Pengaruh Waktu Pemeraman Di Separator Terhadap Bilangan Asam Pada Resin Di Pabrik Resiprena

(1)

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN DI SEPARATOR

TERHADAP BILANGAN ASAM PADA RESIN

DI PABRIK RESIPRENA

KARYA ILMIAH

SIGIT SURYA ARBI 072409047

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN RESIN DI SEPARATOR TERHADAP BILANGAN ASAM PADA RESIN

DI PABRIK RESIPRENA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

SIGIT SURYA ARBI 072409047

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH WAKTU PEMERAMAN RESIN DI

SEPARATOR TERHADAP BILANGAN ASAM PADA RESIN DI PABRIK RESIPRENA

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : SIGIT SURYA ARBI

Nomor Induk Mahasiswa : 072409047

Program Studi : KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM ( MIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

` Medan, Juni 2010

Diketahui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Dr. Rumondang Bulan, M.S Drs. Abdi Negara Sitompul NIP. 19540830 198503 2 001 NIP. 19460716 197403 1 001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN RESIN DI SEPARATOR TERHADAP BILANGAN ASAM PADA RESIN

DI PABRIK RESIPRENA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

SIGIT SURYA ARBI 072409047


(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridho serta karunia Nya yang tiada hentinya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan sebaik baiknya. Shalawat dan salam juga Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program D3 Kimia Industri pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Pada masa penyusunan Karya Ilmiah ini, Penulis telah banyak memperoleh bantuan dan bimbingan. Untuk itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta Drs. Soeparna dan Baldatun Suhaimi yang selama ini telah memberikan doa serta dukungan kepada Penulis baik moril maupun materil.

2. Seluruh keluarga besar Penulis yang telah memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, terutama kepada Abanganda Arif Eko Saputra (Eko) dan Indra Kurniawan (Iin), Kakanda Dian Tri Hartati (Ian), serta Adinda Adi Prana Sadewa (Ewa). 3. Bapak Drs. Abdi Negara Sitompul selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan sebaik-baiknya.

4. Bapak Drs. Suprianto M.MA, Zulpan Abdi Simorangkir, Ahmad Kesuma Wardhana, selaku Pembimbing di PT. Industri Karet Nusantara Pabrik Resiprena.

5. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc. selaku Dekan FMIPA USU.

6. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, M.Sc. selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

7. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc. M.Phill. selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Industri FMIPA USU.

8. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai FMIPA USU khususnya Departemen Kimia.

9. Buat Sahabat tersayang Irene Deva Veronisa (Ren), Aulia Rahman Sinaga, Dian Muwansyah Putra (DMP), Ary Arizky, Richard S Keliat (Ocha), Fahrul Raozi (Ozy), Darajatin S Sebayang (Iin), Qoriatun, Detti Ade S (Kak Ade), yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada Penulis. 10. Rekan-rekan Mahasiswa Kimia Industri khususnya angkatan 2007, Fahriza

(Putra), Gugun, Kamto, Rusdalia (Sepupu), serta buat HMI dan PEMA MIPA yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada Penulis baik langsung maupun tidak langsung.


(6)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar dapat dimanfaatkan bagi kemajuan ilmu pengetahuan di masa mendatang.

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini. Semoga penulisan Karya Ilmiah ini dapat berguna bagi Pembaca dan Penulis pada khususnya.

Medan, Juni 2010


(7)

ABSTRAK

Proses pembuatan resin adalah proses siklisasi, yaitu perubahan karet alam menjadi resin dengan berubahnya rantai senyawa hidrokarbon dari rantai alifatik menjadi rantai siklik. Pada proses ini dilakukan pemeraman di separator dalam pembuatan resin karet siklo (resiprena 35). Dari data yang diperoleh waktu pemeraman bervariasi antara lain selama 3 hari, 4 hari, 5 hari, 6 hari, 9 hari, 10 hari, 11 hari, dan 12 hari. Analisis yang dilakukan untuk menentukan kualitas resin yaitu mengukur bilangan asam resin.


(8)

THE EFFECT OF HATCHING TIME IN SEPARATOR TO ACID VALUE RESINS IN RESIPRENA FACTORY

ABSTRACT

The process to make of resins is cyclic process, that is process of nature rubber become resins by changing it enchain hydrocarbon compound enchaining aliphatic become to enchain cyclic. At this process use process to hatching in separator at making of cyclo rubber resins (resiprena 35). From data at the timing of process to hatching are assorted for example during 3rd day, 4th day, 5th day, 6th day, 9th day, 10th day, 11th day, and 12th day. The analysis use to definitive the quality of resins is to measure acid value of resins.


(9)

DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN ii PERNYATAAN iii PENGHARGAAN iv ABSTRAK vi ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Sejarah Karet 4

2.2 Jenis Jenis Karet 5

2.3 Karet Alam 7

2.4 Karet Bongkah 8

2.5 Karet Alam Siklik 8

2.6 Siklisasi Karet Alam Padat 9

2.7 Keunggulan Karet Siklik 9

2.8 Resiprena 35 10

2.9 Bilangan Asam 11

BAB 3 METODOLOGI 13

3.1 Alal Alat 13

3.2 Bahan Bahan 13

3.3 Prosedur 14

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 16

4.1 Data 16

4.2 Perhitungan 17

4.3 Pembahasan 21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 22

5.1 Kesimpulan 22

5.2 Saran 22

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Standard Indonesian Rubber (SIR) 8

Tabel 4.1 Data Analisa waktu Pemeraman 16


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Grafik Perbandingan antara Waktu Pemeraman dengan


(12)

ABSTRAK

Proses pembuatan resin adalah proses siklisasi, yaitu perubahan karet alam menjadi resin dengan berubahnya rantai senyawa hidrokarbon dari rantai alifatik menjadi rantai siklik. Pada proses ini dilakukan pemeraman di separator dalam pembuatan resin karet siklo (resiprena 35). Dari data yang diperoleh waktu pemeraman bervariasi antara lain selama 3 hari, 4 hari, 5 hari, 6 hari, 9 hari, 10 hari, 11 hari, dan 12 hari. Analisis yang dilakukan untuk menentukan kualitas resin yaitu mengukur bilangan asam resin.


(13)

THE EFFECT OF HATCHING TIME IN SEPARATOR TO ACID VALUE RESINS IN RESIPRENA FACTORY

ABSTRACT

The process to make of resins is cyclic process, that is process of nature rubber become resins by changing it enchain hydrocarbon compound enchaining aliphatic become to enchain cyclic. At this process use process to hatching in separator at making of cyclo rubber resins (resiprena 35). From data at the timing of process to hatching are assorted for example during 3rd day, 4th day, 5th day, 6th day, 9th day, 10th day, 11th day, and 12th day. The analysis use to definitive the quality of resins is to measure acid value of resins.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Saat ini Asia menjadi sumber karet alami. Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi didalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet atau dikenal dengan istilah latex, maupun produksi manusia (sintetis). Sumber utama getah karet adalah pohon karet Havea Brasiliensis.

Dalam era globalisasi dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin cepat dan canggih. Sehingga produk-produk yang ditawarkan semakin baik kualitasnya. Demikian halnya dengan perusahaan yang berhubungan erat pada proses produksi, dalam pengolahan suatu bahan industri selalu menggunakan alat alat yang canggih dan bahan bahan tertentu untuk mempercepat terjadinya proses dan memperoleh hasil yang diinginkan. Oleh sebab itu perusahaan harus memperhatikan kualitas barang yang dihasilkannya, karena kualitas merupakan


(15)

salah satu masalah yang terpenting dan paling efektif untuk dapat meraih pasar lokal dan internasional.

Untuk dapat menghasilkan kualitas barang yang baik maka suatu perusahaan perlu menata diri sedemikian rupa dan memperhatikan faktor faktor yang dapat menurunkan kualitas barang yang dihasilkan tersebut. Selain proses pengolahan yang baik, kualitas bahan baku juga harus baik. Jika bahan bakunya tidak baik maka barang yang dihasilkan akan berkurang kualitasnya.

PT. Industri Karet Nusantara Pabrik Resiprena adalah anak perusahaan dari PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN3) yang bergerak di bidang industri hilir yang merupakan industri lanjutan dari bahan baku karet alam sehingga menghasilkan produk resin siklo atau lebih dikenal dengan nama resiprena 35 (merek dagang resin yang diproduksi). Analisa mutu produksi digunakan untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan dengan baik. Salah satu parameter kendali mutu tersebut adalah bilangan asam. Karena bilangan asam mempengaruhi kualitas resin yang dihasilkan. Untuk dapat menghasilkan resin yang berkualitas baik dan memenuhi standar maka perlu diketahui berapa bilangan asam yang seharusnya terdapat pada resin tersebut dan bagaimana hubungannya dengan waktu pemeraman resin di separator, karena ini akan berpengaruh terhadap pemasaran resin tersebut.

Berdasarkan analisa dan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut diatas dengan mengambil judul : PENGARUH WAKTU PEMERAMAN RESIN DI SEPARATOR TERHADAP BILANGAN ASAM PADA RESIN DI PABRIK RESIPRENA .


(16)

1.2 Permasalahan

Dalam menentukan kualitas resin, banyak parameter parameter yang harus dipenuhi guna meningkatkan kualitas resin tersebut. Salah satu parameter yang harus dipenuhi adalah resin mempunyai bilangan asam yang rendah. Bilangan asam itu sendiri dapat dipengaruhi oleh waktu pemeraman resin di separator. Agar resin yang dihasilkan mempunyai bilangan asam yang baik maka waktu pemeraman tersebut harus tepat dan sesuai sehingga tidak menyebabkan bilangan asam yang tinggi.

Adapun permasalahannya adalah bagaimana jika waktu pemeraman kurang atau lebih dari standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

1.3 Tujuan

Adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh waktu pemeraman yang tepat terhadap bilangan asam resin yang rendah yang telah ditetapkan perusahaan.

1.4 Manfaat

Untuk memberikan pengetahuan terhadap pembaca mengenai pengaruh waktu pemeraman terhadap bilangan asam resin sesuai standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Karet

Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup panjang.

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai Benua Baru . Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon pohon itu hidup secara liar di hutan hutan pedalaman Amerika yang lebat.

Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa mempublikasikan penemuan Michele de Cuoneo. Pengenalan bahan baku karet ini kemudian berlanjut di daerah Seville pada tahun 1524. Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari hari.


(18)

Dengan bantuan penduduk asli, tim ekspedisi Peru menelusuri daerah tempat tumbuhnya tanaman karet. Mereka berhasil menjumpai tanaman karet yang bisa diambil getahnya tanpa harus menebang pohonnya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya. Cara baru yang ditemukan adalah dengan melukai kulit batang tanaman. Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanamanHavea.

Pengenalan pohonhavea membuka langkah awal yang sangat pesat ke arah zaman penggunaan karet untuk berbagai keperluan. Cara pelukaan untuk memperoleh getah karet memang jauh efisien daripada cara tebang langsung. Lagipula dengan cara ini tanaman karet bisa diambil getahnya berkali kali.

Orang orang Benua Eropa kemudian mengembangkan karet untuk aneka berang keperluan sehari hari. Mereka memanfaatkan karet sebagai bahan pembuat pakaian tahan air, alas penutup barang barang agar tidak basah tersiram air, botol karet, karet penghapus, serta banyak barang lainnya. Kata Rubber, bahasa Inggris untuk karet, berasal dari katato rubyang memiliki arti menggosok atau menghapus. Penemuan penemuan baru terutama yang menyangkut pengetahuan fisika dan kimia menambah nilai karet untuk kepentingan manusia yang pada akhirnya berlanjut ke perkembangan industri dengan bahan baku karet.

2.2 Jenis Jenis Karet

Ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet ini memilki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan


(19)

karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan.

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh keret sintetis. Adapun kelebihan kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah :

1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna,

2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, 3. Mempunyai daya aus yang tinggi,

4. Tidak mudah panas, dan

5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan.

Karet alam, jika dipanaskan menjadi lunak dan lekat, dan kemudian dapat mengalir. Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzena. Akan tetapi, bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi bersama sedikit belerang ( kira kira 2% ), ia menjadi bersambung silangan dan terjadi perubahan yang luar biasa pada sifatnya.

Karet atau elastomer merupakan polimer yang memperlihatkan daya pegas atau kemampuan meregang kembali ke keadaan semula dengan cepat.


(20)

2.3 Karet Alam

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri di Daratan Amerika Selatan.

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Jenis jenis karet alam yang dikenal luas yaitu :

1. Bahan olah karet, 2. Karet konvensional, 3. Lateks pekat, 4. Karet bongkah,

5. Karet spesifikasi teknis, 6. Karet siap olah, dan 7. Karet reklim.


(21)

2.4 Karet Bongkah

Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilangkan menjadi bandela bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian Rubber).

Tabel 2.1 : Standard Indonesian Rubber (SIR)

SIR 5L SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50

Kadar kotoran maksimum 0,05% 0,05% 0,10% 0,20% 0,50%

Kadar abu maksimum 0,50% 0,50% 0,75% 1,00% 1,50%

Kadar zat atsiri maksimum 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 1,0%

PRI minimum 60 60 50 40 30

Plastisitas Pominimum 30 30 30 30 30

Limit warna (skala lovibond)

maksimum 6 - - -

-Kode warna Hijau Hijau Merah Kuning

2.5 Karet Alam Siklik

Apabila karet alam yang telah dicampur dengan katalis asam dipanaskan, maka struktur molekulnya akan berubah menjadi struktur bahan seperti resin. Perubahan tersebut terjadi karena karet alam mengalami modifikasi kimia. Perubahan struktur molekul karet alam tersebut dinamai siklisasi, karena struktur molekulnya telah mengalami perubahan dari keadaan rantai lurus menjadi rantai siklik. Perubahan ini


(22)

diikuti dengan peningkatan titik leleh, densitas dan indeks refrasinya, hasilnya dinamai karet alam siklik atau karet siklo.

2.6 Siklisasi Karet Alam Padat

Siklisasi karet alam padat dilakukan dengan cara mencampur karet alam padat dengan katalis asam pada gilingan rol ganda atau pada mesin pencampur Banbury, lalu lembaran karet yang diperoleh dipanaskan pada suhu 125oC 145oC selama 1 4 jam. Jika katalis asam yang digunakan berbentuk cair, maka sebelum ditambahkan pada karet terlebih dahulu dicampur dengan bahan inert.

Karet alam siklik biasanya digunakan sebagai bahan pengisi bahan jadi karet, dengan tujuan meningkatkan ketahanan kikis bahan jadinya. Selain itu karet alam siklik yang diperoleh dari siklisasi karet alam dalam keadaan padat juga dapat digunakan sebagai bahan baku bahan perekat, penempel karet pada logam atau permukaaan halus lainnya.

2.7 Keunggulan Karet Siklik

Karet alam siklik berbeda dari karet alam asalnya, karena telah berubah menjadi produk baru seperti resin. Walaupun telah berubah menjadi sejenis resin, karet alam siklik tidak kehilangan beberapa sifat unggul karet alam. Karet alam siklik masih


(23)

dapat divulkanisasi, dan daya lekatnya lebih baik daripada karet alam asalnya, karena karet alam siklik bersifat keras dan kaku dalam keadaan dingin.

Dengan keunggulan daya lekat yang mampu merekatkan karet pada logam atau permukaan licin lain dengan baik, karet siklik berpotensi digunakan sebagai bahan baku atau bahan peningkat daya lengket dalam pembuatan perekat elastis, serta bahan baku produk yang memerlukan kekuatan dan daya lekat baik seperti cat, pelapis, dan tinta cetak. Dengan sifatnya yang ringan, kaku dan dapat divulkanisasi, karet siklik berpotensi digunakan sebagai bahan pengisi atau resin pengkaku barang jadi karet tertentu.

2.8 Resiprena 35

Karet alam siklik telah diproduksi di Indonesia dengan merek dagang resiprena 35. Pabriknya merupakan relokasi dari Italia, sehingga menggunakan teknologi siklisasi pabrik asalnya, yaitu siklisasi larutan karet alam. Hampir keseluruhan produknya di ekspor ke berbagai negara, meneruskan pabrik asalnya.

Resiprena 35 berhasil dengan baik diuji cobakan sebagai pengeras dalam pembuatan perekat kayu lapis, dan sebagai pengikat (Binder) dalam pembuatan cat marka jalan, dalam pembuatan sol dan alas karet, dan cukup mampu mengeraskan dan mengkakukan barang jadi karet tersebut. Resiprena 35 dicampur dengan karet alam siklik dari lateks pekat dapat memperlihatkan daya rekat yang cukup baik dalam melekatkan karet pada logam.


(24)

2.9 Bilangan Asam

Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak.

Bilangan asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.

Bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Caranya adalah dengan jalan melarutkan sejumlah minyak atau lemak dan diberi indikator phenolphtalein. Kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,5 N sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tadi.

BA =

m M

N

VKOH  KOH  KOH

Keterangan :

BA : Bilangan Asam ( mgKOH / g )

VKOH : Volume KOH ( ml )

NKOH : Normalitas KOH ( N )

MKOH : Berat Molekul KOH


(25)

Dari rumus di atas, MKOH adalah berat molekul larutan KOH yang nilainya dipergunakan adalah 56,11.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Karet

Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup panjang.

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai Benua Baru . Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon pohon itu hidup secara liar di hutan hutan pedalaman Amerika yang lebat.

Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa mempublikasikan penemuan Michele de Cuoneo. Pengenalan bahan baku karet ini kemudian berlanjut di daerah Seville pada tahun 1524. Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari hari.


(27)

Dengan bantuan penduduk asli, tim ekspedisi Peru menelusuri daerah tempat tumbuhnya tanaman karet. Mereka berhasil menjumpai tanaman karet yang bisa diambil getahnya tanpa harus menebang pohonnya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya. Cara baru yang ditemukan adalah dengan melukai kulit batang tanaman. Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanamanHavea.

Pengenalan pohonhavea membuka langkah awal yang sangat pesat ke arah zaman penggunaan karet untuk berbagai keperluan. Cara pelukaan untuk memperoleh getah karet memang jauh efisien daripada cara tebang langsung. Lagipula dengan cara ini tanaman karet bisa diambil getahnya berkali kali.

Orang orang Benua Eropa kemudian mengembangkan karet untuk aneka berang keperluan sehari hari. Mereka memanfaatkan karet sebagai bahan pembuat pakaian tahan air, alas penutup barang barang agar tidak basah tersiram air, botol karet, karet penghapus, serta banyak barang lainnya. Kata Rubber, bahasa Inggris untuk karet, berasal dari katato rubyang memiliki arti menggosok atau menghapus. Penemuan penemuan baru terutama yang menyangkut pengetahuan fisika dan kimia menambah nilai karet untuk kepentingan manusia yang pada akhirnya berlanjut ke perkembangan industri dengan bahan baku karet.

2.2 Jenis Jenis Karet

Ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet ini memilki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan


(28)

karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan.

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh keret sintetis. Adapun kelebihan kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah :

1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna,

2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, 3. Mempunyai daya aus yang tinggi,

4. Tidak mudah panas, dan

5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan.

Karet alam, jika dipanaskan menjadi lunak dan lekat, dan kemudian dapat mengalir. Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzena. Akan tetapi, bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi bersama sedikit belerang ( kira kira 2% ), ia menjadi bersambung silangan dan terjadi perubahan yang luar biasa pada sifatnya.

Karet atau elastomer merupakan polimer yang memperlihatkan daya pegas atau kemampuan meregang kembali ke keadaan semula dengan cepat.


(29)

2.3 Karet Alam

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri di Daratan Amerika Selatan.

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Jenis jenis karet alam yang dikenal luas yaitu :

1. Bahan olah karet, 2. Karet konvensional, 3. Lateks pekat, 4. Karet bongkah,

5. Karet spesifikasi teknis, 6. Karet siap olah, dan 7. Karet reklim.


(30)

2.4 Karet Bongkah

Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilangkan menjadi bandela bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian Rubber).

Tabel 2.1 : Standard Indonesian Rubber (SIR)

SIR 5L SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50

Kadar kotoran maksimum 0,05% 0,05% 0,10% 0,20% 0,50%

Kadar abu maksimum 0,50% 0,50% 0,75% 1,00% 1,50%

Kadar zat atsiri maksimum 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 1,0%

PRI minimum 60 60 50 40 30

Plastisitas Pominimum 30 30 30 30 30

Limit warna (skala lovibond)

maksimum 6 - - -

-Kode warna Hijau Hijau Merah Kuning

2.5 Karet Alam Siklik

Apabila karet alam yang telah dicampur dengan katalis asam dipanaskan, maka struktur molekulnya akan berubah menjadi struktur bahan seperti resin. Perubahan tersebut terjadi karena karet alam mengalami modifikasi kimia. Perubahan struktur molekul karet alam tersebut dinamai siklisasi, karena struktur molekulnya telah mengalami perubahan dari keadaan rantai lurus menjadi rantai siklik. Perubahan ini


(31)

diikuti dengan peningkatan titik leleh, densitas dan indeks refrasinya, hasilnya dinamai karet alam siklik atau karet siklo.

2.6 Siklisasi Karet Alam Padat

Siklisasi karet alam padat dilakukan dengan cara mencampur karet alam padat dengan katalis asam pada gilingan rol ganda atau pada mesin pencampur Banbury, lalu lembaran karet yang diperoleh dipanaskan pada suhu 125oC 145oC selama 1 4 jam. Jika katalis asam yang digunakan berbentuk cair, maka sebelum ditambahkan pada karet terlebih dahulu dicampur dengan bahan inert.

Karet alam siklik biasanya digunakan sebagai bahan pengisi bahan jadi karet, dengan tujuan meningkatkan ketahanan kikis bahan jadinya. Selain itu karet alam siklik yang diperoleh dari siklisasi karet alam dalam keadaan padat juga dapat digunakan sebagai bahan baku bahan perekat, penempel karet pada logam atau permukaaan halus lainnya.

2.7 Keunggulan Karet Siklik

Karet alam siklik berbeda dari karet alam asalnya, karena telah berubah menjadi produk baru seperti resin. Walaupun telah berubah menjadi sejenis resin, karet alam siklik tidak kehilangan beberapa sifat unggul karet alam. Karet alam siklik masih


(32)

dapat divulkanisasi, dan daya lekatnya lebih baik daripada karet alam asalnya, karena karet alam siklik bersifat keras dan kaku dalam keadaan dingin.

Dengan keunggulan daya lekat yang mampu merekatkan karet pada logam atau permukaan licin lain dengan baik, karet siklik berpotensi digunakan sebagai bahan baku atau bahan peningkat daya lengket dalam pembuatan perekat elastis, serta bahan baku produk yang memerlukan kekuatan dan daya lekat baik seperti cat, pelapis, dan tinta cetak. Dengan sifatnya yang ringan, kaku dan dapat divulkanisasi, karet siklik berpotensi digunakan sebagai bahan pengisi atau resin pengkaku barang jadi karet tertentu.

2.8 Resiprena 35

Karet alam siklik telah diproduksi di Indonesia dengan merek dagang resiprena 35. Pabriknya merupakan relokasi dari Italia, sehingga menggunakan teknologi siklisasi pabrik asalnya, yaitu siklisasi larutan karet alam. Hampir keseluruhan produknya di ekspor ke berbagai negara, meneruskan pabrik asalnya.

Resiprena 35 berhasil dengan baik diuji cobakan sebagai pengeras dalam pembuatan perekat kayu lapis, dan sebagai pengikat (Binder) dalam pembuatan cat marka jalan, dalam pembuatan sol dan alas karet, dan cukup mampu mengeraskan dan mengkakukan barang jadi karet tersebut. Resiprena 35 dicampur dengan karet alam siklik dari lateks pekat dapat memperlihatkan daya rekat yang cukup baik dalam melekatkan karet pada logam.


(33)

2.9 Bilangan Asam

Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak.

Bilangan asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.

Bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Caranya adalah dengan jalan melarutkan sejumlah minyak atau lemak dan diberi indikator phenolphtalein. Kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,5 N sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tadi.

BA =

m M

N

VKOH  KOH  KOH

Keterangan :

BA : Bilangan Asam ( mgKOH / g )

VKOH : Volume KOH ( ml )

NKOH : Normalitas KOH ( N )

MKOH : Berat Molekul KOH


(34)

Dari rumus di atas, MKOH adalah berat molekul larutan KOH yang nilainya dipergunakan adalah 56,11.


(35)

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Alat Alat

Adapun alat alat yang digunakan dalam analisa ini adalah : - Hot plate

- Pengaduk magnit - Buret

- Erlenmeyer - Beaker Glass

3.2 Bahan Bahan

Adapun bahan bahan yang digunakan dalam analisa ini adalah : - Produk Resiprena


(36)

- Kalium Hidroksida - Ethanol

- Indikator Phenolphtalein

3.3 Prosedur

Adapun prosedur yang digunakan dalam analisa ini adalah :

- Sampel produk resiprena dihaluskan dengan mortar atau blender.

- Sampel resiprena powder ditimbang sebanyak 3 gram, dan masukkan kedalam erlenmeyer.

- Kemudian toluena ditambahkan sebanyak 100 ml.

- Larutan diaduk dengan pengaduk sambil dipanaskan pada temperatur 50oC diatas hot plate sampai diperoleh larutan homogen.

- Larutan didinginkan sampai temperatur kira kira 25oC (temperatur kamar). - Indikator Phenolphtalein (PP) 1% ditambahkan sebanyak 3 tetes.

- Larutan dititrasi dengan larutan KOH 0,2N dan amati titik akhir titrasi dari larutan tidak berwarana ( colour less ) menjadi berwarna merah jambu ( pink ).

- Volume larutan pentiter dicatat. - Perhitungan


(37)

Keterangan :

BA : Bilangan Asam ( mgKOH / g )

VKOH : Volume KOH ( ml )

NKOH : Normalitas KOH ( N )

MKOH : Berat Molekul KOH


(38)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Adapun data yang diperoleh dari pabrik resiprena adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Analisa Waktu Pemeraman

No. Urut Sampel Waktu Pemeraman (hari) Volume KOH (ml) Normalitas KOH (N) Berat Sampel (g)

1 3 0,47 0,2 3

2 4 0,41 0,2 3

3 5 0,44 0.2 3

4 6 0,47 0,2 3

5 9 0,51 0,2 3

6 10 0,53 0,2 3

7 11 0,56 0,2 3


(39)

4.2 Perhitungan

Dengan menggunakan persamaan rumus di bawah ini maka bilangan asam dari data sebelumnya di dapat sebagai berikut :

BA =

m

M N

VKOH  KOH  KOH

Keterangan :

BA : Bilangan Asam ( mgKOH / g )

VKOH : Volume KOH ( ml )

NKOH : Normalitas KOH ( N )

MKOH : Berat Molekul KOH

m : Berat sampel (g )

a. BA untuk pemeraman selama 3 hari =

m

M N

VKOH  KOH  KOH

=

3 56,11

0,2

0,47  

= 1,7578 mgKOH/g

b. BA untuk pemeraman selama 4 hari =

m M

N

VKOH  KOH  KOH

=

3 56,11

0,2

0,41  


(40)

c. BA untuk pemeraman selama 5 hari =

m

M N

VKOH  KOH  KOH

=

3 56,11

0,2

0,44  

= 1,6456 mgKOH/g

d. BA untuk pemeraman selama 6 hari =

m M

N

VKOH  KOH  KOH

=

3 56,11

0,2

0,47  

= 1,7578 mgKOH/g

e. BA untuk pemeraman selama 9 hari =

m

M N

VKOH  KOH  KOH

=

3 56,11

0,2

0,51  

= 1,9077 mgKOH/g

f. BA untuk pemeraman selama 10 hari =

m M

N

VKOH  KOH  KOH

=

3 56,11

0,2

0,53  


(41)

g. BA untuk pemeraman selama 11 hari =

m

M N

VKOH  KOH  KOH

=

3 56,11

0,2

0,56  

= 2,0944 mgKOH/g

h. BA untuk pemeraman selama 12 hari =

m M

N

VKOH  KOH  KOH

=

3 56,11

0,2

0,57  

= 2,1318 mgKOH/g

Maka dari perhitungan di atas diperoleh hasil perhitungan sesuai dengan tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Bilangan Asam No. Urut Sampel Waktu Pemeraman (hari) Volume KOH (ml) Normalitas KOH (N) Berat Sampel (g) Bilangan Asam (mgKOH/g)

1 3 0,47 0,2 3 1,7578

2 4 0,41 0,2 3 1,5337

3 5 0,44 0.2 3 1,6456

4 6 0,47 0,2 3 1,7578

5 9 0,51 0,2 3 1,9077

6 10 0,53 0,2 3 1,9822

7 11 0,56 0,2 3 2,0944


(42)

Pada tabel 4.2 menunjukkan hasil perhitungan dari bilangan asam. Dari perhitungan di atas maka di dapat bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 3 hari adalah 1,7578 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 4 hari adalah 1,5337 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 5 hari adalah 1,6456 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 6 hari adalah 1,7578 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 9 hari adalah 1,9077 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 10 hari adalah 1,9822 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 11 hari adalah 2,0944 mgKOH/g, sedangkan bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 12 hari adalah 2,1418 mgKOH/g.

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan antara Waktu Pemeraman dengan Bilangan Asam

0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Waktu Pemeraman

Bi

lan

ga

n

As


(43)

4.3 Pembahasan

Bilangan asam merupakan salah satu parameter yang harus diperhatikan dalam menentukan kualitas resin. Semakin tinggi nilai bilangan asam resin, maka semakin tinggi pula tingkat kerusakannya. Dengan demikian, kualitas resin tersebut akan semakin rendah.

Pada proses pembuatan resin, waktu pemeraman dapat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya bilangan asam resin tersebut. Jika waktu pemeraman yang digunakan semakin lama, maka bilangan asamnya pun semakin tinggi.

Dari analisa terlihat bahwa pada waktu pemeraman selama 4 hari, mutu resin yang diperoleh berkualitas baik dengan bilangan asam rendah sedangkan pada waktu pemeraman selama 12 hari mutu resin yang diperoleh kurang baik dengan bilangan asam yang tinggi.

Oleh karena itu, yang dilakukan oleh pabrik dalam pembuatan resin adalah melakukan proses pemeraman selama 4 hari dengan bilangan asam yang cukup rendah yaitu 1,5337 mgKOH/g. Ini merupakan nilai tengah waktu pemeraman yang diambil perusahaan dalam menentukan kualitas resin.


(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dapat diperoleh kesimpulan bahwa bilangan asam pada waktu pendiaman selama 3 hari masih cukup tinggi, kemudian selama 4 hari bilangan asamnya rendah dan mengalami kenaikan terus setiap harinya. Semakin tinggi nilai bilangan asam resin, maka semakin tinggi pula tingkat kerusakannya. Dengan demikian, kualitas resin tersebut akan semakin rendah. Oleh karena itu, perusahaan menginginkan produk resin yang memiliki bilangan asam rendah.

5.2 Saran

Untuk mendapatkan resin yang mempunyai mutu yang baik maka perlu dilakukan proses produksi yang baik dan efisien di setiap bidang. Seperti halnya pada proses pengolahan, waktu pemeraman berpengaruh pada bilangan asam. Bilangan asam rendah tersebut adalah yang terbaik dan hendaknya dalam melakukan analisa bilangan asam dilakukan dengan hati-hati dan teliti.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Cowd, M.A. 1991.Kimia Polimer.Bandung : Penerbit ITB.

Kataren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Edisi Ke-1. Jakarta. UI Press.

Setiawan, D. H. dan Andoko, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. PT. Agromedia Pustaka.

Stevens, M.P. 2001.Kimia Polimer. Jakarta : Pradnya Paramita.

Sumarmadji., Daslin, A., Siagian, N., Istianto, Anas, A., dan Kustyanti, T. 2003. Prosiding Konferensi Agribisnis Karet Menunjang Industri Lateks Dan Kayu 2003 . Dalam Alfa, A. A., Said, E.G., irawadi, T. T., Sailah, I., Mas ud, Z. A., dan Honggokusumo, S. Perkembangan Dan Prospek Produksi Karet Alam Siklik: hal 279-287. Medan: Pusat Penelitian Karet Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.

Tim Penulis PS. 1992. Karet : Strategi Pemasaran Budidaya Dan Pengolahan. PT. Penebar Swadaya.


(46)

(47)

FLOW CHART PENGOLAHAN RESIPRENA PABRIK RESIPRENA

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

BAHAN BAKU KARET ALAM SIR 10 / 20 KATALISATOR TANGKI REAKTOR

(PROSES SIKLISASI) PELARUT PENGUMPULTANGKI PELARUT TANGKI SEPARATOR

(PROSES PEMISAHAN) LARUTAN

RESIPRENA PEMURNIAN DANPELARUTAN LARUTAN ASAM TANGKI DESTILATOR (PROSES DESTILASI) PELARUT PRODUK RESIPRENA QC GRANULATOR (PEMECAHAN) PENGEPAKAN PENGIRIMAN TANGKI DESTILATOR (PROSES DESTILASI) PELARUT RESIDU (LIMBAH PADAT) PUPUK TANGKI DESTILATOR (PROSES DESTILASI) PELARUT RESIDU ASAM (LIMBAH CAIR)


(1)

Pada tabel 4.2 menunjukkan hasil perhitungan dari bilangan asam. Dari perhitungan di atas maka di dapat bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 3 hari adalah 1,7578 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 4 hari adalah 1,5337 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 5 hari adalah 1,6456 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 6 hari adalah 1,7578 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 9 hari adalah 1,9077 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 10 hari adalah 1,9822 mgKOH/g, bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 11 hari adalah 2,0944 mgKOH/g, sedangkan bilangan asam untuk waktu pemeraman selama 12 hari adalah 2,1418 mgKOH/g.

0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Waktu Pemeraman

Bi

lan

ga

n

As


(2)

4.3 Pembahasan

Bilangan asam merupakan salah satu parameter yang harus diperhatikan dalam menentukan kualitas resin. Semakin tinggi nilai bilangan asam resin, maka semakin tinggi pula tingkat kerusakannya. Dengan demikian, kualitas resin tersebut akan semakin rendah.

Pada proses pembuatan resin, waktu pemeraman dapat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya bilangan asam resin tersebut. Jika waktu pemeraman yang digunakan semakin lama, maka bilangan asamnya pun semakin tinggi.

Dari analisa terlihat bahwa pada waktu pemeraman selama 4 hari, mutu resin yang diperoleh berkualitas baik dengan bilangan asam rendah sedangkan pada waktu pemeraman selama 12 hari mutu resin yang diperoleh kurang baik dengan bilangan asam yang tinggi.

Oleh karena itu, yang dilakukan oleh pabrik dalam pembuatan resin adalah melakukan proses pemeraman selama 4 hari dengan bilangan asam yang cukup rendah yaitu 1,5337 mgKOH/g. Ini merupakan nilai tengah waktu pemeraman yang diambil perusahaan dalam menentukan kualitas resin.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dapat diperoleh kesimpulan bahwa bilangan asam pada waktu pendiaman selama 3 hari masih cukup tinggi, kemudian selama 4 hari bilangan asamnya rendah dan mengalami kenaikan terus setiap harinya. Semakin tinggi nilai bilangan asam resin, maka semakin tinggi pula tingkat kerusakannya. Dengan demikian, kualitas resin tersebut akan semakin rendah. Oleh karena itu, perusahaan menginginkan produk resin yang memiliki bilangan asam rendah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Cowd, M.A. 1991.Kimia Polimer.Bandung : Penerbit ITB.

Kataren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Edisi Ke-1. Jakarta. UI Press.

Setiawan, D. H. dan Andoko, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. PT. Agromedia Pustaka.

Stevens, M.P. 2001.Kimia Polimer. Jakarta : Pradnya Paramita.

Sumarmadji., Daslin, A., Siagian, N., Istianto, Anas, A., dan Kustyanti, T. 2003. Prosiding Konferensi Agribisnis Karet Menunjang Industri Lateks Dan Kayu 2003 . Dalam Alfa, A. A., Said, E.G., irawadi, T. T., Sailah, I., Mas ud, Z. A., dan Honggokusumo, S. Perkembangan Dan Prospek Produksi Karet Alam Siklik: hal 279-287. Medan: Pusat Penelitian Karet Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.

Tim Penulis PS. 1992. Karet : Strategi Pemasaran Budidaya Dan Pengolahan. PT. Penebar Swadaya.


(5)

(6)

FLOW CHART PENGOLAHAN RESIPRENA PABRIK RESIPRENA

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

BAHAN BAKU KARET ALAM SIR 10 / 20 KATALISATOR TANGKI REAKTOR

(PROSES SIKLISASI) PELARUT PENGUMPULTANGKI PELARUT TANGKI SEPARATOR

(PROSES PEMISAHAN) LARUTAN

RESIPRENA PEMURNIAN DANPELARUTAN LARUTAN ASAM TANGKI DESTILATOR (PROSES DESTILASI) PELARUT PRODUK RESIPRENA QC GRANULATOR (PEMECAHAN) PENGEPAKAN PENGIRIMAN TANGKI DESTILATOR (PROSES DESTILASI) PELARUT RESIDU (LIMBAH PADAT) PUPUK TANGKI DESTILATOR (PROSES DESTILASI) PELARUT RESIDU ASAM (LIMBAH CAIR)