Potensi dan Sebaran Jenis Meranti (Shorea spp.) pada Kawasan Lindung PT. Wana Hijau Pesaguan, Kalimantan Barat

POTENSI DAN SEBARAN JENIS MERANTI (Shorea spp.)
PADA KAWASAN LINDUNG PT. WANA HIJAU PESAGUAN,
KALIMANTAN BARAT

MA’SHUM AFNANI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi dan Sebaran
Jenis Meranti (Shorea spp.) pada Kawasan Lindung PT. Wana Hijau Pesaguan,
Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Ma’shum Afnani
NIM E44090080

ABSTRAK
MA’SHUM AFNANI. Potensi dan Sebaran Jenis Meranti (Shorea spp.) pada
Kawasan Lindung PT. Wana Hijau Pesaguan, Kalimantan Barat. Dibimbing
oleh ISTOMO.
Jenis meranti (Shorea spp.) merupakan jenis kayu komersil. Keberadaan
jenis meranti (Shorea spp.) di habitat alaminya makin berkurang disebabkan oleh
pembalakan liar serta eksploitasi. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi dan
pola sebaran jenis pohon meranti, menghitung keanekaragaman jenis meranti dan
menghitung biomassa jenis meranti pada kawasan lindung. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah jenis meranti pada kawasan lindung yaitu 13 jenis.
Kerapatan jenis meranti pada lokasi kawasan perlindungan plasma nutfah sebesar
31 individu/ha, kawasan hutan dengan kelerengan >25% sebesar 48 individu/ha,
sempadan sungai kiri sebesar 25 individu/ha dan sempadan sungai kanan sebesar

9 individu/ha. Pola penyebaran umumnya mengelompok dan seragam. Volume
jenis meranti pada kawasan perlindungan plasma nutfah sebesar 12.63 m3/ha,
kawasan hutan dengan kelerengan >25% sebesar 139.14 m3/ha, sempadan sungai
kiri sebesar 30.59 m3/ha dan sempadan sungai kanan sebesar 26.90 m3/ha.
Biomassa total jenis meranti pada lokasi kawasan perlindungan plasma nutfah
sebesar 9.15 ton/ha, kawasan hutan dengan kelerengan 127.87 ton/ha, sempadan
sungai kiri 27.34 ton/ha dan sempadan sungai kanan 29.7 ton/ha.
Kata kunci: Meranti (Shorea spp.), Potensi, Sebaran, Kawasan Lindung PT. Wana
Hijau Pesaguan

ABSTRACT
MA’SHUM AFNANI. Potency and Distribution of Meranti (Shorea spp.) in
Protected Area of PT. Wana Hijau Pesaguan, West Kalimantan. Supervised by
ISTOMO.
Meranti (Shorea spp.) is a type of commercial timber.The existence of
meranti in its natural habitat was decreasing because of illegal logging and
exploitation. This research aim to assess the potency and distribution pattern of
meranti species, to calculate diversity meranti and also to calculate biomass of
meranti species at the protected area. The result of this research showed that the
quantity of meranti species in proctected area as much as 13 species. Meranti

density at the location of germplasm protected area as much as 31 individuals/ha,
at the forest area with slope > 25 % as much as 48 individuals/ha, riparian left side
as much as 25 individuals/ha and riparian right side as much as 9 individuals/ha.
Distribution patterns generally group and uniform. Volume meranti are
germplasm protected area as much as 2.63 m3/ha, at the forest area with slope >
25 % as much as 139.14 m3/ha, riparian left side as much as 30.59 m3/ha, riparian
right as much as 26.90 m3/ha. Meranti total biomass on the location of germplasm
protected area 9.15 tons/ha, at the forest area with slopes > 25% 127.87 tons/ha,
riparian left side 27.34 tons/ha and riparian right side 29.7 tons/ha.
Keywords: Meranti (Shorea spp.), Potency, Distribution, Protected Area of PT.
Wana Hijau Pesaguan

POTENSI DAN SEBARAN JENIS MERANTI (Shorea spp.)
PADA KAWASAN LINDUNG PT. WANA HIJAU PESAGUAN,
KALIMANTAN BARAT

MA’SHUM AFNANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul Skripsi : Potensi dan Sebaran Jenis Meranti (Shorea spp.) pada Kawasan
Lindung PT. Wana Hijau Pesaguan, Kalimantan Barat
Nama
: Ma’shum Afnani
NIM
: E44090080

Disetujui oleh

Dr Ir Istomo MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Potensi dan Sebaran Jenis Meranti (Shorea spp.) pada Kawasan
LindlIDg PT. WanaHijau Pesaguan, Kalimantan Barat
Nama
: Ma'shum Afnani
: £44090080
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Istomo MS
Pembimbing


Tanggal Lulus:

12 MAR 2014

...

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal 1-22 Mei 2013 ini ialah Meranti
(Shorea spp.), dengan judul Potensi dan Sebaran Jenis Meranti (Shorea spp.)
pada Kawasan Lindung PT. Wana Hijau Pesaguan, Kalimantan Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Istomo, MS selaku
dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada PT.
Wana Hijau Pesaguan, Bapak Tendi, S.P selaku General Manajer regional
Kalimantan Barat, Bapak Rohmad Budianto, S.P selaku manajer PT. Wana Hijau
Pesaguan, Bapak Iwan Ramadiawan, S.Hut selaku Superintendent Planning,
Bapak Fauzi P Sanusi, S.Hut selaku Supervisor Quality Health Safety and
Environment, Bapak Rifky Chandra dan teman saya satu pembimbing Kholid
Hafazallah dan Fauzia Khaerani yang membantu dalam pengumpulan data
lapangan bersama suka dukanya serta Bapak Antonius Kode atas bimbingan dan

sarannya selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, adik-adik, insan aulia, silvikultur 46, fahutan 46, Uni
Konservasi Fauna (UKF) serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014
Ma’shum Afnani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2


Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan

2

Alat

2

Prosedur dan Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Wilayah Penelitian


8
8
8

Komposisi dan Struktur Tegakan

11

Indeks Nilai Penting (INP)

14

Luas Bidang Dasar

15

Dominansi, Keanekaragaman dan Volume

16


Sebaran Jenis Meranti (Shorea spp.)

19

Pendugaan Biomassa

21

Pembahasan

24

Komposisi dan Struktur Tegakan

24

Indeks Nilai Penting dan Luas Bidang dasar

25

Dominansi dan Keanekaragaman jenis

26

Sebaran Jenis Meranti (Shorea spp.)

27

Volume Total dan Pendugaan Biomassa

28

SIMPULAN DAN SARAN

30

Simpulan

30

Saran

31

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

66

DAFTAR TABEL
1 Penyebaran topografi, bentuk wilayah dan kelerengan
IUPHHK- HT PT.Wana Hijau Pesaguan pada blok I, II dan III
2 Data iklim 10 tahun terakhir (1998-2007)
3 Jumlah jenis pada tiap lokasi pengamatan
4 Perbandingan kerapatan (K) meranti dengan jenis lain
5 Indeks nilai penting (INP) tertinggi pada masing- masing lokasi
6 Perbandingan indeks nilai penting (INP) jenis meranti pada
lokasi
7 Indeks dominansi (C) dan indeks keanekaragaman jenis (H’) di
penelitian
8 Kerapatan, potensi meranti dengan jenis lain
9 Indeks morisita (Iδ) seluruh meranti pada lokasi penelitian
10 Indeks morisita (Iδ) masing-masing jenis meranti (Shorea spp.)
11 Pendugaan biomassa total pada tiap kelas diameter pada
kawasan perlindungan plasma nutfah (KPPN)
12 Pendugaan biomassa total pada tiap kelas diameter pada
kawasan hutan dengan kelerengan ≥ 25 %
13 Pendugaan biomassa total pada tiap kelas diameter pada
sempadan sungai kiri
14 Pendugaan biomassa total pada tiap kelas diameter pada
sempadan sungai kanan

lahan
9
10
11
11
14
setiap
lokasi

15
16
17
19
20

lokasi
21
lokasi
21
lokasi
22
lokasi
22

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan petak ukur pengamatan dalam 1 ha
2 Bagan sub- petak pengamatan
3 Struktur tegakan lokasi penelitian; (a) kawasan perlindungan plasma
nutfah, (b) kawasn hutan dengan kelerengan > 25%, (c) sempadan
sungai bagian kiri dan (d) sempadan sungai bagian kanan
4 Grafik volume jenis meranti dan jenis lain pada masing-masing lokasi
penelitian; (a) kawasan perlindungan plasma nutfah dan (b) kawasan
hutan dengan kelerengan > 25%, (c) sempadan sungai kiri dan (d)
sempadan sungai kanan
5 Grafik total luas bidang dasar jenis meranti dan jenis lain pada masingmasing lokasi penelitian
6 Potensi biomassa jenis meranti dan jenis lain pada masing-masing
lokasi penelitian; (a) kawasan perlindungan plasma nutfah, (b) kawasan
hutan dengan kelerengan > 25%, (c) sempadan sungai kiri dan (d)
sempadan sungai kanan
7 Persentase biomassa jenis meranti dengan jenis lain setiap lokasi; (a)
kawasan perlindungan plasma nutfah, (b) KH > 25 %, (c) sempadan
sungai kiri, (d) sempadan sungai kanan
8 Volume total pada masing-masing lokasi penelitian
9 Biomassa total pada masing-masing lokasi penelitian

3
4

12

15
18

23

24
29
39

DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar jenis pohon di lokasi penelitian
2 Rekapitulasi hasil analisis vegetasi pada lokasi penelitian kawasan
perlindungan plasma nutfah (KPPN)
3 Rekapitulasi hasil analisis vegetasi pada lokasi penelitian kawasan
hutan dengan kelerengan >25%
4 Rekapitulasi hasil analisis vegetasi pada lokasi penelitian sempadan
sungai bagian kiri.
5 Rekapitulasi hasil analisis vegetasi pada lokasi penelitian sempadan
sungai bagian kanan
6 Rekapitulasi biomassa, volume dan LBDS pada lokasi kawasan
perlindungan plasma nutfah (KPPN)
7 Rekapitulasi biomassa, volume dan LBDS pada lokasi kawasan hutan
dengan kelerengan > 25%
8 Rekapitulasi biomassa, volume dan LBDS pada lokasi sempadan sungai
bagian kiri
9 Rekapitulasi biomassa, volume dan LBDS pada lokasi sempadan sungai
bagian kanan
10 Peta sebaran jenis meranti di lokasi kawasan perlindungan plasma
nutfah dengan menggunakan Global Positioning System (GPS)
11 Peta sebaran jenis meranti di lokasi kawasan hutan dengan kelerengan >
25% dengan menggunakan Global Positioning System (GPS)
12 Peta sebaran jenis meranti di lokasi sempadan sungai bagian kiri dan
kanan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS)
13 Peta situasi lokasi penelitian IUPHHK- HT PT. Wana Hijau Pesaguan

33
38
41
45
48
51
54
58
61
63
63
64
65

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya alam hayati yang melimpah serta letak
Indonesia yang strategis memiliki tipe hutan hujan tropis yang kaya akan
keanekaragaman hayati. Hutan hujan tropis di Kalimantan banyak di dominasi
oleh jenis- jenis Dipterocarpaceae yang menjadi ciri khas hutan-hutan di
kalimantan. Namun seiring berjalannya waktu laju deforestasi hutan tetap terus
berjalan. Luas tutupan hutan Indonesia pada tahun 2000 adalah 103.33 juta ha.
Luas tutupan hutan ini pada tahun 2009 berkurang menjadi 88.17 juta ha atau
telah mengalami deforestasi seluas 15.15 juta ha. Dengan demikian, laju
deforestasi Indonesia pada kurun waktu ini adalah sebesar 1.51 juta ha per tahun
(Sumargo et al. 2011). Berdasarkan lokasinya, laju deforestasi terbesar terjadi di
Kalimantan yaitu sebesar 0.55 juta ha per tahun dan Sumatera dengan laju
deforestasi sebesar 0.37 juta ha per tahun (Sumargo et al. 2011). Oleh karenanya
upaya pemanfaatan sumber daya alam hayati untuk kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat harus dilakukan secara lestari dan berkelanjutan untuk
keberadaan di masa yang akan datang. Meskipun hutan hujan tropis kaya akan
keanekaragaman hayati perlu adanya pengelolaan secara bijaksana dan lestari agar
tidak punah.
Shorea merupakan salah satu marga dari suku Dipterocarpaceae yang
memiliki keanekaragaman jenis paling tinggi. Ashton (1982) menyebutkan bahwa
marga Shorea terdiri dari 194 jenis yang tersebar di Srilangka, India, Burma,
Thailand, Indochina serta 163 jenis tersebar di Malaya, Sumatera, Borneo dan
pulau – pulau sekitarnya, Jawa, Sulawesi, Philipina dan Maluku. Jenis-jenis
pohon dari suku Dipterocarpaceae merupakan ciri khas di Kalimantan. Menurut
Newman (1999) jenis-jenis ini mendominasi hutan-hutan di Kalimantan, bahkan
telah menjadikan Kalimantan sebagai kawasan dengan jumlah jenis
Dipterocarpaceae terbanyak. Menurut Alrasyid et al. (1991) mengungkapkan
bahwa di Kalimantan terdapat sekitar 127 jenis Shorea akan tetapi keberadaan
sampai saat ini marga Shorea serta distribusinya di Kalimantan belum
terdokumentasikan dengan baik.
Marga Shorea ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi ringan
hingga berat serta marga Shorea juga juga memiliki hasil hutan non kayu seperti
penghasil damar, tengkawang, buah nut dan tanin. Shorea lebih dikenal oleh
masyarakat di dunia perdagangan dengan sebutan meranti yang berdasarkan sifat
kayunya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu meranti balau, meranti merah, meranti
putih dan meranti kuning. Kayu meranti banyak dieksploitasi di alam baik secara
legal maupun illegal melihat nilai ekonomis kayunya yang cukup tinggi.
Beberapa permasalahan yang mengancam keberadaan meranti diantaranya masih
maraknya pembalakan liar, kebakaran hutan, perambahan hutan baik untuk
kegiatan berladang dan industri, konversi hutan alam menjadi hutan tanaman
serta penambangan liar. Upaya-upaya konservasi untuk melindungi jenis meranti
perlu dilakukan karena meranti tergolong jenis yang lamban beregenerasi,
regenerasi alami sulit terjadi karena masa bunga dan pembuahannya tidak teratur.

2
Potensi dan sebaran jenis meranti ini sangat penting diketahui dalam
pengelolaan hutan agar tindakan silvikultur yang akan dilakukan tepat sesuai
tujuan pengelolaan hutan lestari. Izin usaha pemanfaatn hasil hutan kayu PT.
Wana Hijau Pesaguan untuk hutan tanaman industri yang masih mempunyai
kawasan lindung berkomitmen untuk mengelola kawasan lindung sebagai upaya
pelestarian jenis meranti tersebut.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menghitung keanekaragaman jenis pohon
meranti (Shorea spp.), mengkaji potensi dan pola sebaran jenis pohon meranti
(Shorea spp.) dan menghitung biomassa jenis meranti (Shorea spp.) pada kawasan
lindung.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar informasi data mengenai
potensi dan pola sebaran jenis meranti (Shorea spp.) pada kawasan lindung
sebagai upaya pengelolaan dan pelestarian jenis meranti di areal konsesi PT.
Wana Hijau Pesaguan.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian potensi dan sebaran jenis meranti (Shorea spp.) dilaksanakan
selama satu bulan di kawasan lindung IUPHHK – HT PT. Wana Hijau Pesaguan,
Kalimantan Barat pada bulan Mei 2013.

Bahan
Bahan atau objek yang diamati dalam penelitian ini adalah meranti yang
termasuk dalam genus (Shorea spp.) dengan diameter ≥ 10 cm yang berada di
dalam plot pengamatan kawasan lindung PT. Wana Hijau Pesaguan. Pada
pengamatan meranti kawasan lindung dibagi menjadi 4 lokasi yaitu Sempadan
sungai kiri dan kanan, Kawasan perlindungan plasma nutfah (KPPN) dan
Kawasan hutan dengan kelerengan > 25 %.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Global positioning system
(GPS), perlengkapan alat tulis, tally sheet, meteran, tali tambang , tali rafia,
layout peta lokasi konsesi PT. Wana Hijau Pesaguan dan peta lokasi penelitian,

3
clinometer, haga hypsometer, phiband, kamera digital dan aplication: MS.Word
dan MS. Excel.
Data yang dikumpulkan
Data lapangan yang dikumpulkan meliputi struktur dan komposisi hutan,
khususnya meranti (Shorea spp.), ketinggian (mdpl), kelerengan tempat (%),
diameter (dbh), tinggi total, volume dan pengambilan posisi pohon jenis meranti
(Shorea spp.) menggunakan GPS (Global positioning system).
Prosedur Analisis Data
Pengambilan Contoh
Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengambilan contoh analisis vegetasi
dengan menggunakan metode petak tunggal. Metode ini dibuat berukuran 100 m
× 100 m. Menurut Wyatt-Smith (1959) dalam Soerianegara dan Indrawan (2002)
menganggap bahwa ukuran petak contoh dengan luasan 0.6 ha sudah cukup
mewakili. Petak pengamatan diletakkan pada lokasi Kawasan Perlindungan
Plasma Nutfah (KPPN), Sempadan Sungai (SS) dan Kawasan Hutan dengan
Kelerengan > 25%. Petak pengamatan tersebut selanjutnya dibagi menjadi subplot dengan ukuran 20 m × 20 m, sehingga pada setiap plot pengamatan 100 m ×
100 m terdapat 25 sub- plot contoh yang mempunyai nomor sub- plot 1 sampai
dengan 25. Pada setiap plot dibuat 25 sub- plot dengan 1 plot pada kawasan
perlindungan plasma nutfah (KPPN) seluas 1 ha, 1 plot pada kanan dan kiri
sempadan sungai (SS) seluas 2 ha dan 1 plot pada kawasan hutan dengan
kelerengan >25% (KH >25%). Total seluruh sub-plot berjumlah 100 sub-plot
pada lokasi pengamatan. Adapun gambaran plot pengamatan meranti (Shorea
spp.) sebagai berikut:
100 meter

5

6

4

100 m

15

16

25

7

14

17

24

3

8

13

18

23

2

9

12

19

22

1

10

11

20

21

100 meter

Gambar 1 Bagan petak ukur pengamatan dalam 1 ha

4

Petak 1
20 m

A

20 m

Keterangan:
A = Petak pengamatan ukuran 20 m × 20 m dengan ukuran diameter ≥ 10 cm
(tingkat tiang dan pohon).
Gambar 2 Bagan sub- petak pengamatan
Seluruh tumbuhan tingkat tiang dan pohon dengan diameter ≥ 10 cm yang masuk
pada petak 20 m × 20 m tersebut dihitung terutama meranti (Shorea spp.).

Pengambilan Data Lapangan
Analisis Vegetasi
Pengambilan data dengan cara analisis vegetasi yaitu pada diameter pohon ≥
10 cm untuk semua jenis khususnya jenis meranti didalam setiap sub- plot contoh
ukuran 20 m × 20m saja yang diukur. Data tiang dan pohon diambil nama jenis,
tinggi total dan diameter. Kriteria tiang dan pohon menurut Soerianegara dan
Indrawan (2005) sebagai berikut:
1. Pole (tiang), pohon-pohon muda yang berdiameter 10-19 cm.
2. Pohon dewasa, pohon yang berdiameter 20 cm keatas

Analisis Data
Indeks Nilai Penting (INP)
Pengelolaan data vegetasi ini digunakan untuk mengetahui kondisi vegetasi
yang terdapat di lokasi tertentu dengan mengetahui indeks nilai penting ini dapat
mengetahui seberapa besar meranti (Shorea spp) dapat mendominasi (tingkat
penguasaan jenis) dari jenis lainnya. Pengolahan data komposisi vegetasi meliputi
Indeks Nilai Penting diperoleh dari: INP = KR+FR+DR (tiang dan pohon) Cox
(1972) dalam Prasetyo (2006), dimana:

5
a. Kerapatan (K);

jumlah individu suatu jenis
luas plot contoh

K

b. Kerapatan relatif (KR); KR 

c. Frekuensi (F);

F

kerapatan suatu jenis
100%
kerapatan seluruh jenis

jumlah plot ditemukan suatu jenis
jumlah seluruh plot

d. Frekuensi Relatif (FR) ; FR  frekuensi suatu jenis 100%
frekuensi seluruh jenis

e. Dominansi (D);

D

f. Dominansi Relatif (DR); DR 

LBDS suatu jenis
luas plot contoh

dominansi suatu jenis
100%
dominansi seluruh jenis

Keanekaragaman Jenis
Istilah keanekaragaman jenis dikemukakan pertama kali oleh Good (1953)
dalam Magurran (1988), Indeks Keanekaragaman Jenis merupakan parameter
yang sangat berguna untuk membandingkan dua komunitas, terutama untuk
mempelajari pengaruh gangguan biotik untuk mengetahui tingkatan suksesi atau
kestabilan. Magurran (1988) menyebut konsep ini dengan sebutan spesies
abundance atau kelimpahan jenis. Dari sekian jenis indeks heterogenitas pada
penelitian ini menggunakan indeks Shannon-Wiener. Rumus dari ShannonWiener Index of General Diversty adalah:
H’ =- Σ[(ni/N)Ln(ni/N)], dimana:
H’ = Shannon-Wiener Index of General diversity
ni = Indeks nilai penting jenis i
N = Total Indeks Nilai Penting
Dalam Indeks ini menggunakan parameter nilai Indeks Keanekaragaman
Jenis (H’), jika < 1.5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah,
sedangkan jika nilai H’ antara 1.5 dan 3.5 tergolong sedang dan H’ > 3.5
menunjukkan keanekaragaman jenis yang tergolong tinggi.
Indeks Dominansi Jenis
Untuk menentukan Indeks Dominansi Jenis menurut Simpson (1949) dalam
Misra (1980) digunakan rumus sebagai berikut :

6
C = Σ[ni/N]² ,dimana:
C = Indeks Dominansi
N = Total Nilai Penting
ni = Nilai Penting Masing-masing Jenis
Indeks dominansi jenis akan mendekati satu (1) apabila dominansi
dipusatkan pada satu jenis dan sebaliknya, jika beberapa jenis mendominasi secara
berasama-sama, indeks dominansi akan rendah atau mendekati nol (0).
Indeks Kekayaan Jenis dari Margallef
Indeks Margallef dapat digunakan untuk mengetahui kekayaan jenis di suatu
areal Ludwig & Reynold (1988) dalam Parinda (2011).
R1 = S-1/ln (N), dimana:
R1 = Indeks kekayaan jenis Margallef
S = Jumlah jenis
N = Jumlah total individu
Berdasarkan Magurran (1988) besaran R1< 3.5 menunjukkan kekayaan
jenis tergolong rendah, R1 = 3.5 – 5.0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong
sedang dan R1 tergolong tinggi apabila > 5.0.
Indeks Morisita
Indeks Morisita (Iδ) merupakan nilai yang digunakan untuk melihat
penyebaran jenis yang mengelompok atau tidak, yang dapat dihitung dengan
rumus:
Iδ = q ×Σ {xi(xi-1)}, dimana:
T (T-1)

q
xi
T

= Indeks Morisita
= Jumlah petak
= Jumlah individu pada petak ke- i (i= 1,2,3.... dst)
= Total individu pada petak

Jika nilai Iδ = 1 maka pola penyebaran pertumbuhan dari individu tersebut adalah
acak (random), sedangkan Iδ < 1 maka penyebarannya seragam, jika Iδ > 1 maka
sebarannya mengelompok (clumped). Oleh karena itu dalam mengetahui tingkat
nyata dari nilai Iδ ini, perlu dilakukan pengujian. Maka dilakukan uji F dari
Morisita dengan rumus:
F hit = Iδ(q-1) + q-1
q-1
jika Fhit > Ftabel dengan derajat bebas (q-1), sehingga pola penyebarannya
mengelompok. Untuk Iδ < 1 dilakukan uji X2 dengan rumus:

7
X2 = Σq=1 (Fx- Ex) , dimana:
Ex

Fx
Ex
q

= Jumlah kehadiran individu/petak x= 0,1,2,3,4.....r
= Sebaran poisson individu/petak dengan x= 0,1,2,3,4....r
= Kelas kehadiran individu (r+1)

Jika X2hit > X2 dengan derajat bebas (q-2) maka pola penyebaranya individu
tersebut seragam .
Volume Pohon
Untuk menghitung volume pohon digunakan rumus sebagai berikut:
V = 1/4. π.(d/100)2.t.f, dimana:
V = Volume pohon bebas cabang (m3)
π = Konstanta (3.141592654)
d = Diameter setinggi dada/130 cm atau 20 cm di atas banir
t = Tinggi pangkal tajuk dikurangi tinggi banir (m)
f = Angka bentuk pohon (0.6)

Pendugaan Biomassa
Perhitungan biomassa yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
persamaan alometrik biomassa yang disusun oleh Brown (1997) pada hutan hujan
tropika yang diterapkan pada zona iklim lembab yaitu :
W = 0.118 (D)2.53, dimana:
W = Biomassa per pohon (kg)
D = Diameter pohon setinggi dada (cm)
Perhitungan biomassa total ini dapat digunakan untuk melihat potensi meranti di
lokasi penelitian. Kandungan karbon di hutan alam dapat dihitung dengan
menggunakan pendugaan biomassa hutan.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Letak, Luas dan Keadaan Wilayah
PT. Wana Hijau Pesaguan memperoleh persetujuan IUPHHK-HT melalui
SK Menteri Kehutanan No.SK 719/Menhut-II/2009 tanggal 19 Oktober 2009.
Areal kerja ini terdiri dari 3 blok yang seluruhnya terletak di Kabupaten Ketapang,
dua blok (blok I dan II) di Kecamatan Hulu Sungai sedangkan blok III terletak di
Kecamatan Nanga Tayap, Tumbang Titi, dan Jelai Hulu. Areal PT. Wana Hijau
Pesaguan seluas 104 975 ha, terdiri dari 3 blok, blok I seluas 18 040 ha , blok II
seluas 3 030 ha, blok III seluas 83 905 ha. Areal konsesi blok I dan blok II
dilepas arealnya dikarenakan adanya konflik sosial sehingga wilayah yang
dikelolah yaitu pada areal blok 3. Lokasi penelitian terletak di wilayah
pengelolaan blok III.
Areal IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan Blok III termasuk kedalam
wilayah Kecamatan Nanga Tayap, Tumbang Titi dan Jelai Hulu, Kesatuan
Pemangkuan Hutan Ketapang, Dinas Kehutanan Kabupaten Ketapang.
Berdasarkan pembagian kesatuan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) areal
IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan blok I termasuk ke dalam wilayah sub
DAS Jelai, Lata, Sekelempai. Secara geografi, areal IUPHHK-HT PT. Wana
Hijau Pesaguan blok I terletak diantara 110˚56’ BT - 110˚10’ BT dan 0˚37’ LS 0˚46’ LS. Selain batas geografi, terdapat juga batas-batas persekutuan yaitu
sebelah utara berbatasan dengan IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur, sebelah
timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah selatan berbatasan
dengan IUPHHK-HA PT.Wanakayu Batu Putih, sebelah barat berbatasan dengan
Perkebunan PT. Hijau Permata Wana Lestari.
Geologi dan Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Provinsi Kalimantan Barat, terbitan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Departemen Pertambangan dan Energi
tahun 1989, diketahui bahwa areal blok I dan II formasi geologi lebih didominasi
oleh formasi Gabro Biwa dengan luasan 21 049.89 ha dan terdapat juga formasi
Granit Laur dengan luasan 20.11 ha. Tanah- tanah di lokasi PT. Wana Hijau
Pesaguan di blok I dan II berkembang dari batuan beku/matamorfik dan batuan
endapan. Berdasarkan ciri- ciri morfologi tanah di lokasi PT. Wana Hijau
Pesaguan diklasifikasikan ke dalam tiga Ordo yaitu Ultisol, Entisol dan Inceptisol.
Vegetasi Hutan
Hasil pengamatan di lokasi studi, memperlihatkan bahwa tipe vegetasi
yang terdapat di lokasi merupakan vegetasi binaan yang terdiri dari kebun
tanaman budidaya, semak belukar dan alang–alang serta vegetasi hutan
sekunder.Vegetasi binaan/budidaya berdasarkan pengamatan di lapang, dijumpai
beberapa jenis vegetasi binaan yang merupakan tanaman budidaya masyarakat
setempat yang berasal dari tanaman kebun masyarakat, tanaman peneduh dan

9
tanaman buah-buahan/hortikultura. Adapun jenis-jenis yang terdapat pada hutan
sekunder di areal PT. Wana Hijau Pesaguan seperti ubar (Litsea spp), meranti
(Shorea spp), medang (Litsea spp.), mahang (Macaranga sp), pulai ( Alstonia
spp), kelampai (Elateriospermum tapos) dan jenis lainya.
Topografi dan Kelerengan
Topografi areal PT.Wana Hijau Pesaguan termasuk daerah dengan
topografi bervariasi dari mulai landai sampai dengan agak curam dengan
kelerengan antara 8 – 40 %. Sedangkan areal tersebut memiliki ketinggian antara
100-640 mdpl. Pada umumnya terdiri atas lahan berbukit sampai gunung, dan
daerah- daerah yang relative datar dan landai hanya terdapat pada teras sepanjang
tepi sungai dan lembah- lembah yang relative datar dan landai hanya saja
terdapat pada teras sepanjang tepi sungai dan lembah-lembah sempit diantara
bukit-bukit. Kondisi kelas lereng areal kerja IUPHHK- HT PT. Wana Hijau
Pesaguan di setiap bloknya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Penyebaran topografi, bentuk wilayah dan kelerengan lahan IUPHHKHT PT.Wana Hijau Pesaguan pada blok I, II dan III
No

Topografi

Bentuk Wilayah

Kelerengan

Luasan Blok (Ha)
I

1 Datar

Datar- Berombak

2 Landai
3 Bergelombang

II

III

0-8

0

0 13 903.51

Bergelombang

8 - 15

12 589.90

1 851.33 10 534.79

Agak Berbukit

15 - 25

0

0 54 159.51

25- 40

5 450.10

4 Agak Curam
Jumlah

1 178.67

5 307.19
104 975

Sumber: Dokumen ANDAL PT.Wana Hijau Pesaguan Tahun 2009.

Berdasarkan data tersebut di atas, areal studi umunnya bergelombang dan
datar,sehingga dari segi kelayakan teknis sangat cocok dan relative mudah untuk
diterapkan secara operasional kegiatan usaha pemanfatan hasil hutan kayu pada
hutan tanaman. Sedangkan pada daerah-daerah yang sangat curam peruntukannya
bukan untuk pembangunan hutan tanaman, namun akan dijadikan sebagai
kawasan pelestarian alam, pelestarian plasma nutfah, pelestarian satwa. Upaya
konkret yang akan dilakukan adalah melakukan restorasi atau pengayaan flora,
sehingga apabila sudah bisa layak panen, maka akan dilakukan sesuai dengan
peraturaan yang berlaku.
Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1952) kondisi iklim
di areal IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan termasuk tipe iklim A, dengan
curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 1 500–3 000 mm/tahun. Berikut ini
data (Stasiun Meteorologi Rahadi Usman Ketapang 2008) iklim di wilayah
konsesi PT.Wana Hijau Pesaguan meliputi curah hujan, hari hujan, suhu udara,
kelembapan udara dan kecepatan angin pada Tabel 2.

10
Tabel 2 Data iklim 10 tahun terakhir (1998-2007)
Bulan

Curah
Hujan
(mm)

Hari
hujan
(hari)

Temperatur
udara (ºC)

Kelembapan
udara (%)

Kecepatan
angin
(km/jam)

Januari
373
24
26.3
88
2.9
Februari
225
19
26.2
85
3.3
Maret
262
23
26.6
86
3.2
April
345
22
26.5
86
2.9
Mei
214
17
27.3
86
3.2
Juni
205
16
26.9
85
3.2
Juli
200
15
26.7
84
3.2
Agustus
217
14
26.9
84
3.6
September
185
18
26.4
86
3.0
Oktober
304
23
26.5
88
2.8
November
294
22
26.1
87
2.5
Desember
277
25
26.3
89
3.2
Jumlah
3 101
238
1 034
37.0
Rata-rata
282
20
26.6
86
3.1
Sumber: Dokumen ANDAL PT.Wana Hijau Pesaguan Tahun 2009.

Lama
penyinaran
matahari
(%)
52.1
52.6
56.0
56.2
71.9
63.8
68.5
67.1
59.3
58.2
58.7
55.8
720.2
60.01

Berdasarkan data di atas curah hujan diketahui bahwa rata-rata hari hujan
selama 10 tahun terakhir adalah 20 hari, curah hujan rata-rata tahunan 282
mm/tahun. suhu udara selama 10 tahun terakhir dilokasi studi kabupaten ketapang
adalah berkisar antara 26.1- 26.9 °C. Suhu udara rata-rata selama 10 tahun
terakhir 26.6 °C. Kelembapan udara berkisar 84%-89%. Kelembapan udara ratarata 86%. Lama penyinaran berkisar antara 52.1-68.5 % sedangkan rata-ratanya
86 %. Kecepatan angin perbulannya berkisar anatara 2.5 km/jam- 3.6 km/jam,
rata-rata pertahun 3.1 km/jam
Aksebilitas
Areal IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan memiliki aksebilitas yang
cukup. Aksebilitas transportasi dari ibukota Provinsi Kalimantan Barat menuju
lokasi areal IUPHHK-HT PT.Wana Hijau Pesaguan dapat ditempuh dengan rute
sebagai berikut: Pontianak menuju Kota Ketapang (Ibukota Kabupaten Ketapang)
dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan air (kapal ekspress) selama ± 6
(enam) jam atau menggunakan angkutan udara selama 35 menit.
1. Alternatif 1: Ketapang – Kec. Tumbang Titi (darat 4 jam) – Dusun
Betebang /Lokasi (darat 1 jam) melalui jalan Ex Logging HPH.
2. Alternatif 2: Ketapang – Nangga Tayap (Ibu kota Kecamatan Nanga
Tayap) dapat ditempuh menggunakan angkutan darat selama 4 jam- Desa
Betenung/Lokasi (darat 1 jam).

11
Komposisi dan Struktur Tegakan
Banyaknya jumlah jenis pada suatu areal dipengaruhi oleh permudaan suatu
jenis. Komposisi jenis merupakan suatu variabel untuk mengetahui proses suksesi
yang sedang berlangsung pada komunitas di suatu areal, sehingga dapat diketahui
apakah suatu komunitas dan ekosistem tersebut terganggu atau tidak. Berdasarkan
hasil analisis vegetasi di 4 lokasi pada kawasan lindung yaitu lokasi Kawasan
Perlindungan Plasma Nutfah (KPPN), Kawasan Hutan dengan Kelerengan > 25%
dan sempadan sungai bagian kiri kanan dengan total luasan 4 ha di areal
IUPHHK- HT PT. Wana Hijau Pesaguan, diperoleh komposisi jenis meranti
(Shorea sp.) dan non meranti yang dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Jumlah jenis pada tiap lokasi pengamatan
No

Jenis

KPPN

1
2

Meranti (Shorea spp.)
Jenis Lain
Total

4
91
95

KH >
25%
12
116
128

SS kiri

SS kanan

6
75
81

5
72
77

Keterangan : KPPN =Kawasan perlindungan plasma nutfah; KH >25% = Kawasan hutan dengan
kelerengan >25%; SS = Sempadan sungai (kanan-kiri)

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah jenis meranti pada lokasi kawasan
perlindungan plasama nutfah, kawasan hutan dengan kelerengan > 25 % dan
sempadan sungai (kiri-kanan) berturut- turut sebesar 4 jenis meranti, 12 jenis
meranti, 6 jenis meranti dan 5 jenis meranti. Jumlah total keseluruhan jenis pada
3 lokasi yaitu kawasan perlindungan plasma nutfah sebesar 95 jenis, kawasan
hutan dengan kelerengan >25% sebesar 128 jenis dan sempadan sungai kiri
sebesar 81 jenis sedangkan sempadan sungai kanan sebesar 77 jenis. Pada Tabel 4
disajikan perbandingan kerapatan (K) meranti dengan jenis lain.
Tabel 4 Perbandingan kerapatan (K) meranti dengan jenis lain
Lokasi
KPPN
KH > 25%
Sempadan
Sungai kiri
Sempadan
Sungai kanan

Jenis
Meranti (indv/ha)
Jenis lain (indv/ha)
Meranti (indv/ha)
Jenis lain(indv/ha)
Meranti (indv/ha)
Jenis lain (indv/ha)
Meranti (indv/ha)
Jenis lain (indv/ha)

Jumlah pohon
31
325
48
372
25
499
9
315

% perbandingan
8.7
91.3
11.43
88.57
4.77
95.23
2.78
97.22

Keterangan : KPPN =Kawasan perlindungan plasma nutfah; KH >25% = Kawasan hutan dengan
kelerengan >25%

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa persen perbandingan kerapatan jumlah
individu pada lokasi pengamatan kawasan perlindungan pasma nutfah yaitu
jumlah pohon meranti sebanyak 31 individu/ha dengan persentase perbandingan
(8.7%), sedangkan jenis lain sebanyak 325 individu/ha dengan persentase
perbandingan (91.3%). Pada lokasi pengamatan kawasan hutan dengan kelerengan
>25% yaitu jumlah pohon meranti sebanyak 48 individu/ha dengan persentase

12
perbandingan (11.43%), sedangkan untuk jenis lain jumlah kerapatan individu
sebanyak 372 individu/ha dengan persentase perbandingan (88.57%). Lokasi
pengamatan sempadan sungai kiri jumlah kerapatan individu jenis meranti sebesar
25 individu/ha dengan persentase perbandingan sebesar (4.77%), sedangkan untuk
jenis lain jumlah kerapatan individu sebesar 499 individu/ha dengan persentase
perbandingan sebesar (95.23%). Berikutnya untuk lokasi pengamatan sempadan
sungai kanan diperoleh jumlah kerapatan individu meranti sebesar 9 individu/ha
dengan persentase sebesar (2.78%), sedangkan jumlah kerapatan individu jenis
lain sebesar 315 individu/ha dengan persentase sebesar (97.22%). Jika dilihat
berdasarkan hasil pengamatan jelas terdapat perbedaan yang jauh terhadap kondisi
individu dan persentase perbandingan keberadaan meranti pada komunitas
tegakan di setiap lokasi. Pada Gambar 3 disajikan struktur tegakan di lokasi
penelitian.
Total pohon
(N/Ha)

400
222

Jenis Lain

200

72

21

22

9

Meranti (Shorea Spp.)
2

0

7

0

1

0
10-19 cm

20-29 cm

30-39 cm

≥ 50 cm

40-49 cm

Kelas Diameter

(a)
Total pohon
(N/Ha)

500
Jenis Lain

208
20

82

45

9

Meranti (Shorea Spp.)

17

6

20 11

2

0
10-19 cm

20-29 cm

30-39 cm 40-49 cm
Kelas Diameter

≥ 50 cm

Total pohon
(N/Ha)

(b)
500

299
129
14

38

3

Jenis Lain
24 0

5

Meranti (Shorea Spp.)
9
3

0
10-19 cm

20-29 cm

30-39 cm

40-49 cm

≥ 50 cm

Kelas Diameter
Total pohon
(N/Ha)

(c)
400
200

193

Jenis Lain
6

81
0

28

0

Meranti (Shorea Spp.)
6

1

7

2

0
10-19 cm

20-29 cm

30-39 cm
40-49 cm
Kelas Diameter

≥ 50 cm

(d)
Gambar 3 Struktur tegakan lokasi penelitian; (a) kawasan perlindungan plasma
nutfah, (b) kawasan hutan dengan kelerengan > 25%, (c) sempadan
sungai bagian kiri dan (d) sempadan sungai bagian kanan

13

Pada Gambar 3 dapat dilihat jumlah pohon meranti pada tiap diameter
menunjukkan jumlah yang sedikit dibandingkan dengan jenis lain bahkan pada
kelas diameter 30-39 cm dan 40-49 cm pada lokasi pengamatan kawasan
perlindungan plasma nutfah tidak ditemukan kehadiran individu jenis meranti.
Pada kelas diameter ini terlihat pohon diameter >50 cm masih tergolong banyak
dibandingkan dengan kelas diameter 30-39 cm dan 40-49 cm.
Pada kawasan perlindungan plasma nutfah jumlah meranti untuk kelas
diameter 10-19 sebesar 21 individu/ha, kelas diameter 20-29 cm sebesar 9
individu/ha, kelas diameter 30-39 dan 40-49 cm tidak terdapat individu meranti
dan kelas diameter ≥ 50 cm terdapat 1 individu/ha. Hal ini disebabkan oleh
kerusakan akibat adanya penebangan sehingga 1 individu/ha tersebut merupakan
sisa pohon yang tidak di tebang. Sedangkan untuk jenis lain pada lokasi ini kelas
diameter 10-19 cm sebesar 222 individu/ha, kelas diameter 20-29 cm sebesar 72
individu/ha, kelas diameter 30-39 cm sebesar 22 individu/ha, kelas diameter 40-49
cm sebesar 2 individu/ha dan kelas diameter ≥ 50 cm sebesar 7 individu/ha.
Jumlah jenis meranti pada lokasi kawasan hutan dengan kelerengan > 25%
untuk kelas diameter 10-19 sebesar 20 individu/ha, kelas diameter 20-29 cm
sebesar 9 individu/ha, kelas diameter 30-39 sebesar 6 individu/ha dan 40-49 cm
sebesar 2 individu/ha dan kelas diameter ≥ 50 cm terdapat 11 individu/ha.
Sedangkan untuk jenis lain pada lokasi ini kelas diameter 10-19 cm sebesar 208
individu/ha, kelas diameter 20-29 cm sebesar 82 individu/ha, kelas diameter 30-39
cm sebesar 45 individu/ha, kelas diameter 40-49 cm sebesar 17 individu/ha dan
kelas diameter ≥ 50 cm sebesar 20 individu/ha.
Total jumlah individu jenis meranti pada lokasi sempadan sungai bagian
kiri dengan rincian untuk kelas diameter 10-19 sebesar 14 individu/ha, kelas
diameter 20-29 cm sebesar 3 individu/ha, kelas diameter 30-39 sebesar 5
individu/ha dan 40-49 cm sebesar 0 individu/ha dan kelas diameter ≥ 50 cm
terdapat 3 individu/ha. Sedangkan untuk jenis lain pada lokasi ini kelas diameter
10-19 cm sebesar 299 individu/ha, kelas diameter 20-29 cm sebesar 129
individu/ha, kelas diameter 30-39 cm sebesar 38 individu/ha, kelas diameter 40-49
cm sebesar 24 individu/ha dan kelas diameter ≥ 50 cm sebesar 9 individu/ha.
Kondisi struktur tegakan sempadan sungai bagian kanan memiliki jumlah
meranti untuk kelas diameter 10-19 sebesar 6 individu/ha, kelas diameter 20-29
cm sebesar 0 individu/ha, kelas diameter 30-39 sebesar 0 individu/ha dan 40-49
cm sebesar 1 individu/ha dan kelas diameter ≥ 50 cm terdapat 2 individu/ha.
Sedangkan untuk jenis lain pada lokasi ini kelas diameter 10-19 cm sebesar 193
individu/ha, kelas diameter 20-29 cm sebesar 81 individu/ha, kelas diameter 30-39
cm sebesar 28 individu/ha, kelas diameter 40-49 cm sebesar 6 individu/ha dan
kelas diameter ≥ 50 cm sebesar 7 individu/ha.

14
Indeks Nilai Penting (INP)
Nilai untuk melihat dominasi suatu jenis menggunakan indeks nilai penting
(INP). Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan
INP, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar, banyaknya
individu atau kelimpahan (Soerianegara 1996). Dalam suatu ekosistem dapat
dilihat bahwa spesies-spesies yang berkuasa dalam suatu komunitas tumbuhan
memiliki indeks nilai penting yang tinggi. Berikut ini dapat dilihat perbandingan
indeks nilai penting jenis meranti dan jenis lain pada Tabel 5 .
Tabel 5 Indeks nilai penting (INP) tertinggi pada masing- masing lokasi penelitian
Lokasi

No

Nama jenis

INP (%)

KPPN

1
2
3

Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq
Xerospermum noronhianum Bl.
Palaquium calophyllum Pierre.

11.97
11.16
10.44

KH >25%

1
2
3

Xerospermum noronhianum Bl.
Shorea multiflora Sym.
Ficus sp.

10.61
9.92
9.90

SS kiri

1
2
3

Aglaia sp. 2
Syzygium sp. 1.
Gironniera subaequalis Planck.

14.20
13.65
13.04

SS kanan

1
2
3

Macaranga gigantea Mull.Arg.
Koompassia malaccensis Maing.
Macaranga hypoleuca Muell.Arg

23.83
20.26
18.24

Keterangan : KPPN =Kawasan perlindungan plasma nutfah; KH >25% = Kawasan hutan dengan
kelerengan >25%; SS = Sempadan sungai bagian (kanan-kiri)

Berdasarkan Tabel 5 indeks nilai penting tertinggi pada keempat lokasi
yaitu kawasan perlindungan plasma nutfah Anthochepalus cadamba (Roxb.) Miq
dengan nilai 11.97%, kawasan hutan dengan kelerengan >25% Xerospermum
noronhianum Bl. dengan nilai 10.61%, sempadan sungai kiri Aglaia sp. 2 dengan
nilai 14.20% dan sempadan sungai kanan Macaranga gigantea Mull.Arg. dengan
nilai 23.83%. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa indeks nilai penting dari keempat
lokasi tersebut masih di dominasi jenis non meranti. Jenis- jenis pioner ini
umumnya mendominasi atau tumbuh dengan cepat pada hutan yang terganggu.
Berikut ini disajikan Tabel 6 perbandingan indeks nilai penting jenis meranti pada
setiap lokasi penelitian.

15
Tabel 6 Perbandingan indeks nilai penting (INP) jenis meranti pada setiap lokasi
penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Nama Jenis

Lokasi pengamatan
KH>25%
SS Kiri
7.98
10.88
6.03
9.92
1.55
1.91
1.93
5.61
1.55
5.11
0.96
2.77
1.33
1.27
1.09
0.58
0.55
0.55
-

KPPN
9.92
6.99
4.53
1.72
-

Shorea leprosula Miq.
Shorea brunescens Sym.
Shorea multiflora Sym.
Shorea rugosa Heim.
Shorea hopeifolia Sym.
Shorea pauciflora King.
Shorea laevis Ridl.
Shorea acuminatissima Sym.
Shorea retinodes Slook.
Shorea lamellata Foxw.
Shorea ovalis (Korth.) Blume
Shorea macrantha Brand.
Shorea platyclados Sloot.

SS Kanan
2.73
1.69
4.59
0.74
6.68

Keterangan : KPPN =Kawasan perlindungan plasma nutfah; KH >25% = Kawasan hutan dengan
kelerengan >25%; SS = Sempadan sungai bagian (kanan-kiri)

INP merupakan indikator yang sesuai untuk melihat pengaruh perubahan
jumlah jenis. Berkurangnya individu dalam suatu jenis menyebabkan bergesernya
nilai INP jenis tersebut.

Luas Bidang Dasar (LBDS)
Luas bidang dasar (LBDS) pohon dapat digunakan individu dalam
pembagian penggunaan ruang yang meliputi kepadatan bidang dasar dan volume
pohon maupun tegakan. Berikut ini disajikan grafik LBDS jenis meranti dan jenis
lain di masing-masing lokasi penelitian pada Gambar 4.
Total LBDS
(m2/ha)

40
28.59

30

jenis lain

21.45

20
10

jenis meranti

14.09

13.07
7.6
2.12

1.07

1.83

0
KPPN

KH > 25%

Sempadan
sungai kiri
Lokasi Penelitian

sempadan sungai
kanan

Gambar 4 Grafik total luas bidang dasar jenis meranti dan jenis lain pada masingmasing lokasi penelitian

16
Berdasarkan Gambar 4 nilai luas bidang dasar jenis meranti untuk keempat
lokasi tertinggi pada lokasi kawasan hutan dengan kelerengan >25% yaitu
sebesar 7.60 m2/ha sedangkan terendah pada lokasi kawasan perlindungan plasma
nutfah yaitu sebesar 1.07 m2/ha. Pada lokasi sempadan sungai kiri dan kanan
memiliki luas bidang dasar sebesar 2.12 m2/ha dan 1.83 m2/ha. Pada grafik
tersebut luas bidang dasar kawasan hutan dengan kelerengan >25% baik jenis
meranti mapun jenis lain terlihat lebih besar dibandingkan dengan lokasi lainnya.

Dominansi, Keanekaragaman dan Volume
Indeks dominansi jenis merupakan parameter yang menyatakan terpusatnya
dominansi (pengusaan) spesies dalam suatu komunitas (Indriyanto 2008). Dalam
hal ini penguasaan dalam satu komunitas dapat terpusat pada satu spesies,
beberapa spesies atau banyak spesies. Untuk melihat tingkat penguasaan
/dominansi meranti dibandingkan dengan jenis lain disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Indeks dominansi (C) dan indeks keanekaragaman jenis (H’) di lokasi
penelitian
Lokasi

Jenis
Meranti
Jenis lain
KH >25%
Meranti
Jenis lain
Sempadan sungai Meranti
bagian kiri
Jenis lain
Sempadan sungai Meranti
bagian kanan
Jenis lain
KPPN

C
0.002
0.017
0.003
0.011
0.001
0.023
0.0009
0.0279

H’
0.13
4.05
0.48
4.07
0.20
3.73
0.13
3.64

Keterangan : KPPN =Kawasan perlindungan plasma nutfah; KH >25% = Kawasan hutan dengan
kelerengan >25%

Hasil perhitungan indeks dominansi (C) yang disajikan pada Tabel 6 untuk
jenis meranti pada setiap lokasi pengamatan kawasan perlindungan plasma nutfah
sebesar 0.002, kawasan hutan dengan kelerengan > 25% sebesar 0.003, sempadan
sungai kiri sebesar 0.001 dan sempadan sungai kanan sebesar 0.0009.
Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan banyaknya
suatu jenis per satuan luas, semakin besar kerapatan suatu jenis semakin banyak
individu jenis tersebut dalam per satuan luas. Berdasarkan hasil pengamatan
untuk melihat kestabilan populasi dapat dilakukan perhitungan potensi meranti
yaitu dengan menghitung rata-rata jumlah batang dan volume batang pada
beberapa sebaran kelas diameter (10 sampai dengan ≥ 50 cm). Jumlah rata-rata
volume meranti dan jenis lain berbagai kelas diameter per hektar dapat dijadikan
menentukan total volume per hektar. Berikut merupakan kerapatan, potensi
meranti dan jenis lain dapat dilihat pada Tabel 8.

17
Tabel 8 Kerapatan, potensi meranti dengan jenis lain
Lokasi

KPPN

Jenis

Meranti
Jenis lain

KH
>25%

Persentase
Meranti
Meranti
Jenis lain

SS kiri

Persentase
Meranti
Meranti
Jenis lain

SS
kanan

Persentase
Meranti
Meranti
Jenis lain
Persentase
Meranti

Kerapatan
dan
volume
N(ind/ha)
V(m3/ha)
N(ind/ha)
V(m3/ha)
N(%)
V(%)
N(ind/ha)
V(m3/ha)
N(ind/ha)
V(m3/ha)
N(%)
V(%)
N(ind/ha)
V(m3/ha)
N(ind/ha)
V(m3/ha)
N(%)
V(%)
N(ind/ha)
V(m3/ha)
N(ind/ha)
V(m3/ha)
N(%)
V(%)

10-19

Kelas diameter (cm)
20-29 30-39 40-49

≥ 50

21
4.35
222
35.68
8.64
10.87
20
2.83
208
32.99
8.77
7.90
14
2.05
299
41.29
4.47
4.73
6
0.86
193
23.56
3.02
3.52

9
4.89
72
39.66
11.11
10.97
9
4.94
82
41.07
9.89
10.74
3
0.80
129
58.81
2.27
1.34
81
36.41
-

1
3.39
7
63.46
12.50
5,07
11
118.47
20
262.84
35.48
31.07
3
20.87
9
45.84
25.00
31.28
2
23.84
7
58.62
22.22
28.91

0
0
22
30.84
6
8.09
45
51.83
11.76
13.50
5
6.88
38
46.80
11.63
12.82
28
26.83
-

0
0
2
4.71
2
4.82
17
35.88
10.52
11.84
24
50.43
1
2.20
6
11.50
14.29
16.06

Total

31
12.63
325
174.46
32.25
26.91
48
139.14
372
424.61
76.42
75.05
25
30.59
499
243.19
43.37
50.17
9
26.90
315
156.93
39.53
48.49

Keterangan : KPPN =Kawasan perlindungan plasma nutfah; KH >25% = Kawasan hutan dengan
kelerengan >25%; SS = Sempadan sungai (kanan-kiri)

Pada Tabel 8 terlihat bahwa jumlah individu jenis meranti dari keempat
lokasi penelitian kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan hutan dengan
kelerengan > 25%, sempadan sungai bagian kiri dan kanan berturut-turut sebesar
31 individu/ha, 48 individu/ha, 25 individu/ha dan 9 individu/ha. Pada hasil
perhitungan individu dan pendugaan volume jenis lain dapat dilihat bahwa jumlah
individu untuk setiap lokasi pengamatan kawasan perlindungan plasma nutfah,
kawasan hutan dengan kelerengan >25%, sempadan sungai bagian kiri dan
sempadan sungai bagian kanan berturut-turut sebesar 325 individu/ha, 372
individu/ha, 499 individu/ha dan 315 individu/ha. Persentase individu jenis
meranti pada lokasi kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan hutan dengan
kelerengan >25%, sempadan sungai bagian kiri dan bagian kanan yaitu sebesar
32.25%, 76.42%, 43.37% dan 39.53 %. Berikut ini disajikan grafik volume jenis
meranti dan jenis lain pada masing-masing lokasi penelitian pada Gambar 5.

Total volume
(m3/ha)

18
jenis meranti

60

jenis lain

40
20
0
10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 100 - ≥110
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm 109 cm cm
Kelas diameter

(a)
jenis meranti

Total volume
(m3/ha)

100

jenis lain

80
60
40

20
0
10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 100 - ≥ 110
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
109
cm
cm
Kelas diameter

Total volume
(m3/ha)

(b)
80

jenis meranti

jenis lain

60
40
20
0
10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 100- ≥ 110
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm 109cm cm
Kelas diameter

Total volume
(m3/ha)

(c)
jenis meranti

40

jenis lain

20
0
10-19
cm

20-29
cm

30-39
cm

40-49
cm

50-59
cm

60-69
cm

70-79
cm

80-89
cm

90-99 100-109 ≥ 110
cm
cm
cm

Kelas diameter

(d)
Gambar 5 Grafik volume jenis meranti dan jenis lain pada masing-masing lokasi
penelitian; (a) kawasan perlindungan plasma nutfah dan (b) kawasan
hutan dengan kelerengan > 25%, (c) sempadan sungai kiri dan (d)
sempadan sungai kanan

19
Berdasarkan data pada Gambar 5 jumlah volume total per hektar untuk jenis
meranti pada lokasi kawasan perlindungan plasma nutfah sebesar 12.63 m3/ha.
Persentase volume jenis meranti pada kawasan plasma nutfah 26.91%. Jumlah
volume total per hektar untuk jenis meranti di lokasi kawasan hutan dengan
kelerengan > 25% lebih besar dibandingkan ketiga lokasi lainya yaitu sebesar
139.14 m3/ha sedangkan persentase volume meranti pada lokasi ini sebesar 75.05
%. Brikutnya volume total jenis meranti pada lokasi sempadan sungai bagian kiri
yaitu sebesar 30.59 m3/ha serta persentase jumlah volume total jenis meranti
sebesar 50.17% sedangkan untuk jumlah volume total jenis meranti pada lokasi
sempadan sungai bagian kanan yaitu sebesar 26.90 m3/ha dengan persentase
volume total sebesar 48.49 %.
Jumlah volume total jenis lain pada masing-masing lokasi pengamatan yaitu
kawasan perlindungan plasma nutfah sebesar 174.46 m3/ha, kawasan hutan
dengan kelerengan > 25% sebesar 424.61 m3/ha, sempadan sungai bagian kiri
sebesar 243.19 m3/ha dan sempadan sungai bagian kanan sebesar 156.93 m3/ha.
Berdasarkan analisis perhitungan kerapatan individu, jumlah volume total,
persentase jenis meranti dapat dibandingkan dengan jenis lain. Dari hasil
perhitungan diatas dapat dilihat bahwa kerapatan individu, jumlah volume total,
dan persentase jenis meranti lebih besar pada kawasan hutan dengan kelerengan >
25%. Pada lokasi kawasan hutan dengan kelerengan > 25% untuk kelas diameter
≥ 110 cm jenis meranti dan jenis lain masih dapat dijumpai dengan kondisi batang
yang kurang baik, tidak komersil dan letak posisi pohon yang berada di
kelerengan umumnya sulit untuk ditebang sehingga banyak ditinggal sedangkan
untuk lokasi kawasan perlindungan plasma nutfah hanya jenis lain yang masih
dijumpai pada kelas diameter ≥110 cm untuk jenis meranti tidak dijumpai pada
diameter tersebut.

Sebaran Jenis Meranti (Shorea spp.)
Indeks morisita merupakan parameter kualitatif untuk menentukan pola
penyebaran suatu jenis dalam komunitas. Berdasarkan hasil analisis indeks
morisita (Iδ) pada Tabel 9 menunjukkan pola penyebaran jenis meranti (Shorea
spp.) di komunitas alami ekositem hutan. Pada Tabel 9 hasil analisis dari indeks
morisita untuk keseluruhan meranti di lokasi penelitian.
Tabel 9 Indeks morisita (Iδ) seluruh meranti pada lokasi penelitian
Lokasi

Jenis

Indeks morisita (Iδ)

KPPN

Meranti

1.67

KH >25%

Meranti

2.27

Sempadan Sungai (SS) Kiri

Meranti

1.83

Sempadan Sungai (SS) Kanan

Meranti

7.64

Keterangan: indeks morisita (Iδ) > 1, pola penyebaran mengelompok (clumped); (Iδ) = 1, pola
penyebaran acak; (Iδ) < 1, pola penyebaran seragam (uniform); KPPN= Kawasan perlindungan
plasma nutfah; KH >25%= Kawasan hutan dengan kelerengan >25%

20
Berikut ini disajikan hasil analisis indeks morisita masing-masing jenis
meranti pada Tabel 10.
Tabel 10 Indeks morisita (Iδ) masing-masing jenis meranti (Shorea spp.)
Jenis meranti (Shorea spp.)

Lokasi pengamatan
KPPN

KH> 25%

SS Kiri

SS Kanan

Shorea multiflora Sym.

1.56

1.67

25

0

Shorea leprosula Miq.

1.9

6.25

2.94

15

Shorea laevis Ridl.

-

8.33

-

0

Shorea retinodes Slook.

-

0

0

-

Shorea rugosa Heim.

0

0

0

0

Shorea brunescens Sym.

-

8.33

-

-

Shorea hopeifolia Sym.

-

0

0

-

Shorea lamellata Foxw.

-

0

-

-

Shorea acuminatissima Sym.

-

0

-

-

Shorea macrantha Brand.

-

0

-

-

Shorea ovalis (Korth.) Blume

-

0

-

-

Shorea pauciflora King.

-

4.17

0

-

Shorea platyclados Sloot.

-

0

-

0

Keterangan: indeks morisita (Iδ) > 1, pola penyebaran mengelompok (clumped).; (Iδ) = 1, pola
penyebaran acak.; (Iδ) < 1, pola penyebaran seragam (uniform); KPPN =Kawasan perlindungan
plasma nutfah; KH >25% = Kawasan hutan dengan kelerengan >25%; SS = Sempadan sungai
(kanan-kiri)

Berdasarkan Tabel 10 terdapat 13 jenis meranti dengan