Keterkaitan antara Ketersediaan Infrastruktur dan Tingkat Kemiskinan di Indonesia: Analisis Data Kabupaten/Kota 2008-2011

KETERKAITAN ANTARA KETERSEDIAAN
INFRASTRUKTUR DAN TINGKAT KEMISKINAN DI
INDONESIA: ANALISIS DATA KABUPATEN/KOTA 2008-2011

PUTRI RAHAYUNINGTIAS

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keterkaitan antara
Ketersediaan Infrastruktur dan Tingkat Kemiskinan di Indonesia: Analisis Data
Kabupaten/Kota 2008-2011 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Putri Rahayuningtias
NIM H14100082

ABSTRAK
PUTRI RAHAYUNINGTIAS. Keterkaitan antara Ketersediaan Infrastruktur dan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia: Analisis Data Kabupaten/Kota 2008-2011.
Dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO
Kemiskinan di Indonesia pada tahun 2008-2011 cenderung mengalami
penurunan. Ketersediaan infrastruktur menjadi sorotan yang cukup menarik dalam
upaya penanggulangan kemiskinan. Penelitian ini mencakup 155 kabupaten/kota
di Indonesia periode 2008-2011 dengan menggunakan metode data panel. Tujuan
dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan kondisi ketersediaan infrastruktur
dan tingkat kemiskinan di Indonesia. Selain itu, menganalisis keterkaitan dan
pengaruh antara ketersediaan infrastruktur dan tingkat kemiskinan di Indonesia.
Variabel infrastruktur yang digunakan terdiri dari infrastruktur air bersih, listrik,
jalan, sekolah, dan ranjang rumah sakit. Selain itu, variabel kontrol yang
digunakan adalah PDRB per kapita, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur secara umum

berpengaruh signifikan kecuali infrastruktur sekolah, dan berhubungan negatif
terhadap tingkat kemiskinan kecuali infrastruktur air. Dari kelima variabel
infrastruktur, variabel yang paling efektif mempengaruhi persentase penduduk
miskin adalah variabel listrik.
Kata kunci: Data panel, Infrastruktur, Kemiskinan

ABSTRACT
PUTRI RAHAYUNINGTIAS. The Relationship between Infrastructure
Availability and Poverty Rate in Indonesia: Analysis of Districs/Municipals Data
2008-2011. Supervised by D.S. PRIYARSONO.
Poverty in Indonesia is gradually decreasing in 2008-2011. The
infrastructure availability is one of the most important points that can accelerate
poverty reduction. This study uses panel data of 155 districts/municipalties in
Indonesia 2008-2011. The goals of this study are to describe the condition of the
infrastructure availability and the poverty rate in Indonesia and to analyze the
relationship between them .The infrastructure variables that are used consist of
water, electricity, roads, schools, and hospital beds. Beside that, control variables
that are applied are GDP per capita and unemployment rate (TPT). The result of
the study shows that infrastructure availability generally has a significant impact
except infrastructure of schools and has a negative relationship for poverty rate

except water’s infrastructure. From all those five infrastructure variables, the
variable which has the most effective influence on the percentage of poor people
is electricity variable.
Keywords: Infrastructure, Panel data, Poverty

KETERKAITAN ANTARA KETERSEDIAAN
INFRASTRUKTUR DAN TINGKAT KEMISKINAN DI
INDONESIA: ANALISIS DATA KABUPATEN/KOTA 2008-2011

PUTRI RAHAYUNINGTIAS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Keterkaitan antara Ketersediaan Infrastruktur dan Tingkat
Kemiskinan di Indonesia: Analisis Data Kabupaten/Kota 20082011
Nama
: Putri Rahayuningtias
NIM
: H14100082

Disetujui oleh

Prof. D.S. Priyarsono, Ph.D.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D.
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Mei 2014 ini ialah
Keterkaitan antara Ketersediaan Infrastruktur dan Tingkat Kemiskinan di
Indonesia: Analisis Data Kabupaten/Kota 2008-2011.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik, antara lain kepada:
1. Orang tua penulis (Soedono dan Sri Dijati) serta kakak-kakak tersayang
(Arief Kurniadi dan Dhias Wicaksono) atas doa, motivasi, dan dukungan
moril maupun materiil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. D.S. Priyarsono, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan, masukan, dan motivasi selama proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Para dosen, staff, dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi FEM
IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama
menjalani studi.

4. Teman-Teman satu bimbingan Ni Putu Manacika Manupada, Hernita
Nur Fadjrina, Tisa Amelia, dan Nia Verba Sembiring atas kerjasama,
motivasi dan doa selama proses penyelesaian skripsi.
5. Kak Perdana atas bantuan dan dukungannya selama proses
pengumpulan data.
6. Sahabat-sahabat penulis di Ilmu Ekonomi 47 (Heni, Arti, Dian, Fida,
Tika, Uke, Amel, Erlangga, Alfin, Fazri, dan Dwiki) atas kebersamaan,
semangat, bantuan dan motivasi selama menjalankan studi.
7. Ramadhan Andhika Putra yang selalu membantu, memberi motivasi dan
doa kepada penulis dimanapun berada.
8. Keluarga besar Pasopati angkatan 17 atas kebersamaan dan dukungan
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014
Putri Rahayuningtias

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4


Kemiskinan

4

Infrastruktur

6

Pertumbuhan Ekonomi

6

Pengangguran

6

Penelitian Terdahulu

7


Kerangka Pemikiran Konseptual

7

Hipotesis Penelitian

9

METODE PENELITIAN

9

Jenis dan Sumber Data

9

Metode dan Pengolahan Data

10


Metode Data Panel

10

Pengujian Model Terbaik

11

Uji Evaluasi Model

12

Pengujian Asumsi Ekonometrik
Uji Multikolinearitas
Uji Autokorelasi
Uji Heteroskedastisitas

12
12
12
13

Model Statistika untuk Pengujian Hipotesis

13

Elastisitas

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kemiskinan di Indonesia

14
14

Gambaran Umum Ketersediaan Infrastruktur di Indonesia

16

Keterkaitan Ketersediaan Infrastruktur dan Tingkat kemiskinan di Indonesia 19
SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

26

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Variabel, notasi, dan sumber data
10
Selang nilai statistik DW dan keputusannya
12
Uji model terbaik
19
Uji Kesesuaian model
20
Hasil Estimasi model dengan metode Fixed Effect
20
Elastisitas ketersediaan infrastruktur terhadap persentase penduduk
miskin
21
7 Daftar kinerja PDAM seluruh Indonesia 2008-2011
21

DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia
1996-2007
2 Kerangka pemikiran konseptual
3 Hipotesis penelitian
4 Pengujian pemilihan model dengan metode data panel
5 Rata-rata persentase penduduk miskin di Indonesia 2008-2011
6 Rata-rata indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di Indonesia
2008-2011
7 Rata-rata akses rumah tangga terhadap air bersih di Indonesia
2008-2011
8 Rata-rata akses rumah tangga terhadap listrik di Indonesia 2008-2011
9 Rata-rata rasio panjang jalan di Indonesia 2008-2011
10 Rata-rata kepadatan jumlah ranjang rumah sakit di Indonesia
2008-2011
11 Rata-rata kepadatan jumlah sekolah di Indonesia 2008-2011

1
8
9
11
15
15
16
17
17
18
19

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square) untuk
mengestimasi antara ketersediaan infrastruktur terhadap persentase
penduduk miskin
2 Hasil pengujian dengan metode FEM (Fixed Effect Model) untuk
mengestimasi keterkaitan antara ketersediaan infrastruktur terhadap
persentase penduduk miskin
3 Hasil pengujian dengan metode REM (Random Effect Model) untuk
mengestimasi keterkaitan antara ketersediaan infrastruktur terhadap
persentase penduduk miskin.
4 Hasil uji korelasi untuk pengujian asumsi klasik multikolinearitas
5 Hasil pengujian Chow test untuk mengestimasi keterkaitan antara
ketersediaan infrastruktur terhadap persentase penduduk miskin
6 Hasil pengujian Hausman test untuk mengestimasi keterkaitan antara
ketersediaan infrastruktur terhadap persentase penduduk miskin

26

27

28
29
29
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses yang mencakup seluruh aspek
kehidupan. Selain meningkatkan pendapatan, proses pembangunan juga
berkenaan dengan perubahan pada tatanan ekonomi masyarakat, perubahan
komposisi produksi, perubahan pola alokasi sumber daya, perubahan pola
distribusi kekayaan, dan perubahan pada kerangka kelembagaan. Salah satu
indikator pembangunan yang sering digunakan selain pertumbuhan ekonomi
adalah penurunan angka kemiskinan (Todaro dan Smith 2006).
Kemiskinan menjadi fokus utama negara-negara di dunia untuk mencapai
target pembangunan. Berdasarkan program Millenium Development Goals
(MDGs) yang dideklarasikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB pada
tahun 2000, salah satu target yang ingin dicapai adalah penurunan angka
kemiskinan hingga setengahnya antara tahun 1990-2015. Negara-negara anggota
PBB termasuk Indonesia kemudian menggunakan MDGs sebagai arah
pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dengan memiliki
tenggang waktu dan kemajuan yang terukur (United Nations dan Bappenas 2007).
Untuk memahami konsep kesejahteraan masyarakat secara umum dan
kemiskinan secara khusus perlu diketahui bahwa tingkat pendapatan bukan satusatunya hal yang mempengaruhi kemiskinan. Sen mengungkapkan bahwa
kebebasan melilih dan mengontrol apa yang dimiliki oleh seseorang menjadi
aspek utama untuk memahami kesejahteraan secara mendalam (Todaro dan Smith
2006). Menurut Tambunan (2001), tingkat kemiskinan juga dapat dipengaruhi
oleh pengangguran melalui beberapa cara. Pengangguran akan secara langsung
mempengaruhi tingkat pendapatan dan konsumsi masyarakat miskin jika
konsumsi saat ini sangat dipengaruhi pendapatan saat ini. Apabila konsumsi saat
ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan pada saat ini, maka pengangguran
tidak terlalu berpengaruh terhadap kemiskinan dalam jangka pendek.
54.20
49.50

48.00

43.20
38.70
35.00

37.90

34.50

39.06

37.34

36.15

35.10

18.19

17.42

16.66

15.97

17.75

16.58

2002

2003

2004

2005

2006

2007

33.39

37.17

30.00

40.01

27.20

25.90
22.50

28.60
24.20
21.60
17.40

23.40
19.14

17.70
15.10

18.41

13.70
11.30

1976

1980

1984

1987

1990

1993

1996

1997

1998

Populasi Penduduk Miskin (Juta Jiwa)

1999

2000

2001

Persentase Penduduk Miskin (%)

Sumber: United Nations dan Bappenas 2007

Gambar 1 Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin Indonesia
1976-2007
Melalui Gambar 1 terlihat bahwa persentase penduduk miskin di Indonesia
pada tahun 1990 sebesar 15.10%, artinya bahwa target yang ingin dicapai pada

2
tahun 2015 adalah menurunkan persentase penduduk miskin menjadi 7.5%. Pada
tahun 1976-1996 persentase penduduk miskin di Indonesia memiliki
kecenderungan menurun, namun pada tahun 1997-1998 persentase penduduk
miskin kembali meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya krisis ekonomi pada
tahun tersebut. Pada awal tahun 2000 hingga tahun 2005 persentase penduduk
miskin cenderung mengalami penurunan tetapi rata-rata angka penurunannya
relatif kecil, yaitu 0.63%. Tahun 2006 kembali naik menjadi 17.75% karena
terjadi kenaikan inflasi. Kenaikan persentase tersebut tidak bertahan lama, karena
pada tahun 2007 turun menjadi 16.58%.
Kemiskinan di Indonesia memiliki beberapa karakteristik. Pertama, banyak
penduduk Indonesia yang rentan terhadap kemiskinan. Jumlah penduduk yang
rentan terhadap kemiskinan pada tahun 2010 menurut BPS mencapai 29.38 juta
jiwa (BPS 2011). Kedua, ukuran kemiskinan di Indonesia dilihat dari sisi
pendapatan sehingga tidak bisa menggambarkan orang yang tergolong miskin
karena kurangnya akses terhadap pelayanan dasar. Ketiga, adanya perbedaan
kemiskinan antardaerah. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan tingkat
kemiskinan di berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, perbedaan kondisi
geografis juga menyebabkan pelayanan dasar menjadi tidak merata. Kemiskinan
yang disebakan dari sisi non-pendapatan merupakan masalah serius yang perlu
segera diatasi. Kemiskinan dari sisi non-pendapatan ini memperlihatkan
kurangnya akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur
dasar lainnya (World Bank 2006).
Masalah kemiskinan yang ada di Indonesia bukan suatu tanggung jawab
individu maupun kelompok saja, namun merupakan tanggung jawab negara.
Menurut UUD tahun 1945 pasal 34 ayat 1, negara memiliki kewajiban untuk
memelihara fakir miskin dan anak terlantar. Meskipun sampai saat ini belum
ditemukan suatu rumusan yang paling tepat untuk menangani masalah kemiskinan,
namun upaya-upaya dan strategi penanganan terus dikembangkan.
Penanggulangan kemiskinan harus melalui kebijakan yang menyeluruh serta
terukur. Penanggulangan kemiskinan menitikberatkan pada beberapa prioritas,
yaitu perlunya meningkatkan akses masyarakat terhadap infrastruktur dasar
(Stalker 2008). Upaya-upaya tersebut menjadi suatu tantangan besar yang di
hadapi oleh banyak negara berkembang seperti Indonesia untuk mencapai target
penanggulangan kemiskinan.
Infrastruktur dibedakan menjadi dua jenis, yaitu infrastruktur ekonomi dan
sosial. Infrastruktur ekonomi merupakan prasarana yang digunakan dalam proses
produksi maupun untuk dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Infrastruktur
ekonomi mencakup prasarana umum seperti perhubungan, listrik, air,
telekomunikasi, irigasi, air bersih, dan sanitasi. Infrastruktur sosial meliputi
prasarana pendidikan dan kesehatan (Ramelan 1997).
Ketersediaan infrastruktur menjadi sorotan yang cukup menarik dalam
upaya penanggulangan kemiskinan. Hasil penelitian Humantito pada tahun 2009
menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur memiliki pengaruh nyata dalam
menurunkan tingkat kemiskinan. Infrastruktur menjadi suatu roda penggerak bagi
perekonomian baik secara nasional maupun daerah. Pembangunan infrastruktur
dan pembangunan ekonomi memiliki keterkaitan yang sangat erat. Infrastruktur
yang baik akan mendorong mobilitas faktor produksi menjadi lebih tinggi dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Investasi yang disalurkan pada

3
pembangunan infrastruktur juga dapat menyerap tenaga kerja sehingga
masyarakat dapat memperbaiki kualitas hidupnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian mengenai keterkaitan antara
ketersediaan infrastruktur dengan tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia
menjadi menarik. Penelitian ini menggunakan data kabupaten/kota agar mendapat
hasil yang lebih spesifik. Penelitian ini juga akan menganalisis infrastruktur yang
secara efektif dapat memengaruhi persentase penduduk miskin.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang,
permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagimana kondisi kemiskinan dan ketersediaan infrastruktur yang ada di
Indonesia?
2. Bagaimana keterkaitan antara ketersediaan infrastruktur dan tingkat
kemiskinan di Indonesia?

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan gambaran umum mengenai kemiskinan dan ketersediaan
infrastruktur yang ada di Indonesia.
2. Menganalisis keterkaitan antara ketersediaan infrastruktur dan tingkat
kemiskinan di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah
dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk menanggulangi masalah
kemiskinan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
referensi dan informasi bagi pembaca ataupun pihak yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut.

Ruang Lingkup Penelitian
Cakupan penelitian terbatas pada 155 kabupaten/kota di Indonesia selama
periode 2008 hingga 2011. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Tingkat kemiskinan diukur dengan persentase
penduduk miskin. Ketersediaan infrastruktur diukur dengan indikator air, listrik,
jalan, ranjang rumah sakit, dan sekolah. Penelitian ini juga menggunakan variabel
kontrol yaitu PDRB per kapita untuk mencerminkan karakteristik lingkungan
ekonomi regional dan tingkat pengangguran terbuka untuk mencerminkan
karakteristik rumah tangga.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Kemiskinan
Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan seseorang
ataupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kemiskinan itu sendiri
dikategorikan menjadi kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan
relatif diartikan sebagai suatu keadaan di mana kebijakan pembangunan yang
dilakukan pemerintah belum cukup mampu menjangkau semua lapisan
masyarakat. Ukuran yang digunakan dalam kemiskinan relatif sangat bergantung
sekali pada distribusi pendapatan penduduk. Penduduk miskin akan selalu ada
karena mereka bagian dari golongan penduduk yang memiliki pendapatan
terendah pada suatu wilayah dan waktu tertentu. Kemiskinan absolut merupakan
ketidakmampuan dari seseorang ataupun golongan untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang meliputi kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan.
Kategori kemiskinan ini merupakan jenis kemiskinan yang paling sering
digunakan karena dapat membandingkan kemiskinan secara umum melalui garis
kemiskinan sebagai ukurannya, BPS (2008).
Garis kemiskinan yang dimaksud mencakup garis kemiskinan makanan
(pengeluaran kebutuhan minimun untuk makanan atau yang disetarakan dengan
2100 kkal/kapita/hari) dan garis kemiskinan non makanan (pengeluaran
kebutuhan minimum untuk keperluan sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan).
Garis kemiskinan yang dimiliki oleh setiap negara nilainya berbeda-beda. Untuk
membandingkan tingkat kemiskinan antarnegara tersebut Bank Dunia
menggunakan ukuran garis kemiskinan standar, yaitu US $1 atau US $2 per kapita
per hari yang sudah dikonversi ke dalam PPP (Purchasing Power Parity/Paritas
Daya Beli), BPS (2008).
Komoditi dari kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi, di
antaranya adalah padi-padian, ikan, daging, telur, susu, kacang-kacangan, buah,
dan lain-lain. Kebutuhan minimum untuk menghitung garis kemiskinan non
makanan terdiri dari 51 jenis komoditi untuk wilayah perkotaan dan 47 jenis
komoditi di wilayah pedesaan. Formula dasar untuk menghitung garis kemiskinan
adalah sebagai berikut:

di mana:
GKMj
= Garis kemiskinan makanan daerah j (belum disetarakan menjadi
2100kkal)
Pjk
= Harga komoditi k di daerah j
Qjk
= Rata-rata jumlah komoditi k yang dikonsumsi di daerah j
Vjk
= Nilai pengeluaran untuk konsumsi komoditi k di daerah j
j
= daerah
kemudian GKMj akan disetarakan dengan 2100 kkal, sehingga:

5

di mana:
Kjk

= Harga rata-rata kalori di daerah j
= Kalori dari komoditi k di daerah j

Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, kemiskinan dapat diukur melalui
tiga indikator yaitu:
1. Persentase penduduk miskin (Head Count Index-P0). Persentase jumlah
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
2. Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), menunjukkan
rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan.
3. Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2), menunjukkan
penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi
nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara
penduduk miskin.
Menurut Foster-Greer-Thorbecke
dirumuskan menjadi :

ketiga

indikator

tersebut

dapat

di mana:
α = (α=0 untuk memperoleh P0), (α=1 untuk memperoleh P1), (α=2 untuk
memperoleh P2),
z = Garis kemiskinan
yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada di bawah
garis kemiskinan (i=1,2,3,...q) , yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan
n = Jumlah penduduk
Selain kemiskinan absolut dan relatif terdapat dua jenis kemiskinan lainnya,
yaitu kemiskinan struktural dan kultural. Seseorang ataupun kelompok yang
mengalami kemiskinan struktural ditandai dengan ketidakmampuan mengakses
sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya telah tersedia. Gejala kemiskinan ini
timbul bukan dari sebab yang alami namun tatanan sosial yang tidak adil.
Kemiskinan kultural terjadi karena faktor-faktor adat yang mengikat masyarakat
sehingga menghalangi seseorang melakukan perubahan ke arah kehidupan yang
lebih baik (BPS 2008).

6
Infrastuktur
Infrastruktur dibedakan menjadi dua jenis. Jenis infrastruktur yang
pertama adalah infrastruktur fisik/ekonomi. Infrastruktur fisik merupakan
infrastruktur yang dapat digunakan dalam kegiatan produksi maupun
dimanfaatkan oleh masyarakat. Melalui pengertian tersebut, infrastruktur fisik
meliputi semua fasilitas umum seperti fasilitas perhubungan, telekomunikasi,
sanitasi, listrik, air bersih, irigasi, dan pembuangan limbah. Jenis yang kedua
adalah infrastrukur sosial yang meliputi fasilitas pendidikan dan kesehatan,
(Ramelan 1997)
Menurut Jhingan (2004), infrastruktur merupakan suatu barang
komplementer yang sangat diperlukan bagi investasi swasta dan faktor penentu
pertumbuhan jangka panjang. Infrastruktur adalah suatu sarana yang mana
mengacu kepada sistem fisik yang menyediakan transportasi, air, bangunan, dan
fasilitas publik lainnya untuk masyarakat umum yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dalam menjalani kehidupan secara ekonomi dan sosial.
Pertumbuhan Ekonomi
Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan dari pendapatan
riil secara berkelanjutan melalui peningkatan kapasitas produksi. Pertumbuhan
ekonomi dapat diukur melalui peningkatan nilai output produksi barang dan jasa
dalam suatu kegiatan ekonomi. Secara makro, pertumbuhan ekonomi merupakan
peningkatan dari nilai PDB (Produk Domestik Bruto) riil. Pertumbuhan ekonomi
juga menjadi salah satu syarat yang harus terpenuhi untuk mencapai tujuan
pembangunan, yaitu kesejahteraan masyarakat. Terdapat tiga komponen
pertumbuhan ekonomi yang penting bagi masyarakat, yaitu akumulasi modal,
pertumbuhan jumlah penduduk, dan kemajuan teknologi, (Todaro dan Smith
2006).
Sukirno (2004) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
perkembangan kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu sehingga menyebabkan
peningkatan pendapatan nasioanal. Pendapatan nasional dihitung berdasarkan
jumlah output barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan perekonomian pada
suatu negara.
Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang tidak memiliki
pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, tidak
mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapat pekerjaan dan mereka yang
sudah bekerja namun belum mulai bekerja. Definisi pengangguran tersebut biasa
disebut dengan pengangguran terbuka. Tingkat pengangguran ini dapat diukur
dengan membandingkan antara jumlah pengangguran dengan angkatan kerja (BPS,
2014). Untuk melihat pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan dapat dilihat
dari kemampuan likuiditas dari rumah tangga. Apabila konsumsi rumah tangga
tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan saat ini maka meningkatnya
pengangguran dapat meningkatkan kemiskinan dalam jangka panjang (Tambunan
2001).

7

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni dan Priyarsono (2012) menguji
bagaimana kaitan antara infrastruktur dan kemiskinan. Variabel infrastruktur yang
digunakan pada penelitian tersebut adalah akses rumah tangga terhadap listrik,
akses rumah tangga terhadap air bersih dan panjang jalan dengan kondisi baik per
luas wilayah. Penelitian ini menggunakan metode panel data dengan ruang
lingkup 200 kabupaten/kota dan rentang waktu 2006-2009. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ketiga variabel infrastruktur tersebut berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap persentase penduduk miskin di Indonesia.
Pada tahun 2009, Humantito melakukan penelitian untuk melihat pengaruh
infrasrtuktur terhadap kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
analisis data panel dengan ruang lingkup 33 provinsi dalam kurun waktu 20012007. Humantito menggunakan 5 variabel infrastruktur yaitu, panjang jalan,
jumlah SD dan SMK, jumlah puskesmas keliling, kapasitas produksi perusahaan
air, dan panjang jaringan distribusi listrik. Selain itu, Humantito juga
menggunakan variabel kontrol untuk mencerminkan karakteristik lingkungan
ekonomi, komunitas, rumah tangga, dan individu. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa semua variabel infrastruktur berpengaruh negatif secara
signifikan terhadap persentase penduduk miskin dan variabel yang paling
berpengaruh adalah cakupan puskesmas keliling.
Siregar dan Wahyuniarti (2008) menganalisis dampak dari pertumbuhan
ekonomi terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa PDRB berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah
penduduk miskin. Koefisen PDRB bertanda negatif, artinya bahwa setiap
kenaikan PDRB akan menurunkan jumlah penduduk miskin. Walaupun PDRB
berpengaruh signifikan namun besarnya pengaruh tersebut relatif tidak besar.
Sedangkan penelitian mengenai pengaruh tingkat pengangguran pernah dilakukan
oleh Cahyono (2011). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah
pengangguran signifikan berpengaruh positif terhadap perubahan jumlah
penduduk miskin.

Kerangka Pemikiran Konseptual
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang maka
kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui diagram
sebagai berikut:

8

Indikator Pembangunan

Tingkat Kemiskinan

Faktor yang Mempengaruhi
Kemiskinan

Upaya Menurunkan
Kemiskinan

PDRB per Kapita & Tingkat
Pengangguran Terbuka

Ketersediaan Infrastruktur

Infrastruktur
Ekonomi

- Air
- Listrik
- Jalan

Infrastruktur
Sosial

- Ranjang
Rumah Sakit
- Sekolah

Penurunan Tingkat Kemiskinan

Gambar 2 Kerangka pemikiran konseptual
Penelitian ini ingin menganalisis keterkaitan antara ketersediaan
infrastruktur dan tingkat kemiskinan di 155 kabupaten/kota di Indonesia selama
periode 2008-2011. Ketersediaan infrastruktur yang akan diteliti mencakup dua
jenis infrastruktur yaitu infrastruktur ekonomi dan sosial. Mengingat bahwa
adanya faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi tingkat kemiskinan selain
ketersediaan infrastruktur, maka penelitian ini menggunakan variabel PDRB per
kapita dan tingkat pengangguran terbuka sebagai faktor lain yang mempengaruhi
tingkat kemiskinan. Dalam penelitian ini, variabel PDRB per kapita dan tingkat
pengangguran terbuka tidak dibahas secara mendalam.

9

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan beberapa landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis dalam
penelitian ini. Hipotesis tersebut di antaranya adalah :
1. Ketersediaan infrastruktur ekonomi (air, listrik, dan jalan) berpengaruh
negatif terhadap persentase penduduk miskin.
2. Ketersediaan infrastruktur sosial (ranjang rumah sakit dan sekolah)
berpengaruh negatif terhadap persentase penduduk miskin.
Akses RT
terhadap
listrik
Akses RT
terhadap air
bersih

Secara negatif
memengaruhi
Persentase
penduduk miskin

Kepadatan
jumlah
sekolah

Kepadatan
jumlah ranjang
rumah sakit

Rasio panjang
jalan terhadap
luas wilayah

Gambar 3 Hipotesis penelitian

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder 155
kabupaten/kota yang ada di Indonesia tahun 2008 - 2011. Data sekunder diperoleh
melalui Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang sudah diperoleh kemudian
ditransformasikan kedalam suatu bentuk data panel. Data panel merupakan
gabungan dari data deret waktu (time series) dan data cross section. Pemilihan
variabel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan studi pustaka pada
penelitian terdahulu dan literatur.

10
Tabel 1 Variabel, notasi, dan sumber data
No.
1
2

3

4

5
6

7

8

Variabel
Persentase penduduk miskin (%)

Notasi
POVit

Banyaknya rumah tangga yang
menggunakan sumber air minum
berasal dari air kemasan, air isi
ulang, dan ledeng meteran (%)
Banyaknya rumah tangga yang
menggunakan sumber penerangan
berasal dari listrik PLN(%)
Rasio panjang jalan dengan kondisi
baik dan sedang terhadap luas
wilayah (km/km2)
Kepadatan jumlah ranjang rumah
sakit (unit/1000 orang)
Kepadatan jumlah sekolah SD,
SMP, dan SMA/SMK negeri dan
swasta (unit/ km2)
PDRB per kapita atas dasar harga
konstan menurut lapangan usaha
(Rupiah)
Tingkat pengangguran terbuka (%)

AIRit

Sumber
Badan Pusat Statistik
(BPS)
Badan Pusat Statistik
(BPS)

LTKit

Badan Pusat Statistik
(BPS)

JLNit

Badan Pusat Statistik
(BPS)

RRSit

Badan Pusat Statistik
(BPS)
Badan Pusat Statistik
(BPS)

SKLit
PDRBit

Badan Pusat Statistik
(BPS)

TPTit

Badan Pusat Statistik
(BPS)

Metode dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan kondisi tingkat kemiskinan dan
ketersediaan infrastruktur yang ada di Indonesia. Analisis kuantitatif dengan
metode data panel digunakan untuk menganalisis keterkaitan antara ketersediaan
infrastruktur dan tingkat kemiskinan di Indonesia. Selain itu, analisis kuantitatif
dengan metode elastisitas digunakan untuk menganalisis pengaruh masing-masing
variabel infrastruktur terhadap perubahan tingkat kemiskinan di Indonesia.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel
2010 dan Eviews 6.1.

Metode Data Panel
Metode data panel merupakan suatu metode analisis kuantitatif dengan
menggabungkan data cross section dengan data time series. Analisis model
dengan data panel menggunakan tiga metode, yaitu Pooled Least Square (PLS),
Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Dari ketiga
pendekatan tersebut akan dipilih satu yang terbaik dengan menggunakan uji Chow,

11
dan uji Hausman (Baltagi 2005). Analisis menggunakan data panel mempunyai
beberapa kelebihan, diantaranya sebagai berikut :
1. Mampu mengontrol heterogenitas individu.
2. Dapat memberi informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas antar
variabel, memperbesar derajat bebas, dan lebih efisien.
3. Lebih baik untuk studi dynamics of adjusment.
4. Lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat
diatasi apabila hanya menggunakan data cross section atau time series saja.
5. Lebih sesuai untuk menguji model perilaku yang kompleks.

Pengujian Model Terbaik
Dalam pengolahan data panel terdapat beberapa pengujian yang dapat
dilakukan untuk memilih metode serta model mana yang paling tepat, antara lain :
1. Chow Test, pengujian ini digunakan untuk memilih model apa yang
digunakan, apakah Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model
(FEM). Hipotesis untuk pengujian ini adalah :
H0 = Pooled Least Square
H1 = Fixed Effect Model
Apabila nilai probalilitas Uji Chow kurang dari taraf nyata atau (Fstatistik) > FN-1, NT-N-K maka dapat dikatakan cukup bukti untuk menolak
H0, sehingga model yang dapat digunakan adalah Fixed Effect Model
(FEM).
2. Hausman Test, digunakan untuk memilih model yang digunakan apakah
menggunakan fixed effect atau random effect. Hipotesis yang digunakan
untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0 = Fixed Effect Model
H1 = Random effect Model
Keputusan untuk menolak H0 diakukan dengan membandingkannya
dengan Chi square. Apabila nilai X2obs > X2tabel maka keputusan yang
dapat diambil adalah tolak H0 sehingga model yang digunakan adalah
Fixed Effect Model (FEM). Selain itu, kriteria tolak H0 juga dapat
dilakukan dengan melihat nilai probalilitas Uji Hausman kurang dari taraf
nyata.

POOLED LEAST SQUARE
CHOW
TEST
UJI MODEL
TERBAIK

FIXED EFFECT
HAUSMAN
TEST
RANDOM EFFECT

Gambar 4 Pengujian pemilihan model dengan metode data panel

12
Uji Evaluasi Model
Untuk mengukur keragaman pada variabel terikat yang dapat diterangkan
oleh variasi pada model regresi dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi
model (R2). Nilai R2 berkisar antara nol hingga satu (0< R2