PROFIL KINERJA PENGAWAS MADRASAH (Studi Kasus Di Kementerian Agama Kota Bandar Lampung)

(1)

By

AISYA MAQDISIANA

Supervisory duties madrassas/supervisory duties Islam is implementing the managerialcontroland academicunitsthat includeeducationprogramcompilation ofcontrol, guidanceonimplementationandheadteachersmadrasah, monitoringof eight national education standards, assessment and head teachers madrasah, coaching and training professional teacher, evaluation of supervision program implementation, and performanceinthe specialtasksupervisory.

The aim of research is to describe and analyze the recruitment supervisor madrassas, organization, competence and performance of supervisors madrassas. Descriptive qualitative research method that is based on the theory of phenomenology. Informants in this study are numbered 14 people, including heads of educators and educational section 1, the Chairman of the Working Group of the Supervision of Bandar Lampung by 1 person, Supervisor madrassas as many as 6 people, 3 Principals and Teachers of Madrasah many as 3 people. The results were that: (1) Recruitment Supervisor at the Ministry of religious Madrasah Bandarlampung mapping based on the formation of the Regional Office of the Ministry of Lampung Province, the ministry's executive committee religion that city, in the groove recruitment was also clear. Ministry of State religion in implementing recruitment is transparent and accountable; 2) Madrassas Supervisory Organization has had a clear coordination between the members runs a good watchdog, watchdog group leaders working with supervisors went well, and there is a clear division of tasks. Coordination work group leader to head the Ministry of Religious watchdog Bandarlampung also going well; 3) Supervisory competence madrasas which includes personality, managerial supervision, academic supervision, evaluation of educational, social and supervisors because they have possessed a mean experienced and the conditions are fulfilled all the regulatory, research and development competences it needs to be improved because of the lack of knowledge about the research supervisor and development and also lack of research activities; 4) Supervisory Performance Madrassas already running duties and functions in accordance with applicable regulations, Total supervisors in terms of the amount need to be added, as well as some of the competencies that should be developed and should receive more attention, for example competence development and research; 5) Human Resources supervisor madrasas need to be improved in terms of quantity and quality should receive training appropriate to the duties of a supervisor madrassas.


(2)

ABSTRAK

PROFIL KINERJA PENGAWAS MADRASAH

(Studi Kasus Di Kementerian Agama Kota Bandar Lampung)

Oleh

AISYA MAQDISIANA

Pengawas madrasah/pengawas Agama Islam dalam melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan terhadap guru dan kepala madrasah, pemantauan pelaksanaan delapan standar nasional pendidikan, penilaian kinerja guru dan kepala madrasah, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.

Tertujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan dan menganalisis rekrutmen pengawas madrasah, organisasi pengawas madrasah, kompetensi pengawas madrasah dan kinerja pengawas madrasah. Metode penelitian yaitu kualitatif deskriptif yang didasari teori fenomenologi. Informan dalam penelitian ini yaitu berjumlah 14 orang yang terdiri dari kepala seksi tenaga pendidik dan kependidikan 1 orang, Ketua Kelompok Kerja Pengawas Kota Bandar Lampung sebanyak 1 orang, pengawas Madrasah sebanyak 6 orang, Kepala Madrasah 3 orang dan guru Madrasah 3 orang.

Hasil penelitian menunjukkan; 1) Rekrutmen Pengawas Madrasah pada Kementerian Kota Bandarlampung berdasar pada formasi pemetaan Kantor Wilayah Kementerian Provinsi Lampung, sebagai pelaksana yaitu panitia kemenag kota, alur rekrutmen juga sudah jelas. Kementerian Kota dalam melaksanakan rekrutmen bersifat transparan dan bertanggung jawab; 2) Organisasi Pengawas Madrasah telah mempunyai koordinasi yang jelas di antara anggota pengawas berjalan baik, pengawas dengan ketua pengawas berjalan baik, serta ada pembagian tugas yang jelas. Koordinasi ketua pengawas dengan kepala Kementerian Agama Kota Bandarlampung juga berjalan baik; 3) kompetensi pengawas madrasah yang meliputi kepribadian, manajerial, akademik, evaluasi pendidikan, dan sosial telah dimiliki pengawas karena mereka rerata berpengalaman serta syarat-syarat pengawas sudah terpenuhi semua, pada kompetensi penelitian dan pengembangan perlu ditingkatkan hal ini karena minimnya pengetahuan pengawas tentang penelitian dan pengembangan dan juga minimnya kegiatam-kegiatan tentang penelitian; 4) Kinerja Pengawas Madrasah sudah menjalankan tupoksinya sesuai dengan peraturan yang berlaku, Jumlah pengawas dari segi jumlah perlu ditambah, serta beberapa kompetensi yang perlu dikembangkan dan perlu mendapat perhatian lebih misalnya kompetensi pengembangan dan penelitian; 5) Sumber Daya Manusia pengawas madrasah dalam hal kuantitas perlu ditingkatkan dan kualitas perlu mendapat pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan tupoksi seorang pengawas madrasah.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Aisya Maqdisiana, lahir di Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 24 Juli 1978. Putri pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Drs. H. Hafidhuddin Hanif dan Ibu Siti Romlah. Tahun 1990 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Enggal, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Tanjungkarang diselesaikan pada tahun 1993 dan pendidikan Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri 1 Tanjungkarang selesai tahun 1996, kemudian penulis melanjutkan studi di Universitas Lampung, FKIP, Program Studi Pendidikan Geografi diselesaikan pada tahun 2001. Pada Tahun 2012 penulis diterima di Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pengalaman kerja penulis antara lain pada tahun 2001 sampai 2003 penulis bekerja sebagai guru di MTs.N 1 Tanjungkarang, 2004 sampai dengan 2005 mengajar di SMP Al Kautsar. Pada bulan Maret 2006 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai guru pada SMP Negeri 2 Blambangan Umpu di Kabupaten Way Kanan kemudian mutasi sebagai Kepala Madrasah Aliyah Nahdlatul ‘Ulama Tanjungkarang hingga sekarang.


(7)

MOTO

Bersainglah pada diri sendiri

(Dr. Sowiyah, M.Pd.)

Di balik kemapanan terdapat

kepayahan yang berlebih

(Penulis)

Pemutus kemiskinan, kebodohan,

Kekufuran dan kesombongan

adalah PENDIDIKAN

(Sugeng Widodo)


(8)

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan kepada:

 Orangtuaku Bapak Drs.H. Hafidhuddin Hanif dan Ibu Siti Romlah  Mertuaku Bapak Darmo Surat dan Ibu Widji

 Terima kasih untuk untaian doa, cinta dan kasih sayang yang tulus suamiku Sugeng Widodo, S.Pd., M.Pd.

 Adik-adikku Hanum, Roihana, Mudzi Ulhaq, Azkiya, dan Ranti  Keponakanku M. Labib Azzam dan Mahira Shafa Ifthina  Para guruku


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis dengan judul Profil Kinerja Pengawas Madrasah (Studi Kasus di Kementerian Agama Kota Bandar Lampung) ditulis sebagai syarat menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng Prayitno Harianto, M.S, selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu pada Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung, dan Dosen Pengajar Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan dalam menyelesaikan studi.


(10)

ii

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Dosen Pengajar Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung atas kesediaan untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini.

4. Dr. M. Thoha BS. Jaya, M.S, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus sebagai Penguji Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini.

5. Dr. Sumadi, M.S, selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini. 6. Dr. Sowiyah, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Magister Manajemen

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sekaligus sebagai Pembimbing II atas kesediaan untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini.

7. Dr. Irawan Suntoro, M.S, selaku Penguji II atas kesediaan untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini.

8. Seluruh Dosen pada Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan pengetahuan yang sangat berarti.

9. Kepala Seksi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Lampung Dra. Amanah, M.M yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.


(11)

iii bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.

11. Ketua POKJAWAS Kementerian Agama Kota Bandar Lampung Drs. Tabaul ‘Amin yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.

12. Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kota Drs. H. Alamsyah, M.Pd, Dra. Hj. Adil Fadillah, M.Pd, Evalia Agus, S.Pd, Drs. Abdul Muhid, Dra. Hj. Chairani R, Yani Wijaya, S.Pd. yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.

13. Rekan-rekan guru MTs.NU dan MA.NU Tanjungkarang yang telah banyak memberikan motivasi dan do’a dalam penyelesaian tesis ini.

14. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, angkatan 2012 yang telah banyak memberikan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua dan berkontribusi bagi perkembangan Ilmu Manajemen Pendidikan.

Bandar Lampung, Februari 2014 Penulis,


(12)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR MATRIKS ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian... 6

1.5 Kegunaan Penelitian ... 6

1.6 Definisi Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Teori Manajemen Pendidikan ... 10

2.1.1 Teori Klasik ... 10

2.1.2 Teori Modern ... 11

2.2 Teori Perilaku (Behavioral) ... 12

2.2.1 Manajemen Berdasarkan Tujuan (MBO) ... 12

2.2.2 Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) .... 13

2.3 Pengawas Madrasah ... 14

2.3.1 Aktivitas Pengawas Madrasah ... 16

2.3.2 Kompetensi Pengawas Madrasah ... 22

2.3.3 Prinsip Pengawasan Efektif ... 25

2.3.4 Organisasi Pengawas Madrasah ... 27

2.4 Kinerja ... 31


(13)

xiv

2.5.1 Tujuan Rekrutmen ... 38

2.5.2 Informasi Rekrutmen... 39

2.5.3 Proses Rekrutmen ... 40

2.6 Sumber Daya Manusia (SDM) Pengawas Madrasah ... 40

2.7 Kerangka Pikir ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Latar Penelitian ... 45

3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 46

3.2.1 Pendekatan Penelitian ... 46

3.2.2 Rancangan Penelitian ... 47

3.3 Kehadiran Peneliti ... 48

3.4 Sumber Data Penelitian ... 56

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.5.1 Wawancara Mendalam ... 59

3.5.2 Studi Dokumentasi ... 63

3.5.3 Observasi Partisipan ... 64

3.6Analisis Data ... 66

3.7Pengecekan Keabsahan Data ... 70

3.8Tahapan Penelitian ... 74

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN 4.1 Paparan Data Penelitian ... 76

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Kementerian Agama Kota Bandar lampung ... 76

4.1.1.1 Sejarah Kantor Kementerian Agama Kota Bandar Lampung ... 77

4.1.1.2 Letak Geografis Kantor Kementerian Agama Kota Bandar Lampung ... 79

4.1.1.4 Fasilitas Kementerian Agama Kota Bandar Lampung ... 81

4.1.1.5 Sumber Daya Pengawas Madrasah-PAI Kementerian Agama Kota ... 81

4.1.2 Rekrutmen Pengawas Madrasah ... 82

4.1.3 Organisasi Pengawas Madrasah ... 91

4.1.4 Kompetensi Pengawas Madrasah ... 102

4.1.4.1 Kompetensi Kepribadian ... 102

4.1.4.2 Kompetensi Supervisi Manajerial ... 107

4.1.4.3 Kompetensi Supervisi Akademik ... 116

4.1.4.4 Kompetensi Evaluasi Pendidikan ... 121

4.1.4.5 Kompetensi Penelitian dan Pengembangan ... 126


(14)

xv

4.1.5 Kinerja Pengawas Madrasah ... 135

4.1.6 Sumber Daya Manusia (SDM) Pengawas Madrasah ... 153

4.2 Temuan Penelitian ... 154

4.2.1 Rekrutmen Pengawas Madrasah ... 154

4.2.2 Organisasi Pengawas Madrasah ... 158

4.2.3 Kompetensi Pengawas Madrasah ... 161

4.2.3.1 Kompetensi Kepribadian ... 161

4.2.3.2 Kompetensi Supervisi Manajerial ... 163

4.2.3.3Kompetensi Supervisi Akademik ... 165

4.2.3.4 Kompetensi Evaluasi Pendidikan ... 167

4.2.3.5 Kompetensi Penelitian dan Pengembangan .. 169

4.2.3.6 Kompetensi Sosial ... 171

4.2.4 Kinerja Pengawas Madrasah ... 172

4.2.5 Sumber Daya Manusia Pengawas Madrasah ... 176

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1 Rekrutmen Pengawas Madrasah ... 178

5.2 Organisasi Pengawas Madrasah ... 183

5.3 Kompetensi Pengawas Madrasah ... 189

5.3.1 Kompetensi Kepribadian ... 189

5.3.2 Kompetensi Supervisi Manajerial ... 191

5.3.3 Kompetensi Supervisi Akademik ... 194

5.3.4 Kompetensi Evaluasi Pendidikan ... 197

5.3.5 Kompetensi Penelitian dan Pengembangan ... 201

5.3.6 Kompetensi Sosial ... 204

5.4 Kinerja Pengawas Madrasah ... 205

5.5 Sumber Daya Manusia Pengawas Madrasah ... 209

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 211

6.2 Implikasi ... 212

6.3 Saran ... 214

DAFTAR PUSTAKA ... ... 216


(15)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Informan dalam penelitian ... 57

3.2 Pengkodean ... 58

3.3 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 60


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hakikat Pengawasan (Pada Madrasah) ... 19

2.2 Kerangka Perilaku Organisasi ... 28

2.3 Organisasi Sebagai Sistem ... 29

2.4 Alur Kinerja Pengawas Madrasah ... 33

2.5 Kerangka Pikir Penelitian ... 43

3.1 Pola Interaktif Analisis Data Penelitian ... 68

4.1 Alur Rekrutmen Pengawas Madrasah Kemenag Kota ... 88

4.2 Struktur Organisasi Pengawas Madrasah Kemenag Kota ... 99

4.3 Diagram Konteks Rekrutmen Pengawas Madrasah ... 157

4.4 Diagram Konteks Organisasi Pengawas Madrasah ... 159

4.5 Diagram Konteks Kompetensi Kepribadian Pengawas Madrasah ... 162

4.6 Diagram Konteks Kompetensi Supervisi Manajerial Pengawas Madrasah ... 164

4.7 Diagram Konteks Kompetensi Supervisi Akademik Pengawas Madrasah ... 166

4.8 Diagram Konteks Kompetensi Evaluasi Pendidikan Pengawas Madrasah ... 168

4.9 Diagram Konteks Kompetensi Penelitian dan Pengembangan Pengawas Madrasah ... 170

4.10 Diagram Konteks Kompetensi Sosial Pengawas Madrasah ... 172

4.11 Diagram Konteks Kinerja Pengawas Madrasah ... 175

4.12 Diagram Konteks SDM Pengawas Madrasah ... 177


(17)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara ... 222

2. Daftar Observasi ... 224

3. Daftar Dokumentasi ... 225

4. Hasil Observasi ... 226

5. Transkrip Wawancara ... 231

6. Data Pengawas Madrasah dan PAI ... 262

7. Dokumentasi ... 263

8. Foto-Foto Hasil Penelitian ... 280


(18)

xiii

DAFTAR MATRIKS

Matriks Halaman 4.1 Rekrutmen Pengawas Madrasah Kementerian Agama

Kota Bandar Lampung ... 88 4.2 Organisasi Pengawas Madrasah Kementerian Agama

Kota Bandar Lampung ... 101 4.3 Kompetensi Kepribadian Pengawas Madrasah Kementerian

Agama Kota Bandar Lampung ... 106 4.4 Kompetensi Supervisi Manajerial Pengawas Madrasah Kementerian

Agama Kota Bandar Lampung ... 115 4.5 Kompetensi Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Kementerian

Agama Kota Bandar Lampung ... 119 4.6 Kompetensi Evaluasi Pendidikan Pengawas Madrasah Kementerian

Agama Kota Bandar Lampung ... 125 4.7 Kompetensi Penelitian dan Pengembangan Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kota Bandar Lampung ... 130 4.8 Kompetensi Sosial Pengawas Madrasah Kementerian

Agama Kota Bandar Lampung ... 134 4.9 Kinerja Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kota

Kota Bandar Lampung ... 151 4.10 Sumber Daya Manusia Pengawas Madrasah ... 153


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang Penelitian, Fokus Penelitian, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Definisi Istilah.

1.1 Latar Belakang

Tugas Pengawas Agama Islam/madrasah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan terhadap guru dan kepala madrasah, pemantauan pelaksanaan delapan standar nasional pendidikan, penilaian kinerja guru dan kepala madrasah, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus (Permendiknas No.12 Tahun 2007).

Pengawas madrasah berfungsi sebagai supervisor pendidikan atau pengawas pendidikan, baik pengawasan akademik maupun pengawasan manajerial. Berkaitan dengan sasaran pengawasan akademik, pengawas madrasah bertugas membantu dan membina guru meningkatkan profesionalismenya agar dapat mempertinggi kualitas proses dan hasil belajar siswa. Berkaitan dengan pengawasan manajerial, pengawas madrasah bertugas membantu kepala madrasah


(20)

2

dan seluruh staf madrasah agar dapat meningkatkan mutu penyelengaraan pendidikan pada madrasah yang dibinanya.

Berdasarkan observasi Bulan April 2013 di Kementerian Agama Bandar Lampung, pengawas pada Pendidikan Agama Islam menilai dan membina pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Dinas Pendidikan (Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum/Kejuruan (SMU/SMK) dan Sekolah Luar Biasa (SLB) dan pelaksanaan pendidikan agama di sekolah/madrasah di lingkungan kementerian Agama Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawaiyah (MTs), Madrasah Aliyah ( MA) baik negeri maupun swasta, sedangkan pengawas pada dinas pendidikan tidak mengawas pada sekolah/madrasah di lingkungan kementerian agama seperti Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) baik negeri maupun swasta.

Kegiatan pendidikan dan pembelajaran di lembaga pendidikan seperti Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan Sekolah umum lainnya seperti Sekolah Dasar (Sekolah Dasar), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas), dapat berbentuk kegiatan akademik dan non akademik. Kegiatan akademik yang dikenal sebagai kegiatan pendidikan dan pembelajaran berkaitan dengan proses pendidikan dan pembelajaran yang cakupan kegiatannya cukup banyak dan kompleks merupakan kegiatan sentral dalam lembaga pendidikan. Salah satu keberhasilan dan kegagalan lembaga pendidikan sangat tergantung pada aktivitas

monitoring dan controlling atau pengawasan seluruh komponen dan aktivitas akademik.


(21)

Kategori lembaga pendidikan yang tergolong sukses saat ini adalah yang selalu menekankan pada kegiatan akademik, dan selalu memonitor dan mengawasi seluruh aktivitas akademik. Apabila ada unsur akademik yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka unsur terebut segera dibenahi dan bila perlu diganti agar jalannya kegiatan akademik menjadi lebih efektif dan efisien.

Program peningkatan mutu pendidikan di madrasah/sekolah dapat dicapai apabila kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna. Hal tersebut dapat terlaksana apabila ditunjang dengan adanya upaya peningkatan kemampuan personil pendidikan di madrasah. Pengawas madrasah sebagai salah satu penanggungjawab utama dalam keberhasilan sekolah perlu meningkatkan kinejanya sebagai pengawas, sekaligus pembina para personil pendidikan yang lain (Thaib, 2005:1)

Kondisi saat ini kualifikasi dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) pengawas belum sebagaimana yang diharapkan. Berdasarkan pada observasi awal pada bulan April 2013 juga menunjukkan tenaga SDM pengawas kurang diminati sebab rekrutmen pengawas bukan karena prestasi tetapi semacam tenaga buangan dari kepala sekolah dan guru atau tenaga struktural yang memperpanjang masa pensiun. Kualifikasi pendidikan para pengawas umumnya sarjana (S1) namun masih ada yang belum sarjana terutama pengawas TK/SD/MI, dan yang berpendidikan sarjana pun bidang ilmunya masih ada yang kurang relevan dengan bidang kepengawasannya. Usia rata-rata pengawas cukup tua yakni 52 tahun dengan rata-rata masa kerja sebagai PNS 25 tahun. Sedangkan masa kerja menjadi pengawas rata-rata 6 tahun.


(22)

4

Berdasarkan data penelitian, seluruh SDM pengawas di lingkungan Kementerian Agama Kota Bandar Lampung berjumlah 30 orang dengan rincian 24 orang pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) pada dinas pendidikan yaitu pada jenjang SD, SMP, SMA dan SMK, dan 6 orang pengawas pada madrasah yaitu pada jenjang RA/MI sebanyak 2 orang, MTs/MA sebanyak 4 orang. Pengawas pada madrasah terdiri dari pengawas rumpun agama dan pengawas rumpun IPA. Jenjang pendidikan seluruh npengawas Kementerian Agama Bandar Lampung yaitu D3 berjumlah 2 orang, S1 berjumlah 17 orang, dan S2 berjumlah 11 orang, sedangkan jenjang pendidikan pengawas madrasah yaitu S1 berjumlah 4 orang dan S2 2 orang.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan alasan SDM pengawas madrasah di samping bertugas di kementerian agama juga bertugas pada dinas pendidikan, sedangkan pengawas pada dinas pendidikan tidak ada yang mengawas pada kemenag Kota Bandar Lampung. Selain hal tersebut dari segi kuantitas dan kualitas masih kurang, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut jumlah seluruh pengawas kementerian agama Kota Bandar Lampung sebanyak 30 orang, sementara jumlah madrasah dan sekolah baik negeri maupun swasta berjumlah 516 yaitu, MIN berjumlah 12, MTsN berjumlah 2, MAN berjumlah 2, MIS berjumlah 47, MTsS berjumlah 27, MAS berjumlah 14 dan SDN berjumlah 201, SMPN berjumlah 34, SMAN berjumlah 17 SDS berjumlah 43 SMPS berjumlah 80 SMAS berjumlah 37 (Kepala Seksi Pendidikan Madrasah 2013).


(23)

1.2 Fokus Penelitian

Pengawas madrasah saat ini masih banyak kekurangannya antara lain dalam hal kinerja, organisasi, rekrutmen, sumber daya manusia, kualifikasi pendidikan, dan kompetensi yang dimiliki belum optimal. Pengawas madrasah juga masih ada yang menganggap sebagai tenaga dalam memperpanjang masa pensiun, artinya tidak mengutamakan prestasi kinerja. Kompetensi pengawas madrasah yang dimaksud yaitu kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, pelatihan dan pengembangan, dan sosial.

Atas dasar fokus penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Profil Kinerja Pengawas Madrasah (studi kasus di Kemen-terian Agama Kota Bandarlampung)

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut; 1.3.1 Bagaimanakah Rekrutmen Pengawas Madrasah?

1.3.2 Bagaimanakah Organisasi Pengawas Madrasah?

1.3.3 Bagaimanakah Kompetensi Pengawas Madrasah yang meliputi: kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, pelatihan dan pengembangan, dan sosial.

1.3.4 Bagaimanakah Kinerja Pengawas Madrasah? 1.3.5 Bagaimanakah SDM Pengawas Madrasah?


(24)

6

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis; 1.4.1 Rekrutmen pengawas madrasah

1.4.2 Organisasi pengawas madrasah

1.4.3 Kompetensi pengawas madrasah yang meliputi: kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, pelatihan dan pengembangan, dan sosial.

1.4.4 Kinerja pengawas madrasah 1.4.5 SDM Pengawas Madrasah

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dari aspek teoritis aspek operasional yaitu :

1.5.1 Aspek Teoritis

1.5.1.1 Bahan kajian dalam pengembangan Ilmu Manajemen Pendidikan khususnya mengenai supervisi pendidikan yang harus dilakukan

guna meningkatkan kinerja pengawas madrasah

1.5.1.2 Menambah khasanah teori-teori yang berkaitan dengan peningkatan kinerja pengawas.

1.5.2 Aspek Operasional atau Praktis

1.5.2.1 Memberi informasi bagi instansi Kementerian Agama mengenai kondisi yang ada di kelompok kerja pengawas madrasah sebagai bahan pertimbangan mengambil suatu kebijakan dalam usaha


(25)

untuk meningkatkan kinerja pengawas madrasah, khususnya di Kota Bandar Lampung

1.5.2.2 Memberi informasi bagi pengawas madrasah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kinerjanya, khusus bagi pengawas madrasah di lingkungan

Kementerian Agama Kota Bandar Lampung

1.6 Definisi Istilah

Menghindari interpretasi yang berbeda pada setiap istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, maka berikut dijelaskan maksud atau batasan dari istilah sebagai berikut:

1.6.1 Profil kinerja pengawas madrasah adalah deskripsi kemampuan kerja yang dimiliki pengawas madrasah di lingkungan Kementerian Agama dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung tujuan yang telah ditetapkan instansi/organisasi

1.6.2 Pengawas madrasah adalah Guru Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Agama yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan akademik dan manajerial di madrasah.

1.6.3 Rekrutmen Pengawas adalah proses mencari, menemukan, mengajak dan menetapkan sejumlah orang dari dalam atau dari luar organisasi sebagai calon pengawas dengan karakteristik tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan sumber daya manusia.


(26)

8

1.6.4 Madrasah adalah satuan pendidikan formal/umum di lingkungan Kementerian Agama bercirikan Agama Islam terdiri dari Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

1.6.5 Organisasi Pengawas Madrasah adalah wadah kedinasan yang bersifat kemitraan dan profesi yang didirikan oleh dan untuk pengawas pendidikan agama sejenis, sesuai dengan jenjang satuan pendidikan pada madrasah/sekolah yaitu pengawas RA/TK, MI, SD, PLB, pengawas MTS/SMP/PLB dan pengawas MA/SMA/SMK/PLB.

1.6.6 Kompetensi Kepribadian Pengawas adalah kemampuan pengawas sekolah dalam menampilkan dirinya atau performance diri sebagai pribadi yang bertanggungjawab, kreatif, selalu belajar dan memiliki motivasi kerja. 1.6.7 Kompetensi Supervisi Manajerial adalah kemampuan pengawas sekolah

dalam melaksanakan pengawasan manajerial yakni menilai dan membina kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain yang ada di sekolah dalam mempertinggi kualitas pengelolaan dan administrasi sekolah.

1.6.8 Kompetensi Supervisi Akademik adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa. 1.6.9 Kompetensi Evaluasi Pendidikan adalah kemampuan pengawas sekolah dalam kegiatan mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyimpul-

kan data dan informasi untuk menentukan tingkat keberhasilan pendidikan.


(27)

1.6.10 Kompetensi Penelitian Pengembangan adalah kemampuan pengawas sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian pendidikan/ pengawasan serta menggunakan hasil-hasilnya untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan.

1.6.11 Kompetensi Sosial adalah kemampuan pengawas sekolah dalam membina hubungan dengan berbagai pihak serta aktif dalam kegiatan organisasi profesi pengawas.

1.6.12 Sumber Daya Manusia (SDM) Pengawas Madrasah adalah Kemampuan atau kompetensi terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki pengawas madrasah.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Bab tinjauan pustaka dan kerangka pikir ini secara berturut-turut dibahas mengenai teori dalam manajemen, kinerja pengawas madrasah, rekrutmen, pengawas madrasah, SDM pengawas dan kerangka pikir.

2.1 Teori Manajemen Pendidikan

2.1.1 Teori Klasik

Teori organisasi klasik menurut Lunenburg dan Ornstein (2000) dibedakan atas dua perspektif manajemen, yaitu manajemen ilmiah dan manajemen administratif. Teori organisasi klasik disebut juga teori administrasi (Gray, 1990:52) atau teori manajemen administratif. Salah seorang tokohnya bernama Fayol (1841-1925). Fayol terkenal sebagai Bapak Teori Ilmiah (Usman, 2009:25).

Fayol dilahirkan seorang ahli pertambangan dan berasal dari keluarga aristokratis di Prancis pada tahun 1841. Ia menjadi manajer utama di pabrik tambang dan metalurgi yang sangat terkenal di Eropa. Fayol yakin bahwa kesuksesannya merupakan keterampilan mengembangkan pengalaman dan introspeksi. Ia mengemukakan teori dan teknik administrasi untuk mengelola organisasi yang kompleks dalam bukunya yang terkenal dengan judul Administration Industrielle et Generale (1916). Lima tahun setelah menulis buku, ia meninggal dunia. Buku


(29)

tersebut selanjutnya diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul General and Industrial Management. Fayol membagi operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yaitu 1) teknik, produksi dan manufacturing produk; 2) komersial, pembelian bahan baku dan penjualan produk; 3) keuangan, perolehan dan penggunaan modal; 4) keamanan, perlindungan karyawan dan kekayaan; 5) akuntansi, pelaporan dan neraca keuangan, pencatatan laba, serta pencatatan statistik; 6) manajerial dan teknik-teknik kepemimpinan. Selain itu, Fayol juga mengetengahkan empat belas prinsip administrasi yang sangat terkenal 1) Divisi kerja; 2) Otoritas; 3) Disiplin; 4) Kesatuan komando; 5) Kesatuan arahan; 6) Subordinat minat individu; 7) Penggajian; 8) Sentralisasi; 9) Rentang kendali; 10) Perintah; 11) Pemerataan; 12) Stabilitas personel; 13) Inisiatif; 14) Semangat tim. Prinsip-prinsip tersebut harus bersifat luwes.

Menurut Fayol, fungsi manajemen, yaitu Planning, Organization, Commanding, Coordinating, and Controlling yang disingkat POCCC. Teori ini memiliki keunggulan dalam mencapai efisiensi organisasi.

Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa manajemen adalah berhubungan dengan sistem dalam suatu organisasi yang berhubungan dengan orang-orang yang bekerja dan mempunyai perencanaan, pengembangan, pengelolaan, evaluasi kinerja, dan kompetensi yang baik.

2.1.2 Teori Modern

Teori modern mempunyai pandangan bahwa organisasi itu terbuka dan kompleks. Analisis sistem, rancangan sistem dan manajemen memberi petunjuk dalam mengoperasionalkan pendekatan sistem merupakan tiga unsur pokok yang


(30)

12

berusaha mengenal esensi keterpaduan berbagai unsur dalam memecahkan masalah yang sifatnya kompleks, termasuk pendidikan. Salah satu tokoh teori modern ialah Alfred Korzybski (1993) (Usman, 2009:26).

Pendekatan ini didasarkan hal-hal yang bersifat situasional. Asumsi yang dipakai adalah bahwa orang itu berlainan dan berubah, baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya sesuai dengan lingkungan. Manajemen dipandang sebagai suatu sistem didasarkan pada asumsi bahwa organisasi merupakan sistem terbuka dan tujuan organisasi mempunyai kebergantungan.

Berdasar pada pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa manajemen memiliki makna sebagai suatu kegiatan administrasi yang mengatur pemanfaatan sumber daya manusia secara situasional secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2 Teori Perilaku (Behavioral) dalam Manajemen Pendidikan

2.2.1 Manajemen berdasarkan tujuan (MBO)

Management by Objectives (MBO) atau Manajemen Berdasarkan Tujuan adalah proses menentukan tujuan-tujuan strategik dalam sebuah organisasi sehingga manajemen dan pengelola setuju dengan tujuan-tujuan itu dan memahami apa yang perlu dilakukan dalam organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan strategik yang telah ditetapkan dan disetujui itu. Istilah Management By Objectives (MBO) pertama kali dipopulerkan oleh Peter Drucker pada tahun 1954 melalui bukunya yang berjudul: „The Practice of Management‟ (Robbin, 2003:251).


(31)

Management by Process atau lebih populer dengan nama manajemen proses (Process Management) adalah aktivitas-aktivitas perencanaan, pemantauan, dan pengendalian kinerja proses. Istilah ini biasanya mengacu pada manajemen proses bisnis dan proses manufaktur. Manajemen proses merupakan aplikasi pengetahuan, keterampilan, alat, teknik dan sistem untuk mendefinisikan, memvisualisasikan, mengukur, mengendalikan, melaporkan dan memperbaiki proses dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan meningkatkan kepuasan terus-menerus.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka manajemen berdasarkan tujuan (MBO) dan manajemen proses dapat digunakan secara saling melengkapi satu sama lain. Pertama kali kita menetapkan tujuan-tujuan strategik organisasi menggunakan konsep-konsep perencanaan strategik dan penyebarluasan tujuan-tujuan strategik itu ke seluruh organisasi. Dalam konteks ini pendekatan manajemen berdasarkan tujuan-tujuan (MBO) dapat diterapkan. Selanjutnya kita menerapkan manajemen proses (Process Management) untuk mengelola proses agar kinerja dari proses itu dapat mencapai target-target sesuai yang telah ditetapkan dalam tujuan-tujuan strategik organisasi itu.

2.2.2 Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Teori McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan “ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai,


(32)

14

memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah (Robbin, 2003:216).

Berdasarkan pendapat McClelland tentang karakteristik orang yang berprestasi tinggi maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pengawas madrasah sangat dipengaruhi oleh kompetensi pengawas, tuntutan pekerjaan atau standar kerja yang jelas serta dukungan organisasi atau iklim organisasi yang mendukung.

2.3. Pengawas Madrasah

Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 ayat (1) dinyatakan: Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.


(33)

Begitu pula menurut PP No. 19 tahun 2005 pasal 39 ayat (1) dinyatakan: Pengawasan pada pendidikan formal dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan.

Pengawas madrasah menurut peraturan tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri Agama RI No. 2 tahun 2012 tentang pengawas madrasah dan pengawas pendidikan Agama Islam pada sekolah. Ketentuan perundang-undangan di atas menunjukkan bahwa pengawas satuan pendidikan pada jalur madrasah adalah tenaga kependidikan profesional berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberi tugas dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan baik pengawasan akademik maupun pengawasan manajerial pada satuan pendidikan yang ditunjuk.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan (Robbins 1997). Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-unit dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang dikehendaki (Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja 2001).

Oleh karena itu mudah dipahami bahwa pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya (Mantja 2001). Berdasarkan konsep tersebut, maka proses perencanaan yang mendahului kegiatan pengawasan harus dikerjakan terlebih


(34)

16

dahulu. Perencanaan yang dimaksudkan mencakup perencanaan: pengorganisasian, wadah, struktur, fungsi dan mekanisme, sehingga perencanaan dan pengawasan memiliki standard dan tujuan yang jelas.

Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu madrasah. Sahertian (2000:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar.

2.3.1 Aktifitas Pengawas Madrasah

Pengawas satuan pendidikan/madrasah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan


(35)

terhadap sejumlah madrasah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan (Pandong, A. 2003). Dalam satu kabupaten/kota, pengawas madrasah dikoordinasikan dan dipimpin oleh seorang koordinator pengawas (Korwas) madrasah/ satuan pendidikan (Muid, 2003).

Aktivitas pengawas madrasah selanjutnya adalah menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah satuan pendidikan/madrasah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya. Penilaian itu dilakukan untuk penentuan derajat kualitas berdasarkan kriteria (tolak ukur) yang ditetapkan terhadap penyelenggaraan pendidikan di madrasah. Sedangkan kegiatan pembinaan dilakukan dalam bentuk memberikan arahan, saran dan bimbingan (Kepmendikbud No. 20/U/1998)

Menyadari pentingnya upaya peningkatan mutu dan efektifitas madrasah dapat dilakukan melalui pengawasan. Atas dasar itu maka kegiatan pengawasan harus difokuskan pada perilaku dan perkembangan siswa sebagai bagian penting dari: kurikulum/mata pelajaran, organisasi madrasah, kualitas belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan, kebutuhan khusus, administrasi dan manajemen, bimbingan dan konseling, peran dan tanggung jawab orang tua dan masyarakat (Law dan Glover 2000). Lebih lanjut Ofsted (2005) menyatakan bahwa fokus pengawasan madrasah meliputi: (1) standard dan prestasi yang diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa di madrasah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan madrasah dalam memenuhi kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan dan manajemen madrasah.


(36)

18

Berdasar uraian di atas dapat dimaknai bahwa kepengawasan merupakan kegiatan atau tindakan pengawasan dari seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang melakukan pembinaan dan penilaian terhadap orang dan atau lembaga yang dibinanya. Seseorang yang diberi tugas tersebut disebut pengawas atau supervisor. Dalam bidang kependidikan dinamakan pengawas madrasah atau pengawas satuan pendidikan. Pengawasan perlu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkesinambungan pada madrasah yang diawasinya.

Indikator peningkatan mutu pendidikan di madrasah dilihat pada setiap komponen pendidikan antara lain sistem pengawasan dan penilaian. Ini berarti melalui pengawasan harus terlihat dampaknya terhadap kinerja madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Itulah sebabnya kehadiran pengawas madrasah harus menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu pendidikan, agar bersama guru, kepala madrasah dan staf madrasah lainnya berkolaborasi membina dan mengembangkan mutu pendidikan di madrasah yang bersangkutan seoptimal mungkin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Kiprah supervisor menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu pendidikan di madrasah yang dimaksud dapat dijelaskan dalam visualisasi Gambar 1 tentang Hakikat Pengawasan. Dari visualisasi Gambar 1. tersebut tampak bahwa hakikat pengawasan memiliki empat dimensi: (1) Support, (2) Trust, (3) Challenge, dan (4) Networking and Collaboration. Keempat dimensi hakikat pengawasan itu masing-masing dijelaskan berikut ini:


(37)

Gambar 2.1. Hakikat Pengawasan (pada Madrasah)

diadopsi dari Ofsted (2003)

Berdasar pada gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut; Dimensi pertama dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Support. Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mendukung (support kepada) pihak madrasah untuk mengevaluasi diri kondisi existing-nya. Oleh karena itu, supervisor bersama pihak madrasah dapat melakukan analisis kekuatan, kelemahan dan potensi serta peluang madrasahnya untuk mendukung peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan pada madrasah di masa yang akan datang.

Dimensi kedua dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Trust. Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu membina kepercayaan (trust) stakeholder pendidikan dengan penggambaran profil dinamika madrasah masa depan yang lebih baik dan lebih menjanjikan. S U P P O R T C H A L L A N G E

NETWORKING AND COLLABORATION

TRUST KOMUNIKASI: ANTAR STAKHOLDER KERJASAMA: PENGEMBANG -AN SEKOLAH SECARA K‟LABORATIF

DATA SEKOLAH: P‟DUKTIVITAS,

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DIALOG: NEGOSIASI, KOLABORA SI DAN EVALUASI DIRI SEKOLAH PENGAWASAN PROFIL DINAMIK: MASA DEPAN SEKOLAH


(38)

20

Dimensi ketiga dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Challenge. Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu memberikan tantangan (challenge) pengembangan madrasah kepada stakeholder pendidikan di madrasah. Tantangan ini harus dibuat serealistik mungkin agar dapat dan mampu dicapai oleh pihak madrasah, berdasarkan pada situasi dan kondisi madrasah pada sat ini. Dengan demikian stakeholder tertantang untuk bekerjasama secara kolaboratif dalam rangka pengembangan mutu madrasah.

Dimensi keempat dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Networking and Collaboration. Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mengembangkan jejaring dan berkolaborasi antar stakeholder pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan di madrasah.

Fokus dari keempat dimensi hakikat pengawasan itu dirumuskan dalam tiga aktivitas utama pengawasan yaitu: negosiasi, kolaborasi dan networking. Negosiasi dilakukan oleh supervisor terhadap stakeholder pendidikan dengan fokus pada substansi apa yang dapat dan perlu dikembangkan atau ditingkatkan serta bagaimana cara meningkatkannya. Kolaborasi merupakan inti kegiatan supervisi yang harus selalu diadakan kegiatan bersama dengan pihak stakeholder pendidikan di madrasah binaannya. Hal ini penting karena muara untuk terjadinya peningkatan mutu pendidikan ada pada pihak madrasah. Networking merupakan inti hakikat kegiatan supervisi yang prospektif untuk dikembangkan terutama pada era globalisasi dan cybernet teknologi seperti sekarang ini. Jejaring


(39)

kerjasama dapat dilakukan baik secara horisontal maupun vertikal. Jejaring kerjasama secara horisontal dilakukan dengan sesama madrasah sejenis untuk saling bertukar informasi dan sharing pengalaman pengembangan mutu madrasah, misalnya melalui MKKS dan MGMP. Jejaring kerjasama secara vertikal dilakukan baik dengan madrasah pada aras dibawahnya sebagai pemasok siswa barunya, maupun dengan madrasah pada jenjang pendidikan di atasnya sebagai lembaga yang akan menerima para siswa lulusannya.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini pengawas madrasah atau pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan di madrasah baik pengawasan dalam bidang akademik (teknis pendidikan) maupun bidang manajerial (pengelolaan madrasah). Jabatan pengawas adalah jabatan fungsional bukan jabatan struktural sehingga untuk menyandang predikat sebagai pengawas harus sudah berstatus tenaga pendidik/guru dan atau kepala madrasah/wakil kepala madrasah, setidak-tidaknya pernah menjadi guru.

Berdasarkan rumusan di atas maka kepengawasan adalah aktivitas profesional pengawas dalam rangka membantu madrasah binaannya melalui penilaian dan pembinaan yang terencana dan berkesinambungan. Pembinaan diawali dengan mengidentifikasi dan mengenali kelemahan madrasah binaannya, menganalisis kekuatan/potensi dan prospek pengembangan madrasah sebagai bahan untuk menyusun program pengembangan mutu dan kinerja madrasah binaannya.


(40)

22

2.3.2 Kompetensi Pengawas Madrasah

Mengacu pada Permenag No. 2 Tahun 2012 tentang pengawas madrasah, maka kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas madrasah yaitu berdasar pada Bab VI pasal 8 mengenai kompetensi, antara lain;

a) Kepribadian, yaitu harus:

1. Menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengawas satuan pendidikan yang professional

2. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas profesinya

3. Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang profesinya.

4. Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder sekolah. b) Supervisi Manajerial, yaitu harus;

1. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

2. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan program sekolah-sekolah binaannya.

3. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan.

4. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).

5. Membina kepala sekolah dalam melaksanakan administrasi satuan pendidikan meliputi administrasi kesiswaan, kurikulum dan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, keuangan,lingkungan sekolah dan peran serta masyarakat.

6. Membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu pendidikan di sekolah.

7. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya.

8. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. 9. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolah-sekolah binaannnya dan menindak lanjutinya untuk perbaikan mutu pendidikan dan program pengawasan berikutnya.

10.Mendorong guru dan kepala sekolah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya.

11.Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan kepala sekolah.

12.Memantau pelaksanaan inovasi dan kebijakan pendidikan pada sekolah-sekolah binaannya.


(41)

c) Supervisi Akademik, yaitu harus

1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan bidang ilmu yang menjadi isi tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

2. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

3. Membimbing guru dalam menentukan tujuan pendidikan yang sesuai, berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

4. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan/ mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk rumpunnya berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

5. Menggunakan berbagai pendekatan/metode/ teknik dalam memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

6. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan startegi/metode/teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi peserta didik melalui bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya. 7. Membimbing guru dalam menyusun rencana pembelajaran (RPP) untuk

tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

8. 8. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan media pendidikan yang sesuai untuk menyajikan isi tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

9. 9. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

10.Membimbing guru dalam melaksanakan strategi/metode/teknik pembelajaran yang telah direncanakan untuk tiap bidang pengembangan/ mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

11.Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi peserta didik pada tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

12.Membimbing guru dalam merefleksi hasil-hasil yang dicapai, kekuatan, kelemahan, dan hambatan yang dialami dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan.

13.Membantu guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan, dan memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang berkaitan dengan mata


(42)

24

pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

d) Evaluasi Pendidikan, yaitu harus;

1. Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai untuk tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya.

2. Membimbing guru dalam menentukan kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya.

3. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan yang menjadi binaannya

4. Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya. 5. Menilai kemampuan kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan. 6. Menilai kinerja staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokoknya.

7. Menilai kinerja sekolah dan menindaklanjuti hasilnya untuk keperluan akreditasi sekolah.

8. Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja staf sekolah.

9. Memantau pelaksanaan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pendidikan pada sekolah binaannya

10.Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata yang termasuk dalam rumpunnya

11.Memberikan saran kepada kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah dalam meningkatkan kinerjanya berdasarkan hasil penilaian.

e) Penelitian dan Pengembangan, yaitu harus

1. Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam pendidikan.

2. Menentukan masalah kepengawasan yang penting untuk diteliti baik untuk keperluan tugas pengawasan, pemecahan masalah pendidikan, dan pengembangan profesi.

3. Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian kualitatif maupun proposal penelitian kuantitatif.

4. Melaksanakan penelitian pendidikan baik untuk keperluan pemecahan masalah pendidikan, perumusan kebijakan pendidikan maupun untuk pengembangan profesi.

5. Mengolah dan menganalisis data penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif.

6. Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya.

7. Menyusun karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan/kepengawasan.

8. Mendiseminasikan hasil-hasil penelitian pada forum kegiatan ilmiah baik lisan maupun tulisan.


(43)

9. Membina guru dalam menyusun karya tulis ilmiah dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.

10.Membuat artikel ilmiah untuk dimuat pada jurnal. 11.Menulis buku/modul untuk bahan pengawasan.

12.Menyusun pedoman/panduan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan.

f) Sosial, yaitu harus

1. Menyadari akan pentingnya bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri dan profesinya.

2. Menangani berbagai kasus yang terjadi di sekolah atau di masyarakat . 3. Aktif dalam kegiatan organisasi profesi seperti APSI, PGRI, ISPI dan

organisasi kemasyarakatan lainnya.

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dinyatakan bahwa seorang pengawas madrasah harus berkompeten dalam bidang pendidikan khususnya dan pengetahuan umum secara luas, untuk mencapai kompetensi tersebut tentunya diperlukan latihan dan pengalaman yang cukup.

2.3.3 Prinsip Pengawasan Efektif

Menurut Handayaningrat (1997:149) pengawasan yang efektif adalah: 1. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi

2. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum 3. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut

peraturan-peraturan yang berlaku, berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan dan berorientasi terhadap kebenaran tujuan dalam pelaksanaan pekerjaan

4. Pengawasan harus menjamin sumber daya dan hasil guna pekerjaan 5. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat 6. Pengawasan harus bersifat terus menerus


(44)

26

7. Hasil pengawasan, harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan serta kebijaksanaan waktu yang akan datang.

Dalam menciptakan kondisi pengawasan yang betul-betul efektif sesuai dengan fungsinya, maka diperlukan syarat-syaat pengawasan itu merupakan sesuatu hal bagi seorang pimpinan organisasi/madrasah untuk mendapatkan sistem pengawasna yang memadai dan efektif dalam membantu kelancaran perencanaan pekerja, agar sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan sebelumnya. Semua sistem dan teknik pengawasan pekerja harus menggambarkan atau menyesuaikan rencana sebagai pedoman. Maksud dari pada pengawasan ini adalah untuk meyakinkan bahwa apa yang diselesaikan itu sesuai dengan rencana. Di samping itu pengawasan harus dikaitkan dengan kedudukan atau jabatan seseorang yang menjadi tanggung jawabnya. Pengawasan ini harus dibedakan sesuai dengan kedudukan orangnya, pengawasan harus sesuai dengan pola organisasi, susunan orang, yang merupakan asas untuk menjelaskan peranan seseorang di dalam oganisasi, dimana mereka bertanggung jawab dalam pelaksanaan rencana dan mungkin adanya penyimpangan-penyimpangan yang terdapat padanya. Sistem pengawasan dan informasi dimaksudkan untuk membantu individu manajer dalam melaksanakan fungsi pengawasannya. Disamping itu sangat penting ialah pengawasn harus dikaitkan dengan individu untuk memperoleh informasinya. Informasi ini diperoleh dengan cara yang macam-macam, sesuai dengan pribadi orangnya, apakah sebagai bendahara, sebagai kepala gudang, kepala proyek dan sebagainya.


(45)

2.3.4 Organisasi Pengawas Madrasah

Pengorganisasian menurut Handoko (2003) adalah (1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; (2) proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan; (3) penugasan tanggung jawab tertentu; (4) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Pengorganisasian merupakan pengaturan kerja bersama sumber daya keuangan, fisik, dan manusia dalam organisasi, dalam penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2009:146).

Organisasi menurut Weber dalam Stoner & Freeman (1995) adalah struktur birokrasi. Organisasi dapat juga diartikan proses mendesain kegiatan-kegiatan dalam struktur organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan Sutarto (1995) mendefinisikan organisasi sebagai kumpulan orang, proses pembagian kerja, dan sistem kerja sama atau sistem sosial. Organisasi menurut Griffin & Morhead (1996) dapat dipahami sebagai sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakankan bahwa yang disebut organisasi ialah proses kerja sama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi, dalam setiap organisasi terkandung tiga unsur, yaitu (1) kerja sama, (2) dua orang atau lebih, dan (3) tujuan yang hendak dicapai.


(46)

28

Dalam proses kerja sama dua orang atau lebih terdapat bermacam-macam perilaku individu di dalam organisasi. Manusia dalam organisasi berinteraksi, baik dengan sesama individu maupun kelompok dalam organisasinya. Kerangka perilaku organisasi dijelaskan oleh gambar berikut ini.

Gambar 2.2 Kerangka Perilaku Organisasi

Sumber : Griffin & Moorhead (1996) dalam Usman (2009:148)

Organisasi sebagai suatu sistem, apabila salah satu sub sistemnya berubah, maka akan dapat mengubah sistem itu secara keseluruhan. Seperti tergambar dalam gambar berikut ini.

Pengalaman pribadi masa lampau

Sifat-sifat pribadi

Latar belakang

Perilaku Manusia Dalam Organisasi

Interaksi Individu Organisasi

Organisasi

Lingkungan Teknologi


(47)

Produktivitas

Efisiensi Internal Keefektifan Efisiensi Eksternal

Gambar 2.3 Organisasi sebagai sistem Sumber: Usman (2009:168)

Upaya meningkatkan profesi pengembangan diri para pengawas madrasah yang tergabung dalam wadah Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) masih banyak terjadi ketidakberdayaan melakukan berbagai aktivitas organisasi dan pembinaan peningkatan kompetensi dan profesi, sehingga terjadi kelambanan dan dinamisasi yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan baru pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Tugas dan peranan pengembangan diri serta kiprah para pengawas madrasah agar optimal dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja dalam membina guru di madrasah, diperlukan adanya pihak berwenang terhadap wadah organisasi pengawas yang telah ada yaitu Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) yang berada disetiap Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, demikian juga

Mutu dan Inovasi


(48)

30

wadah Organisasi Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) ditingkat Provinsi (Dirjen PAI, 2011:3).

Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) madrasah – PAI adalah wadah kegiatan pembinaan profesi untuk meningkatkan hubungan kerja sama secara koordinatif dan fungsional antar pengawas madrasah – PAI yang bertugas di sekolah pada lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Untuk lebih mengoptimalkan koordinasi dan persamaan persepsi antar Pokjawas dalam menterjemahkan kebijakan-kebijakan pendidikan yang terus berkembang dan dinamis, perlu dibentuk Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) pada tingkat Provinsi dan tingkat Nasional (KMA No.381 Tahun 1999).

Tujuan penyelenggaraan Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) madrasah – PAI adalah menciptakan tenaga yang kompeten dan profesional sesuai bidang pengawasannya sekaligus sebagai sarana memaksimalkan aktivitas tugas dan kinerja dengan produktivitas kerja agar pelaksanaan tugas kepengawasan menjadi optimal dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang maksimal. Menurut pedoman penyelenggaraan Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) di lingkungan Kementerian Agama RI (2011:5-6) secara rinci tujuan yang dimaksud adalah:

1. Memberikan peluang untuk memiliki wadah sarana pengembangan kompetensi dan profesi bagi para pengawas madrasah-PAI melalui organisasi profesi sehingga mendukung dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan tanggung jawab kepengawasannya.

2. Memberikan kesempatan untuk mengakomodir aktivitas tugas dan kegiatan pengembangan profesi kepengawasan yang tertuang dalam program organisasi sehingga mendukung terhadap kualitas tugas kepengawasannya.

3. Menjadi forum konsultasi dan komunitas yang terkoodinasi antara pengawas madrasah-PAI.


(49)

4. Meningkatkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab dalam pengawasan pelaksanaan akademik dan manajerial di madrasah/sekolah.

5. Menyatukan kesamaan berfikir dan bertindak dalam pelaksaan tugas pengawasan dan supervisi.

6. Meningkatkan motivasi pengawas madrasah-PAI dan menambah wawasan, meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya.

7. Menginventariskan segala masalah yang dihadapi pengawas madrasah-PAI, mendiskusikannya dan memecahkannya sesuai dengan situasi kondisi tempat kerjanya masing-masing.

8. Memberikan informasi kepada guru madrasah yang berminat menjadi pengawas PAI sesuai ketentuan yang berlaku.

9. Memberikan dorongan kepada kelompok kerja guru dalam melaksanakan program kegiatan secara optimal.

Selain Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) pengawas madrasah-PAI juga meningkatkan kemampuan profesional secara berkelanjutan bergabung dalam organisasi profesi yang disebut Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) sebagai organisasi independen yang memiliki struktur organisasi mulai dari kabupaten/kota, provinsi dan nasional. Di samping melalui organisasi profesi secara kedinasan pengembangan kemampuan profesional pengawas melalui wadah Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KPPS) dan Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) (Buku Kerja Pengawas, 2011:16).

2.4 Kinerja

Kinerja adalah kemampuan kerja atau prestasi kerja oleh seseorang untuk memperoleh hasil kerja yang optimal. Kinerja akan tampak pada aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya sebagaimana juga yang dilakukan oleh pengawas madrasah/sekolah.


(50)

32

2.4.1 Kinerja Pengawas Madrasah

Masalah kinerja sesorang dalam organisasi/madrasah dapat dipandang sebagai suatu aspek pokok yang perlu dikaji lebih mendalam demi kelangsungan suatu organisasi/madrasah. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance/actual performance (prestasi kerja/ prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).

Pengertian kinerja menurut Mangkunegara (2001:67) adalah “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Sedangkan menurut T.Hani Handoko (1998:135) kinerja adalah “Proses melalui dimana organisasi mengevaluasi dan menilai kerja pegawai/karyawannya”.

Sesuai dengan pendapat di atas Simanjuntak (2005:1) menyatakan kinerja adalah suatu tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu yang telah dilakukan. Kinerja dapat ditunjukkan oleh seseorang misalnya pengawas, kepala madrasah, dapat pula ditunjukkan pada suatu organisasi tertentu misalnya madrasah, lembaga pendidikan, atau kursus tertentu. Kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai seseorang atau kelompok orang dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan.

Kinerja pengawas madrasah yang ideal adalah jika setiap madrasah yang ada dalam tanggung jawab kepengawasannya dapat ia kunjungi secara rutin sebulan sekali. Setiap siklus kunjungan ke madrasah dimulai dari menghubungi madarasah yang bersangkutan, membuat persiapan dengan perlengkapan kerja, melakukan kunjungan, menganalisis data hasil kunjungan, menyusun kesimpulan dan


(51)

rekomendasi jika diperlukan. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada bagan berikut ini.

Gambar 2.4 Alur Kinerja Pengawas Madrasah Sumber: Yusuf dkk (2002: 30)

2.4.2 Penilaian Kinerja

Dalam suatu organisasi/madrasah bagi pegawai yang telah dikembangkan karirnya dan ditempatkan pada tugas atau job-job tertentu, perlu senantiasa diadakan pengawasan pekerja lebih lanjut agar mampu mengembangkan suatu organisasi yang efektif dan efisien. Penilaian seringkali dilakukan dalam organisasi baik secara formal ataupun informal terhadap prestasi karyawan dalam bekerja.

Menurut Garry Dessler (1997:2) berpendapat bahwa kinerja sebagai posedur yang meliputi;

a. Penetapan standar kinerja

b. Penilaian kinerja aktual karyawan dalam hubungan dengan standar

c. Memberikan umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang tersebut agar melakukan kinerja yang lebih baik lagi.

Dengan penilaian kinerja dapat diketahui kekurangan atau kelebihan dari karyawan yang dinilai dan hasilnya oleh manajemen akan dijadikan suatu tindakan-tindakan (Bambang Wahyudi, 1991:100) antara lain:

Menghubungi Madrasah

Persiapan Kunjungan

Kunjungan ke Madrasah

Analisis dan dokumentasi

Rekomendasi /feed back


(52)

34

1. Untuk mengukur prestasi kerja yakni sejauh mana seorang tenaga kerja berhasil dalam pekerjannya

2. Mengukur keberhasilan tenaga kerja dalam mengikuti pelatihan dan pengembangan

3. Untuk mengumpulkan data yang digunakan dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan kecakapan tenaga kerja, disamping untuk melakukan pengecekan secara periodik

4. Untuk menngumpulkan data guna pertimbangan-pertimbangan dalam pogram mutasi personal

5. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan guna menetapkan pemberian insentif

2.4.3 Motivasi Kinerja

Motivasi terbentuk dari sikap seseorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan kondisi pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental merupakan kondisi yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja yang maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus siap secara psikofisik (mental, fisik, tujuan dan situasi). Seorang pengawas harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target yang akan dicapai, dan memanfaatkan situasi kerja. Berdasar teori di atas dapat dinyatakan bahwa kinerja adalah suatu keberhasilan pegawai/karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang sesuai dengan ketentuan perusahaan/organisasi dan menghindari pekejaan yang tidak boleh dilakukan oleh pegawai tersebut.


(53)

Berdasarkan teori-teori di atas maka menurut Jhon Miner (terjemahan, Johanes Papu 2002:3) yang mengatakan bahwa:

“Pengawasan ini berfungsi sebagai mediator dalam hal-hal yang berorienasi pada produktivitas yang mana dengan adanya pelatihan dan pengembangan, menciptakan manajemen keamanan kerja dan teknik-teknik pengawasan kinerja yang mana ini dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan dalam menentukan sikap-sikap kerja yang baik dan mendorong munculnya kreativitas pegawai (pengawas)”.

Berdasar pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa dalam menciptakan suatu divisi pengawasan di dalam perusahaan/organisasi akan menciptakan karyawan yang lebih berkualitas dan berkuantitas serta mampu meningkatkan kinerja yang diinginkan oleh organisasi.

2.5 Rekrutmen Pengawas Madrasah

Marwansyah (2010:106) mengemukakan rekrutmen adalah serangkaian aktivitas yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk menarik para pelamar kerja yang memiliki kemampuan dan sikap yang dibutuhkan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Selain hal tersebut ia juga mengartikan rekrutmen adalah proses menarik orang-orang pada saat yang tepat dalam jumlah yang cukup dan dengan kualifikasi yang cocok untuk mendorong mereka agar melamar pekerjaan pada sebuah organisasi. Proses rekrutmen dimulai dengan upaya menemukan calon pelamar yang memiliki kemampuan dan sikap yang dibutuhkan oleh organisasi dan mencocokkannya dengan tugas-tugas yang harus dijalankan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tanggapan calon pelamar terhadap langkah rekrutmen yang dilakukan adalah sikap mereka terhadap tugas-tugas dan organisasi yang didasarkan atas pengalaman sosial dan pengalaman


(54)

36

kerja yang mereka miliki. Selain itu persepsi mereka atas tugas-tugas akan dipengaruhi oleh iklim kerja organisasi.

Rekrutmen pengawas madrasah adalah pengangkatan seorang calon Pegawai Negeri Sipil dari jabatan guru atau kepala madrasah menjadi pengawas madrasah. Rekrutmen adalah proses mendapatkan sejumlah calon tenaga kerja yang kualifaid untuk jabatan atau pekerjaan tertentu dalam suatu organisasi atau perusahaan. (Stoner, 1995) mendefinisikan rekrutmen adalah proses pengumpulan calon pemegang jabatan yang sesuai dengan rencana SDM untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu.

Menurut Henry Simamora (1997) Rekrutmen (Recruitment) adalah serangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian. Menurut Schermerhorn (1997) Rekrutmen (Recruitment) adalah proses penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong. Perekrutan yang efektif akan membawa peluang pekerjaan kepada perhatian dari orang-orang yang berkemampuan dan keterampilannya memenuhi spesifikasi pekerjaan. Menurut Faustino Cardoso Gomes (1995) Rekrutmen merupakan proses mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi.

Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 2 Tahun 2012, yaitu tentang rekrutmen pengawas madrasah dan pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah/madrasah, dalam hal ini harus memperhatikan Bab IV pasal 6 tentang


(55)

Kualifikasi Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam, berbunyi:

1. Berpendidikan minimal sarjana (S1) atau dipoloma IV dari program studi terakreditasi baik perguruan tinggi negeri maupun swasta.

2. Berstatus sebagai guru bersertifikat pendidik pada madrasah.

3. Memiliki pengalaman mengajar paling sedikit 8 (delapan) tahun sebagai guru madrasah atau guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala madrasah minimal 4 tahun.

4. Memiliki pangkat minimum Penata, golongan ruang III/c.

5. Memiliki kompetensi sebagai pengawas yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi pengawas madrasah.

6. Berusia setinggi-tingginya 55 (lima puluh lima) tahun pada saat mendaftar. 7. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) setiap unsurnya paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan

8. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang dan/atau tingkat berat selama menjadi PNS

Begitu pula pada Bab V Pasal 7 tentang sertifikasi kompetensi pengawas yang berbunyi :

1. Sertifikat kompetensi pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf e diberikan kepada calon pengawas madrasah atau calon pengawas PAI pada sekolah yang telah lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan kompetensi pengawas.

2. Untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kompetensi pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) calon pengawas madrasah atau calon pengawas PAI pada sekolah harus lulus seleksi.

3. Sertifikat kompetensi pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di terbitkan oleh kementerian agama.

Rekrutmen pengawas madrasah juga harus memperhatikan Bab VI Pasal 8 PMA No 2 Tahun 2012.

Rekrutmen merupakan proses komunikasi dua arah. Pelamar-pelamar menghendaki informasi yang akurat mengenai seperti apakah rasanya bekerja di dalam organisasi bersangkutan. Organisasi-organisasi sangat menginginkan informasi yang akurat tentang seperti apakah pelamar-pelamar tersebut jika kelak mereka diangkat sebagai pegawai.


(1)

6.3.3 Kepala Madrasah dan Guru

Para kepala madrasah dan para guru hendaknya lebih berkooperatif dengan para pengawas madrasah. Selain hal itu kepala madrasah dan para guru hendaknya jangan terlalu mengharapkan masukan dari madrasah, artinya harus selalu belajar sendiri, misalnya harus belajar sendiri dalam hal penelitian dan pengembangan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Asdi Mahasatya, Jakarta

---. 2009.Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta Akdon, 2009. Strategi Managemen for Education Managemen. Alfabeta.

Bandung.

Anonim. 1964. Undang-Undang Berdirinya Provinsi Lampung. Jakarta ---. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Anonim. 1967. Keputusan Menteri Agama Tentang Struktur Organisasi

Kementerian Agama. Jakarta

Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 2011.

Buku Kerja Pengawas Sekolah. Kemendiknas Jakarta

Bambang Wahyudi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sulita Bandung Bogdan & Biklen. 1998. Qualitative research in education: An introduction to

theory and methods (3rd ed.). Needham Heights, MA: Allyn & Bacon

Buchari Zainun. 1994. Manajemen dan Motivasi. Jakarta

Budimansyah, Dasim. 2003. Pengembangan Model Pembelajaran. Penerbit Genesindo Bandung.

Bungin, Burhan. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Aktualisasi Metodologi ke

Arah ragam Varian Kontemporer. Rajawali Press, Jakarta

Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Pertama. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Burhanudin. 1990. Analisis Administrasi Manajemen Dan Kepemimpinan


(3)

Cardoso Gomes, Faustino.1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset,. Yogyakarta

Dedy Mulyana. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Gramedia Jakarta

Djamarah, Syaiful. 2002. Peningkatan Profesional Guru. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Gauzali, Syadam. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resources)

Suatu Pendekatan Mikro. Djambatan Jakarta

Garry Dessler. 1997. Human Resources Management. Florida International University

Gazalba, Sidi. 1976. Pengantar Sosiologi Dan Sosiografi Buku 1. Published by Penerbitan Pustaka Antara.

Gibson, James L.John M, Ivancevich, James.1988. Organisasi dan Manajemen. Erlangga Jakarta

Gomes, Faustino Cardoso. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi. Yogyakarta

Guba, E.G & Lincoln Y.S, 1981. Effektif Evaluation. Improving The Usefulness Of Evaluations Result Through Responsive And Naturalistic

Approaches. Jassey-Bass Inc. Publisher

Handayaningrat, Soewarno. 1997. Studi Administrasi dan Manajemen.Gunung Agung. Jakarta

Hasibuan, Malayu, SP. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Herman, Sofyandi. 2008. Perilaku Organisasi. Penerbit Yogyakarta

Irfan, m.I Suryono, A., Nirman, U & kertahadi, 2001. Metodologi penelitian

administrasi. UM Press, Malang

Iskandar, 2008. Metodologi penelitian pendidikan dan Sosial (kuantitatif dan kualitatif). GIP Press. Jakarta

Johanes Papu. 2002. Peran Psikologi Dalam Perusahaan. Jakarta

Keputusan Menteri Agama RI No.54 Tahun 1971. 1971. Struktur Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Agama dan KUA. Jakarta

Keputusan Menteri Agama RI Nomor 381 Tahun 1999. 1999. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama


(4)

Kementerian Agama RI Direktorat Jendral Pendidikan Islam. 2011. Pedoman

Penyelenggaraan Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas). Jakarta

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20/U/1998. Juknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah & AK-nya.

Jakarta

Law Sue, Derek Glover. 2000. Educational leadership and learning: practice,

policy and research. Open University Press

Mangkunegara, A.P. 2001. Manajemen Sumberdaya Manusia perusahaan PT. Remaja rosdakarya offset. Bandung

Mantja, W 2001. Organisasi dan hubungan kerja pegawai pendidikan. Makalah disampaikan dalam rapat konsultasi pengawasan antara inspektorat jenderal departemen pendidikan nasiona dengan badan pengawasan daerah di solo, tanggal 24 sd 28 september 2011

--- 2003. Etnografi. Desain penelitian dan manajemen pendidikan. Wineka media. Malang

Marwansyah. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi II. Alfabeta, Bandung

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi penelitiaan kualitatif. Remaja Rosadakarya. Bandung

Miles, M.B & huberman, A.M. 1984 Qualitative data analisys. Sage Publications. Beverly Hills

Miles, M.B & huberman, A.M. 1992. Analisa data kualitaif. (penerjemah: Rohid, R.T). UI Press. Jakarta

Nawawi, Hadari. 1985. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang

Kompetitif. Yogyakarta: Gajah mada University Press.

Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito. Bandung Tarsito

Norman E. Gronlund 1976. Measurement and Evaluation in Teaching .Amazon. Publisher: Collier Macmillan

Pandong, A. 2003. Jabatan Fungsional Pengawas. Badan Diklat Depdagri & Diklat Depdiknas. Jakarta

Patton, QM. 1990. Qualitative Evaluation and research methods.CA sage Publications, Newbury Park


(5)

Peraturan Menteri Agama RI No. 2 tahun 2012. 2012. Pengawas madrasah dan

Pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah. Jakarta

Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 Tahun 2013.2013. Organisasi dan Tata

Kerja Instansi Vertikal Kementrian Agama. Jakarta

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010. 2010. Jabatan Fungsional Pengawas

Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 Tahun 2007. 2007. Standar

Pengawas sekolah/Madrasah. Jakarta

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005. 2005. Standar Nasional

Pendidikan. Jakarta

Purwanto, Ngalim. et al. 1990. Metode Penelitian Kuantitaf Untak Administrasi

Publik Dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: Grava Media.

Purwanto, Edy. 2011. Evalauasi Dalam Pembelajaran. Universitas Negeri Malang Rahardjo, M.P. 2003. Metoda Riset Kualitatif. Universitas Kristen Satya kencana.

Salatiga

Rahman, B. 2012. Resedian Pembanguna Gurur Berkarakter. Disampaikan pada seminar nasional peran LPTK dalam mmbentuk karakter bangsa Randal S. Schuler dan Susan E. Jackson, 1997: 228, Manajemen Sumber Daya

Manusia, Buku Satu, Edisi Indonesia. PT Salemba Empat, Jakarta

Robbins, Stephen P. 1997. Essentials of Organizational Behavior. New Jersey:

Prentince Hall Internasional, Inc.

---. 2003. Perilaku Organisasi. Indeks. Gramedia Group. Jakarta Sayekti. 1992. Metode Penelitian Kwalitatif. Tarsito Bandung

Schuler, Randal S & Susan E. Jackson. 1997. Strategic Theory Research. Oxlord Blacwell

Sehartian.Piet. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Manusia.

Penerbit Rineka Cipta.

Simamora, Henry. 1997. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Salemba Empat. Jakarta

Simanjuntak, P. 2005. Manajemen dan evaluasi kinerja. Lembaga Penerbit FE UI. Jakarta


(6)

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Oleh : Mira Tia Puspita.

Sonhadji K.H. H. A., 1996. Teknik Pengumpulan data dan Analisis data dalam

Penelitian Kualitatif. Kalimsada Press. Malang

Sowiyah. 2000. Pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan Tata Kecantikan Dengan Pendidikan Sistem Ganda (Studi Evaluatif Manajemen Pendidikan di SMK Negeri 3 Malang). Tesis. Universitas Negeri Malang

Spradley, P.J., 1980. Participant Observation. Holt, Rinehart and winston, New york

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. ---. 2012, MetodePenelitian Pendidikan (Pendekatan Kulaitiataif,

Kuantitatif, R & D). Alfabeta. Bandung

Suprihanto, John, 2011. Penelitian kinerja dan pengembangan karyawan. BPFE UGM

Starrat.1990. Peningkatan Mutu Sekolah dan Supervisi Pendidikan. Penerbit Genesindo Bandung.

Stoner,1995. Mangjemen Administraçao. Rio de janeiro: Prentice Hall.do Brasil. T. Hani Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta : BPFE.

Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2003. Pedoman Pelaksanaan

Supervisi Pendidikan Agama. Kementerian Agama RI. Jakarta

Thaib, Amin. 2005. Kepengawasan Pendidikan. Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama. Jakarta

Usman, Husaini. 2009. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Wagner dan Hollenbeck. 2001. Management of Organizational Behavior New. Jersey Prentice Yusuf dkk. 2002. Pedoman Pengawasan. Mekar Jaya Jakarta