Strategi Pengembangan Pemasaranusahaternak Kelinci Di Kabupaten Karo

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN

PEMASARANUSAHATERNAK KELINCI DI KABUPATEN

KARO

SKRIPSI

OLEH :

ACHMAD JEFRI 070304070 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN

PEMASARANUSAHATERNAK KELINCI DI KABUPATEN

KARO

SKRIPSI

OLEH: ACHMAD JEFRI

070304070 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Sayarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(DR. Ir. Tavi Supriana, M.S.)

NIP : 19641102 198903 2 001 NIP:197211181998022001 (Emalisa, SP, MSi)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

ACHMAD JEFRI (070304070/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Strategi

Pengembangan Pemasaran Usahaternak Kelinci di Kabupaten Karo”.Penelitian ini dibimbing oleh DR. Ir. Tavi Supriana, M.SdanEmalisa, SP, Msi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam pengembangan pemasaran usahaternak kelinci serta bagaimana strategi pengembangan pemasaran usahternak kelinci.

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal serta bagaimana strategi yang dikembangkan dalam pengembangan usahaternak kelinci digunakan analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal dan eksternal adalah pengalaman peternak, sumber pakan, agroklimat, kelembagaan, skala usahaternak, peluang pasar, kebijakan pemerintah, dan preferensi masyarakat. Strategi yang dikembangkan mengacu kepada pemanfaatan pengalaman peternak, sumber pakan, agroklimat, untuk meningkatkan produksi dan memenuhi permintaan.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lima Puluh pada tanggal 4Juni 1988 dari ayah Henri Yunan dan ibu Nurdeli.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Muhammmadiyah 3

Kisaran, tamat tahun 2000.

2. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Atas di SMP Negeri 1 Kisaran, tamat tahun 2003.

3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Kisaran, tamat tahun 2006.

4. Tahun 2007 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Mandiri.

5. Bulan Juni-Juli tahun 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sukaramai, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.Adapun judul

dari skripsi ini adalah ”Strategi Pengembangan Pemasaran Usahaternak

Kelinci di Kabupaten Karo”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Emalisa, SP, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

banyak membimbing dan membantu penulis.

3. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU.

4. Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis, MS selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis FP USU.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Program Studi Agribisnis FP USU. 6. Seluruh instansi yang terkait dalam penulisan ini atas bantuannya selama

penulis dalam mengambil data penelitian.

7. Seluruh sampel peternak kelinci yang telah membantu penulis dalam

melengkapi data-data yang dibutuhkan selama penelitian.

Segala hormat dan terimakasih kepada Ayahanda tercinta Henri Yunan dan Ibunda Nurdeli atas kasih sayang dan dukungan doanya.Juga buat kakak dan


(6)

adik-adik saya Dina Fahrani, Muhammad Fadhli, dan Albukhori terimakasih untuk dukungan doanya.Dan kepada teman-teman aldy dan afdhal yang bersama dalam penelitian, dan seluruh teman-teman SEP 07 serta kepada semua yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2013


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

2.1 Tinjauan Aspek Strategi Pengembangan ... 6

2.2 Tinjauan Aspek Pemasaran ... 7

2.3Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran ... 8

2.4 Manfaat Ternak Kelinci ... 13

2.5 Kendala Pengembangan Peternakan Kelinci ... 14

2.6 Landasan Teori... 15

2.7 Kerangka Pemikiran...17

III. METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 20

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 21

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 24

Definisi ... 24

Batasan Operasional ... 25

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 26

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 26

4.2 Keadaan Penduduk... 26

4.3 Sarana dan Prasarana ... 28

4.4 Karakteristik Sampel ... 29

Peternak Sampel ... 29

Peternak Murni ... 29

Peternak Sekaligus Pedagang Pengumpul ... 30


(8)

Pedagang Pengumpul ... 31

Pedagang Pengecer Luar Daerah ... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Faktor-faktor Internal ... 34

Kekuatan... 34

Kelemahan... 38

5.2 Faktor-faktor Eksternal ... 48

Peluang... 48

Ancaman... 52

5.3 Strategi Pengembangan Pemasaran Usahaternak Kelinci... 55

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Populasi Kelinci Tahun 2010-2012 ... 3

2. Populasi Ternak Menurut Kecamatan (ekor) di Kabupaten Karo 2011 ... 19

3.Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kecamatan Berastagi Tahun 2011 ... 27

4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Berastagi Tahun 2011 ... 27

5. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Berastagi Tahun 2011 ... 28

6. Karakteristik Peternak Sekaligus Pedagang Pengumpul ... 30

7. Karakteristik Pedagang Pengumpul di Daerah ... 31


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 18 2. Matriks SWOT ... 23 3. Strategi SWOT ... 58


(11)

ABSTRAK

ACHMAD JEFRI (070304070/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Strategi

Pengembangan Pemasaran Usahaternak Kelinci di Kabupaten Karo”.Penelitian ini dibimbing oleh DR. Ir. Tavi Supriana, M.SdanEmalisa, SP, Msi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam pengembangan pemasaran usahaternak kelinci serta bagaimana strategi pengembangan pemasaran usahternak kelinci.

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal serta bagaimana strategi yang dikembangkan dalam pengembangan usahaternak kelinci digunakan analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal dan eksternal adalah pengalaman peternak, sumber pakan, agroklimat, kelembagaan, skala usahaternak, peluang pasar, kebijakan pemerintah, dan preferensi masyarakat. Strategi yang dikembangkan mengacu kepada pemanfaatan pengalaman peternak, sumber pakan, agroklimat, untuk meningkatkan produksi dan memenuhi permintaan.


(12)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Dewasa ini bidang peternakan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional Indonesia. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan peternak, meningkatkan devisa serta memperluas kesempatan kerja di pedesaan.

Bidang peternakan memiliki kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia yaitu berupa komoditas utama seperti daging, telur, susu, maupun produk sampingan berupa kotoran. Salah satu jenis ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan adalah ternak kelinci.

Ternak kelinci di Indonesia mempunyai kemampuan kompetitif untuk bersaing dengan sumber daging lain dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia (kebutuhan gizi) dan merupakan alternatif penyedia daging yang perlu dipertimbangkan dimasa datang, daging kelinci merupakan salah satu daging yangberkualitas baik dan laik dikonsumsi oleh berbagai kelas lapisan masyarakat. Bahkan dibandingkan dengan kondidi daging ayam dilihat dari segi aroma, warna daging dan dalam berbagai bentuk masakan tidak ditemukan perbedaan yang nyata(Dwiyanto et al, 1995).

Ternak kelinci bila dipelihara secara intensif dapat beranak sampai 10 kali setahun dengan kemampuan menghasilkan anak 4-10 ekor per kelahiran, sehingga usahaternak ini cukup menjanjikan keuntungan.Ternak ini mudah dan sederhana


(13)

dalam pemeliharaannya serta tidak memerlukan lahan yang luas, sehingga usahaternak kelinci masih banyak diusahakan sebagai usaha sambilan. Selain itu daging kelinci mempunyai keunggulan dibandingkan daging asal ternak lainnya yaitu rendahnya kadar kolesterol, tinggi protein, serta seratnya pendek dan halus sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh anak-anak hingga orang dewasa. Kelinci juga dipelihara secara komersial untuk diambil daging, fur (kulit-bulu), serta untuk fancy dan hewan percobaan di laboratorium.Hal ini memberikan nilai tambah bagi komoditas ternak kelinci untuk dikembangkan.

Dari data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) dapat dilihat bahwa populasi kelinci nasional tahun 2010 mencapai 833.666 ekor.Di tahun 2011 jumlah populasi kelinci mengalami penurunan menjadi 760.106 ekor.Sedangkan di tahun 2012, jumlah kelinci melonjak mencapai 784.016 ekor.Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar kelinci mulai terbuka bagi pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia.


(14)

Tabel 1.Populasi Kelinci di Berbagai Provinsi

No. Provinsi Kelinci

2010 2011 2012

1 Aceh 0 1.239 1.275

2 Sumut 35.759 21.063 21.296

3 Sumbar 39.903 0 0

4 Riau 0 0 0

5 Jambi 0 0 0

6 Sumsel 0 0 0

7 Bengkulu 4.041 4.722 5.092

8 Lampung 274.484 0 0

9 Babel 0 0 0

10 Kepri 0 0 0

11 DKI Jakarta 0 154 169

12 Jabar 107.681 171.880 172.909

13 Jateng 330.574 350.844 379.416

14 DI Yogya 0 0 0

15 Jatim 0 162.719 162.719

16 Banten 224 1.591 2.387

17 Bali 3.934 5.709 6.671

18 NTB 2.856 2.763 3.000

19 NTT 0 399 439

20 Kalbar 569 1.147 1.268

21 Kalteng 0 0 57

22 Kalsel 0 0 0

23 Kaltim 0 0 0

24 Sulut 839 1.084 1.192

25 Sulteng 0 0 0

26 Sulsel 0 0 0

27 Sultra 0 0 0

28 Gorontalo 0 0 0

29 Sulbar 0 0 0

30 Maluku 0 0 0

31 Malut 0 0 30

32 Papua Barat 725 846 878

33 Papua 32.068 33.946 35.217

Indonesia 833.666 760.106 784.016

Sumber: Statistik Peternakan dan Kesehatan (2012)

Populasi kelinci di Sumatera Utara setiap tahun cukup signifikan.Di tahun 2010 populasi kelinci mencapai 35.759 ekor.Di tahun 2011 populasinya mencapai 21.063ekor sedangkan di tahun 2012 mencapai 21.296ekor (Statistik Peternakan, 2012).


(15)

Salah satu permasalahan dalam pengembangan ternak kelinci adalah kurang populernya daging kelinci di masyarakat, dan adanya anggapan dari masyarakat bahwa mereka akan mengembangkan usahaternak kelinci jika menguntungkan dibandingkan usaha lain. Namun dikarenakan kurangnya pasokan dan kurang fungsi lembaga pemasaran maka kebutuhan daging tidak lagi dapat terpenuhi oleh karena diperlukan antisipasi pasar dan keadaan melalui analisis SWOT terhadap peternakan kelinci baik sebagai kelinci hias maupun kelinci konsumsi yang ada di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang didapat antara lain:

− Apa saja faktor-faktor internal dalam pengembangan pemasaran

usahaternak kelinci?

− Apa saja faktor-faktor eksternal dalam pengembangan pemasaran

usahaternak kelinci?

− Bagaimana strategi pengembangan pemasaranusahaternak kelinci di


(16)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

− Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam

pemasaran kelinci di daerah penelitian.

− Untuk menganalisis strategi pengembangan pemasaran kelinci di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

− Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pelaku petani kelinci. − Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam

menetapkan kebijakan dan perkembangan komoditas kelinci.

− Sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta salah satu cara dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.


(17)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Aspek Strategi Pengembangan

Usaha ternak kelinci peternakan memerlukan pendekatan untuk mengapresiasikan akan pentingnya peranan, ciri-ciri, sifat-sifat dan nilai ternak kelinci antara lain:

− Berorientasi pada peternak sebagai pelakuutama agribisnis peternakan serta mengacupada dinamika perkembangan global dansemangat desentralisasi.

− Menjamin agar produk yang dihasilkanmempunyai daya saing sesuai

kebutuhanpasar dan ramah lingkungan melaluipromosi dan pameran ternak.

Sedangkan strategi yang akandikembangkan adalah mengacu kepadakebijaksanaan pemerintah seperti halnya padajenis ternak lainnya dengan membentuknetworking atau keterkaitan dan keterikatanantar subsistem mulai dari pra-produksi, prosesproduksi dan pasca-produksi serta saranapendukung yang antara lain meliputi:

− Pemberdayaan peternak dengan membentukkelompok untuk

mempermudah aksesmemperoleh kredit dengan bunga rendah.

− Mengembangkan peternakan yang efisien, terintegrasi serta melibatkan masyarakat.

− Mengembangkan ketersediaan sumberpakan lokal, sehingga biaya pakan


(18)

− Pengembangan industri kompos danmeningkatkan mutu pengolahan limbah dankotoran yang mempunyai nilai tambah.

− Peningkatan efisiensi pemasaran ternak danhasil ikutan melalui usaha pemasaranbersama dan memperpendek rantaipemasaran.

− Promosi bahwa daging ternak kelincimerupakan “organic farming“.

− Pengembangan usaha melalui keterkaitanindustri penyamakan kulit

dengan budidayaternak. (Hutasuhut, 2005)

Secara umum kelinci dikembangkan sesuai dengan tujuan produksi yaitu sebagai penghasil daging (New Zealand White, Flemish Giant, dan Californian), daging dan kulit-bulu (Rex dan Satin), serta fancy (Hotot, Dwarf, Lops dan Lyon). Peternak kelinci di Kabupaten Magelang banyak mengembangkan kelinci sebagai penghasil daging, seperti Flemish Giant, English Spot, dan New Zealand White(Brahmatiyo et al., 2006).

Raharjo dan Thahir (2002) menyatakan bahwa sasaran pengembangan peternakan di era globalisasi meliputi pengembangan peternakan yang menyertakan usaha skala kecil, memberdayakan peternakan rakyat, serta melibatkan koperasi dan industri.Sementara itu pengembangan agribisnis kelinci penghasil fur bermutu tinggi memerlukan usaha promosi yang intensif dan kemampuan memasuki pasar atau bahkan menciptakan pasar dari potensi yang telah tersedia.

2.2. Tinjauan Aspek Pemasaran

Menurut Rahardi (1993), prospek pasar dapat dilihat dari produk usaha peternakan yang terus-menerus memiliki nilai pasar yang tinggi, permintaan pasar tinggi (dalam dan luar negeri), dan sedang dibutuhkan oleh pasar. Pasar adalah


(19)

terminal terakhir produk suatu usaha bisnis yang dapat dinikmati oleh konsumen. Seorang pengusaha sebelum mendirikan usaha bisnisnya perlu perencanaan pasar terlebih dahulu sehingga potensi pasar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya Menurut Sumiarti (2004), kegiatan yang penting dalam beternak kelinci yaitu memasarkan hasilnya yang berupa kelinci anak sebagai binatang kesayangan, bibit kelinci yang dijual sebagai induk dan pejantan, kelinci afkir, kelinci yang produktif dijual kepada perusahaan pengolahan hasil untuk dijadikan abon, dendeng, bakso, sosis, nugget, tas, topi, dan kerajinan lainnya, kotoran dan urin sebagai pupuk tanaman.

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran: 1. Lingkungan mikro perusahaan

Lingkungan mikro perusahaan terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang langsung berkaitan dengan perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar, yaitu:

a. Perusahaan

Yaitu struktur organisasi perusahaan itu sendiri. Strategi pemasaran yang diterapkan oleh bagian manajemen pemasaran harus memperhitungkan kelompok lain di perusahaan dalam merumuskan rencana pemasarannya, seperti manajemen puncak, keuangan perusahaan, penelitian dan pengembangan, pembelian, produksi, dan akuntansi serta sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, karena manajer pemasaran juga harus bekerja sama dengan para staff di bidang lainnya.


(20)

b. Pemasok (Supplier)

Para pemasok adalah perusahaan-perusahaan dan individu yang menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing untuk memproduksi barang dan jasa tertentu. Kadang kala perusahaan juga harus memperoleh tenaga kerja, peralatan, bahan bakar, listrik dan faktor-faktor lain dari pemasok.Perkembangan dalam lingkungan pemasok dapat memberi pengaruh yang amat berarti terhadap pelaksanaan pemasaran suatu perusahaan.

Manajer pemasaran perlu mengamati kecenderungan harga dari masukanmasukan terpenting bagi kegiatan produksi perusahaan mereka.Kekurangan sumber-sumber bahan mentah, pemogokan tenaga kerja, dan berbagai kcjadian lainnya yang berhubungan dengan pemasok dapat mengganggu strategi pemasaran yang dilakukan dan dijalankan perusahaan.

c. Para Perantara Pemasaran

Para perantara pemasaran adalah perusahaan-perusahaan yang membantu perusahaan dalam promosi, penjualan dan distribusi barang/jasa kepada para konsumen akhir. Para perantara pemasaran ini meliputi :

- Perantara, adalah perusahaan atau individu yang membantu perusahaan untuk menemukan konsumen. Mereka terbagi dua macam, yaitu agen perantara seperti agen, pialang dan perwakilan produsen yang mencari dan menemukan para pelanggan dan/atau mengadakan perjanjian dengan pihak lain, tetapi tidak memiliki barang atau jasa itu sendiri.


(21)

- Perusahaan Distribusi Fisik, perusahaan seperti ini membantu perusahaan dalam penyimpanan dan pemindahan produk dari tempat asalnya ketempat-tempat yang dituju.

- Para Agen Jasa Pemasaran, seperti perusahaan atau lembaga penelitian pemasaran, agen periklanan, perusahaan media, dan perusahaan konsultan pemasaran,kesemuanya membantu perusahaan dalam rangka mengarahkan dan mempromosikan produknya ke pasar yang tepat.

- Perantara Keuangan, seperti bank, perusahaan kredit, perusahaan asuransi, dan perusahaan lain yang membantu dalam segi keuangan.

d. Para Pelanggan

Yaitu pasar sasaran suatu perusahaan yang menjadi konsumen atas barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan apakah individu-individu, Iembaga-lembaga, organisasi-organisasi, dan sebagainya.

e. Para Pesaing

Dalam usahanya melayani kelompok pasar pelanggan, perusahaan tidaklah sendiri. Usaha suatu perusahaan untuk membangun sebuah sistem pemasaran yang efisien guna melayani pasar gelati disaingi oleh perusahaan lain.

Sistem pemasaran dan strategi yang diterapkan perusahaan dikelilingi dan dipengaruhi oleh sekelompok pesaing. Para pesaing ini perlu diidentifikasi dan dimonitor segala gerakan dan tindakannya didalam pasar.


(22)

f. Masyarakat Umum

Sebuah perusahaan juga harus memperhatikan sejumlah besar lapisan masyarakat yang tentu saja besar atau kecil menaruh perhatian terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan, apakah mereka menerima atau menolak metode-metode dari perusahaan dalam menjalankan usahanya, karena kegiatan perusahaan pasti mempengaruhi minat kelompok lain, kelompok-kelompok inilah yang menjadi masyarakat umum. Masyarakat umum dapat memperlancar atau sebaliknya dapat sebagai penghambat kemampuan perusahaan untuk mencapai sasarannya.

2. Lingkungan Makro

Lingkungan makro terdiri dari kekuatan-kekuatan yang bersifat kemasyarakatan yang lebih besar dan mempengaruhi semua pelaku dalam lingkungan mikro dalam perusahaan, yaitu:

a. Lingkungan Demografis/Kependudukan

Lingkungan demografis/kependudukan menunjukkan keadaan dan permasalahan mengenai penduduk, seperti distribusi penduduk secara geografis, tingkat kepadatannya, kecenderungan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, distribusi usia, kelahiran, perkawinan, ras, suku bangsa dan struktur keagamaan. Ternyata hal diatas dapat mempengaruhi strategi pemasaran suatu perusahaan dalam memasarkan produknya karena publiklah yang membentuk suatu pasar. b. Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi menunjukkan sistem ekonomi yang diterapkan, kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan ekonomi, penurunan dalam pertumbuhan pendapatan nyata, tekanan inflasi yang berkelanjutan,


(23)

perubahan pada pola belanja konsumen, dan sebagainya yang berkenaan dengan perkonomian.

c. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik menunjukkan kelangkaan bahan mentah tertentu yang dibutuhkan oleh perusahaan, peningkatan biaya energi, peningkatan angka pencemaran, dan peningkatan angka campur tangan pemerintah dalam pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber daya alam

d. Lingkungan Teknologi

Lingkungan teknologi rnenunjukkan peningkatan kecepatan pertumbuhan teknologi, kesempatan pembaharuan yang tak terbatas, biaya penelitian dan pengembangan, yang tinggi, perhatian yang lebih besar tertuju kepada penyempurnaan bagian kecil produk daripada penemuan yang besar, dan semakin banyaknya peraturan yang berkenaan dengan perubahan teknologi.

e. Lingkungan sosial/budaya

Lingkungan ini menunjukkan keadaan suatu kelompok masyarakat mengenai aturan kehidupan, norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, pandangan masyarakat dan lain sebagainya yang merumuskan hubungan antar sesama dengan masyarakat lainnya serta lingkungan sekitarnya. (Anonimous, 2011).


(24)

2.4. Manfaat Ternak Kelinci

Manfaat dari beternak kelinci diantaranya :

- Sebagai sumber pangan. Menurut Satrio (2000), di Jawa Barat terutama

didataran tinggi seperti Lembang, daging kelinci diolah dalam bentuk sate kelinci. Selain itu kelinci dapat diolah menjadi sosis, nugget, bakso, dendeng, abon, dan lain-lain.

- Sebagai penghasil kulit-bulu. Menurut Sumadia dan Rossuartini (2003),

kelinci Rexdan kelinci Satin menghasilkan kulit-bulu yang berkualitas baik, indah, menarik, dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kulit kelinci banyak dimanfaatkan untuk pembuatan kerajinan interior mobil, boneka, mainan anakanak, selendang, tas wanita, aksesoris rambut, sepatu bayi, topi, mantel, dan sarung tangan.

- Sebagai ternak kesayangan. Jenis kelinci hias eksotis mempunyai bentuk dan ukuran tubuh kecil, lucu, serta warna bulu indah, tebal, dan lembut. Ras kelinci hias seperti Angora, Lyon, Mini Rex, Lops, Fuzzy, Dutch, dan lain-lain.

- Sebagai hewan percobaan. Ternak kelinci banyak digunakan oleh perguruan tinggi, farmasi, dan lembaga-lembaga penelitian. Ras kelinci yang biasa digunakan adalah New Zealand White.

- Sebagai pupuk. Kelinci menghasilkan pupuk bermutu tinggi untuk produk

sayuran dan tanaman hias terutama yang ditanam dalam pot.

Menurut Abidin (2003), ternak kelinci memiliki karakteristik yang menguntungkan antara lain : rasa dagingnya lezat dan bergizi tinggi; kelinci dapat hidup dengan kondisi pakan seadanya, misalnya limbah sayuran dari pasar atau


(25)

limbah pertanian; tidak memerlukan lahan yang luas dan pembuatan kandang yang mahal; cepat berkembang biak; saat dewasa (umur 4-6 bulan) dapat melahirkan sampai 10 kali dalam satu tahun dengan jumlah perkelahiran 4-12 ekor; tidak ada agama apapun yang melarang umatnya untuk mengkonsumsi daging kelinci; selama kandang dalam keadaan bersih dan kondisi pakan tercukupi, kelinci tidak mudah terserang penyakit; kulit-bulu kelinci dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku aneka kerajinan; kotoran dan urin kelinci merupakan pupuk kandang yang tinggi unsur hara; pertumbuhan kelinci tidak kalah dari pertumbuhan ayam broiler. Menurut Sarwono (2002), kelinci memiliki potensi besar sebagai ternak penghasil daging. Secara teoritis, sepasang induk kelinci dapat menghasilkan 80 kg daging dalam satu tahun.

Menurut Sumadia dan Rossuartini (2003), kelinci adalah salah satu ternak penghasil daging yang potensial, karena kandungan lemak dan kolesterol yang relatif rendah dibandingkan dengan daging yang berasal dari ternak lain. Menurut Imam (2006), kadar kolesterol kelinci sekitar 164 mg/100 gr daging, sedangkan ayam, sapi, domba, dan babi berkisar 220—250 mg/100 gr daging dan kandungan proteinnya mencapai 21 persen sementara ternak lain hanya 17-20 persen. Dengan demikian kelinci mempunyai peluang untuk dikembangbiakkan sebagai ternak penghasil daging sekaligus menambah penghasilan bagi masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan.

2.5. Kendala Pengembangan Peternakan Kelinci

Pada tahun 1980-an pengembangan ternak kelinci mempunyai kendala pada komoditas pasar. Pasar daging kelinci saat itu kurang terbina, sehingga


(26)

peternak kurang intensif menangani ternak kelincinya (Abidin, 2003).Raharjo dan Thahir (2002) menyatakan bahwa kendala utama agribisnis kelinci adalah pemasaran yang kurang populer yang disebabkan tidak tersedianya produk sehingga kurang dikenal pasar, dan rendahnya preferensi terhadap daging kelinci (bunny syndrome).Dari segi produksi, masalah yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas, mortalitas yang tinggi dan mutu hasil terutama pada pemeliharaan skala kecil masih rendah.

Menurut Satrio (2005), kelinci mempunyai potensi besar sebagai alternative sumber daging dan produk turunannya. Namun dalam kenyataannya jumlah peternak dan penyedia daging kelinci masih terbatas.Hal ini diduga karena tidak adanya penjajagan kepastian pasar dan daya dukung sosial, dimana masyarakat mencari kelinci sebagai hewan kesayangan sehingga tidak terbiasa mengkonsumsi daging kelinci.

2.6. Landasan Teori

Perencanaan strategis merupakan proses analisis, perumusan, dan evaluasi strategis yang bertujuan agar perusahaan dapat melihatsecara objektif kondisi-kondisi eksternal dan internal untuk mampu mengantisipasiperubahan yang terjadi. Perencanaan strategis penting untuk menghasilkan produkyang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal darisumberdaya yang ada agar dapat meningkatkan daya saing.

Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah. Analisi ini dapat dilakukan dengan


(27)

menggunakan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity and threath). Analisis SWOT ini adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang di dasarkan pada logika yang dapt dimaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunies), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).( Rangkuti, 1997 )

Dengan demikian perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategi usaha (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi saat ini.Hal ini disebut dengan analisis situasi.Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2006). Analisis SWOT merupakan alat analisis situasi yang penting yang dapat membantu pembuat kebijakan mengembangkan empat strategi usaha, yaitu;

1. Strategi SO, yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

2. Strategi WO, yaitu menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

untukmemnafaatkan peluang.

3. Strategi ST, yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untukmengatasi ancaman, dan

4. Strategi WT, yaitu menciptakan strategi yang dapat meminimalkan kelemahandan menghindari ancaman.


(28)

2.7. Kerangka Pemikiran

Salah satu jenis ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan adalah ternak kelinci.Selama ini, peternakan kelinci di Indonesia masih diusahakan sebagai peternakan yang bersifat sambilan yang kegiatan dan manajemennya masih sangat sederhana.Sebagai alternatif usaha, peternakan kelinci sebenarnya dapat dikembangkan dalam bentuk perusahaan peternakan, sasaran produksi kelinci dapat ditingkatkan sesuai target, mutu, dan permintaan pasar yang berkembang.

Kabupaten Karo merupakan salah satu yang menjadi sentra pengembangan usahaternak kelinci di Sumatera Utara.Hal ini di didukung oleh ketersediaan sumberdaya baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumberdaya penunjang lainnya. Untuk menentukan alternatif strategi pengembangan usahaternak kelinci diperlukan metode analisis yang tepat, strategi pengembangan ini dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT.


(29)

Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

: Menyatakan hubungan : Menyatakan pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Usaha Ternak Kelinci

di Kabupaten Karo

Faktor Internal Faktor Eksternal

Strategi Pengembangan Pemasaran Usahaternak Kelinci di Kabupaten Karo Kekuatan

(Strength)

Kelemahan (Weakness)

Peluang (Opportunity)

Ancaman (Thread)

Matriks SWOT


(30)

III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu secara sengaja, yaitu di Kabupaten Karo.Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Karo merupakan sentra pengembagan kelinci di Sumatera Utara.

Populasi ternak kelinci yang ada di Kabupaten Karo tebesar berada dikecamatan berastagi yaitu sebesar 1.798 ekor (Karo Dalam Angka 2012)

Tabel 2. Populasi Ternak Menurut Kecamatan (Ekor) di Kabupaten Karo 2011

No. Kecamatan Populasi Ternak Menurut Kecamatan (Ekor)

1. Mardingding 0

2. Laubaleng 2

3. Tigabinanga 2

4. Juhar 0

5. Munte 0

6. Kutabuluh 22

7. Payung 0

8. Tiganderket 5

9. Simpang Empat 137

10. Naman Teran 103

11. Merdeka 479

12. Kabanjahe 212

13. Berastagi 1.798

14. Tigapanah 193

15. Dolat Rayat 343

16. Merek 138

17. Barusjahe 57

Jumlah 2011 3.491

2010 11.769

2009 30.565


(31)

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dimulai dengan cara menelusuri saluran pemasaran mulai dari pangkal rantai pemasaran yaitu peternak di Kabupaten Karo sampai pada konsumen akhir.

1. Peternak

Penentuan peternak sampel dilakukan secarapenelusuran, Pengambilan sampel dimulai dengan menelusuri beberapa orang peternak kelinci ataupun pedagang kelinci di daerah penelitian untuk memperoleh informasi lanjutan mengenai keberadaan peternak kelinci lainnya.Kemudian peternak tersebut dijadikan sebagai responden dan selanjutnya apabila memungkinkan peternak dijadikan sebagai sumber informasi untuk menelusuri responden berikutnya hingga jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi.

2. Pedagang

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pedagang adalah penelitian penelusuran (tracer study). Arikunto (2002) mengatakan to trace artinya mengikuti jejak atau menelusuri. Menelusuri mengandung arti bahwa kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak seseorang yang sudah pergi atau sesuatu yang sudah lewat waktu.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang terdapat di penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) kepada responden dan data sekonder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Peternakan Kabupaten Karo, Data


(32)

Badan Pusat Statistik serta Data dari Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan serta buku-buku yang mendukung penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan, yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah metode digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu kegiatan usaha.

Analisis SWOT diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan dari peluang (opportunities) yang ada dan bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengatasi kelemahan (weaknesses).Selanjutnya, bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada dan bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

Langkah-langkah dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran ternak kelinci di Kabupaten Karo. Data ini diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya, wawancara dengan peternak kelinci, dan dari hasil observasi.

2. Setelah diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran ternak kelinci, kemudian dipilih faktor-faktor yang paling strategis.


(33)

3. Setelah diketahui faktor-faktor yang strategis, kemudian faktor-faktor tersebut diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan

b. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam, yaitu faktor yang dapat dikendalikan

4. Setelah diklasifikasikan ke dalam dua bagian, kemudian disusun tabel SWOT untuk menentukan strategi yang sesuai.


(34)

IFAS EFAS

Strength (S) (Kekuatan)

Weakness (W) (Kelemahan)

Opportunity (O) (Peluang)

Strategi SO Ciptakan strategi yang mengguanakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

Treathts (T) (Ancaman)

Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Gambar 2.Matriks SWOT

Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi ST

Ini adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.

Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.

Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 2008).


(35)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi

Untuk menghindari kesalapahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

1. Peternak adalah orang yang secara berkelanjutan membudidayakan kelinci. 2. Strategiadalah sejumlah tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang

diambil untuk mengeksploitasi kompetensi dan keunggulan bersaing.

3. Faktor Internal adalah faktor yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki peternak kelinci di Kabupaten Karo.

4. Faktor Eksternal adalah faktor yang terdiri dari peluang dan ancaman yang dimiliki peternak kelinci di Kabupatn Karo.

5. Kekuatanadalah segala sumberdaya, keterampilan, kemampuan atau keunggulan yang dimiliki untuk mendorong atau menunjang suatu usaha.yang dimiliki dan dapat menghambat kinerja usaha.

6. Kelemahanadalah kekurangan atau keterbatasan perusahaan dalam hal sumberdaya, keterampilan, dan kemampuan.

7. Kelemahanadalah situasi internal peternakan dimana kompetensi peternakan sulit digunakan untuk menangani peluang dan ancaman.

8. Peluangadalah situasi eksternal peternakan yang berpotensi menguntungkan peternakan.

9. Ancaman adalah suatu keadaan eksternal yang berpotensi menimbulkan kesulitan.

10. Analisis SWOTadalah alat penyesuaian atas dasar logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, dan secara bersamaan meminimalkan


(36)

kelemahan dan ancaman dengan tujuan untuk merumuskan beberapa alternatif strategi usahaternak.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah peternak dan pedagang yang ada di Kabupaten

Karo.


(37)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Daerah penelitian yaitu Kecamatan Berastagi, berada di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 3.050 Ha. Kecamatan Berastagi memiliki 6 (enam) desa dan 4 (empat) kelurahan yang dimukimi oleh 42.939 jiwa. Jarak kecamatan ini dari ibukota kabupaten adalah 11 km dan 65 km ke kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara. Dilihat dari jaraknya yang tidak terlalu jauh dari ibukota kabupaten maupun provinsi maka dapat diasumsikan bahwa kecamatan Berastagi dapat dengan mudah menyalurkan hasil produksinya.

Kecamatan Berastagi memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Seli Serdang

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah/Dolat Rayat - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabanjahe

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat/Kecamatan

Merdeka

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Kecamatan Berastagi berjumlah 42.939 jiwa dengan jumlah 10.887 KK.Untuk lebih jelasnya, keadaan penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Berastagi dapat dilihat pada Tabel 6.


(38)

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Berastagi Tahun 2011

Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Jumlah (%)

0-14 13.883 32,33

14-54 24.184 56,32

>55 4.872 11,35

Jumlah 42.939 100%

Sumber : Kecamatan Berastagi dalam Angka, 2012

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah peternak sampel terbesar berada di kelompok usia produktif (14-54 tahun) dengan jumlah 24.184 jiwa atau 56,32%. Sementara itu, kelompok usia non produktif (balita, anak-anak, dan remaja) yaitu usia 0-14 tahun sebanyak 13.883 jiwa atau 32,33% dan usia manula pada kelompok umur >55 tahun dengan jumlah 4.872 jiwa atau 11,25%.

Selain itu, mata pencaharian penduduk di Kecamatan Berastagi beraneka ragam dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kecamatan Berastagi Tahun 2011

No Uraian Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

1. Petani 16.189 69,39

2. Industri Rumah Tangga 3.139 13,45

3. PNS/TNI 2.032 8,71

4. Lainnya 1.972 8,45

Jumlah 23.332 100%

Sumber : Kecamatan Berastagi dalam Angka, 2012

Tabel 4 menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian memiliki pekerjaan yang beragam. Penduduk kecamatan Berastagi mayoritas bekerja sebagai petani dengan jumlah 16.189 jiwa atau 69,39%. Selanjutnya penduduk yang bekerja di industri rumah tangga sebanyak 3.139 jiwa atau 13,45%. Penduduk yang bekerja sebagai PNS/TNI sebanyak 2.032 jiwa atau 8,71% dan yang bekerja di pekerjaan lainnya sebesar 1.972 jiwa atau 8,45%. Peternak kelinci dimasukkan ke dalam kelompok penduduk dengan pekerjaan sebagai petani.Pada dasarnya, beternak bukanlah menjadi pekerjaan utama penduduk


(39)

Berastagi.Pekerjaan beternak hanya dilakukan sebagai selingan dalam memperoleh pendapatan lain karena pendapatan utamanya berasal dari sektor bertani.

4.3 Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Berastagi dapat dilihat pada Tabel 5 :

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Berastagi Tahun 2011

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Transportasi

a. Mobil penumpang b. Truk

c. Pickup

d. Sepeda motor

677 195 930 2.332

2. Jalan

a. Aspal b. Diperkeras c. Tanah d. Setapak

35,9 km 93 km 106 km 2 km Sumber : Kecamatan Berastagi dalam Angka 2011

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana transportasi di Kecamatan Berastagi sudah tergolong lengkap dimana sudah terdapat mobil penumpang, truk, pick-up, dan sepeda motor.Sementara itu, kondisi jalan di Kecamatan Berastagi tergolong belum mendukung kegiatan ekonomi masyarakatnya. Jalan masih didominasi oleh permukaan tanah sepanjang 106 km. Kemudian diikuti oleh jalan dengan permukaan diperkeras sepanjang 93 km, jalan aspal 35,9 km serta jalan setapak 2 km. Jalan yang belum mendukung kegiatan ekonomi akan berpengaruh terhadap penyaluran barang hasil produksi kecamatan ini ke daearah lainnya.


(40)

4.3 Karakteristik Sampel - Peternak sampel

Peternakan kelinci di daerah penelitian merupakan peternakan yang termasuk ke dalam usaha sampingan.Peternakan ini bukan merupakan usaha utama perekonomian masyarakat.Hal ini dikarenakan peternakan kelinci bisa dilaksanakan berdampingan dengan pertanian tanaman hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan.Peternak sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu peternak yang tidak bertindak sebagai pedagang pengumpul (murni) dan peternak yang bertindak sekaligus sebagai pedagang pengumpul.

- Peternak murni

Peternak dengan karakteristik ini hanya terdiri dari satu orang saja.Karakteristik peternak sampel meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman berusaha, dan jumlah ternak.Peternak murni dalam penelitian ini berusia 36 tahun dan sudah tujuh tahun menekuni usaha ternak kelinci.Pendidikan terakhir adalah Perguruan Tinggi. Menurut keterangan dari peternak ini, ia merupakan peternak yang memasok kelinci ke berbagai peternak lainnya yang ada di daerah penelitian dan sekitarnya. Jumah kelinici yang dimilikinya adalah sebanyak 300 ekor.Jumlah tanggungan peternak sampel tidak ada.

Dalam menjalankan usahanya, ia melakukan pemeliharaan dan perawatan kelinci dalam lahan yang dimilikinya dengan dibantu oleh dua orang tenaga kerja luar keluarga. Selain itu, biaya pakan ternak juga relatif tidak terlalu besar.Peternak hanya memanfaatkan sisa-sisa hasil panen pertanian hortikultura


(41)

sebagai bahan pakan.Artinya, biaya yang dikeluarkan hanya untuk upah membayar tenaga kerja yang mengambil pakan tersebut.

Dalam saluran pemasarannya, peternak sampel menjual kelincinya ke pedagang atau peternak lain di berbagai daerah seperti Berastagi, Medan, Pancur Batu, dan Pematangsiantar. Pedagang atau peternak pembeli langsung mendatangi peternak sampel untuk melakukan transaksi perdagangan.Transaksi perdagangan bersifat fluktuatif, yaitu tidak ada waktu pasti kapan transaksi dilakukan.Sifat transaksi yang berlaku adalah tergantung kesiapan dari peternak sampel untuk memenuhi permintaan pembelinya.Rata-rata jumlah kelinci yang dijual dalam sekali transaksi adalah 60 ekor dalam waktu rata-rata 2 kali seminggu.

- Peternak sekaligus pedagang pengumpul

Peternak dengan karakteristik ini terdiri dari empat orang.Dalam melaksanakan kegiatannya, peternak ini membeli ternak dari peternak murni kemudian menjualnya.Namun, ada juga ternak yang dipelihara dan dikembangbiakkan.Karakteristik peternak ini meliputi umur, pendidikan, pengalam beternak, pengalaman berdagang serta volume penjualan.

Tabel 6. Karakteristik Peternak Sekaligus Pedagang Pengumpul

No. Uraian Satuan Rentang Rataan

1. Umur Tahun 21-39 27

2. Pendidikan Tahun 6-12 12

3. Pengalaman Beternak Tahun 5-20 11

3. Pengalaman Berdagang Tahun 5-20 11

4. Volume Penjualan ekor/minggu 30-35 32

Sumber : Lampiran

Dalam Tabel6 dapat dilihat bahwa rata-rata umur peternak adalah 27 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak ini masih berada di dalam


(42)

usiaproduktif. Apalagi dilihat dari sisi pengalaman dalam berusaha baik beternak maupun berdagang, maka mereka dapat digolongkan sebagai peternak dan pedagang yang berpengalaman.Namun, pendidikan yang ditempuh hanya sampai tingkat SMA.Volume penjualan peternak ini adalah 32 ekor per minggu.

Pedagang Sampel

- Pedagang pengumpul

Pedagang pengumpul adalah para pedagang dari berbagai daerah yang datang ke peternak sampel untuk melakukan transaksi.Pedagang pengumpul dalam penelitian ini dibagi menjadi pedagang pengumpul daerah dan pedagang pengumpul luar daerah. Biasanya pedagang pengumpul menjualnya kembali ke pedagang pengecer di daerah lain atau di pasar umum tanpa memelihara dan mengembangbiakkan. Selain itu ada juga pedagang pengumpul yang bertindak langsung sebagai pedagang pengecer dan menjualnya langsung ke konsumen di pasar-pasar umum.

Karakteristik pedagang pengumpul, baik daerah maupun luar daerah dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman, dan volume penjualan. Tabel 7. Karakteristik Pedagang Pengumpul di Daerah

No. Uraian Satuan Rentang Rataan

1. Umur Tahun 21-39 27

2. Pendidikan Tahun 6-12 12

3. Pengalaman Tahun 5-20 11

4. Volume Penjualan ekor/minggu 30-35 32

Sumber : Lampiran

Dalam Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata umur pedagang pengumpul daerah adalah 27 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang pengumpul di daerah masih berada di dalam usia produktif. Pengalaman rata-rata mereka adalah


(43)

11 tahun.Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki pengalaman yang cukup lama dalam berdagang kelinci.Pendidikan yang ditempuh hanya sampai tingkat SMA.Sementara itu, volume penjualan pedagang ini adalah 32 ekor per mingu. Tabel 8. Karakteristik Pedagang Pengumpul di Luar Daerah

No. Uraian Satuan Rentang Rataan

1. Umur Tahun 35-40 38

2. Pendidikan Tahun 6-12 12

3. Pengalaman Tahun 5-10 8

4. Volume Penjualan ekor/minggu 30-45 36

Sumber : Lampiran

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata umur pedagang pengumpul luar daerah adalah 38 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia pedagang pengumpul masih digolongkan produktif. Selain itu, pendidikan yang ditempuh rata-rata adalah SMA dengan pengalaman berdagang 8 tahun.Rata-rata volume penjualan kelinci adalah 36 ekor per minggu.

- Pedagang pengecer luar daerah

Pedagang pengecer luar daerah dalam penelitian ini adalah pedagang yang memperoleh kelinci dari pedagang pengumpul, baik di dalam maupun luar daerah.Pedagang pengecer, dalam hal ini bertindak hanya untuk menyalurkan kelinci.Jadi tidak ada pemeliharaan kelinci apabila kelinci tidak laku dijual. Pedagang pengecer akan mengembalikan kelinci ke pedagang pengumpul apabila kelinci yang dijualnya tidak laku di pasaran. Artinya, risiko dalam pemasaran ditanggung oleh pedagang pengumpul.

Pedagang pengecer dalam penelitian ini hanya satu orang yang berada di Pasar Pancur Batu.Karakteristik pedagang pengecer meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman, dan volume penjualan.Usia pedagang ini adalah 35


(44)

tahun dengan tingkat pendidikan SMA. Ternak yang dijual bukan hanya terfokus pada kelinci.Selain itu pengalamannya sebagai peternak hanya 6 bulan atau setengah tahun.Hal ini berarti pengalaman pedagang kurang mencukupi.Hal ini dapat dilihat dari sistem perdagangan yang dilakukan.Pedagang membawa kelinci ketika ada pesanan dari konsumen atau ketika pasar sedang ramai di waktu-waktu tertentu. Akibatnya penjualan bersifat fluktuatif dengan jumlah terbanyak hanya 5 ekor per minggu.


(45)

(46)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor-faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki peternak kelinci di Kabupaten Karo. Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, maka faktor-faktor internal dalam pengembangan pemasaran ternak kelinci adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan

1. Pengalaman peternak kelinci

Dalam pengembangannya, usaha peternak dalam mengembangkan ternak kelinci relatif mudah karena budidaya ternak kelinci relatif tidak membutuhkan waktu yang banyak. Peternak sudah cukup berpengalaman dalam menekuni usaha ternak kelinci ini, yakni sudah lebih dari 7 tahun. Peternak memasok kelinci ke berbagai peternak lainnya yang ada di daerah penelitian dan sekitarnya.

Dalam menjalankan usahanya, peternak melakukan pemeliharaan dan perawatan kelinci dalam lahan yang dimilikinya dengan dibantu oleh dua orang tenaga kerja luar keluarga.Selain itu, biaya pakan ternak juga relatif tidak terlalu besar.Peternak hanya memanfaatkan sisa-sisa hasil panen pertanian hortikultura sebagai bahan pakan.Artinya, biaya yang dikeluarkan hanya untuk upah membayar tenaga kerja yang mengambil pakan tersebut.

Dalam saluran pemasarannya, peternak sampel menjual kelincinya ke pedagang atau peternak lain di berbagai daerah seperti Berastagi, Medan, Pancur


(47)

Batu, dan Pematangsiantar. Pedagang atau peternak pembeli langsung mendatangi peternak sampel untuk melakukan transaksi perdagangan.Transaksi perdagangan bersifat fluktuatif, yaitu tidak ada waktu pasti kapan transaksi dilakukan.Sifat transaksi yang berlaku adalah tergantung kesiapan dari peternak sampel untuk memenuhi permintaan pembelinya.Rata-rata jumlah kelinci yang dijual dalam sekali transaksi adalah 60 ekor dalam waktu rata-rata 2 kali seminggu.

2. Ketersediaan sumber pakan

Pakan kelinci tidaklah susah, pakan kelinci antara lain :

- Rumput,

Rumput adalah makanan utama beternak kelinci dan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan serat bagi kelinci. Tercukupinya serat akan mencegah terjadinya penyumbatan di saluran cerna. Selain itu rumput juga baik untuk pertumbuhan gigi kelinci karena harus dikunyah.Gigi kelinci akan tumbuh secara terus menerus, aktifitas mengunyah akan menjaga gigi kelinci tetap tajam sehingga pertumbuhan giginya tidak terlalu cepat. Pertumbuhan gigi kelinci yang terlalu cepat akan membuat kelinci merasa tidak nyaman saat makan, bahkan terkadang sampai menimbulkan luka dan infeksi di rongga mulut.

- Sayuran(hijau-hijauan),

Sayuran atau hijau merupakan salah satu jenis pakan ternak yang sehat untukkelinci ternak dan peliharaan. Tetapi untuk beberapa jenis sayuran bisamembuat kotoran kelinci lembek bahkan sampai membuat kelinci kita diare.Berikan jenis sayuran yang baru dalam jumlah sedikit dan menambahkannya jika tidak terjadi apapun pada kelinci.


(48)

Jenis-jenis sayuran yang baik diberikan pada kelinci ternak dan peliharaan antara lain; Wortel dan daunnya, Daun bit, Brokoli, Daun lobak, Daun kubis, Daun kacang-kacangan (kedelai, kacang merah, kacang tanah, kacang panjang), Daun jagung dan daun pembungkus jagung, Daun ubi jalar dan umbinya, Kangkung.

- Buah-buahan

Buah-buahan adalah makanan sampingan baik untuk memelihara kelinci. Buah-buahan mengandung serat tinggi yang sangat baik, dan sebagai makanan kelinci sebaiknya diberikan dalam potongan-potongan kecil untuk makanan tambahan. Buah sebagai makanan sampingan kelinci bisa berupa buah - buahan (segar maupun kering), wortel, ubi jalar, atau umbi-umbian lainnya.

Sebagai salah satu sentra produksi hortikultura di Provinsi Sumatera Utara, Tanah Karo memiliki berbagai jenis sayuran dan buah buahan dihasilkan dari daerah ini. Sisa atau limbah produksi usaha tani hortikultura dapat dimanfaatkan menjadi makanan kelinci.Pemanfaatan ini menghasilkan dua keuntungan.Bagi peternak diperoleh makanan kelinci secara cuma-cuma, sehingga menekan biaya produksi.Bagi petani hortikultura, dimanfaatkannya limbah berarti mengurangi biaya pembersihan lahan pasca panen dilakukan.Simbiosis mutualisme ini yang dilakukan peternak kelinci dan petani di Tanah Karo.

3. Agroklimat yang sesuai

Daerah yang cocok untuk tumbuh dan berkembangbiaknya kelinci, secara umum pada daerah sub tropis (dingin) sampai tropis dengan suhu agak rendah dan kelembaban tinggi, terutama untuk penghasil kulit dan bulu.Untuk itu, daerah


(49)

yang sesuai adalah daerah dataran tinggi dengan ketinggian ≥800 m dpl.Lokasi untuk kandang sebaiknya memiliki suhu ruangan sejuk (15-20ºC).

Dengan demikian, Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah yang sesuai untuk pengembangan ternak kelinci.

Tingginya curah hujan dengan suhu udara berkisar 16,4ºC – 23,9ºC dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 84,66% dan ketinggian wilayah diatas permukaan laut membuat Kabupaten Karo ini sangat mendukung untuk pengembangan pertanian baik tanaman maupun ternak.

4. Kelembagaan

Kelembagaan adalah sekumpulan jaringan dari relasi sosial yang melibatkan orang-orang tertentu, memiliki tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur. Kelembagaan dapat berbentuk relasi sosial yang melembaga (non formal institution), atau dapat berupa lembaga dengan struktur dan badan hukum (formal institution). Setidaknya ada 8 kelembagaan yaitu:

1. Kelembagaan penyediaan input usaha tani

2. Kelembagaan penyediaan permodalan

3. Kelembagaan pemenuhan tenaga kerja 4. Kelembagaan penyediaan lahan 5. Kelembagaan usaha ternak

6. Kelembagaan pengolahahan hasil ternak 7. Kelembagaan pemasaran hasil ternak


(50)

Tiap kelembagaan dapat menjalankan dengan dua cara, yaitu secara individual (berstruktur lunak) atau secara kolektif (berstruktur keras).

Untuk daerah penelitian, kelembagaan dalam pengembangan usaha ternak kelinci ini sebenarnya sudah ada dalam bentuk kelompok ternak, namun kenyataannya peran kelembagaan ini masih belum nyata dan kurang berjalan dengan maksimal.

b. Kelemahan

1. Skala usaha ternak kecil

Dalam peraturan pemerintah telah diatur tentang skala budidaya ternak, unggas, yang didalamnya termasuk budidaya kelinci. Kaitan dari skala usaha ternak budidaya ini dengan perencanaan adalah adanya aturan pemerintah yang mengatur bahwa usaha peternakan skala tertentu membutuhkan izin usaha, adapun peraturan pemerintah yang mengatur tentang skala usaha budidaya ternak yang wajib izin ini adalah keputusan menteri pertanian yang dikeluarkan dengan nomor 404/kpts/OT.210/6/2002 peraturan ini juga berlaku untuk budidaya ternak kelinci, berikut aturan skala ternak:

1. Ayam ras pedaging dengan kapasitas lebih dari 15.000 ekor/ siklus 2. Ayam ras petelur lebih dari 10.000 ekor ayam produktif

3. Itik, angsa atau entok lebih dari15.000 ekor 4. Ayam kalkun lebih dari 10.000 ekor

5. Burung puyuh lebih dari 25.000 ekor 6. Burung dara lebih dari 25.000 ekor 7. Kambing /domba lebih dari 300 ekor


(51)

8. Sapi potong lebih dari 100 ekor 9. Kerbau lebih dari 75 ekor 10.Sapi perah lebih dari 20 ekor 11.Kuda lebih dari 50 ekor 12.Kelinci lebih dari 1.500 ekor 13.Rusa lebih dari 300 ekor

Dari aturan pemerintah mengenai skala usaha ternak didapat bahwa skala usaha ternak kelinci di daerah penelitian masih tergolong skala usaha kecil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pasokan kelinci sehingga sulit untuk membentuk pasar. Umumnya, saat ini peternak hanya memiliki 8-10 ekor kelinci.Karena beternak kelinci hanya dilakukan sebagai usaha sambilan.Skala ini tentu sangat tidak memadai untuk mencapai efisiensi usaha.

2. Usaha ternak kelinci hanya sebagai usaha sampingan

Peternakan kelinci di daerah penelitian merupakan peternakan yang termasuk ke dalam usaha sampingan.Peternakan ini bukan merupakan usaha utama perekonomian masyarakat.Hal ini dikarenakan peternakan kelinci bisa dilaksanakan berdampingan dengan pertanian tanaman hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan.

Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan kelinci di Kabupaten Karo adalah pasar yang masih terbatas karena usah ternak kelinci hanya sebagai usaha sampingan dan sifat pemeliharaan yang masih sambilan sehingga pemeliharaannya kurang intensif.


(52)

3. Jenis kelinci pedaging belum banyak diusahakan

Masyarakat mengenal kelinci dalam 2 kategori, yaitu kelinci potong dan kelinci hiasyang terdiri dari beragam ras, antara lain :

1. New Zealand White.

Sesuai dengan namanya, jenis kelinci ini berasal dari New Zaeland dan berkembang di Amerika Serikat dan Australia. Di negeri kanguru new zaeland white menjadi buruan karena populasinya yang sangat besar sehingga dianggap sebagai hama.

Kelinci ini putih mulus tanpa pigmen alias albino. Mata merah dan telinga tegak. Bulu halus, tidak tebal (standar). Karena cepat tumbuh besar maka jenis kelinci ini dapat dijadikan kelinci potong pula.

Dipercaya jenis ini dikembangkan dari hasil persilangan jenis Flemish Giant dan Belgian Hare pada masa sekitar th.1900. Varietes putih berasal dari silangan turunan seperti Flemish, American White dan Anggora. Pada awalnya dikembangkan untuk diambil dagingnya sebagai sumber protein, karena bobot nya yang bisa mencapai 5,44 kg.

Jenis New Zealand White sendiri dikembangkan pada th.1917. Selanjutnya menyebar ke Inggris setelah PD 2 pada th.1945. Mungkin jenis inilah yang paling populer di Indonesia, karena memang banyak sekali orang yang mengetahui dan mengenal jenis ini.

Ciri-ciri kelinci jenis ini adalah:

- Mempunyai dada penuh, badannya medium namun terlihat bundar


(53)

bundar, telinga agak besar dan tebal dengan ujungnya yang sedikit membulat, serta bulunya sangat tebal namun halus.

- Warna yang diakui adalah merah, putih, hitam, dan biru.

- Bobot maksimal rata-rata adalah 5,44 kg ( New Zealand White,

Black, Blue ). Khusus untuk New Zealand Red dikelompokkan tersendiri dengan bobot rata-rata 3,62 kg.

- Lama hidup dapat mencapai 10 th bila dirawat dengan baik.

- Ciri menonjol jenis kelinci ini warnanya yang putih dan matanya merah dan telinganya merah muda.

Orang Jawa menyebutnya kelinci australi, jenis kelinci ini mudah perawatan dan tidak rewel soal makan. Beratnya rata-rata 4,5 – 5 kg, jadi cukup menyita pakan.

Jenis New Zealand bisa beranak pinak banyak antara 8-12 ekor anak setiap melahirkan. Dagingnya tebal, bagus untuk pedaging, walaupun bulunya tidak sehalus jenis REX, tetapi memiliki manfaat untuk jaket dan aksesories.

2. Anggora

Kelinci jenis anggora diselimuti bulu panjang.Kelinci jenis ini juga berpotensi sebagai penghasil wol.Di Indonesia kelinci jenis angora banyak diminati sebagai kelinci hias.Semula kelinci angora hanya berbulu putih, namun breeder kelinci menyilangkannya sehingga menghasilkan warna coklat dan coklat muda. Bulunya yang tebal membuat sosoknya tampak besar, padahal beratnya hanya sekitar 2,7 kg. Kelinci jenis angora banyak dikembangkan di Perancis.Jumlah anak maksimal dalam satu kali melahirkan sebanyak 6-8 ekor.


(54)

Kelinci jenis ini memang sangat menggemaskan, karena penampilannya yang seperti boneka, bulunya yang tebal, dimana pertumbuhan bulunya 2 (dua) cm tiap bulan sehingga membuat banyak orang yang suka dan jatuh cinta. Kelinci ini agak lemah fisik, dicurigai karena hasil rekayasa genetika dengan jenis-jenis lain. Syarat memelihara kelinci ini harus menyisir dan memotong bulunya yang menggumpal.Pemberian makanan Hay wajib untuk mengurangi bulu yang menggumpal.Asal mula kelinci ini tidak ada yang tahu pasti, banyak teori yang dikemukakan.Namun secara umum disepakati bahwa sejarah kelinci ini bermulapada abad ke 18 (sekitar tahun 1723).

Kelinci ini ditemukan oleh para pelaut yang singgah di pelabuhan Turki bernama Angora (sekarang bernama Ankara) yang kemudian kelinci ini dikembangbiakan di Perancis.Dan dari Perancis inilah kemudian kelinci

angoramenyebar ke berbagai belahan dunia termasuk

diIndonesia.Dalamperkembangannya, kelinci Anggora terbagi lagi menjadi beberapa rasyaituEnglish, French, German, Satin, dan Giant.

Secara umum ciri-ciri kelinci ini adalah bulu woll panjang yang menyelimuti seluruh tubuhnya.Berbeda dengan domba, bulu woll yang ada pada kelinci jenis ini sangat lembut dan halus.Bulu ini juga akan terus tumbuh memanjang, sehingga akan cenderung menggumpal jika lebih dari 3 bulan tidak dicukur atau jarang disisir.


(55)

3. English Angora

English angora sama dengan angora. Bulunya pun juga sama panjang. Namun ciri khas yang membedakan jenis ini dengan angora adalah terdapatnya bulu yang panjang menjuntai pada ujung telinganya.

4. Jersey Wolly

Kelinci jenis jersey wolly mempunyai bulu panjang seperti angora, namun terdapatnya bulu panjang yang menjuntai diantara kedua telinga seperti “poni” menjadikannya berbeda dengan angora. Ukurannya pun kecil dan lincah dengan berat sekitar 1,5 kg. Kelinci jersey wooly dikembangkan dari hasil pemuliaan kelinci Netherland Dwarf dengan kelinci Angora Perancis.

5. Lyon

Disebut lyon karena kelinci jenis ini memiliki kepala mirip singa. Saat masih kecil (sekitar umur 2 bulan), lyon mirip dengan angora. Bulu panjang merata di tubuhnya. Begitu dewasa akan semakin jelas perbedaannya. Bagian kepala dan leher bulunya panjang. Warnanya beragam antara lain putih, hitam dan abu-abu. Lyon termasuk kelinci jenis besar. Saat dewasa berat badannya mencapai 4-5 kg.

6. Dutch

Kelinci jenis ini di sebut dutch dimungkinkan karena asal-usulnya dari negeri kincir angin. Bulunya pendek dan kaya warna. Hitam putih, coklat, abu-abu atau perpaduan warna itu. Ada yang kombinasi 3 warna yang disebut tricoloured dutch alias kembang telon. Dutch memiliki cirri khas yaitu ada lingkaran putih di leher, seperti memakai kalung. Berat badan dewasa 1,5-2 kg. Anak bias mencapai


(56)

7-8 ekor. Karena kaya warna dan keunikan kombinasi warna bulunya, dutch banyak diminati sebagai hewan kesayangan.

7. Nederland

Kelinci jenis ini memiliki tubuh yang mungil. Berat badannya tidak sampai 1 kg. Kelinci ini berasal dari Belanda. Bulunya tidak tebal dan warnyanya bermacam-macam karena kelinci ini banyak disilangkan.

8. Mini Nederland Himalayan

Kelinci jenis ini termasuk ras kecil. Beratnya hanya sekitar 1 kg. Kelinci jenis ini sebenarnya merupakan resesif yang muncul dari silangan dutch. Disebut Himalayan karena ada warna hitam di ujung telinga serta warna gelap pada ujung kaki dan hidung. Anak yang lahir kurang lebih 5 ekor.

9. Drawft Hotot

Kelinci jenis ini secara fisik hampir sama dengan mini Nederland Himalayan. Namun lingkaran hitam dimatanya yang mirip celak membuat kelinci ini terlihat cantik dan unik. Telinga tidak begitu panjang dan tegak. Diantara kelini hias lainnya, sementara ini kelinci hotot termasuk yang paling mahal.

10.Rex Carpet

Kelinci jenis rex carpet terkenal di Amerika serikat tahun 1980-an. Kelinci jenis rex berpotensi untuk diambil daging dan bulunya (fur). Warnanya pun bervariasi, antara lain biru (blue rex), hitam (black rex), bertotol (dalmatian rex). Kelinci putih (white rex) paling digemari. Bulunya lembut seperti beludru dan tebal.


(57)

11.Lop Holland

Kelinci lop Holland mempunyai telinga panjang dan jatuh. Hidung pesek. Sedangkan French lop mempunyai telinga super panjang hingga menyentuh tanah, namun jenis ini cukup sulit hidup di Indonesia. Panjang tubuhnya 12-23cm. Variasi warnanya putih atau abu-abu. Mata merah atau coklat.

12.Tan

Kelinci jenis ini lahir di Inggris, ditemukan tahun 1880 di Culland Hall dekat Braillsford (Derbyshire), masih liar dan penakut. Setelah dikembangbiakkan lahirlah kelinci dengan warna perpaduan hitam dan coklat tua, biru dan putih kebiruan (lilac). Kelinci jenis ini sangat gagah dan menarik.

13.Dwarf Holland Lop

Kelinci jenis ini sama dengan Nederland Dwarf asli Belanda. Ditemukan Mei 1940 yang kemudian dikembangkan oleh J.Meijerig dan C.W.Calcar. Tubuhnya mungil dan termasuk small size dan beratnya hanya 0,9 kg dengan leher pendek sehingga dijuluki lost neck rabbit, ukuran telinganya kecil dan merupakan hasil pemuliaandari kelinci jenisNetherland dwarf dengan Perancis lop.

14.Harlequin

Kelinci ini disebut Harleyquin bila ada aneka warna dalam satu individu dengan corak beraturan membentuk garis lurus, misalnya coklat, hitam, coklat tua. Di Jerman pada 1940 ada breed berwarna blue marten. Usai Perang Dunia II ditemukan silver marten warnanya putih dan coklat.


(58)

15.English Spot

Kelinci ini dikenal sebagai English rabbit. Kelinci ini merupakan silangan flamish giant, English lop, Patagonian, angora, dutch, silver dan Himalayan. Warna dasarnya adalah pure white (putih bersih) dan ber-spot. Variasi lainnya yaitu hitam, coklat, dan free color. Spotnya terdapat diseluruh badan dan di hidung ada spot besar.

16.Flemish Giant

Salah satu yang terbesar dalam negeri keturunan kelinci, Flemish Giant sangat jinak dan cukup toleran terhadap penanganan. Mereka rata-rata antara 15-16 pound (meskipun beberapa tumbuh lebih besar) dan mengukur panjang sekitar 22 inci. Flemish Giants harus disimpan di kandang yang lebih besar mengingat ukuran yang lebih besar.

17.French Lop

Terbesar dari keturunan Lop, kelinci ini dapat sangat berat dan gempal dengan kepala tebal yang lebar. Telinganya panjang dan lop, lebih pendek daripada keturunan lop inggris. Kelinci dewasa akan mencapai berat paling sedikit 12 kilogram. Mereka biasanya baik hati dan ramah.

18.English Lop

Kelinci yang sangat ramah, Lops inggris dicirikan oleh telinga mereka yang sangat besar memangkas sepanjang sisi wajah. Dianggap sebagai salah satu keturunan kelinci "Fancy" yang benar, Lops inggris dapat tumbuh cukup besar dan biasanya mencapai 9-11 kilogram.


(59)

19.American Fuzzy Lop

American Fuzzy Lop memiliki penampilan seperti Holland Lop dengan pengecualian bulunya seperti wol. Beratnya 3,5-4 lbs pada usia dewasa. Telinga lop di sepanjang sisi wajah. Amerika Fuzzy Lops adalah kelinci yang aktif, senang bermain, berkembang biak dengan banyak kepribadian.

20.Kelinci Polish

menyandang nama Polandia Rabbit namun diperkirakan berasal dari Inggris yang dipamerkan untuk pertama kali ditahun 1884. Namun ada juga yang percaya kelinci polish adalah berasal dari jeni (1860) Sewaktu dibawa ke Amerika kelinci polish (polandiabritish) tidak membawa gen kerdil (dwarf), yang berkembang biak yang dikenal Britannia Petite.

Sampai saat ini Kabupaten Karo didominasi oleh kelinci hias, terutama jenis anggora dan rex, dan belum banyak mengusahakan kelinci pedaging. Kelinci yang diusahakan peternak umumnya digunakan hanya sebagai kelinci hias untuk hobi. Hal ini terkait dengan belum memasyarakatnya daging kelinci, baik karena kurangnya pasokan maupun keengganan mengonsumsi daging kelinci yang secara psikis dianggap sebagai hewan yang lucu dan hewan kesayangan.

21.Dinas Peternakan

Saat ini Dinas Peternakan Kabupaten Karo khususnya untuk usaha ternak kelinci masih belum membuat program khusus untuk pengembangan kelinci, dikarenakan usaha ternak di daerah penelitian masih tergolong skala usaha kecil dan bersifat usaha sampingan, sehingga pemerintah daerah belum dapat


(60)

menentukan kebijakan apa yang sesuai dalam pengembangan usaha kelinci tersebut.

Sebenarnya sudah pernah ada rekomendasi dari pemerintah pusat untuk dilaksanakannya program “kampung kelinci” di Kabupaten Karo namun tidak berjalan dengan baik.

5.2Faktor-faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang terdiri dari peluang dan ancaman yang dimiliki peternak kelinci di Kabupaten Karo. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

a) Peluang

1. Peluang Pasar

Saat ini usaha ternak kelinci masih belum digarap dengan serius karena kebanyakan hanya sebagai usaha sampingan, padahal kelinci pedaging atau ternak kelinci untuk konsumsi memiliki prospek yang luar biasa. Dari segi nutrisi saja, daging kelinci lebih unggul dari daging sapi maupun kambing. Kandungan kolesterol daging kelinci lebih rendah, namun kandungan protein yang ada di kelinci sama seperti yang ada di sapi. Modal awal untuk memulai budidaya kelinci juga cukup terjangkau semua kalangan.

Untuk memulai membudidayakan kelinci cukup mudah, peternak hanya memerlukan kandang sederhana dari bambu dan pakan hijau-hijauan.Kandang kelinci bisa dibuat dari bambu maupun kayu.menurut Handoko, kandang yang ideal untuk kelinci pedaging adalah 80 x 60 x 70 cm untuk setiap ekornya.


(61)

Kelinci yang siap dijual sebaiknya dipilih yang berusia empat hingga delapan bulan. Pada usia tersebut kelinci memiliki bobot yang ideal untuk diambil dagingnya. selain dijual dalam bentuk kelinci siap potong, ada dua paket yang ditawarkan, yaitu indukan atau anakan. Kalau indukan diambil dari bakalan kelinci usia 7 bulan, pada usia ini kelinci siap kawin, sedangkan paket anakan kelinci bisa dijual mulai usia tiga hingga lima bulan.

Sebenarnya peluang pasar di daerah penelitian cukup menjanjikan, namun karena jumlah ternak yang sedikit menyebabkan peternak tidak mampu memenuhi permintaan yang besar oleh pembeli dari Aceh. Pada bulan Agustus 2012 yang lalu, pedagang dari Aceh ingin membeli ternak kelinci sebanyak 300 ekor anakan, tetapi peternak di Kabupaten Karo tidak dapat memnuhi permintaan tersebut.

Ternak kelinci dari Kabupaten sudah dipasarkan sampai ke Propinsi Aceh dan Riau, namun hal ini tidak menjamin kontinuitas permintaan. Hal ini terjadi karena permintaan yang datang saat ini hanya sebatas kelinci hias untuk hobi. Sampai saat ini, belum ada peternak yang memasarkan kelinci untuk kebutuhan konsumsi.

2. Kebijakan Pemerintah

Krisis pangan yang melanda berbagai belahan dunia disebabkan oleh menyusutnya produksi hasil-hasil pertanian akibat gagal panen terkait perubahan iklim (pemanasan global) dan pengaruh konversi bahan pangan menjadi bahan bakar nabati (biofuel). Revitalisasi Pertanian tahun 2005 sekedar wacana untuk mengentaskan Indonesia dari krisis pangan. Tahun


(62)

2014, pemerintah kembali akan mencanangkan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDS), yang merupakan lanjutan program PSDS 2005 dan 2010. Namun, keberhasilannya masih diragukan. PSDS merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi krisis pangan, terutama peningkatan konsumsi protein hewani yang berpayung pada ketahanan pangan nasional.

Cara lain dapat ditempuh untuk menopang ketahanan pangan nasional. Salah satunya yaitu dengan menggerakkan masyarakat dari bawah, yaitu dari tingkat keluarga. Peran penyuluh sangat penting dalam mengintroduksi teknologi ke dalam lapisan keluarga.Kebutuhan protein hewani rakyat Indonesia saat ini mulai menempati kondisi yang cukup kritis. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan protein yang berasal dari daging, telur dan susu ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Salah satu yang menjadi sorotan utama pemerintah dalam menangani kecukupan protein hewani adalah dengan pencanangan swasembada daging 2010.

Tolak ukur suatu negara sudah mencapai swasembada daging adalah telah tercapainya swasembada daging sapi di negara tersebut. Pada data populasi ideal, seharusnya pada tahun 2008 ada 14.938.300 ekor sapi potong untuk memenuhi kebutuhan nasional, tetapi menurut Biro Pusat Statistik, pada tahun 2008, baru ada 11.869.000 ekor sapi potong di Indonesia. Artinya kita baru bisa memenuhi 79,45% dari total kebutuhan local. Berdasarkan data tersebut, kebutuhan daging dan populasi sapi potong di Indonesia menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan tersebut masih berada jauh di bawah angka yang ideal. Diperkirakan pada tahun 2010 jika tidak dilakukan upaya terobosan, maka penyediaan sapi dalam negeri hanya mencapai 62,6%


(63)

atau 259,2 ribu ton, sehingga impor akan semakin membengkak mencapai 37,4% atau apabila disertakan dengan sapi lokal kekurangan sebanyak 708.900 ekor. Devisa yang akan terkuras untuk mengimpor sapi dan dagingnya akan mencapai Rp 23,4 triliun (Dirjen Peternakan, 2007)

Sapi potong merupakan komoditi besar sekaligus unggulan dalam bidang peternakan, tetapi dalam hal ini bukan tidak mungkin daging sapi diigantikan dengan produk alternatif lain dalam mencukupi kebutuhan protein hewani. Pemenuhan kecukupan itu dapat bersumber pada ternak lain, misalnya daging kelinci, marmot, kambing, domba dan aneka unggas. Upaya-upaya percepatan swasembada daging tersebut memerlukan komitmen yang besar dari Dinas Peternakan untuk tetap fokus pada perkembangan peternakan di daerahnya. Hal lain yang menjadi faktor pendukung adalah dukungan pemerintah daerah yang dapat memberikan kebijakan yang sesuai bagi potensi peternakan yang berada di daerahnya.

Daging kelinci, jika dibandingkan dengan daging asal ternak lainnya memiliki kandungan protein yang lebih tinggi. Rendahnya kolesterol pada daging kelinci dapat menjadikan daging kelinci sebagai alternatif makanan bagi pasien penyakit jantung, kelebihan berat badan dan kolesterol. Kandungan gizi daging kelinci seperti tingginya asam folat sebesar 36,3 mcg, vitamin B-12 sebesar 32,5 mcg, dan total omega 6 sebesar 3900 mg. Tingginya kandungan gizi daging kelinci tersebut belum banyak diketahui oleh masyarakat. Selain itu, faktor kebiasaan makan dan efek psikologis yang menganggap bahwa kelinci sebagai hewan hias atau kesayangan yang tidak


(64)

layak dijadikan bahan makanan sumber protein hewani sehingga daging kelinci kurang diminati.

b) Ancaman

1. Pembeli hanya membeli karena hobi, belum untuk konsumsi maupun

industri penyamakan kulit atau tekstil.

Umumnya pembeli yang datang membeli kelinci hanya untuk sekedar hobi. Karena peternak di daerah penelitian hanya mengusahakan jenis kelinci hias yang biasa digunakan untuk hobi. Hal ini terkait dengan belum memasyarakatnya daging kelinci, baik karena kurangnya pasokan maupun keengganan mengonsumsi daging kelinci yang secara psikis dianggap sebagai hewan yang lucu dan hewan kesayangan. Padahal peluang usaha kelinci cukup besar, kelinci memiliki banyak manfaat seperti dagingnya yang empuk dan lezat. Menurut penelitian para ahli, selain empuk dan rendah kolesterol, dagingnya dapat dijadikan obat dan dimasak dalam beranekaragam cara, yang terkenal sekarang tentunya sate kelinci.

Daging kelinci dipercaya dapat digunakan sebagai obat yang mampu menyembuhkan atau minimal meredakan penyakit asma, infeksi tenggorokan, liver, dan asam urat. Daging kelinci ternyata mengandung suatu zat yang disebut senyawa kitotefin. Senyawa tersebut apabila digabungkan dengan senyawa lain seperti lemak omega 3 dan 9 disinyalir bisa sebagai penyembuh asma.


(65)

Senyawa kitotefin berfungsi untuk menstabilkan membran sel mastosit. Daging yang mengadung senyawa tersebut yaitu daging kelinci membentuk antibodi pada tubuh. Antibodi ini melekat pada sel mastosit yang bisa mencegah pecahnya membran. Pecahnya membran bisa membuat otot-otot polos saluran nafas berkontraksi. Hasilnya saluran nafas menyempit hingga terjadi asma.

Daging kelinci adalah pengobatan jangka panjang, maka dari itu disarankan untuk mengkonsumsinya secara rutin. Jangan dikhawatirkan halal atau tidaknya, karena Majelis Ulama Indonesia menetapkan hukum makan kelinci dengan pertimbangan surat permintaan direktur urusan agama Islam Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama RI dan surat Sekretaris Direktur Jenderal Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI. Memakan daging kelinci hukumnya halal.

Selain daging, kotoran kelinci pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan biogas. Kotoran kelinci mengandung natrium yang tinggi dibanding kotoran hewan lainnya, sehingga sangat bagus sebagai pupuk organik bagi bunga-bunga dan buah-buahan. Air seni kelinci juga dapat digunakan sebagai penyubur tanaman. Kotoran kelinci sudah diusulkan sebagai biogas, namun tidak banyak yang memanfaatkannya, karena produk utama kotoran kelinci adalah pupuk.

Kelinci dari jenis bulu panjang seperti England Anggora dan Rex memberikan manfaat lain. Selain indah dipandang dan lembut, jenis ini


(66)

memiliki bulu-bulu yang panjang, sehingga dapat dijadikan bahan wol. Bulu kelinci dapat juga dipakai sebagai bahan pakaian berbulu, jaket, selendang, tas, dompet, boneka dan sebagainya. Kulit bulu ini menggantikan peran hewan langka seperti anjing laut dan beruang. Pasar kulit bulu kelinci mencakup daratan Eropa, Rusia, Amerika dan Asia.

2. Anggapan sebagian masyarakat bahwa kelinci merupakan hewankesayangan.

Perhatian masyarakat di daerah penelitian di Kabupaten Karo terhadap manfaat daging kelinci sebagai konsumsi belum cukup besar, tidak seperti halnya di daerah Jawa yang sudah sangat banyak mengonsumsi daging kelinci karena sudah mengetahui banyak manfaat yang terkandung di dalamnya.

Masyarakat di daerah penelitian masih banyak beranggapan bahwa kelinci hanya untuk ternak hias dan hewan kesayangan. Untuk itu perlu diadakannya sosialisasi lebih jauh yang dilakukan dinas peternakan daerah setempat ataupun penyuluh pertanian untuk memberikan pemahaman tentang manfaat kelinci.

3. Preferensi masyarakat

Kecenderungan (preferensi) masyarakat terhadap kelinci di daerah penelitian hanya sebatas ternak hewan peliharaan sebagai hobi, padahal masih banyak produk-produk turunan yang dapat dihasilkan seperti dagingnya yang memiliki banyak manfaat untuk dikonsumsi, bulunya sebagai bahan baku tekstil, dan urinenya sebagai pupuk untuk pertani.


(67)

5.3 Strategi Pengembangan Pemasaran Ternak Kelinci

Internal

Eksternal

S

1. Pengalaman petani mengembangkan ternak kelinci. 2. Sumber pakan ternak

banyak.

3. Agroklimat sesuai untuk

mengembangkan ternak kelinci. 4. Kelembagaan sudah

ada dalam bentuk kelompok ternak.

W

1.Skala usaha ternak kelinci kecil-kecil. 2.Kelinci hanya sebagai

usaha sampingan, sehingga

pemeliharaannya kurang intensif. 3.Jenis kelinci pedaging

belum banyak diusahakan. 4.Dinas Peternakan

belum membuat program khusus untuk pengembangan ternak kelinci.

O

1. Peluang pasar sudah datang dari luar kota (Binjai, Riau, dan Aceh). 2. Kebijakan pemerintah pusat tentang swasembada daging. Strategi SO

1.S1O1: Memenuhi peluang pasar yang sudah ada dengan pengalaman petaniuntuk

meningkatkan produksi beternak kelinci. 2.S2O1: Memenuhi

peluang pasaryang sudah ada dengan memanfaatkan banyaknya sumber pakan untuk

meningkatkan produksi. 3.S3O1: Memenuhi

peluang pasaryang sudah ada dengan memanfaatkan

kesesuaian agroklimat untuk meningkatkan produksi.

4.S4O1: Memenuhi peluang pasar yang sudah ada dengan memanfaatkan

kelembagaan kelompok ternak yang sudah ada

Strategi WO 1.W1O1: Memenuhi

peluang pasar yang sudah ada dengan meningkatkan skala usaha ternak

kelinciuntuk meningkatkan produksi.

2.W2O1: Memenuhi peluang pasaryang sudah ada dengan mengintensifkan pemeliharaan kelinci untuk meningkatkan produksi.

3.W3O1: Memenuhi peluang pasaryang sudah ada dengan memperbanyak pengusahaan jenis kelinci pedaging untuk meningkatkan

produksi.

4.W4O1: Memenuhi peluang pasar yang sudah ada dengan membuat program


(68)

untuk meningkatkan produksi.

5.S1O2: Menjalankan kebijakan pemerintah pusat tentang

swasembada daging dengan memanfaatkan pengalaman petani beternak kelinci untuk meningkatkan produksi. 6.S2O2: Menjalankan

kebijakan pemerintah pusat tentang swasembada daging dengan memanfaatkan banyaknya sumber pakan untuk meningkatkan produksi. 7.S3O2: Menjalankan

kebijakan pemerintah pusat tentang swasembada daging dengan memanfaatkan kesesuaian agroklimat untuk meningkatkan produksi.

8.S4O2: Menjalankan kebijakan pemerintah pusat tentang

swasembada daging dengan memanfaatkan kelembagaan kelompok ternak yang sudah ada untuk meningkatkan produksi.

khusus untuk

pengembangan ternak kelinci dari Dinas Peternakan untuk meningkatkan produksi.

5.W1O2: Menjalankan kebijakan pemerintah pusat dengan meningkatkan skala usaha ternak kelinciuntuk meningkatkan produksi.

6.W2O2: Menjalankan kebijakan pemerintah pusat dengan mengintensifkan pemeliharaan kelinci untuk meningkatkan produksi.

7.W3O2: Menjalankan kebijakan pemerintah pusat dengan

memperbanyak pengusahaan jenis kelinci pedaging untuk meningkatkan

produksi.

8.W4O2: Menjalankan kebijakan pemerintah pusat dengan membuat program khusus untuk pengembangan ternak kelinci dari Dinas Peternakan untuk meningkatkan produksi. T

1. Pembeli hanya membeli karena hobi, belum untuk konsumsi maupun industri

penyamakan kulit atau tekstil.

2. Anggapan sebagian

Strategi ST

1. S1T1: Sosialisasi kelinci untuk konsumsi maupun tekstil dan memanfaatkan pengalaman

petanibeternak kelinci untuk meningkatkan produksi.

2. S2T1: Sosialisasikelinci

Strategi WT

1.W1T1: Sosialisasi kelinci untuk konsumsi maupun tekstil dan meningkatkan skala usaha ternak

kelinciuntuk meningkatkan produksi.


(69)

masyarakat bahwa kelinci merupakan hewan kesayangan. 3. Preferensi masyarakat terhadap daging kelinci. untuk konsumsi maupun tekstil dan memanfaatkan banyaknya sumber pakan untuk meningkatkan produksi.

3. S3T1: Sosialisasi kelinci untuk konsumsi maupun tekstil dan memanfaatkan

kesesuaian agroklimat untuk meningkatkan produksi.

4. S4T1: Sosialisasi kelinci untuk konsumsi maupun tekstil dan memanfaatkan kelembagaan

kelompok ternak yang sudah ada untuk meningkatkan produksi.

5. S1T2: Sosialisasi berbagai produk yang dapat dihasilkan dari kelinci dan

memanfaatkan pengalaman petani beternak kelinci untuk meningkatkan

produksi.

6. S2T2: Sosialisasi berbagai produk yang dapat dihasilkan dari kelinci dan memanfaatkan banyaknya sumber pakan untuk meningkatkan produksi.

7. S3T2: Sosialisasi berbagai produk yang dapat dihasilkan dari kelinci dan

memanfaatkan

kesesuaian agroklimat untuk meningkatkan

2.W2T1: Sosialisasi kelinci untuk konsumsi maupun tekstil dan mengintensifkan pemeliharaan kelinci untuk meningkatkan produksi.

3.W3T1: Sosialisasi kelinci untuk konsumsi maupun tekstil dan memperbanyak pengusahaan jenis kelinci pedaging untuk meningkatkan

produksi.

4.W4T1: Sosialisasi kelinci untuk konsumsi maupun tekstil dan dengan membuat program khusus untuk pengembangan ternak kelinci dari Dinas Peternakan untuk meningkatkan produksi.

5.W1T2: Sosialisasi berbagai produk yang dapat dihasilkan dari kelinci dan meningkatkan skala usaha ternak kelinciuntuk meningkatkan produksi.

6.W2T2: Sosialisasi berbagai produk yang dapat dihasilkan dari kelinci dan

mengintensifkan pemeliharaan kelinci untuk meningkatkan produksi.

7.W3T2: Sosialisasi berbagai produk yang dapat dihasilkan dari kelinci dan

memperbanyak pengusahaan jenis


(1)

67

Satrio 2005, Dalam Valent Febriliany.2008.Potensi Pembangunan Usahaternak Kelinci di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat.Skripsi. Fakultas Peternakan IPB.

Sumadia dan Rossuartini 2003.Kelinci Sebagai Komoditi Penghasil Daging yang

Potensial. Proseding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Balai Penelitian

Ternak. Bogor.

Sumiarti, 2004.Dalam Valent Febriliany.2008.Potensi Pembangunan Usahaternak Kelinci di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat.Skripsi. Fakultas Peternakan IPB.


(2)

Lampiran 1. Karakteristik Peternak No. Umur

(Tahun) Tingkat Pendidikan Pengalaman (tahun) Jumlah Tanggungan Jumlah Kandang (buah) Domisili

1. 47 Sarjana 8 - 416 Berastagi

Lampiran 2. Karakteristik Pedagang Pengumpul Daerah No. Umur

(Tahun) Tingkat Pendidikan Pengalaman (tahun) Jumlah Tanggungan Jumlah Kandang (buah) Domisili

1. 23 SMA 5 - 40 Berastagi

2. 21 SMA 3 - 35 Berastagi

3. 39 SMA 27 3 50 Berastagi

4. 30 SMA 5 3 30 Berastagi

Lampiran 3. Karakteristik Pedagang Pengumpul Luar Daerah No. Umur

(Tahun) Tingkat Pendidikan Pengalaman (tahun) Jumlah Tanggungan (orang) Domisili

1. 38 SMA 5 2 Pematangsiantar

2. 40 SMA 10 3 Medan

3. 40 SMA 5 4 Binjai

4. 35 SMA 10 3 Binjai

Lampiran 4. Karakteristik Pedagang Pengecer Luar Daerah No. Umur

(Tahun) Tingkat Pendidikan Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (orang) Domisili


(3)

1 Lampiran 9. Volume Penjualan Kelinci di Tingkat Peternak

No. Volume Penjualan (ekor/minggu) Jenis Kelinci Harga Jual (Rp/ekor)

1. 40 a. Biasa

b. Rex c. Lion d. Flame e. Love f. Anggora

20.000 25.000 25.000 25.000 35.000 25.000


(4)

Lampiran 10. Volume Penjualan Kelinci di Tingkat Pedagang Pengumpul Daerah No. Rata-Rata Harga

Beli (Rp/ekor)

Volume Penjualan (ekor/minggu) Jenis Kelinci Harga Jual (Rp/ekor)

1. 25.000 35 a. Biasa

b. Anggora c. Lion

35.000 50.000 150.000

2. 25.000 32 a. Rex

b. Anggora c. Lion d. Biasa

80.000 45.000 100.000

35.000

3. 25.000 30 a. Anggora

b. Rex c. Lion d. Love e. Flame f. Biasa

75.000 85.000 100.000 120.000 50.000 35.000

4. 25.000 30 a. Lion

b. Rex c. Love d. Biasa

100.000 70.000 120.000


(5)

3

Lampiran 11. Volume Penjualan Kelinci di Tingkat Pedagang Pengumpul Luar Daerah No. Rata-Rata Harga

Beli (Rp/ekor)

Volume Penjualan (ekor/minggu) Jenis Kelinci Harga Jual (Rp/ekor)

1. 35.000 30 a. Biasa

b. Anggora c. Rex

45.000 80.000 100.000

2. 25.000 40 a. Anggora

b. Rex c. Biasa

85.000 100.000

45.000

3. 35.000 40 a. Rex

b. Lion c. Anggora d. Flame e. Biasa 150.000 150.000 100.00 100.000 45.000

4. 25.000 35 a. Lion

b. Rex c. Love d. Biasa 100.000 100.000 150.000 45.000

Lampiran 12. Volume Penjualan Kelinci di Tingkat Pedagang Pengecer Luar Daerah No. Harga Beli

(Rp/ekor)

Volume Penjualan (ekor/minggu) Jenis Kelinci Harga Jual (Rp/ekor)

1. 50.000 5 a. Biasa

b. Rex c. Anggora

45.000 80.000 95.000


(6)