Evaluasi Kemampuan Dan Kesesuian Lahan Terhadap Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi purpose Trees Species) di Kecamatan Medan Tuntungan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aronoff, Stan. 1989." Geographic In formation System Managemen Perspective". WDL Publication. O ttawa-Canada.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Swadaya Informasi IPB. Bogor.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Azis, A. Bambang, H. S.Medhanita. D. R. 2005. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tanaman Pangan Menggunakan Jaingan Syaraf Tiruan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Dent, D. dan Young, A. 1981. Soil Survey and Land Evaluation. George Allend & Unwin. London

Departemen Ilmu Tanah. 2009. Pendugaan Erosi Metode USLE. Medan.

Departemen Pertanian. 1997. Kriteria Kesesuaian Tanah dan Iklim Tanaman Pertanian. Biro Perencanaan Departemen Pertanian. Jakarta.

Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan Hidayat, A. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.

Fauzi, Y. Boko, S. Zulfia, M. 2009. Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu Melalui Perancangan Model Spasial dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Forum Geografi, Vol. 23, no. 2, Desember 2009: 101– 111.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Baailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah., Universitas Lampung Press, Lampung.

Harjadi, B. 2007. Aplikasi Penginderan Jauh dan SIG untuk Penetapan Tingkat Kemampuan Penggunaan Lahan (KPL) (Studi Kasus di DAS Nawagaon Maskara, Saharanpur-India). Surakarta. Forum Geografi, Vol. 21, No.1, Juli 2007: 69-77.

Hardjowigeno, S. 1994. Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Pertanian, Daerah Rekreasi dan Bangunan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Bogor.


(2)

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Jamulyo dan Sunarto. 1991. Evaluasi Sumber Daya Lahan, Kemampuan Lahan.

Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

Lawrence, G. R. P. 1971. Cartographic Methods. Nethuen and Co. Ltd. London. Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.

Rauf, A. 2011. Sistem Agroforestry (Upaya Pemberdayaan Lahan Secara Berkelanjutan). USU Press. Medan.

Rauf, A., K. S. Lubis, Jamilah., 2011. Dasar-Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. USU Press, Medan.

Rahmawaty., T. R. Villanueva., M. G. Carandang. 2011. Participatory Land Use Allocation, Case Study in Besitang Watershed, Langkat, North Sumatera, Indonesia. Lambert Academic Publishing. Jerman.

Ritung, S., Wahyunto, F. Agus, H. Hidayat. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Sastrohartono, H. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Perkebunan dengan Aplikasi Extensi Artificil Neural Network (ANN.avx) dalam ArcView-GIS. Fakultas Teknik Pertanian Istitut Pertanian Stiper. Yogyakarta.

Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Jurusan Tanah Faperta IPB. Bogor.

Soepraptoharjo, M., Robinson, G.H. 1975. A Proposed Land Capability Appraisal System For Agriculture Used in Indonesia. Soil Reserch Institute. Bogor. Sutanto, R., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan, Penerbit

Kanisius, Yogyakarta.

Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta. Wahyuningrum, N. Nugroho. Wardojo. Beny, H. Endang, S. Sudimin. Sudirman.

2003. Klasifikasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. INFO DAS Surakarta No. 15 Th. 2003.

Wiradisastra, U.S.1989. Metodologi Evaluasi dalam Hubungan dengan Sistem Informasi Lahan. Lokakarya Sistem Informasi Sumberdaya Lahan untuk Perencanaan Tata Ruang. Yogyakarta.

Zubaidah, Y. Burhannudin. Nining, A. 2009. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jarak di Nagari Muaro Pingai Kabupaten Solok. Sumatera Barat. ISSN 1412-5838.


(3)

(4)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2014 sampai dengan April 2014. Tempat penelitian yakni Kecamatan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan yang berada diperbatasan Kota Medan dengan kabupaten Deli Serdang.Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 2790.218 Ha. Persentase luas wilayah Kelurahan dari Luas Wilayah Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Persentase luas wilayah Kelurahan

No Kelurahan Luas

(Ha) %

1. Tanjung Selamat (TS) 499.945 13,95

2. Simpang Selayang (SS) 421.159 23,80

3. Namo Gajah (NG) 168.492 6,97

4. Kemenangan Tani (KT) 263.776 6,97

5. Lau Cih (LC) 186.642 4,04

6. Sidomulyo (SM) 103.613 4,37

7. Ladang Bambu (LB) 184.274 6,27

8. Simalingkar-B (SL) 397.266 20,60

9. Mangga (M) 565.051 13,02

2790.218 100

Kecamatan Medan Tuntungan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang & Johor di sebelah utara, Kabupaten Deli Serdang di sebelah selatan, sebelah barat dan timur.

Keadaan topografi Kecamatan Medan Tuntungancenderung datar hingga agak curam. Kecamatan Medan Tuntunganberada 12 meter diatas permukaan Laut. Jenis tanah yang mendominasi di Kecamatan Medan Tuntungan berdasarkan peta tanah tahun 2010 adalah Dystropepts; Dystrandepts; Haplorthox.


(5)

(6)

Alat dan Bahan

Tabel 17. Alat yang digunakan dalam penelitian

No. Alat Kegunaan Gambar

1. perangkat lunak (software) Arcview

untuk mengelola data, menganalisa dan membuat peta serta laporan yangberkaitan dengan data spasial bereferensi geografis (Aronoff, 1989) 2. perangkat keras

(hardware) berupa seperangkat personal

computer (PC)

untuk menerima data kemudian mengolah data, dan menghasilkan sesuatu yang berupa informasi

3. Global Positioning System (GPS)

untuk mengetahui posisi koordinat geografik (lintang-bujur) titik pengamatan

4. kamera digital untuk mendokumentasikan gambar-gambar

5. ring sample Untuk mengambil sampel tanah yang tidak terganggu

6. bor tanah untuk mengebor tanah pada kedalaman tertentu 7. Cangkul untuk menggali tanah

8. label nama untuk menandai dan memberi keterangan

9. ayakan 10 mesh untuk memisahkan bagian yang tidak diinginkan berdasarkan ukurannya

10. alat tulis menulis untuk mencatat data-data yang diperoleh

Tabel 18. Data yang digunakan dalam penelitian

No. Peta Sumber Tahun

1. Peta administrasi Kecamatan Medan

Tuntungan BPKH 2010

2. Peta penggunaan lahan/fungsi Hutan

SK 44

2005 3. Peta tanah Kecamatan Medan

Tuntungan BPDAS Wampu Sei Ular 2010

4. Peta kelerengan BPDAS Wampu Sei Ular 1988

5. Data temperatur world climate 2014

6. Data curah hujan Stasiun Pasar VI Medan

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan

2003-2012 7. Data dasar berupa kondisi umum


(7)

Prosedur Kerja

Prosedur untuk klasifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan dapat dirinci menjadi tiga tahap, yaitu

1. Tahap persiapan penelitian

2. Tahap pelaksanaan penelitian di lapangan 3. Tahap analisis data

Tahapan Kerja Pemetaan Kelas Kemampuan dan Kesesuaian Lahan dapat dilihat pada Gambar 2.


(8)

Gambar 2. Tahapan Kerja Pemetaan Kelas Kemampuan dan Kesesuaian Lahan Peta Tanah Peta Tutupan Lahan Laboratorium: Tekstur lapisan tanah, Permeabilitas, Keasaman tanah, dan C-organik Lapangan: kedalaman tanah, struktur

tanah Data Primer

Data Sekunder : Suhu Curah hujan Kemiringan lereng Drainase

Peta Kelas Kemampuan Lahan

Peta kelas Kesesuaian Lahan Analisis Kelas Kesesuaian Lahan Analisis Kelas Kemampuan Lahan Analisis GIS Overlay Matching Kriteria/Syarat Tumbuh Tanaman Peta Lereng


(9)

1. Tahap Persiapan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini berupa telaah pustaka, pengumpulan data sekunder berupa data curah hujan yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan, peta-peta yang dibutuhkan berupa: peta administrasi Kecamatan Medan Tuntungan, peta penggunaan lahan, peta tanah, peta penutupan lahan, dan peta kemiringan/kelerengan yang diperoleh dari BPDAS Wampu Sei Ular Medan, dan persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan

Kegiatan pada tahap ini berupa pengumpulan data primer yang meliputi parameter fisik yang dapat diukur di lapangan yaitu kedalaman tanah, struktur tanah, kerusakan erosi yang telah terjadi, drainase. Pengambilan sampel tanah untuk dianalisis di laboratorium berupa tekstur lapisan tanah, KTK tanah, permeabilitas dan C-organik.

3. Tahap AnalisisData

Pada tahap analisis data terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. Tahap hasil uji data laboratorium

Adapun tahap-tahap hasil uji data laboratorium adalah sebagai berikut : pengambilan sampel tanah di lapangan mengukur tiap-tiap parameter yang telah ditentukan hasil data laboratorium

b. Tahap analisis untuk menghasilkan peta satuan lahan

Tahap analisis untuk menghasilkan peta satuan lahan dapat dilihat pada Gambar 3.


(10)

Gambar 3. Tahap analisis pembuatan peta satuan lahan c. Tahap pembuatan peta kemampuan lahan

Pembuatan peta kemampuan lahan terbagi dua yaitu tahap pembuatan peta kemampuan lahan berdasarkan satuan lahan dan tahap pembuatan peta kemampuan lahan berdasarkan kelurahan. Tahap analisis untuk menghasilkan peta kemampuan lahan berdasarkan satuan lahan dan kelurahan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tahap pembuatan peta kemampuan lahan Overlay

Peta Satuan Lahan

Peta Kemampuan Lahan

Peta Kemampuan Lahan berdasarkan Kelurahan Peta Kemampuan Lahan

berdasarkan Satuan Lahan

Peta Satuan Lahan

Peta Kemampuan Lahan Peta Kemampuan Lahan

Peta Administrasi Tuntungan Data Survei Lapangan Data Laboratorium

atribut dalam peta


(11)

d. Tahap pembuatan peta kesesuaian lahan aktual dan potensial

Pembuatan peta kesesuaian lahan terbagi dua yaitu tahap pembuatan peta kesesuaian lahan berdasarkan satuan lahan dan tahap pembuatan peta kesesuaian lahan berdasarkan kelurahan. Tahap analisis untuk menghasilkan peta kesesuaian lahan berdasarkan satuan lahan dan kelurahan dapat dilihat pada Gambar 5.

Pengumpulan Data Primer dan Sekunder

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Hutan dan

Pohon Serba Guna

Matching

Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Kelas Kesesuaian Lahan Aktual

Tanaman Hutan dan Pohon Serba Guna Usaha-Usaha Perbaikan yang Dilakukan

Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Hutan dan Pohon Serba Guna

Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial berdasarkan

Satuan Lahan

Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial berdasarkan

Kelurahan

Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial

Peta satuan lahan Peta administrasi Tuntungan


(12)

HASILDAN PEMBAHASAN

Evaluasi Kelas Kemampuan Lahan di Kecamatan Tuntungan

Hasil overlay peta administrasi Kecamatan Medan Tuntungan, penggunaan lahan, peta lereng, peta tanah dan peta tutupan lahan diperoleh 9 satuan lahan dengan luasan yang bervariasi. Satuan lahan yang terluas adalah satuan lahan III seluas 619,378 hektar (22,198%) dan yang terkecil adalah satuan lahan IX seluas 0,0174 hektar (0,006%). Perbandingan luasannya dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Luas masing-masing satuan lahan lokasi penelitian Satuan

lahan Karakteristik

Luas

Ha %

I Lereng datar (0%-<3%), tutupan lahan perkebunan, pertanian lahan kering, pemukiman dan jenis tanah Dystropepts; Dystrandepts; Haplorthox

157.643 5.649

II Lereng datar (0%-<3%), tutupan lahan pertanian lahan kering, pemukiman dan jenis tanah Dystropepts; Dystrandepts; Tropudults

17.737 0.635

III Lereng datar (0%-<3%), tutupan lahan pertanian lahan kering, pemukiman dan jenis tanah Dystropepts; Dystrandepts; Haplorthox

619.378 22.198

IV Lereng landai (>3%-8%), tutupan lahan pertanian lahan kering, pemukiman dan jenis tanah Andaquepts; Tropaquepts

556.454 19.943 V Lereng landai (>3%-8%), tutupan lahan pemukiman dan jenis

tanah Dystropepts; Dystrandepts; Haplorthox

614.916 22.038 VI Lereng agak miring (>8%-15%), tutupan lahan pertanian

lahan kering dan jenis tanah Dystrandepts; Eutrandepts; Hydrandepts

516.080 18.496

VII Lereng miring (>15%-30%), tutupan lahan pertanian lahan kering dan jenis tanah Dystropepts; Dystrandepts; Haplorthox

67.483 2.418

VIII Lereng agak curam (>30%-45%), tutupan lahan pertanian lahan kering dan jenis tanah Dystropepts; Dystrandepts; Haplorthox

240.352 8.614

IX Lereng agak curam (>30%-45%), tutupan lahan pertanian lahan kering dan jenis tanah Dystropepts; Dystrandepts; Haplorthox

0.174 0.006


(13)

(14)

Pengelolaan lahan harus sesuai dengan kemampuan lahan agar tidak menurunkan produktivitas lahan. Kemampuan lahan merupakan sifat dasar kesanggupan lahan memberikan hasil untuk penggunaan tertentu secara optimal dan lestari.

Penentuan kelas kemampuan lahan ini berdasarkan faktor-faktor yang digunakan sebagai variabel yaitu kemiringan lereng (g), tekstur tanah (s), permeabilitas (p), kedalaman efektif tanah (sd), drainase (w), erosi tanah (e). Kemampuan lahan dapat dilihat pada Tabel 22 dan Gambar 7 dan Gambar 8. Tabel 20. Tabel luas kelas kemampuan lahan berdasarkan satuan lahan

Kelas Kemampuan

Lahan Kelurahan

Luas (Ha) (%) I Simalingkar - B, Ladang Bambu,

Mangga, Kemenangan Tani, Namu Gajah, Simpang Selayang, Tanjung

Selamat, Lau Cih, Sidomulyo 794.758 28.48 II Simpang Selayang, Mangga, Tanjung

Selamat, Lau Cih, Kemenangan Tani,

Namu Gajah, Simalingkar – B 1171.371 41.98

III Ladang Bambu, Namu Gajah,

Sidomulyo, Kemenangan Tani, Lau

Cih, Tanjung Selamat 516.080 18.50 IV Tanjung Selamat, Namu Gajah,

Kemenangan Tani, Sidomulyo, Lau Cih 67.483 2.42 VI Sidomulyo, Kemenangan Tani, Lau

Cih, Mangga, Simalingkar – B 240.526 8.62

TOTAL 2790.218 100

Berdasarkan hasil evaluasi kemampuan lahan, daerah penelitian terbagi menjadi sembilan satuan lahan yaitu kelas kemampuan lahan kelas I sampai dengan kelas VI. Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa kelas kemampuan lahan II merupakan areal terluas di Kecamatan Medan Tuntungan sebesar 1171,371 Ha yang terletak di Kelurahan Simpang Selayang, Mangga, Tanjung Selamat, Lau Cih, Kemenangan Tani, Namu Gajah, dan Simalingkar – B. Sedangkan untuk luas areal terkecil di Kecamatan Medan Tuntungan adalah kelas kemampuan lahan IV


(15)

sebesar 67,483 Ha yang terletak di KelurahanSidomulyo, Kemenangan Tani, Lau Cih, Mangga, dan Simalingkar – B.

Tiap-tiap kelurahan di Kecamatan Tuntungan memiliki kelas kemampuan lahan yang bervariasi. Luas masing-masing kelas kemampuan lahan berdasarkan kelurahan apat dilihat di Tabel 21.

Tabel 21. Luas masing-masing kelas kemampuan lahan berdasarkan kelurahan

No. Kelurahan Kelas

Kemampuan Lahan

Luas

(Ha) %

1 Simalingkar - B I 154.413 5.534

II 232.61 8.337

VI 10.243 0.367

2. Ladang Bambu I 14.357 0.515

III 169.917 6.090

3. Sidomulyo I 24.906 0.893

III 57.409 2.058

VI 21.298 0.763

4. Lau Cih I 80.567 2.887

II 10.546 0.378

III 50.794 1.820

VI 44.735 1.603

5. Mangga I 224.5 8.046

II 316.545 11.345

VI 24.006 0.860

6. Namu Gajah I 9.876 0.354

II 13.987 0.501

III 119.761 4.292

IV 24.868 0.891

7. Kemenangan Tani I 60.829 2.180

II 47.573 1.705

III 70.43 2.524

IV 50.567 1.812

VI 34.377 1.232

8. Tanjung Selamat I 53.39 1.913

II 326.107 11.688

III 90.216 3.233

IV 30.232 1.083

9. Simpang Selayang I 217.59 7.798

II 169.878 6.088

VI 33.691 1.207


(16)

Kemampuan lahan kelas I terdapat pada satuan lahan I-III dan di Kelurahan Simalingkar - B, Ladang Bambu, Mangga, Kemenangan Tani, Namu Gajah, Simpang Selayang, Tanjung Selamat, Lau Cih, Sidomulyo. Faktor penghambat erosi pada satuan lahan I, faktor penghambat erosi pada satuan lahan II dan drainase faktor penghambat erosi pada satuan lahan III.

Kemampuan lahan kelas IIterdapat pada satuan lahan IV dan satuan lahan V dan di Kelurahan Simpang Selayang, Mangga, Tanjung Selamat, Lau Cih, Kemenangan Tani, Namu Gajah, Simalingkar – B. Faktor penghambat yang yang dimiliki kemampuan lahan kelas II adalah lereng. Hal ini dapat dilihat dari sifat tanah kelas II yang agak peka terhadap erosi sehingga kelerengan yang curam sangat mempengaruhi dalam usaha pertanian. Kelerengan sebagai faktor penghambat pada kelas II banyak dijumpai pada areal di Kecamatan Medan Tuntungan sehingga usaha pertanian hanya berjalan pada daerah tertentu saja.

Kemampuan lahan kelas IIIterdapat pada satuan lahan VI dan di Kelurahan Ladang Bambu, Namu Gajah, Sidomulyo, Kemenangan Tani, Lau Cih, Tanjung Selamatdengan faktor penghambat lereng. Berdasarkan hal tersebut pemanfaatan lahan yang ideal di kelas ini adalah lahan tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah dengan tindakan konservasi sedang. Untuk mencegah pelumpuran dan pemadatan umumnya diperlukan bahan organik dan tidak mengolah tanaman dalam keadaan basah dan konservasi tanah untuk mencegah erosi pada tanah berlereng (Arsyad, 1989).

Kemampuan lahan kelas IVterdapat pada satuan lahan VI dan di KelurahanTanjung Selamat, Namu Gajah, Kemenangan Tani, Sidomulyo, Lau Cihdengan faktor penghambat lereng. Kelas ini dapat dimanfaatkan, tapi perlu


(17)

tindakan konservasi berupa teras bangku, saluran bervegetasi dan dam penghambat (Arsyad, 2000). Penggunaan lahan yang ideal berupa tanaman semusim, tanaman pertanian, tanaman rumput, hutan produksi, padang pengembalaan, hutan lindung dan suaka alam. Bila digunakan atau dimanfaatkan tanpa tindakan konservasi, maka lahan dapat rusak.

Kemampuan lahan kelas VI terdapat pada satuan lahan VIII dan satuan lahan IX Sidomulyo dan di Kelurahan Kemenangan Tani, Lau Cih, Mangga, Simalingkar – B dengan faktor penghambat lereng pada satuan lahan VIII dan faktor penghambat erosi pada satuan lahan IX. Berdasarkan faktor pembatas dari kelas VI, penggunaan lahan kelas ini menjadi terbatas dan tidak cocok untuk penggunaan pertanian. Penggunaan yang ideal adalah padang pengembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau cagar alam. Penggunaan tanaman semusim seperti perkebunan dapat menjadi pilihan dalam kemampuan lahan kelas II. Namun, dapat digunakan di tanah yang mempunyai perakaran dalam dan topografi agak miring hingga agak curam dengan tindakan konservasi berat (Arsyad, 2000).

Kelerengan merupakan faktor penghambat dari sebagian besar satuan lahan di Kecamatan Medan Tuntungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harjadi, B (2007) apabila dilihat dari faktor lereng maka sebagian besar merupakan kelas I sampai III, karena lahan tersebut dalam kondisi yang datar sampai agak miring. Semakin curam lereng maka kelas kemampuan lahan akan mendekati ke kelas VIII, dan sebaliknya semakin datar lereng maka akan memiliki kelas kemampuan lahan mendekati kelas I. Zubaidah, dkk (2009) menyatakan lereng merupakan faktor pembatas yang permanen.


(18)

Arsyad (2006) dalam Sefle dkk., (2012) mengatakan pada umumnya penurunan kualitas tanah cepat terjadi pada daerah kemiringan. Hal ini disebabkan karena semakin kemiringan lereng, jumlah, dan kecepatan permukaan semakin besar sehingga pecepatan erosi yang terjadi/selanjutnya, bahwa erosi dapat menghilangkan lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air.

Dari penelitian sebelumnya, pembagian kelas kemampuan lahan sangat mempengaruhi kegiatan ataupun pengelolaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut. Sehingga dengan adanya penggunaan kelas kemampuan lahan dapat dilihat potensi lahan dengan maksimal dan degradasi lingkungan dapat dihindari.


(19)

(20)

(21)

Tabel 22. Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan Satuan

Lahan Lereng (g)

Kepekaan Erosi (e)

Kedalaman

Tanah (sd) Tekstur (s)

Permeabilitas (p)

Drainase (w)

Kelas Kemampuan Lahan

I 0->3% 0,2812 >100 Lempung liat 9,5 Baik I(e)

II 0->3% 0,1892 >100 Lempung liat

berpasir 2,10 Baik I(w)

III 0->3% 0,2573 >100 Lempung liat 2,15 Baik I(e)

IV >3-8% 0,2064 >100 Lempung liat 2,13 Baik II(g)

V >3-8% 0,2578 >100 Lempung liat

berpasir 9,88 Baik

II(g)

VI >8-15% 0,2111 >100 Lempung liat 7,38 Baik III(g)

VII >15-30% 0,2573 >100 Lempung liat 4,1 agak

baik IV(g)

VIII >30-45% 0,2069 >100 Lempung liat

berpasir 9,58 Baik VI(g)

IX >30-45% 0,2812 >100 Lempung liat


(22)

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan untuk Mahoni (Switenia mahagoni)

Kelas kesesuaian lahan aktual Mahoni (Switenia mahagoni) pada lokasi penelitian sebagian besar adalah sesuai marginal (S3) dengan faktor penghambat bahaya erosi (eh) dan media perakaran (nr). Faktor penghambat bahaya erosi (eh) dapat dilakukan perbaikan dengan cara pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman dan penutup lahan maka diperoleh kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah cukup sesuai/S2 (eh). Sedangkan faktor penghambat bahaya media perakaran (nr) yaitu pH tanah dapat dilakukan perbaikan dengan cara pemupukan.Hal ini sesuai dengan literatur Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH nya dengan penambahan belerang.

Selain kelas kesesuaian lahan S3 terdapat juga kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) pada lokasi penelitian. Faktor penyebab tidak sesuainya tanaman Mahoni tersebut adalah suhu (tc). Suhu pada lokasi penelitian adalah 31,6 oC sehingga tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh yang dibutuhkan oleh Mahoni. Temperatur merupakan faktor penghambat yang bersifat permanen dikarenakan karateristik tersebut sangat sulit utuk diperbaiki.

Berdasarkan data di lapangan, lereng (g) juga menjadi faktor penghambat permanen di lokasi penelitian. Faktor penghambat lereng ditemukan pada satuan lahan XIII dan satuan lahan IX dengan kelas kemampuan tidak sesuai (N) yang terletak di Kelurahan Simpang Selayang, Mangga, Lau Cih, Kemenangan Tani, Sidomulyo dan Simalingkar – B


(23)

Kesesuaian lahan untukKaret(Havea brassiliensis M.A.)

Karet secara aktual dan potensial memiliki kesesuaian lahan tidak sesuai (N) dengan faktor penghambat lereng (g) pada satuan lahan VIII dan IX yang terletak di Kelurahan Simpang Selayang, Mangga, Lau Cih, Kemenangan Tani, Sidomulyo dan Simalingkar – B. Lereng merupakan faktor penghambat yang bersifat permanen dikarenakan karakteristik tersebut sangat sulit untuk diperbaiki.

Pada satuan lahan I, III,VI,VII dan IX, karet memiliki kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor penghambat bahaya erosi (er). Namun setelah dilakukan usaha perbaikan dengan cara pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman dan penutup lahan maka diperoleh kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah cukup sesuai/S2 (eh).

Kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) juga terdapat pada lokasi penelitian. Faktor penghambatnya adalah temperature (tc) dan retensi hara (nr). Di semua satuan lahan memiliki kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dengan faktor penghambat temperature (tc) yaitu suhu.Temperatur merupakan faktor penghambat yang bersifat permanen dikarenakan karateristik tersebut sangat sulit utuk diperbaiki. Kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) juga ditemukan pada satuan lahan II,III,IV,V,VI dan VIII dengan faktor pembatas retensi hara (nr) yaitu pH tanah. Untuk permasalahan pH tanah dapat dilakukan perbaikan dengan cara pengapuran. Hal ini didukung oleh literatur Damanik, dkk. (2010) yang menyatakan peningkatan pH yang diharapkan karena dilakukannya pengapuran yaitu pemberian kapur ke dalam tanah.


(24)

Kesesuaian lahan untuk Mangga (Mangifera indica L.)

Hampir semua satuan lahan dan tiap-tiap kelurahan memiliki kelas kesesuaian lahan potensial tidak berbeda dengan kelas kesesuaian lahan aktualnya yaitu sesuai marginal (S3). Faktor penghambat permanen yang menjadi penghambat utama adalah ketersediaan air (wa). Curah hujan merupakan faktor pembatas permanen yang sulit untuk diperbaiki.

Kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) tidak hanya memiliki faktor penghambat ketersediaan air tetapi memiliki faktor penghambat lainnya yaitu retensi hara (nr). Faktor penghambat retensi hara (nr) yaitu pH tanah.

Kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) juga memiliki faktor penghambat retensi hara (nr) dan temperature (tc). Untuk kendala retensi hara yaitu kejenuhan basa dapat diperbaiki dengan cara melakukan pemupukan atau pemberian bahan organik dan yang sesuai dengan literatur Rauf (2011) yang menyatakan terhadap sifat kimia tanah, bahan organik dapat memperbesar nilai kapasitas tukar kation tanah sehingga dapat menyerap hara lebih banyak, menyumbang hara ke dalam tanah. Sedangkan faktor penghambat temperatur merupakan faktor penghambat yang bersifat permanen dikarenakan karateristik tersebut sangat sulit untuk diperbaiki.

Kelas kesesuaian lahan yangtidak sesuai (N) terdapat pada satuan lahan VIII dan IX yang terletak di Kelurahan Simpang Selayang, Lau Cih, Simpang Selayang, Sidomulyo dan Simalingkar – Bdengan faktor pembatas bahaya erosi (eh). Lereng merupakan faktor penghambat yang bersifat permanen dikarenakan karakteristik tersebut sangat sulit untuk diperbaiki.


(25)

Kesesuaian lahan padaRambutan (Nephelium lappeceum LINN)

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dan tanaman maka diperolehrambutan secara aktual dan potensial memiliki kesesuaian lahan tidak sesuai (N). Kelas kesesuaian lahan tidak sesuai (N) pada satuan lahan VIII dan IX yang terletak di Kelurahan Kemenangan Tani, Simpang Selayang, Lau Cih, Mangga, Sidomulyo dan Simalingkar – Bdengan faktor penghambat lereng.

Selain kelas kesesuaian lahan tidak sesuai (N) terdapat juga kelas kesesuaian lahan sesuai marjinal (S3). Faktor pembatasnya adalah retensi hara (nr) dan bahaya erosi (eh). Faktor pembatas retensi hara pada kelas ini ada dua yaitu C-organik dan kejenuhan basa. Faktor penghambat retensi hara C-organik dapat diperbaiki dengan cara pemupukan. Sedangkan untuk kendala retensi hara KB (Kejenuhan Basa) dapat diperbaiki dengan cara melakukan pemupukan atau pemberian bahan organik dan yang sesuai dengan literatur Rauf (2011) yang menyatakan terhadap sifat kimia tanah, bahan organik dapat memperbesar nilai kapasitas tukar kation tanah sehingga dapat menyerap hara lebih banyak, menyumbang hara ke dalam tanah.Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan bahwa nilai KB sangat penting dalam penggunaannya untuk pertimbangan pemupukan. Makin besar nilai KB suatu tanah maka unsur hara esensiil lebih tersedia.

Kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) terdapat pada lokasi penelitian. Faktor penyebab tidak sesuainya tanaman rambutan tersebut adalah suhu. Suhu pada lokasi penelitian sebagian adalah 31,6 oC sehingga tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh yang dibutuhkan oleh rambutan.


(26)

Kesesuaian lahan untuk Durian (Durio zibethinus MURR)

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dan tanaman maka diperoleh kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) yang paling mendominasi dengan faktor pembatasnya adalah temperature(tc), retensi hara (nr) dan bahaya erosi (eh). Faktor penghambat temperature (tc) adalah suhu. Suhu pada lokasi penelitian sebagian adalah 31,6 oC sehingga tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh yang dibutuhkan oleh durian.

Faktor pembatas media perakaran (rc) adalah kejenuhan basa dan KTK tanah. Menurut Rauf (2011), kejenuhan basadapat diperbaiki dengan cara melakukan pemupukan atau pemberian bahan organik yang menyatakan terhadap sifat kimia tanah, bahan organik dapat memperbesar nilai kapasitas tukar kation tanah sehingga dapat menyerap hara lebih banyak, menyumbang hara ke dalam tanah.

Bahaya erosi terdapat pada semua lahan yang ada pada lokasi penelitian. Bahaya erosi dapat dilakukan dengan cara usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Hardjowigeno (2003) yaitu dengan cara penggunaan tanaman penutup tanah untuk menahan daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan; penanaman dalan strip dengan cara beberapa jenis tanaman ditanam dalam strip yang berselang-seling dan disusun memotong lereng (menurut kontur); memperlambat aliran permukaan; pengolahan tanah menurut kontur, dan teras yang berfungsi mengurangi panjang lereng dan mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menambah air infiltrasi.


(27)

Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi Purpose Trees Species)di Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Satuan Lahan


(28)

Gambar 11. Peta Kelas Kesesuaian LahanAktual Karet


(29)

Gambar 13. Peta Kelas Kesesuaian LahanAktual Mangga


(30)

Gambar 15. Peta Kelas Kesesuaian LahanAktual Rambutan


(31)

Gambar 17. Peta Kelas Kesesuaian LahanAktual Durian


(32)

Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi Purpose Trees Species)di Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Kelurahan

Gambar 19. Peta Kelas Kesesuaian Lahan AktualMahoni


(33)

Gambar 21. Peta Kelas Kesesuaian LahanAktual Karet


(34)

Gambar 23. Peta Kelas Kesesuaian LahanAktual Mangga


(35)

Gambar 25. Peta Kelas Kesesuaian LahanAktual Rambutan


(36)

Gambar 27. Peta Kelas Kesesuaian LahanAktual Durian


(37)

Jenis Tanaman

Kesesuaian Lahan Berdasarkan pada Aktual Potensial Satuan Lahan Kelurahan

Mahoni

S2-tc,eh S2-tc II, IV Ladang Bambu, Mangga, Simalingkar – B

S3-eh S2-tc,eh I,III,V,VI Namu Gajah, Kemenangan Tani, Ladang Bambu, Mangga, Simalingkar – B, Lau Cih, Simpang Selayang, Tanjung Selamat, Sidomulyo

S3-eh,fh S2-tc,eh,fh VII Kemenangan Tani, Namu Gajah, Tanjung Selamat

N-eh,fh N-eh,fh VIII, IX Kemenangan Tani, Mangga, Simalingkar – B, Sidomulyo Lau Cih, Simpang Selayang

Karet

S2-tc,nr,eh S2-tc II, IV Kemenangan Tani, Lau Cih, Namu Gajah, Simpang Selayang, Tanjung Selamat

S2-tc,oa,nr S2-tc V Namu Gajah, Kemenangan Tani, Ladang Bambu, Mangga, Simalingkar – B, Lau Cih, Simpang Selayang, Tanjung Selamat, Sidomulyo

S3-eh S2-tc,eh,nr I, III, VI, VII Ladang Bambu, Mangga, Simalingkar – B

N-eh N-eh VIII, IX Kemenangan Tani, Lau Cih, Mangga, Simalingkar – B, Sidomulyo, Simpang Selayang

Mangga

S3-wa S3-wa II, IV Namu Gajah, Kemenangan Tani, Ladang Bambu, Mangga, Simalingkar – B, Lau Cih, Simpang Selayang, Tanjung Selamat, Sidomulyo

S3-wa,eh S3-wa III,V,VII Namu Gajah, Kemenangan Tani, Ladang Bambu, Mangga, Lau Cih, Tanjung Selamat, Sidomulyo

S3-wa,nr,eh S3-wa I, VI Namu Gajah, Kemenangan Tani, Ladang Bambu, Simalingkar – B, Lau Cih, Tanjung Selamat, Sidomulyo

N-eh N-eh VIII, IX Kemenangan Tani, Lau Cih, Simalingkar – B, Sidomulyo, Simpang Selayang

Rambutan

S2-tc,nr,eh S2-tc II, III, V Namu Gajah, Kemenangan Tani, Ladang Bambu, Mangga, Simalingkar – B, Lau Cih, Simpang Selayang, Tanjung Selamat, Sidomulyo

S3-nr S2-tc,nr,eh I, IV, VI Namu Gajah, Kemenangan Tani, Ladang Bambu, Mangga, Simalingkar – B, Lau Cih, Tanjung Selamat, Sidomulyo

S3-eh S2-tc,nr,eh VII Namu Gajah, Kemenangan Tani,

N-eh N-eh VIII, IX Kemenangan Tani, Mangga, Simalingkar – B, Lau Cih, Simpang Selayang, Sidomulyo

Durian

S2-tc,nr,eh S2-tc II, III, V, IV, VII

Namu Gajah, Kemenangan Tani, Ladang Bambu, Mangga, Simalingkar – B, Lau Cih, Simpang Selayang, Tanjung Selamat, Sidomulyo

S3-nr S2-tc,nr,eh I,VI,VIII,IX Namu Gajah, Kemenangan Tani, Ladang Bambu, Mangga, Simalingkar – B, Lau Cih, Simpang Selayang, Tanjung Selamat, Sidomulyo


(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kecamatan Medan Tuntunganmemiliki kemampuan lahan kelas VI, VII dan VIII dengan lereng sebagai faktor penghambat dominan. Kelas kemampuan lahan dengan lereng sebagai faktor penghambat dominan.

2. Tanaman yang sesuai tumbuh di Kecamatan Medan Tuntungan adalah Durian (Durio zibethinus MURR) dengan kelas kesesuaian cukup sesuai (S2).Sedangkan tanaman yang tidak sesuai tumbuh di Kecamatan Medan Tuntungan adalah Mangga (Mangifera indica L)dengan kelas kesesuaian sesuai marginal (S3) dengan faktor penghambat permanen yaitu curah hujan (wa).

Saran

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan di daerah tersebut, dianjurkan untuk menanam Durian (Durio zibethinus MURR) karena tanaman tersebut memiliki potensi yang cukup baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal di lahan tersebut.


(39)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Survei Tanah

Hakim, dkk, (1986)mengemukakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan wilayah. Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto, 2005).

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas warna, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia, dan lain-lain (Hardjowigeno, 2003).

B. Satuan Lahan

Satuan lahan homogen merupakan cara pendekatan dalam inventarisasi sumberdaya alam (Wiradisastra, 1989). Pengembangan konsep ini biasanya dikaitkan dengan dipakainya sarana seperti foto udara dan peta tematik untuk pengumpulan data awal. Dengan menggunakan peta-peta yang tersedia, konsep satuan lahan dapat didefinisikan dengan jelas dan dapat dideliniasi


(40)

(dipisah-denganmenumpang tindihkan (overlay) berbagai parameter lahan yang dapat dipetakan. Pada pendekatan sekarang, satuan lahan didefinisikan sebagai area homogen dalam berbagai parameter fisik lahan (tanah, lereng, penggunaan lahan, derajat kerusakan erosi, dan lain-lain) yang dapat diidentifikasikan langsung di lapang. Bila salah satu parameter berubah maka satuan lahan akan berubah pula. Dalam proses evaluasi lahan, satuan lahan homogen ini dianggap sebagai satuan

peta (mapping unit) dengan ciri karateristik atau kualitas lahan yang akan

dipadankan (matching) dengan persyaratan tumbuh tanaman.

Melihat proses pembentukan satuan lahan homogen dengan cara overlay

dari parameter penyusunnya diatas, maka pendekatannya dinamakan Pendekatan

Sistem Informasi Geografiatau GIS Approach (Wiradisastra, 1989).

Sisteminformasi ini terdiri dari set data dan informasi yang telah disusun dalam bentukpeta-peta sumberdaya alam. Untuk tujuan analisis dengan menggabungkanberbagai parameter lahan pada suatu evaluasi lahan, maka dilakukan tumpangtindih peta-peta tersebut yang akan menghasilkan unit area yang mempunyaikesamaan sifat yang secara spasial telah terdeliniasi dan dianggap mempunyaisifat sesuai dengan jumlah parameter yang ditumpang tindihkan.

C. Evaluasi Lahan

Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan tanah hanya merupakan satu aspek dari lahan. Konsep lahan meliputi iklim, tanah, hidrologi, bentuk lahan, vegetasi dan fauna, termasuk


(41)

di dalamnya akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas manusia baik masa lampau maupun masa sekarang (Dent dan Young, 1981).

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan / atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan (Ritung, dkk.,2007).

D. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan

Metode pembandingan (matching) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kemampuan lahan dengan cara mencocokkan serta memperbandingkan antara karakteristik lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan sehingga diperoleh potensi di setiap satuan lahan tertentu

(Jamulyo dan Sunarto, 1991 ; Sitorus, 1995).

E. Persyaratan Tumbuh Tanaman

Semua jenis komoditas tanaman yang berbasis lahan untuk dapat tumbuhatau hidup dan berproduksi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu, yang kemudian antara satu dengan yang lainnya berbeda. Persyaratan tersebut terutama yang terdiri atas energi radiasi, temperatur/suhu, kelembaban, oksigen, dan hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban umumnya digabungkan, dan selanjutnya disebut sebagai periode pertumbuhan (FAO, 1983 dalam Djaenudin et al., 2000). Persyaratan tumbuh tanaman lainnya yang tergolong sebagai kualitas lahan adalah media perakaran. Media perakaran ditentukan oleh drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah serta kedalaman efektif.


(42)

F. Karakteristik Lahan dan Kualitas Lahan

Kualitas lahan merupakan sifat-sifat yang kompleks dari suatu lahan. Masing-masing kualitas lahan mempunyai keragaan tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976).

Karateristik lahan merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan diduga secara langsung yang berhubungan dengan penggunaan lahan tertentu, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, dan tekstur tanah, dan sebagainya. (FAO, 1976).

Djaenudin et al. (2000) mengemukakan kualitas dan karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan pada Tabel. 1

Tabel 1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan

Simbol Kualitas Lahan Karakteristik Lahan

Tc Temperatur 1. Temperatur rerata (o C ) atau elevasi (m) Wa Ketersediaan air 1. Curah Hujan (mm)

2. Lamanya masa kering (bulan) 3. Kelembaban udara

Oa Ketersediaan oksigen 1. Drainase Rc Media perakaran 1. Tekstur

2. Bahan kasar (%) 3. Kedalaman tanah 4 Ketebalan gambut 5. Kematangan gambut Nr Retensi hara 1. KTK Liat (cmol(+)/kg)

2. Kejenuhan Basa (%) 3. pH H2O

4. C-Organik

Xc Toksisitas 1. Aluminium

2. Salinitas/DHL (ds/m) Xn Sodisitas 1. Alkalinitas (%) Xs Bahaya sulfidik 1. Pyrit (Bahan Sulfidik) Eh Bahaya erosi 1. Lereng (%)

2. Bahaya erosi Fh Bahaya Banjir 1. Genangan Lp Media Perakaran

Retensi Hara Penyiapan Lahan

1. Batuan di permukaan (%) 2. Singkapan batuan (%) Sumber : Djaenudin et al. (2000).


(43)

G. KelasKemampuan Lahan

Kelas kemampuan lahan adalah kelompok penggunaan lahan suatu wilayah sesuai dengan kemampuan lahan tersebut untuk dapat digunakan secara efisien dan optimal, dengan perlakuan-perlakuan tertentu sehingga dapat dipergunakan secara berkelanjutan (Tjokrokusumo,2002)

Arsyad (2006) mengemukakan delapan kelas kemampuan lahan yang dapat dilihat pada Tabel 2. Kelas kemampuan lahan memiliki masing-masing faktor penghambat yang mempengaruhi penggunaan lahannya.

Tabel 2. Kelas Kemampuan Lahan

No. Kelas Ciri-Ciri

1. I Mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya, sesuai untuk berbagai penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (dan tanaman pertanian pada umumnya), tanaman rumput, padang rumput hutan produksi, dan cagar alam.

2. II Memiliki beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan konservasi yang sedang.

3. III Mempunyai hambatan yang berat yang mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Hambatan yang terdapat pada tanah dalam lahan kelas III membatasi lama penggunaannya bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi pembatas-pembatas tersebut.

4. IV Dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar alam.

5. V Tidak terancam erosi akan tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilanghkan yang membatasi pilihan pengunaannya sehingga hanya sesuai untuk tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi atau hutan lindung dan cagar alam.

6. VI Mempunyai hambatan yang berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk pengunaan pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman rumput atau padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, atau cagar alam.

7. VI Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, Jika digunakan untuk padanag rumput atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang berat.

8. VIII Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar alam.


(44)

H. Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang menurut Arsyad (1909) adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis dan pengelompokan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan.

Proses klasifikasi kemampuan lahan dilakukan dengan metode faktor penghambat. Setiap kualias lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamannya sampai yang terbesar. Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap kelas, penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik dan berurutan semakin besar hambatan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya. Klasifikasi kemampuan lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi kemampuan lahan Hokensmith dan Steele (1943) yaitu metode klasifikasi dengan sistem faktor penghambat. Pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat.

Penghambat yang digunakan adalah e (erosi), w (drainase), s (tekstur tanah), c (iklim) dan g (kelerengan). Pada klasifikasi ini dikenal prioritas penanganan penghambat berdasarkan tingkat kemudahan penanganannya. Pada kelas yang sama, bilamana mempunyai beberapa penghambat maka akan dipilih prioritas penghambat yang paling besar. Urutan prioritas penghambat tersebut adalah (dari yang paling mudah diatasi) e – w – s – c – g. Jadi apabila hasil klasifikasi dalam satu unit lahan menunjukkan Klas IVe, IVw dan IVs, maka akan ditetapkan sebagai Klas IVs karena mempunyai jenis penghambat yang paling


(45)

sulit ditangani. Kriteria yang digunakan untuk pengelompokan dalam kelas menurut Arsyad (2006) adalah sebagai berikut:

1. Iklim

Dua komponen iklim yang mempengaruhi kemampuan lahan adalah temperatur dan curah hujan. Pada penelitian ini, data temperatur diperoleh dari world climate dan curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan.

2. Lereng dan Ancaman Erosi

Kemiringan lereng merupakan lereng yang membentuk bidang horizontal, satuannya dinyatakan dalam persen (%) atau derajat (0). Klasifikasi kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 3. Data kemiringan lereng pada penelitian ini, diperoleh dari peta kelerengan dan pengamatan lapangan.

Tabel 3. Klasifikasi kemiringan lereng

No Kelas Kemiringan Lereng

1. A = Datar 0% sampai <3%

2. B = Landai atau berombak >3% sampai 8% 3. C = Agak miring atau bergelombang >8% sampai 15% 4. D = Miring atau berbukit >15% sampai 30% 5. E = Agak curam atau bergunung >30% sampai 45%

6. F = Curam >45% sampai 65%

7. G = Sangat curam >65%

Sumber: Arsyad (2006)

Klasifikasi kepekaan erosi tanah (nilai K) dapat dilihat pada Tabel 4. Penentuan nilai K pada penelitian ini menggunakan rumus:

K = 2,713M1,14(10-4)(12-a)+(b-2)+2,5(c-3) 100

Keterangan: M= parameter ukuran butir yang dapat dilihat pada Tabel 5. a = % bahan organik yang dapat dilihat pada Tabel 6. b = nilai struktur tanah yang dapat dilihat pada Tabel 7. c = nilai permeabilitas tanah yang dapat dilihat pada Tabel 8.


(46)

Tabel 4. Klasifikasi kepekaan erosi tanah

No Kelas Kepekaan Erosi Tanah

1. KE1 = sangat rendah 0,00 sampai 0,10 2. KE2 = rendah 0,11 sampai 0,20 3. KE3 = sedang 0,21 sampai 0,32 4. KE4 = agak tinggi 0,33 sampai 0,43

5. KE5 = tinggi 0,44 sampai 0,55

6. KE6 = sangat tinggi 0,56 sampai 0,64 Sumber: Arsyad (2006)

Tabel 5. Penilaian Ukuran Butir (M)

Kelas Tekstur Nilai M Kelas Tekstur Nilai M

liat berat 210 Pasir 3035

liat sedang 750 lempung berpasir 3245

liat berpasir 1213 lempung liat berdebu 3170

liat ringan 1685 lempung berpasir 4005

lempung liat berpasir 2160 Lempung 4390

liat berdebu 2830 lempung berdebu 6330

lempung liat 2830 Debu 8245

Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009) Tabel 6. Kelas Kandungan C-organik

Kelas C-organik Nilai

Sangat randah <1 0

Rendah 1-2 1

Sedang 2,1-3 2

Tinggi 3,1-5 3

Sangat Tinggi >5 (gambut) 4

Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009)

Tabel 7. Penilaian Struktur Tanah

Tipe Struktur Nilai

Granular sangat halus (<1 mm) 1

Granular halus (1mm sampai 2 mm) 2

Granular sedang dan kasar (2 mm sampai 10 mm) 3 Gumpal, lempeng, peja (blocky, platty, massif) 4 Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009)

3. Permeabilitas (p)

Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk melalukan air dan udara. Secara kuantitatif, permeabilitas merupakan kecepatan aliran air pada tanah jenuh per satuan waktu pada hidraulik tertentu (Utomo,1989).


(47)

Tabel 8. Penilaian Permeabilitas Tanah

Kelas Permeabilitas ( cm/jam) Nilai

cepat >25,4 1

sedang sampai cepat 12,7-25,4 2

sedang 6,3-12,7 3

sedang sampai lambat 2,0-6,3 4

lambat 0,5-2,0 5

sangat lambat <0,5 6

Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009) 4. Kedalaman Tanah (k)

Kedalaman efektif yang diukur dengan pengamatan profil melalui penyusunan urutan, lapisan tanah atas yang diambil oleh mata bor dinyatakan dalam centimeter. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah

No Kelas Kedalaman Efektif

1. k0 = dalam lebih dari 90 cm

2. k1 = sedang 90 sampai 50 cm

3. k2 = dangkal 50 sampai 25

4. k3 = sangat dangkal kurang dari 25 cm Sumber: Arsyad (2006)

5. Tekstur Tanah (t)

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (%) antara fraksi pasir, debu, dan lempung. Adapun klasifikasi tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Klasifikasi tekstur tanah

No Kriteria Ciri-Ciri

1. t1 = tanah bertekstur halus tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat 2. t2 = tanah bertekstur agak halus tekstur lempung liat berpasir, lempung

berliat dan lempung liat berdebu

3. t3 = tanah bertekstur sedang tekstur lempung, lempung berdebu dan debu 4. t4 = tanah bertekstur agak kasar tekstur lempung berpasir, lempung berpasir

halus dan lempung berpasir sangat halus 5. t5 = tanah bertekstur kasar tekstur pasir berlempung dan pasir Sumber: Arsyad (2006)


(48)

6. Drainase (d)

Pengamatan drainase didasarkan atas pengamatan warna pada profil tanah. Dalam hal ini diamati apakah tanah bewarna terang, pucat, adanya bercak-bercak (Utomo, 1989). Klasifikasi drainase tanah dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Klasifikasi drainase tanah

No Kriteria Ciri-Ciri

1. d1 = baik tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah (150 cm) bewarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu

2. d2 =agak baik tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah)

3. d3 = agak buruk lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah)

4. d4 = buruk bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak bewarna kelabu, coklat, dan kekuningan

5. d5 = sangat buruk seluruh lapisan sampai permukaan tanah bewarna kelabu dan tanah lapisan bawah bewarna kelabu atau terdapat bercak-bercak bewarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman

Sumber: Arsyad (2006)

Tabel 12. Matriks Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan Faktor

Penghambat/ Penghambat

Kelas Kemampuan Lahan

I II III IV V VI VII VIII

Lereng Permukaan

A B C D A E F G

Kepekaan erosi KE1,KE2 KE3 KE4,KE5 KE6 (1) (1) (1) (1)

Tingkat Erosi e0 e1 e2 e3 (2) e4 e5 (1)

Kedalaman Tanah

k0 k1 k2 k3 (1) (1) (1) (1)

Tekstur Lapisan

t1,t2,t3 t1,t2,t3 t1,t2,t3,t4 t1,t2,t3,t4 (1) t1,t2,t3,t4 t1,t2,t3,t4 t5 Permeabilitas P2,P3 P2,P3 P2,P3 P2,P3 P1 (1) (1) P5

Drainase d1 d2 d3 d4 d5 (2) (2) d0

Kerikil/batuan bo bo b1 b2 b3 (1) (1) b4

Ancaman banjir

O0 O1 O2 O3 O4 (2) (2) (1)

Garam/salinitas g0 g1 g2 g3 (2) g3 (1) (1)


(49)

I. KlasifikasiKesesuaian Lahan

Pada prinsipnya klasifikasi kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara memadukan antara kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan. Adapun jenis tanaman yang akan dipadukan adalah tanaman Kehutanan. Oleh karena itu klasifikasi ini sering juga disebut species matching. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim (Azis, dkk., 2005). Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi empat tingkat, yaitu : sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan berdasarkan kelas terjelek dengan memberikan seluruh pembatas/hambatan yang ada. Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh hambatan yang ada dapat diperbaiki. Sub Klas pada klasifikasi kesesuaian lahan ini juga mencerminkan jenis penghambat. Ada tujuh jenis penghambat yang dikenal, yaitu e (erosi), w (drainase), s (tekstur tanah), a (keasaman), g (kelerengan), sd (kedalaman tanah) dan c (iklim). Pada klasifikasi kesesuaian lahan tidak dikenal prioritas penghambat. Dengan demikian seluruh hambatan yang ada pada suatu unit lahan akan disebutkan semuanya. Akan tetapi dapat dimengerti bahwa dari hambatan yang disebutkan ada jenis hambatan yang mudah (seperti a, w, e, g dan sd) atau sebaliknya hambatan yang sulit untuk ditangani (c dan s). Dengan demikian maka hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan berdasarkan Klas terjelek dengan memberikan seluruh hambatan yang ada.

Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh hambatan yang ada pada unit lahan tersebut dapat diperbaiki.


(50)

Untuk itu maka unit lahan yang mempunyai faktor penghambat c atau s sulit untuk diperbaiki keadaannya. Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan melalui sortasi data karakteristik lahan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk setiap jenis tanaman. Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13. Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas Tingkat Pembatas Karakteristik Kesesuaian Lahan 0: no (tidak ada) S1: sangat sesuai

1: slight (ringan) S2: cukup sesuai 2: moderate (sedang) S3: sesuai marginal 3: severe (berat) N: tidak sesuai 4: very severe (sangat berat)

Sumber : Azis, dkk (2005)

Peringkat kesesuaian lahan yang telah ditetapkan oleh FAO (1976) untuk penggunaan internasional sebagai berikut: Kelas S1: Sangat cocok, tanah tidak memiliki keterbatasan yang signifikan untuk mendukung penerapan penggunaan tertentu atau hanya keterbatasan kecil yang tidak akan secara signifikan meningkatkan masukan di atas dan dapat diterima tingkat . Kelas S2: Sedang memiliki keterbatasan cocok, tanah yang secara agregat yang cukup berat untuk aplikasi berkelanjutan penggunaan yang diberikan. Keterbatasan ini akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan kepada sebatas bahwa keseluruhan keuntungan yang akan diperoleh dari penggunaan, meskipun masih menarik, akan lebih rendah daripada yang diharapkan di darat S1 kelas. Kelas S3: keterbatasan cocok, tanah Marginal, yang berat untuk aplikasi berkelanjutan dari penggunaan yang diberikan dan sehingga akan mengurangi produktivitas atau keuntungan atau meningkatkan masukan yang diperlukan bahwa pengeluaran ini akan hanya sedikit dibenarkan. Kelas N1: Saat ini tidak cocok, karena keterbatasan lahan yang dapat diatasi dalam waktu


(51)

tetapi yang tidak dapat diperbaiki dengan pengetahuan yang ada pada saat ini biaya diterima. Keterbatasan sangat parah sebagai untuk mencegah pemakaian yang berkelanjutan sukses dari jenis tanah dengan cara tertentu. Kelas N2: keterbatasan secara tidak cocok, memiliki tanah yang tampak terlalu berat untuk mencegah kemungkinan penggunaan lahan yang berkelanjutan sukses dalam cara yang diberikan. Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan kriteria yang diberikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Kriteria untuk penentuan kelas kesesuaian lahan Kelas Kesesuaian

Lahan Kriteria

S1: sangat sesuai Unit lahan tidak memiliki pembatas atau hanya memiliki empat pembatas ringan.

S2: cukup sesuai Unit lahan memiliki lebih dari empat pembatas ringan, dan atau memiliki tidak lebih dari tiga pembatas sedang.

S3:sesuai marginal Unit lahan memiliki lebih dari tiga pembatas sedang, dan atau satu pembatas berat.

N: tidak sesuai Unit lahan memiliki lebih dari satu pembatas berat atau sangat berat

Sumber : Azis, dkk (2005)

J. Kelas Kesesuaian Lahan

Kelas kesesuaian lahan adalah kelompok lahan yang menggambarkan tingkat kecocokan sebidang tanah untuk suatu pengguaan tertentu. Penilaian klas kesesuai-an lahan pada dasarnya merupakan pemilih-an lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu, yang dilakukan dengan menginterprestasikan data survei tanah detail dalam kaitannya dengan kesesuaiannya untuk berbagai tanaman dan tindakan pengelolaannya.

Kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelas kesesuaian lahan aktual dan kelas kesesuaian lahan potensial.Kelas kesesuaian lahan aktual atau kelas kesesuaian lahan pada saat ini adalah kelas kesesuaian


(52)

lahan aktual (saat sekarang), menunjukan kesesuaian lahan terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan yang berarti. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan aktual, mula-mula dilakukan penelitian terhadap masing-masing kualitas lahan berdasar atas karakteristik lahan terjelek, selanjutnya kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasar atas kualitas lahan terjelek. Sedangkan kesesuaian lahan potensial adalah kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan keadaan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan sehingga harkat kesesuaian lahannya meningkat. Dalam hal ini perlu dirinci faktor-faktor ekonomis yang disertakan dalam menduga biaya yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan tersebut (Hardjowigeno, 1994). Ritung dkk (2007) juga mengungkapkan bahwa kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-osaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hytan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan apabila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

Untuk jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan, maka harus diperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan (teknologi) yang akan diterapkan, dan karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial dapat dilihat pada Tabel 15.


(53)

Tabel 15. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial No Kualitas dan

karateristik lahan

Tingkat pengelolaan

Jenis perbaikan Sedang Tinggi

1 Rejim radiasi - - -

2 Rejim suhu - - -

3 Kelembaban udara - - - 4 Ketersediaan air

-Bulan kering + ++ Sistem irigasi/pengairan -Curah hujan + ++ Sistem irigasi/pengairan 5 Media perakaran

-Drainase + ++ Pembutan saluran draianse

-Tekstur - - -

-Kedalaman tanah - + Umumnya tidak dapat diperbaiki, kecuali terdapat terdapat lapisan padas lunak

-Kematangan gambut - - - -Ketebalan gambut - - - 6 Retensi hara

-KTK + ++ Penambahan bahan organic

-pH + ++ Pengapuran

7 Ketersediaan hara

-N total + ++ Pemupukan

-P tersedia + ++ Pemupukan

-K dapat dituakr + ++ Pemupukan 8 Bahaya banjir

-Periode + ++ Pembuatan tanggul penahan banjir serta

-Frekuensi + ++ Pembuatan saluran drainase 9 Kegaraman

-Salinitas + ++ Reklamasi

10 Toksisitas -Kejenuhan

Alumanium

+ ++ Pengapuran

-Kedalaman pirit - + Pengaturan sistem tata air tanah 11 Kemudahan

pengolahan

- + Pengatuaran kelembaban tanah utuk pengelolaan

12 Potensi mekanisasi - - -

13 Bahaya erosi + ++ Pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup lahan

Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka ,2007

Satuan peta yang mempunyai karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki tidak akan mengalami perubahan kelas kesesuian lahannya, sedangkan yang karakteristik lahannya dapat diperbaiki, kelas kesesuaian lahannya dapat berubah menjadi satu atau dua tingkat lebih baik.


(54)

K. Sistem Informasi Geografis dalam Pemetaan Kesesuaian Lahan

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang berorientasi operasi berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan manipulasi data yang bereferensi geografis secara konvensional. Operasi ini melibatkan perangkat komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang mampu menangani data mencakup (input), (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data) dan (c) manipulasi dan analisis, dan (d) pengembangan produk dan pencetakan (Aronoff, 1989).

Aplikasi GIS berkembang luas, mulai dari analisis dan modeling dari data-data spasialhingga inventarisasi dan pengolahan data sederhana salah satunya penentuan kesesuaian lahan. Sebagai contoh,penelitian yang dilakukan oleh Rahmawaty et.al. (2011) menggunakan aplikasi GIS dalam menentukan kelas kesesuaian lahan di DAS Besitang untuk beberapa komoditi pertanian dan perkebunan. Selain menentukan kelas kesesuaian lahan juga menentukan kelas kemampuan lahan pada lokasi yang sama.

Sastrohartono (2011) juga menggunakan aplikasi GIS dalam penentuan kesesuaian lahan untuk perkebunan dengan bantuan extensi artifical neural network (ANN.avx). Dengan bantuan extensi tersebut selain untuk menentukan kesesuaian lahan juga dapat memperediksi besarnya produksi yang dihasilkan.

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu cara yang efisien dan efektif untuk mengetahui karakteristik lahan suatu wilayah dan potensi pengembangannya. Salah satu kemampuan penting dari SIG adalah kemampuannya dalam melakukan analisis dan pemodelan spasial untuk menghasilkan informasi baru (Fauzi, dkk. 2009).


(55)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perencanaan dalam menggunakan lahan harus memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Saat ini, ada kecenderungan untuk memanfaatkan tanah untuk kepentingan ekonomi, yang dapat meningkatkan pendapatan. Dimana, penggunaan lahan didasarkan pada harga jual pasar sehingga menyebabkan silih bergantinya jenis tanaman yang ditanam.Sebagian besar lahan belum dimanfaatkan dengan baik karena persebaran penduduk yang tidak merata. Mayoritas kepadatan penduduk terletak pada daerah yang memiliki kesuburan tanah yang tinggi sehingga terjadi pemusatan penduduk. Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Klasifikasi kemampuan lahan adalah salah satu bentuk evaluasi lahan. Wahyuningrum, dkk (2003) menyatakan hasil klasifikasi ini dapat digunakan untuk menentukan arahan penggunaan lahan secara umum misalnya untuk budidaya tanaman semusim, perkebunan, hutan produksi, dan sebagainya.

Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatulahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan sertapola tata guna lahan yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya.

Kecamatan Tuntungan ini berada di dua daerah administratif yakni Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Pemanfaatan lahan di daerah aliran


(56)

pemanfaatan untuk lahan pertanian dan perkebunan. Pemanfaatan lahan untuk pemukiman disekitar alur sungai atau lebih banyak didaerah tengah sampai hilir sedangkan di daerah hulu masih relatif sedikit disebabkan faktor topografi yang cukup kasar dan juga kesesuaian areal yang tidak sesuai untuk pemukiman. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien maka diperlukan sebuah perencanaan penggunaaan lahan yang produktif dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam sehingga potensi lahan diperoleh dengan maksimal dan degradasi lingkungan yang diperkirakan dapat terjadi karena penggunaan lahan dapat dihindari.

Keberadaan tanaman kehutanan dan pohon serba guna diKecamatan Tuntungan memberikan pengaruh terhadap kesesuaian tanaman di Kecamatan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai kemampuan dan kesesuaian lahan beberapa tanaman kehutanan dan pohon serba guna pada Kecamatan Tuntungan sehingga ditemukan jawaban dari kemampuan dan kesesuaian lahan di Kecamatan Tuntungan. Evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini hanya dilakukan pada jenis-jenis tanaman kehutanan dan pohon serbaguna yang berada di Kecamatan Tuntungan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengevaluasi kelas kemampuan lahan di Kecamatan Medan Tuntungan. 2. Mengevaluasi kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman

kehutanan dan pohon serba guna di Kecamatan Medan Tuntungan.


(57)

Manfaat Penelitian

Memberikan informasi bagi instansi terkait dan pihak lain untuk melakukan penelitian selanjutnya serta memberikan pedoman perencanaan penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya.


(58)

ABSTRAK

ELVIRA SIHOTANG: Evaluasi Kemampuan Dan Kesesuian Lahan Terhadap Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi purpose Trees Species) di Kecamatan Medan Tuntungan. dibimbing oleh RAHMAWATY dan ABDUL RAUF.

Saat ini, ada kecenderungan untuk memanfaatkan tanah untuk kepentingan ekonomi, yang dapat meningkatkan pendapatan. Dimana, penggunaan lahan didasarkan pada harga jual pasar sehingga menyebabkan silih bergantinya jenis tanaman yang ditanam. Perencanaan dalam menggunakan lahan harus memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kelas kemampuan lahan, kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman kehutanan dan pohon serba guna di Kecamatan Medan Tuntungan serata memetakan kelas kemampuan dan kesesuaian lahan aktual dan potensial di Kecamatan Medan Tuntungan. Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodematching dan pembuatan overlay menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Satuan lahan di lokasi penelitian sebanyak 9 satuan lahan dimana klasifikasi kemampuan lahannya didominasi oleh kelas I dengan faktor pembatas bahaya erosi yang berarti perlu dilakukan upaya perbaikan lahan yaitu penanaman sejajar kontur, pembuatan teras, dan penanaman tutupan lahan. Satuan lahan VII dan IX merupakan satuan lahan yang paling tidak sesuai. Sebaiknya satuan lahan ini dibiarkan secara alami sebagai kawasan lindung karena faktor penghambat lereng yang sulit ditangani.

Kata Kunci: SIG, Kemampuan Lahan, Kesesuaian Lahan, Kecamatan Medan Tuntungan


(59)

ABSTRACT

ELVIRA SIHOTANG: Evaluation of Land Capability and Land Suitability for Forest Trees Species and Multi Purpose Trees Species in Tuntungan Subdistric, Medan City. Under Supervision of RAHMAWATY and ABDUL RAUF.

Currently , there is a tendency to use the land for the benefit of the economy , which could increase revenue . Where , based on the land use , causing the market price of the alternation of the type of crops grown . Planning the use of land should pay attention to balance and environmental sustainability . The purpose of this study was to evaluate the ability of a class of land , land suitability classes of actual and potential forest plants and trees in the district multipurpose field Tuntungan serata mapped class capabilities and suitability of land in the District of actual and potential field Tuntungan . The evaluation used in this study is the method of matching and overlay of making use of Geographic Information Systems ( GIS ) . Land units in the study site were 9 unit of land where the land capability classification is dominated by class I by a factor limiting the erosion hazard means necessary to the improvement of land that is parallel to contour planting , terracing , and planting land cover . Land units VII and IX are the most land units are not appropriate . This land units should be left as a natural protected area because the slopes are difficult obstacle handled .


(60)

EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN

TERHADAP TANAMAN KEHUTANAN DAN POHON

SERBAGUNA (Multi Purpose Trees Species)

DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

Hasil Penelitian

Oleh : Elvira Sihotang

091201137 Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(61)

ABSTRAK

ELVIRA SIHOTANG: Evaluasi Kemampuan Dan Kesesuian Lahan Terhadap Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi purpose Trees Species) di Kecamatan Medan Tuntungan. dibimbing oleh RAHMAWATY dan ABDUL RAUF.

Saat ini, ada kecenderungan untuk memanfaatkan tanah untuk kepentingan ekonomi, yang dapat meningkatkan pendapatan. Dimana, penggunaan lahan didasarkan pada harga jual pasar sehingga menyebabkan silih bergantinya jenis tanaman yang ditanam. Perencanaan dalam menggunakan lahan harus memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kelas kemampuan lahan, kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman kehutanan dan pohon serba guna di Kecamatan Medan Tuntungan serata memetakan kelas kemampuan dan kesesuaian lahan aktual dan potensial di Kecamatan Medan Tuntungan. Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodematching dan pembuatan overlay menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Satuan lahan di lokasi penelitian sebanyak 9 satuan lahan dimana klasifikasi kemampuan lahannya didominasi oleh kelas I dengan faktor pembatas bahaya erosi yang berarti perlu dilakukan upaya perbaikan lahan yaitu penanaman sejajar kontur, pembuatan teras, dan penanaman tutupan lahan. Satuan lahan VII dan IX merupakan satuan lahan yang paling tidak sesuai. Sebaiknya satuan lahan ini dibiarkan secara alami sebagai kawasan lindung karena faktor penghambat lereng yang sulit ditangani.

Kata Kunci: SIG, Kemampuan Lahan, Kesesuaian Lahan, Kecamatan Medan Tuntungan


(62)

ABSTRACT

ELVIRA SIHOTANG: Evaluation of Land Capability and Land Suitability for Forest Trees Species and Multi Purpose Trees Species in Tuntungan Subdistric, Medan City. Under Supervision of RAHMAWATY and ABDUL RAUF.

Currently , there is a tendency to use the land for the benefit of the economy , which could increase revenue . Where , based on the land use , causing the market price of the alternation of the type of crops grown . Planning the use of land should pay attention to balance and environmental sustainability . The purpose of this study was to evaluate the ability of a class of land , land suitability classes of actual and potential forest plants and trees in the district multipurpose field Tuntungan serata mapped class capabilities and suitability of land in the District of actual and potential field Tuntungan . The evaluation used in this study is the method of matching and overlay of making use of Geographic Information Systems ( GIS ) . Land units in the study site were 9 unit of land where the land capability classification is dominated by class I by a factor limiting the erosion hazard means necessary to the improvement of land that is parallel to contour planting , terracing , and planting land cover . Land units VII and IX are the most land units are not appropriate . This land units should be left as a natural protected area because the slopes are difficult obstacle handled .


(63)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungbalai pada tanggal 15 Januari 1992 dari ayah Sadin Sihotang dan ibu Ratna. Penulis merupakan putri pertama dari dua orang bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Swasta Kristen Budi Murni Tanjungbalai pada tahun 1996-1997, SD Swasta Katolik Yayasan Uskup Agung SugiopranotoTanjungbalaipada tahun 1997-2003, kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 1 Tanjungbalai pada tahun 2003-2006,lalu dilanjutkan di SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2011 di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di HPH Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah selama satu bulan.Selain itu, penulis juga aktif mengikuti beberapa organisasi sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (Himas) USU dan keagamaan kristen UKM KMK USU.


(64)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.Penelitian ini berjudul “Evaluasi Kemampuan Dan Kesesuian Lahan Terhadap Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi purpose Trees Species) di Kecamatan Medan Tuntungan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah membimbing, mendidik dan

mendukungpenulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rahmawaty S.Hut,M.Si,Ph.D dan Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf M.P selaku ketua dan anggota komisi pembimbing, yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk Bapak/Ibu dari beberapa instansi terkait yang sudah membantu memberikan informasi dalam mendukung penelitian ini penulis menyampaikan terima kasih atas bantuannya selama penulis mengumpulkan data.

Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari segala kekurangan. Semoga dengan segala kekurangannya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.


(65)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Survey Tanah ... 4

B. Satuan Lahan ... 4

C. Evaluasi Lahan ... 5

D. Metode Evaluasi Lahan ... 6

E. Persyaratan Tumbuh Tanaman ... 6

F. Karakteristik Lahan dan Kualitas Lahan ... 7

G. Kelas Kemampuan Lahan ... 8

H. Klasifikasi Kemampuan Lahan ... 9

I. Klasifikasi Kesesuaian Lahan ... 14

J. Kelas Kesesuaian Lahan ... 16

K. Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

B. Alat dan Bahan ... 22

C. Prosedur Penelitian ... 23

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 25

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ... 25

3. Tahap Analisis Data ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Kelas Kemampuan Lahan di Kecamatan Tuntungan ... 28 Evaluasi Kesesuaian Lahan


(66)

Kesesuaian Lahan pada pada Mahoni (Switenia mahagoni) ... 38

Kesesuaian Lahan pada Karet(Havea brassiliensis M.A.) ... 39

Kesesuaian Lahan pada Mangga (Mangifera indica L.) ... 40

Kesesuaian Lahan pada Rambutan (Nephelium lappeceum LINN) ... 41

Kesesuaian Lahan pada Durian (Durio zibethinus MURR) ... 42

Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi Purpose Tree Space) di Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Satuan Lahan ... 43

Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi Purpose Tree Space) di Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Kelurahan ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(67)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan ... 7

2. Kelas kemampuan lahan ... 8

3. Klasifikasi kemiringan lereng ... 10

4. Klasifikasi kepekaan erosi tanah ... 11

5. Klasifikasi penilaian ukuran butir (M) ... 11

6. Kelas kandungan c-organik ... 11

7. Penilaian struktur tanah ... 11

8. Penilaian permeabilitas tanah ... 12

9. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah ... 12

10. Klasifikasi tekstur dan struktur tanah ... 12

11. Klasifikasi drainase tanah ... 13

12. Matriks kriteria klasifikasi kemampuan lahan ... 13

13. Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas ... 15

14. Kriteria untuk penentuan kelas kesesuaian lahan ... 16

15. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial ... 18

16. Persentase luas wilayah Kelurahan ... 22

17. Alat yang digunakan dalam penelitian ... 25

18.Data yang digunakan dalam penelitian ... 27

19. Luas masing-masing satuan lahan lokasi penelitian ... 28

20. Tabel luas kemampuan lahan berdasarkan satuan lahan ... 30

21. Tabel luas kemampuan lahan berdasarkan kelurahan ... 31

22. Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan ... 37

23. Rekapitulasi penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial berdasarkan satuan lahan ... 52


(68)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Peta Adminstrasi Kecamatan Tuntungan ... 21

2. Tahapan Kerja Pemetaan Kelas Kemampuan dan Kesesuaian Lahan ... 24

3. Tahap Analisis Pembuatan Peta Satuan Lahan ... 26

4. Tahap Analisis Pembuatan Peta Kemampuan Lahan ... 26

5. Tahap Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial ... 27

6. Peta Satuan Lahan Lokasi Penelitian ... 29

7. Peta Kelas Kemampuan Lahan Berdasarkan Satuan Lahan ... 35

8. Peta Kelas Kemampuan Lahan Berdasarkan Kelurahan ... 36

9. Peta kelas kesesuaian Lahan Aktual Mahoni ... 43

10. Peta kelas kesesuaian Lahan Potensial Mahoni ... 43

11. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Karet ... 44

12. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Karet ... 44

13. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Mangga ... 45

14. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Mangga ... 45

15. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Rambutan ... 46

16. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Rambutan ... 46

17. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Durian ... 47

18. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Durian ... 47

19. Peta kelas kesesuaian Lahan Aktual Mahoni ... 48

20. Peta kelas kesesuaian Lahan Potensial Mahoni ... 48

21. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Karet ... 49

22. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Karet ... 49

23. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Mangga ... 50

24.Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Mangga ... 50

25.Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Rambutan ... 51


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Survey Tanah ... 4

B. Satuan Lahan ... 4

C. Evaluasi Lahan ... 5

D. Metode Evaluasi Lahan ... 6

E. Persyaratan Tumbuh Tanaman ... 6

F. Karakteristik Lahan dan Kualitas Lahan ... 7

G. Kelas Kemampuan Lahan ... 8

H. Klasifikasi Kemampuan Lahan ... 9

I. Klasifikasi Kesesuaian Lahan ... 14

J. Kelas Kesesuaian Lahan ... 16

K. Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

B. Alat dan Bahan ... 22

C. Prosedur Penelitian ... 23

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 25

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ... 25

3. Tahap Analisis Data ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Kelas Kemampuan Lahan di Kecamatan Tuntungan ... 28 Evaluasi Kesesuaian Lahan


(2)

Kesesuaian Lahan pada pada Mahoni (Switenia mahagoni) ... 38

Kesesuaian Lahan pada Karet(Havea brassiliensis M.A.) ... 39

Kesesuaian Lahan pada Mangga (Mangifera indica L.) ... 40

Kesesuaian Lahan pada Rambutan (Nephelium lappeceum LINN) ... 41

Kesesuaian Lahan pada Durian (Durio zibethinus MURR) ... 42

Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi Purpose Tree Space) di Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Satuan Lahan ... 43

Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kehutanan dan Pohon Serbaguna (Multi Purpose Tree Space) di Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Kelurahan ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan ... 7

2. Kelas kemampuan lahan ... 8

3. Klasifikasi kemiringan lereng ... 10

4. Klasifikasi kepekaan erosi tanah ... 11

5. Klasifikasi penilaian ukuran butir (M) ... 11

6. Kelas kandungan c-organik ... 11

7. Penilaian struktur tanah ... 11

8. Penilaian permeabilitas tanah ... 12

9. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah ... 12

10. Klasifikasi tekstur dan struktur tanah ... 12

11. Klasifikasi drainase tanah ... 13

12. Matriks kriteria klasifikasi kemampuan lahan ... 13

13. Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas ... 15

14. Kriteria untuk penentuan kelas kesesuaian lahan ... 16

15. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial ... 18

16. Persentase luas wilayah Kelurahan ... 22

17. Alat yang digunakan dalam penelitian ... 25

18.Data yang digunakan dalam penelitian ... 27

19. Luas masing-masing satuan lahan lokasi penelitian ... 28

20. Tabel luas kemampuan lahan berdasarkan satuan lahan ... 30

21. Tabel luas kemampuan lahan berdasarkan kelurahan ... 31

22. Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan ... 37

23. Rekapitulasi penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial berdasarkan satuan lahan ... 52


(4)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Peta Adminstrasi Kecamatan Tuntungan ... 21

2. Tahapan Kerja Pemetaan Kelas Kemampuan dan Kesesuaian Lahan ... 24

3. Tahap Analisis Pembuatan Peta Satuan Lahan ... 26

4. Tahap Analisis Pembuatan Peta Kemampuan Lahan ... 26

5. Tahap Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial ... 27

6. Peta Satuan Lahan Lokasi Penelitian ... 29

7. Peta Kelas Kemampuan Lahan Berdasarkan Satuan Lahan ... 35

8. Peta Kelas Kemampuan Lahan Berdasarkan Kelurahan ... 36

9. Peta kelas kesesuaian Lahan Aktual Mahoni ... 43

10. Peta kelas kesesuaian Lahan Potensial Mahoni ... 43

11. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Karet ... 44

12. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Karet ... 44

13. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Mangga ... 45

14. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Mangga ... 45

15. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Rambutan ... 46

16. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Rambutan ... 46

17. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Durian ... 47

18. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Durian ... 47

19. Peta kelas kesesuaian Lahan Aktual Mahoni ... 48

20. Peta kelas kesesuaian Lahan Potensial Mahoni ... 48

21. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Karet ... 49

22. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Karet ... 49

23. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Mangga ... 50

24.Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Mangga ... 50

25.Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Rambutan ... 51


(5)

27.Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Durian ... 52 28.Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Durian ... 52

LAMPIRAN

No

1. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Mahoni (Swietenia Mahogani) 2. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Karet (Hevea brassiliensis) 3. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Mangga (Mangifera indica) 4. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Rambutan (Nephelium lappaceum) 5. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Durian (Durio zibethinus)

6. Data Curah Hujan Lokasi Penelitian 7. Hasil Analisis Laboratorium

8. Kualitas dan Karateristik lahan lokasi penelitian 9. Kesesuaian Lahan untuk Mahoni(Swietenia Mahogani) 10. Kesesuaian Lahan untuk Karet (Hevea brassiliensis) 11. Kesesuaian Lahan untuk Mangga (Mangifera indica)

12. Kesesuaian Lahan untuk Rambutan (Nephelium lappaceum) 13. Kesesuaian Lahan untuk Durian(Durio zibethinus)

14. Peta Titik Sampel Penelitian 15. Peta Tanah Lokasi Penelitian

16. Peta Tutupan Lahan Lokasi Penelitian 17. Peta Penggunaan Lahan Penelitian

18. Peta dan Tabel Kelas Kelerengan Penelitian 19. Data Perhitungan Kepekaan Erosi Tanah

20. Tabel Luas Masing-masing Kesesuaian Lahan Aktual Mahoni (Switenia mahagoni) Berdasarkan Satuan Lahan

21.Tabel Luas Masing-masing Kesesuaian Lahan Potensial Mahoni (Switenia mahagoni) Berdasarkan Satuan Lahan


(6)

23.Tabel Luas Masing-masing Kesesuaian Lahan Potensial Karet (Hevea brassiliensis) Berdasarkan Satuan Lahan

24. Tabel Luas Masing-masing Kesesuaian Lahan Aktual Mangga (Mangifera indica) Berdasarkan Satuan Lahan

25. Tabel Luas Masing-masing Kesesuaian Lahan Potensial Mangga (Mangifera indica) Berdasarkan Satuan Lahan

26. Tabel Luas Masing-masing Kesesuaian Lahan Aktual Rambutan (Nephelium lappaceum) Berdasarkan Satuan Lahan

27. Tabel Luas Masing-masing Kesesuaian Lahan Potensial Rambutan (Nephelium lappaceum) Berdasarkan Satuan Lahan

28. Tabel Luas Masing-masing Kesesuaian Lahan Aktual Durian(Durio zibethinus) Berdasarkan Satuan Lahan

29. Tabel Luas Masing-masing Kesesuaian Lahan Potensial Durian(Durio zibethinus) Berdasarkan Satuan Lahan