Jenis – Jenis Pemidanaan Atau Hukuman Dalam Pidana Positif

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2. Pidana tambahan a. Pencabutan hak – hak tertentu Pencabutan hak – hak tertentu dimasukkan sebagai pencabutan segala hak yang dipunyai oleh orang atau warga. Pencabutan hak – hak tertentu di tulis dalam pasal 35 KUHP yang berbunyi : 1 Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu 2 Hak menjadi anggota angkatan bersenjata 3 Hak memilih dan hak di pilih dalam pemilihan umum 4 Hak menjadi penasihat, atau pengurus hukum, hak menjadi wali, hak menjadi pengawas, pengampu atau pengampu pengawas, atas orang bukan anaknya sendiri. 5 Hak yang menjadi penguasaan bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan atas nakanya sendiri. 6 Hak menjalankan perwalian yang tertentu. b. Perampasan barang barang tertentu Pidana perampasna barang – barang tertentu adalah jenis pidana harta kekayaan, seprti halnya dengan pidana denda. Ketentua mengenai perampasan barang – barang tertentu terdapat dalam pasal 39 KUHP yaitu ; 1 Barang – barang milik terpidana yang diperoleh dari kajahatan atau yang sengaja di pergunakan untuk melakukan kejahatan, dapat dirampas digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2 Dalam hal pemidanaan karena kejahatan yang tidak dilakukan dengan segaja atau karena pelanggaran, dapat juga di jatuhkan putusan perampasan berdasarkan putusan sesuai dengan hal – hal di dalam undang – undang. 3 Perampasan dilakukan oleh orang yang bersalah yang diserahkan kpada pemerintah, tetapi hanya atas barang yang telah di sita. c. Penumuman putusan hakim Pengumuman putusan hakim di atur dalam pasal 43 KUHP yang mengatur bahwa : 32 “apabila hakim memerintahkan supaya putusan di umumkan berdasarkan kitab undang – undang ini atau aturan umum yang lainnya, harus ditetapkan pula bagaimana cara melaksanakan perintah atas biaya terpidana. Pidana tambahan pengumuman putusan hakim hanya dapat dijatuhkan dalam hal – hal yang di tentukan oleh undang – undang”.

E. Tujuan hukuman atau pemidanaan

Di Indonesia sendiri hukum positif belum pernah merumuskan tujuan pemidanaan. Selama ini wacana tentang wacana tujuan peminaan tersebut masih dalam tataran yang bersifat teoristis.menurut P.A.F Lamintang menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat tiga pokok pikiran tentang tujuan yang ingin di capai dengan suatu pemidanaan, yaitu ; 33 32 Ibid, 104. 33 P.A.F Lamintang, Hukum Panitensier Indonesia, Bandung : Amrico, 1988, 23. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1. Untuk memperbaiki pribadi dari penjahat itu sendiri 2. Untukmembuat orang menjadi jera dalam melakukan kejahatan – kejahatan, serta 3. Untuk membuat penjahat – penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk melakukan kejahatan yang lain, yakni penjahat yang dengan cara – cara lain sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Dari kerangka pemikiran diatas , melahirkan beberapa teori tentang tujuan pemidanaan. Pada umunya teori – teori pemidanaan terbagi atas tiga bagian yaitu ; 1. Teori Absolut Atau Teori Pembalasan Vergelding Theorien Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata – semata karena orang telah melakukan kajahatan atau tindak pidana. Teroiini di perkenalkan oleh Kent dan Hegel. Teori ini bertujuan untuk memuaskan pihak yang dendam baik masyarakat sendiri maupun pihak yang dirugikan atau menjadi korban. Pendekatan teori absolut meletakkan gagasannya tentang hak untuk menjatuhkan pidana yang keras, dengan alasan karena seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya, sudah seharusnya dia menerima hukuman yang dijatuhkan kepadanya. 34 Sedangkan menurut muladi teori absolut memandang bahwa pemidanaan merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan sehingga berorientasi pada perbuatan dan terletak pada kejahatan itu sendiri. Teoriini mengedepankan bahwa sanksi dalam hukum pidana 34 Mahrus Ali, Dasar – dasar Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika, 2012, 187. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dijatuhkan karena semata – mata karena orang telah melakukan suatu kejahatan yang merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan sehingga sanksi bertujuan untuk memuaskan tuntutan keadilan. 35 2. Teori Relatif Atau Tujuan Doel Theorien Teori relatif atau teori tujuan, berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana alat untuk meneggakan tata tertib hukum dalam masyarakat. Teori ini berbeda dengan teori absolut, dasar pemikiran agar suatu kejahatan dapat dijatuhi hukuman artinya penjatuhan pidan mempuanyai tujuan tertentu, misalnya memperbaiki sifat mental atau membuat pelaku tidak berbahaya lagi, di butuhkan proses pembinaan sikap ental. Menurut muladi tentang teori relatif menyebutkan bahwa pembinaan bukan sebagai pembalasan atas kesalahan pelaku tetapi sarana mencapai tujuan yang bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju kesejahteraan. Sanksi di tetapkan pada tujuannya, yakni untuk mencegah agar orang tidak melakukan kejahatan, maka bukan bertujuan untuk pemuasan absolut atas keadilan. 36 3. Teori Gabungan Atau Moderen Vereningings Theorien Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada asal pembalasan dan asas pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Secara teoritis, teori gabungan berusaha untuk menggabungkan pemikiran yang terdapat pada teori 35 Zainal farid, Hukum Pidan I, Jakarta : Sinar Grafika, 2007, 11. 36 Ibid, 11. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id absolut dan teori relatif. Disamping mengakui penjatuhan sanksi pidana diadakan untuk membalas perbuatan pelaku, juga dimasukkan agar pelaku dapat dapat diperbaiki sehingga bisa kembali kemasyarakat. 37 Teroi ini dikenalakan oleh Prins, Van Hammel, Van List dengan pandangan sebagai berikut ; 38 a. Tujuan terpenting pidana adalah memberantas kejahatan sebagai gejala masyarakat. b. Ilmu hukum pidana dan perundang – undangan pidana harus memperhatikan hasil studi antropologi dan sosiologis. c. Pidana iala suatu dari yang efektif yang dapat digunakan pemerintah untuk memberantas kejahatan. Pidana bukan satu – satunya sarana, oleh karena itu pidana tidak boleh digunakan tersendiri akan tetapi harus digunakan dlambentuk kombinasi dengan upaya sosial. Dari pandangan diatas menunjukkan bahwa teori ini mensyaratkan agar pemidanaan itu selain memberikan penderitaan jasmani juga psikologi dan terpenting adalah memberikan pemidanaan dan pendidikan. Dari tujuan diatas maka dpat disimpulakan bahwa tujuan pemidanaan menurut teori gabungan adalah pemberian sudatu pemidanaan tidak boleh dengan tujuan balas dendam ataupun membuat efek jera, melainkan harus mengedepankan pembelajaran bagi pelaku. 37 Mahrus Ali, Dasar – dasar Hukum Pidana”,...................... 192. 38 Ibid. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. Pemidanaan atau hukuman dalam hukum pidana islam

Hukum pidana di dalam syariat islam merupakan hal prinsip, sebab telah diatur dengan tegas dan jelas di dalam Al – Quran dan As – Sunnah di samping aturan – atauran hukum lainnya. Allah SWT dan Rasul – Nya dengan jelas menjelaskan aturan – aturan tentang had zina, qadhaf, pencurian, perampokan, dan lainnya, serta hukuman kisas dan ketentuan umum tentang takzir. Hal tersebut dapat pula berarti betapa urgensnya hukum pidana tersebut dalam hukum silam dapat dipastikan bahwa tidak dengan menjelaskan ketentuan – ketentuan Allah tersebut, maka tujuan dari hukum tidak dapat berjalan efektif. Apabila di tinjau bahwa Allah memerintahkan melaksanakan aturan – aturan tersebut tanpa suatu tendensi kepentingannya atas manusia, selain agar manusia dapat menikmati hasil dari beberapa hukum tersebut. 39 Dalam hukum islam tindak pidana di artikan sebagai peristiwa pidana, tindak pidana atau istilah – istilah lainnya disebut jarimah. Jarimah bersal dari kata َ ج َ yang sinonimnya َ طق َ سك artinya ; berusaha dab bekerja. Hanya saja pengertian usaha disini khusus untuk usaha yang tidak baik atau usaha yang dibenci oleh manusia. 40 39 Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, Penerapan Syariat Islam Dalam Konteks Modernitas, Bandung : Asy Syaamil Press, 2000, 134 – 135. 40 Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2004, 9.