Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Vanda Douglas Di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK VANDA
DOUGLAS DI KECAMATAN PAMULANG KOTA
TANGERANG SELATAN

AGIL SETYAWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Efisiensi
Pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Agil Setyawan
NIM H34110094

ABSTRAK
AGIL SETYAWAN. Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Vanda douglas di
Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Dibimbing oleh ANNA
FARIYANTI.
Produksi dan permintaan Anggrek Vanda douglas yang meningkat
merupakan peluang agribisnis Anggrek Vanda douglas yang menjanjikan. Namun
fluktuasi harga menyebabkan ketidakpastian dan risiko yang dihadapi baik oleh
petani maupun pedagang sebagai lembaga pemasaran. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran, fungsi pemasaran,
struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar berdasarkan marjin pemasaran,
farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Pengambilan
sampel dilakukan dengan dua cara yaitu teknik purposive sampling dilakukan

pada 30 petani responden dan snowball sampling pada lembaga pemasaran. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat saluran pemasaran Anggrek Vanda
douglas di Kecamatan Pamulang. Lembaga pemasaran yang terlibat antara lain
petani, pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan pedagang pengecer.
Jumlah Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang yang dijual pada bulan
April sampai Juni 2015 adalah sebanyak 326 700 tangkai. Saluran pemasaran IV
mendapatkan nilai persentase marjin pemasaran 56.92 persen. Saluran pemasaran
IV juga mendapatkan nilai farmer’s share tertinggi dengan nilai 43.08 persen.
Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran tertinggi terdapat pada
saluran pemasaran IV dengan nilai 6.58.
Kata kunci : Anggrek Vanda douglas, efisiensi pemasaran

ABSTRACT
AGIL SETYAWAN. Vanda douglas Orchid Marketing Analysis in Pamulang
District Tangerang Selatan Regency. Supervised by ANNA FARIYANTI.
The increasing production and demand for Vanda douglas Orchid was a
very promising agribusiness opportunity. However, price fluctuations of Vanda
douglas Orchid caused uncertainties and risks which were faced by both farmers
and retailers as marketing agents. The purpose of this research was to analyze
marketing channels, marketing institutions, marketing functions, market structure,

market conduct and market performance based on marketing margin, farmer’s
share and profit ratio to marketing cost. The data collection methods were
purposive sampling method applied on 30 farmers and snowball sampling method
applied on several marketing agents. The results showed that there were five kinds
of Vanda douglas Orchid marketing channels in Pamulang District. The
marketing agents involved in marketing channels were farmers, village traders,
wholesalers and retailers. There were 326 700 stalks of Vanda douglas Orchid that
were sold in Pamulang District. Marketing channel IV got the low margin, i.e
56.92 percent and marketing channel IV also got the high farmer’s share, i.e 43.08
percent. While the highest profit ratio to marketing cost was on marketing channel
IV, i.e 6.58.
Keywords : Vanda douglas Orchid, marketing efficiency

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK VANDA
DOUGLAS DI KECAMATAN PAMULANG KOTA
TANGERANG SELATAN

AGIL SETYAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil
penelitian di lapangan yang dilaksanakan sejak bulan Juni sampai Agustus 2015.
Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Analisis Efisiensi Pemasaran
Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan, arahan
dan doa dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku dosen
pembimbing skripsi, Yanti Nuraeni Muflikh, SP, MAgribuss selaku dosen
pembimbing akademik, Siti Jahroh, PhD selaku dosen penguji akademik dan Dr Ir
Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama serta jajaran staf dan dosen di
Departemen Agribisnis yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan
kesabaran hingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Di samping itu juga
penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Niman, Pak Midin, Pak Abdullah,
Pak Taja selaku ketua kelompok tani yang ada di Kecamatan Pamulang yang telah
memberikan arahan, informasi dan saran kepada penulis dalam proses penelitian.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada papah, bunda, mba
Febri, mas Budi, mba Novi, Zella Aulia, teman-teman agribisnis 48, teman-teman
HIPMA periode 2013 dan 2014 dan Agus Tiawan selaku pembahas seminar
skripsi. serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini atas segala dukungan
semangat, doa dan bantuan yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2016

Agil Setyawan


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xv

DAFTAR GAMBAR

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Rumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA

6


Kajian Penelitian Pemasaran

6

Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran

6

Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran

7

Analisis Struktur Pasar

8

Analisis Perilaku Pasar

8


Analisis Keragaan Pasar

10

KERANGKA PEMIKIRAN

11

Kerangka Pemikiran Teoritis

11

Pemasaran

11

Saluran dan Lembaga Pemasaran

12


Fungsi-Fungsi Pemasaran

13

Struktur Pasar

14

Perilaku dan Keragaan Pasar

14

Ukuran Efisiensi Pemasaran

15

Kerangka Pemikiran Operasional

17


METODE PENELITIAN

19

Lokasi dan Waktu Penelitian

19

Jenis dan Sumber Data

19

Metode Pengumpulan Data Responden

19

Metode Pengolahan dan Analisis Data

20

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

22

Keadaan Umum Wilayah dan Penduduk

22

Karakteristik Petani Responden

24

Karakteristik Lembaga Pemasaran

26

Gambaran Umum Usahatani Anggrek Vanda douglas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran Anggrek Vanda douglas

27
30
30

Saluran Pemasaran I

32

Saluran Pemasaran II

33

Saluran Pemasaran III

34

Saluran Pemasaran IV

34

Analisis Fungsi Pemasaran Anggrek Vanda douglas

35

Fungsi Pemasaran pada Petani

35

Fungsi Pemasaran pada Pedagang Pengumpul Desa

36

Fungsi Pemasaran pada Pedagang Besar

37

Fungsi Pemasaran pada Pedagang Pengecer

38

Analisis Struktur Pasar Anggrek Vanda douglas

40

Jumlah Penjual dan Pembeli

40

Hambatan Keluar dan Masuk Pasar

41

Kondisi dan Sifat Produk

41

Informasi Pasar

41

Analisis Perilaku Pasar Anggrek Vanda douglas

42

Praktek Pembelian dan Penjualan

42

Sistem Penentuan Harga

43

Sistem Pembayaran

43

Kerjasama antar Lembaga Pemasaran

44

Analisis Keragaan Pasar Anggrek Vanda douglas

44

Analisis Marjin Pemasaran

44

Analisis Farmer’s Share

47

Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran

47

Analisis Efisiensi Pemasaran
SIMPULAN DAN SARAN

48
51

Simpulan

51

Saran

52

DAFTAR PUSTAKA

52

LAMPIRAN

54

RIWAYAT HIDUP

62

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2014
Perkembangan volume penjualan anggrek potong di pasar bunga
Rawabelong tahun 2010-2014
Karakteristik struktur pasar
Sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan
Pamulang tahun 2014
Sebaran tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pamulang tahun
2014
Sebaran petani responden berdasarkan usia di Kecamatan Pamulang
tahun 2015
Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di
Kecamatan Pamulang tahun 2015
Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman bertani di
Kecamatan Pamulang tahun 2015
Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Kecamatan
Pamulang tahun 2015
Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan di
Kecamatan Pamulang tahun 2015
Responden menurut jenis lembaga pemasaran
Sebaran lembaga pemasaran responden berdasarkan kelompok usia,
tingkat pendidikan dan pengalaman usaha Anggrek Vanda douglas
tahun 2015
Komponen biaya usahatani Anggrek Vanda douglas per tahun per
hektar di Kecamatan Pamulang
Komponen biaya usahatani Anggrek Vanda douglas per tahun per
hektar di Kecamatan Pamulang (lanjutan)
Sebaran petani responden dan volume Anggrek Vanda douglas di
Kecamatan Pamulang Bulan April-Juni 2015
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di
Kecamatan Pamulang tahun 2015
Marjin pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang
tahun 2015
Farmer’s share tiap saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di
Kecamatan Pamulang tahun 2015
Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas
di Kecamatan Pamulang tahun 2015
Perbandingan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan
terhadap biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan
Pamulang tahun 2015

1
3
14
23
23
24
25
25
26
26
26

27
29
30
32
39
46
47
48

49

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.

Kurva pembentukan marjin pemasaran
Skema kerangka pemikiran operasional
Skema alur pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan
Pamulang

16
18
31

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Produksi Anggrek menurut provinsi di Indonesia tahun 2010-2013
Produksi Anggrek di Provinsi Banten menurut wilayah tahun 20102013
Produktivitas dan luas panen tanaman hias di Provinsi Banten tahun
2011-2013
Jumlah rumah tangga dan luas tanam anggrek di Kota Tangerang
Selatan menurut kecamatan tahun 2013
Perbandingan harga rata-rata Anggrek Vanda douglas di tingkat petani
dan tingkat pasar tahun 2014
Biaya tenaga kerja
Biaya pengemasan
Biaya pengangkutan
Biaya penyipanan
Biaya kebersihan
Biaya retribusi pasar
Biaya pengolahan
Dokumentasi

54
54
55
55
56
57
57
58
58
59
59
60
60

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman hias merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan
memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional, memberikan sumber
pendapatan rumah tangga, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat (Akhir 2014). Tanaman hias juga merupakan salah satu komoditas
dari sub sektor hortikultura yang memiliki nilai estetika yang tinggi dibandingkan
dengan komoditas hortikultura lainnya. Tanaman hias dapat dijadikan produk
unggulan pertanian Indonesia jika dapat dikembangkan dengan baik. Tanaman
hias mempunyai peluang yang sangat baik di pasar lokal maupun pasar
internasional jika dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan volume dan nilai ekspor
tanaman hias pada tahun 2014.
Tabel 1 Volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2014
Persentase
Persentase
Komoditi
Volume (Ton)
Nilai (US$)
(%)
(%)
Anggrek
52 651
1.43
639 158
3.91
Mawar
37 985
1.03
339 073
2.07
Krisan
56 277
1.52
831 690
5.09
Tanaman Hias lainnya
3 546 759
96.02
14 532 922
88.93
Total
3 693 672
100.00
16 342 843
100.00
Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2015)

Tabel 1 menjelaskan bahwa salah satu tanaman hias yang memiliki volume
dan nilai ekspor yang tinggi adalah tanaman anggrek. Anggrek memiliki nilai
ekspor sebesar 639 158 US$ atau 3.91 persen pada tahun 2014, angka tersebut
lebih besar dibandingkan dengan bunga mawar yang memiliki nilai ekspor sebesar
339 073 US$ atau 2.07 persen dan tanaman hias lainnya. Artinya, anggrek
merupakan komoditas yang memiliki potensi dan daya saing yang tinggi dengan
tanaman hias lainnya di dalam perdagangan internasional. Beberapa negara yang
menjadi tujuan ekspor anggrek Indonesia diantaranya adalah negara Jepang,
Taiwan, Thailand, Singapura, Malaysia, Uni Emirat Arab, Qatar dan Australia.
Tanaman anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang
mempunyai kelebihan dari jenis tanaman hias lainnya. Selain nilai estetika yang
sangat tinggi, kelebihan yang dimiliki anggrek adalah terdapat spektrum pada
warna, bentuk, ukuran tekstur dan variasi bunga anggrek. Anggrek merupakan
salah satu tanaman hias unggulan Indonesia yang termasuk dalam famili
Orchidaceae, famili yang sangat besar dan tersebar di seluruh dunia kecuali di
daerah kering dan dingin. Hawkes (1965) dalam Kartikaningrum (2010)
mengatakan bahwa di dunia ini setidaknya terdapat 30 000 jenis anggrek baik
berupa spesies asli, silangan alam dan silangan buatan. Sedangkan di Indonesia
terdapat sekitar 5 000 jenis anggrek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.1
1

Kartaningrum, S. 2010. Budidaya Tanaman Anggrek [internet]. [diunduh 1 Maret 2015]. Tersedia
pada http://balithi.litbang.pertanian.go.id

2
Selain itu, sekitar 90 persen induk-induk silangan anggrek yang paling digemari
dan dikomersilkan di dunia merupakan anggrek yang berasal dari Indonesia.
Anggrek juga merupakan salah satu tanaman hias yang sangat dikenal baik
di dalam negeri maupun di luar negeri. Tanaman ini dimanfaatkan tidak hanya
tanaman pot dan bunga potong, kini juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta
ungkapan duka cita. Pasar anggrek dalam negeri adalah para pecinta anggrek,
pedagang anggrek dan tanaman hias yang berjualan keliling atau pedagang yang
memiliki toko dan pada umumnya segmen konsumen bunga anggrek potong juga
terbatas pada kalangan menengah ke atas. Dari banyaknya jenis anggrek yang ada
di Indonesia, beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan atau dipasarkan sebagai
bunga potong seperti Dendrobium, Vanda, Phalaenopsis, Cattleya, Oncidium,
Rananthera, Aranda, dan Cymbidium. Jenis-jenis anggrek tersebut cocok
dijadikan bunga potong karena sifatnya yang mempunyai daya tahan yang cukup
lama, jumlah kuntum yang banyak dalam satu tangkai dan berpenampilan atau
berwarna menarik (Gunawan 2003).
Berdasarkan data Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2014),
wilayah di Indonesia dengan produksi anggrek tertinggi pada tahun 2013 berada
di Provinsi Banten dan selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun 2010.
Pada tahun 2012, produksi anggrek di Provinsi Banten berada pada urutan dua
dengan jumlah produksi 5 628 179 tangkai di bawah Provinsi Jawa Barat dengan
jumlah 7 626 316 tangkai. Namun pada tahun 2013 terjadi penurunan produksi
anggrek di Provinsi Jawa Barat dan peningkatan terjadi di Provinsi Banten dan
menjadikan Provinsi Banten menempati urutan pertama dengan produksi anggrek
6 406 732 tangkai (Lampiran 1).
Peningkatan produksi anggrek di Provinsi Banten merupakan sebuah upaya
intensif yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten
diantaranya dengan cara menumbuhkan sentra-sentra tanaman florikultura baru
dan peningkatan pengetahuan kawasan yang sudah ada, menuju skala industri
melalui pengelolaan kebun yang baik agar tanaman florikultura Provinsi Banten
mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan
ekonomi daerah dan sektor jasa daerah.2
Berdasarkan data Badan Pusat Statistika Provinsi Banten (2014), luas panen
tanaman anggrek di Provinsi Banten mengalami penurunan dari 298 386 m2 pada
tahun 2012 menjadi 297 572 m2 pada tahun 2013. Hal tersebut disebabkan karena
banyaknya pengalihan fungsi lahan pertanian di Provinsi Banten menjadi lahan
non pertanian. Namun turunnya luas panen dan meningkatnya produksi anggrek
di Provinsi Banten membuat tingkat produktivitas tanaman anggrek semakin
meningkat. Pada tahun 2012 tingkat produktivitas anggrek di Provinsi Banten
sebesar 18.86 tangkai/m2 dan meningkat menjadi 21.53 tangkai/m2 (Lampiran 3).
Selain itu, menurut hasil Sensus Pertanian Provinsi Banten (2013), terdapat 202
rumah tangga usaha hortikultura yang mengelola tanaman anggrek dengan ratarata luas tanam yang diusahakan tiap rumah tangga sekitar 1 345 m2, maka tidak
heran jika Provinsi Banten menjadi sentra produksi anggrek terbesar di Indonesia.
Area penjualan anggrek dari Provinsi Banten telah menjangkau kota-kota besar di
2

[DISTANAK] Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten. 2014. Usaha Tanaman Anggrek
Potensial
di
Banten.
[internet].
[diunduh
1
Maret
2015].
Tersedia
pada
http://distanak.bantenprov.go.id

3
Indonesia, antara lain Surabaya, Magelang, Yogyakarta, Semarang, Solo,
Manado, Medan dan Makassar.
Dari berbagai jenis anggrek yang ada di Indonesia, Anggrek Vanda douglas
merupakan salah satu jenis anggrek yang paling banyak diminati oleh konsumen
di Indonesia dan paling banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia.
Berdasarkan data Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Provinsi DKI
Jakarta (2015), volume penjualan anggrek potong tertinggi di Pasar Rawabelong
adalah Anggrek Vanda douglas. Dapat dilihat bahwa setiap tahun Anggrek Vanda
douglas memiliki angka penjualan tertinggi dibandingkan dengan jenis anggrek
potong lainnya. Artinya, Anggrek Vanda douglas merupakan jenis anggrek
potong yang paling banyak jumlah permintaannya oleh konsumen dalam negeri.
Tabel 2

Perkembangan volume penjualan anggrek potong
Rawabelong tahun 2010-2014
Tahun (ikat)
Nama bunga
2010
2011
2012
Anggrek Dendrobium
8 624
7 626
13 167
Anggrek Vanda douglas
13 385
11 293
15 828
Anggrek Game stori
6 701
5 918
11 557
Anggrek Magie oie
7 352
6 588
13 014

di pasar bunga

2013
4 018
4 467
3 322
3 319

2014
4 048
4 855
3 633
3 611

Sumber: Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Provinsi DKI Jakarta (2015)

Anggrek Vanda douglas memiliki warna bunga yang menarik dan ukuran
bunga yang besar. Selain itu, Anggrek Vanda douglas juga merupakan salah satu
jenis anggrek yang mudah untuk dibudidayakan. Anggrek ini dapat hidup pada
kondisi air yang terbatas dan menyukai cahaya matahari langsung sehingga petani
tidak perlu membuat naungan dalam melakukan perawatannya (Sarwono 2002).
Kondisi tanah, suhu, iklim dan sumber daya manusia di Provinsi Banten mampu
mendukung anggrek Vanda douglas ini untuk tumbuh dengan baik.
Anggrek Vanda douglas juga memiliki kekurangan yaitu daya tahan yang
relatif lemah ketika dijadikan bunga potong dibandingkan jika belum dipanen atau
pada saat ditanam. Dalam melakukan pemasaran, Anggrek Vanda douglas ini
memiliki karakteristik dimana biasanya anggrek tersebut dipasarkan atau dijual
dalam jumlah yang besar dan membutuhkan waktu yang tepat dalam
pemasarannya agar sampai kepada konsumen akhir dengan kualitas yang masih
baik, namun besar kemungkinan terjadi kerusakan apabila rantai pemasaran tidak
berjalan dengan baik dan berdampak kepada menurunnya harga Anggrek Vanda
douglas tersebut.
Rumusan Masalah
Salah satu wilayah di Provinsi Banten yang merupakan sentra produksi
Anggrek Vanda douglas adalah Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan data BPS
Kota Tangerang Selatan (2014), tercatat luas tanam tanaman anggrek di Kota
Tangerang Selatan sebesar 263 843 m2 dengan jumlah rumah tangga yang
mengusahakan tanaman anggrek sebanyak 163 rumah tangga (Lampiran 4).
Perkembangan produksi anggrek di Provinsi Banten juga dipengaruhi oleh
produksi anggrek di Kota Tangerang Selatan yang terus mengalami peningkatan

4
setiap tahun. Produksi anggrek mengalami peningkatan yang signifikan pada
tahun 2011 dan 2012 dengan persentase lebih dari 50 persen. Selain itu, dapat
dikatakan juga bahwa 94 persen produksi anggrek di Provinsi Banten berasal dari
Kota Tangerang Selatan dan menjadi daerah dengan produksi anggrek terbesar di
Indonesia pada tahun 2013 (Lampiran 2). Kota Tangerang Selatan cukup terkenal
dengan berbagai jenis anggrek yang sangat indah. Banyaknya jenis anggrek juga
membuka peluang usaha besar bagi para petani anggrek sehingga tanaman
anggrek tidak hanya menjadi produk yang diminati oleh masyarakat tetapi juga
mampu meningkatkan kesejahteraan para petani sebagai pelaku usahatani anggrek
di Kota Tangerang Selatan.
Di wilayah Kota Tangerang Selatan yang menjadi sentra produksi adalah
Kecamatan Pamulang dengan luas tanam 184 650 m2 dan jumlah rumah tangga
petani anggrek sebanyak 95 rumah tangga (Lampiran 4). Hampir semua petani
anggrek di Kecamatan Pamulang membudidayakan Anggrek Vanda douglas.
Permintaan Anggrek Vanda douglas terbesar berasal dari Jakarta dan sekitar 80
persen produksi anggrek tersebut dipasarkan ke Pasar Rawabelong dan sisanya
dijual ke floris di daerah sekitar Jakarta, Bogor dan Tangerang (Akhir 2014).
Pemasaran Anggrek Vanda douglas oleh para petani di Kecamatan Pamulang
melibatkan beberapa lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul desa,
pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen akhir.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2014) jumlah
produksi anggrek di Kota Tangerang Selatan adalah sebanyak 6 406 732 tangkai
(Lampiran 1). Sedangkan data Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura DKI
Jakarta (2015) menunjukkan tingkat penjualan Anggrek Vanda douglas pada
tahun 2013 adalah sebanyak 4 467 ikat atau 4 467 000 tangkai (Tabel 2). Dapat
dikatakan bahwa jumlah penawaran Anggrek Vanda douglas dari petani lebih
besar dibandingkan dengan permintaan pasar. Hal ini tentunya menjadi perhatian
bagi petani dalam menentukan pemasaran yang baik dan lebih efisien.
Petani anggrek di Kecamatan Pamulang juga menghadapi beberapa kendala
dalam memasarkan Anggrek Vanda douglas diantaranya adalah posisi tawar
menawar yang dimiliki oleh petani sehingga harga ditentukan oleh pedagang di
Pasar Rawabelong dan petani hanya sebagai price taker. Kemudian tidak semua
petani memiliki akses atau fasilitas yang sama dalam memasarkan Anggrek
Vanda douglas sehingga dibutuhkan lembaga-lembaga pemasaran agar Anggrek
Vanda douglas dapat didistribusikan dengan baik.
Terdapat marjin yang tinggi jika dilihat dari tingkat harga yang diterima
petani dibandingkan dengan harga yang diterima konsumen. Harga rata-rata yang
diterima petani pada tahun 2014 berfluktuatif yaitu antara Rp43 2014 sampai
Rp91 316 per ikat, dimana satu ikat terdiri dari 100 tangkai Anggrek Vanda
douglas. Data Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura DKI Jakarta (2015)
menunjukkan harga rata-rata Anggrek Vanda douglas mencapai harga tertinggi
Rp139 267 per ikat pada bulan Maret 2014 dan harga rata-rata terendah Rp66 222
per ikat pada bulan Juni 2014. Harga Anggrek Vanda douglas di tingkat petani
dan tingkat pasar dapat dilihat pada Lampiran 5. Data tersebut juga menunjukkan
bahwa perbedaan dan fluktuasi harga merupakan akibat dari biaya pemasaran dan
juga keuntungan yang diambil dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat,
ataupun adanya risiko dan ikatan kerjasama yang terjalin antara lembaga
pemasaran di Kecamatan Pamulang.

5
Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini perlu dilakukan secara
menyeluruh dengan mengidentifikasi pola-pola saluran pemasaran, lembaga
pemasaran, fungsi masing-masing lembaga pemasaran, serta struktur, perilaku dan
keragaan pasar pada sistem pemasaran Anggrek Vanda doulgas di Kecamatan
Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Selain itu, pendekatan kuantitatif juga perlu
dilakukan dengan menghitung marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio
keuntungan terhadap biaya pemasaran sehingga dapat dirumuskan dalam efisiensi
pemasaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana saluran dan fungsi-fungsi pemasaran dalam sistem pemasaran
Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan?
2.
Bagaimana struktur, perilaku dan keragaan pasar pada masing-masing
lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas yang terlibat?
3.
Bagaimana efisiensi sistem pemasaran berdasarkan marjin pemasaran,
farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada
efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisis saluran dan fungsi-fungsi pemasaran Anggrek Vanda douglas
di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
2.
Menaganalis struktur, perilaku dan keragaan pasar pada masing-masing
lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas yang terlibat.
3.
Menganalisis efisiensi sistem pemasaran berdasarkan marjin pemasaran,
farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada
efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan.
Manfaat Penelitian
1.

2.
3.

4.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah:
Bagi peneliti, sebagai wadah dalam proses pembelajaran dan melatih
berpikir kritis dan analitis dalam mengembangkan ilmu-ilmu terapan
agribisnis yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan di Institut
Pertanian Bogor.
Bagi petani, diharapkan penelitian ini menjadi sumber informasi dan acuan
dalam pemasaran untuk pengembangan usahatani Anggrek Vanda douglas.
Bagi pemerintah dan stakeholder, sebagai bahan dan sumber informasi
untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan, strategi
pengembangan dan pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kota Tangerang
Selatan.
Bagi pembaca, sebagai bahan informasi, acuan dan pembanding untuk
melakukan penelitian selanjutnya.

6
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis efisiensi pemasaran
Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
Komoditas yang diteliti adalah Anggrek Vanda douglas dengan mengkaji sistem
pemasaran melalui saluran, lembaga dan fungsi pemasaran, struktur pasar,
perilaku pasar dan keragaan pasar yang menggunakan indikator marjin
pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran
dalam pemasaran Anggrek Vanda douglas.

TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Penelitian Pemasaran
Kajian penelitian terdahulu terkait dengan pemasaran di bidang hortikultura
khususnya tanaman hias sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dengan
demikian penelitian ini diambil dari beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai
referensi dan pembanding sehingga dapat dirumuskan sistem pemasaran yang
efisien melalui berbagai pendekatan analisis seperti fungsi pemasaran, lembaga
dan saluran pemasaran, serta struktur, perilaku dan keragaan pasar.
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai referensi
penelitian tentang pemasaran ini antara lain adalah: penelitian oleh Akhir (2014)
mengenai analisis efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa
Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor; kemudian penelitian
oleh Putri (2015) mengenai analisis tataniaga bunga krisan di Desa Langensari
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi; selanjutnya penelitian Fajriah (2014)
yang menganalisis tataniaga bunga krisan di Kecamatan Cugenang, Kabupaten
Bogor; penelitian dari Azhara (2015) mengenai analisis efisiensi pemasaran ikan
bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang; dan penelitian Estefan
(2011) mengenai analisis usahatani dan pemasaran bunga potong anggrek (kasus
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor). Dari beberapa hasil penelitian
tersebut akan dijadikan referensi dan dibandingkan dalam kajian analisis fungsifungsi pemasaran, lembaga dan saluran pemasaran, serta struktur, perilaku dan
keragaan pasar.
Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran
Menurut Asmarantaka (2012) kelembagaan pemasaran adalah berbagai
organisasi bisnis atau kelompok bisnis yang melakukan atau mengembangkan
aktivitas bisnis. Beberapa lembaga pemasaran pada umumnya terdiri dari petani,
pedagang pengumpul, pedagang besar, dan konsumen akhir. Pada umumnya
lembaga pemasaran diidentifikasi dengan menggunakan alur pemasaran mulai
dari petani hingga konsumen akhir melalui data dan informasi yang didapatkan
dari lembaga pemasaran yang menjalankan fungsi pemasaran.
Hasil identifikasi saluran pemasaran dari penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa jumlah saluran pemasaran untuk setiap komoditas dengan lokasi yang
berbeda akan memiliki saluran pemasaran yang bervariasi. Penelitian Akhir

7
(2014) mengenai pemasaran anggrek potong Vanda douglas menunjukkan bahwa
terdapat empat saluran pamasaran yang melibatkan petani, pedagang pengumpul
kelompok tani, pedagang besar, pedagang pengecer dan floris. Sedangkan Putri
(2015) menjelaskan pemasaran bunga krisan di Desa Langensari Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Sukabumi memiliki lima saluran pemasaran melibatkan
petani, pedagang pengumpul kebun, pedagang besar dan dekorator.
Selanjutnya hasil analisis pemasaran bunga krisan menunjukkan terdapat
empat saluran pemasaran yang melibatkan petani, pedagang pengumpul kebun
dan pedagang besar (Fajriah 2014). Pemasaran ikan bandeng di Kecamatan
Tirtajaya Kabupaten Karawang dilakukan melalui enam saluran pemasaran dan
melibatkan lembaga pemasaran yaitu petani, pedagang pengumpul desa, pedagang
besar, pedagang pengecer dan pengolah (Azhara 2015). Sedangkan hasil
penelitian Estefan (2011) menunjukkan bahwa terdapat enam saluran pemasaran
anggrek Dendrobium dan melibatkan petani, pedagang pengumpul lokal,
pedagang besar, pedagang pengumpul luar daerah dan floris.
Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsifungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas (Asmarantaka 2012).
Berdasarkan penelitian Akhir (2014) semua lembaga pemasaran anggrek potong
Vanda douglas melakukan semua fungsi pemasaran. Petani dan pedagang
pengumpul melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan saja dan lembaga
pemasaran lain juga melakukan pembelian. Fungsi fisik yang dilakukan oleh
lembaga pemasaran berupa pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan.
Sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan adalah pembiayaan, penanggungan
risiko dan informasi pasar. Petani juga melakukan standarisari dan grading pada
fungsi fasilitas.
Selanjutnya pada hasil penelitian Putri (2015), petani hanya melakukan
aktivitas penjualan pada fungsi pemasaran serta melakukan pengolahan pasca
panen dan pengangkutan. Sedangkan pedagang pengumpul kebun, pedagang besar
dan dekorator melakukan semua fungsi pemasaran. Namun dekorator dan
pedagang besar tidak melakukan aktivitas penanggungan risiko dalam
memasarkan bunga krisan.
Pada analisis pemasaran bunga krisan oleh Fajriah (2014), petani melakukan
semua fungsi pemasaran pada beberapa tipe saluran pemasaran. Petani melakukan
fungsi fisik yang mencakup kegiatan pengemasan dan penyimpanan dimana
petani melakukan penjualan langsung ke pedagang besar. Pedagang pengumpul
kebun melakukan semua aktivitas fungsi pemasaran yang mencakup kegiatan
penjualan dan pembelian (fungsi pertukaran); pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutan (fungsi fisik); serta penanggunan risiko, pembiayaan dan informasi
pasar (fungsi fasilitas). Sedangkan pedagang besar juga melakukan semua fungsi
kecuali aktivitas pengangkutan. Selain itu semua lembaga pemasaran juga
melakukan aktivitas sortasi bunga krisan. Petani hanya melakukan sortasi jika
mereka hanya memiliki saluran pemasaran yang langsung kepada konsumen.
Penelitian Azhara (2015) mengenai analisis efisiensi pemasaran ikan
bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa
petani hanya melakukan fungsi pertukaran berupa kegiatan penjualan saja dan

8
melakukan semua kegiatan pada fungsi fasilitas. Sedangkan fungsi pertukaran,
fisik dan fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar, pedagang pengecer dan
pengolah meliputi kegiatan jual-beli, pengangkutan, penyimpanan, sortasi,
penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Kegiatan pengolahan pada
fungsi fisik hanya dilakukan oleh pengolah.
Hasil penelitian Estefan (2011) menunjukkan petani hanya melakukan
fungsi pertukaran saja yang berupa aktivitas penjualan. Lembaga pemasaran lain
seperti pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul luar daerah, pedagang
besar, dan floris melakukan semua fungsi pemasaran. Fungsi fisik yang dilakukan
oleh pedagang pengumpul lokal yaitu melakukan pengumpulan dan
pengangkutan, sedangkan lembaga pemasaran selanjutnya melakukan
penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan fungsi fasilitas dilakukan oleh semua
lembaga pemasaran setelah petani dengan melakukan aktivitas penanggungan
resiko, pembiayaan dan informasi pasar, dengan fungsi fasilitas yang dilakukan
oleh pedagang pengumpul lokal ditambah dengan aktivitas sortasi.
Analisis Struktur Pasar
Asmarantaka (2012) menjelaskan struktur pasar sebagai sifat-sifat
organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan pasar dan dilihat
melalui empat faktor antara lain jumlah atau ukuran perusahaan, kondisi atau
keadaan produk, mudah atau sukar keluar-masuk pasar dan tingkat informasi
pasar. Estefan (2011) menjelaskan struktur pasar pada setiap tingkat lembaga
pemasaran berbeda-beda. Pada tingkat petani struktur pasarnya mengarah ke
struktur pasar oligopsoni. Pada tingkat pedagang pengumpul lokal dan luar daerah
mengarah ke struktur pasar oligopoli. Pada tingkat pedagang besar cenderung
mengarah struktur pasar duopoli. Sedangkan pada tingkat floris cenderung
mengarah struktur pasar bersaing sempurna.
Pada penelitian Fajriah (2014) mengenai tataniaga bunga krisan di
Kecamatan Cugengang Kabupaten Cianjur menunjukkan struktur pasar untuk
petani dan pedagang pengumpul kebun cenderung mendekati pasar persaingan
sempurna. Sedangkan pedagang besar menghadapi struktur pasar yang mendekati
pasar oligopoli. Berbeda dengan hasil penelitian Putri (2015) mengenai tataniaga
bunga krisan di Desa Langensari Kabupaten Sukabumi yang menunjukkan
struktur pasar yang dihadapi oleh semua lembaga pemasaran cenderung
mendekati pasar oligopoli. Azhara (2015) menjelaskan struktur pasar ikan
bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang yang terjadi cenderung
mendekati struktur pasar persaingan murni.
Analisis Perilaku Pasar
Menurut Hasibuan (1993) dalam Asmarantaka (2012), perilaku pasar
merupakan pola tanggapan dan penyesuaian yang dilakukan suatu perusahaan di
dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Biasanya perilaku dilakukan dengan
melihat kondisi pasar yang akan dimasuki atau kondisi pasar ketika mereka
berusaha. Perilaku pasar dapat diidentifikasi dengan mengamati kegiatan
pemasaran yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga,
sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Kegiatan pemasaran
anggrek potong Vanda douglas oleh petani ada umumnya dilakukan melalui

9
kelompok tani dan kemudian dijual ke pedagang besar, pedagang pengecer atau
ke konsumen akhir (Akhir 2014). Sedangkan hasil penelitian Putri (2011), dalam
pemasaran bunga krisan di Desa Langensari Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Sukabumi petani hanya melakukan kegiatan penjualan saja dengan sistem
borongan dan sistem jual per ikat.
Pada praktek penjualan dalam pemasaran bunga krisan oleh petani di
Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur kepada pedagang pengumpul kebun
dilakukan dengan sistem borongan (Fajriah 2014). Sedangkan jika petani menjual
bunga krisan kepada pedagang besar harus mengeluarkan biaya tenaga kerja untuk
melakukan pengemasan dan sortasi dan harus saling menghubungi sebelum
mengirim bunga krisan. Pada penelitian Azhara (2015), pemasaran ikan bandeng
di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang dilakukan dari petani ke pedagang
pengumpul desa (PPD) dan terkadang petani tidak terlibat dalam proses
pemanenan, namun PPD yang mengambil hasil panen. Penjualan bunga anggrek
potong Dendrobium dilakukan dengan sistem langganan kepada pedagang
pengumpul dengan jumlah ikatan yang sudah disetujui dengan petani (Estefan
2011).
Dalam penentuan harga petani kepada pedagang pengumpul, petani hanya
bertindak sebagai price taker dengan informasi harga dibawa oleh pedagang dari
pasar ke petani atau melalui proses tawar menawar dan cara pembayaran
dilakukan secara tunai maupun hutang oleh pedagang pengumpul (Putri 2015,
Fajriah 2014). Sedangkan untuk anggrek potong Vanda douglas penentuan harga
dilakukan dengan proses tawar menawar oleh petani dan pedagang maupun
sesama pedagang (Akhir 2014). Penentuan harga pada saluran pemasaran bunga
krisan dari petani ke pedagang besar dilakukan dengan mempertimbangkan biaya
yang dikeluarkan petani untuk pengemasan dan sortasi, serta ada kesepakatan
dengan pedagang besar karena petani dan pedagang besar mengetahui informasi
harga bunga krisan di pasar. Sedangkan harga yang ditetapkan oleh petani bunga
anggrek Dendrobium maupun krisan dengan konsumen akhir dilakukan dengan
proses tawar menawar.
Harga yang ditetapkan pada ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya
Kabupaten Karawang mengacu pada harga yang berlaku di pasar induk
berdasarkan jumlah pasokan yang masuk dan permintaan konsumen (Azhara
2015). Pada penentuan harga bunga anggrek potong Dendrobium, informasi harga
dibawa pedagang dari pasar ke petani pada saat akan membeli bunga anggrek
potong. Hubungan kekerabatan petani dengan pedagang pengumpul lokal dan
pedagang lainnya membuat petani tidak memiliki pilihan lain (Estefan 2011).
Kerjasama yang dilakukan antar lembaga pemasaran biasanya dilandasi oleh
keakraban dan tujuan untuk saling menguntungkan. Akhir (2014) menunjukkan
bahwa sistem kerjasama yang sering dilakukan pada setiap lembaga pemasaran
bunga anggrek Vanda douglas adalah sistem langgangan. Kerjasama antara petani
bunga krisan dengan pedagang pengumpul terlihat dari adanya penyediaan
pinjaman kepada petani. Selain itu petani yang memiliki langganan dengan
pedagang besar maupun konsumen akhir akan membantu petani dalam
mendapatkan keuntungan secara langsung dan pedagang besar mendapatkan
pasokan tetap (Fajriah 2014). Sedangkan di dalam pemasaran ikan bandeng di
Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang kerjasama antar lembaga belum terjadi
secara formal dan tertulis namun hanya terdapat ikatan sosial yang kuat dan

10
karena adanya langganan (Azhara 2015). Dalam pemasaran anggrek Dendrobium
petani hanya melakukan kegiatan penjualan saja dan lembaga pemasaran lain juga
melakukan kegiatan pembelian. Kegiatan pembelian anggrek Dendrobium dari
petani dilakukan dengan sistem langganan antara pedagang pengumpul dengan
petani sehingga pedagang pengumpul lokal sudah memiliki akses ke petani
(Estefan 2011).
Analisis Keragaan Pasar
Keragaan pasar dapat digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh
struktur pasar dan perilaku pasar dalam proses pemasaran suatu komoditi
pertanian (Sudiyono 2002 dalam Asmarantaka 2012). Keragaan pasar dalam
beberapa penelitian dapat diukur melalui marjin pemasaran, farmer’s share, dan
rasio keuntungan terhadap biaya. Berdasarkan hasil penelitian Akhir (2014),
saluran pemasaran dari petani - pedagang besar - konsumen merupakan saluran
yang relatif lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya dengan
marjin pemasaran sebesar Rp1 738 per tangkai atau 71.29 persen dan total biaya
pemasaran Rp214 per tangkai. Selain itu rasio keuntungan terhadap biaya cukup
tinggi dengan rasio sebesar 7.20 dan farmer’s share 28.71 persen. Sedangkan
hasil penelitian Putri (2015) menunjukkan saluran pemasaran bunga krisan
menghasilkan marjin pemasaran paling kecil pada saluran pemasaran petani pedagang besar dengan total marjin sebesar Rp1 566.28 per tangkai atau 92.13
persen. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 11.89 dan farmer’s
share yang diterima petani pada saluran tersebut adalah sebesar 43.52 persen.
Hasil penelitian Fajriah (2014) menunjukkan bahwa saluran pemasaran
bunga krisan yang paling efisien adalah saluran pemasaran petani - pedagang
pengumpul kebun - konsumen. Hal tersebut dapat dilihat dari farmer’s share
sebesar 57.47 persen dan marjin tataniaga sebesar Rp370 per tangkai atau 42.53
persen. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 3.10 dengan total
biaya pemasaran yang sangat rendah yaitu Rp90.15 per tangkai. Sedangkan hasil
penelitian Azhara (2015) menunjukkan bahwa saluran pemasaran petani pedagang pengecer merupakan saluran pemasaran yang relatif lebih efisien. Hal
tersebut didukung dengan rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran
pemasaran tersebut sebesar 1.75, marjin yang paling rendah sebesar 9.71 persen,
dan marjin sebesar 90.29 persen.
Saluran pemasaran bunga anggrek potong Dendrobium menghasilkan
marjin pemasaran paling kecil pada saluran pemasaran petani - pedagang
pengumpul lokal - konsumen dengan total marjin sebesar Rp500.00 per tangkai
atau 22.73 persen dan total biaya pemasaran Rp42.71 per tangkai. Sedangkan
rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 10.71 dan farmer’s share yang diterima
petani pada saluran satu adalah sebesar 77.27 persen, serta volume penjualan
terbesar yaitu 83.9 persen (Estefan 2011).

11

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini didasarkan pada kerangka teroritis mengenai konsep
pemasaran yang terdiri dari fungsi pemasaran; saluran dan lembaga pemasaran;
struktur, perilaku dan keragaan pasar; dan efisiensi pemasaran yang mencakup
marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya.
Pemasaran
Pengertian pemasaran dalam perspektif makro menurut Asmarantaka (2012)
merupakan aktivitas dalam mengalirkan produk mulai dari produsen primer
sampai ke konsumen akhir. Dalam mengalirnya produk sampai ke konsumen
akhir, banyak aktivitas produktif yang terjadi dalam upaya menciptakan atau
menambah nilai guna (bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan) dengan tujuan
untuk memenuhi kepuasan konsumen akhir. Hanafiah dan Saefudin (2006)
menjelaskan bahwa pemasaran merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
penciptaan atau penambahan kegunaan dari barang dan jasa sehingga dapat
dikatakan pemasaran merupakan tindakan atau usaha yang produktif.
Nilai guna yang diciptakan oleh kegiatan pemasaran mencakup nilai guna
waktu, tempat, bentuk dan kepemilikan. Nilai guna waktu berarti bahwa barangbarang memiliki nilai yang lebih tinggi setelah terjadi perubahan waktu. Nilai
guna tempat berarti bahwa barang-barang tersebut memiliki kegunaan yang lebih
tinggi akibat adanya perubahan tempat yang lebih mudah diakses atau sesuai
dengan keinginan konsumen. Nilai guna bentuk merupakan penciptaan atau
peningkatan nilai terhadap barang-barang menjadi bentuk yang lebih menarik dan
berguna. Sedangkan nilai guna kepemilikan berarti bahwa barang-barang
memiliki nilai yang lebih tinggi karena beralihnya hak milik atas barang tersebut.
Pengertain pemasaran juga dapat ditinjau dari aspek ekonomi dan aspek
manajemen. Dari aspek ekonomi, pemasaran merupakan suatu sistem yang terdiri
dari sub-sub sistem fungsi-fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran,
fisik, dan fasilitas. Kohls dan Uhl (2002) menjelaskan bahwa pemasaran memiliki
dua karakteristik dasar yaitu pemasaran merupakan suatu proses dari satu
pergerakan, serangkaian aktivitas dan peristiwa dari fungsi-fungsi yang juga akan
melibatkan beberapa tempat; dan bentuk koordinasi yang diperlukan dari
serangkaian (tahapan) aktivitas atau dalam pergerakan mengalirnya produk dan
jasa dari tangan produsen primer hingga ke konsumen akhir.
Dari aspek manajemen, pemasaran diartikan sebagai suatu proses sosial dan
manajerial yang membuat individu atau organisasi memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran nilai dengan orang lain
(Kotler dan Armstrong 2008). Dengan demikian pemasaran agribisnis dapat
ditinjau dari perspektif makro (antar perusahaan atau lembaga-lembaga pemasaran
secara keseluruhan) dan perspektif mikro (koordinasi di dalam suatu perusahaan)
di mana tujuan akhirnya adalah kepuasan konsumen atau keuntungan perusahaan
(Asmarantaka 2012).
Kohls dan Uhl (2002) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendekatan
yang biasanya digunakan dalam mempelajari pemasaran, diantaranya adalah:
pendekatan fungsi yang merupakan pendekatan terhadap aktivitas yang dilakukan

12
untuk mencapai tujuan proses pemasaran; pendekatan kelembagaan yang
mempelajari berbagai macam lembaga dan struktur bisnis yang terlibat dan
termasuk ke dalam proses pemasaran; dan pendekatan sistem dan perilaku yang
harus dilakukan secara terus menerus karena perubahan dalam organisasi dan
kombinasi fungsi dalam keseluruhan sistem pemasran.
Saluran dan Lembaga Pemasaran
Pengertian lembaga pemasaran menurut Kohls dan Uhl (2002) adalah
berbagai organisasi bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan sistem
pemasaran (fungsi-fungsi pemasaran). Lembaga pemasaran juga dapat diartikan
sebagai badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran di
mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai ke konsumen akhir
(Hanafiah dan Saefudin 2006).
Pendekatan kelembagaan dalam sistem pemasaran ini juga membantu dalam
memahami mengapa terdapat spesialisasi pedagang perantara di dalam sistem
pemasaran, mengapa antara petani dan konsumen tidak dapat berhadapan secara
langsung pada satu tempat, bagaimana karakter dari berbagai jenis pedagang
perantara, dan bagaimana hubungan agen perantara dan susunan organisasi dari
aktivitas pemasaran dalam produk agribisnis. Kohls dan Uhl (2002)
mengklasifikasikan lembaga pemasaran sebagai berikut.
1.
Pedagang perantara merupakan pedagang yang memiliki dan menguasai
produk. Mereka membeli dan menjual produk untuk kepentingan
penerimaan. Pedagang perantara terdiri dari pedagang eceran dan pedagang
grosir. Pedagang eceran adalah pedagang yang membeli produk dan
kemudian menjual kembali produk tersebut kepada konsumen akhir atau
mengumpulkan berbagai jenis produk dalam satu lokasi. Sedangkan
pedagang grosir adalah pedagang yang menjual produk kepada pedagang
eceran atau pedagang grosir lainnya namun, tidak menjual produknya dalam
jumlah besar ke konsumen akhir.
2.
Agen perantara merupakan indivudu yang bertindak hanya sebagai
perwakilan dari kliennya dan tidak memiliki hak milik atas produk yang
ditangani. Agen perantara mendapatkan penerimaan dari biaya dan komisi.
Jasa mereka sering dipertahankan oleh penjual atau pembeli suatu produk
yang tidak memiliki informasi atau kekuatan tawar-menawar. Agen
perantara terdiri dari komisioner dan broker. Komisioner biasanya memiliki
kekuasaan dalam penanganan secara fisik dan penetapan harga produk yang
akan dijual. Sedangkan broker tidak memiliki kekuasaan dan penanganan
secara fisik terhadap suatu produk.
3.
Spekulator adalah pedagang perantara yang membeli dan menjual produk
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari adanya pergerakan
harga. Spekulator biasanya bekerja dalam jangka pendek dan memanfaatkan
fluktuasi harga dengan penanganan yang minimum.
4.
Pengolah dan pabrikan adalah kelompok bisnis yang memiliki kegiatan
dalam menangani produk atau merubah bentuk bahan baku menjadi bahan
setengah jadi atau produk akhir. Kegiatannya adalah menambah utilitas
waktu, bentuk, tenpat, dan kepemilikan dari bahan baku menjadi produk
yang akan digunakan oleh konsumen akhir.

13
5.

Organisasi merupakan individu atau kelompok yang membantu berbagai
lembaga pemasaran dalam melaksanakan fungsi-fungsi dan aktivitas
pemasaran.
Saluran pemasaran merupakan sekumpulan pelaku-pelaku bisnis yang
melakukan aktivitas bisnis untuk menyalurkan produk dari produsen kepada
konsumen akhir (Akhir 2014). Hanafiah dan Saefudin (1983) menjelaskan bahwa
panjangnya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu produk tergantung oleh
beberapa faktor, diantaranya:
1.
Jarak antara produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak anatara produsen
dan konsumen biasanya semakin panjang saluran yang ditempuh oleh
produk tersebut.
2.
Ketahanan produk tersebut. produk yang mudah rusak harus segera diterima
konsumen sehingga diperlukan saluran pemasaran yang lebih pendek.
3.
Skala produksi. Produksi dalam jumlah sedikit cenderung akan merugikan
produsen jika langsung dijual ke pasar sehingga adanya pedagang perantara
dan saluran pemasaran yang lebih panjang sangat diharapkan.
4.
Kondisi keuangan pengusaha. Lembaga pemasaran yang memiliki posisi
keuangan yang kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran
karena dengan kondisi tersebut maka lembaga pemasaran dapat melakukan
pemasaran dengan efisien.
Fungsi-Fungsi Pemasaran
Salah satu metode yang digunakan dalam menganalisis kegiatan yang
termasuk ke dalam proses pemasaran adalah dengan cara membaginya ke dalam
sebuah fungsi. Asmarantaka (2012) menjelaskan adanya pendekatan fungsi
sendiri memiliki manfaat dalam membantu mempertimbangkan bagaimana
pekerjaan harus dilakukan, menganalisis biaya-biaya pemasaran dan mengetahui
perbedaan biaya antar lembaga dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga
pemasaran. Kohls dan Uhl (2002) menjelaskan karakteristik penting di dalam
pendekatan fungsi pemasaran, yaitu:
1.
Dampak dari pelaksanaan fungsi tidak hanya terhadap biaya pemasaran saja,
tetapi juga nilai produk tersebut untuk konsumen dan dalam mengevaluasi
fungsi pemasaran harus memperhitungkan biaya dan manfaat dari fungsi
tersebut.
2.
Terdapat kemungkinan untuk mengurangi atau menghilangkan pedagang
perantara, tetapi fungsi-fungsi pemasaran tidak dapat dihilangkan.
3.
Fungsi pemasaran dapat dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dandi
tempat yang berbeda.
Kohls dan Uhl (2002) juga mengklasifikasikan fungsi pemasaran menjadi
tiga, yaitu:
1.
Fungsi pertukaran merupakan aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam
pemindahan hak milik terhadap suatu barang. Fungsi pertukaran ini terdiri
dari aktivitas penjualan dan pembelian. Aktivitas-aktivitas tersebut
menggambarkan bagiamana proses penentuan harga terjadi dalam sistem
pemasaran.
2.
Fungsi fisik merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan penanganan,
pergerakan, dan perubahan fisik dari barang tersebut. aktivitas-aktivitas
tersebut membantu menjawab pertanyaan “kapan, apa, dan dimana” dalam

14

3.

sistem pemasaran. Fungsi fisik ini terdiri d