Keanekaragaman Tumbuhan di Kawasan Lindung Areal IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan Provinsi Kalimantan Barat

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DI
KAWASAN LINDUNG AREAL IUPHHK-HT
PT. WANA HIJAU PESAGUAN PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

KHALID HAFAZALLAH

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Tumbuhan di Kawasan Lindung Areal IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan
Provinsi Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skrpsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Khalid Hafazallah
NIM E44090032

ABSTRAK
KHALID HAFAZALLAH. Keanekaragaman Tumbuhan di Kawasan Lindung Areal
IUPHHK-HT PT.Wana Hijau Pesaguan Provinsi Kalimantan Barat. Dibimbing oleh
ISTOMO.
Kawasan lindung di areal hutan tanaman perlu dikelola dengan baik guna
pembangunan berkelanjutan. Salah satu langkah awal dalam pengelolaan kawasan
lindung di areal hutan tanaman yaitu dengan mengetahui tingkat keanekaragaman
tumbuhan yang menyusun komunitas tegakan di kawasan lindung. Tujuan penelitian ini
adalah mengukur tingkat keanekaragaman tumbuhan di kawasan lindung areal IUPHHKHT PT. Wana Hijau Pesaguan yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Lokasi
penelitian dilakukan di sempadan sungai, kelerengan lebih dari 40% dan kawasan
pelestarian plasma nutfah (KPPN). Hasil penelitian yang didapat yaitu ditemukannya
sebanyak 295 jenis tumbuhan yang terdiri atas 222 jenis pohon, 32 jenis tumbuhan

bawah, 38 jenis liana dan 3 jenis epifit. Nilai H’ (indeks keanekaragaman ShannonWiener) jenis pohon dengan permudaannya berkisar antara 3.02–4.41, tergolong tingkat
keanekaragaman jenis tinggi. Jenis liana dan tumbuhan bawah memiliki tingkat
keanekaragaman sedang dengan kisaran nilai H’ antara 1.00-3.22. Tingkat
keanekaragaman jenis epifit tergolong rendah sampai sedang dengan nilai H’ antara 01.04. Nilai IS (indeks similaritas) antar lokasi seluruhnya rendah (di bawah 75%) kecuali
pada tumbuhan epifit, hanya KPPN yang memiliki komposisi tumbuhan epifit berbeda
dari pada lokasi lainnya.
Kata kunci: hutan tanaman, Kalimantan Barat, kawasan lindung, keanekaragaman
tumbuhan

ABSTRACT
KHALID HAFAZALLAH. Plant Diversity in Protected Area of IUPHHK-HT PT. Wana
Hijau Pesaguan in Province West Kalimantan. Supervised by ISTOMO.
Protected area in plantation forest should be managed properly in order to
sustainable development. One of the initial steps of the protected area management is by
knowing the level of plant diversity which composing the community of its vegetation.
The aim of this research is to measure plant diversity in protected area of IUPHHK-HT
PT. Wana Hijau Pesaguan in Province West Kalimantan. Vegetation analysis is done at
riverbanks, slope area more than 40% and conservation area of biodiversity. The result is
that there are found 295 species of plants consisting 222 trees, 32 under storey plants, 38
lianas and 3 epiphytes. Shannon-Wiener diversity index (H’) values of trees with

anystage of growth are about 3.02–4.41, which classified as high level of diversity. Under
storey plants and lianas have H’ values about 1.00-3.22 which classified as mid level
diversity. The diversity level of epiphytes are low to mid, with H’ values 0-1.04.
Similarity Index value between all locations are low (less than 75%) except for epiphytes,
which only in conservation area of biodiversity had different epiphytes composition
comparing to the other sites.
Key words: plant diversity, plantation forest, protected area, West Kalimantan

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN
DI KAWASAN LINDUNG AREAL IUPHHK-HT
PT. WANA HIJAU PESAGUAN
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KHALID HAFAZALLAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Keanekaragaman Tumbuhan di Kawasan Lindung Areal IUPHHKHT PT. Wana Hijau Pesaguan Provinsi Kalimantan Barat
Nama

: Khalid Hafazallah

NIM

: E44090032

Disetujui oleh

Dr Ir Istomo, MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian dan dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah
keanekaragaman tumbuhan, dengan judul Keanekaragaman Tumbuhan di
Kawasan Lindung Areal IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan Provinsi
Kalimantan Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa, dukungan materi dan moril serta kasih sayangnya, dan Bapak Dr Ir
Istomo, MS selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan dan
ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak PT. Wana Hijau Pesaguan

yang telah memfasilitasi penelitian ini, Bapak Nur Maulana, Bapak Rohmat
Budiyanto, Bapak Tendi, Bapak Lutfi, Bapak Iwan Ramadiawan, Bapak Rifky
Chandra, Bapak Fauzi Sanusi, Bapak Kode yang menjadi pengenal jenis nama
lokal serta mendampingi penulis ketika penelitian dilakukan di lapangan, Bapak
Anggana dan Bapak Aan dari pihak Puslitbang Kehutanan Bogor yang telah
membantu penulis dalam mengidentifikasi tumbuhan, semua staf PT. Wana Hijau
Pesaguan yang telah membantu selama pengumpulan data, Ma’shum Afnani dan
Fauzia Khaerani, sahabat penulis satu bimbingan yang banyak membantu baik
materi maupun moril, sahabat Sugema (Garry Ginandjar, Taufik Iskandar,
Muhammad Dery Fauzan, Muhammad Firdaus Imran), Silvikulturis 46, temanteman Batosai (Mansyur Triwidodo, Muhamad Yudha Asmara, Ade Guntur, Idris
dan Fikri), teman-teman Rongga (C1 20–31) khususnya Fuad, Reza, Endang
Ginong, Hilmi, Dea, Bowo Tewe, dan Dana, teman-teman Onigiri, IKPMR,
Kribondings, IFSA Lc-IPB, Sascolers, teman-teman SIJ (angk.1996-2009), civitas
akademika Departemen Silvikultur dan Fakultas Kehutanan atas perhatian, do’a
dan dukungannya selama penulis melaksanakan studi di IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014
Khalid Hafazallah


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Prosedur Pengambilan Data
Prosedur Pembuatan Herbarium
Prosedur Analisis Data
Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks dominansi
Indeks kekayaan jenis
Indeks keanekaragaman jenis
Indeks kemerataan jenis
Koefisien kesamaan komunitas

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Hasil
Komposisi jenis
Jenis dominan
Luas bidang dasar
Kerapatan tumbuhan dan struktur tegakan
Indeks dominansi (C)
Indeks kekayaan (R1), keanekaragaman (H’) dan kemerataan (E) jenis
Koefisien kesamaan komunitas (IS)
Tumbuhan dilindungi
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

vi
vi
vi

1
1
1
2
2
2
2
2
3
4
4
5
5
5
6
6
6
6
8
8

9
11
11
13
13
15
16
18
22
22
22
23

DAFTAR TABEL
1 Pembagian areal PT.Wana Hijau Pesaguan
7
2 Penyebaran topografi, bentuk wilayah dan kelerengan lahan di areal
IUPHHK- HT PT.Wana Hijau Pesaguan
7
3 Data iklim rata-rata 10 tahun terakhir (1998-2007)

8
4 Komposisi jenis tumbuhan berdasarkan habitus
9
5 Nilai INP terbesar yang dimiliki tumbuhan pada berbagai tingkat
pertumbuhan dan habitus di tiap kawasan lindung
10
6 Luas bidang dasar pada tingkat pohon dan tiang di lokasi pengamatan
11
7 Kerapatan total dari seluruh jenis pada berbagai tingkat pertumbuhan dan
habitus di tiap kawasan lindung
12
8 Nilai indeks dominansi pada berbagai tingkat pertumbuhan dan habitus di
tiap kawasan lindung
13
9 Nilai indeks kekayaan jenis Margalef (R1), keanekaragaman jenis ShanonWiener (H’) dan kemeratan jenis Pielou (E) pada berbagai tingkat
pertumbuhan dan habitus tumbuhan di tiap kawasan lindung
14
10 Koefisien kesamaan komunitas (IS) di kawasan lindung PT. Wana Hijau
Pesaguan
15
11 Jenis-jenis tumbuhan yang dilindungi yang terdapat pada masing-masing
kawasan lindung PT.Wana Hijau Pesaguan
16
12 Status kelangkaan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada masing-masing kawasan lindung PT.Wana Hijau Pesaguan

17

DAFTAR GAMBAR
1 Desain petak contoh pengamatan dan arah rintis
3
2 Ilustrasi metode analisis vegetasi pada setiap subpetak
3
3 Jumlah jenis pohon dan permudaannya di KPPN (Kawasan Pelestarian
Plasma Nutfah), K > 40% (Kelerengan > 40%), SSKi (Sempadan Sungai
Sisi Kiri), dan SSKa (Sempadan Sungai Sisi Kanan)
9
4 Struktur tegakan pada kawasan lindung berupa KPPN (a), kelerengan >
40% (b), sempadan sungai sisi kiri (c) dan sempadan sungai sisi kanan (d) 12
5 Kerapatan tumbuhan dilindungi (a) dan potensi tegakan seluruh jenis
tumbuhan dilindungi (b) di areal kawasan lindung PT. Wana Hijau
Pesaguan
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta lokasi penelitian
2 Daftar nama jenis tumbuhan di kawasan lindung areal IUPHHK-HT PT. Wana
Hijau Pesaguan

25
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Luas sumber daya hutan di Kalimantan berdasarkan hasil pemadu-serasian
Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRWP) adalah 36.66 juta hektar atau sekitar 30.4% dari luas daratan
Indonesia (BPKH III 2011). Luasnya sumber daya hutan tersebut berdasarkan
fungsinya dibagi menjadi kawasan hutan lindung, hutan produksi dan hutan
konservasi.
Kawasan hutan produksi dapat dimanfaatkan dengan izin usaha
pemanfaatan hasil hutan berupa kayu yaitu hutan tanaman. Hutan tanaman secara
teknis umumnya menggunakan tanaman sistem monokultur. Hal ini menyebabkan
keanekaragaman tumbuhan yang melimpah di hutan Kalimantan (MacKinnon et
al. 1996) menjadi berkurang. Sumargo (2011) melaporkan sampai dengan tahun
2009 luas hutan tanaman industri di Kalimantan telah mencapai 9.97 juta ha. Ini
mengindikasikan pengelolaan hutan secara lestari perlu diterapkan sejak dini, agar
kelestarian hutan alam yang memiliki keanekaragaman tumbuhan tinggi di areal
tersebut terjamin.
Areal hutan tanaman berdasarkan SK Menhut No.246/Kpts-II/1996, dibagi
menurut peruntukannya menjadi areal tanaman pokok (70%), areal tanaman
unggulan (10%), areal tanaman kehidupan (5%), areal infrastruktur (5%) dan
kawasan lindung (10%). Areal kawasan lindung sendiri berdasarkan Keppres RI
No.32 Tahun 1990 merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam,
sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan.
Upaya pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan diperlukan
dalam pengelolaannya. Kelestarian fungsi kawasan lindung dapat terpelihara
dalam jangka panjang jika struktur dan komposisi jenis yang membentuk vegetasi
di dalam kawasan terpelihara dengan baik. Struktur dan komposisi vegetasi dapat
dinilai baik jika diketahui tingkat keanekaragaman tumbuhan yang berperan
penting dalam tegakan tersebut tinggi (Richard 1964; Krebs 1988; Huston 1994;
Mahali 2008). Oleh karena itu, langkah awal yang dapat dilakukan untuk
menentukan pengelolaan kawasan lindung di PT. Wana Hijau Pesaguan yaitu
dengan mengukur tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan lindung
areal tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat keanekaragaman jenis
tumbuhan pada kawasan lindung areal IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan
dan mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi di kawasan lindung
areal IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan dalam kaitannya dengan rencana
pengelolaan hutan yang lestari.

2
Manfaat Penelitian
Hasil studi keanekaragaman tumbuhan ini dapat dijadikan referensi dalam
mengevaluasi status jenis-jenis tumbuhan yang ada di lapangan (hutan) sehingga
dapat menjadi bahan pertimbangan pengelolaan kawasan lindung dan pelestarian
jenis-jenis tumbuhan langka dan dilindungi. Selain itu, hasil studi juga dapat
digunakan untuk mengembangkan potensi tumbuhan lokal yang ada di areal
kawasan lindung IUPHHK-HT untuk dikembangkan pemanfaatannya baik
sebagai tanaman unggulan, tanaman kehidupan maupun manfaat lain.

METODE
Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan
bulan Juli 2013. Pada bulan Mei dilaksanakan pengambilan data di kawasan
lindung areal IUPHHK-HT PT.Wana Hijau Pesaguan, Kabupaten Ketapang,
Kalimantan Barat dan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2013 dilaksanakan
pembuatan herbarium dan identifikasi jenis tumbuhan di bagian Botani dan
Ekologi Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan di Bogor, Jawa
Barat.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan pengambilan data di lapangan
yaitu peta kawasan lindung PT. Wana Hijau Pesaguan, receiver GPS (Garmin
76CSx), klinometer, kompas, parang, patok, tali, hypsometer (Haga), pita ukur 30
meter, thermohygrometer, phiband tape dan meteran jahit, kantong plastik, kertas
label, kertas koran, tally sheet dan alat tulis. Alat-alat yang digunakan dalam
pembuatan herbarium yaitu sasak, kertas koran, kertas label, alat tulis dan oven.
Bahan yang digunakan yaitu alkohol 70% untuk penyimpanan spesimen
sementara. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft
Excel 2007.
Prosedur Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode analisis vegetasi
berupa petak tunggal berukuran 1 ha (100 m x 100 m) sebanyak 4 petak yang
mewakili sempadan sungai sisi kiri (SSKi) dan sisi kanan (SSKa), Kawasan
Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN), dan areal dengan kelerengan lebih dari 40%
(K > 40%). Peletakan petak dilakukan dengan metode purposive sampling dengan
memperhatikan aspek keterwakilan, waktu, biaya dan tenaga.
Setiap petak contoh berukuran 100 m x 100 m terdapat subpetak-subpetak
yang berukuran 20 m x 20 m untuk tingkat pohon, epifit dan liana berkayu, 10 m
x 10 m untuk tingkat tiang, 5 m x 5 m untuk tingkat pancang, liana non-kayu, dan
2 m x 2m untuk tingkat semai, dan tanaman bawah (herba, terna, perdu, paku-

3
pakuan dan palem-paleman). Desain petak contoh dan ilustrasi metode
pengambilan data pada setiap petak dapat dilihat pada Gambar 1 dan subpetak
pada Gambar 2.

Gambar 1 Desain petak contoh pengamatan dan arah rintis (

)

Keterangan :
A = subpetak untuk tingkat semai (2 m x 2 m)
B = subpetak untuk tingkat pancang (5 m x 5 m)
C = subpetak untuk tingkat tiang
(10 m x 10 m)
D = subpetak untuk tingkat pohon (20 m x 20 m)

Gambar 2 Ilustrasi metode analisis vegetasi pada setiap subpetak
Prosedur Pembuatan Herbarium
Spesimen-spesimen yang telah diambil dari lapangan masing-masing diberi
label dan dibungkus dengan kertas koran. Spesimen-spesimen yang telah
dibungkus kertas koran dikumpulkan pada sasak dan dilakukan pengeringan
menggunakan oven selama 24 jam dengan suhu 105 °C. Herbarium yang telah
kering diidentifikasi dengan cara mencocokkan herbarium yang baru dibuat

4
dengan herbarium hasil koleksi yang ada di Badan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan bagian Botani dan Ekologi Hutan di Bogor.
Prosedur Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menghitung jumlah jenis, jumlah individu
tiap jenis, diameter batang setinggi dada untuk tingkat pohon dan tiang dan
frekuensi jenis yang selanjutnya didapatkan indeks-indeks yang dibutuhkan untuk
dianalisis agar dapat ditarik kesimpulan. Indeks-indeks yang digunakan pada
penelitian ini yaitu indeks nilai penting (INP), indeks dominansi Simpson (C),
indeks kekayaan jenis Margalef (R1), indeks keanekaragaman jenis ShannonWiener (H’), indeks kemerataan jenis Pielou (E), dan koefisien kesamaan
komunitas (indeks similaritas SǾrensen) IS.
Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menetapkan komposisi jenis
dan dominasi suatu jenis pada suatu tegakan. Nilai INP dihitung dengan
menjumlahkan nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi
relatif (DR) (Soerianegara & Indrawan 2002).
Σ

a

Kerapatan (K)

=

Kerapatan Relatif (KR)

=

Frekuensi (F)

=

Frekuensi Relatif (FR)

=

Dominansi (D)

=

Dominansi Relatif (FR)

=

Indeks Nilai Penting (INP)

= KR + FR (untuk tingkat semai, pancang
dan tumbuhan bukan pohon)

Indeks Nilai Penting (INP)

= KR + FR + DR (untuk tingkat tiang dan
pohon)

a

a aa

Σ

a

a aa

Σ

D

D

a
a

F

F

x 1 ha

a
BDS

a

a

a

a

a

a

x

%

x

%

x

%

x 1 ha
a

5
Indeks dominansi
Indeks dominansi Simpson digunakan untuk menentukan dimana dominasi
dipusatkan dalam suatu komunitas (Soerianegara & Indrawan 2002). Indeks
dominansi ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

C = Σ (Ni/N)²
Keterangan : C = Indeks dominansi
Ni = INP tiap jenis
N = Total INP seluruh jenis
Indeks kekayaan jenis
Besarnya kekayaan jenis dapat diketahui dengan menggunakan indeks
kekayaan jenis Margalef (Ludwig & Reynold 1988). Kusuma (2007)
mengungkapkan bahwa indeks kekayaan jenis Margalef memiliki tingkat
sensitivitas yang tinggi dan respon yang baik untuk menggambarkan kekayaan
jenis. Indeks kekayaan jenis dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
R1 =
Keterangan : R1
S
N
ln

S-1
ln (N)

= Indeks kekayaan jenis Margalef
= Jumlah jenis
= Jumlah total individu
= Logaritma natural

Magurran (1988) menyatakan besaran R1 < 3.5 menunjukkan kekayaan
jenis tergolong rendah, 3.5 < R1 < 5.0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong
sedang dan R1 > 5.0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong tinggi.
Indeks keanekaragaman jenis
Indeks keanekaragaman jenis adalah parameter yang berguna untuk
mengetahui tingkat keanekaragaman jenis. Indeks keanekaragaman ShannonWiener (H’) merupakan indeks yang paling banyak digunakan dalam ekologi
komunitas (Ludwig dan Reynold 1988) karena memiliki sensitivitas yang tinggi
untuk menggambarkan struktur komunitas (Ortega et al. 2004) dan mengetahui
perubahan yang terjadi pada jenis-jenis langka atau tidak dominan (Magurran
2004). Persamaan untuk menghitung indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
adalah sebagai berikut :
H’ =
Keterangan : H’
s
ni
N
ln

=
=
=
=
=

- ∑si=1 [

ni
N

ln

ni
N

]

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Jumlah jenis
Kerapatan jenis ke - i
Total kerapatan
Logaritma natural

6
Indeks kemerataan jenis
Indeks kemerataan jenis dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
H'
H'
E=
=
H'max
ln (S)
Keterangan : E =
H’ =
S =
ln =

Indeks kemerataan jenis
Indeks keanekaragaman jenis
Jumlah jenis
Logaritma natural

Magurran (1988) menyatakan bahwa besaran E < 0.3 menunjukkan
kemerataan jenis rendah, 0.3 < E < 0.6 menunjukkan tingkat kemerataan jenis
tergolong sedang dan E > 0.6 menunjukkan tingkat kemerataan jenis tergolong
tinggi.
Koefisien kesamaan komunitas
Koefisien kesamaan komunitas merupakan nilai yang digunakan untuk
mengetahui kesamaan relatif dari komposisi jenis dan struktur antara dua
komunitas yang dibandingkan (Soerianegara & Indrawan 2002). Persamaan yang
digunakan adalah:
2W
C (IS) =
a+b
Dimana , C (IS)
W

a
b

= Koefisien kesaman komunitas
= Jumlah nilai INP yang sama atau terendah ( ≤ )
dari dua jenis-jenis yang terdapat dalam dua
komunitas berbeda
= Jumlah nilai INP dari semua jenis yang
terdapat dalam komunitas pertama yang dibandingkan
= Jumlah nilai INP dari semua jenis yang
terdapat dalam komunitas kedua yang dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan No. SK 719/MenhutII/2009 tanggal 19 Oktober 2009, PT.Wana Hijau Pesaguan diberi hak
pengusahaan hutan seluas 104 975 ha, dengan pembagian areal seperti yang
disajikan pada Tabel 1.

7
Tabel 1 Pembagian areal PT.Wana Hijau Pesaguana
No.

Peruntukan lahan

1.

Kawasan lindung
Sarana dan prasarana (jalan, persemaian, kebun
benih, dan lain-lain.)
Areal dikuasai pihak lain
Dikembalikan kepada Pemerintah
Areal tanaman pokok THPB
Areal tanaman unggulan
Areal tanaman kehidupan
Jumlah

2.
3.
4.
5.
6.
7.
a

Luas (ha)

Jumlah (%)

14 830

14.13

299

0.28

3 211
21 070
47 270
10 935
7 360
104 975

3.06
20.07
45.03
10.42
7.01
100.00

Sumber : RKUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan

Areal PT. Wana Hijau Pesaguan secara geografis terletak di antara 110˚10’
BT–110˚56’ BT dan 0˚37’ LS–0˚46’ LS. Batas-batas persekutuan areal PT. Wana
Hijau Pesaguan yaitu sebagai berikut:
Sebelah Utara : IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur
Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Tengah
Sebelah Selatan : IUPHHK-HA PT.Wanakayu Batu Putih
Sebelah Barat : Perkebunan PT. Hijau Permata Wana Lestari.
Formasi geologi di areal PT.Wana Hijau Pesaguan lebih didominasi oleh
formasi Granit Sukadana dengan luasan 67 376.34 ha dan terdapat juga formasi
batuan gunung api Kerabai, Granit Sangiyang dan Komplek Ketapang
berdasarkan Peta Geologi Provinsi Kalimantan Barat, terbitan Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi Departemen Pertambangan dan Energi tahun 1989
(Dokumen ANDAL 2009). Tanah di lokasi PT. Wana Hijau Pesaguan
berkembang dari batuan beku/metamorfik dan batuan endapan. Tanah di lokasi PT.
Wana Hijau Pesaguan diklasifikasikan ke dalam tiga Ordo yaitu Ultisol, Entisol
dan Inceptisol berdasarkan dari sifat-sifat tanah dan cara pembentukannya.
Topografi di areal IUPHHK-HT PT.Wana Hijau Pesaguan termasuk daerah
dengan topografi bervariasi dari mulai landai sampai dengan agak curam dengan
kelerengan antara 8–40 %, dengan ketinggian areal berkisar antara 100–640 mdpl.
Pada umumnya areal terdiri atas lahan berbukit sampai gunung, sedangkan
daerah-daerah yang relatif datar dan landai hanya terdapat pada teras sepanjang
tepi sungai dan lembah-lembah sempit di antara bukit-bukit. Kondisi kelas lereng
areal kerja IUPHHK- HT PT.Wana Hijau Pesaguan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Penyebaran topografi, bentuk wilayah dan kelerengan lahan di areal
IUPHHK- HT PT.Wana Hijau Pesaguana
No.
1
2
3
4
a

Topografi
Datar
Landai
Bergelombang
Agak Curam

Bentuk Wilayah
Datar–berombak
Bergelombang
Agak berbukit
Berbukit
Jumlah

Kelerengan (%)
0–8
8–15
15–25
25–40

Sumber : Dokumen ANDAL PT.Wana Hijau Pesaguan (2009)

Luas (ha)
13 903.51
10 534.79
54 159.51
5 307.19
83 903.00

8
Iklim di areal IUPHHK-HT PT.Wana Hijau Pesaguan, berdasarkan sistem
klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk dalam curah hujan tipe A dan dapat
digolongkan dalam iklim tropis. Rata-rata jumlah curah hujan tahunan mencapai
lebih dari 2500 mm/tahun dan rata-rata hari hujan mencapai 20 hari/bulan. Data
iklim yang meliputi curah hujan, hari hujan, suhu udara, kelembapan udara dan
kecepatan angin dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Data iklim rata-rata 10 tahun terakhir (1998-2007)a
Bulan

Curah
hujan
(mm)

Hari
hujan
(hari)

373
224
262
344
213
204
200
217
185
303
293
276
3099
258

24
19
23
22
17
16
15
14
18
23
22
25
240
20

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Rata-rata

26.3
26.2
26.6
26.5
27.3
26.9
26.7
26.9
26.4
26.5
26.1
26.3

88
85
86
86
86
85
84
84
86
88
87
89

2.9
3.3
3.2
2.9
3.2
3.2
3.2
3.6
3.0
2.8
2.5
3.2

Panjang
penyinaran
matahari
(%)
52.1
52.6
56.0
56.2
71.9
63.8
68.5
67.1
59.3
58.2
58.7
55.8

26.6

86

3.1

60.1

Suhu
(ºC)

Kelembapan
udara
(%)

Kecepatan
angin
(km/jam)

a

Sumber : Stasiun Meteorologi Rahadi Usman, Ketapang (2008) dalam Dokumen ANDAL
PT.Wana Hijau Pesaguan (2009)

Hasil
Komposisi jenis
Komposisi jenis merupakan susunan jenis tumbuh-tumbuhan yang
menyusun suatu tegakan. Di hutan hujan tropis umumnya tersusun atas jenis-jenis
tumbuhan berhabitus pohon, perdu, herba, liana, epifit dan palem-paleman.
Jumlah jenis tumbuhan berhabitus pohon dengan permudaannya di areal kawasan
lindung IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan disajikan pada Gambar 3.
Jumlah jenis tumbuhan untuk semua habitus (pohon, liana, tumbuhan bawah dan
epifit) yang terdapat di KPPN, K > 40%, sempadan SSKi dan SSKa disajikan
pada Tabel 4. Daftar jenis tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 2.

9
120

104

100
75

80

77

78 79

70

67
55

60

50

49 48
37

40

61

36

31

39

20

Semai
Pancang
Tiang
Pohon

0
KPPN

K > 40%

SSKi

SSKa

Gambar 3 Jumlah jenis pohon dan permudaannya di KPPN (Kawasan Pelestarian
Plasma Nutfah), K > 40% (Kelerengan > 40%), SSKi (Sempadan Sungai
Sisi Kiri), dan SSKa (Sempadan Sungai Sisi Kanan)

Berdasarkan Gambar 3, jumlah jenis pohon tertinggi pada semua tingkat
pertumbuhan terdapat di SSKI dengan jumlah jenis terbanyak pada tingkat
pancang. Jumlah jenis tumbuhan terbanyak terdapat pada tingkat pohon di KPPN,
K > 40% dan SSKA.
Tabel 4 Jumlah jenis tumbuhan berdasarkan habitus
No.

Kawasan
lindung

1
2
3
4
5

KPPN
K > 40%
SSKi
SSKa
Semua

Pohon dan
permudaan
75
93
156
89
222

Habitus
Tumbuhan
bawah
11
9
17
8
32

Liana

Epifit

15
14
27
28
38

3
1
2
2
3

Jumlah
104
117
202
127
295

Keterangan : KPPN (Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah); K>40% (Kelerengan > 40%);
SSKi (Sempadan Sungai Kiri); SSKa (Sempadan Sungai Kanan); Semua (Gabungan keempat
areal kawasan lindung)

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui jumlah jenis tumbuh-tumbuhan
terbanyak seluruhnya terdapat di SSKi (kecuali epifit), selanjutnya SSKa, K >
40%, dan KPPN. Jumlah jenis epifit paling banyak terdapat di SSKa. Jumlah jenis
tumbuh-tumbuhan di semua areal kawasan lindung terdapat 295 jenis, yang terdiri
atas 222 jenis pohon dan permudaan, 32 jenis tumbuhan bawah, 38 jenis liana dan
3 jenis epifit.
Jenis dominan
Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jenis-jenis yang memiliki Indeks Nilai
Penting (INP) terbesar dapat dilihat pada Tabel 5.

10
Tabel 5 Nilai INP terbesar yang dimiliki tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan
dan habitus di tiap kawasan lindung
No.

Kawasan
lindung
KPPN

Tingkat
pertumbuhan
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Liana
Epifit
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Liana
Epifit
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Liana
Epifit
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Liana
Epifit

Nama jenis

INP
(%)
18.26
17.19
19.28
20.04
39.55
37.49
85.45
18.94
23.02
27.88
15.08
66.37
31.11
200.00
15.58
7.50
16.35
18.59
32.61
42.11

Kayu batu (Irvingia malayana)
Tetugal (Polyalthia spathulata)
Ponggo (Shorea leprosula)
Lengkuham (Xerospermum noronhianum)
Pakurane (Selaginella usteri)
Rotan dakan (Calamus sp.)
Akar pepadi (Drymoglossum pilosseloides)
Linang (Ardisia teysmanniana)
K > 40%
2
Tetugal (P. spathulata)
Kokopar (Mammea anastomosans)
Beketambah (Scaphium macropodium)
Kungkonjing (Calathea sp.2)
Rotan ginap (Korthalsia sp.)
Akar pepadi (D. pilosseloides)
Kayu batu (I. malayana)
SSKi
3
Bongkal (Nauclea orientalis)
Berobak (Gironniera subaequalis)
Belanti (Meiogyne montana)
Pakurane (S. usteri)
Akar kerokuso (Bauhinia sp.)
Akar pepadi (D. pilosseloides)
156.82
Tetugal (P. spathulata)
SSKa
26.03
4
Tetugal (P. spathulata)
27.17
Lengkuham (X. noronhianum)
18.94
Belanti (M. montana)
28.87
Pakurane (S. usteri)
50.52
Akar tetingal (Lasianthus sp.)
19.74
Akar pepadi (D. pilosseloides)
157.14
Keterangan : KPPN (Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah); K>40% (Kelerengan > 40%); SSKi
(Sempadan Sungai Kiri); SSKa (Sempadan Sungai Kanan)

1

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa pada tingkat semai di KPPN dan
SSKi, jenis tumbuhan yang memiliki INP tertinggi sama, yaitu kayu batu (I.
malayana). Nilai INP tertinggi untuk tingkat semai di K > 40% dan SSKa masingmasing adalah linang (A. teysmanniana) dan tetugal (P. spathulata). Pada tingkat
pancang, jenis tumbuhan yang memiliki INP tertinggi sama di semua lokasi yaitu
tetugal (P. spathulata), kecuali di SSKi, yaitu bongkal (N.orientalis). Hal ini
menunjukkan permudaan tetugal (P. spathulata) melimpah di kawasan lindung
PT. Wana Hijau Pesaguan.
Jenis tumbuh-tumbuhan tingkat tiang yang memiliki INP tertinggi yaitu
ponggo (S. leprosula) di KPPN, kokopar (M. anastomosans) di K > 40%, berobak
(G. subaequalis) di SSKi dan belilin (P. lateriflora) di SSKa. Jenis tumbuhtumbuhan pada tingkat pohon yang memiliki INP tertinggi di KPPN yaitu
lengkuham (X. noronhianum), di K > 40% beketambah (Scaphium macropodium),
dan di sempadan sungai baik kiri maupun kanan didominasi oleh jenis yang sama,
yaitu belanti (M. montana).

11
Jenis tumbuhan non-pohon berupa tumbuhan bawah di KPPN dan sempadan
sungai (kanan dan kiri) didominasi oleh pakurane (S. usteri). Hal ini menunjukkan
pakurane (S. usteri) melimpah bahkan mendominasi areal kawasan lindung PT.
Wana Hijau Pesaguan. Jenis liana di SSKi didominasi oleh akar kerokuso
(Bauhinia sp.), di SSKa oleh akar tetingal (Lasianthus sp.), sedangkan di KPPN
dan K > 40% didominasi oleh jenis rotan (Calamus sp. dan Korthalsia sp.). Jenis
epifit seluruhnya didominasi oleh akar pepadi (D. pilosseloides). Pada areal K >
40% bahkan hanya ditemukan akar pepadi untuk tumbuhan epifit.
Luas bidang dasar
Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jenis-jenis yang memiliki luas bidang
dasar (LBDS) tertinggi disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Luas bidang dasar pada tingkat pohon dan tiang di lokasi pengamatan
Kawasan
Lindung
KPPN
K > 40%
SSKi
SSKa

Tingkat
pertumbuhan
Pohon
Tiang
Pohon
Tiang
Pohon
Tiang
Pohon
Tiang

Nama jenis
Xerospermum noronhianum
Shorea leprosula
Scaphium macropodium
Mammea anastomosans
X. noronhianum
Gironniera nervosa
S. leprosula
Meiogyne montana
X. noronhianum

LBDS5 jenis
dominan
2
(m /ha)
%
1.87 8.77
0.56 6.90
1.64 8.72
1.00 9.12
2.10 10.37

LBDS
seluruh jenis
(m2/ha) %
21.32
8.12
18.81
10.96
20.25

100
100
100
100
100

5.84

5.48

100

2.27 10.05
0.72 8.67

22.59
8.30

100
100

0.28

Keterangan : KPPN (Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah); K>40% (Kelerengan > 40%); SSKi
(Sempadan Sungai Kiri); SSKa (Sempadan Sungai Kanan); LBDS (Luas Bidang
Dasar)

Dari Tabel 6 diketahui bahwa pada tingkat pohon LBDS terbesar terdapat di
SSKa, sedangkan pada tingkat tiang terdapat di K > 40%. LBDS terbesar secara
keseluruhan terdapat di SSKa.
Jenis pohon yang memiliki LBDS terbesar yaitu lengkuham (X. noronhianum)
yang terdapat di KPPN dan sempadan sungai (kiri dan kanan). Jenis tumbuhan tingkat
tiang yang memiliki LBDS terbesar di SSKi ada 2 jenis, yaitu berobak (G. Subaequalis)
dan ponggo (S. leprosula) dengan nilai LBDS sebesar 0.28 m2/ha.

Kerapatan tumbuhan dan struktur tegakan
Kerapatan tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan dan habitus di tiap
kawasan lindung dapat dilihat pada Tabel 7.

12
Tabel 7 Kerapatan total dari seluruh jenis pada berbagai tingkat pertumbuhan dan habitus
di tiap kawasan lindung
Kawasan lindung
No.
Tingkat pertumbuhan
KPPN
K > 40%
SSKi
SSKa
(N/ha)
(N/ha)
(N/ha)
(N/ha)
1 Semai
11 900
16 800
20 600
23 800
2 Pancang
2 112
2 944
3 792
3 488
3 Tiang
504
612
592
476
4 Pohon
177
214
177
199
5 Tumbuhan bawah
23 700
17 600
26 700
3 700
6 Liana
614
646
1 694
1 409
7 Epifit
11
18
11
14
Keterangan : KPPN (Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah); K>40% (Kelerengan > 40%); SSKi
(Sempadan Sungai Kiri); SSKa (Sempadan Sungai Kanan)

Kerapatan tertinggi untuk tingkat semai terdapat di SSKa, sedangkan
kerapatan semai terendah terdapat di KPPN. Kerapatan tertinggi untuk tingkat
pancang terdapat di SSKi, sedangkan kerapatan pancang terendah terdapat di
KPPN. Kerapatan tertinggi untuk tingkat tiang terdapat di K > 40%, sedangkan
kerapatan tiang terendah terdapat di SSKa. Kerapatan tertinggi untuk tingkat
pohon terdapat di K > 40%, sedangkan kerapatan pohon terendah terdapat di
KPPN dan SSKi.
Kerapatan tertinggi untuk tumbuhan bawah terdapat di SSKi, sedangkan
kerapatan tumbuhan bawah terendah terdapat di SSKa. Kerapatan tertinggi untuk
liana terdapat di SSKi, sedangkan kerapatan liana terendah terdapat di KPPN.
Kerapatan tertinggi untuk epifit terdapat di K > 40%, sedangkan kerapatan epifit
terendah terdapat di KPPN dan SSKi.
Struktur tegakan di tiap kawasan lindung disajikan pada Gambar 4. Struktur
tegakan di semua lokasi kawasan lindung sesuai dengan struktur hutan alam pada
umumnya, yaitu memiliki bentuk kurva menyerupai huruf “J” terbalik.
600
500
400
300
200
100
0

504

700
600
500
400
300
200
100
0

592

92

39 20 10 5

2

9

700
600
500
400
300
200
100
0

612

500

476

146
38 18 3

5

1

3

47 26 18
5

3

6

400
300
200

93 45
16 7

8

4

4

100

94

0

Gambar 4 Struktur tegakan pada kawasan lindung berupa KPPN (a), kelerengan > 40%
(b), sempadan sungai sisi kiri (c) dan sempadan sungai sisi kanan (d)

13
Indeks dominansi (C)
Hasil dari analisis vegetasi didapatkan indeks dominansi (C) yang disajikan
pada Tabel 8.
Tabel 8 Nilai indeks dominansi pada berbagai tingkat pertumbuhan dan habitus di tiap
kawasan lindung
No.
1
2
3
4
5
6
7

Tingkat pertumbuhan
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Liana
Epifit

KPPN
0.05
0.03
0.03
0.03
0.14
0.10
0.36

Kawasan lindung
K > 40%
SSKi
0.05
0.03
0.04
0.02
0.03
0.02
0.03
0.03
0.22
0.09
0.09
0.09
1.00
0.66

SSKa
0.06
0.05
0.02
0.03
0.17
0.05
0.66

Keterangan : KPPN (Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah); K>40% (Kelerengan > 40%); SSKi
(Sempadan Sungai Kiri); SSKa (Sempadan Sungai Kanan)

Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa pada tumbuhan epifit di K > 40%
terdapat satu jenis yang mendominasi komunitas sehingga nilai C mencapai 1.00.
Nilai C tumbuhan epifit juga tinggi di sempadan sungai baik sisi kiri maupun
kanan yaitu mencapai 0.66. Nilai C tumbuhan epifit paling rendah terdapat di
KPPN yaitu sebesar 0.36, yang berarti tidak didominasi hanya satu jenis.
Tumbuhan liana memiliki nilai C berkisar antara 0.05-0.10. Nilai C tertinggi
terdapat di KPPN (0.10) dan terendah terdapat di SSKa (0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada jenis liana tertentu yang mendominasi areal
kawasan lindung.
Dominansi tumbuhan bawah tertinggi yaitu di K > 40% dengan nilai C
mencapai 0.22, sedangkan yang terendah terdapat di SSKi dengan nilai C sebesar
0.09. Hal ini menunjukkan bahwa di areal K > 40% terdapat beberapa jenis
tumbuhan bawah tertentu yang mendominasi dan jenis-jenis tersebut memiliki
nilai INP yang cukup besar jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan bawah
lainnya.
Pada tumbuhan berhabitus pohon dengan berbagai tingkat pertumbuhan
memiliki nilai (C) berkisar antara 0.02-0.06 di berbagai lokasi kawasan lindung.
Hal ini menunjukkan bahwa tegakan hutan di kawasan tersebut tidak didominasi
oleh jenis tertentu baik pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon.
Indeks kekayaan (R1), keanekaragaman (H’) dan kemerataan (E) jenis
Kajian ekologis mengenai keanekaragaman tumbuhan umumnya dianalisis
dengan menggunakan nilai indeks kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan
jenis (Soerianegara & Indrawan 2002). Indeks kekayaan jenis (R1) menunjukkan
nilai banyaknya jenis (spesies) tumbuhan terhadap jumlah individu seluruh jenis
di suatu areal. Indeks keanekaragaman jenis (H’) menunjukkan proporsi
kelimpahan individu setiap jenis di suatu areal. Indeks kemerataan (E)
menunjukkan apakah kelimpahan individu setiap jenis di suatu areal proporsional
atau tidak (Pielou 1969). Nilai R1, H’ dan E tumbuhan dengan berbagai tingkat

14
pertumbuhan dan habitus di tiap kawasan lindung areal PT.Wana Hijau Pesaguan
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Nilai indeks kekayaan jenis Margalef (R1), keanekaragaman jenis ShanonWiener (H’) dan kemeratan jenis Pielou (E) pada berbagai tingkat
pertumbuhan dan habitus tumbuhan di tiap kawasan lindung
Indeks
Indeks
Indeks
kekayaan keanekaragaman kemerataan
Kawasan
Tingkat pertumbuhan
Margalef
Shanon-Wiener
Shannon
lindung
(R1)
(H’)
(E)
KPPN

Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Liana
Epifit

7.53
9.83
9.70
10.43
1.83
3.25
0.83

3.31
3.60
3.65
3.76
2.02
2.15
1.04

0.92
0.93
0.94
0.94
0.84
0.79
0.95

K > 40%

Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Liana
Epifit

6.83
9.40
10.29
13.80
1.54
2.79
0

3.15
3.51
3.97
4.13
1.54
2.17
0

0.87
0.90
0.94
0.96
0.70
0.82
0

SSKi

Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Liana
Epifit

14.26
18.84
15.41
15.07
4.43
5.01
0.42

3.90
4.41
4.13
4.07
2.40
2.33
0.47

0.90
0.95
0.95
0.93
0.75
0.71
0.68

SSKa

Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Liana
Epifit

5.48
7.06
12.55
13.04
1.94
5.20
0.38

3.02
3.15
3.93
3.92
1.77
2.99
0.41

0.88
0.86
0.95
0.92
0.85
0.90
0.59

Keterangan : KPPN (Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah); K>40% (Kelerengan > 40%); SSKi
(Sempadan Sungai Kiri); SSKa (Sempadan Sungai Kanan)

Berdasarkan Tabel 9, nilai indeks kekayaan jenis (R1) pohon dengan
berbagai tingkat pertumbuhannya paling tinggi terdapat di SSKI, yaitu berkisar
antara 14.26–18.84. Nilai R1 tumbuhan non-pohon berupa tumbuhan bawah dan
epifit paling tinggi juga terdapat di SSKI. Hanya jenis liana yang memiliki nilai
R1 tertinggi di SSKa.
Tumbuhan berhabitus pohon di semua lokasi memiliki tingkat kekayaan
jenis yang tinggi. Hal ini dikarenakan jenis-jenis pohon di semua lokasi memiliki
nilai R1 lebih besar dari 5 (Magurran 1988). Sedangkan tumbuhan non-pohon

15
berupa tumbuhan bawah termasuk kategori rendah sampai sedang, liana rendah
sampai tinggi dan epifit rendah.
Pada tumbuhan berhabitus pohon pada berbagai tingkat pertumbuhan di
semua kawasan lindung PT.Wana Hijau Pesaguan memiliki nilai indeks
keanekaragaman jenis (H’) berkisar antara 3.02–4.41. Restu (2002) menyatakan
nilai H’ < 1.00 menunjukkan keanekaragaman jenis rendah, 1.00 < H’ < 3.22
keanekaragaman jenis tergolong sedang, dan H’ > 3.22 berarti keanekaragaman
jenis tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman pohon pada
berbagai tingkat pertumbuhan termasuk dalam kategori sedang sampai tinggi.
Pada tumbuhan non-pohon berupa tumbuhan bawah di seluruh lokasi pengamatan
memiliki nilai H’ berkisar antara 1.54–2.40 dan termasuk dalam kategori sedang.
Adapun tumbuhan liana dan epifit memiliki nilai H’ masing-masing berkisar
antara 2.15–2.44 dan 0–1.04. Hal ini menunjukkan keanekaragaman jenis liana
termasuk dalam kategori sedang, dan epifit termasuk dalam kategori rendah
sampai sedang.
Nilai indeks kemerataan (E) seluruh tumbuh-tumbuhan kecuali epifit di
kawasan lindung PT. Wana Hijau Pesaguan berkisar antara 0.68–0.96.
Berdasarkan Magurran (1988), seluruh tumbuh-tumbuhan kecuali epifit di
kawasan lindung PT. Wana Hijau Pesaguan memiliki tingkat kemerataan yang
tinggi. Sedangkan nilai E pada epifit beragam, yakni berkisar antara 0–0.95. Nilai
E di K > 40% adalah 0 yang berarti termasuk dalam kategori rendah dan hanya
ada satu jenis yang terdapat di lokasi tersebut. Adapun nilai E di SSKa sebesar
0.59 termasuk kategori sedang, sedangkan di SSKi dan KPPN nilai E masingmasing sebesar 0.68 dan 0.95, yang termasuk kategori tinggi.
Koefisien kesamaan komunitas (IS)
Besarnya nilai koefisien kesamaan komunitas (IS) menunjukkan serupa atau
tidaknya struktur dan komposisi dari dua komunitas areal kawasan lindung
PT.Wana Hijau Pesaguan yang dibandingkan. Nilai IS masing-masing
perbandingan kawasan lindung PT.Wana Hijau Pesaguan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Koefisien kesamaan komunitas (IS) di kawasan lindung PT. Wana Hijau
Pesaguan

Tingkat
tumbuhan
Pohon
Tiang
Pancang
Semai
Tumbuhan bawah
Liana
Epifit

Koefisien kesamaan komunitas antar areal kawasan
lindung PT.Wana Hijau Pesaguan (%)
K> 40%
x
KPPN

K > 40%
x
SSKi

K > 40%
x
SSKa

KPPN
x
SSKi

KPPN
x
SSKa

SSKi
x
SSKa

30.09
24.03
29.66
25.01
19.33
23.75
42.72

41.18
31.09
36.57
39.35
30.78
35.33
78.41

31.00
29.75
30.69
25.45
10.11
36.18
78.57

38.01
28.08
30.90
26.78
28.13
47.08
42.73

33.12
29.89
40.20
14.80
37.11
38.09
42.73

35.92
26.50
22.22
28.55
28.35
50.66
99.84

Keterangan : KPPN (Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah); K>40% (Kelerengan > 40%); SSKi
(Sempadan Sungai Kiri); SSKa (Sempadan Sungai Kanan)

Pada tumbuhan berhabitus pohon dengan berbagai tingkat pertumbuhan
nilai IS berkisar antara 14.80–41.18% . Nilai IS tertinggi terdapat pada tumbuhan

16
tingkat pohon di K > 40% dan SSKi, sedangkan nilai IS terendah terdapat pada
tumbuhan tingkat semai di KPPN dan SSKa. Hal ini menunjukkan komposisi
pohon di K > 40% dan SSKi memiliki kemiripan, meskipun tidak besar (di bawah
50%) dan dapat diartikan setiap komunitas pada masing-masing lokasi kawasan
lindung memiliki struktur dan komposisi jenis pohon yang beragam. Adapun
komposisi penyusun komunitas pada tingkat semai antara di KPPN dan SSKa
dapat dikatakan berbeda karena nilai IS di bawah 20%. Begitu pula pada
tumbuhan bawah dan liana yang memiliki nilai IS berkisar antara 10.11–37.11%
dan 23.75–50.66%, menunjukkan beragamnya komponen komunitas tumbuhan
bawah dan liana di masing-masing lokasi. Berbeda halnya dengan tumbuhan epifit,
KPPN memiliki komponen epifit yang paling berbeda dibandingkan dengan K >
40%, SSKa dan SSKi. Hal ini dapat dilihat dari nilai IS KPPN yang dibandingkan
dengan masing-masing lokasi kawasan lindung lainnya (K > 40%, SSKa dan
SSKi) yaitu berkisar antara 42.72-42.73%. Sedangkan pada K > 40%, nilai IS
cukup besar bila dibandingkan dengan sempadan sungai yaitu sebesar 78.41%
(SSKi) dan 78.57% (SSKa). Adapun di SSKi dan SSKa, jenis dan kelimpahan
epifit yang ditemukan dapat dikatakan hampir sama. Hal ini dapat dilihat dari nilai
IS kedua lokasi tersebut pada epifit mencapai 99.84%.
Tumbuhan dilindungi
Jenis-jenis tumbuhan dilindungi yang terdapat di areal kawasan lindung
PT.Wana Hijau Pesaguan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Potensi
tumbuhan dilindungi dapat dilihat pada Gambar 5. Jenis-jenis tumbuhan yang
dilindungi pada Tabel 11 merupakan tumbuhan yang dilindungi menurut SK
Mentan No.54/Kpts/Um/II/1972 dan PP No.7 Tahun 1999, sedangkan pada Tabel
12 merupakan status kelangkaan oleh lembaga IUCN jenis tumbuhan yang
ditemui.
Tabel 11 Jenis-jenis tumbuhan yang dilindungi yang terdapat pada masing-masing
kawasan lindung PT.Wana Hijau Pesaguan
Nama
lokal

Nama botani

Suku

Dilindungi menurut

Lokasi kawasan lindung
KPPN K > 40% SSKi SSKa

Livistona sp.
Arecaceae
PP No.7 1999


Shorea
Dipterocarpaceae PP No.7 1999

macrantha
Durio
SK.Mentan
Durian
Bombacaceae

zibethinus
No.54/Kpts/Um/2/1972
Besayang Dipterocarpus
SK.Mentan
Dipterocarpaceae
tupai
confertus
No.54/Kpts/Um/2/1972
Kumpang Dipterocarpus
SK.Mentan
Dipterocarpaceae
darah
crinitus
No.54/Kpts/Um/2/1972
Ponggo
Dipterocarpus
SK.Mentan
Dipterocarpaceae

duren
sp.
No.54/Kpts/Um/2/1972
Eusyderoxylon
SK.Mentan
Ulin
Lauraceae


zwageri
No.54/Kpts/Um/2/1972
Nyatoh
Palaquium
SK.Mentan
Sapotaceae

pekawai
gutta
No.54/Kpts/Um/2/1972
Keterangan : KPPN (Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah); K>40% (Kelerengan > 40%);
(Sempadan Sungai Kiri); SSKa (Sempadan Sungai Kanan)
Kenduri
Bekurung
dowon

-





-

-

-



-





-

-





-

-

SSKi

17
Tabel 12 Status kelangkaan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada masing-masing
kawasan lindung PT.Wana Hijau Pesaguan
Nama botani

Bekurung dowon
Beseluang
Betemosu
Emang
Kempas
Kempili
Kerangkung tanjung
Ketikal
Kumpang
Majau
Medang hahangir
Nyatoh perawas
Pandau
Pangkajangan
Ponggo
Pukot
Tempidang
Ulin

Shorea macrantha
Shorea rugosa
Shorea obscura
Shorea hopeifolia
Koompassia malaccensis
Shorea acuminatissima
Shorea gibbosa
Ochanostachys amantacea
Knema percoriacea
Shorea brunescens
Cinnamomum parthenoxylon
Shorea ovalis
Gonystylus macrophyllus
Shorea polyandra
Shorea leprosula
Shorea collina
Pentaspadon motleyi
Eusideroxylon zwageri

Dipterocarpaceae
Dipterocarpaceae
Dipterocarpaceae
Dipterocarpaceae
Fabaceae
Dipterocarpaceae
Dipterocarpaceae
Olacaceae
Myristicaceae
Dipterocarpaceae
Lauraceae
Dipterocarpaceae
Thymelaeaceae
Dipterocarpaceae
Dipterocarpaceae
Dipterocarpaceae
Anacardiaceae
Lauraceae

600

12

500

10

400
300
200
100
0

Status kelangkaan
menurut IUCN

Suku

Volume (m3/ha)

Jumlah individu (N/ha)

Nama lokal

CR A1cd, C2a
CR A1cd, C2a
EN A1cd
CR A1cd
LR cd
CR A1cd
CR A1cd
DD
VU D2
EN A1cd+2cd, C2a
CR A1cd, DD
EN A1cd
VU A1cd
CR A1cd
EN A1cd
CR A1cd+2cd, C2a
EN C2a, DD
VU A1cd+2cd

10.33
8.69

8
6
4

2.45

2.41

2
0

KPPN K > 40% SSKi

SSKa

KPPN K > 40%

SSKi

SSKa

Keterangan : K > 40% (Kelerengan lebih besar dari 40%), SSKi (Sempadan Sungai Kiri) dan
SSKa (Sempadan Sungai Kanan), ( ) kerapatan permudaan, ( ) kerapatan pohon

Gambar 5 Kerapatan tumbuhan dilindungi (a) dan potensi tegakan seluruh jenis
tumbuhan dilindungi (b) di areal kawasan lindung PT. Wana Hijau
Pesaguan
Jenis tumbuhan yang dilindungi berdasarkan banyaknya spesies terdapat di
K > 40% yaitu sebanyak 5 jenis yang terdiri atas kenduri (Livistona sp.), bekurung
dowon (Shorea macrantha), ponggo duren (Dipterocarpus sp.), ulin
(Eusyderoxylon zwageri) dan nyatoh pekawai (Palaquium gutta). Jumlah individu

18
jenis tumbuhan terbanyak terdapat di KPPN yaitu sebanyak 563 individu/ha yang
terdiri atas 15 batang pohon dan tiang serta 548 individu permudaan berupa semai
dan pancang. Potensi volume jenis tumbuhan dilindungi terbesar juga terdapat di
KPPN yaitu sebesar 10.33 m3/ha.
Pembahasan
Keragaman jenis tumbuhan tertinggi terdapat di sempadan sungai sebelah
kiri (SSKi) yaitu sebanyak 202 jenis, dengan jumlah jenis tumbuhan terbanyak
berhabitus pohon sebanyak 156 jenis. Jumlah jenis tumbuhan berhabitus pohon
tertinggi terdapat pada tingkat pancang (Gambar 3), disebabkan luas basal area
(luas bidang dasar) yang kecil (25.73 m2/ha) di areal tersebut sehingga
memberikan peluang bagi tumbuh-tumbuhan muda untuk tumbuh lebih baik
daripada di lokasi kawasan lindung yang lain. Berdasarkan nilai INP tertinggi
pada tingkat pancang di SSKi yaitu bongkal (Nauclea orientalis) yang merupakan
jenis tumbuhan pionir dan intoleran terhadap naungan, mengindikasikan adanya
celah tajuk yang membuat tumbuhan muda ini mendapatkan sinar matahari yang
cukup sehingga mampu tumbuh dan bertahan hidup.
Keragaman jenis tumbuhan terendah terdapat di KPPN yaitu 104 jenis
dengan jenis tumbuhan berhabitus pohon sebanyak 75 jenis. Hal ini disebabkan
kontur KPPN yang berbukit dengan tanah berbatu membuat tumbuhan berupa
pohon tidak mudah untuk tumbuh dan berkembang. Kerapatan tertinggi pada
KPPN terdapat pada tumbuhan bawah yang terdiri atas herba, perdu dan pakupakuan. Hal ini disebabkan tumbuhan bawah memiliki akar yang dangkal
sehingga tidak memerlukan solum tanah yang dalam untuk tumbuh dan mudah
beradaptasi di tanah berbatu. Tajuk yang kurang rapat juga menjadi salah satu
faktor peluang bagi tumbuhan bawah untuk tumbuh dan menyebar, karena cahaya
matahari dapat mencapai lantai hutan (Whitmore 1984; Soerianegara 1996).
Keragaman jenis yang tinggi di Kalimantan juga telah diinventarisasi oleh
Slik et al. (2003) yang mendapatkan rata-rata 41.6 ± 3.8 famili dan 103.0 ± 12.7
genera dari 640 batang pohon di seluruh hutan dataran rendah pulau Kalimantan.
Chave & Leigh (2002) menyatakan yang memegang peranan penting dalam
sejarah keanekaragaman tumbuhan di Kalimantan yaitu pembatasan penyebaran,
dan Slik et al. (2003) menambahkan, faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya
keanekaragaman tersebut yaitu jarak geografis dan intensitas curah hujan yang
tinggi.
Peranan suatu jenis dalam sebuah komunitas dapat dilihat dari besarnya
nilai Indeks Nilai Penting (INP). Nilai INP didapat dari akumulasi kerapatan
relatif, frekuensi relatif dan dominasi (luas basal area) relatif (pada tingkat tiang
dan pohon) setiap jenis yang dinyatakan dalam persentase. Setiap jenis yang
memiliki nilai INP tertinggi di antara jenis yang lainnya dapat dikatakan sebagai
jenis dominan. Dominasi suatu jenis dalam suatu komunitas disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya kondisi lingkungan yang sesuai dan kemampuan
adaptasi jenis tersebut yang tinggi, baik terhadap lingkungannya maupun terhadap
interaksi dan sistem dinamika dalam komunitas tersebut (Huston 1994; Kumar
1999; Mahali 2008). Sutisna (1981) menyatakan bahwa suatu jenis memiliki
peran yang besar dalam komunitas apabila nilai INP jenis tersebut lebih dari 10%

19
untuk tingkat semai dan pancang, atau 15% untuk tingkat tiang dan pohon. Semua
tumbuhan yang dominan di kawasan lindung memiliki peran yang besar kecuali
pada tingkat pancang (N.orientalis) di SSKi yang memiliki INP di bawah 10%.
Kerapatan tertinggi pada tingkat pohon dan tiang terdapat di K > 40%
(Tabel 7). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahali (2008) juga mendapatkan
hasil yang sama, yaitu kerapatan pohon dan tiang tertinggi terdapat di areal yang
memiliki kelerengan lebih dari 25%. Hal ini disebabkan pada lokasi dengan
kelerengan yang curam sulit dilalui oleh manusia sehingga gangguan yang
disebabkan oleh manusia cenderung lebih sedikit, bahkan tidak ada sama sekali.
Gangguan manusia yang minim tersebut mengakibatkan pertumbuhan semai dan
pancang tidak terganggu, sehingga anakan tersebut dapat tumbuh hingga
mencapai tingkat tiang dan pohon. Kelerengan yang curam juga menguntungkan
pertumbuhan tumbuhan terutama untuk jenis-jenis yang membutuhkan banyak
cahaya matahari karena dengan kemiringan lahan tersebut, cahaya matahari tidak
banyak terhalang oleh tajuk pohon dewasa. Hal ini disebabkan multi strata tajuk
pada tegakan di bidang miring lebih memberi celah untuk cahaya matahari sampai
ke lantai hutan (Whitmore 1984).
Kerapatan terendah pada tingkat pohon dan tiang terdapat di SSKa (Tabel
7). Kerapatan yang rendah pada tingkat pohon dan tiang diduga memiliki korelasi
negatif dengan luas bidang dasar di area tersebut. Banyaknya pohon-pohon
dewasa yang menempati suatu areal membuat tumbuhan tingkat semai dan
pancang sulit untuk tumbuh menjadi pohon muda, sampai ada pohon tua yang
mati atau rebah secara alami. Hal ini disebabkan tajuk pohon-pohon tua yang
cenderung lebih rapat dan luas, ditambah dengan multistrata tajuk di SSKa
sehingga menghalangi cahaya matahari mencapai ke bawah tajuk atau lantai hutan.
Persaingan dalam menempati ruang untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya
matahari juga sangat tinggi dengan rapatnya tumbuhan liana yang secara mekanik
mampu mengimbangi pohon-pohon tua.
Sebaran kelas diameter yang didapatkan di lokasi studi menunjukkan
struktur tegakan sudah sesuai dengan hutan alam pada umumnya. Richard (1964)
menyatakan hutan alam memiliki kerapatan pohon yang tidak teratur dan tinggi
pada kelas diameter kecil serta menurun pada kelas diameter yang lebih besar.
Jika ditinjau dari tingginya basal area (Tabel 6) dan struktur tegakan berdasarkan
sebaran kelas diameter (Gambar 4) baik di K > 40% maupun di SSKa, dapat
diketahui bahwa lebih banyak pohon-pohon tua dengan diameter yang lebih besar
di SSKa daripada di K > 40%, sedangkan kerapatan pada kedua lokasi in