Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project di LembangBandung

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN
KELINCI ASEP’S RABBIT PROJECT
DI LEMBANG BANDUNG

ADHITYA RAHMANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan
Usaha Peternakan KelinciAsep’s Rabbit Project di LembangBandung adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober2013
Adhitya Rahmana
NIM D14090037

ABSTRAK
ADHITYA RAHMANA. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci
Asep’s Rabbit Project di LembangBandung. Dibimbing oleh MUHAMAD
BAIHAQI dan ASNATH MARIA FUAH.
Peternakan kelinci merupakan usaha yang unik dan berbeda dengan
subsektor peternakan lainnya seperti ayam, itik, domba, sapi, atau kerbau. Ternak
kelinci memiliki potensi ekonomi yang tinggi, terutama untuk menghasilkan
daging dan kulit-rambut bermutu. Usaha peternakan kelinci di Lembang yang
cukup besar adalah Asep’s Rabbit Project (ARP). Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal pada
usaha budidaya di Peternakan Asep’s Rabbit Project serta merumuskan strategi
pengembangannya. Hasil berdasarakan analisis SWOT menunjukanstrategi yang
dapat dilakukandalam rangka pengembangan usaha adalahmempertahankan
kualitas ternak kelinci dan pakan kelinci, memperkuat hubungan antar peternak

kelinci di Indonesia, menjalin kerjasama dengan peternak kelinci kecil dan
melakukan pembinaan budidaya kepada masyarakat sekitar.Selainitu komunikasi
yang intensif dengan pemerintah perlu dilakukan, melakukan pelaporan berkala
dan penerapan terkait usaha ternak kelinci, manajemen yang memadai termasuk
evaluasi secara rutin terhadap usaha yang dilakukan.
Kata kunci: kelinci, peternak kecil, strategi pengembangan,

ABSTRACT
ADHITYA RAHMANA.Business Development Strategies of Asep’s Rabbit
Project Farm in Lembang, Bandung. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and
ASNATH MARIA FUAH.
Rabbit farm is a unique farm which is different from other livestock
businesses, such as chickens, ducks, sheep, cow, or buffalo business. Rabbit fram
has a high economic potential, especially for producing meat and skin-quality hair.
One of the Rabbit breeding business in Lembang is Asep's Rabbit Project (ARP.)
This study was aimed to identify and analyze the influences of the internal and
external factors on Asep's Rabbit Project farm and to formulate the business
development strategies. The results of SWOT analysis showed that strategies for
development could be done through maintaining quality of rabbits and rabbit feed
and strengthening the relationships among rabbit breeders in Indonesia. Therefore,

working with a small rabbit breeders and providing guidance to the public about
good farming prioritiesand improving communication and relationship with
government are needed. The strategies also involvedregular reporting related to
the rabbits enterprises, and create a good control on the farms, especially
regarding the management aspect through monitoring and evaluate program of the
farm on a regular basis.
Keywords:development strategies, rabbit, small farm

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN
KELINCI ASEP’S RABBIT PROJECT
DI LEMBANG BANDUNG

ADHITYA RAHMANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan


DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Petemakan Kelinci Asep 's R£lbbit
Project di LembangBandung
: Adhitya Rahmana
Nama
: D14090037
NIM

Disetujui oleh


.I

Dr Ir Asnath Maria Fuah.MS
Pembimbing IT


i.SPt MSc

gI

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

0 8 0CT 2 13

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit
Project di LembangBandung
Nama
: Adhitya Rahmana
NIM
: D14090037

Disetujui oleh


Muhamad Baihaqi,SPt MSc
Pembimbing I

Dr Ir Asnath Maria Fuah,MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah
kelinci, dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s
Rabbit Project di LembangBandung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi,SPt MSc

dan Ibu Dr Ir Asnath Maria Fuah,MS selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Asep Sutisna sebagai pemilik
peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
dan seluruh keluarga, opak, reza, alit, rany, aga, ipank, jeco, sertakeluarga besar
Golden Ranch IPTP 46 atas segala doa dan kasih sayangnya.Semoga karya ilmiah
ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013
Adhitya Rahmana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat

Alat
Prosedur
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Analisis Lingkungan Internal
Analisis Eksternal
Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project
Analytical Hierarchy Process
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
1
1
1

1
2
2
2
2
2
3
3
4
6
7
11
14
14
14
14
16

DAFTAR TABEL
1

2

Profil tenaga kerja ARP
Komposisi nutrien yang diberikan pada ternak kelinci berdasarkan
umur
3 Matriks internal factor evaluation (IFE)
4 Matriks external factor evaluation (EFE)
5 Pengaruh pelaksana dalam upaya pengembangan usaha peternakan
kelinci Asep’s Rabbit Project
6 Alternatif strategi pada pengembangan usaha peternakan kelinci Asep’s
Rabbit Project

4
5
8
9
11
12

DAFTAR GAMBAR

1 Rumah kandang kelinci
2 Matriks Internal-External.
3 Hierarki dan hasil pembobotan formulasi strategi

3
10
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat Indonesia,
permintaan terhadap produk peternakan akan terus meningkat. Oleh karena itu
usaha dalam bidang peternakan sangat menjanjikan. Subsektor peternakan yang
masih belum banyak dikembangkan saat ini adalah peternakan kelinci. Peternakan
kelinci merupakan usaha yang unik dan berbeda dengan subsektor peternakan
lainnya seperti usaha ayam, itik, domba, sapi, atau kerbau. Peternakan kelinci
dapat dilakukan oleh setiap keluarga karena cepat beranak, tahan terhadap
penyakit yang menyerang, dan mudah pemeliharaannya. Kelinci memiliki potensi
biologis dan ekonomi yang tinggi untuk menghasilkan daging dan kulit/bulu
bermutu (Raharjo et al.2001).Selain sebagai penghasil daging untuk konsumsi
manusia, kelinci juga merupakan sebagai hewan peliharaan (pet animal) yang
memiliki nilai ekonomi karena banyak diminati konsumen (hobbies).
Salah satu sentra produksi kelinci yang telah banyak dikenal masyarakat
adalah di daerah Lembang, Bandung. Usaha peternakan kelinci di Lembang yang
cukup besar adalah Asep’s Rabbit Project (ARP). Peternakan ARP telah
mengembangkan budidaya kelinci hias maupun kelinci pedaging sejak tahun 1995.
Pemilik peternakan ini juga membuka tempat pelatihan untuk para peternak atau
penghobi yang berasal dari bandung dan sekitarnya.
Sejak didirikan pada tahun 1995 jumlah kelinci yang dibudidayakan terus
meningkat secara berangsur sejalan dengan meningkatnya permintaan terhadap
kelinci pedaging maupun kelinci hias. Walaupun demikian peternakan kelinci
ARP masih belum dapat memenuhi permintaan pasar, baik permintaan terhadap
kelinci pedaging maupun kelinci hias. Oleh karena itu diperlukan strategi agar
peternakan kelinci ARP dapat berkembang. Strategi tersebut disusun berdasarkan
data yang diperoleh dan setelahdiindentifikasi seluruh permasalahanyang dihadapi
termasuk peluang yang ada baik internal maupun eksternal.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh peternakan kelinci ARP.
Hasil identifikasi digunakan untuk menyusun alternatif strategi pengembangan
usaha sehingga peternakan kelinci ARP dapat menjadi salah satu usaha yang dapat
memenuhi kebutuhan pasar.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkuppenelitian ini terdiri atas analisis internal danekternal
peternakan kelinci ARP melalui analisis SWOT. Selain itu dilakukan analisis
penentuan prioritas strategi dengan metode Analytical Hierarchy Processterhadap
alternatif strategi yang dihasilkan pada analisis SWOT.

2

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di Peternakan Kelinci
Asep’s Rabbit Project yang terletak di Jalan Raya Lembang No. 119, Kabupaten
Bandung Barat, Jawa Barat.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, kertas kuisioner, alat perekam
audio, dan kamera.Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh
melalui pengamatan langsung, wawancara, dan menggunakan kuisioner. Selain itu
digunakan data sekunder sebagai pelengkap dari data primer yang diperoleh dari
literatur perpustakaan, buku, jurnal, dan skripsi.

Prosedur
Penelitian ini didesain sebagai suatu studi kasus yang bersifat analisis
deskriptif. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
A. Tahap I, adalah pengumpulan data. Data primer yang dikumpulkan dengan
cara bertahap yaitu wawancara kepada pemilik peternakan, dua orang pekerja
di kandang, tetangga yang bersebelahan dengan lokasi peternakan, dan dua
penjual sate kelinci. Pengamatan langsung kondisi perkandangan dan daerah
sekitar peternakan juga dilakukan.
B. Tahap II, meliputipenentuan setiap faktor dengan cara wawancara dengan
pemilik peternakan. Kemudian dilakukan pengisian bobot dan rating pada
matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation
(EFE).Matriks IFE dan EFE ini diisi oleh responden sebanyak lima orangyang
terdiri dari pemilik usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project (ARP), dua
orang pekerja, masyarakat yang tinggal bersebelahan dengan lokasi
peternakan kelinci, dan pengamat. Hal ini karena responden tersebut
mengetahui khusus mengenai ARP.Pengisisan bobot pada tabel IFE maupun
EFE diberi nilai dari skala 4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (kurang penting)
dan 1 (tidak penting) (Putong 2003). Penentuan peringkat atau rating mulai
dari skala 4 (sangat tinggi), 3 (tinggi), 2 (sedang), dan 1 (rendah).
C. Tahap III merupakan tahapanalisis dan penentuan strategi pengembangan
usaha ARP dengan menggunakan matrik SWOT.
D. Tahap IV merupakan tahap penilaian dengan pendekatan metode AHP untuk
menentukan prioritas strategi.
Analisis Data
Berdasarkan hasil identifikasi aspek lingkungan internal dan lingkungan
eksternal pada peternakan kelinci ARP,dilakukan analisis pada matriks Internal
Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) serta
kerangkaAnalitycal Hierarchy Process(AHP). Hasil dari pengisian kuesioner

3
setiap faktor dirata-ratakan kemudian bobot pada tabel IFE maupun EFE pada
setiap faktor merupakan hasil dari jumlah bobot seluruh faktor dibagi dengan
rataanmasing-masing faktor.Rating pada tabel IFE maupun EFE untuk setiap
faktor dengan cara membuat rata-ratadari jumlah rating yang didapatkan. Skor
pembobotan diperoleh dengan cara mengalikan bobot dengan rating sehingga
diperoleh hasil kombinasi antara beberapa situasi (Rangkuti 1997).
Analisis menggunakan AHP dilakukan melalui beberapa proses
diantaranya penyusunan hirarki dari persoalan yang dihadapi, kemudian dilakukan
perbandingan antar elemen berdasarkan kebijakan pembuat keputusan yaitu
pemilik peternakan. Untuk menentukan nilai kepentingan antar elemen digunakan
skala bilangan dari 1 sampai 9 (Saaty 2000).Setelah itu data tersebut dianalisis
menggunakan program Expert Choice, yaitu penentuan nilai tertinggi dari hasil
analisis yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Asep’s Rabbit Project (ARP) didirikan pada tahun 1995 oleh Asep Sutisna.
Saat ini ARP merupakan peternakan kelinci yang paling sering dikunjungi oleh
masyarakat lokal maupun mancanegara. Jumlah ternak yang dimiliki sebanyak
300 ekor, yang terdiri dari kelinci pedaging dan kelinci hias. Sebelumnya
peternakan ARP memilikilebih dari 2000 ekor kelinci, namun karena kendala
pengawasan,peternakanbekerja sama dengan kelompok peternak. Kondisi di
peternakan ARP saat ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1Rumah kandang kelinci
Perkembangan peternakan ARP tergolong baik karena manajemen kelinci
yang dipelihara cukup baik, termasuk fasilitas kandang yang memadai, pakan
yang bermutu dan penanganan kesehatan ternak secara teratur. Selain itu ARP
melayani pelatihan untuk peternak ataupun penghobi yang ingin belajar budidaya
kelinci. Pelayanan pelatihan ini terdiri dari komersil dan non-komersil. Pelatihan
komersil dilakukan selama dua hari,Setiap peserta dibebankan biaya pelatihan

4
sebesar Rp500000. Materi yang diberikan meliputiaspek budidaya hingga
pembuatan pakan kelinci. Pelatihan non-komersil pelatihan yang dilakukan
melalui kegiatan tukar menukar informasi(sharing)kepada pemilik peternakan
mengenai budidaya kelinci, peserta tidak dibebankan biaya karena pada
umumnyapeserta adalahg peternak yang belum mampu tetapi mempunyai
keinginan untuk beternak kelinci atau mempelajari budidaya kelinci.
Analisis Lingkungan Internal
Umar (2008) menyatakan bahwa analisis internal terdiri darisumber daya
manusia,pemasaran, keuangan, serta kegiatan produksi-operasi.
Sumberdaya Manusia
Peternakan kelinci ARPmemiliki tenaga kerja tetap sebanyak empat orang
dan tidak tetap sebanyak dua orang dengan uraian yang tercantum pada Tabel 1.

No

Tenaga Kerja

1

Tetap

2

Tidak tetap

Tabel1Profil tenaga kerja ARP
Uraian
membersihkan kandang;
memberikan pakan; mengatur
perkawinan; kesehatan
mencari hijauan

Lama Bekerja
8 jam(08.00-17.00)
Sesuai Kebutuhan

Sumber:Hasil wawancara 2013

Pekerja tetap didukungdengan fasilitas yang cukup memadai, terdiri dari
akomodasi, konsumsi, dan kebutuhan lain. Setiap pekerja tetap mendapatkan gaji
masing-masingsebesar 2 juta rupiah setiap bulan dan jika peternakan tersebut
memperoleh keuntungan yang lebih, masing-masing mendapatkan bonus dari
keuntungan yang didapatkan. Selain itu pekerja juga membantu untuk pembuatan
pakan serta membantu pemilik peternakan membantu merenovasi sarana
peternakan jika terjadi kerusakan.
Pekerja tidak tetapbertugas mencari pakan hijauan yang dibeli peternakan
dengan harga Rp15000/20kg. Saat peternakan membutuhkan tenaga kerja untuk
kegiatan lain seperti pengemasan pakan, tenaga kerja tidak tetap akan dikontrak
kerja sesuai kebutuhan. Selain itu terdapat tenaga kerja lain yaitu istri pemilik
yang berperan dalam penjualan kelinci dan pakan.
Pemasaran dan Pasar
Peternakan ARP merupakan salah satu peternakan yang mempunyai
pangsa pasar yang luas di seluruh Indonesia hingga luar negeri, yaitu Malaysia,
Singapura, dan Brunei Darussalam. Usaha peternakan kelinci ARP melakukan
penjualan kelinci melalui kerjasama dengan peternakan kelinci lain. Selain itu,
peternakan ARP juga menjual beberapa produk lain seperti pakan, obat-obatan,
dan peralatan perkandangan untuk ternak kelinci. Ternak yang dijual adalah
kelinci hias dan kelinci pedaging; Kelinci pedaging dijual dengan harga Rp2000030000/kg, sedangkan harga untuk hias dijual berdasarakan jenisnya. Kelinci hias
anakan usia 2 bulan dijual dengan harga Rp30000-2500000/ekor, sedangkan
untuk indukan kelinci dijual dengan harga Rp150000-5000000/ekor. Harga ini

5
mencantumkan variasi harga berdasarkan jenis dan umur. Usaha budidaya kelinci
memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bentuk perusahan peternak
dengan sasaran produksi kelinci dapat ditingkatkan sesuai target, mutu, dan
permintaan pasar yang semakin berkembang (Sarwono 2001).
Pakanmerupakan prioritas dalam usaha ternak kelinci.Hal ini merupakan
peluang karena usaha pakan kelinci masih jarang di Indonesia. ARP menjual dua
merek pakan ternak yang berbeda, yaitu Bunny Feeds dan Yummy Bunny.
Perbedaan kedua produk pakan yang diproduksi terletak pada kemasannya,
sementara kandungan nutrien tidak berbeda. Harga yang dijual Rp12500/kg
kepada agen. Sistem pemasaran yang dilakukan peternakan ARP pada awalnya
dengan cara sederhana, berdasarkan informasi peternak kemudian dilanjutkan
dengan promosi melalui internetsejak banyaknya permintaan dari luar kota.
Kegiatan Produksi-operasi
Asep’s Rabbit Project merupakan peternakan kelinci yang menggunakan
poladisplay, yang memiliki tujuan utama untuk memelihara, dan diperbolehkan
membeli jika ada pembeli ingin memilikinya. Menurut Blakely dan Bade (1992),
peternakan kelinci dalam menjalankan usaha kelinci diperlukan prinsip-prinsip
dasar agar tatalaksana dapat dilakukan dengan baik. Peternakan ARP menerapkan
secara intensif, menggunakan kandang individu system battery. Kelinci yang
dipeliharadikawinkan secara alami. Pengawinan kelinci dilakukan dengan cara
menempatkan pejantan dan betina yang sedang birahi dalam satu kandang. Umur
kelinci jantan dan betina yang dikawinkan rata-rata bekisar umur 6 bulan. Setelah
dikawinkan, dalam kandang betina ditempatkan kotak beranak yang diisi dengan
rambut-rambut kelinci sebagai penghangat anak kelinci yang baru lahir. Kelinci
yang melahirkanmenyusui anaknya selama 45 hari, pada saat umur anak kelinci
sudah mencapai 21 hari, induk kelinci sudah bisa dikawinkan kembali. Kelinci
indukan dalam setahun akan beranak sebanyak delapan kali dengan jumlah anak
yang lahir sebanyak 4-9 ekor/induk.
Tatalaksana pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali setiap harinya,
yaitu pagi dan sore hari. Setiap pagi hari kelinci diberikan pakan berupa pellet dan
ketika sore hari kelinci diberikan hijauan, tetapi jika hijauan tidak tersedia maka
diberikan pellet. Bentuk pakan yang diberikan pada kelinci bergantung pada
tujuan dan system pemeliharaan (Muslih et al. 2005).Pakan dibuat sendirioleh
pemilik peternakan sehingga tidak ada kesulitan penyediaan pakankelinci.Setiap
bulan peternakan ARP membutuhkan 1.5 ton pellet, sedangkan untuk hijauan
sebanyak 600kg. Komposisi nutrienpellet ARP dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel2Komposisi nutrien yang diberikan pada ternak kelinci berdasarkan umur
Komposisi Nutrien Pada
Nutrisi
Protein
Serat
TDN

Anak Kelinci
(%)
11-14
10-15
60

Induk Kelinci Menyusui
(%)
15-18
15-19
60

Sumber: Data wawancara pemilik peternakan

Pejantan/betinadara
(%)
12
18-22
60

6
Analisis Eksternal
Secara garis besar Analisis lingkungan ekternal menurut Umar (2008)
terdiri atas lingkungan makro dan lingkungan mikro. Faktor-faktor ini membentuk
lingkungan eksternal yang dibagi menjadi tiga subkategori meliputi lingkungan
Jauh, lingkungan Industri, lingkungan operasional memiliki keterkaitan satu sama
lain.
Lingkungan Jauh
Peternakan kelinci di Desa Gudang Kahuripan, Lembang memiliki sekitar
500 peternak. Hal in menunjukan beternak kelinci sudah tidak asing lagi di
lingkungan masyarakat sekitar peternakan ARP sehingga masyarakat sangat
menerima keberadaan peternakan kelinci. Selain itu keadaan ini membuat
masyarakat menjadi sangat mendukung adanya peternakan kelinci ARP.
Dukungan ini terbukti dengan adanya peran masyarakat sekitar untuk membantu
peternakan ini, seperti pengemasan pakan yang dibuat oleh Asep’s Rabbit Project.
Faktor lingkungan jauh meliputi faktor ekonomi, sosial, politik, teknologi,
dan ekologi (Pearce dan Robinson 2008). Faktor ekonomi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi dunia peternakan. Kelinci dengan potensi biologis dan
genetis yang tinggi, juga menghasilkan berbagai produk eksotik, memiliki potensi
ekonomi yang tinggi (Brahmantyo dan Raharjo 2005). Adanya alternatif daging
kelinci menjadi sumber daging menjadi potensi kelinci untuk bisa berkembang
untuk penyediaan daging.Saat ini harga karkas kelinci yang dijual oleh pedagang
adalah Rp40000/kg. Harga ini masih tergolong mahal dimasyarakat dibandingkan
dengan karkas ayam yang lebih popular.
Kebijakan pemerintah terhadap aturan ekspor yang terlalu banyak
birokrasinya menjadi salah kendala peternakan ARP untuk dapat memperluas
pasar menurut pemilik peternakan.Salah satunya pengiriman kelinci ataupun
pakan yang banyak membuat adanya praktek-praktek kecurangan sehingga
membuat pengiriman harus terhambat.
Lingkungan Industri
Peternakan ARP mempunyai hubungan yang luas dengan peternak lain.
Hal ini menjadikan peternakan ini dijadikan mitra oleh peternak kecil yang baru
memulai untuk beternak kelinci, dalam melakukan penjualan ternak kelinci. Pola
kemitraan ini menjadikan peternak ARP dengan peternak kelinci yang lain tidak
saling bersaing. Bahkan peternak ARP juga menjalin kemitraan dengan peternak
diluar lembang hingga di luar pulau. Tidak adanya pesaingan ini menjadikan antar
peternak kelinci mempunyai hubungan yang kuat. Hal ini juga terjadi akibat
masih jarangnya peternakan kelinci di Indonesia.
Pelanggan peternakan ini tidak hanya membeli ternak kelinci tetapi juga
membeli pakan, obat-obatan, dan peralatan kandang. Selain itu banyak yang juga
pelanggan yang berkonsultasi dengan pemilik mengenai kelinci. Pelanggan yang
jauh seperti diluar pulau melakukan pemesanan melalui telepon dengan kriteria
dan sesuai yang dipesan. Biaya pengiriman dibebankan kepada pembeli. Hal yang
perlu diperhatikan oleh pembeli diluar daerah yaitu harus melunasi pembayaran
sebelum waktu pengiriman sehingga tidak merepotkan peternakan ARP.

7
Peternakan ARP tidak hanya menjual ternak kelinci, tetapi juga pakan
untuk kelinci. Hal ini menjadikan peternakan ARP mempunyai banyak hubungan
dengan pemasok. Bentuk kerjasama yang dilakukannya oleh peternakan ARP
melalui hubungan yang tidak selalu bergantung dengan satu pemasok saja
sehingga tidak menimbulkan tanggungan terhadap pemasok dan mengurangi
terjadinya kerugian akibat pemasok yang mungkin tidak bertanggung jawab.
Selain itu hubungan dengan pemasok yang jauh jaraknya membuat peternakan ini
harus memesan melalui telepon.Umar (2008), menyatakan bahwa lingkungan
industri adalah berupa jaringan dari hubungan bisnis yang dilakukannya, antara
lain dengan pesaing dan konsumen.
Lingkungan Operasional
Populasi kelinci di Indonesia di tahun 2012 yaitu berjumlah 794 juta ekor
(Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Hal ini membuat
tingkat persaingan antar peternak kelinci menjadi sangat jarang terjadi.Setiap
peternak kelinci selalu menjalin hubungan dengan peternak lain dengan
melakukan kerjasama. Komposisi pelanggan yang terdiri dari penghobi dan
pembudidaya yang tidak hanya membeli kelinci, tetapi pakan kelinci menjadikan
peternakan ARP juga harus memproduksi pakan untuk menghadapi permintaan
pelanggan tersebut.Lingkungan operasional disebut juga lingkungan kompetitif
yang terdiri atas faktor-faktor dalam situasi kompetitif yang mempengaruhi
keberhasilan usaha dalam memperoleh sumberdaya yang dibutuhkan (Pearce dan
Robinson2008).
Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project
Evaluasi Strategi adalah tahap dari manajemen strategi dengan melakukan
tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu meninjau
faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi, mengukur prestasi
dan mengambil tindakan korektif (David 2009).
Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Analisis matriks IFE dapat dilihat pada Table 3. Faktor internal yang
menjadi kekuatan peternakan kelinci ARP adalah adanya pabrik pakan sendiri dan
memiliki pasar yang luas (Skor bobot 0.208). Pabrik pakan ini berada pada bagian
belakang kandang. Bahan baku pakan didapat dari berbagai wilayah di pulau jawa.
Keunggulan pabrik pakan ini tidak hanya untuk peternakan tetapi juga untuk
dijual kepada agen. Total produksi pada pabrik pakan ini sebesar 3 ton/bulan. Hal
ini dapat memenuhi kebutuhan untuk pakan kelinci sebanyak 1.5 ton/bulan dan
1.5 ton untuk dijual. Pemilik ternak saat ini sedang meng… peluang
pengembangan pabrik pakan ternak kelinci.
Kelemahan yang terdapat pada peternakan kelinci,yaitumasalah
manajemen keuangan yang belum jelas dan teratur. Hal ini terbukti dengan tidak
adanya kegiatan yang perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliaan pemanfaatan
sumber daya keuangan dalam kegiatan berternak kelinci secara efisien dan juga
efektif. Peternakan kelinci ARP merupakan usaha yang lebih berperan sebagai
unit display.Lahan yang yang terbatas juga menjadi kendala dalam upaya
perluasan. Menurut Jausch dan Glueck (1995), perencanaan strategis yang

8
mengkaji pemasaran dan distribusi perusahaan, karyawan perusahaan, serta faktor
keuangan dan akuntasi untuk menentukan letak kekuatan dan kelemahan.Nilai
bobot yang diperoleh menjdai penentu dalam menentukan perencanaan yang tepat
untuk mengembangkan usaha peternakan kelinci ARP.
Tabel3Matriks internal factor evaluation (IFE)
No.

Aspek Lingkungan Internal

1

Kekuatan
Fasilitas pekerja yang mendukung
kinerja peternak

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13
14

1
2
3
4
5
6

Bobot x
Peringkat

Bobot

Peringkat

0.049

3.2

Tugas pekerja yang jelas dan teratur

0.049

3.4

0.167

Jumlah pekerja yang memadai
Penguasaan
dalam
tatalaksana
budidaya yang baik
Bibit Berkualitas

0.052

3.6

0.187

0.049

3.6

0.176

0.039

3.4

0.133

0.049

3.8

0.186

0.049

4.0

0.196

0.048

4.0

0.192

0.052

4.0

0.208

0.052

3.8

0.198

0.052

4.0

0.208

0.052

3.6

0.187

0.052

3.6

0.187

0.052

3.8

0.198

0.052

4.0

0.208

0.052

3.8

0.198

0.052

3.8

0.198

0.052

4.0

0.208

0.049
0.052
1

3.8
4.0
-

0.186
0.208
3.785

Hasil pembibitan yang terbaik
Induk dan pejantan yang digunakan
adalah yang terbaik
Peternakan mudah terkontrol karena
kondisi dekat dengan rumah pemilik
Mempunyai pabrik pakan yang baik
Mudah mendapatkan pakan hijauan
dan pellet
Mempunyaipasar yang luas dalam
penjualan
Fasilitas kandang yang memadai
untuk
mendukung
kinerja
peternakan
Sistem seleksi induk dan bibit yang
baik
Mempunyai
pekerja
yang
menyayangi kelinci dan terampil
Kelemahan
Manajemen keuangan yang belum
jelas
Tidak adanya frekuensi peremajaan
indukan dan pejantan
Aturan kandang individu kurang
baik
Penanganan limbah yang kurang
baik
Masih adanya keterbatasan modal
Lahan yang masih terbatas
Jumlah

0.157

9

Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Hasil analisis matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 4. Peluang peternakan
kelinci pada faktor ekternal adalah adanya masyarakat sekitar yang menerima dan
tidak merasa terganggu dengan hadirnya peternakan kelinci (skor bobor 0.232).
Table 4Matriks external factor evaluation (EFE)
No.
1
2
3

4

5
6
7
8
9
10
11

1
2
3
4
5
6
7

Aspek Lingkungan Eksternal
Peluang
Kelinci sebagai alternatif sumber
daging
Masyarakat
yang
menjadikan
beternak kelinci sebagai mata
pencaharian
Masyarakat sekitar yang menerima
dan tidak merasa terganggu adanya
peternakan kelinci
Banyaknya masyarakat yang ingin
membantu peternakan asep rabbit's
project
Budaya saling membantu antar
tetangga
Adanya akses teknologi informasi
yang memudahkan untuk promosi
Pelanggan tetap yang banyak
Banyaknya agen pemasokan bahan
baku pakan
Hubungan rekan antar peternak
kelinci di Indonesia yang sangat baik
Dijadikan mitra oleh para peternak
Adanya pelanggan yang membeli
melalui pemesanan
Ancaman
Pengiriman produk ke tempat tujuan
yang sulit di Indonesia
Perizinan untuk melakukan ekspor
yang sulit
Pungutan liar saat pengiriman
Adanya pemasok bahan pakan yang
sulit untuk dipercaya
kenaikan biaya transportasi
Budaya masyarakat yang belum
terbiasa konsumsi daging kelinci
Akses transportasi menuju lokasi
yang sering macet.
Jumlah

Bobot

Peringkat

Bobot x
Peringkat

0.056

3.4

0.190

0.056

3.4

0.190

0.058

4

0.232

0.058

3.8

0.220

0.056

3.6

0.202

0.058

3.8

0.220

0.053

3.8

0.201

0.058

3.8

0.220

0.058

4

0.232

0.058

4

0.232

0.056

4

0.224

0.056

3.6

0.202

0.056

3.8

0.213

0.053

3.8

0.201

0.053

3.6

0.191

0.050

3.6

0.180

0.056

3.8

0.213

0.053

3.4

0.180

1

-

3.745

10
Masyarakat sekitar sangat mendukung adanya peternakan kelinci. Hal ini
terbukti adanya tetangga yang turut membantu saat produksi pakan di pabrik
pakan dan tidak merasa terganggu dengan banyaknya pengunjung yang datang ke
peternakan ini. Selain itu adanya peternak lain yang menjadikan peternakan ARP
sebagai mitranya menjadi peluang yang sangat perspektif (skor bobot 0.232).
Peternak lain di sekitar melakukan penjualan kelinci melalui kemitraan dengan
ARP karena mereka memiliki keterbatasan informasi terhadap pasar yang luas
dibandingkan dengan ARP. Beberapa ancaman yang dihadapi peternakan ARP
adalah kesulitan perizinan untuk melakukan ekspor yang sulityang ditandai
dengan skor bobot 0.213.Terutama peternakan ARP memiliki aspek pasar yang
luas hinggake negara tetangga sehingga faktor ini menjadi salah faktor yang
penting pada peternakan ARP.
Matriks Internal-External (IE)
Tabel 3 dan Tabel 4 merupakan matriks IFE dan EFE yang menunjukan
total skor pembobotan pada peternakan ARP yaitu 3.785 dan 3.745. Bobot total
skor ini menunjukan bahwa usaha peternak kelinci ARP terdapat padaGambar 2
terdapat pada posisi I (Growth Strategy). Posisi ini berada dalam kondisi internal
dan eksternal yang sama tinggi. Menurut Rangkuti (1997) posisi ini didesain
untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit, atau kombinasi
dari ketiganya. Peternakan ARP dapat mengembangkan produk baru, menambah
kualitas produk atau jasa,serta melakukan meminimalkan harga.

Skor EFE

Kuat
4

Skor EFE
Rata-rata Rendah
3
2

Tinggi

3

I

II

III

Sedang

2

IV

V

VI

Lemah

1

VII

VIII

IX

Gambar 2Matriks Internal-External.
Matriks SWOT
Penyusunan strategi dapat dilakukan dengan menggunakan matriks
SWOT.Pearce dan Robinson (2008) menyatakan SWOT merupakan analisis
berdasarkan pada asumsi dengan strategi yang efektif diturunkan dari kesesuaian
yang baik antara sumber daya internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan
kelemahan dengan situasi eksternalnya yaitu peluang dan ancaman.
Strategi S-O, strategi memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak kelinci dan pakan kelinci serta
memperkuat hubungan antar peternak kelinci di Indonesia. Hal ini karena
peternakan ini sudah mempunyai pasar yang luas sehingga kualitas harus
dipertahankan agar pelanggan dapat terus percaya kepada peternakan ARP.

11
Strategi W-O, strategi memanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah
menjalin kerjasama dengan peternak kelinci kecil dan melakukan pembinaan
budidaya kepada masyarakat sekitar. Adanya hubungan baik dengan peternak
kelinci membuat peternakan ARP dapat menjalin kerjasama kepada peternak
tersebut. Melakukan pembinaan kepada peternak kecil atau masyarkat yang ingin
beternak kelinci secara tidak langsung memperkenalkan kelinci bahwa kelinci
mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Salah satunya sebagai
ternak penghasil daging.
Strategi S-T, strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman. Strategi yang dilakukan adalah menjalin hubungan
komunikasi yang baik dengan pemerintah dan melakukan pelaporan dilapang
terkait ternak kelinci. Kurang adanya peran dari pemerintah yang serius terkait
ternak kelinci menjadikan peternak kelinci harus berperan aktif memberikan
usulan-usulan kepada pemerintah. Adanya apkin yang merupakan tempat sharing
antar peternak kelinci, perlu digunakan secara maksimal agar aspirasi peternak
dapat tersalurkan.
Strategi W-T, strategi yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi yang dilakukan adalah
menciptakan penanganan peternakan yang lebih baik dengan cara melakukan
evaluasi keadaan peternakan secara rutin. Aspek finansial yang kurang
diperhatikan oleh peternakan ARP membuat peternakan akan sulit berkembang.
Adanya sumberdaya manusia yang betugas sebagai manager peternakan dapat
membantu pemilik peternakan mengevaluasi secara rutin keadaan peternakan
Analytical Hierarchy Process
Prioritas strategi yang dihasilkan dengan pendekatan metode proses
hierarki analisis (AHP). Hierarki tersebut disusun secara sistematis untuk
menciptakan kerangka logis dari suatu pengambilan keputusan berbasis kriteria
majemuk. Tujuannya adalah menghasilkan suatu keputusan yang baik
dalammenetapkan setiap strategi yang cocok untuk mencapai tujuan.Dalam
pelaksanaannya, sumber daya yang tersedia sangat mempengaruhi peranan
penting(Hardian 2011).
Pelaksanapada Pengembangan Usaha Peternakan ARP
SDM pelaksana yang diharapkan memegang peranan dalam pelaksanaan
strategi pengembangan usaha peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project adalah
SDM peternakan, pemilik peternakan, dan masyarakat sekitar peternakan.
Berdasarkan analisis AHP bobot dan prioritas pelaksanaan strategi dalam
menerapkan strategi pada Tabel 5 dengan nilai rasio konsistensi di bawah 10%.
Tabel5Pengaruh pelaksana dalam upaya pengembangan usaha peternakan kelinci
Asep’s Rabbit Project
Pelaksana
Bobot
Peringkat
SDM Peternakan
0.413
1
Pemilik Peternakan
0.260
3
Masyarakat sekitar peternakan
0.327
2

12
Pelaksana pertama, yaitu SDM peternakan yang merupakan pegawai
kandang.Peranan SDM sangat penting dalam penentuan strategi yang akan dipilih
dan dijalankan dalam usaha ini. SDM yang terampil dan mengerti budidaya
kelinci menunjukkan profesional peternakan ini
Pelaksana kedua, yaitu masyarakat sekitar peternak yang merupakan
masyarakat yang berada langsung bersebelahan dengan kandang. Peranan ini
cukup penting untuk dalam mendukung keberlanjutan pengembangan usaha ini.
Saling membantu antar tetangga merupakan salah satu bukti adanya dukungan
dari masyarakat.
Pelaksana ketiga, yaitu pemilik peternakan. Pemilik peternakan berperan
dalam menciptakan sistem manajemen peternakan ini agar lebih terkontrol. Hal ini
menunjukan pemilik juga akan memilik peran yang aktif dalam proses
pengembangan usaha peternakan ARP.
Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Peternakan ARP
Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project
diperlukan strategi yang tepat. Berdasarkan hasil analisis SWOT, telah dihasilkan
lima alternatif strategi dalam usaha peternakan kelinci. Berdasarkan analisis AHP
bobot dan prioritas kelima alternatif strategi bisnis tersebut dapat dilihat pada
Tabel 6, dengan nilai rasio konsistensi di bawah 10%.
Tabel6Alternatif strategi pada pengembangan usaha peternakan kelinci Asep’s
Rabbit Project
Strategi
Bobot Peringkat
Menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan
pemerintah dan melakukan pelaporan dilapang terkait 0.272
1
ternak kelinci
Menjalin kerjasama dengan peternak kelinci kecil dan
melakukan pembinaan budidaya kepada masyarakat 0.203
2
sekitar
Memperkuat hubungan antar peternak kelinci di
0.199
3
Indonesia
Menciptakan penanganan manajemen peternakan yang
0.172
4
lebih baik
Meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak kelinci dan
0.154
5
pakan kelinci
Prioritas strategi yang dihasilkan bukan merupakan proses untuk memilih
satu strategi, dalam pengertian strategi yang memiliki bobot tertinggi. Prioritas
strategi yang dihasilkan AHP juga bukan menunjukkan urutan pelaksanaan
strategi. Prioritas strategi yang dihasilkan AHP menunjukkan strategi unggulan
yang dapat dilakukan. Setiap strategi memiliki kemampuan untuk pemenuhan
tujuan yang ingin dicapai, yang dalam pelaksanaannya dipengaruhi oleh
keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Hal ini memberikan implikasi bahwa
semua strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersama-sama atau sendirisendiri, tergantung pada kemampuan dan sumber daya yang dimiliki dalam
melaksanakan strategi untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian hierarki tersebut
disusun secara sistematis untuk menciptakan kerangka logis dari suatu

13
pengambilan keputusan, sehingga dapat dihasilkan suatu keputusan yang baik
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.
Berdasarkan analisis AHP diatas, maka peranan SDM peternakan
diharapkan dapat mengalokasikan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki
untuk pelaksanaan strategi untuk menjalin kerjasama dengan peternak kecil dan
melakukan pembinaan budidaya kepada masyarakat sekitar. Strategi tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan usaha peternakan meliputi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman.

Gambar 3Hierarki dan hasil pembobotan formulasi strategi

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Peternakan Asep’s Rabbit Project memiliki kekuatan dari peluang usaha
yang baik karena memiliki usaha mandiri dan pabrik pakan sendiri serta pasar
yang luas. Beberapa kendala yang dialami adalah manajemen keuangan yang
belum jelas dan teratur serta luas lahan yang terbatas untuk upaya perluasan usaha.
Selain itu kebijakan danaturan pemerintah yang belum mendukung kegiatan
ekspor ke luar negeri, walaupun adanya permintaan dari negara lain. Namun
demikian,faktor utama yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan
ARP adalah penerimaan masyarakat terhadap peternakan kelinci dan minat
peternak lain sebagai mitra ARP.
Strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha peternakan
kelinci ARP meliputi upayameningkatkan kualitas ternak kelinci dan pakan
kelinci, memperkuat kerjasama antar peternak kelinci di Indonesia, menjalin
kerjasama dengan peternak kelinci kecil, dan melakukan pembinaan budidaya
kepada masyarakat sekitar. Komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah secara
intensif sehubungan dengan pengembang ternak kelinci di Indonesia sangat
diperlukan.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh prioritas strategi yang
diperlukan meliputi jalinan kerjasama pemasaran dengan peternak kecil dan
melakukan pembinaan budidaya kepada masyarakat sekitar.Optimalisasi
sumberdaya pakan lokal dan sumberdaya manusia (SDM) pengelola usaha yang
dimiliki sangat diperlukan dalam rangka pengembangan usaha yang
menguntungkan.
Saran
Komunikasi dan koordinasi yang intensif dengan pemerintah,sistem dan
manajemen pelaporan secara berkala tentang usaha kelinci dan kerjasama yang
baik dengan peternak kecidan masyarakat akan membantu percepatan
pengembangan usaha kelinci.Selain itu penerapan manajemen keuangan yang
rapih dan transparan sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu dalam rangka
pengembangan usaha yang menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA
Blakely
J,
BadeD.H.
1985.
Ilmu
Peternakan.
Edisi
ke-empat
(Terjemahan).Yogyakarta (ID):Gajah Mada UniversityPr.
Brahmantyo B,RaharjoYC. 2005. Pengembangan pembibitan kelinci di pedesaan
dalam menunjang potensi dan prospek agribisnis kelinci. Lokakarya
Nasional. Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci. Bogor (ID):
Balai Penelitian Ternak.
David F. 2009. ManajemenStrategis.Jakarta (ID): PT. Indeks.

15
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan
2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI.
Hardian P. 2011. Formulasi Strategi Bisnis Katekin dan Tanin di PT. Agro
Farmaka Nusantara (tesis)Program Studi Manajemen dan Bisnis. Sekolah
Pascasarjana. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Jausch LR, GlueckWF. 1995. Manajemen Strategis dan Kebijaksanaan
Perusahaan. Edisi ketiga. Jakarta (ID): Erlangga.
MuslihD, PasekIW, Rossuartini, BrahmantiyoB. 2005. Tatalaksana pemberian
pakan untuk menunjang agribisnis kelinci. Lokakarya Nasional. Potensi
dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci. Bogor (ID): Balai Penelitian
Ternak.
PearceJA, RobinsonRB. 2008. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi,
dan Pengendalian. Jilid Satu. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.
Putong I. 2003. Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri (ASWOT-TSI). Jurnal Ekonomi Bisnis No.2. Jilid 8.Jakarta (ID):
Universitas Bina Nusantara.
RaharjoYC, GultomD,Iskandar S, PrasetyoLH. 2001. Peningkatan produktivitas,
mutu produk dan nilai ekonomi kelinci eksotis melalui pemuliaan dan
nutrisi. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak bekerjasama
dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Proyek. Bogor
(ID): Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian/ARMP-II.
Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):
PT Gramedia Pustaka Utama.
Saaty TL. 2008. Decision Making With The Analytic Hierarchy Process. IJSS.Vol.
1.(1): 83–98.
SarwonoB. 2001. Kelinci Potong dan Hias. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Umar H. 2008. Strategic Management in Action.Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Utama.

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Juni 1991 di Bogor, Jawa Barat. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Agus Purwito dan
Ibu Ina Rosdiana.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2003 di SDN Polisi IV,
pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SLTP
Bina Insani Bogor dan dilanjutankan sekolah menengah atas hingga tahun 2009 di
SMA Bina Insani Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Masuk IPB (USMI) pada tahun 2009.
Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah menjadi anggota UKMMusic
Agriculture Expression. Kegiatan magang juga pernah penulis ikuti di Badan
Pengawasan Mutu Produk Peternakan (BPMPP) dan di Balai Inseminasi Buatan
(BIB), Lembang. Penulis juga terlibat dalam Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) 2012 - 2013 dalam bidang kewirausahaan.