcopagidae), Hemiptera (Nabidae), Hymenoptera
(Apidae), Orthoptera (Gryllotalpidae) yaitu 4 dengan Nilai Kerapatan Relatif
(KR) sebesar 1,3889%.
Dari Tabel 1. diketahui bahwa nilai Frekwensi Mutlak (FM) tertinggi
adalah ordo Coleoptera (Curculionidae, Cerambycidae, Carabidae), Homoptera
(Ciccadidae), Hymenoptera (Braconidae, Formicidae, Ichneumonidae), Isoptera
(Termitidae), Lepidoptera (Noctuidae, Nymphalidae, Satyridae), Odonata
(Gomphidae), Orthoptera (Acridiidae) yaitu sebesar 5 dengan nilai Frekwensi
Relatif (FR) 4,2735%. Sedangkan nilai Frekwensi Mutlak (FM) yang terkecil ada
pada

ordo

Coleoptera

(Cicindelidae,

Nitidulidae,

Melyridae),

Diptera

(Ceccidomyidae, Stratiomydae, Sarcophagidae), Hemiptera (Nabidae, Reduviidae,

Universitas Sumatera Utara

Lygaeidae), Hymenoptera (Apidae), Orthoptera (Gryllotalpidae, Blatellidae,
Gryllidae) yaitu sebesar 4 dengan Nilai Frekwensi Relatif (FR) 3,4188 %.

Pembagian Status Fungsi Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Bukaan
Baru (Land Clearing)
Pembagian status serangga pada areal bukaan baru (Land Clearing) dapat
dilihat pada tabel 2. berikut ini :
Tabel 2. Status Fungsi Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Bukaan Baru
(Land Clearing)
N
Serangga
Parasitoid
Predator
Serangga
Tidak
o
Merugikan
Berguna
diketahui
1 Coleoptera
- Curculionidae
- Cerambicidae
- Melyridae

Hymenoptera
- Braconidae
- Ichneumidae

Coleoptera
- Cicindelidae
- Carabidae

Hymenoptera
- Apidae

Orthoptera
- Blatellidae

2 Hemiptera
- Lygaedidae

Hemiptera
- Nabidae
- Reduviidae

Lepidoptera
- Noctuidae
- Nymphalidae
- Satyridae

Diptera
- Cecidomyidae
- Stratiomydae
- Sarcophagidae

3 Isoptera
- Termitidae

Hymenoptera
- Formicidae

4 Homoptera
- Cicadidae
5 Orthoptera
- Gryllotalpidae
- Acrdiidae
- Gryllidae

Odonata
- Gomphidae

Bila dilihat dari tabel 1. jenis serangga yang paling banyak adalah dari
ordo Isopteran (Termitidae), sedangkan bila dilihat dari tabel 2. serangga tersebut
tergolong serangga yang merugikan, karena serangga ini hidup dengan memakaan
selulosa. Serangga ini hidup di dalam tanah dan memakan akar dan batang
tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Pembibitan (Nursery)
Pengamatan yang didapat terhadap jumlah serangga yang tertangkap pada
areal pembibitan (nursery) dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jumlah serangga yang tertangkap pada areal pembibitan (nursery).
SERANGGA

Pengamatan
1

2

3

4

5

1
2
2

2

1
2
3
2
1

1
1

2

KM

KR
(%)

FM

FR
(%)

1,9886
1,4205
1,9886
1,4205
1,7045
1,4205
1,9886

4
3
4
3
4
4
5

2,8986
2,1739
2,8986
2,1739
2,8986
2,8986
3,6232

COLEOPTERA :
Carabidae
Cicindelidae
Coccinelidae
Curculionidae
Eucnemidae
Rhipiceridae
Scarabacidae

1
1
2

Cecidomyiidae
Sarcophagidae
Stratiomyidae

1
3
1

2
1

1

Miridae
Reduviidae
Notonectctidae
Lygaeidae

2
2
1
2

2
1
3
1

1
1
2

Delphacidae
Ciccadidae

2
1

1
1

Apidae
Braconidae
Colletidae
Formicidae
Tiphiidae
Stephamidae
Vespidae

2

1
2

1
2
1
2
3

1

Termitidae

27

22

Danaidae
Lycaenidae
Noctuidae

1
2
3

2
2
3

1
2
1
1

2

1
2
1
1

2
2
1

7
5
7
5
6
5
7

2
3
2

1
1
3

4
10
7

1,1364
2,8409
1,9886

3
5
4

2,1739
3,6232
2,8986

2
1
1

6
6
9
6

1,7045
1,7045
2,5568
1,7045

4
4
5
4

2,8986
2,8986
3,6232
2,8986
0,0000

2

1
2

6
6

1,7045
1,7045

4
4

2,8986
2,8986

2
1
2

8
6
6
6
5
6
9

2,2727
1,7045
1,7045
1,7045
1,4205
1,7045
2,5568

5
4
4
4
4
4
4

3,6232
2,8986
2,8986
2,8986
2,8986
2,8986
2,8986

1

DIPTERA :

HEMIPTERA :
1
2
2

HOMOPTERA :
2

HYMENOPTERA
:

1
1

1
1
2
1
2

2
1
2

2
2
1
2
1
1
3

25

28

20

122

34,6591

5

3,6232

1

2
1
2

6
6
12

1,7045
1,7045
3,4091

4
4
5

2,8986
2,8986
3,6232

ISOPTERA :
LEPIDOPTERA :
1
1

3

Universitas Sumatera Utara

Nymphalidae
Satyridae

2
4

3
1

4
2

1
3

2

10
12

2,8409
3,4091

4
5

2,8986
3,6232

Gomphidae

3

4

1

2

2

12

3,4091

5

3,6232

Blatellidae
Gryllidae

2
2

3
1

2
2

1
3

2
2

10
10

2,8409
2,8409

5
5

3,6232
3,6232

Gryllotalphidae

1

1

4

1,1364

3

2,1739

66

352

100

138

100

ODONATA :
ORTHOPTERA

Total

82

2
66

65

73

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa jenis serangga yang tertangkap pada areal
pembibitan (nursery) ada sebanyak 9 ordo yang terdiri dari 33 famili. Dengan
jumlah populasi sebanyak 352 ekor.
Dari Tabel 3. diketahui nilai KM tertinggi adalah ordo Isoptera
(Termitidae) yaitu sebesar 122 ekor sementara nilai KR sebesar 34, 6591 %. Yang
terendah adalah Diptera (Cecidomyidae) dan Orthoptera (Gryllotalphidae) yaitu
sebesar 3 dengan nilai KR sebesar 1,1364 %.
Nilai

FM

tertinggi

adalah

Coleoptera

(Scarabidae),

Diptera

(Sarcophagidae), Hemiptera (Notonectctidae), Hymenoptera (Apidae), Isoptera
(Termitidae),

Lepidoptera

(Noctuidae,

Styridae),

Odonata

(Gomphidae),

Orthoptera (Blatellidae, Gryllidae) yaitu sebesar 5 dengan nilai FR sebesar
3,6232 %. Nilai FM tertendah adalah Coleoptera (Cicindeliade, Curculionidae),
Diptera (Cecidomyidae) dan Orthoptera (Gryllotalphidae) yaitu sebesar 3 dengan
nilai FR sebesar 2,1739%.
Dari Tabel 1. dan 3 dapat dilihat bahwa pada setiap pengamatan
menunjukkan naik turunnya jumlah serangga yang tertangkap. Pada tabel 1.
jumlah serangga yang paling banyak tertangkap adalah pada pengamatan ke 3,
dimana jumlah serangga yang tertangkap ada sebanyak 80 ekor, sedangkan yang

Universitas Sumatera Utara

terendah ada pada pengamatan ke 4, yaitu sebesar 65 ekor. Sementara pada tabel
3. diketahui jumlah serangga yang paling banyak ada pada pengamatan 1 yaitu
sebanyak 82 ekor dan terendah pada pengamatan ke 3 yaitu sebanyak 65 ekor.
Ini terjadi karena adanya perubahan cuaca pada setiap pengamatan. Krebs (1978)
menyatakan

bahwa kestabilan iklim merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi naik turunnya

keragaman jenis dan ini berpengaruh pada

banyaknya serangga yang hadir pada suatu areal tersebut.

Pembagian Status Fungsi Serangga Yang Tertangkap Pada Areal
Pembibitan (Nursery)
Pembagian status serangga pada areal pembibitan (Nursery) dapat dilihat
pada tabel 4. berikut ini :
Tabel 4. Status Fungsi Serangga Yang Tertangkap Pada Pembibitan
(Nursery)
N
o

Serangga
Merugikan

1 Coleoptera
- Curculionidae
- Scrabidae

Parasitoid

Hymenoptera
- Braconidae
- Ichneumidae
- Colletidae
- Thipiidae
- Stephamidae
- Vespidae

Predator

Serangga
Berguna

Tidak diketahui

Coleoptera
- Cicindelidae
- Carabidae
- Coccinelidae

Hymenoptera
- Apidae

Coleoptera
- Rhipiceridae

2 Hemiptera
- Miridae
- Lygaedidae

Hemiptera
- Nabidae
- Reduviidae

Lepidoptera
- Noctuidae
- Nymphalidae
- Satyridae
- Lycaenidae
- Danaidae

Orthoptera
- Blatellidae

3 Isoptera
- Termitidae

Hymenoptera
- Formicidae

4 Homoptera
- Delphacidae

Odonata
- Gomphidae

Diptera
- Cecidomyidae
- Stratiomydae
- Sarcophagidae

5 Orthoptera
- Gryllotalpidae
- Gryllidae

Universitas Sumatera Utara

Dari data tabel 3 dan 4 dapat diketahui jenis serangga yang paling banyak
dan bersifat merugikan (hama) adalah dari ordo Isoptera (Termitidae). Hal ini
hampir sama dengan di areal bukaan baru (land clearing), ini terjadi kareana
lokasi areal pembibitan tidak terlalu jauh dari areal bukaan baru tersebut.
Dari hasil pengamatan pada tabel 1-4 dapat dilihat bahwa jenis serangga
yang tertangkap pada areal bukaan baru (land clearing) tidak berbeda jauh dengan
jenis yang tertangkap pada areal pembibitan (nursery). Hal ini diakibatkan lokasi
areal pembibitan tidak terlalu jauh dari areal bukaan baru (land clearing).
Apabila data pada tabel 1 dibandingkan dengan tabel 2. maka dapat
diketahui bahwa ada jenis serangga pada areal land clearing yang tidak ditemukan
pada areal pembibitan (nursery) yaitu dari jenis Coleoptera (Cerambycidae,
Nitidulidae, Melyridae), Hemiptera (Nabidae), Orthoptera (Acridiidae). Hal ini
terjadi karena adanya perubahan lingkungan tempat hidup dari serangga tersebut.
Ini terjadi karena adanya campur tangan manusia dalam mengubah ekosistem.
Heddy dan Kurniaty (1996) menyatakan bahwa pemusnahan dapat terjadi pada
ekosistem yang baru dan belum mantap, misalnya ada perubahan yang mendadak
karena ulah manusia.
Demikian juga sebaliknya apabila data tabel 2 dibandingkan dengan tabel
1. maka dapat dilihat bahwa ada jenis serangga pada areal pembibitan yang
bertambah atau ditemukan jenis yang lain yaitu, Coleoptera (Coccinelidae,
Eucnemidae, Rhipiceridae, Scarabidae), Hemiptera (Miridae, Notonectctidae),
Homoptera (Delphacidae), Hymenoptera (Colletidae, Tiphiidae, Stephamidae,
Vespidae), Lepidoptera (Danaidae, Lycaenidae). Hal ini terjadi karena adanya
perubahan pada lingkungan akibat ulah dari manusia.

Harahap (1994)

Universitas Sumatera Utara

menyatakan pada ekosistem baru dapat terjadi ledakan populasi karena beberapa
hal yaitu : Perubahan lingkungan atau cara budiddaya, perpindahan tempat,
perubahan pandangan manusia. aplikasi insektisida yang tidak bijaksana.

Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga
Indeks keanekaragaman jenis serangga pada masing-masing lokasi dapat
dilihat pada tabel 5. berikut ini :
Tabel 5. Indeks Keanekaragam Jenis Serangga Pada Masing-Masing Lokasi
No

1

Lokasi

Areal

Bukaan

Baru

Indeks
Keanekaragaman
Jenis

Keterangan

2,4744

Keragaman

(Land Clearing)
2

Areal Pembibitan (Nursery)

Sedang
2,8790

Keragaman
Sedang

Dari data dapat dilihat bahwa indeks keanekaragaman pada kedua (lokasi
areal bukaan baru (land clearing) dan pembibitan (nursery) tergolong sedang.
Akan tetapi walaupun sama-sama tergolong sedang. Dari Tabel 5. ini

juga

diketahui bahwa indeks keanekaragaman tertinggi adalah di areal pembibitan
yaitu sebesar 2,8790 sementara pada areal bukaan baru (land clearing) sebesar
2,4744. Ini terjadi karena adanya perbedaan jenis tanaman. Yang menjadi tempat
hidup serangga. Pada areal bukaan baru (land clering) jenis tanaman yang ada
adalah heterogen. Sedangkan di areal pembibitan jenis serangga bertambah ini
terjadi karena terjadinya ledakan populasi karena jenis tanaman sudah homogen.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap (1994) di dalam ekosistem alami
populasi suatu jenis serangga atau hewan pemakan tumbuhan tidak pernah

Universitas Sumatera Utara

eksplosif (meledak) karena banyak faktor pengendaliannya baik yang bersifat
biotic maupun abiotik. Ajan tetapi di dalam ekosistem pertanian faktor pengendali
tersebut sudah banyak berkurang sehingga kadang-kadang populasinya meledak.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Nilai KM tertinggi pada areal bukaan baru (land clearing) adalah 156 dan
dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) 43,333 % dan terendah adalah 4
dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 1,3889%.
2. Nilai FM tertinggi pada areal bukaan baru (land clearing) adalah 5 dengan
nilai Frekwensi Relatif (FR) 4,2735%. Sedangkan nilai Frekwensi Mutlak
(FM) yang terendah adalah 4 dengan nilai Frekwensi Relatif (FR)
3,4188 %.
3. Nilai KM tertinggi pada areal pembibitan (nursery) adalah 122 dan dengan
nilai Kerapatan Relatif (KR) 34,6591 % dan terendah adalah 3 dengan
nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 1,1364%.
4. Nilai FM tertinggi pada areal pembibitan (nursery) adalah 5 dengan nilai
Frekwensi Relatif (FR) 3,6232%.

Sedangkan nilai Frekwensi Mutlak

(FM) yang terendah adalah 3 dengan nilai Frekwensi Relatif (FR)
2,1739 %.
5. Nilai Indeks Kenekaragaman jenis serangga (H’) pada areal bukaan baru
(land clearing) adalah 2,4744 (sedang).
6. Nilai Indeks Kenekaragaman jenis serangga (H’) pada areal pembibitan
(nursery) adalah 2,8790 (sedang).
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang keanekaragaman serangga pada
ekosistem yang lain.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2007a. Kelapa Sawit. Available on line at :
http://www.wikipedia.org/wiki/sawit. (21 Januari 2007)
2007b. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis : Kelapa Sawit.
Available on line at : http://www.litbang.deptan.go.id (14 February 2007)
2008. Indeks Diversitas/Keanekaragaman. Available on line at :
http://www.irwantoshut.com/indeks_diversitas.pdf (12 April 2008)
Harahap, L. S. 1994. Seri PHT Palawija. Penebar Swadaya, Jakarta.
Heddy, S dan M, Kurniaty., 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. PT. Raja
Grafindo, Jakarta.
Krebs, 1978. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abudance.
Third Edition. Harper and Row Publisher, New York.
Michael, P, 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koester. UI-Press, Jakarta.
Odum, E.P., 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunders, Philadelphia.
Oka, I.N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
UGM-Press, Yogyakarta.
Pimentel, B. 1986. Species Diversity and Insect Population Outbreks. Annent Soc.
London.
Putra, N.S., 1994. Serangga Di Sekitar Kita. Kanisius, Yogyakarta.
Rismunandar. 1986. Hama Tanaman Pangan Dan Pembasminya. Sinar Baru,
Bandung.
Risza, 1994. Kalapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Suin, N. M, 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Trisawa, I. M., I. W. Laba dan R. Armadja. 2005. Arthropoda Yang Berasosiasi
Pada Ekosistem Tanaman Lada. Jurnal Entomologi Indonesia. Vol. 2,
No 1. April 2005
Untung, K., 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Universitas Gadjah
Mada Press, Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

, 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Universitas Gadjah
Mada Press, Yogyakarta.
Washington, H. G. 1984. Review Diversity, Biotic and Similar Indices. Water Res
Vol. 18 No. 6. Pergamon Press. Great Britain.

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

Lampiran 1. Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga Pada Areal Bukaan Baru (Land Clearing)
SERANGGA

Pengamatan

KM

KR (%)

FM

FR (%)

pi

ln pi

H'

1
4
2
2
1
2

6
14
13
6
6
11

1,6667
3,8889
3,6111
1,6667
1,6667
3,0556

4
5
5
4
4
5

3,4188
4,2735
4,2735
3,4188
3,4188
4,2735

0,01667
0,03889
0,03611
0,01667
0,01667
0,03056

-4,0943
-3,2470
-3,3212
-4,0943
-4,0943
-3,4882

0,0682
0,1263
0,1199
0,0682
0,0682
0,1066

2
1
2

1
2
1

6
6
5

1,6667
1,6667
1,3889

4
4
4

3,4188
3,4188
3,4188

0,01667
0,01667
0,01389

-4,0943
-4,0943
-4,2767

0,0682
0,0682
0,0594

1
2

2
1
2

5
6
6

1,3889
1,6667
1,6667

4
4
4

3,4188
3,4188
3,4188

0,01389
0,01667
0,01667

-4,2767
-4,0943
-4,0943

0,0594
0,0682
0,0682

1

2

7

1,9444

5

4,2735

0,01944

-3,9402

0,0766

1

2

3

4

5

Cicindelidae
Curculionidae
Cerambycidae
Nitidulidae
Melyridae
Carabidae

2
2
4
1
2
3

1
3
2

2
2
4
2
2
1

3
1
1
1
1

Cecidomyiidae
Stratiomydae
Sarcophagidae

1
2
1

2

Nabidae
Reduviidae
Lygaedidae

1
1
1

2
1

Ciccadidae

1

2

COLEOPTERA :

4

DIPTERA :
1
1

HEMIPTERA :
1
2

HOMOPTERA :
1

Universitas Sumatera Utara

HYMENOPTERA :
Apidae
Braconidae
Formicidae
Ichneumonidae

1
1
1
2

1
2
2
3

2
1
2
4

2
1
1

1
1
2
2

5
7
8
12

1,3889
1,9444
2,2222
3,3333

4
5
5
5

3,4188
4,2735
4,2735
4,2735

0,01389
0,01944
0,02222
0,03333

-4,2767
-3,9402
-3,8067
-3,4012

0,0594
0,0766
0,0846
0,1134

Termitidae

25

37

39

30

25

156

43,3333

5

4,2735

0,43333

-0,8362

0,3624

Noctuidae
Nymphalidae
Satyridae

3
2
1

3
1
2

2
2
3

3
1
2

1
2
1

12
8
9

3,3333
2,2222
2,5000

5
5
5

4,2735
4,2735
4,2735

0,03333
0,02222
0,02500

-3,4012
-3,8067
-3,6889

0,1134
0,0846
0,0922

Gomphidae

5

3

2

2

2

14

3,8889

5

4,2735

0,03889

-3,2470

0,1263

Gryllotalpidae
Acridiidae
Blatellidae
Gryllidae

1
3
3
1
71

1
2
2

2
1

2
2
3
65

1
2
2
2
67

5
10
9
8

1,3889
2,7778
2,5000