Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Jaji’s Farm di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam hal jumlah penduduk tertinggi. Dalam hal pembangunan, Indonesia sedang berada dalam arah peningkatan taraf ekonomi, sosial dan kesehatan.

Adanya kemajuan teknologi dan pendidikan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat menyebabkan mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi yang lebih tentang makanan yang sehat. Pada saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai sadar akan pentingnya kebiasaan hidup sehat, pola konsumsi masyarakat saat ini juga dipengaruhi oleh adanya tren pentingnya kesehatan. Pengetahuan akan kesehatan dapat diperoleh masyarakat melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Peningkatan jumlah penduduk maka secara otomatis akan menambah tingkat kebutuhan konsumsi masyarakat dimana hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Perkembangan pendidikan dan pengetahuan berperan penting terhadap mengerti pentingnya konsumsi makanan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan makanan yang berkualitas baik dan bergizi tinggi. Kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan gizi pada umumnya diperoleh dari produk peternakan karena produk peternakan memiliki manfaat sebagai sumber gizi yang memiliki kandungan protein yang tinggi.

Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan dan mencapai kemajuan yang cukup pesat dengan bukti banyaknya peternakan yang berskala industri. Pembangunan peternakan ini memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seperti daging, telur, susu dan produk olahan (sampingan). Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola pikir yang dipengaruhi oleh perkembangan jaman. Berbagai macam produk peternakan menawarkan segala keunggulan akan pentingnya hidup sehat diantaranya adalah produk peternakan kelinci.

Peternakan kelinci memiliki potensi sebagai penyedia daging ternak kelinci memiliki pertumbuhan dan reproduksi yang cepat. Untuk satu siklus reproduksi,


(2)

kelinci dapat menghasilkan 4-10 ekor anakan dengan periode kelahiran 5 sampai 6 kali dalam setahun. Berikut adalah jumlah populasi ternak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2008-2010 (ribu ekor)

Jenis Spesies 2008 2009 2010

Sapi potong 11.869,16 13.235 14.128

Kerbau 2.191,64 1.933 2.005

Kambing 15.805,90 15.815 16.821

Ayam Ras Pedaging 1.075.884,79 991.281 1.249,95

Kelinci 792,80 999,14 1.258

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2011

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah populasi peternak kelinci masih lebih rendah dibandingkan dengan peternak lainnya karena kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki ternak kelinci. Untuk itu, diperlukan adanya penyuluhan dan pelatihan yang efektif dan dibantu oleh pemerintah kepada masyarakat agar budidaya ternak kelinci dapat memberikan manfaat yang maksimal dan menjadikan kelinci sebagai salah satu jawaban untuk pemenuhan gizi yang berasal dari hewani.

Kelinci merupakan hewan yang memiliki nilai manfaat yang tinggi karena hampir semua bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan supaya menghasilkan nilai ekonomis. Kelinci termasuk kedalam hewan herbivora non ruminan yang menghasilkan daging putih yang memiliki kandungan kolestrol rendah dengan kandungan protein 21 persen, lemak 8 persen dan air 70 persen. Perincian kandungan kimia yang terkandung dalam daging kelinci dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Komposisi Kimia Daging Kelinci dan Ternak Lainnya Jenis Energi

(kkal/kg)

Sodium (mg/g)

Lemak jenuh (mg/g)

Kadar air (%)

Protein (%)

Lemak (%)

Kelinci 160 40 37 70 21 8

Ayam 200 70 - 67 19,5 12

Sapi 380 65 41,3 49 15,5 35

Domba 345 75 55,4 53 15 31

Babi 330 70 38,6 54,5 15 29,5


(3)

Survey membuktikan lima tahun belakangan ini peningkatan kebutuhan makanan sehat sudah menunjukan angka yang sangat signifikan1. Dari sekian banyak produk peternakan yang memiliki label sehat, ternak kelinci merupakan salah satu hasil peternakan yang memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan. Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi daging kelinci saat ini mulai meningkat disebabkan adanya kesadaran masyarakat akan kesehatan karena daging kelinci memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sebagai makanan alternatif yang mampu menurunkan risiko kolesterol dan penyakit jantung walaupun popularitas daging kelinci di mata masyarakat saat ini masih rendah dan belum ditanggapi dengan baik oleh masyarakat.

Kurang popularnya daging kelinci di masyarakat menyebabkan perkembangan populasi peternakan kelinci menjadi terbatas untuk wilayah sentra-sentra produksi kelinci di Jawa Barat yang dikenal hanya Lembang Bandung (Jawa Barat). Padahal masih terdapat daerah lain di Jawa Barat yang memiliki potensi dan cocok untuk budidaya ternak kelinci salah satunya adalah desa Ciherang yang berada di kabupaten Cianjur (Cianjur Utara).

Selama ini daerah Cianjur utara dikenal dengan daerah agribisnis, sebagian besar mata pencaharian masyarakat bergerak di bidang pertanian. Secara geografis, desa Ciherang merupakan salah satu lokasi yang cocok untuk budidaya kelinci, karena memiliki iklim dan suhu yang baik untuk pertumbuhan kelinci yaitu sekitar 18-25 oC. Selain itu, ketersediaan pakan hijauan yang melimpah memberikan nilai positif sehingga peternak tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak khususnya ternak kelinci.

1 Make diet & exercise always as a hobby, not a responsibility http://www.wrp-diet.com/ pola hidup sehat [15 November 2011].


(4)

Pada saat ini peternakan masyarakat masih bersandar kepada sistem tradisional masyarakat tidak melakukan penerapan yang baik terhadap manajemen salah satunya tidak melakukan pencatatan secara akuntabilitas. Terdapat banyak peternak kelinci yang berada di kabupaten Cianjur salah satu nya adalah Jaji’s Farm. Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan yang melakukan usaha budidaya kelinci dengan komoditas utama yaitu kelinci pedaging. Jaji’s Farm dianggap sebagai sentra informasi peternakan kelinci oleh peternak lain, karena Jaji’s Farm memiliki pengalaman dalam teknis budidaya sehingga para peternak kelinci bisa sedikit terbantu.

1.2.Perumusan Masalah

Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan kelinci yang menjadikan kelinci pedaging sebagai produk utamanya. Jaji’s Farm telah berdiri lebih dari 20 tahun dan telah bekerjasama dengan peternakan kelinci lain yang berada di daerah sekitar dalam memenuhi permintaan kelinci. Populasi kelinci indukan di Jaji’s Farm pada saat ini adalah 170 ekor dengan jumlah indukan betina sebanyak 150 ekor dan jantan 20 ekor. Jenis kelinci yang dibudidayakan oleh Jaji’s Farm adalah kelinci jenis Vlaamse Reus yang mampu menghasilkan bobot hidup ± 3 kilogram pada umur tiga bulan.

Produk yang dijual oleh Jaji’s Farm ada dua jenis yaitu penjualan kelinci pedaging yang merupakan komoditas utama dalam peternakan kelinci dan penjualan kelinci anakan yang merupakan produk kedua. Kapasitas produksi kelinci rata-rata di Jaji’s Farm sebanyak 750 ekor tiap periode kelahiran. Jumlah produksi kelinci di Jaji’s Farm dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi Kelinci di Peternakan Jaji’s Farm Tahun 2009 - 2011. Tahun Jumlah Indukan

(ekor)

Jumlah Produksi (ekor)

2009 120 2400

2010 150 3750

2011 150 3750

Sumber : Jaji’sFarm, 2011

Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan produksi kelinci pada tahun 2010 sebesar 56 persen yang dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini


(5)

disebabkan adanya penambahan jumlah indukan kelinci di Jaji’s Farm pada tahun 2010. Pada tahun 2011 Jaji’s Farm belum melakukan penambahan jumlah indukan sehingga jumlah produksi yang dihasilkan masih tetap sama dengan tahun 2010.

Jaji’s Farm memiliki konsumen yang berada di beberapa wilayah Jabodetabek, seperti restoran-restoran yang membutuhkan suplai kelinci pedaging dan tengkulak yang membutuhkan suplai kelinci anakan secara terus menerus. Pada saat ini permintaan daging kelinci ke Jaji’s Farm mencapai 25 kwintal per minggu sedangkan permintaan kelinci anakan mencapai 60 ekor per minggu. Namun karena keterbatasan Jaji’s Farm dalam memproduksi, permintaan pasar yang diajukan masih belum mampu memenuhi permintaan karena produksi yang dihasilkan sebesar 45-50 kilogram per minggu daging kelinci dan 25-30 ekor kelinci anakan per minggu. Berikut Tabel 4 permintaan kelinci di Jaji’s Farm. Tabel 4. Permintaan Kelinci pada Peternakan Jaji’s Farm di Tahun 2009-2011.

Tahun Permintaan Komoditas Kelinci

Anakan (ekor) Pedaging (ekor)

2009 1300 25000

2010 1500 48000

2011 2880 120000

Sumber : Jaji’sFarm, 2011

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dalam memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan pendapatan, Jaji’s Farm perlu melakukan pengembangan dengan menambah investasi berupa penambahan bangunan kandang yang baru dan populasi ternak kelinci. Dengan adanya pengembangan usaha ini diharapkan dapat memenuhi permintaan yang belum terpenuhi.

Pengembangan usaha ini akan dilakukan dengan beberapa strategi yaitu ditinjau dari penggunaan modal yang terdiri dari modal sendiri dan pinjaman. Penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, sedangkan modal merupakan sumberdaya terbatas sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha.

Ada kecenderungan peternakan ini kurang mampu melakukan respon terhadap informasi sistem agribisnis secara lengkap karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki. Dalam menjalankan usaha ini diperlukan adanya


(6)

suatu perencanaan yang matang agar Jaji’s Farm dapat melakukan strategi dalam pengembangannya sehingga usaha ini layak atau tidak untuk dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan menganalisis kelayakan usaha yang dilihat dari aspek finansial dan aspek non finansial.

Analisis aspek finansial akan dilakukan dengan menggunakan dua kondisi yaitu kondisi peternakan sebelum pengembangan (kondisi aktual) dan kondisi setelah pengembangan dengan adanya penambahan jumlah ternak dan pembangunan kandang baru.

Dalam menjalankan usaha peternakan kelinci, biaya investasi awal yang dikeluarkan seperti pembangunan kandang (luar dan batre), pengadaan indukan kelinci yang berkualitas dan pengeluaran untuk biaya produksi membutuhkan modal yang relatif besar. Selain itu ada juga terdapat banyak resiko yang harus dihadapi dalam usaha peternakan tersebut diantaranya adalah tingginya harga bahan baku pakan, ketersediaan bahan baku pakan dan tingkat kematian ternak akibat penyakit atau salah penanganan budidaya. Hal tersebut didasarkan pada kejadian sebelumnya yang pernah terjadi di lingkup peternakan.

Aspek-aspek yang akan dikaji adalah aspek non finansial meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek pasar. Kemudian dilakukan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan Jaji’s Farm sehingga hasil dari analisis finansial bisa dilakukan analisis switching value untuk mengetahui tingkat sensitifitas usaha tersebut apabila terjadi perubahan didalam peternakan seperti adanya perubahan harga pakan (input) dan harga daging (output).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non

finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan usaha di peternakan dari tiap kondisi yang dilakukan dilihat dari aspek finansial?

3. Bagaimana tingkat kepekaan usaha peternakan dari tiap kondisi yang dilakukan, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?


(7)

1.3.Tujuan

1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan usaha di peternakan kelinci dari tiap kondisi yang dilakukan dilihat dari aspek finansial.

3. Menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci pada tiap kondisi yang dilakukan.

1.4.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran yang bermanfaat bagi peternak kelinci dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemajuan usaha, merencanakan, menetapkan strategi dan kebijakan, dan juga mampu mempertimbangkan langkah-langkah terbaik dalam meningkatkan kinerja peternakan.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi penulis untuk dapat mengaplikasikan konsep-konsep atau teori yang diperoleh diperkuliahan dengan keadaan dilapangan, dan juga diharapkan akan memberikan manfaat informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan perbandingan atau acuan untuk penelitian selanjutnya dengan cakupan yang lebih luas.

1.5.Ruang Lingkup

Penelitian ini mentitikberatkan pada analisis kelayakan usaha yang mengkaji berbagai aspek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial dalam usaha peternakan kelinci di Jaji’s Farm yang terletak di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur.


(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kelinci

2.1.1. Kelinci dan Kerabatnya

Di Indonesia terdapat kelinci lokal yang menjadi ciri khas kelinci asli Indonesia, yaitu kelinci Jawa (Lepus negricollis) diperkirakan masih berhabitat di hutan-hutan sekitar wilayah Jawa Barat. Warna bulunya coklat perunggu kehitaman dengan ekor berwarna jingga dan ujung ekor hitam. Berat Kelinci jawa dewasa bisa mencapai 4 kilogram. Sedangkan Kelinci Sumatera, merupakan satu-satunya ras kelinci yang asli Indonesia. Habitatnya adalah hutan di pegunungan Pulau Sumatera yang memiliki ciri panjang badan mencapai 40 cm dengan warna bulu kelabu cokelat kekuningan. Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna yang agak kekuningan. Ketika musim dingin, warna kekuningan berubah menjadi kelabu. Menurut rasnya, kelinci terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya Angora, Lyon, American Chinchilla, Dutch, English Spot, Himalayan dan lain-lain. Khusus Lyon sebenarnya adalah hasil dari persilangan luar antara Angora dengan ras lainnya. Namun di kalangan peternak kelinci hias, hasil persilangan itu disebut sebagai Lyon atau Angora jadi-jadian

2.1.2. Jenis kelinci

Jenis kelinci dapat dikelompokan berdasarkan tujuan pemeliharaan yaitu kelinci pedaging (potong) dan kelinci hias. Ada beberapa jenis kelinci yang di budidayakan di Indonesia diantaranya adalah: New Zealand White dengan keunggulan memiliki pertumbuhan cepat dan dapat dijadikan kelinci potong dengan berat dewasa 4 - 5 kilogram. Flemish Giant (Vlaamsce Reus) merupakan kelinci yang memiliki ukuran paling besar dan sangat cocok untuk kelinci pedaging dengan bobot dewasa adalah 6,3 kilogram. Angora sangat cocok untuk kelinci hias karena memiliki bulu yang indah dengan bobot badan sekitar 2 – 3 kilogram. Lyon memiliki ciri-ciri mirip singa dengan bobot badan badannya mencapai 4-5 kilogram. Dutch memiliki ciri khas yaitu ada lingkaran putih di leher, seperti memakai kalung. Berat badan dewasa 1 – 2 kilogram. Rex Kelinci jenis rex berpotensi untuk diambil daging dan bulunya (fur). Warnanya pun bervariasi, antara lain biru (blue rex), hitam (black rex), bertotol (dalmatian rex).


(9)

Kelinci putih (white rex) paling digemari. Bulunya lembut seperti beludru dan tebal. Lop Holland mempunyai ciri telinga panjang dan jatuh, hidung pesek. Sedangkan French lop mempunyai telinga super panjang hingga menyentuh tanah, namun jenis ini cukup sulit hidup di Indonesia.

2.2. Potensi Kelinci

Kelinci merupakan salah satu jawaban terhadap pemenuhan gizi yang berasal dari hewani selain jenis ternak penghasil daging lainnya. Konsumsi daging masyarakat Indonesia saat ini masih dibawah rata-rata standar konsumsi daging nasional, selain itu kelinci juga menjadi jawaban terhadap persoalan pemerintah mengenai pemenuhan permintaan daging didalam negeri, sehingga kelinci dapat dijadikan harapan kedepan bagi pemerintah Indonesia dalam penyedia daging. Dengan demikian impor daging Indonesia dapat ditekan sehingga akan memberikan efek positif dengan menambah devisa negara, serta mengurangi ancaman untuk peternakan Indonesia terhadap sumber penyakit yang berasal dari luar, seperti antrax.

Daging kelinci memiliki keunggulan yaitu rendahnya kadar lemak dan kolesterol, serta kandungan lemak jenuh yang merupakan lemak esensial dalam daging kelinci memberi peluang untuk dapat dikonsumsi oleh penggemar daging tanpa takut akan penyakit yang berhubungan dengan lemak atau kolesterol tinggi. Selain itu, daging kelinci dapat dikonsumsi untuk asupan kalsium karena dapat menghasilkan daging dengan kadar kalsium tinggi, maka promosi budidaya kelinci perlu digalakkan kembali tidak saja di tingkat peternak kecil namun juga pada skala industri3.

Kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang potensial sebagai penyedia daging, karena pertumbuhan dan reproduksinya yang cepat. Satu siklus reproduksi seekor kelinci dapat memberikan 4-10 ekor anak dan pada umur 8 minggu, bobot badannya dapat mencapai 2 kilogram atau lebih. Secara teoritis, seekor induk kelinci dengan berat 3-4 kilogram dapat menghasilkan 80 kilogram karkas per tahun (Farrel dan Raharjo, 1984).

3 Kelinci untuk hari esok yang lebih baik


(10)

Berdasarkan bobotnya, kelinci ternak pada umur dewasa dibedakan atas tiga tipe, yaitu kecil (small and dwarf breeds), sedang atau sedang ( medium breeds), dan besar ( giant breed). Kelinci tipe kecil berbobot antara 0,9-2 kilogram, tipe sedang berbobot 2-4 kilogram, dan tipe berat berbobot 5-8 kilogram ( Sarwono, 2004).

2.3. Agribisnis Kelinci 2.3.1. Pakan Kelinci

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhan tubuh terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi ternak tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan dewasa, bunting, menyusui, kondisi tubuh (normal atau sakit), temperature, kelembaban udara serta bobot badannya. Sehingga tiap jenis ternak membutuhkan asupan pakan yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan ternak.

a. Jenis Pakan

- Hijauan Pakan Ternak

Hijauan merupakan bahan pakan yang diberikan dalam bentuk segar sehingga memiliki kandungan air yang tinggi. Hijauan pakan ternak dapat diperoleh dari alam liar seperti rumput liar dan daun-daunan. - Konsentrat

Konsentrat adalah bahan pakan yang memiliki konsentrasi gizi yang tinggi dengan kandungan serat kasar yang relative rendah dan mudah dicerna. Konsentrat biasanya diberikan dalam bentuk pelet ataupun dicampur dengan air.

- Hay

Hay adalah hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara dikeringkan di lapangan atau di tempat tertutup, dengan panas matahari atau buatan, mempunyai kandungan kering (BK) 80-85%, warna tetap hijau dan berbau enak.

b. Air Minum

Ketersediaan air minum untuk kelinci harus selalu terpenuhi karena air minum sangat penting untuk pertumbuhan ternak dan berguna dalam membantu mencerna pakan.


(11)

2.3.2. Sarana Kandang dan Perlengkapan 1) Lokasi Kandang

Lokasi kandang untuk ternak kelinci sangat perlu diperhatikan karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup peternakan itu sendiri. Lokasi peternakan harus berada didaerah strategis dengan posisi kandang yang harus disesuaikan dengan keadaan lokasi tersebut sehingga kandang tersebut menjadi nyaman untuk kelangsungan hidup ternak kelinci.

Syarat-syarat lokasi kandang tersebut diantaranya adalah (1). Kandang harus dekat dengan sumber air sehingga ketersediaan air untuk minum dan kebersihan dapat dipenuhi dengan mudah, (2). Jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak mengganggu aktifitas masyarakat, (3). Jauh dari suara bising yang berasal dari mesin kendaraan ataupun mesin pabrik dan (4). Terlindung dari predator seperti tikus.

Kandang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup ternak dari berbagai ancaman yang bisa membuat ternak tersebut tidak tumbuh dengan maksimal. Fungsi kandang sebagai tempat berkembang biak harus memiliki suhu udara ideal sekitar 21oC, sistem sirkulasi udara yang cukup sehingga udara didalam kandang bersifat lancar dan dapat menampung cahaya matahari yang cukup serta melindungi ternak dari predator.

2) Pola Kandang

Kandang luar merupakan sebuah bangunan yang dirancang agar sirkulasi udara dan cahaya matahari dapat masuk sehingga suhu dalam kandang membuat kelinci nyaman dan dapat berproduksi secara maksimal. Ada 2 jenis kandang kelinci yang digunakan yaitu kandang permanen dan semi permanen yang terdapat kandang lokal atau kandang batere (individu) di dalamnya.

Kandang permanen dapat terbuat dari bata yang kokoh dan tahan lama yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan kandang yang baik dan membutuhkan dana yang relatif besar. Sedangkan untuk kandang semi permanen dapat terbuat dari bilik bambu dan membutuhkan dana yang tidak begitu besar.


(12)

Untuk kandang lokal atau batre (individu) dapat terbuat dari kawat dan kayu dengan ukuran 60x70 centimeter. Kandang tersebut dapat menampung seekor indukan dan anakan yang dilahirkan sampai penyapihan4.

3) Sarana Kandang

Dalam kandang kelinci membutuhkan sarana seperti tempat pakan dan minum serta perlengkapan lain. Untuk tempat pakan kelinci biasanya terbuat dari plastik atau semen yang dibentuk seperti wadah untuk dapat menampung pakan yang akan diberikan. Tempat pakan yang digunakan biasanya memiliki bobot yang berat sehingga tidak mudah untuk terguling oleh ternak tersebut.

Tempat minum kelinci berupa botol yang berukuran kira-kira 1 liter yang diberi sentuhan inovasi pada ujung keluar airnya dengan bola-bola kecil dari besi untuk menahan air yang keluar sehingga air tersebut tidak terbuang pada saat diminum ternak. Cara kerja tempat minum ini akan keluar apabila lidah kelinci menekan bola-bola besi tersebut dan apabila ternak tersebut selesai minum maka bola tersebut akan kembali ke tempat semula dan tempat keluar air akan tertutup kembali.

Perlengkapan lain yang dibutuhkan dalam peternakan adalah bak plastik untuk mengaduk dedak padi yang di campur air panas dan bahan pakan lainnya. Perlengkapan lainnya seperti sapu lidi untuk membersihkan kandang dan tempat menampung urin (jerigen) dan karung untuk menampung kotoran kelinci.

4 Budidaya Kelinci


(13)

4) Pemilihan Bibit Unggul

Pemilihan bibit kelinci harus disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan kelinci ini dijalankan yaitu kelinci penghasil daging dan kelinci hias. Berikut ini beberapa Kriteria yang bisa dijadikan pedoman untuk memilih bibit kelinci :

1. Induk diketahui tetuanya atau dengan kata lain calon induk mempunyai catatan produksi (jumlah anak perkelahiran, daya tumbuh, dll) dan catatan reproduksi (servis per conception, fertilitas, keadaan alat reproduksi dll) 2. Induk mempunyai puting susu lebih dari 8 buah

3. Tingkah laku tidak nervous dan mempunyai cukup bulu untuk membuat sarang

4. Kondisi fisik yang normal seperti badan sehat, mata bersinar, bulu yang bersih dan tidak kusut serta telinga tegak5.

2.3.3. Perkembangbiakan Kelinci

Perkembangbiakan kelinci yang ideal adalah kelinci yang dikawinkan pada umur sekitar 6-8 bulan yang telah mengalami dewasa kelamin dan memiliki tanda-tanda birahi. Apabila kelinci terlambat di kawinkan ada kemungkinan kelinci akan mandul karena kegemukan atau obesitas, karena terlalu banyak lemak dalam tubuhnya. Dengan demikian sel telur pada betina menyempit dan saluran sperma pada jantan juga menyempit, sehingga akan mengganggu jalannya proses perkawinan atau reproduksi.

Aspek reproduksi memegang peranan penting dalam rangka pertambahan jumlah populasi. Kelinci termasuk dalam satu jenis ternak prolific artinya mampu beranak banyak per kelahiran.

Kelinci dapat melahirkan 4-5 kali dalam setahun karena masa bunting kelinci hanya 30-35 hari dengan jumlah anakan yang dilahirkan sebanyak 4-10 ekor anak. Umumnya lama kelinci bunting sekitar 31 hari. Tetapi ada kelinci yang masa buntingnya 32 atau 33 hari. Masa bunting ini ada hubungannya dengan lingkungan, makanan, dan jenis kelinci. Makin besar jenis kelinci maka makin lama usia mengandungnya. Ada juga kelinci yang masa buntingnya 28 atau 29 hari.

5 Budidaya Kelinci


(14)

2.3.4.Penyakit

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu: 1). Kelemahan dalam menjaga sanitasi kandang, 2). Pemberian pakan kurang berkualitas, 3). Volume pakan kurang, 4). Air minum kotor atau kurang, 5). Kekurangan zat nutrisi (protein, vitamin, mineral), 6). Tertular kelinci lain yang menderitasakit, 7). Perubahan cuaca.

Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang kelinci dan dapat menyebabkan kematian diantaranya adalah:

1. Enteritis Kompleks Penyakit ini menyerang alat pencernaan,

2. Pasteurellosis Penyakit ini sering menyerang kelinci dewasa, baik jantan maupun betina. Penyakit ini menyerang alat pencernaan. Penyebabnya kuman Pasteurella multocida.

3. Sembelit penyakit ini menunjukkan gejala tak bisa berak. Kencing sedikit sekali. Kelakuan kelinci sangat gelisah. Penyebabnya, pemberian ransum kering kurang diimbangi dengan kebutuhan air minum yang cukup.

4. Pilek, gejalanya mudah hidung kelinci mengeluarkan lendir berwarna jernih atau keruh, selain itu juga sering bersin-bersin.

5. Kudis, penyakit ini menimbulkan gatal-gatal. Bagian tubuh yang terserang mula-mula kepala, lalu menjalar ke mata, hidung, kaki, dan kemudian seluruh tubuh. Penyebabnya kutu Sarcoptes Scabiei sehingga penyakitnya disebut scabesiosis alias kudis

6. Kanker Telinga, penyakit ini di tandai rasa gatal dan sakit pada telinga yang terserang.

2.3.5.Pengolahan dan Pemasaran Produksi Hasil

Hasil dari produk dari yang utama dari peternakan kelinci adalah meghasilkan daging dan kelinci hias (Pets) atau anakan untuk para hobbies serta produk sampingan lain seperti kulit bulu (fur), kotoran dan urin.

Berbagai produk olahan yang berasal dari daging kelinci sudah banyak di ciptakan dan sedang dikembangkan untuk dijadikan usaha yang memiliki potensi yang tinggi. Dari produk hasil peternakan kelinci tersebut kemudian diolah dengan sedikit inovasi sehingga menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi dengan menghasilkan produk akhir seperti sate, bakso, sosis, dendeng dan


(15)

sebagainya. Kini sudah banyak bermunculan rumah makan yang menyediakan produk olahan daging kelinci sehingga pemasaran untuk produk ini sangat mudah dan luas sekali, karena kebutuhan daging kelinci untuk saat ini masih belum terpenuhi kebutuhannya.

Selain itu, produk sampingan dari kelinci juga memiliki potensi dan nilai ekonomis yang tinggi seperti kulit bulu (Fur) dapat diolah menjadi aksesoris hiasan dan kebutuhan fashion seperti jaket, dompet, tas, sepatu dan sebagainya. Urin kelinci dapat dijadikan sebagai cairan pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk tanaman. Penampungan urin dapat dilakukan dengan menyediakan alas triplek berlapiskan plastik atau seng yang ditempatkan di bawah lantai kandang sehingga berfungsi sebagai talang yang mengalirkan urin ke tempat penampungan.

2.4. Data Biologi

- Masa hidup: 5 - 10 tahun - Masa produksi: 1 - 3 tahun

- Masa bunting : 28 - 35 hari (rata-rata 29 - 31 hari) - Masa penyapihan : 6 - 8 minggu

- Umur dewasa: 4 - 10 bulan - Umur dikawinkan: 6 - 12 bulan

- Masa perkawinan setelah beranak (calving interval): 1 minggu setelah anak disapih

- Ovulasi: Terjadi pada hari kawin (9 - 13 jam kemudian) - Jumlah kelahiran: 4 - 10 ekor (rata-rata 5 - 7)

- Bobot dewasa: Sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan faktor pemeliharaan.


(16)

Penelitian Terdahulu

Sumiarti (2004) penelitian tentang kelayakan investasi usaha agribisnis kelinci (kasus di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan mempelajari gambaran umum tentang agribisnis kelinci di peternakan Agri Wiratani. Ada beberapa aspek yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, pasar dan pemasaran, aspek teknis serta aspek keuangan dengan analisis sensitivitas.

Aspek hukum, ekonomi dan sosial menunjukan bahwa legalitas usaha ini kuat secara hukum. Dari sudut ekonomi dan sosial pun menunjukan bahwa usaha ini dapat memberikan nilai positif untuk masyarakat sekitar dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru sehingga dapat berpartisipasi dalam mengurangi angka pengangguran dan memberikan motivasi dan gambaran kepada masyarakat akan potensi usaha yang dilakukan sehingga masyarakat berinisiatif untuk melakukan usaha yang sama.

Analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukan bahwa adanya potensi pasar yang masih terbuka serta belum adanya pesaing lain yang setingkat dengan peternakannya sehingga pangsa pasarnya dapat diraih. Bauran pemasaran dan strategi pemasarannya sudah dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Analisis aspek teknis menunjukan bahwa kondisi lingkungan usaha, proses produksi serta sarana pendukungnya yang masih sederhana ini tetap memenuhi syarat secara teknis. Layout perkandangan yang dibuat telah disesuaikan dengan kebutuhan peternakan. Hasil analisis aspek keuangan menunjukan bahwa pola I masih layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Rekomendasi yang terbaik pada pola II, karena berada pada urutan kedua, sedangkan untuk pola IV tidak layak untuk dijalankan dan perlu dilakukan evaluasi terhadap pola IV. Hasil analisis uji sensitivitas dengan perubahan penurunan harga jual output 15 persen dan peningkatan harga input 20 persen pada setiap pola menunjukan pada pola I menjadi sangat peka.

Satrio (2005) melakukan penelitian kelayakan finansial usaha ternak kelinci pada Ushagi Farm (kasus di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). Tujuannya adalah menganalisis kelayakan finansial di peternakan kelinci, menganalisis jangka waktu pengembalian investasi usaha peternakan dan


(17)

menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci terhadap perubahan-perubahan harga yang terjadi.

Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang diperoleh yaitu Rp. 1.517.176 yang menunjukan bahwa nilai sekarang dari pendapatan selama umur proyek akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.517.176, nilai Net B/C 1,18 menunjukan bahwa pendapatan bersih yang diterima lebih besar 1,18 kali dari yang biaya yang dikeluarkan. Artinya, setiap penambahan Rp. 1 yang ditanamkan akan diperoleh hasil manfaat sebesar Rp. 1,18. Nilai IRR yang diperoleh adalah 24 persen menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari usaha ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam penelitian.

Masa pengembalian investasi dicapai dalam kurun waktu 4 tahun 2 bulan 13 hari. Hal ini menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena masa pengembalian pengembalian lebih kecil dari umur proyek. Berdasarkan analisis sensitivitas usaha diperoleh bahwa usaha ini tidak layak apabila terjadi penurunan output sebanyak 10 persen, penurunan jumlah produksi dan peningkatan harga input. Dilihat dari analisis switching value diperoleh bahwa usaha ini masih dianggap layak apabila terjadi penurunan volume produksi atau harga jual output sampai dengan 3 persen, sedangkan kenaikan harga input yang masih bisa ditolerir adalah sampai dengan 6,4 persen.

Rofik (2005), meneliti tentang kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa analisis pada kelompok peternak I dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 10 ekor pada tingkat suku bunga pinjaman 14,85 persen memiliki nilai NPV sebesar Rp 74.420.770,-. NPV untuk kelompok peternak II dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 18 ekor sebesar Rp 152.071.340,-. NPV untuk kelompok peternak III dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 27 ekor sebesar Rp 311.022.350,-. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang diterima peternak selama delapan tahun pengembangan. Nilai BCR untuk kelompok peternak I sebesar 1,35 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,35,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Untuk kelompok peternak II nilai BCR sebesar 1,43 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,43,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Sedangkan


(18)

kelompok peternak III nilai BCR sebesar 1,52 yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,52,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Semua nilai tersebut menunjukan perbandingan penerimaan yang diterima peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Untuk nilai IRR pada kelompok peternak I sebesar 23,32 persen, pada kelompok peternak II sebesar 36,07 persen dan pada kelompok peternak III sebesar 29,88 persen, yang artinya investasi yang ditanamkan layak dan menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (14,85 persen). Secara keseluruhan berdasarkan nilai-nilai pada kriteria investasi tersebut secara finansial usaha ternak sapi perah Pondok Ranggon layak untuk dikembangkan, yang paling menguntungkan adalah kelompok peternak III.

Ermin (2007) melakukan penelitian tentang kelayakan investasi pengusahaan Lobster air tawar pada CV. Fizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm. Diperoleh bahwa tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan investasi melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial, menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pada masing-masing pola usaha (pembenihan, pembesaran serta pembenihan dan pembesaran) serta melihat kepekaan usaha terhadap perubahan yang terjadi di input dan output.

Berdasarkan hasil dari analisis yang dilihat dari berbagai aspek tersebut maka diperoleh bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis kelayakan finansial diperoleh bahwa pola II dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola I dan III. Switching value yang dilakukan terhadap ketiga pola tersebut menunjukan bahwa perubahan produksi dan harga output merupakan faktor yang paling peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan yang terjadi dalam input produksi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ketiga pola usaha tersebut.

Widagdho (2008) melakukan penelitian tentang kelayakan usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project, Lembang. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aspek-aspek kelayakan usaha secara deskriptif yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hokum dan aspek sosial,


(19)

menganalisis tingkat kelayakan aspek finansial dan melakukan analisis switching value.

Berdasarkan analisis kelayakan tersebut diperoleh bahwa pengusahaan peternakan kelinci pada perencanaan proyek ini dilakukan dalam dalam tiga pola dan dihasilkan bahwa ketiga pola tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis switching value, penurunan harga output dan penurunan produksi merupakan faktor yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi.

Ditinjau dari penelitian terdahulu, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu diantaranya adalah jenis usaha yang dijalankan, lokasi usaha yang dijalankan dan komoditas yang dihasilkan. Dilihat dari segi metode yang digunakan dalam penelitian terdahulu dinilai relatif sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis dan aspek keuangan.


(20)

II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada dalam penelitian. Selain itu merupakan acuan untuk menjawab permasalahan.

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek

Beberapa ahli mendefinisikan proyek sebagai suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan (input) lain, yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu pengembalian jangka panjang proyek yang dihasilkan dari manfaat-manfaat yang dihasilkan dari proyek tersebut seperti meningkatkan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam lokasi penjualan, perubahan bentuk produksi, pengurang biaya melalui mekanisasi, menghindari kerugian dan lain-lain.

Studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang bisa tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Muhammad, 2000). Studi kelayakan proyek biasanya berupa laporan tertulis yang berisi berbagai informasi tentang tingkat kelayakan suatu proyek untuk direalisasikan. Dan juga sebagai bahan pertimbangan stakeholder untuk melakukan pengambilan keputusan. Informasi yang terkandung dalam laporan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak tertentu, misalnya pihak investor, kreditor, manajemen perusahaan serta bagi pihak pemerintah dan masyarakat (Umar, 2007).

Analisis proyek bertujuan untuk memperbaiki pilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga harus dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Gittinger 1986, mengemukakan bahwa dalam menganalisis suatu proyek yang efektif harus mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya.


(21)

3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek keuangan, aspek manajemen dan aspek hukum. Menurut Kadariah et al.1999 menyebutkan bahwa proyek dapat dievaluasikan dari enam aspek, yaitu aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial , dan aspek ekonomi.

3.1.3. Aspek Pasar

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan proyek merupakan variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian, aspek pasar dan pemasaran.

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Alat bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P yaitu produk (Product), harga (price), distribusi (distributon), dan promosi (promotion) (Kotler 1997).

3.1.4. Aspek Teknis

Husnan dan Muhammad (2000) mengatakan bahwa aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.

Analisis secara teknis berhubungan dengan proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti (Gittinger 1986).


(22)

3.1.5. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam proyek dan manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan proyek adalah proses untuk merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar proyek yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya (Husnan dan Muhammad 2000).

Rita Nurmalina et. al, (2009), menyatakan bahwa aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain.

3.1.6. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Analisis sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan dari pihak yang berkepentingan dengan proyek, karena pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu proyek. Selain itu, suatu proyek juga harus tanggap (responsif) terhadap keadaan sosial seperti penciptaan kesempatan kerja, distribusi pendapatan dan lain-lain.

Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, akan tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Analisis ekonomi penting dilakukan unutuk proyek-proyek yang berskala besar, yang menimbulkan perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, oleh karena itu dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup berarti (Husnan dan Muhammad 2000).

3.1.7. Aspek Finansial 1. Teori Biaya dan Manfaat

Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning proyek. Apakah proyek itu terjamin dengan


(23)

dana yang diperlukan. Apakah proyek akan mampu membayar kembali dan tersebut dan apakah proyek akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et al, 1999).

Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung.

2. Laba Rugi

Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul didalam memproduksi barang dan jasa. Dengan kata lain, laba adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Menurut Gittinger (1986) laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Komponen lain dalam laporan rugi laba adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan.

Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode operasi yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. Komponen selanjutnya dalam laporan rugi laba adalah komponen pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga yang dibayar, subsidi dan cukai.


(24)

Penambahan pendapatan diluar operasi dan pengurangan beban diluar operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak. Pengurangan pajak penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan menghasilkan laba bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembaliam kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk diinvestasikan kembali.

3. Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap kriteria investasi menggunakan Present Value (pv) yang telah di-discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah et al 1999). Penilaian investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan memperbandingkan antara semua manfaat yang diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses investasi dilaksanakan.

Suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada (Kadariah et al 1999). Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

(1) Net Present Value (manfaat sekarang netto) adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang ada diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya.

(2) Net Benefit-Cost Ratio (rasio manfaat dan biaya) adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif.

(3) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih benefit (Bt) dan cost (Ct) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama selama sisa umur proyek.


(25)

(4) Payback Period (PP) digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang digunakan untuk melunasi investasi yang ditanamkan. Metode Payback Period merupakan metode yang menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali, karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Husnan dan Muhammad 2000).

4. Analisis Switching Value

Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value (nilai pengganti) adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 1986). Pada bidang pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.

Parameter harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Analisis switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai seberapa besar perubahan yang terjadi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak.

Batas–batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi. Perubahan-perubahan yang sering terjadi dalam menjalankan proyek atau usaha umumnya dikarenakan oleh :

a. Harga

b. Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi) c. Kenaikan dalam biaya (Cost Over Run)


(26)

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Peluang pasar untuk peternakan kelinci masih sangat besar, karena masih banyak masyarakat yang berfikiran bahwa ternak kelinci tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Potensi yang dimiliki peternakan kelinci untuk pemenuhan kebutuhan daging mencapai lebih dari 5000 ekor per tahun.

Kelinci memiliki manfaat yang lebih dibandingkan dengan daging ternak lain seperti memiliki kadar lemak jenuh yang rendah serta kandungan protein yang tinggi membuat daging kelinci baik untuk menjaga ketahanan tubuh agar menjadi sehat.

Jaji’s Farm merupakan peternakan kelinci yang mengutamakan kelinci pedaging sebagai produk utamanya, akan tetapi peternakan ini belum mampu memenuhi permintaan konsumen kelinci yang disebabkan oleh keterbatasan modal untuk melakukan pengembangan usaha peternakan. Berdasarkan potensi tersebut, Jaji’s Farm ingin melakukan pengembangan usahanya dengan menambah luas lahan, sehingga Jaji’s Farm bisa membangun kandang yang baru dengan menambah populasi ternak kelinci di peternakan. Dari pengembangan tersebut Jaji’s Farm diharapkan bisa memaksimalkan penjualan produk peternakan kelinci untuk memenuhi permintaan pasar yang selama ini dijalani. Adanya analisis kelayakan pengembangan ini sangat diperlukan oleh Jaji’s Farm karena selama menjalankan usahanya tidak pernah melakukan analisis kelayakan terhadap usahanya.

Analisis finansial (keuangan) dilakukan untuk memperhitungkan biaya yang akan digunakan dalam melakukan usaha sehingga dalam memaksimalkan usahanya Jaji’s Farm bisa melakukan penyesuaian dana sesuai dengan yang dibutuhkan. Analisis non finansial merupakan kegiatan analisis yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk melihat tingkat kelayakan usaha pada peternakan ini dilakukan beberapa strategi yang dilihat dari sumber modal yang digunakan.

Dalam melakukan analisis ini dilakukan beberapa strategi yaitu analisis dilakukan pada kondisi sebelum adanya pengembangan usaha (kondisi aktual) dan kondisi setelah adanya pengembangan (kondisi Pengembangan) usaha pada


(27)

peternakan kelinci ini. Kondisi tersebut memberikan kemudahan dalam melakukan analisis finansial dengan menggunakan kriteria kelayakan yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period.

Dalam melakukan analisis kelayakan non finansial ada beberapa aspek yang digunakan yaitu aspek pasar dimana produk yang ditawarkan mempunyai peluang pasar dan memiliki kualitas dengan harga bersaing. Kriteria kelayakan pada aspek teknis ditunjukan dengan adanya peningkatan produksi dan pemeliharaan yang intensif seperti ketersediaan pakan dalam proses budidaya dan perawatan media budidaya, sehingga produk yang dihasilkan akan berkualitas dan mengurangi resiko kerugian atas mortalitas. Aspek manajemen dan hukum menggunakan kriteria kelayakan supaya pengelolaan dan pemeliharaan manajemen dan pengakuan hukum yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan peternakan sedangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dilihat dari respon positif dan negatif masyarakat sekitar dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peternakan.

Analisis sensitivitas dengan metode Switching Value digunakan dalam penelitian ini untuk melihat dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap kelayakan investasi hasil. Dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang rencana penjualan yang akan dilakukan. Apabila dari hasil evaluasi analisis kelayakan usaha menunjukan bahwa usaha peternakan ini layak untuk dijalankan, maka peternakan dapat menggunakan proporsi penjualan tersebut untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Jika dari hasil evaluasi analisis kelayakan yang dilakukan menunjukan bahwa usaha peternakan ini tidak layak untuk dilaksanakan, maka peternakan tersebut sebaiknya mengadakan perbaikan-perbaikan dan meninjau kembali kepada beberapa aspek yang dianggap berpengaruh terhadap kemajuan peternakan. Secara sederhana, penjelasan di atas digambarkan dalam bentuk diagram kerangka pemikiran operasional seperti pada gambar 1.


(28)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Kelinci

Rekomendasi Usaha Peternakan Kelinci

Layak / Tidak Layak Prospek Usaha Jaji’sFarm

Peningkatan Konsumsi Daging Kelinci

Pengembangan Usaha Peternakan

Jaji’sFarm

Analisis Kelayakan Usaha Peternakan

Jaji’sFarm

Aspek Non Finansial :

- Aspek Pasar

- Aspek Teknis

- Aspek Manajemen dan Hukum

- Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Aspek Finansial:

- Analisis NPV

- Analisis IRR

- Analisis Net B/C

- Analisis PaybackPeriod - Analisis SwitchingValue

Kondisi (aktual)

Kondisi Setelah Pengembangan

Sumber Modal : sendiri dan Pinjaman


(29)

III. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampung Panyaweuyan, Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Jaji’s Farm merupakan peternakan yang memiliki pengalaman. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai Pebruari 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperlukan untuk mengetahui data-data yang berhubungan dengan aspek-aspek yang dibutuhkan dari peternakan.

Data primer dapat diperoleh dari berbagai sumber data diantaranya adalah wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemilik dan pegawai peternakan, pengamatan atau observasi dan pembagian kuesioner kepada beberapa responden. Data primer yang diperoleh dapat berupa data tertulis mengenai jumlah produksi, struktur organisasi, sejarah perusahaan dan lain-lain.

Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yaitu data yang didapat dari literatur, situs internet dan instansi terkait yang relevan dengan penelitian.

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini dilakukan analisis data secara deskriptif untuk mengetahui gambaran peternakan mengenai aspek-aspek yang dikaji dalam analisis kelayakan usaha pada peternakan meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Dan selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif untuk mengolah data dan informasi yang diperoleh dengan menggunakan kalkulator dan komputer software Microsoft excel.

Hasil analisis tersebut kemudian akan disajikan dalam bentuk tabulasi. Perhitungan biaya dan manfaat dari pemilik peternakan disusun dalam bentuk cashflow. Untuk mengetahui apakah usaha ini layak atau tidak untuk dijalankan dapat diketahui dari nilai NPV, IRR dan Net B/C yang diperoleh.


(30)

4.3.1.Aspek Pasar

Aspek pasar perlu dikaji secara kualitatif untuk melihat dampak sistem pemasaran serta potensi pasar dari usaha ternak kelinci, bagaimana distribusi, kapasitas dan kontinuitas serta tingkat harga yang ditetapkan. Aspek pasar dan bauran pemasaran merupakan suatu hal yang penting yang dilakukan dalam mencapai tujuan pusat sasaran (Kotler 1997).

Menurut Gittinger (1986) analisis aspek pasar untuk hasil proyek sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan, kemana produk dijual, apakah pasar cukup luas untuk dapat menampung produksi baru tanpa mempengaruhi harga, berapa besar porsi keseluruhan pasar yang akan dikuasai proyek, apakah produk dimaksudkan untuk konsumsi domestik atau ekspor dan apakah proyek menghasilkan kualifikasi atau kualitas yang diminta oleh pasar.

4.3.2.Aspek Teknis

Menurut Gittinger (1986) analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan produksi berupa barang-barang nyata dan jasa. Aspek teknis berpengaruh besar terhadap kelancaran jalannya usaha terutama kelancaran proses produksi. Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah proyek tersebut dapat dilaksanakan secara teknis. Bila analisis teknis telah dilakukan maka analisis proyek harus terus menerus dilakukan untuk memastikan bahwa pekerjaan teknis tersebut berjalan dengan lancar dan perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan kondisi dilapangan.

4.3.3.Aspek Manajemen dan Hukum

Didalam analisis aspek manajemen, peternak harus mempertimbangkan kemampuan manajerial peternak untuk menjalankan suatu proyek. Jika para peternak mempunyai pengalaman terbatas pada masalah produksi, maka harus diberikan waktu yang cukup agar dapat mencapai keahlian yang baru (Gittinger, 1986).

Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan proyek. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan lancar, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan, struktur organisasi


(31)

yang digunakan dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad, 2000).

4.3.4.Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Peternakan akan dinilai seberapa besar bisnis tersebut mempunyai dampak sosial, ekonomi dan lingkungan di sekitar peternakan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah pengaruh terhadap kondisi dengan memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang di alami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis.

Sedangkan dari aspek ekonomi yaitu suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah dan dapat menambah aktifitas ekonomi.

Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh peternakan tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya peternakan ini menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin buruk.

4.3.5.Aspek Finansial

Dalam analisis kelayakan investasi dilakukan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diterima suatu kegiatan investasi dalam jangka waktu tertentu.

Untuk menguji kelayakan finansial suatu usaha digunakan alat ukur atau kriteria investasi sebagai berikut : NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit - Cost Ratio) dan Payback Period.

1. Net Present Value (NPV)

NPV dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi (Husnan dan Muhammad, 2000).

Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

NPV =

n

t

t

i

Ct

Bt

1

(

1

)

)

(

Dimana :

Bt = Penerimaan (benefit) yang diperoleh dari tahun ke t Ct = Biaya (Cost) yang dikeluarkan pada tahun ke t n = Umur Proyek


(32)

Suatu proyek akan dinyatakan layak untuk dijalankan apabila nilai NPV yang diperoleh > 0. Jika NPV = 0 maka tingkat pengembalian proyek tersebut sebesar sosial opportunity cost of capital dan apabila NPV < 0 berarti ada penggunaan sumber-sumber lain yang lebih menguntungkan yang diperlukan proyek atau proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. 2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Rasio manfaat dan biaya diperoleh apabila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Net B/C menunjukan tingkat tambahan manfaat pada setiap sebesar satu rupiah. Proyek layak dilaksanakan apabila nilai Net B/C lebih dari satu. Secara matematis Net Benefit-Cost Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

Net B/C =

        n t t t n t t t i Bt Ct i Ct Bt 1 1 ) 1 ( ) ( ) 1 ( ) ( ---0 ) ( 0 ) (     Ct Bt Ct Bt Keterangan :

Net B/C = Nilai Benefit-cost ratio

Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke t (Rupiah)

Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah)

n = Umur ekonomis proyek (Tahun) i = Tingkat suku bunga (persen)

t = (t= 0,1,2,…n) Tahun

Dengan kriteria :

Net B/C >1 maka usaha layak dilaksanakan Net B/C <1 maka usaha tidak layak dilaksanakan 3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dijalankan. Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:


(33)

) (2 1

2 1

1

1 i i

NPV NPV NPV i IRR     Keterangan :

NPV1 = NPV yang bernilai positif (Rupiah)

NPV2 = NPV yang bernilai negatif (Rupiah)

i1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif (persen)

i2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (persen)

Kriteria yang berlaku :

IRR > i ; maka usaha layak dilanjutkan

IRR < i ; maka usaha tidak layak dilanjutkan atau lebih baik dihentikan 4. Payback Period

Payback Period atau masa pembayaran kembali adalah suatu jangka waktu (periode) kembalinya keseluruhan jumlah investasi yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan dengan menggunakan aliran kas. Secara matematis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut :

PP = Ab

I

Keterangan:

PP = Jumlah waktu (tahun/periode) yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi.

I = Jumlah modal investasi.

Ab = Hasil bersih per tahun/periode atau laba bersih rata-rata per tahun.

5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Tujuan dari


(34)

analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya atau manfaat.

6. Analisis Swicthing Value

Analisis Swicthing Value merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi akibat peningkatan dan penurunan suatu variabel. Analisis ini mencari batas maksimum dari perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya, perubahan pada tingkat produksi, harga jual output maupun harga input dan lain-lain. Analisis Switching Value yang dilakukan di dalam penelitian ini dilihat dari beberapa perubahan biaya yaitu harga bahan baku (input) dan harga penjualan (output).

4.4. Asumsi-Asumsi yang Digunakan dalam Penelitian

1. Umur proyek yang ditetapkan selama 10 tahun, hal ini berdasarkan pada umur ekonomis kandang.

2. Lahan yang digunakan Jaji’s Farm dalam kondisi aktual sebesar 100 meter persegi.

3. Rencana pengembangan yang akan dilakukan Jaji’s Farm adalah dengan penambahan lahan sebesar 120 meter persegi dan penambahan jumlah populasi indukan kelinci sebanyak 230 ekor.

4. Modal yang digunakan Jaji’s Farm dalam kondisi aktual adalah modal sendiri.

5. Sumber modal yang digunakan oleh Jaji’s Farm untuk rencana pengembangan adalah pinjaman dari Bank BRI sebesar 30 persen atau sebesar Rp. 100.000.000,- dengan angsuran pinjaman selama lima tahun. 6. Tingkat suku bunga (diskonto) yang digunakan dalam lahan 220 meter

persegi adalah 12 %, ini merupakan rata-rata bunga pinjaman Bank BRI sebesar 14% dengan suku bunga deposito sebesar 6,5%.

7. Satu bulan diasumsikan 30 hari dan satu tahun diasumsikan 12 bulan. 8. Dalam melakukan analisis usaha peternakan kelinci Jaji’s Farm dilakukan

dengan dua kondisi yaitu kondisi aktual dan kondisi pengembangan. 9. Skenario usaha yang digunakan terdiri dari dua kondisi:


(35)

a) Kondisi Aktual yaitu kondisi peternakan dengan luas lahan 100 meter persegi dengan populasi indukan sebanyak 170 ekor.

b) Kondisi Pengembangan yaitu kondisi peternakan dengan luas lahan 220 meter persegi dengan populasi indukan sebanyak 400 ekor.

10.Kelinci anakan yang dijual berumur satu sampai dua bulan dan kelinci pedaging dijual pada umur tiga sampai empat bulan.

11.Diasumsikan setiap kelahiran satu ekor induk kelinci menghasilkan 6 ekor anakan dengan persentase mortalitas sebesar 16-17 persen sehingga rata-rata kelahiran adalah 5 ekor anakan.

12.Total luas lahan yang digunakan untuk usaha peternakan kelinci Jaji’s Farm dalam kondisi aktual sebesar 100 meter persegi dengan status lahan adalah sewa dan 200 meter persegi .

13.Diasumsikan pada perhitungan analisis usaha, peternak kelinci memperoleh pakan hijauan/rumput diperoleh dengan cara membeli seharga Rp 200,- per kilogram.

14.Nilai sisa pada akhir umur proyek diasumsikan bernilai nol, kecuali barang-barang yang masih memiliki umur ekonomis.

15.Data yang digunakan merupakan data hasil wawancara yang diperoleh dari 3 orang yaitu 1 orang pemilik dan 2 orang pegawai peternakan.

16.Penyusutan peralatan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus dan dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan metode lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis.

17.Tarif pajak yang digunakan mengacu kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 yaitu 25 persen tentang tarif umum pph wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap.


(36)

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan

Jaji’s Farm merupakan usaha peternakan kelinci dengan kelinci yang dibudidayakan adalah jenis Vlamese Reus (Flemish Giant). Usaha yang telah berjalan sekitar dua puluh tahun ini merupakan usaha perseorangan yang dimiliki oleh Bapak Jaji sebagai pemilik sekaligus kepala perusahaan di Jaji’s Farm.

Jaji’s Farm mulai menjalankan usaha ini pada tahun 1990 dengan modal kerja sebesar Rp 3.000.000,- untuk menjalankan usaha dan dana cadangan sebesar Rp 2.000.000,- yang digunakan untuk dana yang tak terduga dalam menjalankan usaha peternakan dan mengantisipasi kegagalan usaha. Fasilitas usaha yang dimiliki saat itu berupa kandang batre yang berukuran 100 centimeter x 70 centimeter yang berjumlah 10 unit. Pada saat itu Jaji’s Farm memiliki populasi kelinci sebanyak 50 ekor dengan jenis kelinci lokal dengan tujuan penjualan adalah kelinci anakan.

Pada awal tahun 1998 dilakukan pengembangan usaha oleh Jaji’s Farm dengan melakukan pembangunan kandang (rumah lindung) di area tanah seluas 100 meter persegi dengan biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 10.000.000,-. Dengan penambahan populasi indukan kelinci sebanyak 50 ekor dan 10 ekor diantaranya berjenis Vlaamse Reus. Dengan adanya pengembangan usaha ini maka populasi indukan di Jaji’s Farm bertambah menjadi 100 ekor.

Seiring berjalannya usaha peternakan ini, Jaji’s Farm melakukan perkembangan usahanya dengan melakukan regenerasi terhadap induk kelinci jenis Vlaamse Reus dengan cara penyortiran terhadap anakan kelinci yang baru lahir untuk dijadikan indukan yang baru. Dilakukan lagi pengembangan usaha dengan melakukan renovasi terhadap kandang dan perubahan komoditas yang dijual karena ada perubahan jenis kelinci dari lokal menjadi kelinci jenis Vlaamese Reus sampai kondisi sekarang.

5.2. Struktur Organisasi

Jaji’s Farm menggunakan struktur organisasi berbentuk garis dan cukup sederhana. Bapak Jaji sebagai pemilik dan juga sebagai pimpinan serta manajer perusahaan yang membawahi bagian produksi dan pemasaran. Keuangan dan pemasaran dipegang langsung oleh pemimpin perusahaan. Bagian produksi dan


(37)

budidaya dipegang Wandi yang memiliki kewajiban untuk merencanakan, menjalankan, mengawasi dan melaporkan proses produksi. Dalam melakukan tugasnya, Wandi dibantu oleh seorang pegawai yaitu Ardi sehingga tugas dari bagian produksi dan budidaya bisa dilakukan secara bergantian. Struktur organisasi Jaji’s Farm dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi Jaji’s Farm Sumber Jaji’s Farm (2011)

Struktur organisasi garis memiliki keuntungan yaitu memudahkan pengendalian kegiatan-kegiatan perusahaan dan mempermudah sistem pengupahaan, motivasi dan pengendalian yang sederhana dan informal. Sedangkan kekurangan dari struktur organisasi ini adalah sangat tergantung pada pimpinan perusahaan, sehingga pimpinan menanggung beban pekerjaan yang cukup besar dan kegiatan-kegiatan lebih terpusat pada operasi harian.

Jaji’s Farm dalam kegiatan pengeluaran dan penerimaan tidak melakukan pencatatan dengan baik terhadap penerimaan maupun pengeluaran, sehingga tidak diketahui secara pasti penurunan atau peningkatan produksi, biaya yang dikeluarkan, jumlah kelinci daging dan anakan yang dijual dan keuntungan yang diperoleh dari proses produksi, sehingga peternakan sulit untuk melakukan analisis keuangan dari hasil yang diproduksi oleh peternakan.

Waktu kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja Jaji’s Farm adalah dari pukul 07.00-17.00 WIB. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari antara lain pada pukul 07.00 WIB dan pukul 16.30 WIB. Gaji yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan adalah sebesar Rp 48.960.000,- per tahun. Perincian gaji pada usaha Jaji’s Farm dapat dilihat pada Tabel 5.

Ketua/Pemasaran Bapak Jaji

Karyawan Wandi

Karyawan Ardi


(1)

Lampiran 14.

Analisis

Switching

Value

Kondisi Pengembangan (Peningkatan Harga Pakan sebesar 42 persen)

No. Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. INFLOW

1 penerimaan

1. penjualan Daging 302.400.000 302.400.000 302.400.000 302.400.000 302.400.000 302.400.000 302.400.000 302.400.000 302.400.000 302.400.000 2. penjualan anak 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000

2 Nilai sisa 138.751.250

Total inflow 383.400.000 383.400.000 383.400.000 383.400.000 383.400.000 383.400.000 383.400.000 383.400.000 383.400.000 522.151.250

B. OUTFLOW

I. Investasi

1 Beli Lahan 36.000.000

2 Indukan 180.000.000 180.000.000

3 kandang bangunan 30.000.000

4 batere + hiding box 40.000.000 40.000.000

5 ember 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000

6 sekop 150.000 150.000 150.000 150.000

7 kompor 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

8 tempat urin 780.000 780.000 780.000 780.000

9 motor 25.000.000 25.000.000

10 arit 210.000 210.000 210.000 210.000

11 pisau 105.000 105.000 105.000 105.000

12 tmpat pakan 2.000.000 2.000.000

13 Frezzer 5.000.000 5.000.000

14 boot 350.000 350.000 350.000 350.000

15 timbangan 500.000 500.000

total investasi 320.665.000 0 570.000 1.595.000 570.000 252.500.000 2.165.000 0 570.000 1.595.000

II. Biaya Operasional

a. Biaya Tetap

1 Sewa Lahan 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000

2 Listrik 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000

3 Gaji Karyawan 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000

4 Transportasi 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000

5 telepon 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000

6 PBB 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000

Total Biaya Tetap 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000

b. Biaya Variabel

1 Jumlah Pakan

a. Hijauan/Rumput 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 b. Konsentrat 121.259.733 121.259.733 121.259.733 121.259.733 121.259.733 121.259.733 121.259.733 121.259.733 121.259.733 121.259.733 Total 132.419.733 132.419.733 132.419.733 132.419.733 132.419.733 132.419.733 132.419.733 132.419.733 132.419.733 132.419.733

2 Vaksin dan Vitamin 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000

3 Pajak Pendapatan 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646

4 Angsuran Pinjaman + bunga 32.000.004 32.000.004 32.000.004 32.000.004 32.000.004

Total Biaya Variabel 197.689.382 197.689.382 197.689.382 197.689.382 197.689.382 165.689.378 165.689.378 165.689.378 165.689.378 165.689.378

Total Out Flow 649.634.382 328.969.382 329.539.382 330.564.382 329.539.382 549.469.378 299.134.378 296.969.378 297.539.378 298.564.378

Net Benefit -266.234.382 54.430.618 53.860.618 52.835.618 53.860.618 -166.069.378 84.265.622 86.430.622 85.860.622 223.586.872

DF 12 % 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220

PV per Tahun -237.709.270 43.391.755 38.336.924 33.577.990 30.561.961 -84.135.915 38.117.488 34.907.878 30.962.201 71.988.989

NPV 0

IRR 12%

N B/C 1,00


(2)

Lampiran 15.

Analisis

Switching

Value

Kondisi Pengembangan (Penurunan Harga Jual Daging Kelinci sebesar 17 persen)

No. Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. INFLOW

1 penerimaan

1. penjualan Daging 250.658.110 250.658.110 250.658.110 250.658.110 250.658.110 250.658.110 250.658.110 250.658.110 250.658.110 250.658.110

2. penjualan anak 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000 81.000.000

2 Pinjaman 100.000.000

3 Nilai sisa 138.751.250

Total inflow 431.658.110 331.658.110 331.658.110 331.658.110 331.658.110 331.658.110 331.658.110 331.658.110 331.658.110 470.409.360

B. OUTFLOW

I. Investasi

1 Beli Lahan 36.000.000

2 Indukan 180.000.000 180.000.000

3 kandang bangunan 30.000.000

4 batere + hiding box 40.000.000 40.000.000

5 ember 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000

6 sekop 150.000 150.000 150.000 150.000

7 kompor 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

8 tempat urin 780.000 780.000 780.000 780.000

9 motor 25.000.000 25.000.000

10 arit 210.000 210.000 210.000 210.000

11 pisau 105.000 105.000 105.000 105.000

12 tmpat pakan 2.000.000 2.000.000

13 Frezzer 5.000.000 5.000.000

14 boot 350.000 350.000 350.000 350.000

15 timbangan 500.000 500.000

total investasi 320.665.000 0 570.000 1.595.000 570.000 252.500.000 2.165.000 0 570.000 1.595.000

II. Biaya Operasional

a. Biaya Tetap

1 Sewa Lahan 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000

2 Listrik 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000 846.000

3 Gaji Karyawan 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000 115.056.000

4 Transportasi 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000 8.460.000

5 telepon 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000 4.230.000

6 PBB 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000 188.000

Total Biaya Tetap 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000 131.280.000

b. Biaya Variabel

1 Jumlah Pakan

a. Hijauan/Rumput 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000 11.160.000

b. Konsentrat 85.320.000 85.320.000 85.320.000 85.320.000 85.320.000 85.320.000 85.320.000 85.320.000 85.320.000 85.320.000

Total 96.480.000 96.480.000 96.480.000 96.480.000 96.480.000 96.480.000 96.480.000 96.480.000 96.480.000 96.480.000

2 Vaksin dan Vitamin 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000 3.735.000

3 Pajak Pendapatan 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646 29.534.646

4 Angsuran Pinjaman + bunga 32.000.004 32.000.004 32.000.004 32.000.004 32.000.004

Total Biaya Variabel 161.749.650 161.749.650 161.749.650 161.749.650 161.749.650 129.749.646 129.749.646 129.749.646 129.749.646 129.749.646

Total Out Flow 613.694.650 293.029.650 293.599.650 294.624.650 293.599.650 513.529.646 263.194.646 261.029.646 261.599.646 262.624.646

Net Benefit -182.036.540 38.628.460 38.058.460 37.033.460 38.058.460 -181.871.536 68.463.464 70.628.464 70.058.464 207.784.714

DF 12 % 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220

PV per Tahun -162.532.625 30.794.372 27.089.260 23.535.433 21.595.392 -92.141.780 30.969.394 28.525.652 25.263.784 66.901.117

NPV 0

IRR 12%

N B/C 1,00


(3)

Lampiran 16.

Gambar Proses Produksi Kelinci Pedaging di

Jaji’s

Farm

Proses Penyembelihan Kelinci


(4)

Daging Kelinci Dikemas dengan Plastik


(5)

RINGKASAN

AGUNG NUGRAHA ANSORI.

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

Peternakan Kelinci

Jaji’s

Farm

di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA).

Adanya kemajuan teknologi dan pendidikan yang telah dimanfaatkan oleh

masyarakat menyebabkan mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi

yang lebih tentang makanan yang sehat. Kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan

gizi pada umumnya diperoleh dari produk peternakan karena produk peternakan

memiliki manfaat sebagai sumber gizi yang memiliki kandungan protein yang

tinggi.

Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan dan

mencapai kemajuan yang cukup pesat dengan bukti banyaknya peternakan yang

berskala industri. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah

penduduk dan perubahan pola pikir yang dipengaruhi oleh perkembangan jaman.

Berbagai macam produk peternakan menawarkan segala keunggulan akan

pentingnya hidup sehat diantaranya adalah produk peternakan kelinci. Peternakan

kelinci memiliki potensi sebagai penyedia daging dimana ternak kelinci memiliki

pertumbuhan dan reproduksi yang cepat. Untuk satu siklus reproduksi, kelinci

dapat menghasilkan 4-10 ekor anakan dengan periode kelahiran 5 sampai 6 kali

dalam setahun. Selama ini daerah Cianjur utara dikenal dengan daerah agribisnis,

dimana sebagian besar mata pencaharian masyarakat bergerak di bidang

pertanian. Secara geografis, desa Ciherang merupakan salah satu lokasi yang

cocok untuk budidaya kelinci, karena memiliki iklim dan suhu yang baik untuk

pertumbuhan kelinci yaitu sekitar 18-25

o

C. Terdapat banyak peternak kelinci

yang berada di kabupaten Cianjur salah satu nya adalah

Jaji’s Farm. Jaji’s

Farm

merupakan salah satu peternakan yang melakukan usaha budidaya kelinci dengan

komoditas utama yaitu kelinci pedaging.

Jaji’s Farm

dianggap sebagai sentra

informasi peternakan kelinci oleh peternak lain.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis

cashflow

, yaitu dengan NPV, Net B/C dan IRR. Alat analisis yang kedua

menggunakan analisis sensitivitas (

switching value)

.

Tujuan dari penelitian adalah : (1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan

kelinci dilihat dari aspek

non

finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. (2) Menganalisis

kelayakan usaha di peternakan kelinci dari tiap kondisi yang dilakukan dilihat dari

aspek finansial. (3) Menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci pada

tiap kondisi yang dilakukan.

Hasil penelitian dilihat dari Aspek pasar menunjukkan potensi terhadap

peternakan kelinci memiliki potensi untuk dikembangkan, oleh sebab itu dilihat

dari permintaan. Tingginya permintaan konsumen di

Jaji’s

Farm

seperti restoran

dan tengkulak untuk kelinci pedaging mencapai 25 kwintal per minggu dan

kelinci anakan mencapai 60 ekor per minggu. Akan tetapi, permintaan kelinci

pedaging yang terpenuhi oleh

Jaji’s

Farm

hanya sebesar 45-50 kilogram per

minggu dan kelinci anakan sebesar 25-30 ekor.


(6)

aspek teknis menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian lokasi

peternakan dengan kriteria kelayakan non finansial yaitu lokasi usaha berada

dilingkungan padat penduduk, sehingga peternakan harus lebih meningkatkan

kebersihan kandang. Peternakan tidak mengalami kesulitan dalam tersediaan

bahan baku baku pakan walaupun peternak harus menempuh jarak sekitar 1

kilometer dari lokasi usaha. dari aspek manajemen menunjukan perusahaan

menggunakan struktur organisasi berbentuk garis dan cukup sederhana dan

mampu menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan kewajibannya. Aspek

Hukum menunjukkan

Jaji’s

Farm

dapat digolongkan dalam usaha perorangan

karena modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang dan berperan sebagai

pemilik peternakan.

Hasil Perhitungan aspek finansial pada usaha peternakan kelinci dengan

kondisi aktual

menunjukan bahwa perhitungan nilai NPV yang diperoleh sebesar

Rp. 175.748.940,-, Nilai net B/C sebesar 3,42, nilai IRR yang diperoleh sebesar

53 persen dengan

payback

periods

sebesar 4,35 dengan nilai manfaat bersih yang

diperoleh sebesar Rp.28.887.438,-. Hasil perhitungan peternakan dengan

kondisi

pengembangan

dengan lahan 120 meter persegi menunjukan bahwa perhitungan

nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 292.353.219,- nilai Net B/C diperoleh

sebesar 3,51, nilai IRR sebesar 61 persen,

payback period

sebesar 4,44, nilai

manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp 72.222.477,-.

Hasil perhitungan analisis

switching

value

dari usaha peternakan kelinci

kondisi aktual

terhadap peningkatan harga

input

mencapai 68 persen sedangkan

apabila dihitung dari parameter perubahan harga

output

menghasilkan 19 persen.

Dilakukan juga perhitungan terhadap usaha peternakan kelinci dengan

kondisi

pengembangan

lahan 120 meter persegi terhadap penurunan harga

input