Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

KAJIAN MUSUH ALAMI SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT
Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : curculionidae)
PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

REH UCINA SITEPU

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

KAJIAN MUSUH ALAMI SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT
Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : curculionidae)
PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

SKRIPSI


OLEH
REH UCINA SITEPU
020302011
HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

KAJIAN MUSUH ALAMI SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT
Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : curculionidae)
PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

SKRIPSI


OLEH
REH UCINA SITEPU
020302011
HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Judul Skripsi


Nama
NIM
Departemen
Program Studi

: KAJIAN MUSUH ALAMI SERANGGA
PENYERBUK KELAPA SAWIT
Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
: Reh Ucina Sitepu
: 020302011
: Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
: Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS

Ketua

Ir. Marheni, MP
Anggota

Mengetahui,

Ir. Marheni, MP
Ketua Departemen

Tanggal Lulus

: 31 Maret 2008

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

ABSTRACT


Reh Ucina Sitepu, “Study on The Probabilitas of Natural Enemies
on Pollinatory Insect Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera :
curculionidae) on Oilpalm (Elaeis guineensis Jacq.)”. The research was
under supervised by Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS and Ir. Marheni, MP.
The objective of this research is to know species of natural enemies of
pollinatory insect. This research was carried out in Pest Laboratory in
Agriculture Faculty, North Sumatera University Medan. This study was
done finish at February to May 2007.
The result shawed that Tachinids (Tachinidae : Diptera) as
parasitoid of Elaeidobius found to attack the larvae (0,5%) and pupae
(0,25%) of pollinatory insect. Beside that, appeared Metarhizium
anisopliae as entomophatogen fungi (0,75%).

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

ABSTRAK

Reh Ucina Sitepu, ” Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk

Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera :
curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)”.
penelitian ini dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS sebagai ketua
dan Ir. Marheni, MP sebagai anggota. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui musuh alami serangga penyerbuk kelapa sawit
E. kamerunicus Faust. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2007.
Dari hasil penelitian ditemukan parasitoid E. kamerunicus adalah
ordo Diptera famili Tachinidae pada larva sebanyak 2 ekor (0,5%) dan
pupa 1 ekor (0,2%). Disamping itu, munculnya M. anisopliae sebagai
entomopatogen sebanyak 3 ekor imago yang terpatogen ( 0,75%).

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Reh Ucina Sitepu, dilahirkan di Parit Bindu pada tanggal 27

September 1984, anak ketiga dari tiga bersaudara dari Ayahanda Alm.
Bersih Sitepu dan Ibunda Ratna Juita Hutagalung.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah lulus dari Sekolah
Dasar Negeri 3 Kuala tahun 1996, tahun 1999 lulus dari Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kuala, tahun 2002 lulus dari sekolah
Menengah Umum Negeri 1 Kuala dan tahun 2002 diterima sebagai
mahasiswa di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur PMP.
Selama

mengikuti

perkuliahan,

penulis

mengikuti

kegiatan


organisasi Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN). Menjadi
panitia Ceramah Ilmiah “Pengendalian Hayati Sebagai Komponen PHT” di
Fakultas Pertanian USU pada tanggal 10 Februari 2006. Menjadi
Bendahara Umum Komunikasi Muslim (KOMUS) HPT pada tahun 2004 –
2005. Menjadi asisten di Laboratorium Epidemiologi Tanaman pada tahun
2006. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian
Teh dan Kina (PPTK) Bah Butong Kecamatan Sidamanik Kabupaten
Simalungun Pematang Siantar pada bulan Juni – Juli 2006. Melaksanakan
praktek skripsi di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Departemen Ilmu
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan mulai bulan Februari – Mei 2007.

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat
dan anugerah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Kajian Musuh Alami
Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.)”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
mengikuti ujian sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
komisi pembimbing Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS sebagai ketua
dan Ibu Ir. Marheni, MP sebagai anggota yang telah membantu dan
membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.
Agr selaku sekretaris di Departemen Ilmu Hama dan penyakit Tumbuhan,
telah

mempermudah

segala

urusan


penulis

sehingga

dapat

menyelesaikan skripsi ini juga.
Ucapan syukur dan terima kasih penulis kepada Ayahanda dan
Ibunda tercinta, abang dan kakak tersayang yang telah banyak memberi
motivasi dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan ini semua.
Ucapan syukur dan terima kasih penulis memiliki sahabat karib
”ARLINDA” yang sangat berperan dalam penyelesaian skripsi ini.

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Ucapan terima kasih untuk Pak Darsono, Pak Hadyono, Kak Pinde,
Buk Ida dan Kak Helmi yang telah membantu penulis dan mempermudah
pengurusan administrasi.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Helfrida
Situmeang, Nanda, The Blue Castle ”Baya, Noenah, Ulan dan Jime”.
Setiap hari dukungan selalu ada dari kalian. Teruntuk Maz Ary dan Bang
Mantri yang tidak lupa memberi semangat dan doanya untuk penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
Untuk temen-teman 02 khususnya Tari yang juga saat ini samasama berjuang dengan penulis menyelesaikan gelar sarjana. Dan untuk
semua teman-teman mulai dari stambuk 02 sampai 07 yang tidak bisa
disebutkan satu per satu namanya, penulis ucapkan terima kasih atas
partisipasi dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2008
Penulis

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Hlm
ABSTRACT ......................................................................................

i

ABSTRAK ........................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP .............................................................................

iii

KATA PENGANTAR ........................................................................

iv

DAFTAR ISI ......................................................................................

vi

DAFTAR TABEL .............................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x
PENDAHULUAN ..............................................................................
Latar Belakang .......................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................
Hipotesa Penelitian ................................................................
Kegunaan Penelitian ..............................................................

1
1
4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) .................
Hama Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)........
Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros L.)...................
Ulat Api (Setothosea asigna Van Ecke).......................
Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit.........................................
Thrips hawaiiensis Morg..............................................
Elaeidobius kamerunicus Faust...................................
Perilaku dan Peranan Serangga Penyerbuk
Kelapa Sawit…………………………………………………….. .
Faktor Yang Mempengaruhi Populasi
E. kamerunicus Faust. (Coleoptera : curculionidae)................
Famili Tachinidae (Ordo Diptera)……………………………….
Jamur Metarhizium anisopliae (Metch) Sorokin.......................

5
5
7
7
8
9
9
10

BAHAN DAN METODE ...................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
Bahan dan Alat......................................................................
Metode Penelitian .................................................................
Prosedur Pengambilan Sampel untuk Pemeliharaan ............

21
21
21
21
22

13
15
17
18

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Parasitoid ...................................................................
Entomopatogen ..........................................................
Peubah Amatan ....................................................................
Jenis dan Jumlah Musuh Alami (Parasitoid dan
Entomopatogen) .........................................................

22
23
24
24

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
Jenis dan Jumlah musuh Alami.............................................
Parasitoid.....................................................................
Entomopatogen...........................................................

25
25
25
26

KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
Kesimpulan ...........................................................................
Saran ....................................................................................

29
29
29

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No

Keterangan

Hlm

1. Jumlah Lalat Tachinidae pada Pemeliharaan
Larva dan Pupa E. kamerunicus Faust. .................................35
2. Jumlah Entomopatogen M. anisopliae pada
Pemeliharaan Imago E. kamerunicus Faust.............................36

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

No

Keterangan

Hlm

1.

Telur Elaeidobius Kamerunicus ................................ 11

2.

Larva E. Kamerunicus .............................................. 11

3.

Pupa E. Kamerunicus ............................................... 12

4.

Imago E. Kamerunicus ............................................. 12

5.

Ilustrasi imago famili Tachinidae ............................... 18

6.

Ilustrasi Metarhizium anisopliae ................................ 20

7.

Imago famili Tachinidae ............................................ 25

8.

Bentuk dan koloni M. anisopliae ............................... 27

9.

M. Anisopliae ............................................................ 27

10.

Pemeliharaan Larva, Pupa dan Imago
E. kamerunicus Faust. Di Laboratorium Hama
FP – USU Medan........................................................ 34

11.

Bagian Tubuh Lalat Tachinidae.................................. 35

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

No

Keterangan
1.

Hlm

Pemeliharaan Larva, Pupa dan Imago
E. kamerunicus di Laboratorium Hama
Fakultas Pertanian USU Medan ............................

34

2.

Bagian Tubuh Lalat Tachinidae...............................

35

3.

Jumlah Lalat Tachinidae pada Pemeliharaan
Larva dan Pupa E. kamerunicus Faust...................

36

Jumlah Entomopatogen M. anisopliae pada
Pemeliharaan Imago E. kamerunicus Faust............

37

4.

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa

sawit

(Elaeis

guineensis

Jacq.)

adalah

tanaman

perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Tanaman
tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal
dari Amerika. Brazil dipercayai sebagai tempat dimana pertama kali
kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke
Afrika,

Amerika

Equatorial,

Asia

Tenggara

dan

Pasifik

selatan.

Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanah hitam, Hulu
Sumatera Utara oleh Schadt seorang Jerman pada tahun 1911
(Setyamidjaja, 1991).
Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan salah satu
komoditas primadona, luasnya terus berkembang dengan pesat dan tidak
hanya dimonopoli oleh perkebunan besar negara dan swasta. Saat ini
perkebunan kelapa sawit yang telah semula berada seluruhnya di
Sumatera Utara dan D. I. Aceh pada saat ini sudah berkembang di
beberapa propinsi antara lain Sumatera Barat, Lampung, Sumatera
Selatan, Jambi, Bengkulu dan propinsi lainnya. Pada tahun 1995, luas
perkebunan kelapa sawit adalah 2,025 juta ha, dan diperkirakan pada
tahun 2005 luas perkebunan menjadi 2,7 juta ha dengan produksi minyak
sebesar 9,9 ton/tahun (Risza, 1994).
Saat ini luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah
mencapai 4,1 juta ha, yang menyebar sedikitnya di 10 propinsi. Artinya
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

sejak 3 tahun terakhir peningkatan luas perkebunan kelapa sawit di
sejumlah propinsi mengalami penambahan sekitar 200.000 ha per tahun.
Jelasnya, hanya CPO dan TBS yang saat ini sedang melambung
mempengaruhi

penambahan luas areal penanaman

kelapa

sawit

( Anonim, 2004a).
Tanaman kelapa sawit

adalah salah satu jenis tanaman yang

menghasilkan minyak dan lemak nabati yang dibutuhkan manusia.
Tanaman ini termasuk jenis tanaman keras karena umur ekonomisnya
cukup lama ± 25 tahun. Selama periode tersebut, tanaman kelapa sawit
akan menghasilkan tandan buah segar yang dapat diproses menjadi
minyak sawit (Yudantara, 1999).
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, faktor genetik dan faktor teknis-agronomis (Anonim, 1996).
Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tandan
buah segar (TBS) yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel
(inti sawit). Produk yang dihasilkan berupa mentega, kosmetik, detergen
dan lain-lain (Anonim, 2006a).
Seperti halnya tanaman lain, kelapa sawit juga mempunyai
beberapa jenis hama dan penyakit yang dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas dari buah kelapa sawit itu sendiri. Beberapa jenis hama yang
menyerang tanaman kelapa sawit adalah ulat api, kumbang badak, ulat
kantong dan lain-lain (Pracaya, 1999),
Lubis dan Sipayung (1987), untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas tandan buah segar (TBS) dilkakukan dengan penyerbukan yang
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

dilakukan oleh manusia dan serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS)
(Semangun dan Mangoensoekarjo, 2003). Thrips hawaiinensis Morg.
Telah diketahui sebagai serangga penyerbuk utama tanaman kelapa sawit
sebelum periode penyebaran Elaeidobius kamerunicus Faust. Aroma/bau
yang khas dari bunga jantan sangat disukai oleh E. kamerunicus yang
merupakan monopag.
E. kamerunicus diintroduksikan pertama sekali di Malaysia pada
tahun 1981 untuk membuktikan apakah dapat digunakan sebagai
penyerbuk dan dapat meningkatkan tandan buah. Populasi serangga
bervariasi diantara beberapa lokasi dan tahun demi tahun tergantung
pada faktor ekstrinsik dan instrinsik. Imago serangga ini sangat mengenali
tanaman inangnya dengan baik. E.

kamerunicus dan T. hawaiinensis

dapat hidup berdampingan dalam satu habitat yakni bunga jantan kelapa
sawit (Anonim, 2006b).
Pengendalian hama pemakan daun ulat api dan ulat kantong dapat
dipakai insektisida kontak atau sistemik yang diaplikasikan pada mahkota
daun

dan

sering

juga

menggunakan

bioinsektisida.

Penggunaan

insektisida yang berlebihan dapat mempengaruhi populasi kedua SPKS
ini, maka perlu dilakukan pelaksanaan Metode Peringatan Dini dan
pengendalian secara biologis (Semangun dan Mangoensoekarjo, 2003).
Setiap mahluk hidup mempunyai musuh alami, begitu juga dengan
E. kamerunicus. Penulis tertarik untuk melihat dan mengetahui jenis
musuh alaminya, karena belum ada hasil penelitian yang menyatakan hal
tersebut.
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui musuh alami serangga penyerbuk kelapa sawit
E. kamerunicus Faust. (Coleoptera : curculionidae) pada tanaman kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.).

Hipotesa Penelitian

Terdapat musuh alami dari serangga penyerbuk kelapa sawit
E. kamerunicus Faust. (Coleoptera : curculionidae) pada tanaman kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.).

Kegunaan Penelitian

-

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

-

Untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan.

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman tahunan yang berasal dari
Afrika,

termasuk

(Sumatera

golongan

Palmae.

Dikembangkan

sebagai

tanaman

komersil

Utara)

mulai

di

Indonesia

tahun

1914

(Ferdinandus, 1998).
Kelapa sawit sudah mulai berbunga pada umur sekitar 2 tahun.
Tanaman ini merupakan tanaman berumah satu, artinya pada satu
tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina yang masing-masing
terangkai dalam suatu tandan (Anonim, 1996) tetapi masa masak
(anthesis) dari kedua jenis bunga tersebut sangat jarang atau tidak pernah
bersamaan. Oleh karena itu, untuk proses penyerbukan memerlukan
bantuan baik oleh manusia atau serangga penyerbuk (Lubis, dkk., 1983).
Tingkat

perkembangan

bunga

betina

dapat

diketahui

dari

perbedaan warnanya. Pada hari pertama sesudah bunga mekar akan
berwarna putih, sedangkan pada hari kedua berubah menjadi kuning
gading. Pada hari ketiga warna bunga berubah menjadi agak kemerahan
(jingga) dan akhirnya pada hari keempat menjadi merah kehitaman. Saat
penyerbukan yang terbaik yaitu pada hari pertama sampai hari ketiga
sesudah bunga mekar (Risza, 1994). Masa reseptif (masa subur) bunga
betina adalah 36-48 jam, sedangkan saat yang tepat untuk melakukan
penyerbukan yaitu pada hari kedua dengan rata-rata 82% bunga telah
membuka semua (Anonim, 1996).
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Demikan juga halnya dengan bunga jantan, mengalami tingkat
perkembangan mulai dari terbukanya kelopak bunga sampai siap
melakukan perkawinan. Pada hari pertama setelah kelopak terbuka,
tepung sari keluar dari bagian ujung tandan bunga, pada hari kedua di
bagian tengah, sedangkan pada hari ketiga di bagian bawah tandan. Pada
hari ketiga keluarnya tepung sari, bunga jantan juga akan mengeluarkan
bau yang spesifik. Hal ini menandakan bunga jantan sedang aktif dan
tepung sari dapat dipergunakan atau dapat diambil untuk penyerbukan
buatan (Setyamidjaja, 1991).
Buah kelapa sawit ialah jenis drup dan terdiri dari luar (eksokarp)
atau kulit tipis, tengah (mesokarp) dan dalam (endokarp) atau tempurung
dan isirong. Minyak kelapa sawit ditemukan pada bagian mesokarp dan
isirong. Varietas kelapa sawit yang dianjurkan adalah Tenera, Dura dan
Pesifera. Warna buah kelapa sawit tergantung pada varietas dan
umurnya. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian
berubah menjadi hijau hitam (Yudantara, 1999).
Sifat fisik tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa
sawit adalah solum yang dalam, tekstur lempung atau lempung berpasir,
gembur dan agak teguh (Anonim, 1996).
Secara alami, kelapa sawit tumbuh di tanah berawa dan di tempat
sangat basah. Di dalam hujan tropis, tanaman ini tidak dapat tumbuh
karena terlalu lembab dan tidak mendapat sinar matahari karena
ternaungi kanopi tumbuhan yang lebih tinggi. Benih kelapa sawit
mengalami dormansi (keadaan sementara tanaman) yang cukup panjang,
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi (40o C selama 80
hari) untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat berkecambah.
Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaban 60-80% dengan
temperatur 350 C (Anonim, 2006a).
Hama Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros L.)

Kumbang tanduk O. rhinoceros termasuk kedalam ordo Coleoptera
dengan famili Dynastidae. Imago betina menghasilkan telur 30-70 butir
dan menetas setelah ± 12 hari, telur berwarna putih (Vandaveer, 2004).
Larva kumbang tanduk terdiri 3 instar, kepala dan kaki berwarna coklat.
Masa pra pupa ini berlangsung selama ± 6 hari. Periode pupa biasanya ±
2 -4 minggu, memiliki warna putih kekuningan dengan panjang 5-9 cm.
Kumbang tanduk berwarna coklat tua mengkilat bertahan hidup 2 sampai
7 bulan (Mohan, 2006).
Kumbang mulai berterbangan waktu senja atau malam hari menuju
mahkota daun dan ujung batang kemudian mengebor sampai ke titik
tumbuh. Kumbang menghisap cairan yang keluar dari luka bekas
gigitannya. Luka-luka bekas gerekan dari kumbang tanduk ini sering
mengundang

hama

lain,

diantaranya

adalah

kumbang

moncong

(Rhynchophorus ferrugineus) dan penyakit busuk pucuk yang disebabkan
oleh cendawan Phytophthora palmivora (Pracaya, 1999).

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Secara umum pengendalian dilakukan dengan mengutip kumbang
dewasa pada tanaman terserang, pengumpulan larva, penggunaan
insektisida dan perangkap feromon sintetik (DE chenon, et al., 1997).
Pengendalian kumbang tanduk dengan insektisida sistemik granul
mempunyai kelemahan antara lain mahal dan mencemari lingkungan
(Susanto, dkk., 2005).
Pemanfaatan
pengendalian hama

bioinsektisida

sebagai

agens

hayati

pada

merupakan salah satu komponen pengendalian

hama terpadu (PHT). Kumbang tanduk efektif dikendalikan dengan
menggunakan cendawan Metarhizium anisopliae (Prayogo, dkk., 2005).
Sudharto and Susanto (2002) berhasil melakukan penelitian
aplikasi cendawan M. anisopliae terhadap larva kumbang tanduk pada
mulsa tandan kosong. Dengan keberhasilan pengendalian pada mulsa
tandan kosong kelapa sawit, dapat juga dilakukan aplikasi jamur
M. anisopliae pada sistem lubang tanam besar karena lingkungan yang
lebih teduh sehingga penetrasi ke dalam tandan kosong kelapa sawit
relatif mudah.
Ulat Api (Setothosea asigna Van Ecke)

Hama ini termasuk ke dalam ordo Lepidoptera dengan famili
Limacodidae, dengan metamorfosis sempurna. Telur yang dihasilkan
imago betina ± 300-400 butir selama hidupnya. Larva mengalami
pergantian kulit antara 7- 8 kali. Pupa berwarna coklat dan sering terdapat
di tanah sekitar piringan tanaman. Imago berupa ngengat yang aktif pada
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

malam hari. Perkembangan hama ulat api mulai dari telur hingga menjadi
ngengat berkisar 93-98 hari ( Buana dan Siahaan, 2003).
Serangan ulat ini biasanya dimulai dari pelepah daun yang terletak
distrata tengah dari tajuk kelapa sawit ke arah pelepah daun yang lebih
muda. Pada serangan berat, semua helaian daun dimakan oleh ulat api
dan hanya tinggal pelepah dan lidinya (Buana dan Siahaan, 2003).
Dari penelitian Sembiring (2006), yaitu penggunaan insektisida
biologis bakteri Bacillus thuringensis cukup efektif untuk mengendalikan
hama ulat api tetapi memiliki dampak negatif terhadap E. kamerunicus.
Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit

Thrips hawaiiensis Morg.

Thrips merupakan serangga berguna yang berperan sebagai
penyerbuk. Serangga ini berasal dari ordo Thysanoptera dengan famili
Thripidae (Anonim, 2003).
Dari hasil penelitian yang dilakukan Syed di Semenanjung Malaysia
terbukti bahwa serangga ini adalah perantara penyerbukan tanaman
kelapa sawit. Di Sumatera ditemukan serangga sejenis yang juga
berfungsi sebagai serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS). Kerapatan
populasinya cukup tinggi dan bervariasi dari satu tempat ke tempat
lainnya (Hutauruk, dkk., 1982).
Hasil pengamatan yang dilakukan di Malaysia menunjukkan bahwa
umur tanaman kelapa sawit, keadaan curah hujan dan kelembaban tanah
merupakan faktor penting yang mempengaruhi kerapatan populasinya.
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Kerapatan thrips pada bunga kelalpa sawit juga sangat berbeda, yaitu
sangat dipengaruhi oleh tingkat atau stadia mekarnya bunga dan
kematangannya untuk pembuahan (Hutauruk, dkk., 1982).
Elaeidobius kamerunicus Faust.

Adapun klasifikasi dari serangga penyerbuk kelapa sawit ini adalah
sebagai berikut :
Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Coleoptera

Famili

: Curculionidae

Genus

: Elaeidobius

Spesies

: Elaeidobius kamerunicus Faust. (Syed, 1979).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit adalah
satu-satunya tanaman inang bagi E. kamerunicus, dimana serangga ini
dapat bertelur dan berkembang biak dengan baik (Hutauruk, dkk., 1982).
Imago E. kamerunicus bertelur setelah berumur 2 – 3 hari
sebanyak 1 – 11 butir per hari yang diletakkan di dalam yang dibuat pada
sisi luar tangkai kantong sari bunga kelapa sawit yang sedang mekar.
Telur berwarna kuning jeruk, bentuknya lonjong, panjang ± 0,65 mm dan
lebar ± 0,40 mm (Syed, 1982).

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

a
Gambar 1. Telur E. Kamerunicus (40X)
a. Telur

Larva E. kamerunicus berwarna putih kekuningan dengan kepala
yang berwarna kecoklatan, panjang ± 4 mm dan lebar ± 1,5 – 2 mm.
Larva terdiri atas 3 instar, instar pertama makan pada jaringan
terluar tempat peletakkan telur. Setelah mengganti kulit, instar dua
bergerak ke dasar bunga yang jaringan lebih lembut, larva instar 3
melanjutkan makan pada dasar tabung anter sampai pada bagian atas.
Larva instar 3 kemudian memotong lubang melalui dasar dekat bunga dan
mengkonsumsi 5 – 6 bunga (Syed, 1982).
Lubis, dkk (1983), selama perkembangannya larva E. kamerunicus
memakan tangkai dan kantong tepung sari bunga yang sudah lewat
mekar dan mulai membusuk.

Gambar 2. Larva E. Kamerunicus (40X)

Pupa berada pada bunga yang mulai membusuk. Sebelum
menetap untuk melakukan pupasi, larva biasanya akan ke bagian atas
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

bunga untuk mempersiapkan diri sebelum menjadi pupa, larva instar ke 3
akan menjadi tidak aktif kira-kira 1 hari sebelum pupasi (Syed, 1982).

Gambar 3. Pupa E. Kamerunicus (40X)

Pupa juga berwarna putih kekuningan dengan bagian-bagian tubuh
yang sudah jelas bentuknya seperti : alat mulut, mata, bakal sayap dan
tungkai (Lubis, dkk., 1983), dengan ukuran tubuh yang sama juga yaitu
panjang ± 4 mm dan lebar ± 1,5 – 2 mm.
Siklus hidup untuk E. kamerunicus betina mulai dari telur hingga
dewasa adalah 8 - 21 hari, sedangkan E. kamerunicus jantan adalah 9 24 hari (Lubis, dkk., 1983). Imago serangga ini berwarna cokelat
kehitaman mempunyai panjang 4 mm dan lebar 1,5 mm. Pada imago
jantan terdapat gerigi-gerigi, sedangkan pada imago betina dengan
ukuran moncong yang lebih panjang.

Gambar 4. Imago E. Kamerunicus (40X)

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Rata-rata perkembangan E. kamerunicus pada spikelet kelapa
sawit (temperatur maksimum 31,90 C dan minimum 25,40 C) dapat dilihat
pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Rata-rata perkembangan E. kamerunicus
Spesies

Tahap

E. kamerunicus

Telur
Larva I
Larva II
Larva III
Pupa
Jantan
Betina

Kisaran rata-rata Perkembangan (hari)
1–2
1–2
1–2
5–9
2–6
10–14
9 – 14

Sumber: Anonim, 1982.

Perilaku dan Peranan Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit

T. hawaiiensis telah diketahui sebagai serangga penyerbuk utama
tanaman kelapa sawit sebelum periode penyebaran E. kamerunicus.
Kedua SPKS ini mempunyai persaingan dalam ruang (tempat) dan bukan
dalam hal makanan (Lubis dan Sipayung, 1987).
Susunan buah di Afrika dimana Elaedobius berperan sebagai
perantara persarian adalah lebih baik dibandingkan terhadap keadaan di
Malaysia dan di Indonensia. Sebaliknya, berdasarkan keterangan yang
ada persyaratan tumbuh dan kualitas bahan tanaman di Afrika tidaklah
sebaik dengan keadaan di Malaysia dan Indonesia. Secara garis besarnya
hal ini terjadi karena perbedaan tingkat kesempurnaan persarian secara
alamiah (Hutauruk dkk., 1982).
Sebagai perantara penyerbukan, E. kamerunicus jauh lebih aktif
dibandingkan dengan thrips, sehubungan dengan sifatnya yang mampu
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

beradaptasi pada musim basah dan musim kering serta memiliki
kemampuan yang jauh lebih besar untuk memindahkan tepung sari,
mencari dan mengenali bunga betina. E. kamerunicus benar-benar
spesifik bagi tanaman kelapa sawit, karena itu serangga ini dianggap
sebagai serangga penyerbuk yang paling sesuai untuk tanaman kelapa
sawit di Malaysia dan Asia Tenggara lainnya (Hutauruk, dkk., 1982).
Serangga paling aktif antara jam 09.00 sampai jam 11.00 pagi.
Mekanisme penyebaran tepung sari oleh serangga dari satu bunga ke
bunga yang lain yaitu : Bunga jantan dan bunga betina yang mekar
mengeluarkan bau spesifik dan disukai oleh serangga. Tetapi bunga
jantan memiliki periode yang lebih lama ± 5 hari, sedangkan bunga betina
hanya bertahan beberapa jam saja. Serangga-serangga akan hinggap
pada bagian bunga untuk melekatkan tepung sari ke seluruh permukaan
tubuhnya. Kemudian serangga tersebut terbang dan hinggap pada bunga
lain yang sedang mekar (Lubis, dkk., 1983).
Ketetapan waktu penyebaran tepung sari sangat penting karena
periode bunga betina untuk pembuahan sangat singkat. Apabila periode
mekar sudah lewat, bunga akan layu dan serangga juga pergi (serangga
betina selesai bertelur). Sehari kemudian larva memakan tangkai dan
kantong tepung sari yang mulai membusuk kemudian rusak dan gugur.
Gejala ini normal sebagai bukti kehadiran E. kamerunicus dan tidak perlu
dikhawatirkan (Lubis, dkk., 1983).

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Faktor Yang Mempengaruhi Populasi
E. kamerunicus Faust. (Coleoptera : curculionidae)
Selain pelepasan SPKS ini, pada pengendalian hama perlu
penyesuaian terutama yang menyangkut penggunaan insektisida dan
bioinsektisida. Pemakaian insektisida dan bioinsektisida yang tidak hatihati akan dapat menurunkan populasi SPKS ini sehingga dapat
mengganggu terlaksananya penyerbukan (Lubis, dkk., 1983).
Di lapangan banyak ditemukan penggunaan bioinsektisida untuk
mengendalikan hama-hama pada pertanaman kelapa sawit. Beberapa
jenis bioinsektisida yang sudah diketahui efektif mengendalikan hama
adalah Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Nomuraea rileyi,
Paecilomyces fumosoroseus, Aspergillus parasiticus, dan Verticillium
lecanii (Prayogo, 2006).
Dengan mengetahui hama yang menyerang tanaman, secara tidak
langsung dapat diketahui pula jenis bioinsektisida yang sesuai untuk
tindakan pengendalian, karena setiap jenis bioinsektisida mempunyai
inang yang spesifik. Bioinsektisida M. anisopliae dapat menginfeksi
beberapa jenis serangga dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, Homoptera,
Hemiptera, dan Isoptera (Prayogo, 2006).
Dari hasil analisa Syed dan saleh (1987), isi lambung sebelum
periode E. kamerunicus dijumpai banyak sisa-sisa serangga antara lain
yang dominan adalah cocopet, siput dan semut rangrang. Setelah periode
SPKS, larva dan pupa E. kamerunicus menduduki tempat kedua terbesar
setela cocopet. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan hampir
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

semua tandan bunga jantan yang telah melewati masa athesis (larva dan
pupa E. kamerunicus banyak dijumpai) tidak terlepas oleh dari cakaran
tikus. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pengendalian tikus ini sangat
perlu untuk mempertahankan tingkat kepadatan populasi SPKS yang
optimal.
Parasitoid adalah serangga yang memarasit atau hidup dan
berkembang pada serangga lain (inang). Yang berfungsi sebagai inang
parasitoid adalah fase pra dewasa (larva) sedangkan fase dewasanya
hidup bebas (Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2007).
Dua spesies nematoda ditemukan berasosiasi dengan larva, pupa
dan imago E. kamerunicus pada bunga jantan kelapa sawit. Nematoda
baru, Elaeolenchus parthenonema dijabarkan sebagai nematoda parasit
yang termasuk ke dalam superfamili Sphaerularioidea yang ditemukan
sebagai parasit internal E. kamerunicus. Sedangkan spesies yang kedua
hanya berasosiasi dengan imago E. kamerunicus. Ini diidentifikasi sebagai
spesies yang tidak bisa dijelaskan berasal dari famili Cylindrocorporidae
(Poinar, et al., 2002).
Ditemukan juga dua jenis bakteri, Serratia marcescens dan
Enterobacter cloacae yang menginfeksi larva dan pupa. Tingkat infeksi
yang diperoleh dari lapangan berkisar antara 11–17% (Ali,et al., 2006).
Begitu juga dengan famili tachinidae memarasit larva dan pupa
yang sebagian besar berasal dari ordo Lepidoptera, Coleoptera dan
Heteroptera (Anonim, 2007a).
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Famili Tachinidae (Ordo Diptera)

Beberapa lalat tachinid mengenali spesies inangya dengan spesifik.
Beberapa lalat tachinid yang lain

akan memanfaatkan 2 atau 3 ordo

serangga sebagai inang. Banyak lalat tachinid sebagai parasit hama
penting pada tanaman hortikultura dan perkebunan. Sebagian dari mereka
digunakan sebagai parasitoid pada program pengendalian hayati.
Sebagian kecil dari mereka juga berhasil digunakan sebagai agens hayati.
Bagaimanapun, beberapa lalat tachinid tidak selalu digunakan sebagai
pengendalian hayati (Anonim, 2007c).
Secara umum lalat tachinid memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil.
Larva lalat tachinid berukuran 10-12 mm, berwarna putih krem, beberapa
jam kemudian larva berubah menjadi pupa yang berwarna coklat tua
hingga kehitaman. Setelah itu, kurang dari satu minggu pupa berubah
menjadi imago dengan warna abu-abu kehitaman, mata berwarna merah
dan seluruh tubuh imago terdapat bulu-bulu atau rambut-rambut halus
(Anonim, 2007b).
Lalat tachinid mempunyai berbagai cara/metode untuk menginfeksi
inangnya, adalah sebagai berikut :
1. Beberapa spesies lalat tachinid langsung meletakkan telur diatas
tubuh inangnya.
2. Beberapa spesies lalt tachinid memasukkan telur diatas makanan
yang akan langsung dicerna oleh inangnya sebagai makanan.

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

3. Beberapa spesies lalat tachinid meletakkan telur pada tubuh
inangnya. Ketika larva tersebut bergerak ke bawah untuk
mendapatkan tubuh ianganya yang lembut.
4. Beberapa spesies lalat tachinid menyerang kutu busuk dan
kumbang dewasa dengan ovipositor untuk memasukkan telurtelurnya ke dalam tubuh inangnya.
5. Beberapa spesies lalat tachinidae, sebagai ganti meletakkan telur,
mereka mereka meletakkan larva dan memanfaatkan inangya
(Anonim, 2007c).

Gambar 5. Ilustrasi Imago famili Tachinidae
Sumber : http://www.brisbaneinsects.com/brisbane_tachinids/Tachininae/html.
(Diakses tanggal 29 Februari 2008)

Jamur Metarhizium anisopliae (Metch) Sorokin

Dalam taksonomi M. anisopliae termasuk dalam kelas Moniliales.
Jamur M. anisopliae ini pertama kali ditemukan oleh Metschikoff pada
tahun 1879, yang bersifat parasitik terhadap serangga termasuk kumbang
kelapa (Jumar, 2000).
Pada awal pertumbuhan, koloni jamur berwarna putih kemudian
berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur. Koloni dapat
tumbuh cepat pada beberapa media seperti Potato Dextro Agar (PDA),
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

jagung dan beras. Miselium berdiameter 1,98 – 2,97 µm, konidia bersusun
tegak, berlapis dan bercabang yang dipenuhi dengan konidia, bersel satu
berwarna hialin, bentuk bulat silinder dengan ukuran 9 µm dan konidia
berwarna hijau (Prayogo, dkk., 2005).
Menurut Anonim (2004b), jamur ini memiliki spectrum yang sangat
luas dan dapat menginfeksi lebih dari 100 spesies dari beberapa ordo
serangga seperti Scapteriscus sp, semu api, Salenopsis invicta, larva
kumbang seperti Cetina nitida, O. rhinoceros dan Phyllophaga sp.
Keberadaan jamur M. anisopliae ini dapat hidup sebagai saprofit di
dalam tanah dan sisa-sisa tanaman. Proses pertumbuhan optimal jamur
ini terjadi pada suhu 27-280 C dan akan menurun pada suhu yang rendah
yang menyebabkan kondisi temperatur menjadi factor utama dalam
efektivitas kerja jamur ini. Pada temperatur diatas 350 C akan
menghalangi pertumbuhan dan perkembangan jamur. Konidia jamur ini
mempunyai titik kematian pada suhu panas sekitar 400 C selama 15 menit
(Anonim, 2004b).
Konidia jamur akan membentuk kecambah pada kelembaban
diatas 90% dan akan berkecambah dengan baik dan patogenitasnya
meningkat bila kelembaban udara sangat tinggi hingga 100%, sedangkan
menurun bila kelembaban udara dibawah 80% (Prayogo, dkk., 2005).
Ferron (1985) menggolongkan empat tahapan etiologi penyakit
serangga yang disebabkan oleh jamur. Tahap pertama adalah inokulasi,
yaitu kontak antara propagul jamur dengan tubuh serangga. Tahap kedua
adalah proses penempelan dan perkecambahan propagul jamur pada
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

integument serangga. Tahap ketiga yaitu penetrasi dan invasi. Dalam
melakkukan penetrasi jamur membentuk tabung kecambah. Sedangkan
pada tahap keempat destruksi dengan pembentukan blastospora yang
beredar dalam hemolimf.
Jamur

membentuk

waktu

yang

lebih

lama

di

lapangan.

Keberhasilan infeksi jamur antara lain ditentukan oleh kepadatan konidia
yang kontak dengan tubuh inang dan juga keadaan cuaca yang sesuai.
Semakin banyak konidia yang menempel pada tubuh inang sasaran akan
semakin cepat mematikan inang sasaran terssebut (Ferron, 1985).
Kemampuan larva yang dilumuri dengan spora jamur M. anisopliae
untuk menyebarkan jamur tersebut pada larva yang sehat. Dalam
menularkan jamur tersebut ke larva O. rhinoceros di insektarium
menunjukkan

bahwa

ada

indikasi

larva

berjamur

menularkan

M. anisopliae (Anonim, 2004b). Kumbang O. rhinoceros berperan dalam
menyebarkan jamur M. anisopliae, hal ini disebabkan kumbang ini sangat
aktif berpindah tempat. Kumbang meletakkan telur di derah terinokulasi M.
anisopliae kemudian berpindah dan meletakkan telur ke tempat yang tidak
terdapat jamur M. anisopliae (Susanto, dkk., 2005).

Gambar 6. Ilustrasi M. anisopliae
Sumber : http://www.dropdata.net/biopesticides/spore_oil_droplet_s.JPG
Diakses tanggal : 09 Juli 2007
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian
tempat ± 25 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
sampai Mei 2007.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva, pupa dan
imago dari E. kamerunicus, bunga jantan (spikelet), PDA, alkohol 96%,
klorox 0.1%, aquadest steril, kertas tissue, kapas steril, aluminium foil,
shears mounting, methyl blue atau lactofenol dan umur tanaman yang
digunakan sebagai tempat pengambilan sampel berkisar ± 5 tahun.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, kain
kassa, karet gelang, label nama, cawan petri, jarum inokulasi, gelas ukur,
beaker glass, objek glass, deck glass, api bunsen, autoklaf, oven,
inkubator, kompor, mikroskop dan alat tulis lainnya.
Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, yaitu
dengan melakukan pemeliharaan larva, pupa dan imago E. kamerunicus
di Laboratorium. Pemeliharaan ini dilakukan secara berulang hingga
ditemukan musuh alami (parasitoid dan entomopatogen).
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Prosedur Pengambilan Sampel untuk Pemeliharaan

Parasitoid

Pemeliharaan Larva
Disediakan stoples sebanyak 4 buah. Diambil larva dari lapangan
dan dimasukkan ke dalam stoples sebanyak 10 ekor/stoples. Diberi
makanan bunga jantan (spikelet yang masih segar) lalu ditutup dengan
kain kassa menggunakan karet gelang. Di bagian luar stoples ditempelkan
label nama.

Pemeliharaan Pupa
Disediakan stoples sebanyak 4 buah. Diambil pupa dari lapangan
dan dimasukkan ke dalam stoples sebanyak 10 ekor/stoples. Diberi bunga
jantan (spikelet yang masih segar)yang berfungsi sebagai tempat
berlindung lalu ditutup dengan kain kassa menggunakan karet gelang.
Dibagian luar stoples ditempelkan label nama.

Identifikasi Parasitoid
Berdasarkan dari hasil pemeliharaan, dapat dilakukan identifikasi
pada stadia larva dan pupa untuk melihat dan mengetahui jenis parasitoid
yang ada pada stadia larva dan pupa dari E. kamerunicus. Parasitoid
imago yang keluar dari tubuh E. kamerunicus yang telah mati di
identifikasi dengan menggunakan buku pedoman The Pest of Crop in
Indonesia oleh Kalshoven (1980),diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10 – 40 X. Pengidentifikasian dilakukan sampai tahap famili.
Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Entomopatogen

Pemeliharaan Imago
Disediakan stoples sebanyak 4 buah. Diambil imago dari lapangan
dan dimasukkan ke dalam stoples sebanyak 10 ekor/stoples. Diberi
makanan bunga jantan (spikelet yang masih segar) lalu ditutup dengan
kain kassa menggunakan karet gelang. Dibagian luar stoples ditempelkan
label nama.

Pembuatan PDA
Kentang dikupas dan dicuci bersih lalu ditimbang sebanyak 250 g,
lalu kentang tersebut dipotong dadu kecil. Kemudian kentang dimasak
dengan aqudest steril 500 ml pada api kecil selama 30 menit. Kemudian
disaring ekstraknya dengan kain muslin sampai volume 500 ml. Pada
waktu yang bersamaan, aquadest steril dididihkan sebanyak 500 ml
bersama dengan agar sebanyak 20 g, lalu ditambahkan lagi kedalamnya
dextrose 20 g. Setelah itu ekstrak kentang dan agar dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 1 liter, lalu ditambahkan kedalamnya sedikit streptomycin
sebagai antibiotik, setelah itu erlenmeyer ditutup dengan kapas steril lalu
ditutup kembali dengan aluminium foil, lalu dimasukkan ke dalam autoklaf
untuk disterilkan selama 15 menit dengan suhu 121-124 0C pada tekanan
1,25 atm. Setelah di autoklaf, PDA dibiarkan dahulu dalam udara terbuka
hingga panasnya menjadi hangat kuku, lalu dituang ke dalam cawan petri.

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

Isolasi Serangga
Diambil imago yang telah mati dari dalam stoples dengan ciri-ciri di
permukaan tubuh imago terdapat miselium jamur. Kemudian disterilkan
permukaan tubuh iamgo dengan menggunakan klorox 0.1%. Setelah itu
dibiakkan dalam media PDA dan dibiarkan sampai tumbuh miselium
jamurnya.

Identifikasi Jamur
Inokulum jamur yang tumbuh pada media biakan, diisolasi dan
diletakkan diatas objek glass yang telah steril lalu ditutup dengan selotif
kemudian diamati di bawah mikroskop. Untuk identifikasi patogen dapat
menggunakan buku acuan identifikasi jamur seperti buku Illustrated
Genera of Fungi oleh Barnett (1960).

Peubah Amatan

Jenis dan Jumlah Musuh Alami (Parasitoid dan Entomopatogen)

Dengan cara dipelihara di dalam stoples yang dilakukan di
Laboratorium hama dan diamati. Dilakukan pengamatan terhadap
serangga untuk mengetahui jenis dan jumlah musuh alami (parasitoid dan
entomopatogen) dari E. kamerunicus. Penghitungan jenis dan musuh
alami dilakukan secara manual.

Reh Ucina Sitepu : Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust.
(Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), 2008.
USU Repository © 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis dan Jumlah Musuh Alami

Parasitoid

Berdasarkan hasil peng