Diferensial Leukosit Mencit (Mus Musculus) Dengan Pemberian Biomaterial Logam Nano Teknologi Zinc (Zn) Sebagai Kandidat Anti Surra

DIFERENSIAL LEUKOSIT MENCIT (Mus musculus) DENGAN
PEMBERIAN BIOMATERIAL LOGAM NANO TEKNOLOGI
ZINC (Zn) SEBAGAI KANDIDAT ANTI SURRA

YASINTA KARTONO

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Diferensial Leukosit
Mencit (Mus musculus) dengan Pemberian Biomaterial Logam Nano Teknologi
Zinc (Zn) sebagai Kandidat Anti Surra adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Yasinta Kartono
B04100207

ABSTRAK
YASINTA KARTONO. Diferensial Leukosit Mencit (Mus musculus) dengan
Pemberian Biomaterial Logam Nano Teknologi Zinc (Zn) sebagai Kandidat Anti
Surra Dibimbing DENI NOVIANA dan UMI CAHYANINGSIH.
Diferensial leukosit diperlukan untuk mengetahui persentase tiap jenis
leukosit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran leukosit mencit yang
diinjeksi menggunakan logam nano Zn sebagai kandidat anti surra. Tiga puluh
ekor mencit berumur 1 minggu diinjeksikan dengan menggunakan logam nano
Zn, kemudian dibagi menjadi 1 kelompok kontrol negatif dan 5 kelompok
perlakuan dengan dosis yang berbeda. Pengambilan sampel darah dilakukan
dengan cara pemotongan pada ekor pada hari ke-0, 4, dan 7. Hasil penelitian
menunjukkan jumlah leukosit yang meningkat setelah diinjeksikan logam nano
Zinc (Zn). Persentase monosit, eosinofil, dan neutrofil setelah perlakuan berada
diatas jumlah persentase rata-rata kontrol negatif, sedangkan persentase basofil

rata-rata berada dalam rentang normal. Peningkatan jumlah leukosit pada semua
kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan
kontrol negatif (P>0.05).
Kata kunci: anti surra, diferensial leukosit, logam nano Zn, mencit (Mus
musculus)

ABSTRACT
YASINTA KARTONO. Differensial Leucocyte Mice (Mus musculus) by Injection
Supervised of Biomaterial Zinc (Zn) Metal Nanotechnology as an Anti Surra
Candidate by DENI NOVIANA and UMI CAHYANINGSIH.
Differensial leucocyte profile is needed to know the percentage of each
leucocyte types as one of body immune system. The purpose of this research is to
observe the leucocyte profile of mice injected by Zn nano metal functioned as anti
surra candidate. Thirty mice aged 10 weeks were injected by Zn nano metal, then
divided into negative control group and 5 groups with different dosage
respectively. Blood sampling was done via tail cutting in day 0, 4, and 7 after
injection. The result of the research showed the number of increased leucocyte
after being injected by Zn nano metal. The percentage of monocyte, eosinophil,
and neutrophil after treatment showed increase compared to the average
percentage in negative control, while the percentage of basophil was within

normal range. The increase in each type of leucocyte from each treatment group
didnt show significant difference compared to negative control (P>0.05).
Keyword: anti surra, differensial leucocyte, mice (Mus musculus), Zn nano metal

DIFERENSIAL LEUKOSIT MENCIT (Mus musculus) DENGAN
PEMBERIAN BIOMATERIAL LOGAM NANO TEKNOLOGI
ZINC (Zn) SEBAGAI KANDIDAT ANTI SURRA

YASINTA KARTONO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang
telah dilaksanakan sejak Agustus 2014 sampai Januari 2015 ini ialah Diferensial
leukosit mencit (Mus musclus) dengan Pemberian Biomaterial Logam Nano
Teknologi Zinc (Zn) sebagai Kandidat Anti Surra.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Drh Deni Noviana, PhD dan Prof
Dr Drh Hj Umi Cahyaningsih, MS selaku pembimbing atas segala bimbingan,
dorongan, kritik, dan saran yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan
skripsi ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Drh
Damiana Rita Eka, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor (IPB). Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah (Alm), ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, juga
kepada Kevin Deciation dan teman-teman Penumpang (Dwi, Sefi, Nova, Mayah,
Nadia, Pipit, Abel, Danu, Gerard, dan Firman), serta teman-teman sepenelitian
Trypanosoma (Ida, Tiara, Moi, Vivi, Rianti, Khoiri, dan Dika) dan angkatan 47
dan 48 atas semangat yang terus diberikan.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih belum sempurna, sehingga
kritik, saran, dan masukan yang membangunsangat diharapkan dalam penulisan
karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Yasinta Kartono

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA
Neutrofil

2

Eosinofil

3

Basofil


3

Limfosit

3

Monosit

3

Logam Zinc (Zn)

4

Trypanosoma evansi
METODE

4


Waktu dan Tempat Penelitian

4

Bahan

5

Alat

5

Prosedur Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

7


Pembahasan

7

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


13

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Rataan persentase (%) neutrofil yang diinjeksi Zn
Rataan persentase (%) eosinofil yang diinjeksi Zn
Rataan persentase (%) basofil yang diinjeksi Zn
Rataan persentase (%) limfosit yang diinjeksi Zn
Rataan persentase (%) monosit yang diinjeksi Zn

7
8
9
9

10

PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya zaman, kemajuan teknologi dalam bidang
ilmu material sudah sangat berkembang. Material untuk berbagai aplikasi industri
harus memenuhi sifat yang sesuai dengan lingkungan kerjanya, sifat-sifat yang
diperlukan tersebut diantaranya: kekuatan, tahan aus, tahan korosi, dan sifat yang
diperlukan lainnya (Iswanto et al. 2011). Biomaterial adalah bidang ilmu yang
membutuhkan pengetahuan dan pemahaman dari sifat-sifat material dan interaksi
material. Biomaterial juga berhubungan dengan hal aspek bidang material dan
peralatan medis. Dengan demikian, biomaterial biofungsional akan menjadi
elemen terapi dan secara signifikan berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan
manusia. Proses penyerapan yang menggunakan material biologi (biomaterial)
sebagai sorben disebut biosorpsi. Penangkapan logam-logam oleh biomaterial
terjadi melalui proses penyerapan yang melibatkan gugus-gugus fungsional yang
terikat pada makromolekul permukaan seperti: protein, polisakarida, lignin, chitin,
chitosan, dan biopolimer lain yang terdapat dalam dinding sel biomaterial tersebut.
Di dalam kehidupan sehari-hari biomaterial dapat berupa material keramik,
polimer dan logam. Logam telah digunakan sebagai implan material sudah sejak
lama, biomaterial logam mempunyai masalah karena menyebabkan korosi dan
ketidakcukupan kekuatan (Pandit dan Zeugolis 2015).
Penelitian sebelumnya telah melaporkan cara pengendalian parasit
Trypanosoma evansi di dalam darah dengan menggunakan logam-logam terserap
tubuh yaitu Fe, Co, Zn, dan Mn. Peran logam-logam tersebut telah terbukti dapat
mengurangi motilitas Trypanosoma evansi secara in vitro (Cahyaningsih et al.
2013). Logam-logam pilihan tersebut secara alami terdapat dalam tubuh sehingga
dalam aplikasi diharapkan tidak terjadi reaksi penolakan. Oleh karena itu, diperlukan
preparat obat anti surra yang berbasis pada logam terserap tubuh dengan nano
teknologi. Untuk mengaplikasikan obat tersebut perlu dilakukan pengujian pemberian
logam zinc (Zn) terhadap gambaran diferensial leukosit pada hewan coba sehingga
didapatkan obat yang sesuai. Gambaran diferensial leukosit diperlukan untuk
mengetahui persentase tiap jenis leukosit dari jumlah total leukosit dimana leukosit
berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh.
Pencegahan dan pengendalian penyakit surra biasanya menggunakan obat
Diaminazene aceturate (Berenil), Suramin, Tripamedium®, tetapi obat-obatan
tersebut di Indonesia sulit diperoleh dan tidak tersedia di pasaran (Lazuardi 2008).

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat diferensial leukosit mencit (Mus
musculus) dengan pemberian biomaterial logam nano teknologi Zinc (Zn) sebagai
kandidat anti surra.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah melihat gambaran
leukosit mencit (Mus musculus) yang telah diinjeksikan logam nano zinc (Zn)

2

TINJAUAN PUSTAKA
Diferensial Leukosit
Leukosit
Leukosit merupakan sel pembentuk komponen darah yang memiliki inti dan
memiliki kemampuan gerak yang independen. Sel ini membantu tubuh melawan
berbagai penyaki infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh
(Bernatowska et al. 2010). Leukosit dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit.
Berdasarkan reaksi terhadap pewarnaan, leukosit granulosit dibedakan menjadi
tiga, yaitu: neutrofil, eosinofil, dan basofil, sedangkan leukosit agranulosit
dibedakan menjadi dua, yaitu: limfosit dan monosit. Sel darah putih dibentuk di
dalam sumsum tulang, terutama granulosit disimpan di sumsum tulang sampai
mereka diperlukan untuk diedarkan ke sirkulasi darah dan sebagian lagi dibentuk
di jaringan limfe (Guyton 2006). Leukosit (sel darah putih) sangat berbeda dengan
eritrosit (sel darah merah) karena pada leukosit terdapat nukleus (inti sel) dan
memiliki kemampuan bergerak yang independen dan mempunyai masa hidup
yang bervariasi, yaitu beberapa jam untuk granulosit dan beberapa bulan untuk
monosit serta bertahun untuk limfosit. Peningkatan leukosit (leukositas)
disebabkan oleh infeksi, sedangkan penurunan jumlah leukosit (leukopenia)
biasanya disebabkan oleh perubahan di dalam sumsum tulang (Suwandi 2002).
Perhitungan deferensial leukosit menggambarkan persentase dari tiap jenis
leukosit dari jumlah total persentase leukosit. Tingginya jumlah total leukosit juga
disebabkan oleh variasi umur (Jeklova et al. 2009). Gambaran persentase tersebut
dapat digunakan untuk mengetahui jenis penyakit yang terdapat pada tiap individu
(Fischbach dan Marshall 2009).
Neutrofil
Neutrofil merupakan sel pertahanan pertama terhadap infeksi
mikroorganisme yang berasal dari luar (Trinchieri 2005). Pembentukan neutrofil
terjadi pada sumsum tulang dan dikirim ke pembuluh darah dalam keadaan
matang yang dapat menyerang dan menghancurkan bakteri dan virus bahkan
dalam sirkulasi pembuluh darah. Neutrofil yang biasa berada di peredaran darah
perifer ada dua, yaitu neutrofil tipe batang dan neutrofil tipe segmental. Neutrofil
mempunyai fungsi memfagositosis, membunuh mikroorganisme, melokalisir, dan
membatasi penyebaran mikroorganisme sampai sel darah putih yang lain seperti
limfosit dan makrofag menghancurkan dan memindahkan agen atau benda asing
(Guyton dan Hall 2006).
Eosinofil
Eosinofil merupakan leukosit bergranulosit, berukuran 10-15 μm yang
bersifat polimorfonukleus-eosinofilik. Eosinofil bergelambir dua (seperti kacamata
dan memiliki sitoplasma berwarna merah dengan pewarnaan asam, bentuknya hampir
sama dengan neutrofil tetapi eosinofil memiliki granula yang lebih besar. Eosinofil
termasuk ke dalam golongan leukosit granulosit yang berukuran hampir sama
dengan neutrofil. Eosinofil berperan dalam infeksi parasit, kompleks antigenantibodi setelah proses imun, dan reaksi alergi atau hipersensitivitas anafilaktik

3
(Mc Curnin & Bassert 2006). Eosinofil memiliki kemampuan melakukan
fagositosis dan eliminasi bakteri dan mikroorganisme lainnya (Manurung 2013).
Basofil
Basofil merupakan sel mieloid yang jumlahnya paling sedikit di dalam
darah hewan piara. Basofil memiliki fungsi serupa dengan sel mast yaitu pada
reaksi alergi yang berkaitan erat dengan IgE yang mempunyai kecenderungan
khusus untuk melekat pada kedua sel tersebut. Adanya rangsangan alergen yang
bereaksi dengan IgE maka basofil dan sel mast akan melepaskan berbagai
mediator dan mengakibatkan reaksi anafilaktik (Mc Evoy 2011).
Limfosit
Limfosit dibedakan menjadi dua bentuk yaitu limfosit besar dan limfosit
kecil. Limfosit tipe besar merupakan limfosit muda yang memiliki diameter 1 μm,
inti molekul heterokromatik yang dikelilingi sitoplasma, dengan perbandingan
sitoplasma dan inti 1 : 1 dan jarang ditemukan dalam peredaran darah. Adapun
limfosit kecil merupakan bentuk limfosit dewasa yang memiliki diameter 8 μm,
inti bulat heterokromatik dikelilingi oleh lingkaran tipis sitoplasma dengan
perbandingan sitoplasma dan inti 1 : 9, pada limfosit kadang ditemukan
penjuluran sitoplasma, limfosit merupakan agranulosit yang mempunyai ukuran
dan bentuk yang bervariasi, beberapa limfosit dibentuk dalam sumsum tulang dan
sebagian lagi dibentuk dalam limfonodus, timus, dan limpa. limfosit juga
diproduksi pada daun peyer dan tonsil (Guyton dan Hall 2006). Dalam sistem
kekebalan tubuh, terdapat dua tipe limfosit, yaitu limfosit T yang berperan dalam
sistem kekebalan yang diperantarai sel dan limfosit B yang berperan dalam
pembentukan antibodi serta berperan dalam sistem kekebalan humoral
(Bernatowska et al. 2010).
Monosit
Monosit merupakan tipe leukosit terbesar yang memiliki diameter 12-18 μm,
monosit merupakan leukosit agranulosit yang diproduksi di sumsum tulang dan
retikuloendotelial sistem limpa. Nukleus monosit berbentuk tapal kuda, monosit
memiliki masa edar yang sangat singkat dalam sirkulasi darah dan memiliki
kemampuan melawan agen penyakit dan masuk ke dalam jaringan menjadi
makrofag (Guyton dan Hall 2006). Sitoplasma monosit lebih banyak dari sel
limfosit dan berinti lonjong seperti ginjal atau tapal kuda yang memiliki lekuk
yang dalam. Kromatin inti mengambil warna lebih pucat dari limfosit. Monosit
merupakan prekursor dari makrofag jaringan dan memiliki inti pleomorphic.
Monosit darah tidak pernah mencapai penuh sampai bermigrasi ke luar pembuluh
darah masuk ke jaringan. Monosit meninggalkan pembuluh darah perifer dengan
waktu paruh 20 sampai 40 jam dan tidak masuk ke dalam sirkulasi lagi (Hebbel et
al. 2000).
Logam Zn
Logam nano Zn merupakan mikro mineral esensial yang diperlukan bagi
hewan dan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Zn adalah unsur
inorganik yang berarti tidak dapat dikonversikan dari zat gizi lain sehingga harus
selalu tersedia dalam makanan atau pakan yang dikonsumsi (Bender 1993).

4
Logam Zn terbukti tingkat toksisitasnya rendah dibanding logam berat lain (Lofts
dan Tipping 2015). Zn memegang peranan penting terutama dalam proses
fisiologis dan metabolisme ternak. Mineral Zn dapat ditemukan pada beberapa
jaringan tubuh, terutama pada hati, ginjal, tulang, otot, pankreas, mata, kelenjar
prostat, kulit, rambut, bulu, dan kuku (King & Keen 1999). Mineral Zn
diekskresikan melalui pankreas, empedu, kelenjar keringat, dan urin (Cheeke
2005).
Zn merupakan komponen penting dalam enzim, sebagai kofaktor Zn dapat
meningkatkan aktivitas enzim. Zn merupakan komponen penting pada struktur
dan fungsi membran sel, sebagai antioksidan, dan melindungi tubuh dari serangan
lipid peroksidase. Keracunan logam sering dijumpai pada ternak yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan, dan menyebabkan sifat karsinogenik. Daya
racun logam dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: kadar logam yang
termakan, lamanya ternak mengkonsumsi logam, umur, spesies, jenis kelamin,
kondisi tubuh, dan kemampuan jaringan tubuh dalam mengkonsumsi logam
tersebut (Arifin 2008).
Trypanosoma evansi
Penyakit surra (Trypanosomiasis) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Trypanosoma evansi, penyakit ini merupakan salah satu penyakit parasit darah
yang penting dan secara sporadic menyebar di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Hewan yang banyak dilaporkan terserang penyakit surra adalah kerbau, sapi, kuda,
babi dan ditularkan dari hewan satu ke hewan lainnya melalui gigitan lalat
penghisap darah yaitu Tabanus sp. dan lalat Haematopota spp (Jittaplapong et al.
2013).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2014 hingga Januari 2015 di
Laboratorium Protozologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB)
dan di Laboratorium Protozologi Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor.

Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah hewan coba berupa mencit
putih (Mus musculus), pakan mencit (pelet ikan), Drontal® (Bayer, Indonesia),
Clavamox® (Kalbe, Indonesia), Flagyl® (Sanovi Aventis, Indonesia), kertas
saring, ZnCl2® (Nacalai Tesque, Japan), etanol, aquadest, NaBH4® (Nacalai
Tesque, Japan), HCl, NaOH 20%, NaOH 60%, pewarna Giemsa, xylol, minyak
emersi, dan tissue.

5
Alat
Alat yang digunakan adalah kandang mencit, timbangan, gelas ukur, buret,
pipet tetes, syringe 10 ml, sonde lambung, gunting, gelas objek, mikroskop
cahaya, inkubator, dan lemari pendingin.

Prosedur Peneliatian
Aklimatisasi hewan coba
Aklimatisasi hewan coba mencit putih (Mus musculus) dilakukan selama 10
hari yaitu dengan pemberian obat cacing, antibiotik, dan anti protozoa. Penelitian
ini menggunakan sample sebanyak 50 ekor mencit putih (Mus musculus) jantan.
Mencit memiliki berat kurang lebih 25 gram dan berumur 10 minggu. Mencit
tersebut dipelihara di dalam lima kandang yang cukup untuk memuat 10 ekor
mencit pada tiap kandang. Setiap kandang diberikan dosis logam Zn yang
berbeda-beda. Kandang terbuat dari bahan plastik yang ditutup menggunakan ram
kawat dan lantai kandang dialasi dengan sekam padi. Pakan dan air minum mencit
diberikan secara ad libitum. Pakan yang digunakan untuk hewan coba ini yaitu
berupa pelet ikan yang sudah diatur komposisinya agar memenuhi kebutuhan
nutrisi mencit tersebut.
Tahapan membuat logam nano terserap tubuh sebagai obat parasit darah
Sebanyak 0.54 gram ZnCl2 dilarutkan dalam (24 ml etanol + 6 ml aquadest)
sebagai larutan pertama. Kemudian untuk larutan kedua 0.39 gram NaBH4
dilarutkan dengan 100 ml aquades. Larutan kedua dimasukan ke dalam buret dan
ditambahkan setetes demi setetes per dua detik ke dalam larutan pertama. Larutan
yang telah terbentuk, diendapkan selama 10 menit. Larutan yang telah diendapkan
dilakukan penyaringan dengan kertas saring untuk memisahkan partikel nano dari
cairan. Bagian partikel solid yang telah mengendap dicuci dengan etanol untuk
menghilangkan kadar air. Partikel logam nano yang telah dilakukan pencucian
dengan etanol disimpan dalam inkubator selama 24 jam. Kemudian logam Zn
disimpan dan ditambahkan etanol agar tidak terjadi oksidasi.
Tahapan membuat logam terserap tubuh dalam sediaan netral dengan
penambahan larutan HCl dan NaOH sampai pH larutan netral.
Logam Zn yang dibutuhkan untuk membuat sediaan larutan dengan konsentrasi:
- Kelompok 1 (dosis 1/D1) : 300 mg/kgBB dalam 0.3 ml.
- Kelompok 2 (dosis 2/D2) : 500 mg/kgBB dalam 0.3 ml.
- Kelompok 3 (dosis 3/D3) : 700 mg/kgBB dalam 0.3 ml.
- Kelompok 4 (dosis 4/D4) : 720 mg/kgBB dalam 0.3 ml.
- Kelompok 5 (dosis 5/D5) : 760 mg/kgBB dalam 0.3 ml.
- KN
: kontrol negatif (tanpa penyuntikan logam nano Zn).
Catatan: 0.3 ml ditentukan berdasarkan jumlah maksimal cairan yang dapat
diinjeksikan ke dalam mencit secara intraperitoneal.

6
Penyuntikan logam Zn terserap tubuh dalam sediaan netral.
Penyuntikan logam Zn terserap tubuh dilakukan setelah aklimatisasi hewan
coba yaitu pada hari ke-11 secara intraperitonial. Mencit dibagi menjadi enam
kelompok dengan masing-masing diambil 5 ekor per kelompok. Kelompok I yaitu
tanpa penyuntikan logam Zn (kontrol), kelompok II penyuntikan dengan dosis
300 mg/kgBB, kelompok III dengan dosis 500 mg/kgBB, kelompok IV dengan
dosis 700 mg/kgBB, Kelompok V dengan dosis 720 mg/kgBB, dan kelompok VI
dengan dosis 760 mg/kgBB. Satu jam setelah itu dilakukan pengambilan darah
untuk pengamatan ulas darah pada setiap mencit untuk melihat gambaran
diferensial leukosit. Pengamatan ulas darah yang pertama dinyatakan sebagai
pengamatan hari ke-0 setelah penyuntikan logam Zn. Pengamatan ulas darah yang
berikutnya dilakukan pada hari ke-4 dan ke-7 setelah penyuntikan logam Zn.
Preparasi ulas darah
Pembuatan ulas darah dilakukan dengan cara pengambilan darah diambil
dari ekor mencit kemudian diteteskan pada gelas objek pertama dengan posisi
mendatar. Gelas objek lain ditempatkan pada bagian darah tadi dengan posisi
membentuk sudut 45° sehingga darah menyebar sepanjang garis kontak antar
kedua gelas obyek. Selanjutnya gelas objek didorong kearah depan atau belakang
dengan cepat hingga terbentuk usapan darah yang tipis di atas gelas objek. Ulas
darah tersebut dikeringkan diudara kemudian difiksasi dengan mengunakan
metanol selama 5 menit kemudian dimasukkan ke dalam pewarnaan Giemsa
selama 30 menit, selanjutnya dicuci dengan air mengalir pada posisi miring dan
dikeringkan diudara.
Perhitungan diferensial leukosit
Perhitungan diferensiasi leukosit dilakukan di bawah mikroskop
menggunakan minyak emersi dengan pembesaran 100×. Setiap 100 leukosit pada
lapang pandang yang ditemukan dihitung dan dikelompokkan ke dalam masingmasing jenis leukosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit.
Perhitungan leukosit menggunakan beberapa lapang pandang sepanjang ulasan
dengan cara digeser kearah tengah, kanan, dan kiri. Kemudian kembali lagi dan
seterusnya sampai mencapai jumlah leukosit sebanyak 100. Nilai relatif leukosit
yang ditemukkan dinyatakan dalam satuan persen.
Pengolahan data
Data hasil pengamatan diolah dengan menggunakan uji ANOVA (Analysis
of Varian) pada program Statistical Package for Social Science (SPSS 16.0) lalu
dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test dengan taraf 5% untuk
mengetahui perbedaan perlakuan yang diberikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan yang didapatkan respon yang ditimbulkan berupa
penurunan maupun peningkatan salah satu atau beberapa jenis sel leukosit. Hasil

7
pengamatan terhadap diferensial leukosit mencit (Mus musculus) yang diinjeksi
dengan logam nano Zn tersaji dalam tabel-tabel berikut:
Tabel 1 Nilai rataan persentase (%) neutrofil pada mencit yang diinjeksi logam Zn
Pengamatan Hari keKelompok

0

4
abcd

7
abcd

KN
27.0 ± 2.59
26.40 ± 6.19
23.60 ± 4.04abc
ab
D1
21.4 ± 17.27
NA
NA
D2
26.2 ± 6.02abcd
44.2 ±9.50e
38.4 ± 22.13cde
D3
41.8 ± 14.36de
27.8 ± 6.61abcd
35.4 ± 10.29bcde
abc
a
D4
23.8 ± 4.60
17.2 ± 10.26
33.6 ± 12.70abcde
D5
NA
NA
NA
Keterangan: Huruf superskrip yang sama di belakang nilai rata-rata pada baris dan kolom yang
berbeda menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf 95% (P>0.05). NA: data tidak
tersedia (mati). D1= 300 mg/kgBB, D2= 500 mg/kgBB, D3= 700 mg/kgBB, D4= 720
mg/kgBB, D5= 760 mg/kgBB.

Hasil yang didapatkan yang disajikan dalam Tabel 1, nilai neutrofil dari
kontrol negatif termasuk dalam persentase normal yaitu antara 7-31% (AML
2009). Hari ke-0 hasil dari D1, D2, dan D4 persentase neutrofil berada dalam
rentang normal dan nilainya tidak berbeda nyata (P>0.05), tetapi pada D3
persentase neutrofil berada diatas persentase rentang normal tetapi nilainya tidak
berbeda nyata (P>0.05), hari ke-0 yang mengalami peningkatan dari rata-rata
persentase neutrofil pada D3 yang kemudian turun kembali pada D4 disebut
dengan fenomena fornesia. Pada hari ke-4, hasil yang didapatkan pada D3 dan D4
masih dalam persentase rentang normal neutrofil, kecuali pada D2 nilai rata-rata
neutrofil yang didapatkan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dari dosis
lainnya dan mengalami peningkatan persentase neutrofil (P0.05), hal ini kemungkinan terdapat antibodi. Neutrofil dan
makrofag adalah sebagai penyerang dan penghancur bakteri dan virus dalam
sirkulasi darah serta bahan-bahan yang merugikan yang masuk ke dalam tubuh
dengan cara fagositosis (Guyton dan Hall 2006). Hari ke-4 dan hari ke-7 D1 tidak
didapatkan gambaran neutrofil karena mencit mati, sedangkan pada D5 mencit
mati beberapa saat sejak diinjeksikan logam Zn, ini dikarenakan dosis terlalu
tinggi dan mengakibatkan toksik sehingga data tidak tersedia.

8
Tabel 2 Nilai rataan persentase (%) eosinofil pada mencit yang diinjeksi logam Zn
Pengamatan Hari keKelompok

0

4

7

KN
0.80 ± 0.84a
1.00 ± 1.00a
2.00 ± 0.71ab
ab
D1
2.00 ± 1.22
NA
NA
D2
4.4 ± 2.51abcd
8.6 ± 3.78de
3 ± 2.24abc
D3
6.8 ± 2.68cde
9.2 ± 5.31e
6.4 ±4.22bcde
cde
abc
D4
7.2 ± 5.07
2.8 ± 4.09
10.2 ± 2.49e
D5
NA
NA
NA
Keterangan: Huruf superskrip yang sama di belakang nilai rata-rata pada baris dan kolom yang
berbeda menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf 95% (P>0.05). NA: data tidak
tersedia (mati). D1= 300 mg/kgBB, D2= 500 mg/kgBB, D3= 700 mg/kgBB, D4= 720
mg/kgBB, D5= 760 mg/kgBB.

Persentase normal eosinofil sekitar 0-6% dari total leukosit dan akan
meningkat bila terjadi reaksi alergi, infeksi parasit dan benda asing (AML 2009).
Dari hasil pengamatan yang tersaji dalam dalam Tabel 2, Hasil dari perlakuan
yang diinjeksi menggunakan logam nano Zn KN eosinofil berada dalam
persentase normal dan nilainya tidak berbeda nyata (P>0.05). Hasil pengamatan
pada hari ke-0, persentase eosinofil pada D1 dan D2 berada dalam persentase
rentang normal eosinofil, tetapi pada D3 dan D4 persentase eosinofil mengalami
peningkatan dan berada diatas persentase normal tetapi nilainya tidak berbeda
nyata (P>0.05). Perlakuan hari ke-4 tampak persentase eosinofil D2 dan D3
mengalami peningkatan dan berada diatas persentase normal eosinofil dan
nilainya berbeda nyata (P0.05). Pada hari ke-4 dan ke-7 D1 tidak didapatkan gambaran eosinofil kerena
mencit mati, serta pada dosis ke-5 mencit mati beberapa saat setelah diinjeksi
logam Zn, hal ini diduga karena tingkat dosis yang tinggi dan toksik bagi mencit
tersebut. Zn mampu mempengaruhi produksi eosinofil karena Zn dapat
meningkatkan sekresi interleukin-5 oleh limfosit T yang berfungsi untuk
menstimulasi pembentukan dan diferensiasi eosinofil serta aktifasi eosinofil
dewasa (Manurung et al. 2013). Eosinofil sering kali diproduksi dalam jumlah
besar pada penderita infeksi parasit (Gayton dan Hall 2006).
Tabel 3 Nilai rataan persentase (%) basofil pada mencit yang diinjeksi logam Zn
Pengamatan Hari keKelompok

0

4

7

KN
0.20 ± 0.45a
0.00 ± 0.00a
0.00 ± 0.00a
a
D1
0.6 ± 1.341641
NA
NA
D2
0.00 ± 0.00a
0.6 ± 1.341641a
0.00 ± 0.00a
D3
0.4 ± 0.55a
0.00 ± 0.00a
0.00 ± 0.00a
D4
1.8 ± 1.64b
0.00 ± 0.00a
0.00 ± 0.00a
D5
NA
NA
NA
Keterangan: Huruf superskrip yang sama di belakang nilai rata-rata pada baris dan kolom yang
berbeda menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf 95% (P>0.05). NA: data tidak
tersedia (mati). D1= 300 mg/kgBB, D2= 500 mg/kgBB, D3= 700 mg/kgBB, D4= 720
mg/kgBB, D5= 760 mg/kgBB.

9
Persentase basofil dalam leukosit sekitar 0-1% (Cabrera et al. 2012).
Berdasarkan Tabel 3, hasil yang didapatkan dalam pengamatan menunjukkan
bahwa kontrol negatif berada dalam persentase rentang normal, mencit yang
diinjeksi dengan menggunakan logam Zn dengan perlakuan D1, D2, D3
menunjukan data yang tidak berbeda nyata dan persentase basofil berada dalam
rentang normal (P>0.05). Hari ke-0 pada D4 tampak nilai basofil yang
menunjukan hasil berbeda nyata dari dosis lainnya dan mengalami peningkatan
(P0.05). NA: data tidak
tersedia (mati). D1= 300 mg/kgBB, D2= 500 mg/kgBB, D3= 700 mg/kgBB, D4= 720
mg/kgBB, D5= 760 mg/kgBB.

Persentase limfosit dalam leukosit adalah sekitar 60-90% (AML 2009).
Hasil yang didapatkan yang tersaji dalam tabel 4, persentase limfosit KN berada
dalam persentase rentang normal limfosit dan nilainya tidak berbeda nyata
(P>0.05). Pada hari ke-0 dari D1, D3,dan D4 hasil yang didapatkan homogen,
tetapi persentase limfosit menurun dari rentang persentase normal. Begitu pula
padahari ke-4 D2 dan D3 mengalami penurunan persentase limfosit tetapi nilainya
tidak berbeda nyata dari KN (P>0.05), sedangkan pada D4 persentase limfosit
meningkat kembali dan berada pada persentase normal limfosit dan nilainya tidak
berbeda nyata (P>0.05). Hari ke-7 D2, D3, dan D4 menunjukkan hasil yang
berbedanyata dan persentaselimfosit menurun dari persentase normal (P0.05). NA: data tidak
tersedia (mati). D1= 300 mg/kgBB, D2= 500 mg/kgBB, D3= 700 mg/kgBB, D4= 720
mg/kgBB, D5= 760 mg/kgBB.

Persentase normal monosit dalam leukosit adalah 0-4% (AML 2009).
Berdasarkan Tabel 5, dari hasil yang didapatkan persentase monosit KN berada di
atas rentang normal tetapi nilainya tidak berbeda nyata (P>0.05). Hasil yang
didapatkan dari perlakuan hari ke-0 D1 dan D4 persentase monosit mengalami
peningkatan dari persentase normal monosit tetapi nilainya tidak berbeda nyata
(P>0.05), pada hari ke-4 D2 dan D3, serta pada hari ke-7 D2, D3, dan D4
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, tetapi persentase monosit
beradadiatas persentase rentang normal (P>0.05). Kelompok D1 hari ke-4 dan D1
hari ke-7, serta D5 tidak didapatkan gambaran leukosit karena mencit mati.
Penurunan persentase monosit dari KN diduga terdapat benda asing, karena
monosit dalam jaringan perifer disebut dengan makrofag, yaitu yang sangat aktif
jika terjadi perubahan. Makrofag dapat bersatu menjadi giant cell atau sel raksasa
yang berfungsi memfagositasi antigen yang berukuran lebih besar (Guyton dan
Hall 2006).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian logam nano
zinc berpengaruh terhadap diferensial leukosit darah mencit yang terlihat dari
gambaran ulas darah.
Saran
Saran yang dapat direkomendasikan oleh penulis berdasarkan hasil
kesimpulan di atas adalah perlu dilakukan penelitian uji tantang yang berkaitan
dengan logam nano zinc, serta pengujian pada in vivo yang diinjeksi dengan
Trypanosoma evansi.

11
DAFTAR PUSTAKA
[AML] American Medical Laboratory. 2009. Mouse hematology [Internet].
[diunduh 2015 Jul 29]. Tersedia pada: http://en.aml-vet.com/animalspecies/mouse/hematology.
Arifin S. 2008. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan
metode analisisnya. 27(13): 100-103.
Aspinall V, Cappello M. 2015. Introduction to Veterinary Anatomy and
Physiologi. Ed ke-9. London (UK): Elsevier.
Bender AD. 1993. Introduction to Nutrition and Metabolism. London (GB): UCL
Pr.
Bernatowska E, Galkowska E, Grzduk H, Siewiera K, Kusnierz BW, Piatosa B.
2010. Clinical immunology distribution of leukocyte and lymphocyte
subsets in peripheral blood. Age related normal values for preliminary
evaluation of the immune status in polish children. Centr Eur J Immunol.
35(3):168-175.
Cahyaningsih U, Noviana D, Ulum MF, Wardhana AH, Rochman NT. 2013.
Pengembangan Nano Teknologi Logam Terserap Tubuh sebagai anti
Penyakit Surra pada Ternak. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Cheeke PR. 2005. Applied Animal Nutrition. 3rd Ed. New Jersey (US): Pearson
Education Inc.
Fahrimal Y, Eliawardani, Afira R, Al Azhar, Nurul A. 2014. Profil darah tikus
putih (Rattus norvegicus) yang diinfeksikan Trypanosoma evansi dan
diberikan ekstrak kulit batang jaloh (Salix tetrasperma roxb). J Vet med.
8(2):164-168.
Fischbach F, Marshall BD. 2009. A Manual of Laboratory and Diagnostic
Tests.Ed ke-8. Philadelphia (US): Lippincott William and Wilkins.
Guyton AC, Hall EJ. 2006. Medical Physiology. 11th Ed. Elsivier
Hebbel RP, Kaul DK. 2000. Hypoxia/reoxygenation causes inflamatory response
in transgenic sickle mice but not in normal mice. JCI. 106(3):411-420.
Iswanto PT, Ilman MN, Malau V, Jatisukamto G. 2011. Perbaikan sifat korosi
baja tahan karat AISI 410 dengan perlakuan implantasi ion tin. 5(1): 14.
Jeklova E, Leva L, Knotigova P, Faldyna M. 2009. Age related changes in
selected haematology parameters in rabbits. J Vet Sci. 86: 525-528.
Jittaplapong S, Lun ZR, Dargantes A, Lai DH, Holzmuller P, Desquesnes M.
2013. Trypanosoma evansi and surra: a review and prespectives on
transmission, epidemiology and control, impact, and zoonotic aspects.
BioMed
Research
International.
2013(2013):20.
http://dx.doi.org/10.1155/2013/321237
King JC, Keen CL. 1999. Modern Nutrition in Health and Disease. 9th Ed. New
York (US): Rose Tree Corporate Center.
Lazuardi M. 2008. Struktur histopatologi ginjal dan hati kambing penderita
tripanosomiasis pasca pengobatan barenil®. Media Peternakan. 31(1): 14-15.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Parakkasi A, penerjemah.
Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Nutritional Biochemistry and
Metabolism.

12
Lofts S dan Tipping E. 2015. Testing WHAM-FTOX with laboratory toxicity data
for mixture of metals (Cu, Zn, Ag, Pb). Enviromental Toxicology and
Chemistry. 34(4):788-798. DOI: 10.1002/etc.2773
Maerz JC, Maney DL, Davis AK. 2008. The use of leukocyte profiles to measure
stress in vertebrates: a review for ecologists. Functional Ecology. 22(5):760772.
Manurung DN, Nasrul E, Medison I. 2013. Gambaran jumlah eosinofil darah tepi
penderita asma bronkial di bangsal paru RSUP Dr. M. Djamil Padang. J Kes
Andalas. 2(3):122-126.
Mc Curnin DM, Bassert JM.2006. Clinical Textbook for Veterinary Technicians
6thEd. Ames (US): Elsevier.
Mc Evoy. 2011. Blood test interpretation, a functional perspective [internet].
[diunduh
2014
Nov
15].
Tersedia
pada:
http:
//www.metabolichealing.com/education/articles/blood-testinterpretation/.
Pandit A, Zeugolis DI. 2015. Biofunctional biomaterials-the next frontier.
Bioconjugate Chem; 26(7):1557. DOI: 10.1021/acs.bioconjchem.5b00342
Partoutomo S. 2000. Deteksi imunosupresi akibat infeksi Trypanosoma evansi
dan malnutrisi pada hewan percobaan kerbau dengan sensitisasi kulit. JITV.
5(2):132-140.
Sugimoto C, Nakamura I, Kamau J, Bakheit MA, Meeus TD, Salim B. 2011.
Population genetics of Trypanosoma evansi from camel in the Sudan. PloS
Negl Dis. 5(6):e1196. Doi: 10.1371/journal.pntd.0001196
Suwandi. 2002. Manfaat pemeriksaan gambaran darah umum pada ternak
ruminansia. [Internet]. [diunduh 2015 jul 18]; 136.
Truc P, Jannin J, Khanande VD, Zare VR, Katti R, Dani VS,Bhargava A, Joshi
PP, Powar RM, Shegokar VR. 2006. Human trypanosomiasis caused by
trypanosoma evansi in a village in india: preliminary serologic survey of the
local population. Am J Trop Med Hyg. 75(5):869-870
Trinchieri G, Ma X, D’andrea A, Gasperini S, Meda L, Cassatella MA. 2005.
Interleukin-12 production by human polymorphonuclear leukocyte.
European Journal of Immunology. 25(1):1-5.DOI: 10.1002/eji.1830250102
Underwood EJ, Suttle NF. 2001. The Mineral Nutrition of Livestock. Washington
(US): CABI Publishing.
Wolburg H, Engelhardt B. 2004. Transendothelial migration of leukocytes:
through the front door or the said of the house?. Eur. J. Immunol.
34(11):2955-2963.

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pontianak tanggal 26 Januari 1992 dari Ayah Tomi
Kartono (Alm) dan Ibu Riani. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sengah Temila dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 26 Aur pada
tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sengah Temila, dan
Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Sengah Temila. Penulis mengikuti
Program Prauniversitas (2009-2010) sebelum memasuki Tahap Persiapan
Bersama (TPB) di Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi sebagai
anggota dan pengurus diantaranya Himpunan Minat dan Profesi Hewan
Kesayangan dan Satwa Akuatik (HKSA) pada tahun 2011-2012, Keluarga Pelajar
Mahasiswa Kalimantan Barat (KPMKB) Bogor sejak tahun 2009 sampai
sekarang, Keluarga Katolik Institut Pertanian Bogor (KEMAKI IPB) sejak tahun
2009 sampai sekarang, dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM KM) Institut
Pertanian Bogor tahun 2010-2011.