PROFIL KINERJA PENGAWAS MADRASAH KEMENTERIAN AGAMA LAMPUNG SELATAN
vi ABSTRAK
PROFIL KINERJA PENGAWAS MADRASAH KEMENTERIAN AGAMA LAMPUNG SELATAN
Oleh Rosidah
Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan dan menganalisis mengenai: 1) pengawasan akademik dan manajerial, 2) membimbing dan melatih profesional guru, 3) pelaksanaan pengembangan profesi pengawas, 4) faktor pendukung dan faktor penghambat kinerja pengawas dan, 5) upaya-upaya dari instansi dalam meningkatkan kinerja pengawas madrasah. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan studi kasus sebagai rancangan penelitian. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi. Sumber data berjumlah 21 orang yang diambil dengan teknik snowball terdiri dari pejabat di Kantor Kementerian Agama Lampung Selatan, Pengawas Madrasah, Kepala Madrasah serta guru madrasah di Lingkungan Kementerian Agama Lampung Selatan. Hasil penelitian: 1) pengawasan akademik dan manajerial dimulai dengan perencanaan meliputi program kerja, pembagian wilayah kerja dan pembuatan jadwal supervisi, tetapi dalam pelaksanaan dan pembuatan laporan hasil supervisi belum optimal; 2) membimbing dan melatih profesional guru melalui kegiatan KKG/MGMP, seminar, workshop tetapi kegiatan ini kurang kontinu, karena keterbatasan dana dan waktu yang tersedia dari pengawas; 3) pelaksanaan pengembangan profesi pengawas belum terlihat sebagai suatu kebutuhan dalam mengembangkan profesi, sebagai dampak kurangnya Diklat penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan motivasi pengawas; 4) faktor pendukung kinerja berupa motivasi, kompetensi, insentif dan pengalaman kerja. Sedangkan faktor penghambat kinerja berupa lingkungan kerja yang kurang kondusif, fasilitas yang kurang dan jumlah pengawas yang sedikit. (5) upaya-upaya dari instansi dalam meningkatkan kinerja pengawas madrasah diantaranya pembinaan, pemberian motivasi, kesempatan melanjutkan pendidikan, insentif, dana monitoring dan kendaraan dinas, serta rekrutmen calon pengawas.
(2)
vi ABSTRACT
SUPERVISORY PERFORMANCE PROFILE MADRASAH RELIGIOUS MINISTRY OF SOUTH LAMPUNG
By Rosidah
The purpose of this study is to describe and analyze regarding: 1) academic and managerial supervision, 2) guide and train professional teachers, 3) implementation of professional development supervisor, 4) factors supporting and inhibiting factors supervisor performance and, 5) the efforts of the agencies in the improve the performance of supervisors madrassas. This type of research is qualitative and phenomenological approach as a case study research design. The techniques of collecting data are through in-depth interviews, documentation, and observation. The data sources were 21 people who were taken to the snowball technique consists of officials at the Ministry of Religious South Lampung, Supervisory Madrasah, Madrasah Principals and teachers at the Ministry of Religious South Lampung. Results of the study: 1) academic and managerial oversight begins with planning include work programs, zoning and scheduling work supervision, but in the implementation and report the results of supervision is not optimal; 2) guide and train professional teachers through KKG / MGMPs, seminars, workshops but less continuous activity, due to limited funds and time available from the supervisor; 3) the implementation of professional development supervisor has not been seen as a necessity in developing the profession, as a result of the lack of Essay Writing Training (KTI) and motivation supervisor; 4) the performance of the supporting factors such as motivation, competence, incentives and work experience. While the performance inhibiting factors such as unfavorable working environment, lack of facilities and the number of supervisors were little. (5) the efforts of the regulatory agencies in improving the performance of such madrasas coaching, motivation, the opportunity to continue their education, incentives, and monitoring and service vehicles, as well as the recruitment of candidates for superintendent.
(3)
PROFIL KINERJA PENGAWAS MADRASAH KEMENTERIAN AGAMA LAMPUNG SELATAN
Oleh ROSIDAH
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
(4)
(5)
(6)
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Hargo Pancuran, Lampung Selatan pada tanggal 01 Januari 1977 anak ke enam dari delapan bersaudara dari pasangan Bpk. Muhammad Nasir dan Ibu Tukirah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Kalianda, Lampung Selatan, yaitu di Sekolah Dasar Negeri Hargo Pancuran tahun 1989, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Penengahan tahun 1992, Madrasah Aliyah Negeri Kalianda dengan program jurusan IPS tahun 1995. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung selesai tahun 1997. Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar diperoleh penulis dari Universitas Terbuka pada tahun 2009. Pada tahun 2011, penulis berhasil lolos seleksi penerimaan mahasiswa program pasca sarjana dan sejak saat itu sampai sekarang tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan pada Program Pasca Sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Karir pekerjaan dimulai pada tahun 1999 penulis diangkat sebagai Calon Pengawai Negeri Sipil (CPNS) di Kementerian Agama dengan jabatan sebagai guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sukanegara, Lampung Selatan, dan setahun kemudian menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tahun 2001, penulis mutasi kerja ke Madrasah Ibtidaiyah Negeri Rajabasa, Lampung Selatan. Setelah mengabdi selama 10 tahun di Rajabasa, tepatnya tahun 2011, penulis mutasi kerja menjadi guru di Madrasah Ibtidaiyah Taman Pendidikan Islam Kalianda, Lampung Selatan sampai dengan sekarang.
Penulis menikah dengan Hadi Aspirin pada tahun 2001, dan setelah 13 tahun usia pernikahan, kini telah dikaruniai dua orang putra dan dua orang putri. Penyejuk mata kami yaitu: Farhana Salsabila Rasyid Ashadi, Anas Al-Banna, Dhia Izzaty Hiya Akhsan dan Faris Ridwan Nasir.
(7)
PERSEMBAHAN
Seiring rasa syukur Kepada Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan karya kecil ini kepada:
1. Bapak Muhammad Nasir (Alm) dan Simbok Tukirah tercinta yang telah melahirkan, merawat, membesarkan serta mendidikku dengan perhatian dan kasih sayang, juga pada Bapak Ridwan (Alm) dan Ibu Misiyem (Alm) mertua terkasih.
2. Mas Hadi suamiku tercinta, yang telah seiring sejalan berjuang bersama, yang selalu memberi semangat dan motivasi kepadaku dalam menyelesaikan tesis ini, I Love You.
3. Mbak Farhana, Bang Anas, Kakak Dhia dan Dhe’ Faris, mereka semua adalah permata hatiku yang terkasih yang selalu memberi inspirasi di setiap aktifitasku.
4. Mas Sam, Mas Urik,, Yu As, Mas Prayit, Yu Ros, Dik Udin dan Dek Komar terima kasih untuk kasih saying dan motivasinya.
5. Mak As yang selalu membantu saya menjaga dan menemani anak-anak. 6. Almamater yang tercinta Universitas Lampung.
(8)
MOTTO
“Concentrate all thought for doing work, because the sun will not burn up the focal point meeting”
(Alexander Graham Bell)
“Dan katakanlah:”Bekerjalah kamu, maka Alloh dan Rosul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Alloh) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(9)
vi
SAN WACANA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan kasih sayang dan kekuatan dari NYA, penulis mampu menyelesaikan tesis ini. Solawat dan salam juga senantias tercurah kepada uswatun khasanah Nabiyulloh Muhammad SAW yang telah memberikan keteladanan kepada penulis untuk selalu belajar, belajar dan terus belajar dalam keistiqomahan.
Tesis yang berjudul Profil Kinerja pengawas Madrasah Kementerian Agama Lampung Selatan ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan untuk mendapatkan gelar Magister Manajemen Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penyelesaian tesis ini disempurnakan dengan masukan-masukan dari para dosen, rekan sejawat, dan pihak lainnya, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak atas segala perhatian, dukungan, bantuan dan kerjasamanya yang baik, terutama kepada:
1. Rektor Universitas Lampung Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. yang telah memberikan khazanah keilmuan di Universitas Lampung
2. Direktur Pascasarjana Universitas Lampung Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Dosen Filsafat Ilmu yang banyak memberikan pencerahan ilmu pengetahuan kepada Penulis.
3. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Dr. Bujang Rahman, M.Si., yang memberikan banyak perubahan di FKIP Unila
(10)
vii
sebagai kampus yang memiliki dedikasi tinggi pada pendidikan dan lebih religius, serta banyak memberikan inspirasi dalam penulisan tesis ini.
4. Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan Dosen Pembimbing II atas segala saran, masukan dan motivasinya.
5. Dr. Sowiyah, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai dosen pembahas yang telah membuka wawasan penulis melalui perhatian dan kesungguhannya memberikan masukan, saran, dan kritik agar tesis ini menjadi lebih baik. 6. Dr. Supomo Kandar, M.S sebagai dosen pembimbing pertama, atas
kesediaan untuk memberikan bimbingan, saran, kritik dan motivasinya yang sangat membantu penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
7. Seluruh jajaran Dosen Pengajar dan Pengurus Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan FKIP UNILA yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, wawasan, masukan dan dukungan kepada penulis menyelesaikan studi ini.
8. Kepala Kantor Kementerian Agama Lampung Selatan beserta jajarannya atas kesediannya menjadi informan dalam penelitian ini.
9. Pengawas Madrasah, Kepala Madrasah, Guru serta Staf di lingkungan Kementerian Agama Lampung Selatan atas kesedian dan kerjasamanya menjadi informan dalam penelitian ini.
(11)
viii
10. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas sumbang dan sarannya.
Akhirnya dengan kerendahan hati, semoga tesis ini dapat memberikan manfaatnya bagi ilmu pendidikan, khususnya manajemen pendidikan.
Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
ABSTRACT ABSTRAK LEMBAR PERSETUJUAN ii iii iv LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP v vi vii MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA viii ix x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ………...
1.2 Fokus Penelitian ... 1.3 Pertanyaan Penelitian ... 1.4 Tujuan Penelitian ... 1.5 Kegunaan Penelitian ... 1.6 Definisi Istilah ...
1 7 8 8 9 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 12
2.1 Kinerja Pengawas Madrasah ... 2.1.1 Pengertian Kinerja Pengawas Madrasah... 2.1.2 Faktor Pendukung Kinerja Pengawas Madrasah... 2.1.3 Strategi Peningkatan Kinerja Pengawas Madrasah.. 2.1.4 Evaluasi Kinerja Pengawas Madrasah... 2.1.5 Tujuan Evaluasi Kinerja Pengawas Madrasah... 2.1.6 Manfaat Hasil Evaluasi Kinerja Pengawas
Madrasah... 12 12 15 17 18 20 21 22
(13)
2.2 Pengawas Madrasah ... 2.2.1 Pengertian Pengawas Madrasah ... 2.2.2 Profesi Pengawas Madrasah ... 2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Madrasah ... 2.2.4 Manajemen Pengawasan ... 2.2.5 Koordinator Pengawas dan kelompok Kerja
Pengawas ... 2.2.6 Organisasi dan Asosiasi Pengawas Sekolah………. 2.2.7 Kode Etik Pengawas Sekolah/Madrasah ... 2.2.8 Kerangka Pikir ...
22 23 25 27 32 34 34 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 37 3.1. Latar Penelitian ...
3.2. Rancangan Penelitian ... 3.3. Kehadiran Peneliti …... 3.4. Sumber Data Penelitian ... 3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 3.5.1 Wawancara Mendalam (Indepth Interview) ... 3.5.2 Studi Dokumentasi ... 3.5.3 Pengamatan atau Observasi ... 3.6. Analisis Data ... 3.7. Triangulasi Data ………... 3.8. Tahapan Penelitian ...
37 38 39 41 43 44 48 50 53 57 59 BAB IV PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN ……… 61
4.1 Paparan Data ...
4.1.1 Latar Penelitian ………
4.1.2 Gambaran Umum Pengawas Madrasah Lampung Selatan ... 4.1.3 Pengawasan Akademik dan Manajerial Pengawas
Madrasah ... 4.1.4 Membimbing dan Melatih Profesional Guru ... 4.1.5 Pelaksanaan Pengembangan Profesi Pengawas
Madrasah ... 4.1.6 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kinerja
Pengawas Madrasah ……….. 4.1.7 Upaya dari Instansi dalam Meningkatkan Kinerja
Pengawas Madrasah ………
4.2 Temuan Penelitian ... 4.2.1 Pengawasan Akademik dan Manajerial ………….. 4.2.2 Membimbing dan Melatih Profesional Guru …..
61 61 62 71 78 80 82 86 87 88 90
(14)
4.2.3 Pengembangan Profesi Pengawas ……… 4.2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja
Pengawas Madrasah ………
4.2.5 Upaya-upaya yang Dilakukan Instansi dalam Meningkatkan Kinerja Pengawas Madrasah …… 4.3 Pembahasan Hasil ………
4.3.1 Pengawasan Akademik dan Manajerial Pengawas Madrasah ……… 4.3.2 Membimbing dan Melatih Profesional Guru ….. 4.3.3 Pelaksanaan Pengembangan Profesi Pengawas
Madrasah ……… 4.3.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja
Pengawas ……… 4.3.5 Upaya yang Dilakukan oleh Instansi dalam
Meningkatkan Kinerja Pengawas Madrasah ……
91 92 94 95 95 98 100 101 103 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………. 105
5.1 Kesimpulan ………
5.2 Implikasi ………
5.3 Saran ……….
105 107 109
DAFTAR PUSTAKA ……….. 110
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Pemberian Kode pada Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.2 Taksonomi Domain Wawancara Penelitian ……... 47
3.3 Daftar Dokumen yang Diperlukan ... 50
3.4 Setting dan Peristiwa yang Diamati ………... 52
4.1 Perubahan dan Pergantian Ketua Kelompok Kerja Pengawas ... 62
4.2 4.3 Jumlah Madrasah dan Pengawas di Kabupaten Lampung Selatan 2013 Profil Pengawas Madrasah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 66 68 4.4 Matrik Pengawasan Akademik dan Manajerial Pengawas Madrasah Lampung Selatan ... 77
4.5 Matrik Membimbing dan Melatih Profesional Guru ... 80
4.6 Matrik Pengembangan Profesi Pengawas ... 82
4.7 Matrik Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kinerja Pengawas ... 85 4.8 Matrik Upaya-Upaya Peningkatan Kinerja Pengawas Madrasah .... 87
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pedoman Pengumpulan Data ……… 121
Lampiran 2 Hasil Wawancara Mendalam ……… 125
Lampiran 3 Hasil Studi Dokumentasi ………. 137
(17)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Elemen Suatu Pendekatan Sistem Untuk Menimbulkan Harapan
Kinerja ... 15
2.2 Siklus Manajemen Strategis ... 20
2.3 Kerangka Pikir Penelitian ... 36
3.1 Komponen dalam Analisis Data ………... 54
4.1 Bagan Struktur Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lampung Selatan ... 64
4.2 Diagram Kontek Pengawasan Akademik dan Manajerial Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Lampung Selatan ... 89
4.3 Diagram Kontek Membimbing dan Melatih Profesional Guru oleh Pengawas Madrasah Kementerian Agama Lampung Selatan ... 91
4.4 Diagram Konteks Pengembangan Profesi Pengawas Madrasah Lampung Selatan ... 92
4.5 Diagram Konteks Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja Pengawas Madrasah ... 93
4.6 Diagram Konteks Upaya-upaya Instansi dalam Meningkatkan Kinerja Pengawas Madrasah ... 94
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung Selatan sangat penting dan terkait dengan Kementerian Agama. Lembaga Kementerian Agama sangat intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia. Orientasi Kementerian Agama dalam bidang pendidikan Islam bertumpu pada aspirasi umat Islam agar Pendidikan Agama Islam diajarkan di sekolah-sekolah, disamping perkembangan madrasah itu sendiri.
Lembaga pendidikan madrasah yang tumbuh dan berkembang di masyarakat harus diperhatikan untuk ditingkatkan mutunya, baik tentang pelaksanaan pendidikan maupun perbaikan-perbaikan administrasi. Mutu pendidikan yang dicapai suatu lembaga pendidikan merupakan pencerminan bahwa lembaga tersebut dikelola dengan baik, serta sangat terkait erat dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan tanpa menafikan faktor-faktor lainnya seperti tentang sarana dan prasarana serta pembiayaan.
Madrasah sebagai pelaksana pendidikan umum juga merupakan pelaksana pendidikan agama. Ini berarti madrasah melaksanakan dua kajian materi ajar
(19)
karena diharapkan selain memperoleh pengetahuan umum juga menanamkan nilai-nilai keislaman pada peserta didik. Madrasah juga memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya yaitu terdapatnya nilai-nilai keikhlasan, barokah, tawadhu’, istikomah, ijtihad dan sebagainya sehingga diperlukan model pengelolaan secara khusus pula.
Madrasah adalah lembaga pendidikan yang berciri khas Islam. Sesuai Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama yaitu pada Pasal 4 dijelaskan tugas pokok dan fungsinya sebagai berikut: Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi mempunyai tugas melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Agama dalam wilayah provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun tugas dan fungsi bidang yang mengurusi pendidikan adalah bidang Madrasah Pendidikan Agama Islam sebagaimana disebut dalam Pasal 31 yang menjelaskan sebagai berikut: Bidang Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan bimbingan di bidang penyelenggaraan pendidikan pada madrasah dan pendidikan agama islam pada sekolah umum dan serta sekolah luar biasa. Lembaga madrasah kebanyakan lahir dari lingkungan masyarakat menengah ke bawah atau dapat dikatakan dari masyarakat miskin dan merupakan madrasah yang dikelola swasta atau yayasan. Dalam satu kecamatan jumlah madrasah negeri hanya satu sehingga yang lainnya merupakan madrasah swasta. Penegerian madrasah dimaksudkan sebagai percontohan bagi madrasah swasta di lingkungannya sehingga sering disebut sebagai Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(20)
Model (MIN Model), serta dijadikan sebagai induk Kelompok Kerja Madrasah (KKM) di kecamatan yang bersangkutan.
Selain melakukan kunjungan ke madrasah sebagai salah satu tugas pengawas madrasah dalam hal supervisi manajerial, pengawas madrasah juga melakukan supervisi akademik dan pembinaan terhadap guru yang berada di wilayah kerjanya. Jumlah guru Tahun Pelajaran 2011/2012 yang menjadi binaan pengawas madrasah Kabupaten Lampung Selatan. Guru yang bertugas di tingkat RA/BA berjumlah 189, guru yang bertugas di tingkat MI berjumlah 1.228, guru MTs berjumlah 1.163, dan guru MA berjumlah 388. Tenaga pengajar tersebut berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sebagian lagi sebagai Guru Tetap Yayasan (GTY) dengan kualifikasi akademik mulai dari lulusan SMA sederajat sampai Strata Satu (S1) dan bahkan ada yang sudah menyelesaikan Strata 2. Pengawas Sekolah sebagai salah satu tenaga pendidik memiliki peran signifikan dan strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di sekolah, maka seorang pengawas harus handal dan berkualitas, artinya seorang pengawas harus menguasai tugas profesinya. Dukungan pemerintah dalam rangka mewujudkan pengawas sekolah yang profesional adalah dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah bahwa seorang pengawas sekolah wajib mempunyai enam dimensi kompetensi minimal yaitu; kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian pengembangan, dan kompetensi sosial. Selain itu jumlah pengawas madrasah juga harus disesuaikan dengan jumlah madrasah, kepala sekolah dan guru yang akan dibina.
(21)
Uniknya hingga saat ini pengawas madrasah di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Lampung Selatan hanya berjumlah 7 orang, dan 90% dari pengawas madrasah tersebut memiliki latar belakang guru, meskipun ada juga yang berasal dari tenaga struktural, namun pada umumnya mereka memiliki pengalaman dalam mengajar serta ada kemauan untuk menambah keilmuannya dengan cara melanjutkan pendidikan keguruan. Jumlah pengawas madrasah tersebut terlalu sedikit jika dibandingkan dengan jumlah sekolah, guru dan kepala sekolah maupun staf sekolah yang harus dibina di Kabupaten Lampung Selatan. Selain dari kuantitas yang sangat minim tersebut, keberadaan pengawas madrasah dilihat dari sisi kualifikasi akademik adalah lulusan S1 dan S2 Pendidikan Agama Islam (PAI).
Selain alasan peneliti melihat dari segi kuantitatif maupun kualitatif yang dihadapi pengawas madrasah, peneliti juga melihat kondisi ruang sekretariat kelompok kerja pengawas yang sangat minim dari segi sarana dan prasarananya. Pengawas madrasah di Kabupaten Lampung Selatan sudah terbiasa menghadapi kondisi sarana dan prasarana yang disediakan bersifat sederhana, tidak memenuhi standar sebagaimana mestinya. Sebagai contoh adalah ruang kerja yang sekaligus berfungsi sebagai ruang rapat dan merangkap ruang tamu, meja kerja empat (4) buah, lalu perpustakaan seadanya bahkan lebih tepat tidak ada, lemari tempat file/dokumen, kipas angin, dan papan tulis yang serba minimalis.
Sarana dan prasarana yang serba terbatas ini adalah fasilitas standar untuk mendukung pelaksanaan tugas pengawas. Namun karena berbekal komitmen yang tinggi terhadap tugas pokoknya, pengawas madrasah ketika melakukan pembinaan
(22)
memanfaatkan fasilitas pribadi, misalnya laptop maupun kendaraan roda dua untuk memudahkan mencapai lokasi madrasah binaannya yang secara geografis hanya bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua.
Pengawas sekolah/madrasah sebagai pendidik merupakan salah satu komponen yang bisa diunggulkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Kinerja pengawas adalah kinerja pendidik, keberhasilan pengawas adalah keberhasilan pendidikan, kegagalan pengawas adalah kegagalan pendidikan, tanggung jawab pengawas adalah tanggung jawab kependidikan. Pengawas bertujuan untuk menjadikan proses pendidikan berlangsung dengan baik. Hal ini dikarenakan bahwa mutu pendidikan akan berhasil dengan baik jika pimpinan sekolah, guru, dan pengawas dapat melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan tuntutan kinerja yang telah ditetapkan.
Mutu pendidikan bukanlah variabel yang berdiri sendiri, tetapi merupakan variabel yang dipengaruhi oleh berbagai variabel lainnya. Salah satunya adalah kinerja pengawas yang sesuai dengan tuntutan tugas pokok seorang pengawas. Kesadaran melaksanakan tugas sebagai pengawas, merupakan kesadaran yang bersifat pribadi dan kolektif. Kesadaran ini seharusnya mempengaruhi kinerja kependidikan di wilayah kerja masing-masing serta terinternalisasikan nilai-nilai tugas kepengawasan tersebut sebagai bentuk integritas pribadi pengawas untuk meningkatkan mutu pendidikan, yakni dengan memberikan layanan bantuan kepada personel sekolah.
Pengawas madrasah Kementerian Agama Lampung Selatan sampai saat ini masih menggunakan paradigma lama yakni lebih banyak melakukan pengawasan dan
(23)
pemeriksaan dalam bidang administrasi, seperti: memeriksa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar nilai, dan administrasi Kepala Sekolah, serta administrasi kelas. Sementara dalam paradigma baru, terdapat pergeseran fungsi. Tugas pengawas tidak hanya bersifat administrasi, tetapi lebih luas lagi yaitu melaksanakan pembinaan kepada guru dan kepala sekolah, memantau pelaksanaan delapan standar pendidikan nasional, melaksanakan penilaian kinerja guru dan kepala sekolah, membimbing dan melatih profesionalitas guru dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas maupun karya ilmiah sebagaimana terdapat dalam Lampiran Rincian Kegiatan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya dalam PERMENPAN dan Reformasi Birokrasi No. 21 Tahun 2010.
Gambaran keberadaan pengawas madrasah di atas selaras dengan kegiatan pengawas madrasah dengan sejumlah guru yang mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Taman Pendidikan Islam Kalianda pada Hari Sabtu tanggal 20 Novembar 2013 ketika melakukan pengawasan akademik dan manajerial. Kegiatan pengawas madrasah sebagian besar belum membantu memperbaiki dan mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas pengajaran yang dihadapinya, karena dalam pelaksanaan supervisi akademik pengawas hanya memeriksa kelengkapan administrasi guru. Selain itu, ketika berkunjung ke sekolah tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu, tidak menentu waktunya serta melakukan supervisi hanya berdasarkan naluri.
Idealnya pengawas madrasah menjadi mitra bagi pimpinan sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, sehingga keberadaan pengawas madrasah di
(24)
tengah-tengah mereka menjadi inspirator memecahkan masalah dalam dunia pendidikan serta memberikan bantuan dan layanan kepada guru dalam masalah individu atau pribadi. Namun tugas utama pengawas adalah meningkatkan kesadaran personel sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan tuntutan kinerja tugas masing-masing.
Permasalahan lain yang dihadapi pengawas madrasah Kementerian Agama Lampung Selatan adalah kesulitan pengawas madrasah dalam mengumpulkan angka kredit yang menjadi syarat utama kenaikan pangkat. Hal ini terlihat sekitar 80% pengawas madrasah tidak mengajukan kenaikan pangkat lebih dari empat tahun. Sementara dalam kebijakan pemerintah apabila dalam jangka waktu 5 tahun sejak menduduki jenjang jabatan/pangkat terakhir pengawas madrasah tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, maka pengawas yang bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya.
Berdasarkan paparan yang dikemukakan, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran atau profil kinerja pengawas madrasah di Lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Lampung Selatan.
1.2Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, fokus penelitian adalah Profil Kinerja Pengawas Madrasah Kementerian Lampung Selatan, adapun sub fokus penelitian ini sebagai berikut:
(25)
1.2.2 Membimbing dan melatih profesional guru 1.2.3 Pengembangan profesi pengawas
1.2.4 Faktor pendukung dan faktor penghambat kinerja pengawas madrasah 1.2.5 Upaya-upaya dari instansi dalam meningkatkan kinerja pengawas
madrasah
1.3Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan pengembangan dari fokus penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan merupakan panduan awal bagi peneliti untuk penjelajahan objek yang diteliti.
1.3.1 Bagaimanakah Pengawasan Akademik dan Manajerial? 1.3.2 Bagaimanakah Membimbing dan Melatih Profesional Guru? 1.3.3 Bagaimanakah Pengembangan Profesi Pengawas?
1.3.4 Apakah Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kinerja Pengawas Madrasah?
1.3.5 Bagaimanakah Upaya-Upaya dari Instansi dalam Meningkatkan Kinerja Pengawas Madrasah?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan: 1.4.1 Pengawasan akademik dan manajerial
1.4.2 Membimbing dan melatih profesional guru 1.4.3 Pengembangan profesi pengawas
(26)
1.4.5 Upaya-upaya dari instansi dalam meningkatkan kinerja pengawas.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian tentang profil kinerja pengawas madrasah di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Lampung Selatan ini diharapkan berguna dan bermanfaat baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis yaitu:
1.5.1 Aspek Teoritis:
1.5.1.1 Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat dalam upaya menambah khasanah konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan pengawasan akademik dan manajerial pengawas madrasah. Kekurangan pengawasan akademik dan manajerial menjadi bahan kajian untuk diteliti lebih lanjut sehingga menjadi acuan dalam kegiatan keilmuan tentang masalah pengawasan akademik dan manajerial pengawas madrasah.
1.5.1.2 Hasil penelitian yang ditemukan menjadi bahan penelitian lebih lanjut khususnya dalam upaya pembinaan dan peningkatan kinerja pengawas madrasah, sehingga memperkaya khasanah keilmuan pengawasan.
1.5.2 Aspek Praktis:
1.5.2.1 Temuan penelitian dapat memberi manfaat untuk kemajuan penyelenggaraan pengawasan akademik dan manajerial pengawas madrasah Kementerian Agama Lampung Selatan dan menjadi bahan pertimbangan mengambil suatu kebijakan dalam upaya meningkatkan kinerja pengawas madrasah.
(27)
1.5.2.2 Temuan penelitian tentang faktor penghambat kinerja pengawas madrasah sebagai bahan pemikiran, koreksi dan refleksi bagi pengawas madrasah dalam rangka meningkatkan kinerja yang sesuai dengan peran, tanggung jawab, tugas pokok dan fungsinya. 1.6 Definisi Istilah
Menghindari terjadinya persepsi yang beragam tentang istilah yang dijadikan fokus dalam penelitian ini, maka diberikan batasan dalam bentuk definisi istilah, sebagai berikut:
1.6.1 Kinerja pengawas adalah perilaku yang ditunjukkan oleh pengawas selama menjalankan pekerjaan. Kinerja pengawas dalam hal ini mengacu pada proses.
1.6.2 Pengawas madrasah adalah guru pegawai negeri sipil (PNS) yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas satuan pendidikan yang tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya dalam melakukan pengawasan akademik dan manajerial pada Madrasah.
1.6.3 Jabatan fungsional pengawas madrasah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan/madrasah.
1.6.4 Madrasah adalah satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam yang mencakup Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI),
(28)
Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA),dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
1.6.5 Kementerian Agama adalah kementerian dalam pemerintah Indonesia yang membidangi urusan agama.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
2.1 Kinerja Pengawas Madrasah
Kinerja merupakan ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang dalam melaksanakan tugas, sehingga menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.
2.1.1 Pengertian Kinerja Pengawas Madrasah
Kata kinerja menurut Haynes (dalam Sinambela, 2012:5) merupakan terjemahan dari kata performance. Secara etimologi performance berasal dari kata “to
perform” yang mempunyai beberapa masukan (entries): (1) melakukan, (2) memenuhi atau menjalankan suatu, (3) malaksanakan suatu tanggung jawab, dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang, (Haynes dalam Lijan Poltak Sinambela, 2012:5).
Menurut Sinambela (2012:5) mendefinisikan kinerja sebagai pelaksanaan suatu pekerjaan dan penyempurnaan pekerjaan tersebut sesuai dengan tanggung jawabnya sehingga dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan Mangkunegara (2001:67) mengemukakan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanaakan
(30)
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Hal ini senada dengan Simanjuntak (2005:1) yang mengungkapkan bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.
Sementara menurut Bernadin & Russel (dalam Sinambela, 2012:186) secara definitif menjelaskan bahwa kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Rivai & Ahmad (2005:16) kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika.
August W. Smith dalam Depdiknas (2008:20) mendefinisikan bahwa kinerja adalah performance is output derives from processes, human otherwise, artinya kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Ini berarti kinerja berkaitan dengan seberapa banyak seseorang memberi kontribusinya melalui kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja, dan sikap kooperatifnya dalam melaksanakan tanggung jawab.
Berdasarkan beberapa definisi tentang kinerja maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi yang selama pelaksanaan selalu dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan sehingga tercapai hasil yang optimal.
(31)
Kinerja dapat ditunjukkan seseorang misalnya guru, kepala sekolah/madrasah, dan pengawas sekolah/madrasah, dapat pula ditunjukkan pada unit kerja atau organisasi tertentu misalnya sekolah, lembaga pendidikan, kursus-kursus dan lain-lain. Atas dasar itu maka kinerja pengawas madrasah diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai pengawas madrasah dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan.
Menurut T.R Mitchell (dalam Depdiknas, 2008:20) ukuran kinerja dapat dilihat dari lima hal, yaitu :
1. Quality of work (kualitas hasil kerja)
2. Promptness (ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan) 3. Initiative (prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan) 4. Capability (kemampuan menyelesaikan pekerjaan)
5. Comunication (kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain)
Sementara menurut Ivancevich (dalam Depdiknas, 2008:20) tentang patokan kinerja meliputi:
1. hasil, yakni yang mengacu pada ukuran output utama organisasi;
2. efisiensi, yakni mengacu pada penggunaan sumber daya langka oleh organisasi;
3. kepuasan, yakni mengacu pada keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya;
4. keadaptasian, yakni mengacu pada ukuran tanggapan organisasi terhadap perubahan.
Berdasarkan dua definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan pertanggung jawaban terhadap kinerja pengawas madrasah perlu adanya standar atau ukuran kinerja untuk membandingkan yang dicapai dengan yang diharapkan.
(32)
2.1.2 Faktor Pendukung Kinerja Pengawas Madrasah
Kinerja dapat dioptimumkan melalui deskripsi jabatan yang jelas dan terukur bagi setiap pegawai, sehingga pegawai mengerti apa fungsi dan tanggung jawabnya. Selaras dengan pernyataan Haynes (dalam Sinambela, 2012:7) bahwa membangun harapan kinerja perlu memperhatikan empat elemen pendekatan yang sistematik, seperti dalam gambar berikut :
Gambar 2.1 Elemen Pendekatan Sistem Untuk Menimbulkan Harapan Kinerja Sumber: Haynes dalam Sinambela (2012:7)
Menurut Wexley dan Yulk (dalam Sinambela, 2012:8) kinerja merupakan implementasi dari teori keseimbangan, yang mengatakan bahwa seseorang akan menunjukkan prestasi yang optimal bila ia mendapatkan manfaat (benefit) dan terdapat adanya rangsangan (inducement) dalam pekerjaannya secara adil dan masuk akal (reasonable). Dan ada empat faktor yang saling berhubungan mampu meningkatkan kinerja pegawai yaitu: (1) hasil yang dicapai; (2) kepuasan pegawai; (3) Motivasi pegawai; (4) kinerja pegawai.
Sementara menurut Mitchell (dalam Sinambela, 2012:9) bahwa kinerja yang baik dipengaruhi dua hal yaitu kemampuan dan motivasi kerja yang baik. Hal selaras disampaikan oleh Sutermeiter (dalam Suharsaputra, 2010:147) yang mengatakan
1
Deskripsi Jabatan
2 Bidang Hasil dengan
Indikator Kinerja
3
Standar Kinerja
4
(33)
bahwa produktifitas ditentukan oleh kinerja pegawai sedangkan kinerja tergantung dua hal yaitu : kemampuan dan motivasi. Lebih lanjut Gibson (dalam Suharsaputra, 2010:147) mengatakan ada tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, yaitu:
1. variabel individual meliputi: kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur, jenis kelamin).
2. variabel organisasional meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan.
3. variabel psikologi meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.
Menurut Richard M. Steers (dalam Siagian, 2009) memberikan penjelasan mengenai variabel yang mempengaruhi efektifitas kinerja, antara lain: (1) Organisasi dan lingkungannya yang menghasilkan perilaku dan tindakan spesifik, (2) Kompetensi atau kemampuan individu, serta (3) Faktor rasa aman dari pekerjaan yang ia lakukan. Dalam hal ini peran strategis bagi para pengambil kebijakan atau para pimpinan untuk mengintegrasikan beberapa variabel tersebut secara simultan, saling berinteraksi, dan saling berketergantungan. Bila terjadi ketimpangan dari variabel tersebut akan mempengaruhi dan menyebabkan hambatan dalam kinerja individu yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja organisasi.
Lebih lanjut menurut Boyatziz (1985) menjelaskan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan akademik kemudian akan teruji melalui pemenuhan tuntutan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. kejelasan uraian tugas (job description) dapat memberi kemudahan pegawai agar dapat berkinerja secara optimal, karena kejelasan tugas tersebut merupakan gambaran apa yang menjadi kewajiban dan merupakan hal yang dapat terukur.
(34)
Pendapat Boyatzis didukung oleh Simanjuntak (2005:10-14) bahwa kinerja setiap orang dipengaruhi banyak faktor yang dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: kompetensi individu orang yang bersangkutan, dukungan organisasi, dan dukungan manajemen.
Berdasarkan beberapa definisi tentang faktor-faktor pendukung kinerja maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pengawas madrasah sangat didukung oleh kompetensi pengawas, tuntutan pekerjaan atau standar kerja yang jelas serta dukungan organisasi atau iklim organisasi yang mendukung.
2.1.3 Strategi Peningkatan Kinerja Pengawas Madrasah
Menurunnya kinerja individu akan mempengaruhi turunnya kinerja kelompok, hal ini berpengaruh signifikan pada kinerja organisasi atau lembaga. Oleh sebab itu kinerja individu harus dikelola dengan baik dan diupayakan tidak mengalami penurunan. Menurut pendapat Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (dalam Sinambela, 2012:130) ketika terjadi penurunan kinerja pegawai, pimpinan dapat mengambil suatu program dorongan positif, yaitu:
1. Berikan umpan balik langsung kepada pegawai mengenai kinerjanya tujuannya akan memberikan pengetahuan yang dibutuhkan pegawai untuk dipelajari dan memungkinkan pegawai mengetahui apakah kinerjanya meningkat atau tidak.
2. Memberi pujian atau imbalan lain (uang) kepada pegawai terkait dengan kinerja.
Berdasarkan definisi di atas maka untuk meningkatkan kinerja pengawas madrasah strategi yang digunakan adalah melakukan audit kerja, menetapkan standar kinerja, memberi umpan balik langsung dan yang paling penting adalah memberi pujian atau imbalan terhadap prestasi yang dicapai.
(35)
2.1.4 Evaluasi Kinerja Pengawas Madrasah
Evaluasi kinerja atau appraisal of performance sebagai salah satu fungsi dari personalia, istilah lain evaluasi kinerja adalah review kinerja, penilaian staf, atau rating personalia. Menurut Suprihanto (2001:7) evaluasi kinerja merupakan sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang staf telah melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan.
Sementara Simanjuntak (2005:103) mendefinisikan evaluasi kinerja atau dalam berbagai kepustakaan lazim disebut penilaian adalah suatu metode atau proses penilaian pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam suatu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja pengawas madrasah adalah suatu proses penilaian serangkaian pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang berpedoman pada kriteria, ukuran dan standar yang ada serta telah disepakati.
John Soeprihanto (dalam Sinambela, 2012:68) berpendapat bahwa secara umum evaluasi kinerja dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe umum, yaitu: (1) tipe obyektif; dan (2) tipe subyektif. Tipe obyektif digunakan untuk mengukur hal-hal yang secara operasional dapat menghasilkan data kuantitatif, misalnya data ketidak hadiran pegawai dalam bulan tertentu, data realisasi jam kerja, jam lembur, dan lain-lain. Tipe subyektif dalam evaluasi kinerja lebih difokuskan pada pertimbangan kemanusiaan yang memiliki berbagai kecenderungan, sehingga tipe
(36)
subyektif lebih tepat dan bermanfaat jika penilaiannya didasarkan atas analisis yang teliti mengenai perilaku yang relevan dengan pekerjaan yang diemban seseorang.
Selain kedua tipe umum di atas, Sinambela (2012:69) menambahkan dalam mengevaluasi kinerja harus memperhatikan: (1) evaluasi kinerja formal, yang berlangsung pada periode tertentu, lazimnya sekali atau dua kali setahun, tujuannya untuk mengevaluasi kinerja pegawai; (2) evaluasi kinerja informal, dilakukan ketika pimpinan merasa membutuhkan informasi tambahan yang ingin dikomunikasikan dan sangat membantu sebagai alat untuk umpan balik kinerja yang paling tepat digunakan. Meskipun begitu evaluasi kinerja informal tidak menggantikan evaluasi kinerja formal.
Evaluasi kinerja sangat penting dalam implementasi manajemen strategis, sehingga evaluasi kinerja sebagai salah satu tahapan dalam siklus manajemen strategis. Selaras dengan itu Mahsun (2006:26) mengatakan bahwa evaluasi kinerja harus dilakukan dengan prinsip-prinsip yang baik dan benar yaitu melalui: (1) menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi; (2) merumuskan indikator dan ukuran kinerja; (3) mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran; (4) evaluasi kinerja (umpan balik, evaluasi kemajuan, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas). Evaluasi kinerja yang disampaikan oleh Mohamad Mahsun sebagai siklus manajemen stratejik secara skematik seperti di bawah ini:
(37)
Gambar 2.2 Siklus Manajemen Strategis Sumber: Mahsun (2006:26)
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan seorang pengawas madrasah memiliki kinerja yang baik dilihat dari empat hal, yaitu efisiensi pekerjaan yang dilakukan, kualitas pekerjaan, inovasi pengawas madrasah serta tingkat kepuasan pelanggan terhadap hasil kerja pengawas madrasah.
2.1.5 Tujuan Evaluasi Kinerja Pengawas Madarasah
Beberapa lembaga atau organisasi melakukan program evaluasi kinerja untuk memberikan kepada orang yang dinilai, orang yang menilai dan pimpinan lembaga atau organisasi tentang informasi mengenai prestasi kerja dan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang penting yakni pengawasan (controlling). Tujuan pokok evaluasi kinerja menurut Sinambela (2012:60) adalah menghasilkan informasi yang akurat dan sahih tentang perilaku dan kinerja anggota-anggota lembaga maupun organisasi. Sementara menurut Simanjuntak (2005:108) evaluasi kinerja dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh rencana kerja telah dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan pembinaan kinerja telah dicapai, sehingga evaluasi kinerja harus mampu mengindikasikan masalah-masalah yang dihadapi dalam rangka menyusun rencana kerja.
Rencana Strategis
Peng-ukuran Kinerja
Imple-mentasi
Penilaian Kinerja
(38)
Selanjutnya L.L. Cummings dan Donald P. Schwab (1973) (dalam Sinambela 2012:61) mengatakan terdapat dua tujuan evaluasi kinerja: (1) untuk mencapai suatu kesimpulan yang evaluatif atau memberi pertimbangan mengenai kinerja pegawai , dan (2) untuk pengembangan berbagai karya lewat program.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi kinerja pengawas madrasah adalah untuk menilai sejauh mana pengawas madrasah telah mencapai sasaran kerja yang telah direncanakan, mengetahui ketercapaian hasil, dan sebagai bahan perbaikan, pertimbangan, pengembangan kegiatan di masa yang akan datang.
2.1.6 Manfaat Hasil Evaluasi Kinerja Pengawas Madrasah
Hasil evaluasi kinerja individu memberikan gambaran keunggulan, kelemahan dan prestasi individu yang bersangkutan serta kondisi atau tingkat pencapaian sasaran. Menurut Simanjuntak (2005:108) bahwa hasil evaluasi kinerja dapat dimanfaatkan untuk:
1. Sistem pemberian imbalan atau kompensasi
Melalui evaluasi kinerja individu akan diketahui siapa yang memberi kontribusi besar dalam pencapaian hasil akhir organisasi atau perusahaan, orang yang berprestasi wajar memperoleh imbalan yang lebih besar
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengembangan SDM dapat dilihat sebagai pertumbuhan kemampuan yang terjadi jauh melampaui apa yang dituntut dalam suatu pekerjaan, hal ini mewakili usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan pekerja terutama bagi pekerja yang mempunyai kinerja di bawah standar misalnya melalui program pendidikan, pelatihan maupun pemberdayaan serta pengembangan sikap dan etos kerja.
Berdasarkan ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi kinerja bermanfaat sebagai sistem dalam menempatkan pengawas madrasah yang
(39)
disesuaikan dengan kebutuhan, pemberian imbalan atau insentif sebagai dasar dalam meningkatkan kesejahteraan, serta pengembangan sumber daya sebagai dasar dalam meningkatkan kemampuan pengawas madrasah.
2.2 Pengawas Madrasah
Pengawas madrasah adalah orang yang melaksanakan pengawasan pendidikan atau sering juga diistilahkan dengan supervisor. Penentuan pengawas madrasah melalui prosedur tertentu, memenuhi kriteria tertentu, dan dilakukan oleh pejabat tertentu.
2.2.1 Pengertian Pengawas Madrasah
Menurut Sudjana (2011:25) pengawas adalah guru yang berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada satuan pendidikan sekolah/madrasah. Lebih lanjut Sudjana (2011:26) menyatakan bahwa pengawas sekolah adalah jabatan karier yang dapat diduduki oleh guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Hal ini mengindikasikan PNS yang bukan guru tidak berhak menjadi pengawas sekolah, walaupun PNS dari pejabat struktural dari lingkungan dinas pendidikan.
Definisi pengawas madrasah di dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 21 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 1 bahwa jabatan fungsional pengawas sekolah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan
(40)
pendidikan, kemudian pada ayat 2 bahwa pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.
Khusus di lingkungan Kementerian Agama ditetapkan Peraturan Menteri Agama No 2 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 3 bahwa pengertian pengawas madrasah adalah: guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas satuan pendidikan yang tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya melakukan pengawasan akademik dan manajerial pada Madrasah. Dilanjutkan Pasal 2 tentang tugas pengawas madrasah yang meliputi pengawas Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) maupun Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
Berdasarkan pengertian di atas maka pengawas madrasah adalah seorang guru yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat oleh pejabat berwenang untuk diberi tugas, tanggung jawab serta wewenang dalam rangka melaksanakan pengawasan/supervisi akademik dan manajerial serta pembinaan terhadap personel sekolah/madrasah yang terdiri dari kepala madrasah, guru dan staf sekolah/madrasah.
2.2.2 Profesi Pengawas Madrasah
Pengawasan akademik maupun manajerial pada satuan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pengawas madrasah dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai tujuan diperlukan kemampuan profesional yang cukup tinggi, maka
(41)
pengawas madrasah harus memiliki seperangkat kompetensi. Kompetensi merupakan perpaduan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diwujudkan dalam perilaku berpikir, bertindak pada suatu pekerjaan tertentu. Kompetensi dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional pengawas perlu diupayakan oleh pemerintah maupun pengawas itu sendiri.
Pendapat dari Mukhtar dan Iskandar (2009:97) bahwa substansi kompetensi adalah: (1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan, (2) tampil nyata dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerja, dan (3) hasil unjuk kerja tersebut memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
Menurut Sagala (2010:61) pengawas yang profesional harus memiliki enam dimensi kompetensi yaitu: (1) dimensi kepribadian (2) dimensi supervisi manajerial (3) dimensi supervisi akademik (4) dimensi evaluasi pendidikan (5) dimensi penelitian dan pengembangan (6) dimensi sosial. Ungkapan tersebut selaras dengan Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 8.
Berkaitan dengan kompetensi pengawas sekolah/madrasah dalam mendukung profesionalitasnya, Sagala (2010:61) mengungkapkan bahwa terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Kompetensi sebagai gambaran substansi/materi ideal yang harus dikuasai oleh pengawas sekolah/madrasah dalam menjalankan tugasnya, yang meliputi kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan-harapan pencari karakter dalam menjalankan tugas.
(42)
2. Kompetensi sebagai gambaran unjuk kerja nyata/kinerja yang tampak pada pola fikir, sikap dan tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara piawai.
3. Kompetensi sebagai gambaran hasil output dan atau outcome dari unjuk kerja. Pengawas sekolah/madrasah yang profesional juga memiliki karakteristik, sebagaimana tercantum dalam buku kerja pengawas, Kemdikbud (2011:6) bahwa pengawas sekolah/madrasah harus: (1) menampilkan kemampuan pengawasan dalam bentuk kinerja (2) memiliki minat, bakat, panggilan jiwa, dan idealisme (3) melaksanakan tugas kepengawasan secara efektif dan efisien (4) memberikan layanan prima untuk semua pemangku kepentingan (5) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan (6) mengembangkan metode dan strategi kerja kepengawasan secara terus menerus (7) memiliki kapasitas untuk bekerja secara mandiri (8) memiliki tanggung jawab profesi (9) mematuhi kode etik profesi pengawas (10) memiliki komitmen dan menjadi anggota profesi kepengawasan sekolah.
Berdasarkan beberapa definisi di atas menunjukkan bahwa profesi pengawas madarasah harus didukung oleh berbagai kompetensi yang merupakan kemampuan, pemahaman serta tindakan nyata. Kompetensi pengawas madrasah yang harus ada dalam diri pengawas adalah kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan dan kompetensi social.
2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Madrasah
Kesuksesan program pengawasan sangat ditentukan oleh profesionalisme pengawas. Pengawas yang profesional memiliki kemampuan malaksanakan tugas,
(43)
tanggungjawab dan wewenang secara efektif dan efisien yang mampu membawa peningkatan mutu pendidikan.
Mengacu pada PERMENPAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 5 maka tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah/madrasah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 SNP, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas pengawasan di daerah khusus.
Menurut Rohani (dalam Rivai dkk, 2009:820) bahwa fungsi pengawas adalah: 1) mengorganisasikan usaha sekolah, 2) memperluas pengalaman guru, 3) menganalisis situasi belajar mengajar, 4) memberi pengetahuan/skill setiap anggota, dan 5) membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
Tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah/madrasah dirumuskan dalam berbagai kegiatan pengawas sekolah/madrasah, terutama kegiatan yang berkaitan dengan perolehan angka kredit. Berikut rincian kegiatan pengawas sekolah/madrasah yang terdapat dalam PERMENPAN dan Reformasi Birokrasi No 21 Tahun 2010 Pasal 12 yang terdiri atas unsur dan sub unsur:
A. Pendidikan, meliputi:
1. Mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan memperolah gelar/ijazah 2. Pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional calon pengawas sekolah dan
mendapatkan surat tanda tamat pendidikan pelatihan (STTPL), dan 3. Mengikuti diklat fungsional pengawas sekolah serta mendapatkan STTPL B. Pengawasan akademik dan manajerial, meliputi:
1. Menyusun program 2. Pelaksanaan program
(44)
3. Evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan 4. Membimbing dan melatih profesional guru, dan 5. Pelaksanaan tugas pengawasan di daerah khusus C. Pengembangan profesi, meliputi:
1. Menyusun karya tulis ilmiah, dan 2. Mambuat karya inovatif
D. Penunjang tugas pengawas sekolah, meliputi:
1. Peran serta dalam kegiatan seminar atau lokakarya di bidang pendidikan formal/kepengawasan sekolah
2. Keanggotaan dalam organisasi profesi
3. Keanggotaan dalam tim penilai angka kredit jabatan fungsional pengawas sekolah
4. Melaksanakan kegiatan pendukung kepengawasan sekolah 5. Mendapatkan penghargaan/tanda jasa, dan
6. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya.
Rincian tugas, tanggung jawab dan wewenang pengawas madrasah di lingkungan Kemeterian Agama lebih khusus diatur dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 3 ayat 1 serta Pasal 5 ayat 1 dan 2 sebagai berikut: 1. Bertugas melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada RA, MI,
MTs, MA dan/atau MAK;
2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas perencanaan, proses, dan hasil pelaksanaan dan/atau pembelajaran pada RA, MI, MTs, MA dan/atau MAK;
3. Berwenang dalam: (a) memberikan masukan, saran, dan bimbingan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan dan/atau pembelajaran kepada kepala madrasah, kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota atau kepala kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi (b) memantau dan menilai kinerja kepala madrasah serta merumuskan saran tindak lanjut yang diperlukan (c) melakukan pembinaan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan di madrasah, dan (d) memberikan pertimbangan dalam penilaian pelaksanaan tugas, dan penempatan kepala madrasah serta guru kepada kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota.
2.2.4 Manajemen Pengawasan
Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan. Sebagai salah satu fungsi manajemen
(45)
mekanisme pengawasan di dalam suatu lembaga mutlak diperlukan. Karena pada hakekatnya pengawasan merupakan tindakan membandingkan antara hasil dalam kenyataan dengan hasil yang diinginkan dan antara kedua hal tersebut sering terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka kepengawasan yang melakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan tersebut. Hal ini sesuai dengan ungkapan More (dalam Winardi, 2000:224) bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
Menurut G.R Terry (dalam Winardi, 2000:395) juga menyatakan bahwa pengawasan berarti mendeterminasi apa yang dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana. Sementara Ukas (2004:337) menyatakan bahwa pengawasan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk memantau, mengukur dan bila perlu melakukan perbaikan atas pelaksanaan pekerjaan sehingga apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Menurut Mockler (dalam Certo dan Certo, 2006:480) yang menyebutkan kepengawasan menekankan pada tiga hal, yaitu (1) harus adanya rencana, standard atau tujuan sebagai tolak ukur yang ingin dicapai, (2) adanya proses pelaksanaan kerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (3) adanya usaha membandingkan mengenai apa yang telah dicapai dengan standard, rencana, atau
(46)
tujuan yang telah ditetapkan, dan (4) melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Berdasarkan beberapa definisi tentang kepengawasan maka dapat disimpulkan bahwa kepengawasan sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.
Pengawasan atau pengendalian sebagai fungsi manajemen sepenuhnya adalah tanggung jawab setiap pimpinan pada tingkat mana pun. Lembaga Administrasi Negara (1996:159) mengungkapkan bahwa pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen, yang merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku. Begitu pula menurut Koontz, et. al. (dalam Hutauruk, 1986:195) bahwa fungsi pengendalian harus dilaksanakan oleh tiap-tiap manajer, mulai dari direktur sampai pengawas.
Berdasarkan beberapa definisi tentang kepengawasan, maka dapat disimpulkan bahwa kepengawasan adalah sebagai suatu proses kegiatan pimpinan yang sistematis untuk membandingkan antara tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi yang akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan standard, rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan instansi.
(47)
Tujuan pengawasan menurut Ukas (2004:337) adalah: 1) memberi informasi yang tepat, teliti dan lengkap tentang apa yang akan dilaksanakan; 2) Memberi kesempatan pada pegawai dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan atau mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi, dan 3) mencapai produktivitas kerja yang maksimum dan pencapaian yang memuaskan dari pada hasil-hasil yang diharapkan.
Lebih lanjut Situmorang dan Juhir (1994:26) mengemukakan bahwa secara langsung tujuan pengawasan adalah untuk:
1. Menjamin ketetapan pelaksanaan sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan perintah.
2. Menertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan 3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan
4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang atau jasa yang dihasilkan
5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi Berdasarkan ungkapan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan adalah membandingkan antara pelaksanaan dengan rencana yang telah dibuat, mengetahui ada tidaknya kesulitan, kelemahan atau kegagalan kerja dan mencari jalan keluar atau tindakan korektif apabila ada kesulitan, kelemahan dan kegagalan.
Selanjutnya Ukas (2004:343) menyebutkan ada tiga tahap pengawasan, yaitu (1) pengawasan awal, dengan tindakan berjaga-jaga sebelum memulai suatu aktivitas. (2) pengawasan tengah berjalan, dengan membandingkan antara standar dengan hasil kerja, dan (3) pengawasan akhir, tidak berdiri sendiri tetapi merupakan hasil kombinasi pada pengawasan awal dan tengah.
(48)
Senada dengan Certo & Certo (2006:487) juga menyebutkan ada tiga tipe pengawasan, antara lain:1) Pengawasan pendahuluan (preliminary control). Memusatkan perhatian pada masalah mencegah, 2) Pengawasan pada saat pekerjaan berlangsung (concurrent control). Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna memastikan bahwa sasaran-sasaran telah dicapai. Alat prinsip dengan apa pengawasan dapat dilaksanakan adalah aktivitas para manajer yang memberikan pengarahan atau yang melaksanakan supervise, 3) Pengawasan feedback (feedback control). Memusatkan perhatian pada hasil-hasil akhir.
Berdasarkan definisi di atas maka pengawasan dapat dilaksanakan di awal untuk mencegah sedini mungkin kesalahan yang tidak diinginkan sebelum terjadi, pengawasan ketika aktifitas tengah berjalan untuk memantau kegiatan yang sedang dilaksanakan dengan cara membandingkan standar dengan hasil kerja, sehingga perlu tindakan korektif untuk menghindari penyimpangan, pengawasan di akhir untuk menilai hasil dan memperhatikan pada hasil-hasil akhir.
Pengawasan yang dilakukan akan memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana, sesuai dengan pernyataan Winardi (2000:172) yang mengungkapkan bahwa: pengawasan berarti membuat sesuatu terjadi, sesuai dengan apa yang menurut rencana akan terjadi. Perencanaan dan pengawasan boleh dikatakan tidak dapat kita pisahkan satu sama lain, dan mereka ibarat kembar siam dalam bidang manajemen. Demikian halnya Tjokroamidjojo (1984:195) yang mengemukakan bahwa salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan rencana sebagai bagian dari proses perencanaan yang menyeluruh adalah pengawasan. Karena apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan atau persoalan-persoalan dapat diketahui
(49)
dan yang lebih penting daripada itu ialah mengetahui apa sebabnya. Kemudian perlu diambil langkah-langkah kebijakan korektif.
Beradasarkan ungkapan di atas maka pengawasan memiliki peran yang sangat penting dalam suatu pelaksanaan perencanaan karena bagaimanapun matangnya perencanaan tanpa dibarengi dengan pelaksanaan pengawasan yang baik maka akan sukar menentukan dengan jelas seberapa besar penyimpangan ataupun permasalahan yang ada, serta seberapa besar pekerjaan yang dilaksanakan telah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
2.2.5 Koordinator Pengawas dan Kelompok Kerja Pengawas
Koordinasi antar sesama pengawas sekolah dan pengawas sekolah dengan dinas pendidikan dan kebudayaan, akan lebih mudah jika ada seorang koordinator yang disebut koordinator pengawas sekolah (Korwas). Di dalam buku kerja pengawas sekolah, Kemdikbud (2011:15) bahwa koordinator pengawas sekolah adalah pengawas sekolah yang dipilih oleh para pengawas sekolah seluruh jenis dan jenjang pendidikan di lingkungan Dinas pendidikan kabupaten/kota dan dikukuhkan melalui Surat Keputusan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Tugas dan wewenang korwas yang tercantum dalam buku kerja pengawas sekolah, didalam Kemdikbud (2011:15) meliputi: (1) Mengatur pembagian tugas pengawas sekolah, (2) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pengawas sekolah, (3) Mengkoordinasikan kegiatan pengembangan profesional pengawas sekolah, (4) Melaporkan hasil kegiatan pengawasan sekolah kepada kepala dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten/kota, (5) Mengusulkan penetapan angka
(50)
kredit pengawas sekolah, (6) Menghimpun dan menyampaikan hasil penilaian pelaksanaan kinerja para pengawas sekolah kepada kepala dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten/kota.
Koordinator kepengawasan di lingkungan Kementerian Agama diatur dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 5 yang berbunyi: wadah kegiatan pembinaan profesi untuk meningkatkan hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antar pengawas adalah Kelompok Kerja Pengawas yang selanjutnya disebut Pokjawas. Pokjawas tingkat Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Tujuan ditetapkannya kelompok kerja pengawas adalah dalam rangka meningkatkan profesionalitas dan kinerja pengawas madrasah, serta efektifitas pengawasan. Pengawas Madrasah di Kementerian Agama dikoordinir oleh Kelompok Kerja Pengawas Madrasah yang terdiri dari Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Ibtidaiyah (POKJA MI) Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Tsanawiyah (POKJA MTs) Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Aliyah (POKJA MA).
Pertemuan Pokjawas tingkat Kabupaten /Kota diatur dalan Peraturan Menteri Agama Nomor 2 tahun 2012 pasal 17 ayat 3 yaitu diselenggarakan setiap bulan untuk menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program pengembangan profesionalitas Pengawas Madrasah. Selanjutnya Pasal 18 berbunyi bahwa untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, Pokjawas dapat menerima bantuan biaya dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
(51)
2.2.6 Organisasi dan Asosiasi Pengawas Sekolah/Madrasah
Kemampuan profesional pengawas sekolah/madrasah harus ditingkatkan dan berkelanjutan, maka pengawas sekolah harus tergabung dalam organisasi profesi yang disebut Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI). Di dalam Buku Kerja Pengawas Sekolah, Kemdikbud (2011:16) bahwa APSI merupakan organisasi independen yang memiliki struktur organisasi mulai dari kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
Hal lain yang mendorong lahirnya Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) tingkat nasional, APSI di Provinsi dan APSI Kabupaten adalah untuk membantu eksistensi pengawas dalam melaksanakan tugas di lapangan dan perlindungan terhadap pelaksanaaan tugas sebagai pengawas dan menjembatani hubungan kerjasama antara pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan Pengawas Madrasah dari lingkungan Kementerian Agama.
2.2.7 Kode Etik Pengawas Sekolah
Kode etik pengawas sekolah dikutip dari Buku Kerja Pengawas Sekolah, Kemdikbud (2011:67) sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan tugas, senantiasa berlandaskan iman dan taqwa, serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Merasa bangga mengemban tugas sebagai pengawas sekolah
3. Memiliki pengabdian yang tinggi dalam menekuni tugas sebagai pengawas sekolah
4. Bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab dalam tugasnya sebagai pengawas sekolah
5. Menjaga citra dan nama baik selaku Pembina dalam melaksanakan tugas sebagai pengawas sekolah
6. Memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pengawas sekolah
(52)
7. Mampu menampilkan keberadaannya sebagai aparat dan tokoh yang diteladani
8. Sigap dan terampil untuk menanggapi dan membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi aparat binaannya
9. Memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi, baik terhadap aparat binaan maupun terhadap sesama pengawas sekolah.
Berdasarkan Buku Kerja Pengawas yang diterbitkan oleh Kemdikbud tersebut di atas maka pengawas sekolah maupun pengawas madrasah harus memperhatikan kode etik dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, diantaranya senantiasa beriman, tidak malu dengan jabatannya, berdedikasi tinggi, serta menjadi motivator bagi kepala sekolah dan guru dalam menyelesaikan masalah. 2.2.8 Kerangka Pikir
Berdasarkan teori-teori yang telah disampaikan, maka dapat diasumsikan bahwa pengawas madrasah sebagai input dalam penelitian merupakan tenaga kependidikan dan sebagai salah satu komponen serta subyek pendidikan dengan berbagai potensi yang dimiliki berupa kompetensi, motivasi, semangat kerja dan dedikasi serta dukungan dari instansi, kebijakan-kebijakan, sarana dan prasarana menjadi bekal dalam proses pelaksanaan kinerja yang merupakan kumpulan tugas pokok dan fungsinya yang terdiri dari pengawasan akademik dan manajerial, membimbing dan melatih profesional guru, pengembangan profesi pengawas, didukung faktor penunjang dan meminimalisir faktor penghambat serta upaya instansi dalam meningkatkan kinerja pengawas madrasah mampu memberikan kontribusi dan menghasilkan mutu pendidikan yang dapat dilihat dari perubahan sikap dan perilaku tenaga kependidikan yakni guru dan kepala madrasah ke arah yang lebih baik dan profesional.
(53)
Penjelasan di atas dapat dilihat dalam kerangka pikir berikut ini
Gambar 2.6 Kerangka Pikir Penelitian INPUT
Pengawas Madrasah
PROSES pengawasan akademik
dan manajerial membimbing dan
melatih profesional guru pengembangan profesi
pengawas
OUTPUT
Pengawas Profesional Faktor pendukung dan
penghambat kinerja pengawas madrasah Upaya instansi dalam
meningkatkan kinerja pengawas madrasah
(54)
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab metode penelitian secara rinci membahas mengenai: Latar Penelitian, Kehadiran Peneliti, Sumber Data Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data dan Tahapan Penelitian.
3.1 Latar Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis pendekatan fenomenologi, karena ingin mengetahui gambaran yang lengkap tentang Kinerja Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Lampung Selatan yang ditelusuri melalui pelaksanaan pengawasan akademik dan manajerial, pelaksanaan membimbing dan melatih profesional guru, pelaksanaan pengembangan profesi pengawas, faktor pendukung dan penghambat kinerja pengawas madrasah, serta upaya-upaya instansi dalam meningkatkan kinerja pengawas madrasah.
Pendekatan penelitian dipilih mengacu pada ungkapan Moleong (2013:8) bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif adalah: (1) mempunyai latar belakang alami, (2) peneliti merupakan instrument utama dalam usaha pengumpulan data, (3) metode kualitatif, (4) analisis data secara induktif, (5) bersifat deskriptif, (6) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (7) ada batas yang ditentukan oleh fokus, (8) menggunakan teori dasar, (9) ada kriteria khusus untuk keabsahan data, (10)
(55)
desain bersifat sementara, dan (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Data yang diungkap dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf, dokumen-dokumen dan bukan berupa angka-angka. Obyek penelitian tidak diperlakukan khusus atau dimanipulasi sehingga data yang diperoleh tetap berada pada kondisi alami sebagai salah satu karakteristik penelitian kualitatif.
Prosedur yang peneliti gunakan bersifat deskriptif dan induktif yang digunakan dalam rangka mendeskripsikan fenomena secara alami dengan menghadirkan peneliti sebagai instrumen utama pengumpul data dan merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif. Jika dikaitkan dengan tujuan penelitian kualitatif yakni ingin mencari sekaligus mengungkap makna di balik suatu peristiwa dengan memberikan dasar-dasar pengertian atau pemahaman berdasar alasan-alasan berfikir yang dapat diterima oleh akal sehat.
3.2 Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan pengawasan akademik dan manajerial, pelaksanaan membimbing dan melatih profesional guru, pelaksanaan pengembangan profesi pengawas, faktor pendukung dan penghambat kinerja pengawas, serta upaya-upaya dari instansi dalam meningkatkan kinerja pengawas, maka peneliti menggunakan jenis racangan yang sesuai yaitu menggunakan rancangan studi kasus.
(56)
Pemilihan rancangan penelitian menggunakan studi kasus memiliki tujuan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan how dan why dalam mengetahui kinerja pengawas madrasah Kementerian Agama Kabupaten Lampung Selatan. Selaras dengan ungkapan Yin (2011:1) bahwa studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang merupakan strategi yang cocok jika pertanyaan suatu penelitian adalah bagaimana (how) dan mengapa (why), dan bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diteliti, serta bila penelitiannya hanya berfokus pada fenomena masa kini (kontemporer) di dalam konteks kehidupan nyata.
3.3 Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam pendekatan kualitatif adalah mutlak. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama dalam pengumpul data. Peneliti sebagai instrumen utama terkadang mengalami kejadian di mana fokus penelitian membutuhkan instrumen penelitian yang sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data yang ditemukan, maka dalam hal ini Nasution (1988:9) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan penting karena menjadi instrumen utama, sedangkan instrumen non insani bersifat sebagai data pelengkap. Hal selaras dikemukakan oleh Sugiyono (2010:307), bahwa instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, akan tetapi ketika fokus penelitian menjadi lebih jelas, maka akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan melalui observasi dan wawancara.
(57)
Kehadiran peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data dilakukan dengan bersungguh-sungguh yang ditandai oleh sikap selektif, obyektif, dan berhati-hati berdasarkan kondisi faktual di lapangan dan diharapkan kehadirannya di lapangan mampu bekerja sama dengan subyek penelitian, mampu berinteraksi dengan subyek secara wajar, menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada, dan dapat membina hubungan yang baik dengan subyek penelitian sebelum, selama maupun sesudah melakukan penelitian. Gambaran kehadiran peneliti sabagaimana terurai di atas sejalan dengan beberapa keuntungan yang diungkapkan oleh Arikunto (2006:17) sebagai berikut:
1. peneliti memiliki daya responsive yang tinggi, mampu merespon sambil memberikan interpretasi terus menerus pada gejala yang dihadapi.
2. memiliki sifat adabtable, yaitu mampu menyesuaikan diri mengubah taktik atau strategi mengikuti kondisi lapangan yang dihadapi.
3. memiliki kemampuan untuk memandang obyek penelitiannya secara holistik, mengaitkan gejala dengan kontek saat itu, mengaitkan dengan masa lalu dan dengan gejala kondisi yang relevan.
4. sanggup terus menerus menambah pengetahuan untuk bekal dalam melakukan interprestasi terhadap gejala.
5. memiliki kemampuan melakukan klarifikasi agar dengan cepat memiliki kemampuan menarik kesimpulan mengarah pada perolehan hasil.
6. memiliki kemampuan untuk mengekspor dan merumuskan informasi sehingga menjadi bahan masukan bagi pengayaan konsep ilmu.
Kondisi yang diciptakan sangat mendukung kelancaran proses penelitian, sehingga data yang terkait dengan fokus penelitian diperoleh dengan mudah dan lengkap. Sebelum memasuki latar penelitian, peneliti telah menyiapkan diri secara matang baik fisik maupun mental dengan mengutamakan sikap moral dan etis dalam berinteraksi dengan informan.
Kehadiran peneliti dan hubungan yang baik dengan informan selama penelitian di lapangan menjadi sangat bermanfaat karena peneliti dapat memutuskan secara
(1)
5.1.5 Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh instansi Kementerian Agama Lampung Selatan dalam meningkatkan kinerja pengawas madrasah antara lain: dengan memberikan teguran dan pemberian motivasi , mengikut sertakan pengawas madrasah dalam diklat, workshop, dan memberi kesempatan untuk meningkatkan kualifikasi akademik ke jenjang yang lebih tinggi, mangalokasikan dana monitoring, kendaraan dinas dan pembagian wilayah tugas yang disesuaikan dengan tempat tinggal pengawas, dan need assessment dalam rangka mengatasi jumlah pengawas madrasah yang sedikit.
5.2 Implikasi
Implikasi dapat dirumuskan berdasarkan temuan-temuan penelitian yang merupakan konsekwensi untuk mencapai kondisi ideal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan profesionalisme pengawas madrasah Kementerian Agama Lampung Selatan guna mendukung pelaksanaan wewenang, tugas pokok dan fungsi pengawas madrasah untuk perbaikan mutu pendidikan. Implikasi dari penelitian ini antara lain:
5.2.1 Proses pembuatan program kerja, pembagian tugas wilayah kerja, pembuatan jadwal supervisi yang dilaksanakan setiap awal tahun pelajaran oleh pengawas madrasah di bawah kepemimpinan ketua kelompok kerja pengawas (Pokjawas) dan dihadiri oleh Kepala Kementerian Agama sudah berjalan dengan baik dan terjadwal, hendaknya dalam pelaksanaan supervisi diimbangi dengan meningkatkan kompetensi diantaranya memiliki keterampilan melakukan pembinaan, pemantauan, dan penilaian
(2)
108
proses pembelajaran di kelas agar supervisi akademik benar-benar bermanfaat untuk peningkatan kualitas mengajar para guru, serta membuat laporan hasil pengawasan secara sistematis mengacu pada peraturan yang berlaku.
5.2.2 Kegiatan KKG/MGMP, seminar, workshop dan pelatihan dalam rangka membimbing dan melatih profesional guru yang sudah diprogramkan perlu komitmen kuat dari pengawas madrasah untuk melaksanakannya dengan diimbangi meningkatkan pengetahuan, misalnya dengan memiliki keterampilan mengoperasikan perangkat presentasi, mengelola pembelajaran bagi orang dewasa, membangun komunikasi yang baik dengan kepala madrasah berkaitan dengan pemberian izin bagi guru untuk KKG/MGMP, membangun komunikasi dengan Kepala Seksi Pendidikan Madrasah untuk mengalokasikan dana peningkatan profesional guru. 5.2.3 Pengawas madrasah hendaknya meningkatkan kompetensi dan motivasi
dalam membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai suatu kebutuhan, dan meningkatkan kompetensi dengan mengikuti diklat-diklat pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) baik mandiri maupun program dari lembaga. 5.2.4 Faktor pendukung dan penghambat dalam kinerja pengawas harus disikapi
dengan meningkatkan pemahaman pengawas terhadap tugas, tanggung jawab dan wewenangnya, melaksanakan hak dan kewajiban secara proporsional, membuka diri terhadap ilmu pengetahuan baru, senantiasa meningkatkan kompetensi yang dimiliki, dan uraian tugas yang jelas akan sangat membantu pengawas dalam melaksanakan tupoksinya.
(3)
5.2.5 Peran serta instansi dalam pelaksanaan tupoksi pengawas madrasah sangat berarti sekali, hendaknya peran serta itu lebih ditingkatkan lagi, instansi Kementerian Agama Lampung Selatan yang selama ini hanya memberikan dukungan moril diusahakan lebih berperan aktif untuk mengalokasikan dana instansi untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas pengawas, menjadikan laporan hasil supervisi pengawas sebagai prosedur dalam membuat kebijakan, dan membantu terwujudnya jumlah pengawas madrasah yang ideal dan profesional.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut.
5.3.1 Instansi Kementerian Agama
Kementerian Agama sebagai instansi hendaknya dapat segera merealisasikan buku Pedoman Rekrutmen dan Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Calon Pengawas Madrasah yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Madrasah Kementerian Agama RI Tahun 2012, agar diperoleh para pengawas madrasah yang professional dan bermutu di Kabupaten Lampung Selatan.
5.3.2 Kelompok Kerja Pegawas (POKJAWAS)
Pengawas madrasah harus lebih memberdayakan forum kelompok kerja pengawas madrasah untuk membahas dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kegiatan pengawasan seperti mewujudkan program dan laporan supervisi akademik yang real dan sesuai dengan standar, serta
(4)
110
meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan supervisi yang dilakukan para pengawas di madrasah binaannya masing-masing untuk mencegah ketidakefektifan pelaksanaan tugas pengawas.
5.3.3 Pengawas Madrasah Kementerian Agama Lampung Selatan
Pengawas madrasah dengan berbagai tugas yang sagat mulia turut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pemberdayaan para guru sudah saatnya untuk meningkatkan komitmen, motivasi dan kemampuan profesionalnya walaupun harus dilakukan secara madiri, sehingga akan terefleksi dalam kesungguhan melaksanakan supervisi secara sistematis, terjadwal, terus menerus dan berkesinambungan, selain itu pengawas madrasah harus menjalin komunikasi yang baik dengan kepala madrasah, para guru di madrasah binaan, dan kepala seksi pendidikan madrasah selaku mitra kerja agar tercipta situasi dan kondisi kerja yang baik.
5.3.4 Kepala Madrasah dan Para Guru
Kepala madrasah dan para guru diharapkan dapat lebih membuka diri dengan menjadikan pengawas madrasah sebagai mitra dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan peningkatan mutu tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Akdon, 2009. Strategik Management for Education Management. Bandung: Alfabeta
Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2011. Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta: Kemendiknas
Boyatzis, R.E., Ron, S. 1985. Unleashing the Power of Self Directed Learning, Cleveland, Ohio, USA: Case Western Reserve University.
Certo, Samuel C. & S. Travis Certo. 2006. Modern Management, Pearson Prentice Hall.
Depdiknas. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Bahan Diklat Calon Pengawas dan Calon Kepala Sekolah, Jakarta: Depdiknas.
Hutauruk, J.R. 1986. Garis Besar Sejarah 125 Tahun HKBP. Paeraja-Tarutung: Kantoe Pusat HKBP.
Irfan, M.I., Suryono, A., Nirman, U., & Kertahadi, 2001. Metodologi Penelitian Administrasi. Malang: UM Press
Iskandar, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitataif). Jakarta: GP Press.
Kemdikbud. 2011. Tentang Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kemdikbud.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1996. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Jilid II/Edisi Ketiga. Jakarta: Toko Gunung Agung.
Mangkunegara, A. P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.
Moleong, Lexy J, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan III. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
(6)
Miles, M.B & Huberman, A.M., 1992. Analisa Data Kualitatif. (Penerjemah: Rohidi, R.T). Jakarta: UI-Press
Mukhtar dan Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Oersada Press
Nasution, S., 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Rivai, Veithzal dan Ahmad Fawzi Mohd Basri, 2005. Performance Appraisal.
Cetakan Pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rivai, Viethzal. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, Saiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Siagian, Sondang. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Simanjuntak, P., 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Situmorang, M. Viktor dan Juhir, Jusuf. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono, 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, R & D). Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra H., 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suprihanto, John, 2001. Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. BPFE. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1984. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Ukas, Maman. 2004. Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung : Penerbit Agnini.
Winardi, 2000, Manajer dan Manajemen. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Yin, Robert, K. 2011. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.