Sikap hukum dalam skripsi ini yaitu reaksi para pelaku usaha saat mengetahui peraturan yang mewajibkan sertifikasi produksi pangan bagi makanan olahan
yang di produksi. 4. Pola Perilaku Hukum
Pola perilaku hukum merupakan hal yang sangat penting, karena dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam lingkungan pelaku usaha
tersebut.
B. Perlindungan Konsumen
1. Pengertian pelaku usaha
Pasal 1 butir 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun secara bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
Kalangan ekonomi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia , mentapkan bahwa pelaku ekonomi bersama dengan pelaku usaha, terdiri dari tiga
kelompok besar, yaitu : a Kelompok penyedia dana investor , yaitu pihak yang melakukan pembelian
atau penjualan efek di bursa efek. b Kelompok pengedar barang atau jasa produsen , yaitu seorang atau kelompok
orang maupun badan usaha membuat suatu usaha yang menhasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa.
c Kelompok pengedar barang atau jasa distributor , yaitu suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai,
sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan.
5
Pelaku usaha yang dibahas dalam skripsi ini adalah produsen makanan ringan, sesuai dengan judul yaitu dalam mematuhi sertifikasi produk pangan dan ditujukan pada
proses pengolahan makanan dari bahan mentah hingga matang, selanjutnya pengemasan, tata cara pelabelan yang benar hingga penyimpanan makanan sebelum sampai ke tangan
konsumen.
2. Kewajiban Serta Perbuatan Yang Dilarang Oleh Pelaku Usaha.
Ketententuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang mengatur tentang kewajiban bagi para Pelaku Usaha sebenarnya sudah jelas di atur dalam
Undang-undang namun ternyata masih banyak para pelaku usaha yang mengabaikan kewajiban - kewajiban tersebut yang mana hukum yang mengatur tentang kewajiban bagi
pelaku usaha. Di dalam Pasal 7 Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen djelaskan bahwa pelaku usaha harus beritikad baik dalam melakukan kegiatan
usahanya; memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan; memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku; memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang
danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan; memberi kompensasi, penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan; memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang
dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian
.
Artinya
,
dalam melakukan kegiatan usaha , pelaku usaha tidak boleh mengabaikan keselamatan konsumen, selain itu
mutu produk harus terjamin dan sesuai dengan ketentuan standar mutu yang disyaratkan
5
http:dininurulrohmah.blogspot.com2013_10_01_archive.html diunduh pada 17 Juli 2014
oleh Dinas Kesehatan. Jika sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan semisal keracunan dan kerugian lainnya maka pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas hal
tersebut. Selain itu larangan-larangan bagi para pelaku usaha dalam hal ini terkait dengan
produksi makanan juga sudah di perjelas dalam Undang-undang , dimana larangan tersebut dijelaskan pada pasal 8 Undang-undang nomo 8 tahun 1999, yaitu pelaku usaha
dilarang memproduksiatau memperdagangkan barang atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang di isyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan, hal ini sering terjadi berkaitan dengan cara produksi makanan yang tidak sesuai dengan CPPB IRT. Tentu hal tersebut memicu kemungkinan terjadinya kerugian
bagi konsumen.
3. Tanggung Jawab Pelaku Usaha