Partisipasi, Keterdedahan, dan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor

(1)

BOJONGGEDE KABUPATEN BOGOR

MEGA SILVIANA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERTANYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Partisipasi, Keterdedahan, dan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Mega Silviana NIM I34110130


(3)

ABSTRAK

MEGA SILVIANA. Partisipasi, Keterdedahan, dan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DJUARA P LUBIS.

Radio komunitas merupakan stasiun penyiaran radio yang didirikan oleh dan untuk komunitas tertentu yang tidak bersifat komersial. Prinsip radio komunitas adalah “dari, oleh, dan untuk komunitas”, sebagai media yang bersifat komunitas, partisipasi merupakan hal penting yang harus dimiliki masyarakat agar dapat aktif dalam mengelola dan membangun radio komunitas yang dapat menciptakan kepuasan pendengarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas tinggi, sedangkan tingkat partisipasi pendengar pada penyelenggaraan radio komunitas rendah. Selain itu, terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pendanaan dan pelaksanaan dengan tingkat kepuasan pendengar dalam terpenuhinya kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan. Kata kunci: Radio Komunitas, Partisipasi, Keterdedahan, Kepuasan Pendengar

MEGA SILVIANA. Participation, Exposure, and Satisfaction of Audience Community Radio R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Advised by DJUARA P LUBIS.

Community radio is a radio station which founded by and for a particular non-profit community or organization. Principle being held by a community radio is “from, by, and for community”. Being a community-driven media, participation is an important thing that must be owned by the community so that they can actively managing and building the community radio to give satisfaction to the audience. Method being used in this research is survey with quantitative approach which also supported by qualitative approach. Result of the research shows that the exposure level of the community is high, while the participation level is low. Beside that, there is a significant correlation between participation level in the form of funding and implementation with the audience’s satisfaction degree for the fullfilment of the need on information, social contacts and entertainment.


(4)

BOJONGGEDE KABUPATEN BOGOR

MEGA SILVIANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Partisipasi, Keterdedahan, dan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor Nama : Mega Silviana

NIM : I34110130

Disetujui oleh

Dr Ir Djuara P. Lubis, MS Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi, Keterdedahan, dan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor” tepat pada waktunya. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Hj. Suriana dan H. Azlir Yusman, selaku ibu dan ayah tercinta yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta Mia Ratnasari dan Yusuf Alhadi selaku adik yang selalu menyemangati penulis. 2. Bapak Dr Ir Djuara P. Lubis, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan motivasi, kepada penulis selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Ir Sutisna Riyanto, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Ratri Virianita S.Sos, MSi selaku dosen penguji akademik atas saran dan masukannya. 4. Teman satu bimbingan Dyah Utari untuk motivasi yang positif dan kebersamaan

selama proses penyusunan karya ilmiah.

5. H. Dedi Holidi, S.Kom atas doa, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini.

6. Sahabat-sahabat tercinta Benna, Annisa, Nindya, Sifna, Firda, Etha, Sisca, Echa, Belda, Citra, Sheilla, Fikra, Elsa, Eksa, Sita, Rere, Adel, Miranti, Ala, Hana, Adlina, dan Mutiara yang selalu mewarnai hari-hari penulis dan memberikan semangat kepada penulis.

7. Seluruh keluarga besar SKPM 48, terutama Teman-Teman Akselerasi SKPM 48 atas kebersamaannya, serta kakak-kakak SKPM 47 terutama Kak Pipiw dan Kak Uty atas kesediaannya berbagi pengalaman dan memberikan saran-saran dalam penulisan skripsi.

8. Pihak-pihak dari Radio Komunitas R-One atas penerimaan, waktu, kesempatan, informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk kelancaran proses penelitian ini. Bapak Dedi, Bapak Ahmad, Mas Basyari, dan Mas Bembeng selaku masyarakat yang membantu di lapangan.

9. Para pendengar Radio Komunitas R-One menjadi responden dan yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

PerumusanMasalah 3

Tujuan Penelitian 3

ManfaatPenelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Media Komunitas 5

Radio Komunitas 6

Keterdedahan pada Siaran Radio Komunitas 9

Partisipasi 10

Kepuasan Pendengar 10

Hasil Penelitian Terdahulu 11

Kerangka Pemikiran 14

Hipotesis Penelitian 15

Definisi Operasional 15

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Pengambilan Sampel 19

Pengumpulan Data 19

Pengolahan dan Analisis Data 21

GAMBARAN UMUM 23

Profil Radio Komunitas R-One 23

Karakteristik Pendengar Radio Komunitas R-One 26

KETERDEDAHAN PADA SIARAN RADIO KOMUNITAS R-ONE FM DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK

PENDENGAR

29

Frekuensi Mendengarkan Radio Komunitas 29

Durasi Mendengarkan Radio Komunitas 30

Pilihan Acara mendengarkan Radio Komunitas 32

Analisis hubungan Karakteristik Individu dengan Keterdedahan pada Siaran Radio Komunitas

34

PARTISIPASI PENDENGAR DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK PENDENGAR


(8)

Partisipasi Pendengar pada Perencanaan di Radio Komunitas R-One

40 Partisipasi Pendengar pada Pendanaan di Radio Komunitas

R-One

41 Partisipasi Pendengar pada Pelaksanaan Program Siaran di Radio

Komunitas R-One

42 Partisipasi Pendengar pada Evaluasi Program Siaran di Radio

Komunitas R-One

44 Analisis hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat

Partisipasi Pendengar di Radio Komunitas

46

TINGKAT KEPUASAN PENDENGAR MELALUI RADIO KOMUNITAS

50 Kepuasan Pendengar Radio Komunitas

Hubungan Keterdedahan pada Siaran Radio Komunitas dengan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas

52 Hubungan Partisipasi dengan Kepuasan Pendengar Radio

Komunitas

53

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 56

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 58

LAMPIRAN 60


(9)

DAFTAR TABEL

1 Perbedaan Spesifik antara Media Komunitas dengan Media Massa Konvensional

5 2 Hasil Penelitian tentang Radio Komunitas Tahun 2005-2014 12 3 Jadwal Program Siaran Radio Komunitas R-One tahun 2013/2014 25 4 Jumlah pendengar berdasarkan karakteristik individu di Radio

Komunitas R-One FM tahun 2014

26 5 Jumlah pendengar radio berdasarkan frekuensi mendengar radio

komunitas dalam satuan hari per dua minggu di Radio Komunitas R-One tahun 2014

29

6 Jumlah dan presentase pendengar radio berdasarkan frekuensi mendengar radio komunitas dalam satuan kali per dua minggu di Radio Komunitas R-One tahun 2014

30

7 Jumlah dan persentase pendengar pendengar radio berdasarkan durasi mendengar radio komunitas dalam satuan jam per dua minggu di Radio Komunitas R-One tahun 2014

31

8 Jumlah dan persentase pendengar pendengar radio berdasarkan durasi mendengar radio komunitas dalam satuan jam per hari di Radio Komunitas R-One tahun 2014

31

9 Jumlah pendengar radio komunitas berdasarkan pilihan acara pada Radio R-One tahun 2014.

33 10 Nilai Koefisien Kolerasi Karakteristik Individu dengan frekuensi

dan durasi

34 11 Nilai Uji Chi Square status pekerjaan pendengar dengan frekuensi

dan durasi mendengarkan Radio Komunitas R-One

35 12 Jumlah Pendengar berdasarkan Pilihan Acara terhadap

Karakteristik Pendengar di Radio Komunitas R-One Tahun 2014

37 13 Jumlah dan Persentase Pendengar berdasarkan Tingkat Partisipasi

pada Perencanaan Penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014

40

14 Jumlah dan Persentase Pendengar berdasarkan Tingkat Partisipasi pada Pendanaan dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014

42

15 Jumlah dan Persentase Pendengar berdasarkan Tingkat Partisipasi pada Pelaksanaan dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014

43

16 Jumlah dan Persentase Pendengar berdasarkan Tingkat Partisipasi pada Evaluasi Program Siaran Radio Komunitas R-One Tahun 2014

44

17 Jumlah dan persentase pendengar berdasarkan tingkat partisipasi penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014

45 18Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi

karakteristikpendengar radio dengan tingkat partisipasi pendengar

46 19Nilai Uji Chi Square status pekerjaan pendengar dengan tingkat

partisipasi dalam bentuk perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program siaran Radio Komunitas R-One


(10)

20Jumlah dan Persentase Pendengar berdasarkan Tingkat Kepuasan Pendengar di Radio Komunitas R-One Tahun 2014

50

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan kerangka pemikiran 15

2 Rumus Interval 16

3 Bagan struktur kepengurusan Radio R-One tahun 2013/2014 23 4 Kepemilikan media massa pendengar radio R-One Tahun 2014 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal pelaksanaan penelitian 60

2 Daftar Nama Responden 60

3 Contoh hasil uji statistik 62

4 Dokumentasi kegiatan 69

21Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi keterdedahan pada siaran radio komunitas dengan tingkat kepuasan pendengar

52

22Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi tingkat partisipasi di radio komunitas dengan tingkat kepuasan pendengar


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Media komunitas berkembang seiring meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai haknya untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Gazali (2002), media komunitas merupakan lembaga penyiaran yang didirikan untuk melayani komunitas tertentu saja, baik dalam konteks atau batasan geografis maupun dalam konteks rasa identitas atau minat yang sama. Saat ini, pergeseran industri media ke industri komersial menjadikan media sibuk memenuhi kebutuhan komunitas elite yang lebih menjanjikan keuntungannya secara finansial, sehingga kebutuhan informasi komunitas non-elite terabaikan (Tripambudi 2011). Untuk itu, permintaan mengenai kebutuhan lokal yang belum terpenuhi dapat dimanfaatkan oleh media komunitas yang berkembang saat ini dilingkungan komunitas.

Lahirnya Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran menjelaskan perlu dibentuknya sebuah sistem penyiaran yang menjamin terciptanya tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang. Hal tersebut memberikan kesempatan pada media komunitas agar masyarakat di daerah juga dapat berpartisipasi dalam mendirikan lembaga penyiaran yang informasinya sesuai dengan kebutuhan mereka agar dapat memberikan kepuasan. Berdasarkan pengalaman di negara berkembang, komunikasi pembangunan untuk menjangkau masyarakat secara luas, banyak menunggunakan media radio dan televisi. Radio merupakan media yang dinilai cukup strategis dalam memberi informasi, pendidikan, dan mengubah perilaku terutama di negara-negara yang penduduknya memiliki penghasilan kecil (Rachmiatie 2007). Oleh karena itu, radio dianggap sebagai media komunikasi yang sederhana dan murah sehingga dapat menjangkau penduduk yang berada di pedesaan.

Pada dasarnya, penyelenggaraan radio merujuk pada tiga kategori yang masing-masing memiliki sasaran, sifat, dan fungsi yang berbeda, yaitu: radio swasta, radio publik, dan radio komunitas. Pertama, radio yang bersifat komersial dan pelaksanaan siarannya menggunakan konsep ekonomi yang diharapkan akan memperoleh manfaat finansial setelah melakukan kegiatan penyiaran, dikenal sebagai radio swasta. Kedua, radio yang bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan masyarakat secara luas dikenal sebagai radio publik. Ketiga, radio yang didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, tidak komersil, dan bertujuan melayani kepentingan komunitasnya dikenal sebagai radio komunitas. Dari ketiga kategori radio tersebut, radio komunitas memiliki karakteristik yang menjadi sebuah keunggulan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kepuasan komunitasnya.

Menurut Mckay seperti dikutip Atika (2013) mengatakan bahwa di Afrika radio komunitas sangat efektif menjangkau petani kecil di seluruh pelosok. Program radio dapat mendorong komunitas merumuskan masalah dan menemukan solusi lokal. Selain itu, program siaran radio tersebut disesuaikan dengan komunitas yang dituju, seperti menggunakan bahasa lokal sesuai dengan bahasa yang dipakai anggota komunitasnya di setiap tempat atau daerah, radio komunitas mempunyai latar belakang budaya dan historis yang berbeda.


(12)

Radio komunitas merupakan stasiun penyiaran radio yang didirikan olehdan untuk komunitas tertentu, yang tidak bersifat komersial dan muatannya sebagian besar tentang dinamika dan kebutuhan komunitas itu sendiri (Sudibyo 2004). Fraser dan Estrada (2001) juga mengemukakan bahwa radio komunitas merupakan sebuah pelayanan non-profit yang dimiliki dan dikelola oleh komunitas tertentu. Secara sederhana, radio komunitas diartikan sebagai radio “dari, oleh, untuk, dan tentang komunitas”. Radio ini menjadikan komunitas sebagai basis operasionalisasi radio. Dengan menonjolkan unsur lokalitas, proses produksi dan program acara radio komunitas cenderung berbeda-beda di setiap komunitas, misalnya radio komunitas di daerah pesisir berbeda dengan di daerah pertanian. Selain itu, radio komunitas juga menggunakan bahasa lokal sesuai dengan bahasa anggota komunitasnya sehingga pengelolaan radio komunitas dapat menyusun program siaran yang sesuai dengan kebutuhan komunitasnya.

Menurut Haryanto & Ramdojo seperti dikutip Lilis & Yulianti (2012), menyatakan terdapat beberapa alasan mengapa masyarakat membutuhkan adanya radio komunitas. Pertama, kebutuhan masyarakat untuk mengekspresikan pendapat dan kepentingannya. Media yang diharapkan adalah media yang mampu menyentuh dan menjawab kebutuhan masyarakat sesuai konteks lokalnya. Dalam radio komunitas, masyarakat bukan hanya berperan sebagai recevier atau penerima, namun juga sebagai source atau sumber. Kedua, tidak semua anggota masyarakat dapat menjangkau siaran yang ada. Masih banyak anggota masyarakat yang tidak terkena terpaan media massa umum. Mereka yang tinggal di tempat-tempat terpencil, di wilayah pedesaan, pulau-pulau kecil, dan wilayah yang jauh dari siaran televisi atau radio, tidak dapat menikmati media massa sebagaimana di tempat-tempat strategis lainnya. Partisipasi masyarakat dalam radio komunitas merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan dalam penyelenggaraanya. Tanpa partisipasi yang sepenuhnya, masyarakat hanya akan menjadi konsumen media massa yang pasif, yakni menerima segala informasi yang disuguhkan terlepas dari penting atau tidaknya informasi tersebut bagi kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, radio komunitas muncul untuk mengisi keterbatasan dari lembaga penyiaran lain yang belum mampu memberikan dan memenuhi kebutuhan yang mereka butuhkan. Sejalan dengan pemahaman tersebut, menurut Sudibyo (2004) partisipasi warga setempat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan radio komunitas.

Hadirnya Radio Komunitas R-One merupakan salah satu contoh dari radio komunitas pedesaan. Radio Komunitas R-One yang terletak di Desa Susukan, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor ini telah mengudara sejak tahun 2007. Radio Komunitas R-One dibangun atas dasar inisiatif kelompok pemuda Desa Susukan yang menginginkan adanya suatu media komunikasi, untuk itu partisipasi masyarakat merupakan penentu kemajuan pembangunan dan kemajuan sosial di komunitasnya. Pengelolaan Radio Komunitas R-One harus sesuai dengan prinsip media komunitas, yaitu “dari, oleh, dan untuk komunitas”. Salah satu penelitian tentang partisipasi dalam pengeloaan radio komunitas telah dilakukan oleh Pratiwi (2008). Penelitian tersebut dilakukan terhadap pendengar Radio Komunitas Suara Kencana FM yang mengungkapkan bahwa pendengar sebagai warga komunitas belum dapat berpartisipasi secara aktif dalam berbagai bentuk partisipasi. Hal tersebut karena kondisi ekonomi, warga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang dianggap lebih penting. Penelitian ini menggali lebih dalam lagi


(13)

mengenai partisipasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar di Radio Komunitas R-One. Radio komunitas diharapkan dapat eksis sebagai lembaga penyiaran yang diperuntukan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal. Hal tersebut dapat dicapai ketika keberadaan radio komunitas dapat dimanfaatkan dengan baik oleh anggota komunitas selaku pendengar yang turut andil dalam terbentuknya radio komunitas tersebut.

Permasalahan Penelitian

Rachmiatie (2007) mengungkapkan bahwa perlu dilakukannya kajian dan penelitian lebih lanjut mengenai media komunitas karena radio komunitas merupakan bentuk komunikasi yang khas di antara komunikasi massa dan komunikasi antar personal yang belum banyak diteliti. Bentuk komunikasi yang dikembangkan melalui radio komunitas merupakan salah satu langkah dalam upaya menciptakan masyarakat yang kaya akan informasi dan pemerataan informasi yang sehat dan adil sesuai dengan kebutuhan komunitasnya. Oleh karena itu, perumusan masalah utama penelitian ini adalah menguraikan hubungan antar partisipasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar terhadap radio komunitas yang selanjutnya secara rinci dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana keterdedahan pendengar pada siaran Radio Komunitas R-One dan hubungannya dengan karakteristik pendengar?

2. Bagaimana tingkat partisipasi pendengar selaku pengguna Radio Komunitas R-One dan hubungannya dengan karakteristik pendengar? 3. Bagaimana hubungan keterdedahan siaran radio komunitas dengan tingkat

kepuasan pendengar Radio Komunitas R-One?

4. Bagaimana hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat kepuasan pendengar pada Radio Komunitas R-One?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian maka tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan:

1. Deskripsi keterdedahan pendengar pada siaran Radio Komunitas R-One dan hubungannya dengan karakteristik pendengar.

2. Deskripsi tingkat partisipasi pendengar selaku pengguna Radio Komunitas R-One dan hubungannya dengan karakteristik pendengar.

3. Analisis hubungan keterdedahan siaran radio komunitas dengan tingkat kepuasan pendengar Radio Komunitas R-One.

4. Analisis hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat kepuasan pendengar Radio Komunitas R-One.


(14)

Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Radio Komunitas R-One

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan perbaikan dalam pengelolaan radio komunitas. Pengelola radio mampu meningkatkan kualitas siaran yang dapat memenuhi kebutuhan pendengarnya agar radio komunitas tersebut semakin dikenal oleh masyarakat dan memiliki manfaat besar bagi masyarakat sekitar.

2. Para akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan dari penelitian ini.

3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pengelolaan Radio Komunitas. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sebuah penilaian masyarakat mengenai tingkat partisipasi, keterdedahan dan kepuasan pendengar Radio Komunitas R-One.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Media Komunitas

Secara umum pengertian media komunitas mengaju pada media massa konvensional yang telah lama dikenal, yaitu media cetak, terdiri atas surat kabar, majalah, tabloid, dan berbagai jenis cetakan lainnya, serta media elektronik yang terdiri atas radio dan televisi. Perbedaan utamanya adalah sasaran audiens yang hanya terbatas pada komunitas tertentu saja (Rachmiatie 2007). Berdasarkan Undang-undang Penyiaran tahun 2002, lembaga penyiaran komunitas merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu bersifat independen dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani komunitasnya. Inti perbedaan lembaga penyiaran publik dan komunitas dengan lembaga penyiaran komersial adalah terdapat pada pengakuan yang signifikan akan peranan supervisi dan evaluasi oleh publik. Hal tersebut sejalan dengan spiritnya, yakni pemberdayaan pemberdayaan publik dan komunitas yang digunakan sebagai inti proses demokratisasi (Gazali 2002). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut terlihat bahwa media komunitas sama dengan media massa konvensional secara fisik, yang membedakan adalah secara spesifik. Berikut ini tabel perbedaan-perbedaan spesifik antara media komunitas dengan media massa konvensional. Tabel 1 Perbedaan Spesifik antara Media Komunitas dengan Media Massa

Konvensional (Rachmiate 2007)

Unsur-unsur Media Massa Konvensional Media Komunitas

1. Kepemilikan - Kelompok, negara, perorangan - Warga Komunitas 2. Tujuan & sasaran - Informasi, hiburan, pendidikan,

dan kepentingan komersial/bisnis khalayak luas, publik sasaran khusus, klien.

- Informasi, pendidikan, bimbingan/guidence, hiburan tetapi tidak komersil.

- Komunitas bersifat terbatas

3. Content/Isi - Aneka informasi yang bersifat universal, menyentuh kepentingan khalayak

- Isi dirancang oleh lembaga media

- Informasi yang terpilih sesuai dengan kondisi dan kepentingan komunitas

- Isi dirancang lembaga media bersama anggota komunitas

4. Karakteristik Operasional

- Disiarkan atau didistribusikan secara luas

- Cenderung satu arah

- Feedback cenderung tertunda - Sistem operasional rumit dan mahal

- Penyiaran terbatas - Bersifat interaktif - Feedback cenderung

langsung

- Sistem sederhana dan murah

- Sasaran bisa menjadi narasumber

5. Pengawasan & Pertanggung-jawaban

Bergantung pada sistem negara, pemerintahan, pasar/konsumen, atau komisi dewan khusus

Anggota komunitas dan perwakilan ditunjuk oleh warga


(16)

Radio Komunitas

Stasiun penyiaran komunitas dalam UU No. 32/2002 Pasal 21 adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak komersial dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayahnya terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Secara umum, radio komunitas adalah dari komunitas, oleh komunitas, untuk komunitas, dan tentang komunitas. UNESCO seperti dikutip Rachmiatie (2005) mendefinisikannya sebagai berikut: Community radio is a type of radio servicethat caters to the interests of a certain area, broadcasting content that ispopular to a local audience but which may often be overlooked by commercial or mass-media broadcasters (radio komunitas adalah jenis layanan radio yang melayani kepentingan daerah tertentu, konten penyiaran yang populer kekhalayak lokal tetapi mungkin sering diabaikan oleh lembaga penyiaran komersial atau media massa). Fraser dan Estrada (2001) juga mengemukakan bahwa radio komunitas merupakan sebuah pelayanan non-profit yang dimiliki dan dikelola oleh komunitas tertentu, biasanya melalui sebuah yayasan atau perserikatan. Radio komunitas dikelola oleh komunitas dan operasionalnya secara utama bergantung pada sumber-sumber yang dimiliki komunitasnya. Programnya berdasarkan pada akses dan partisipasi komunitasnya yang merefleksikan kebutuhan tertentu dari komunitas.

Sebuah radio dapat disebut sebagai radio komunitas jika memenuhi beberapa persyaratan berikut. Menurut Nasir seperti dikutip Dewi (2011), yaitu menempatkan komunitas sebagai pelaku utama; komunitas berpartisipasi dalam merencanakan, mengelola dan menilai berbagai kegiatan dalam radio komunitas; membangun komunikasi interaktif; keberpihakan kepada kelompok marjinal. Anggota radio komunitas adalah individu dan institusi yang menjadi sumber daya pendukung operasional. Radio komunitas bertenaga transmitter rendah antara 20-100 watts, didukung dengan peralatan yang sesuai kebutuhan. Radio komunitas adalah radio yang dioperasikan di komunitas, untuk komunitas, tentang komunitas, dan oleh komunitas berdasarkan kesamaan geografis atau minat yang sama di antara sekelompok orang. Pada pendirianradio komunitas,urgensinya harus mengacu pada dua aspek diantaranya, (1) jaminan keberadaan komunitas secara permanen di lingkup batas geografis tertentu yang bersedia aktif dalam mengelola radio, (2) peluang partisipasi tiap individu di komunitas secara setara baik dalam pemilikan, produksi siaran maupun selaku pihak pendengar yang harus terlayani hak dan kepentingannya. Semakin kecil cakupan geografis radio semakin banyak individu yang terlayani sebagai subyek siaran, covering isu-isu lokal merata.

Radio yang luas cakupan siarannya akan cenderung elitis dan makin sulit dikontrol oleh tiap individu pendengar. Tabing seperti dikutip Masduki (2004) merumuskan lima karakteristik radio komunitas dalam konteks sosial yaitu: (1) Ia berskala lokal, terbatas pada komunitas tertentu; (2) Ia bersifat partisipatif atau memberi kesempatan setiap inisiatif anggota komunitas tumbuh dan tampil setara sejak proses perumusan acara, manajerial hingga pemilikan; (3) Teknologi siaran sesuai dengan kemampuan ekonomi komunitas bukan bergantung pada bantuan alat pihak luar; (4) Ia dimotivasi oleh cita-cita tentang kebaikan bersama dalam komunitas bukan mencapai tujuan komersial; dan (5) Selain mempromosikan masalah-masalah krusial bersama, dalam proses siaran radio komunitas harus


(17)

mendorong keterlibatan aktif komunitas dalam proses mencari solusinya. Media komunitas tidak hanya sebagai media penyalur kebutuhan para pendengar atau komunitasnya saja, melainkan pendengar atau komunitasnya juga perlu merasakan manfaat yang diperoleh dari keterlibatan mereka pada saat mendengarkan radio komunitas maupun pada saat mengelola secara langsung penyiaran radio komunitas.

Pusat Kajian Komunikasi FISIP UI seperti dikutip Rachmiatie (2007) saat Bappenas mempresentasikan kajian mengenai kegunaan dan fungsi media komunitas. Adapun hasilnya adalah:

1. Merepresentasikan dan mendukung budaya dan identitas lokal 2. Menciptakan program pertukaran opini secara bebas di media 3. Menyediakan program yang variatif

4. Merangsang demokrasi dan dialog

5. Mendukung pembangunan dan perubahan sosial 6. Mempromosikan masyarakat madani

7. Mendorong hadirnya pemerintahan yang baik (good governance) 8. Merangsang partisipasi melalui penebaran informasi dan inovasi

9. Menyediakan kesempatan bersuara bagi yang tidak memiliki kesempatan 10.Berfungsi menghubungkan komunikasi di komunitas (community telephone

service)

11.Member kontribusi pada variasi kepemilikan penyiaran 12.Menyediakan SDM bagi industri penyiaran (Gazali 2002)

Selain itu, berkaitan dengan peranan serta fungsi radio komunitas, Fraser dan Estrada (2001) menyatakan bahwa fungsi radio komunitas antara lain: (1) mempromosikan dan mencerminkan budaya, karakter dan jati diri lokal. Radio komunitas menyediakan program yang khusus disesuaikan dengan identitas dan karakter dari komunitas tersebut sehingga program tersebut akan sangat tergantung pada materi lokal. Programnya juga memusatkan diri pada budaya lokal, budaya komunitas, tentu saja juga merupakan ekspresi artistik melalui musik lokal, tarian, sajak, pementasan teater, menceritakan kisah, dan seterusnya; (2) membantu dalam menciptakan keberagaman suara di udara. Radio komunitas melalui keterbukaannya terhadap partisipasi di segala sektor, menciptakan berbagai pendapat dan opini di udara; (3) meningkatkan akses untuk suatu keberagaman suara di udara; (4) membantu menciptakan keberagaman dalam kepemilikan lembaga siaran; (5) tanggap terhadap kebutuhan komunitasnya; (6) memberikan sumbangan kepada sumberdaya manusia untuk bidang penyiaran; (7) mendorong para anggota dari komunitas terkait untuk berpartisipasi dalam produksi dan penyusunan program, serta (8) mendorong eksperimentasi dalam penyusunan program.

Radio Komunitas atau yang disebut sebagai radio swadaya masyarakat didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang berpartisipasi secara aktif dalam mengatur dan membuat program acara (Atika 2013). Anggota radio komunitas terdiri atas komunitas individu dan badan-badan lokal lainnya sebagai sumber daya manusia yang utama dalam mendukung pengoperasian radio swadaya masyarakat. Menurut Gazali (2002), radio komunitas sebagai lembaga penyiaran yang memberikan pengakuan secara signifikan terhadap peran supervisi dan evaluasi oleh anggota komunitasnya melalui sebuah lembaga supervisi yang khusus


(18)

didirikan untuk tujuan tersebut, dimaksudkan untuk melayani suatu komunitas tertentu saja, dan memiliki daerah jangkauan yang terbatas.

Radio komunitas memiliki prinsip akses yang mengandung arti layanan siaran tersedia dan dapat diterima untuk seluruh masyarakat yang menjadi anggota komunitasnya. Selain itu, radio komunitas juga mengandung prinsip partisipasi yang berarti bahwa anggota komunitas secara aktif terlibat dalam perencanaan dan manajemen (Atika 2013). Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Fraser dan Estrada (2001) mengenai konsep akses dan partisipasi dalam radio komunitas mengandung makna sebagai berikut:

1. Siaran radio komunitas memiliki pola yang menjangkau seluruh anggota komunitas yang dilayani.

2. Komunitas berpartisipasi dalam merumuskan rencana dan kebijakan untuk pelayanan radio tersebut dan dalam menentukan tujuannya dalam dasar-dasar manajemen dan pembuatan programnya.

3. Komunitas berpartisipasi dalam mengambil keputusan untuk menentukan materi program, lama waktu siaran, dan jadwalnya. Masyarakat memilih jenis-jenis program yang mereka inginkan daripada hanya menerima apa yang telah ditentukan.

4. Komunitas bebas memberikan komentar ataupun kritik.

5. Ada interaksi yang terus menerus antara pembuat program dan pihak yang menerima pesan. Radio komunitas bertindak sebagai saluran pertama yang mewadahi interaksi tersebut, tetapi terdapat juga suatu mekanisme yang memungkinkan kontak yang mudah antara para pembuat program dan pihak manajemen dari stasiun radio.

6. Ada kesepakatan yang tidak dibatasi bagi anggota komunitas, baik sebagai pribadi maupun kelompok, untuk membuat program-program dan akan dibantu oleh staf stasiun radio dengan menggunakan fasilitas teknis produksi yang tersedia.

7. Komunitas berpartisipasi dalam pembangunan, manajemen, administrasi, dan pendanaan siaran tersebut.

Menurut hasil riset Combine Resources Institution (CRI) (2002), tipologi radio komunitas khususnya di Indonesia terdiri dari empat bentuk yaitu:

1. Community Based (radio berbasis komunitas): Radio yang didirikan oleh komunitas yang menempati wilayah geografis tertentu sehingga basisnya adalah komunitas yang menempati suatu daerah dengan batas-batas tertentu, seperti kecamatan, kelurahan dan desa.

2. Issue or Sector Based (radio berbasis masalah atau sektor tertentu): Radio yang didirikan oleh komunitas yang terikat oleh kepentingan dan minat yang sama sehingga basisnya adalah komunitas yang terikat oleh kepentingan-kepentingan yang sama dan terorganisasi, seperti komunitas petani, buruh, dan nelayan.

3. Personal Initiative Based (radio berbasis inisiatif pribadi): Radio yang didirikan oleh perpetanian karena hobi atau memiliki tujuan lainnya, seperti hiburan, informasi, dan tetap mengacu pada kepentingan warga komunitas. 4. Campus Based (radio berbasis kampus): Radio yang didirikan oleh warga kampus perguruan tinggi dengan berbagai tujuan, termasuk sebagai sarana laboratorium dan sarana belajar mahasiswa.


(19)

Tipologi yang akan diteliti lebih fokus pada jenis radio berbasis komunitas, yaitu Radio Komunitas R-One. Jenis tersebut dipilih karena melihat perkembangan radio komunitas yang dilakukan oleh warga dilingkungan desa-urban yang terletak didaerah Bojonggede, Kabupaten Bogor. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan beberapa sumber, pada dasarnya pengertian radio komunitas memiliki kesamaan, yaitu radio komunitas yang didirikan oleh anggota komunitas, dikelola oleh mereka, dan program acaranya ditujukan untuk memenuhi kepentingan mereka. Radio KomunitasR-One adalah salah satu radio yang menempati wilayah geografis tertentu, yaitu di Kecamatan Bojonggede. Selain Radio Komunitas R-One, radio komunitas lainnya yang berkembang di Kecamatan Bojonggede cukup terbilang banyak, yaitu Karmila FM, Pesona FM, dan lainnya.

Keterdedahan Pada Siaran Radio Komunitas

Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan media yang mengacu pada utilitas, intensionalitas, selektivitas, dan keterlibatan khalayak dengan media. Aspek keterdedahan dapat diukur berdasarkan:

1. Waktu yang digunakan dalam mengikuti berbagai informasi menggunakan media

2. Jenis-jenis isi media yang diikuti

3. Hubungan yang terdapat antara individu yang mengkonsumsi informasi baikdengan isi media maupun dengan media

Menurut De Fleur seperti dikutip Atika (2013) mengungkapkan bahwa keterdedahan atau pola penggunaan media massa merupakan total waktu rata-rata yang digunakan dalam sehari, frekuensi, dan pilihan acara. Singkatnya, keterdedahan adalah terpaan khalayak terhadap satu atau beberapa pesan dari media komunikasi salah satunya radio. Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2011), Tede (2012), dan Nurmayanti (2012) dapat dirumuskan aspek yang dapat dijadikan indikator keterdedahan terhadap siaran radio dapat dilihat dari frekuensi dan lama khalayak mendengarkan siaran radio. Hasil penelitian Tede (2012) menyatakan karakteristik pendengar yang berpengaruh terhadap keterdedahannya pada siaran radio adalah kepemilikan media massa terhadap lama mendengarkan. Semakin sering frekuensi mendengar radio, semakin besar kemungkinan khalayak untuk mendengarkan berbagai siaran radio. Pada penelitian ini keterdedahan pada siaran radio merupakan keterlibatan pendengar radio komunitas dalam mendengarkan siaran radio komunitas yang diukur melalui tiga indikator, yaitu: frekuensi mendengar, durasi atau lama mendengarkan, dan pilihan acara yang dipilih oleh pendengar.

Partisipasi

Istilah partisipasi merupakan karakteristik yang khas dari radio komunitas. Menurut Masduki (2004), “Tolok ukur keberhasilan pengelolaan radio komunitas


(20)

adalah partisipasi warga dalam berbagai bentuk. Partisipasi tidak hanya berupa dana, tetapi bisa pemikiran, kebijakan atau keterlibatan langsung dalam proses siaran”. Menurut Cohen dan Uphoff seperti dikutip Intania (2003), partisipasi adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi. Partisipasi dibagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam setiap rapat.

2. Tahap pelaksanaan merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: 1) Partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, 2) Partisipasi dalam bentuk sumbangan materi, 3) Partisipasi dalam bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.

3. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek, Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan maka semakin besar manfaat proyek dirasakan berarti proyek tersebut berhasil menangani sasaran.

4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, terbukti bahwa adanya partisipasi menimbulkan beberapa efek pengaruh bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai informasi lokal yang ada disekitarnya. Dewi (2011) menunjukkan bahwa efek yang dirasakan oleh masyarakat atau khalayak yang mendengarkan radio komunitas adalah perubahan pengetahuan masyarakat mengenai penanggulangan bencana dan DRR. Masyarakat lokal merasa pengetahuannya bertambah setelah mendengarkan tips maupun informasi yang disampaikan oleh radio komunitas Angkringan dan Lintas Merapi yang berada di Yogyakarta. Menurut hasil penelitian Atika (2013), bentuk partisipasi yang paling banyak dilakukan oleh pendengar Radio Remaja adalah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh radio, seperti rapat atau pertemuan anggota, mengirimkan SMS atau melalui telepon seluler. Bentuk partisipasi pada Radio Whisnu, yaitu mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh radio seperti temu pendengar, arisan, dan rapat pertemuan anggota, menjadi penyiar, pengisi acara, menyampaikan aspirasi melalui SMS atau telepon. Pendengar juga memberikan usulan acara kepada pengelola radio komunitas.

Kepuasan Komunitas

Tujuan utama dari media massa dan komunitas antara lain adalah kepuasan khalayak atau anggota komunitas atas pemenuhan kebutuhan mereka. Menurut Nicholas seperti dikutip Atika (2013) kebutuhan terdiri atas tiga macam, yaitu: Pertama, kebutuhan informasi yang tidak disadari (domand needs). Kebutuhan ini dialami oleh seorang yang sering kali tidak mengetahui informasi apa yang mereka butuhkan, tidak menyadari ada kesenjangan informasi, dan tidak mengetahui informasi baru memberikan sesuatu tentang apa yang telah mereka ketahui, seseorang akan menyadari adanya kebutuhan ketika mereka mengalami masalah


(21)

tertentu. Kedua, kebutuhan informasi yang tidak diekspresikan (unexpresed news). Kebutuhan yang dimana mereka sadar membutuhkan informasi tersebut tetapi tidak mau melakukan sesuatu untuk memenuhinya. Terakhir, kebutuhan informasi yang diekspresikan (espresed needs), yaitu kebutuhan yang didasari dan diupayakan dipenuhi oleh masyarakat yang sadar adanya kesenjangan antar pengetahuan dan keinginan pemenuhan kehidupan sehari-harinya.

Dominick (2002) mengklasifikasikan kebutuhan-kebutuhan (needs) terhadap penggunaan media menjadi empat, yaitu 1) Cognition (dorongan memperoleh informasi), 2) Diversion (dorongan meliputi bentuk stimuli, relaksasi, dan pelepasan emosi), 3) Sosial utility (dorongan meliputi kebutuhan kontak sosial dalam lingkungan sosial), 4) Withdrawal (kebutuhan melepaskan diri dari aktivitas-aktivitas tertentu dan bukan sekedar relaksasi saja). Berdasarkan pada hasil penelitian sebelumnya, menurutAtika (2013), pemenuhan kebutuhan informasi melalui radio komunitas di Radio Remaja tergolong rendah sedangkan di Radio Whisnu tergolong sangat tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi petani melalui radio komunitas adalah frekuensi mendengarkan dan durasi mendengarkan radio komunitas. Dewi (2011) menunjukkan bahwa efek yang dirasakan masyarakat lokal adalah peningkatan pengetahuan dan informasi setelah mendengarkan tips maupun informasi yang disampaikan oleh radio komunitas Angkringan dan Lintas Merapi yang berada di Yogyakarta.

Secara sederhana, radio komunitas diartikan sebagai radio dari, oleh, untuk, dan tentang komunitas. Radio ini menjadikan komunitas sebagai basis operasionalisasi radio. Keberadaan radio komunitas dapat menyuarakan berbagai aspirasi, keluh-kesah, persoalanberbagai peristiwa lokal dengan menyentuh kehidupan nyata masyarakat komunitasnya menjadi wadah sekaligus fasilitator serta memberikan advokasi atas berbagai isu lokal masyarakat. Hal-hal tersebut yang dinilai dapat memberikan kepuasan atas terpenuhi kebutuhanmereka melalui radio komunitas.

Hasil Penelitian Sebelumnya

Radio komunitas saat ini banyak dijadikan sebagai objek penelitian karena fungsinya yang dinilai dapat menjadikan khalayak lokal mendapatkan manfaat yang sesuai dengan kebutuhannya. Menurut penelitian Rachmiatie (2007) dan hasil penelitian di beberapa negara, radio komunitas ternyata sangat tepat untuk kondisi di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah menumbuhkan partisipasi yang merupakan kekuatan bagi komunitas untuk membuka pintu perubahan kehidupan komunitas, melayani informasi di segala sektor kehidupan komunitas, dan meningkatkan akses untuk penyebaran informasi secara lisan. Oleh karena itu, pada pasca reformasi jumlah penelitian komunikasi, khususnya dibidang kajian tentang sistem penyiaran Indonesia, jenis dan fungsinya mulai beragam dibandingkan dengan era sebelum reformasi. Sejak diresmikan secara legal keberadaan lembaga penyiaran komunitas yang lahir, tumbuh, dan berkembang dari masyarakat sendiri telah membuka ruang kepada sejumlah lapisan masyarakat untuk berperan serta dalam sistem penyiaran. Penelitian mengenai media penyiaran komunitas sudah mulai bermunculan sejak tahun 2003. Tabel 2 menyajikan hasil penelitian tentang radio komunitas yang dihimpunsejak tahun 2005 sampai 2014.


(22)

Tabel 2 Hasil Penelitian tentang Radio Komunitas berdasarkan Tahun 2005-2014

Penulis (Tahun) Hasil Penelitian

Rachmiatie (2005)

- Partisipasi: Kurang adanya partisipasi karena Radio Komunitas masih bersifat topdown untuk wilayah tertutup dan bersifat horizontal untuk wilayah terbuka.

- Keterdedahan : -

- Efek: Kesadaran warga komunitas untuk mengemukakan pendapatnya dalam berkomunikasi

Winnetou dan Setiawan (2007)

- Partisipasi: Menjadi pengisi acara Radio Agro FM secara sukarela dari komunitas pendengarnya

- Keterdedahan: -

- Efek: Menjangkau domain kognitif dan memberikan peningkatkan pengetahuan komunitas pendengarnya

Pratiwi (2008) - Partisipasi: Keterlibatan warga dalam penyelenggaraan radio tergolong sedang diantaranya: tahap penyelenggaraan 61,7 persen (sedang), tahap perencanaan 68,3 persen (sedang), tahap menikmati hasil 41,7 persen (sedang), tahap evaluasi 53 persen (sedang)

- Keterdedahan: Mendengarkan siaran Radio Komunitas Suara Kencana lebih dari tiga kali dalam satu minggu dan lama mendengarkan siaran Radio Komunitas Suara Kencana berkisar antara tiga hingga empat jam bahkan lebih

- Efek:

-Dewi (2011) - Partisipasi: Adanya berbagai bantuan yang diberikan dan saling bertukar informasi antar masyarakat mengenai DDR melalui radio komunitas

- Keterdedahan: Pesan siaran radio mengenai DRR terlihat dari intensitas masyarakat mendengarkan siaran radio - Efek: Perubahan pengetahuan masyarakat di Yogyakarta dan

Jawa Tengah mengenai penanggulangan bencana Nurmayanti

(2012)

- Partisipasi: Partisipasi masyarakat terlihat pada perilaku komunikasi masyarakat terhadap radio komunitas

- Keterdedahan: Frekuensi dan lama mendengarkan radio komunitas tergolong sedang.

- Efek: Terdapat pemahaman petani mengenai fungsi sarana pendidikan umum dan agama (afektif)

Tabel 2 Hasil Penelitian tentang Radio Komunitas berdasarkan Tahun 2005-2014 (Lanjutan)

Kerangka Pemikiran

Radio komunitas merupakan media komunitas yang melekat aspek partisipasi dalam penyelenggaraannya. Sesuai dengan prinsip radio komunitas, yaitu dari, oleh, dan untuk masyarakat. Adanya partisipasi masyarakat setempat memungkinkan muatan radio komunitas menjadi sesuai dengan kebutuhan


(23)

komunitasnya. Karakteristik individu sebagai pendengar radio komunitas terdiri atas usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa.

Karakteristik pendengar merupakan variabel yang akan menjelaskan faktor-faktor

Penulis (Tahun) Hasil Penelitian

Tripambudi (2012)

- Partisipasi: Keterlibatan masyarakat pada

penyelenggaraannya Pertemuan rutin setiap satu lapan sekali, yaitu setiap malam Minggu.

- Keterdedahan: Jam siaran antara jam 15.00-24.00 banyak didengarkan masyarakat komunitas dipos ronda.

- Efek: Meningkatkan kognitif/ pengetahuan pendengarnya Dede Lilis Ch. &

Nova Yuliati (2012)

- Partisipasi: Keterlibatan warga di radio komunitas PASS terjadi melalui sumber biaya operasional yang berasal dari sumbangan warga, hibah, sponsor, dan sumber lain yang tidak mengikat. Masyarakat (kepala RT/RW) bergantian menjadi penyiar sekali selama sepekan untuk menyapa masyarakat lainnya, memberikan sumbangan sukarela antara Rp 2.000,- s.d. Rp 5.000,- untuk satu kali siaran.

- Keterdedahan: -

- Efek: Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pendengar yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan.

Panutra dan Atmojo (2012)

- Partisipasi: Hanya sedikit anggota komunitas yang

berpartipasi pada Radi Merapi. Padahal melalui musyawarah warga telah ada pembagian tugas dalam pengelolaan Radio Merapi FM. Namun, banyak anggota yang tidak aktif dan sekadar berkunjung diwaktu longgar saja.

- Keterdedahan: -

- Efek: Memberikan pengaruh bagi pendengarnya, yakni pada tingkat kognitif pendengar

Atika (2013) - Partisipasi: Bentuk partisipasi pada Radio Whisnu dan Radio

Remaja tidak jauh berbeda, yaitu mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh radio, yaitu temu pendengar, arisan, dan rapat pertemuan anggota, menjadi penyiar, pengisi acara, menyampaikan aspirasi melalui SMS atau telepon. Pendengar juga memberikan usulan acara kepada pengelola radio komunitas.

- Keterdedahan: frekuensi dan durasi mendengarkan siaran radio komunitas di Radio Remaja dan Radio Whisnu tergolong tinggi.

- Efek: Tingkat pemenuhan kebutuhan informasi melalui radio komunitas di Radio Remaja tergolong rendah sedangkan di Radio Whisnu tergolong sangat tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi petani melalui radio komunitas yaitu frekuensi mendengarkan dan durasi mendengarkan radio komunitas.

Tede (2012) - Partisipasi: -

- Keterdedahan: Intensitasnya mendengarkan siaran Radio di sore hari dengan lama mendengarkan 2-4 jam perharinya


(24)

apa saja yang berhubungan dengan variabel partisipasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar. Variabel partisipasi dalam penelitian ini adalah keterlibatan masyarakat dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan program siaran, pendanaan, dan evaluasi siaran program yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Keterangan:

: Berhubungan

Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran

Variabel keterdedahan radio komunitas merujuk pada tiga alat ukur yang dikemukakan oleh De Fleur seperti dikutip Atika (2013), yaitu total waktu rata-rata yang digunakan dalam sehari, frekuensi, dan pilihan acara. Variabel partisipasi ini merujuk pada kombinasi bentuk dan tahapan partisipasi yang dirumuskan Masduki (2004) dan Cohen & Uphoff seperti dikutip Intania (2003). Variabel efek dari penggunaan media massa dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi media massa, khususnya radio komunitas, dalam memberi kepuasan pada pendengarnya. Variabel efek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepuasan atas terpenuhinya kebutuhan pendengar yang meliputi pemenuhan kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan yang diperolehnya melalui radio komunitas yang dikemukakan oleh Dominick (2002). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang tertera pada Gambar 3, maka hipotesis penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pendengar dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas.

- Efek: Program siaran Radio Pertanian Ciawi memberikan pengaruh kognitif dan afektif bagi pendengar


(25)

2. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pendengar dengan tingkat partisipasi pendengar pada radio komunitas.

3. Terdapat hubungan nyata antara keterdedahan pendengar dengan tingkat kepuasan pendengar pada radio komunitas.

4. Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi pendengar dengan tingkat kepuasan pendengar pada radio komunitas.

Definisi Operasional 1. Karakteristik Pendengar (X1)

Karakteristik pendengar terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa. Definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

a. Usia adalah masa hidup seseorang dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung. Pengukuran usia dinyatakan dalam rasio dan dalam pengolahannya diukur menggunakan skala ordinal berdasarkan data yang diperoleh di lapang. Usia dikategorikan menjadi:

• Dewasa Muda : (19-30 Tahun) • Dewasa Pertengahan : (31-50Tahun) • Dewasa Tua : (> 50 Tahun)

b. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah ditamatkan. Tingkat pendidikan diukur menggunakan skala ordinal berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir dan dikategorikan menjadi: • Tinggi (Skor 3) : Mengikuti atau Tamat Perguruan Tinggi (PT) • Sedang (Skor 2) : Mengikuti Sekolah Menengah Pertama (SMP)

sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) • Rendah (Skor 1) : Tidak pernah sekolah sampai tamat Sekolah

Dasar (SD)

c. Jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan dikategorikan berdasarkan data yang diperoleh dilapang menjadi:

• Buruh

• Pegawai Swasta • Wirausaha • PNS/Guru • Petani

• Ibu Rumah Tangga

d. Kepemilikan media massa adalah jenis dan jumlah media massa yang dimiliki oleh responden yang meliputi kepemilikan radio, televisi, dan surat kabar. Kepemilikan mediadiukur menggunakan skala ordinal dan dapat dikategorikan menjadi:

• Tinggi (Skor 3) : Memiliki televisi, radio, surat kabar atau majalah, dan dapat mengakses internet

• Sedang (Skor 2) : Memiliki dua sampai tiga macam media massa • Rendah (Skor 1) : Memiliki salah satu dari macam media massa


(26)

2. Keterdedahan Radio Komunitas (X2)

Keterdedahan radio komunitas adalah keterlibatan pendengar radio komunitas dalam mendengarkan siaran radio komunitas. Penentuan kategori menggunakan interval. Cara memperolehnya melalui rentang skala penilaian yangdidapat dari selisih skor maksimum dikurangi skor minimum pada masing-masing kelas:

rs = Skor maksimum-skor minimun

∑ �����

Gambar 2 Rumus interval

a. Frekuensi mendengarkan siaran radio komunitas adalah tingkat keseringan responden mendengarkan siaran radio komunitas dalam rentang waktu per dua minggu. Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi mendengarkan dibagi menjadi tiga kategori menurut kali/ 2 minggu, yaitu:

• Tinggi (Skor 3) : (20-28 kali/2 minggu) • Sedang (Skor 2) : (12-19 kali/2 minggu) • Rendah (Skor 1) : (4-11 kali/2 minggu)

Selain itu, frekuensi mendengarkan juga dibagi menjadi tiga kategori menurut hari/ 2 minggu mendengarkan radio, yaitu:

• Tinggi (Skor 3) : (10-14 hari/2 minggu) • Sedang (Skor 2) : (6-9 hari/2 minggu) • Rendah (Skor 1) : (2-5 hari/2 minggu)

b. Durasi mendengarkan siaran radio komunitas adalah lama mendengarkan atau waktu rata rata yang diluangkan responden untuk mendengarkan siaran radio komunitas dalam satu hari. Berdasarkan data yang diperoleh, lama mendengarkan dibagi menjadi tiga kategori menurut jam/ hari, yaitu:

• Tinggi (Skor 3) : (6-7 jam/hari) • Sedang (Skor 2) : (3-5 jam/hari) • Rendah (Skor 1) : (1-2 jam/hari)

Selain itu, durasi atau lama mendengarkan juga dibagi menjadi tiga kategori menurut jam/ 2 minggu mendengarkan radio, yaitu:

• Tinggi (Skor 3) : (49-70 jam/2 minggu) • Sedang (Skor 2) : (28-48 jam/2 minggu) • Rendah (Skor 1) : (7-27 jam/2 minggu)

c. Pilihan program adalah program siaran radio komunitas yang dijadikan pilihan oleh responden untuk didengarkan selama dua minggu.

3. Partisipasi (X3)

Partisipasi adalah keterlibatan pendengar dalam berbagai bentuk, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, pendanaan, keterlibatan langsung dalam proses siaran, evaluasi dari aktivitas yang dilakukan oleh radio komunitas.

a. Partisipasi dalam perencanaan adalah keterlibatan pendengar pada rapat persiapan siaran, pengambilan keputusan, pengadaan alat siaran, pemilihan


(27)

materi siaran, pemilihan penyiar dan penetapan jadwal siaran. Partisipasi dalam perencanaan diukur dengan menanyakan tujuh pertanyaan dalam kuesioner. Masing-masing pertanyaan memiliki skor tertinggi empat dan terendah satu. Partisipasi dalam perencanaan diurutkan menjadi:

• Tinggi : Memperoleh skor 21 sampai 28 • Sedang : Memperoleh skor 14 sampai 20 • Rendah : Memperoleh skor tujuh sampai 13

b. Partisipasi dalam pendanaan adalah keterlibatan pendengar pada pembiayaan operasional radio meliputi iuran harian/bulanan dan sumbangan untuk kegiatan serta pengelolaan radio komunitas. Partisipasi dalam pendanaan diukur dengan menanyakan empat pertanyaan dalam kuesioner. Masing-masing pertanyaan memiliki skor tertinggi empat dan terendah satu. Partisipasi dalam pendanaan diurutkan menjadi:

• Tinggi : Memperoleh 12 sampai 16

• Sedang : Memperoleh skor delapan sampai 11 • Rendah : memperoleh skor empat sampai tujuh

c. Partisipasi dalam pelaksanaan program siaran adalah keterlibatan pendengar menjadi penyiar atau menjadi sumber materi dan informasi yang akan disiarkan pada program-program siaran juga mengikuti kegiatan siaran interaktif melalui telepon atau pesan singkat (SMS). Partisipasi dalam pelaksanaan program siaran diukur dengan menanyakan sembilan pertanyaan dalam kuesioner. Masing-masing pertanyaan memiliki skor tertinggi empat dan terendah satu. Tingkat partisipasi dalam penikmatan hasil diurutkan menjadi:

• Tinggi : Memperoleh skor 27 sampai 36 • Sedang : Memperoleh skor 18 sampai 26 • Rendah : Memperoleh skor sembilan sampai 17

d. Partisipasi dalam evaluasi program siaran adalah keterlibatan pendengar pada penilaian atau perbaikan program siaran meliputi pemberian saran terhadap program siaran atau masukan untuk program siaran kedepannya. Partisipasi dalam evaluasi diukur dengan menanyakan lima pertanyaan dalam kuesioner. Masing-masing pertanyaan memiliki skor tertinggi empat dan terendah satu. Partisipasi dalam evaluasi diurutkan menjadi:

• Tinggi : Memperoleh skor 15 sampai 20 • Sedang : Memperoleh skor 10 sampai 14

• Rendah : Memperoleh skor lima sampai sembilan 4. Tingkat Kepuasan Pendengar (Y)

Tingkat kepuasan khalayak pendengar adalah terpenuhinya berbagai macam hal yang sesuai dengan kebutuhannya meliputi kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert, yakni SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).

a. Kebutuhan Informasi (Cognition) adalah terpenuhinya kebutuhan informasi pendengar meliputi informasi seputar lokasi tempat tinggal pendengar, kabar cuaca, pendidikan, kesehatan, olahraga, dan lainnya yang bermanfaat


(28)

bagi pendengar. Kebutuhan informasi diukur dengan menanyakan 11 pertanyaan dalam kuesioner. Kebutuhan akan informasi diukur menggunakan skala ordinal dan dapat dikategorikan menjadi:

• Rendah : Memperoleh skor 11 sampai 21 • Sedang : Memperoleh skor 22 sampai 33 • Tinggi : Memperoleh skor 34 sampai 44

b. Kebutuhan Kontak Sosial (Social utility) adalah tepenuhinya kebutuhan kontak sosial pendengar terhadap keluarga, sahabat, dan lainnya dalam lingkungan sosial. Kebutuhan informasi diukur dengan menanyakan empat pertanyaan dalam kuesioner. Kebutuhan akan informasi diukur menggunakan skala ordinal dan dapat dikategorikan menjadi:

• Rendah : Memperoleh skor 11 sampai 21 • Sedang : Memperoleh skor 22 sampai 33 • Tinggi : Memperoleh skor 34 sampai 44

c. Kebutuhan Hiburan adalah terpenuhinya kebutuhan pendengar berupa stimuli, relaksasi, dan pelepasan emosi. Kebutuhan informasi diukur dengan menanyakan lima pertanyaan dalam kuesioner. Kebutuhan akan informasi diukur menggunakan skala ordinal dan dapat dikategorikan menjadi: • Rendah : Memperoleh skor 5 sampai 9

• Sedang : Memperoleh skor 10 sampai 15 • Tinggi : Memperoleh skor 16 sampai 20


(29)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian tentang partisipasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar di radio komunitas ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang menggambarkan tindakan pendengar dalam menggunakan radio komunitas, serta menganalisis dan menjelaskan karakteristik pendengar yang berhubungan dengan partisipasi dan keterdedahan pendengar dalam penggunaan radio komunitas tersebut. Setelah mengetahui partisipasi dan keterdedahan pendengar, selanjutnya dapat menganalisis tingkat kepuasan pendengar yang dilihat dari terpenuhinya kebutuhan pendengar akan berbagai program yang disiarkan radio komunitas. Pendekatan utama yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Pendekatan kuantitatif dikombinasikan dengan pendekatan kualitatif dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti.

Lokasi dan Waktu

Radio komunitas yang dipilih untuk penelitian ini adalah Radio Komunitas R-One yang terletak di Desa Susukan, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor. Radio komunitas ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan beberapa hal diantaranya: 1) Radio Komunitas R-One merupakan stasiun radio komunitas yang didirikan oleh masyarakat sekitar, yaitu pemuda desa setempat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhun komunitasnya. 2) Radio Komunitas R-One sudah berdiri cukup lama, yaitu sejak tahun 2007. 3) Radio Komunitas R-R-One tergolong radio yang aktif dan masih mengembangkan program siaran dikomunitasnya sampai saat ini. Lokasi yang menjadi sasaran penelitian adalah Desa Susukan, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi Desa Susukan bersamaan dengan lokasi Radio Komunitas R-One sehingga terjangkau oleh sinyal siaran yang dipancarkan Radio Komunitas R-One. Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu diamati partispasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar di Radio Komunitas R-One. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu enam bulan yang terdapat pada Lampiran 1, terhitung mulai bulan Juni 2014 sampai dengan Januari 2015.

Pengambilan Sampel

Subjek dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu responden dan informan. Responden dalam penelitian ini adalah pendengar Radio Komunitas R-One yang dipilih sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Informan dalam penelitian ini adalah pengelola aktif dan penasihat umum Radio Komunitas R-One. Populasi dari penelitian ini adalah pendengar Radio Komunitas R-One pada dua bulan terakhir (September sampai dengan Oktober 2014) yang terdapat di daftar inbox dan call recents pendengar yang dimiliki oleh Radio Komunitas R-One. Pendengar yang dapat menjadi responden adalah pendengar yang aktif


(30)

mengirimkan pesan singkat (SMS) atau menghubungi Radio Komunitas R-One sekurangnya tiga kali selama dua bulan terakhir (September sampai dengan Oktober 2014) dan tinggal di Desa Susukan. Pendengar yang memenuhi syarat diperoleh berdasarkan kuesioner pendahuluan yang berisi pertanyaan saringan kepada calon responden terlebih dahulu.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan prosedur accidental sampling, yaitu kuesioner pendahuluan berupa pertanyaan identitas dan pertanyaan saringan dikirim kepada pendengar Radio Komunitas R-One selama dua bulan terakhir (September sampai dengan Oktober 2014), kuesioner dikirim dan diedarkan melalui SMS kepada nomor-nomor yang terdapat pada daftar inbox dan call recents pendengar yang dimiliki Radio Komunitas R-One, kemudian menunggu pendengar yang merespon membalas SMS. Tidak semua yang merespon kuesioner pendahuluan yang diberikan dapat menjadi responden karena terdapat screening question (pertanyaan saringan) pada kuesioner untuk menanyakan berapa kali calon responden mengirimkan SMS atau menghubungi Radio Komunitas R-One selama dua bulan terakhir yaitu September sampai dengan Oktober 2014. Responden yang mengirimkan SMS atau menghubungi Radio Komunitas R-One sekurangnya tiga kali dalam dua bulan tersebut akan menjadi responden karena diasumsikan pendengar aktif mendengarkan Radio Komunitas R-One.

Selain itu, pendengar yang dipilih sebagai responden adalah pendengar yang bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi Radio Komunitas R-One yaitu bertempat tinggal di Desa Susukan. Selanjutnya, responden dihubungi lebih lanjut untuk mengisi kuisioner penelitian. Setelah sebelumnya dilakukan penyebaran kuesioner pendahuluan selama kurang lebih dua minggu, terdapat 86 kuesioner pendahuluan yang direspon oleh pendengar melalui balasan pesan singkat. Setelah melalui screening question atau pertanyaan saringan, diperoleh responden yang memenuhi syarat dan dapat dihubungi lebih lanjut sebanyak 50 orang responden yang hasil kuesioner selanjutnya akan diolah.

Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data dikumpulkan dengan menggunakan dua instrumen penelitian, yaitu kuesioner dan pedoman pertanyaan. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Data primer, yang diperoleh dari survei responden dengan menggunakan kuesioner serta pedoman pertanyaan (Lampiran 5) untuk responden dan informan. Data sekunder, meliputi profil Radio Komunitas R-One, daftar pendengar Radio Komunitas R-One pada dua bulan terakhir, yaitu September sampai dengan Oktober 2014.

Wawancara terstruktur dilakukan kepada informan dan responden. Wawancara dengan informan dilakukan melalui tatap muka. Wawancara dengan responden dilakukan tatap muka. Wawancara dengan responden juga dilakukan saat pengisian kuisioner penelitian. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui lebih dalam alasan responden menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Selain itu, informan juga diwawancarai sesuai dengan pedoman pertanyaan yang telah disusun.


(31)

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam berkas data. Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabulasi silang. Ketiga, mengedit, yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi. Untuk penelitian ini, hasil jawaban kuesioner pendahuluan 86 orang responden yang diperoleh kemudian diolah. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu pertama, memilah responden berdasarkan screening question, yaitu pendengar yang aktif mengirimkan SMS atau menghubungi Radio Komunitas R-One sekurangnya tiga kali selama dua bulan terakhir (September sampai dengan Oktober 2014) dan tinggal di Desa Susukan yang menjadi responden penelitian. Kemudian, diperoleh responden yang akan diberikan kuesioner penelitian selanjutnya secara tatap muka sebanyak 50 orang responden (Lampiran 2).

Kedua, dilakukan pengisian kuesioner penelitian dengan mendampingi setiap responden yang mengisi kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan secara tatap muka di tempat tinggal responden atau membuat janji untuk bertemu di Radio Komunitas R-One. Pendampingan dalam pengisian kuesioner dilakukan agar jawaban yang diberikan responden sesuai dengan maksud peneliti yang sebenarnya. Ketiga, melakukan pengkodean data kemudian memasukkan data ke dalam Microsoft Excel 2010 sesuai dengan indikator dan variabelnya. Keempat,data hasil kuesioner terhadap responden dibuat dalam bentuk tabel frekuensi serta diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software Statistic Program for Social Science (SPSS) for Windows versi 16.0. Analisis data meliputi:

1. Analisis χ2 (chi-square) untuk melihat hubungan dan keeratan hubungan daridata nominal dan ordinal, yaitu hubungan jenis pekerjaan dengan frekuensi dandurasi responden dalam mendengarkan siaran radio komunitas, serta jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi responden dalam penyelenggaraan Radio Komunitas R-One.

2. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antar variable dengan data ordinal, seperti untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (independen dan dependen) yang ada pada penelitian ini, yaitu menguji hubungan karakteristik pendengar (skala ordinal) sebagai usia, pendidikan, dan kepemilikan media massa (skala ordinal) dengan tingkat partisipasi dan keterdedahan pada siaran radio komunitas (skala ordinal). Uji kolerasi juga digunakan untuk menganalisis tingkat partisipasi dengan kepuasan pendengar serta keterdedahan dengan kepuasan pendengar. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten.


(32)

GAMBARAN UMUM

Profil Radio Komunitas R-One

Radio Komunitas R-One merupakan lembaga penyiaran yang didirikan oleh kelompok pemuda Desa Susukan yang bersifat independen dan tidak komersil, serta bertujuan untuk melayani kepentingan komunitasnya. Sebagaimana radio komunitas pada umumnya, Radio Komunitas R-One juga memiliki daya pancar rendah dan luas jangkauan wilayah yang terbatas. Radio Komunitas R-One didirikan pada tanggal 3 Agustus 2007. Berawal dari hobi pribadi kelompok pemuda Desa Susukan pada bidang penyiaran serta kebutuhan mereka dan masyarakat lainnya akan sebuah media informasi dan komunikasi, membuat kelompok pemuda Desa Susukan memiliki inisiatif untuk mendirikan sebuahradio komunitas. Ide tersebut juga mendapat respon yang baik oleh Kelompok Pemuda Forkabi (organisasi masyarakat yang berbasis kedaerahan), Pemuda KNPI, dan Kepala Desa Susukan. Kemudian, dilakukan musyawarah bersama antar tokoh masyarakat dan kelompok pemuda Desa Susukan, hingga terbentuklah nama R-One. Nama tersebut diperoleh dengan harapan radio ini dapat menjadi radio komunitas yang memberikan manfaat dan menjadi nomor satu diantara radio-radio lain yang terdapat di wilayah Kecamatan Bojonggede.

Radio Komunitas R-One berdiri atas biaya yang dikumpulkan bersama oleh kelompok pemuda Desa Susukan dan beberapa tokoh masyarakat. Dana awal yang dikeluarkan untuk mendirikan Radio Komunitas R-One sebesar Rp 4.100.000 di luar peralatan yang masih dapat digunakan sebagai alat siaran. Alat yang digunakan juga masih sederhana yang didapatkan dari teman-teman terdekat yang memiliki alat, seperti komputer, sound, radio kontrol, microphone, dan lainnya. Alat lain seperti pemancar, antena, dan Mixer diperoleh dari dana yang telah dikumpulkan bersama kelompok pemuda Desa Susukan dan Tokoh Masyarakat setempat, dengan rincian dana yang didapatkan digunakan sebagai berikut: 1) Pemancar dan antena: Rp 1.800.000, 2) Mixer 8 Channel: Rp 450.000. Kuat daya pancar maksimum 25 Watt (equevalen dengan ERP di antena maksimum 50 Watt), dengan ketinggian tower maksimum 20 meter.

Awalnya jangkauan Radio Komunitas R-One hanya 2.5 sampai 3 km. Radio Komunitas R-One mengalami perpindahan channel yang diakibatkan oleh adanya siaran radio swasta yang mengambil channel 97.7 FM, Radio Komunitas R-One mendapat izin pindah Channel dari kantor Kecamatan Bojonggede ke channel 94.5 FM. Berdasarkan hal tersebut ternyata jangkauan siaran radio komunitas mengalami masalah, dimana jangkauannya “bocor” sanpai dengan 5 km. Radio Komunitas R-One saat ini sedang mencoba memperbaiki ke”bocor”an tersebut. Radio Komunitas R-One berkembang atas dana yang diperoleh dari kontribusi pendengarnya, dengan cara mengedarkan kupon request atau lembar ucapan kepada masyarakat sekitar sebagai komunitas pendengar dari RadioKomunitas R-One. Kemudian, dana tersebut digunakan untuk biaya operasional. Sifatnya yang tidak komersial membuat Radio KomunitasR-One tidak menerima iklan niaga untuk menambah biaya operasionalnya, sehingga iklan yang disiarkan terbatas pada iklan layanan masyarakat saja.


(33)

Radio yang mengusung motto “Bersatu untuk semua dan semua untuk yang satu (Tuhan)” ini berlokasi di Desa Susukan, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor. Awalnya Radio Komunitas R-One mengudara pada frekuensi 97.7 FM, namun saat ini mengudara pada frekuensi 94.5 FM dengan jam siaran selama 14 jam. Radio Komunitas R-One memiliki struktur kepengurusan yang sebagian besar dikelola oleh masyarakat sekitar Desa Susukan. Struktur kepengurusan Radio Komunitas R-One tahun 2013/2014 terdapat pada Gambar 5. Saat ini Radio Komunitas R-One baru dimiliki oleh organisasi nasional (PK KNPI Bojonggede) yang merupakan representasi komunitas yang akan memastikan radio komunitas dapat berperan aktif. Radio Komunitas R-One mengusung konsep informasi dan hiburan sehingga program siarannya memiliki daya tarik yang dapat menarik perhatian para pendengarnya.

Selain itu, pendengar juga dapat berkomunikasi atau me-request secara langsung maupun tidak langsung melalui sms, telepon, atau sekadar melalui atensi. Program dan jam siaran Radio Komunitas R-One sebagian besar diakomodasi oleh keinginan pendengar yang ditetapkan melalui rapat anggota. Saat ini, program yang disiarkan masih berorientasi hiburan dengan komposisi 75% hiburan dan 25% informasi dan pendidikan. Untuk program siaran khusus informasi, saat ini penyiar masih menyadur informasi melalui koran, internet, buku pengetahuan, dan televisi sebagai sumbernya. Informasi yang disiarkan dan dibutuhkan, yaitu informasi aktual global (nasional dan dunia), musik, pendidikan, kesehatan, olahraga, dan entertain. Program siaran yang belum berjalan adalah program Talk Show karena narasumber untuk program tersebut belum didapatkan.

Gambar 3 Struktur Kepengurusan Radio Komunitas R-One tahun 2013/2014 Radio Komunitas R-One merupakan media sarana hiburan serta informasi yang bersifat auditif. Format siaran Radio Komunitas R-One diantaranya: music, religi, informasi usaha, informasi berita kematian dan lainnya, news, games/quiz, dan renungan. Tabel 3 adalah jadwal program siaran di Radio Komunitas R-One. Program yang menjadi andalan dan digemari pendengar saat ini adalah program hiburan (Pop dan Dangdut Indonesia). R-One juga menyiarkan secara langsung kegiatan yang bersifat kemasyarakatan, seperti Maulid Nabi Muhammmad SAW, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Sedangkan, untuk persentase musik, yaitu, Pop Indonesia 30%, Dangdut 35%, Mancanegara 10%, Religi 15%, Pop Daerah 5%, dan Tembang Kenangan 5%.

Penasehat

- Maryono - RW Ondeng - Kumis Bewok - H. Agus (Aira)

Pelindung

- M. Irvan Syahrizal - Masduki

- Atmawijaya - Madropik

Ketua:

Deddy Supardi

Wakil Ketua:

Kosasih ( Sarbonin)

Sekretaris:

Basyar Tauhid Hadi

Bendahara:

Ahmad Syarifuddin

Humas:


(34)

Selain program on air, Radio Komunitas R-One memiliki program off air yang diadakan setiap minggunya. Kegiatan tersebut berupa Karaoke Live bersama pendengar Radio Komunitas R-One yang berkunjung ke radio. Pendengar juga memiliki nama khas, yaitu Fans. Program ini tidak hanya membuat silaturahmi antar pendengar R-One tetapi juga menjadikan mereka lebih dekat dengan penyiar serta pengelola Radio Komunitas R-One. Program yang diadakan setiap minggu siang ini langsung disiarkan di radio. Pendengar juga bisa menyapa dan mengajak teman-teman pendengar lainnya untuk bergabung dalam program Karaoke Live yang diadakan di Radio Komunitas R-One. Pendengar yang mengikuti kegiatan Karaoke live setiap minggunya biasanya memberikan iuran dana setiap bulannya untuk membantu biaya operasional radio komunitas sebesar Rp 7.000 per orangnya. Tabel 3 Jadwal Program Siaran Radio Komunitas R-One tahun 2013/2014

Hari Waktu Siaran Program Siaran

Senin sampai Rabu

08.00 – 10.00 WIB Sapadut ( Selamat Pagi Dangdut)

10.00 – 13.00 WIB Komplit (Kompilasi lagu Pop Favorit) diselingi berbagai informasi siang terkini

13.00 – 15.30 WIB DANSA (Dangdut Siang)

15.30 – 17.30 WIB Poin Sore (Pop Indonesia sore) diselingi berbagai informasi sore terkini

19.30 – 21.00 WIB Poin Malam (Pop Indonesia malam) 21.00 – 01.00 WIB Ngedumel (Ngedangdut malem-malem) Kamis 08.00 – 10.00 WIB Sapadut ( Selamat Pagi Dangdut)

10.00 – 13.00 WIB Komplit (Kompilasi lagu Pop Favorit) diselingi berbagai informasi siang terkini

13.00 – 15.30 WIB DANSA (Dangdut Siang)

15.30 – 17.30 WIB Poin Sore (Pop Indonesia sore) diselingi berbagai informasi sore terkini

19.30 – 21.00 WIB Service Hati (Siraman Hati Nurani) diselingi oleh ceramah yang disampaikan Ustadz

21.00 – 01.00 WIB Ngedumel (Ngedangdut malem-malem) Jum’at 08.00 – 10.00 WIB Sapadut ( Selamat Pagi Dangdut)

13.00 – 15.30 WIB DANSA (Dangdut Siang) diselingi berbagai informasi siang terkini

15.30 – 17.30 WIB Romaniya (Request lagu Rhoma Irama)

19.30 – 21.00 WIB Service Hati (Siraman Hati Nurani) diselingi oleh ceramah yang disampaikan Ustadz

21.00 – 01.00 WIB Ngedumel (Ngedangdut malem-malem) Sabtu 08.00 – 10.00 WIB Sapadut ( Selamat Pagi Dangdut)

10.00 – 13.00 WIB Komplit (Kompilasi lagu Pop Favorit) diselingi berbagai informasi siang terkini

13.00 – 15.30 WIB DANSA (Dangdut Siang) 15.30 – 17.30 WIB Poin Sore (Pop Indonesia sore)

19.30 – 21.00 WIB Poin Malam (Pop Indonesia malam) diselingi berbagai informasi malam terkini

21.00 – 01.00 WIB Ngedumel (Ngedangdut malem-malem) Minggu 08.00 – 10.00 WIB Sapadut ( Selamat Pagi Dangdut)

13.00 – 17.30 WIB Karaoke Live dan jumpa silaturahmi bersama Fans

19.30 – 21.00 WIB PORMA (Pop Rash Malaysia) diselingi salam sapa pendengar dan berbagai informasi malam terkini


(35)

Pada pertengahan tahun 2014 hingga saat penelitian berlangsung, Radio Komunitas R-One mengalami penurunan frekuensi penyiaran dan sumberdaya penyiar yang berkurang. Hal ini tidak terlepas dari kondisi internal radio karena koordinasi yang kurang berjalan baik antara pengelola dan masyarakat yang turut andil dalam pengelolaan radio. Berdasarkan wawancara, pengelola Radio Komunitas R-One (RN 38 tahun), mengakui bahwa penurunan frekuensi penyiaran ini diakibatkan oleh pemancar yang terbakar petir saat hujan deras beberapa minggu lalu. Hingga saat ini, Radio Komunitas R-One mengudara menggunakan pemancar cadangan seadanya sambil menunggu pengumpulan biaya untuk membeli pemancar yang baru. Selain itu, kurangnya sumberdaya penyiar disebabkan oleh mulai padatnya pekerjaan yang dimiliki beberapa penyiar sehingga banyak diantara mereka yang sudah ditetapkan jadwal siarannya secara bersama masih tidak sempat untuk melakukan siaran di Radio Komunitas R-One.

Karakteristik Pendengar

Gambaran umum yang diuraikan pada bagian ini adalah karakteristik pendengar yang ada pada Tabel 4. Karakteristik pendengar terdiri atas usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan kepemilikan media massa. Usia dibagi dalam tiga kategori, yaitu dewasa muda untuk responden yang berusia antara 19 sampai 30 tahun, dewasa pertengahan untuk responden yang berusia 31 sampai 49 tahun, dan dewasa tua untuk responden yang berusia lebih dari sama dengan 50 tahun. Pendidikan formal responden dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu responden yang tidak pernah sekolah sampai yang tamat Sekolah Dasar (SD) masuk dalam kategori rendah, responden yang telah mengikuti pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dimasukkan dalam kategori menengah, dan responden yang pendidikan formalnya sampai pada tingkat akademik atau perguruan tinggi masuk dalam kategori tinggi. Jenis

pekerjaan responden dibagi menjadi enam kategori, yaitu buruh, petani, guru, pegawai swasta, wirausaha, dan Ibu rumah tangga. Buruh adalah responden yang bekerja di sebuah pabrik atau perusahaan tertentu. Petani adalah responden yang bekerja di lahan pertanian. Guru adalah responden yang bekerja sebagai pengajar di sebuah sekolah. Pegawai swasta adalah responden yang bekerja di perusahaan tertentu. Wirausaha adalah responden yang bekerja sendiri, seperti berdagang atau lainnya. Ibu rumah tangga adalah responden yang tidak bekerja dan melaksanakan pekerjaan rumah tangga. Kepemilikan media massa terdiri atas lima kategori, yaitu televisi, radio, koran, majalah, dan akses internet.

Usia responden terbanyak adalah kategori dewasa pertengahan yang menjadi pendengar Radio Komunitas R-One sebesar 52%. Sedangkan, kategori usia dewasa tua tergolong cukup rendah sebesar 10%. Hal tersebut menunjukan bahwa pendengar radio didominasi oleh kategori usia dewasa muda dan pertengahan, yaitu pemuda, ibu-ibu rumah tangga, dan bapak-bapak. Sebagaimana data usia responden yang dikumpulkan, 19 tahun merupakan usia responden yang paling rendah dan 68 tahun adalah usia responden yang paling tinggi. Sebesar 10% responden yang berusia dewasa tua masih aktif mendengarkan siaran radio dan ikut pada beberapa kegiatan off-air maupun on-air dengan alasan mempererat silaturahmi dengana masyarakat lainnya dan mencari hiburan.


(36)

Tabel 4 Jumlah dan Persentase pendengar berdasarkan karakteristik pendengar di Radio Komunitas R-One FM tahun 2014

Pada Tabel 4, tingkat pendidikan pendengar Radio Komunitas R-One didominasi oleh responden dengan pendidikan terakhir tamat SMP dan SMAsebesar 68%. Kebanyakan dari mereka yang tamat SMP dan SMA merupakan ibu-ibu rumah tangga dan pekerja buruh. Mereka memutuskan untuk bekerja setelah tamat sekolah untuk membantu ekonomi keluarga. Sedangkan, untuk pendidikan dengan kategori tinggi adalah perguruan tinggi yang memperoleh skor rendah sebesar 12%. Perguruan tinggi yang dimaksud adalah responden telah tamat pendidikan D3 dan S1. Responden yang berpendidikan tinggi rata-rata adalah usia dewasa muda yang menyalurkan hobinya di radio komunitas.

Jenis pekerjaan responden terdiri dari enam kategori dengan pekerjaan terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga sebesar 26%. Hal tersebut karena pendengar Radio Komunitas R-One didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang lebih banyak dibandingkan dengan responden lainnya. Sementara, pekerjaan pendengar dengan kategori rendah adalah sebagai petani sebesar 8%. Dari hasil wawancara dengan salah satu responden yang merupakan seorang ibu rumah tangga (RE 38 tahun) mengatakan bahwa mendengarkan radio di pagi hari merupakan hal yang paling menyenangkan sambil melakukan beberapa pekerjaan rumah, seperti menyapu, mengepel, dan menyetrika pakaian. Hiburan berupa program lagu dangdut alias Sapadut yang disiarkan Radio Komunitas R-One di pagi hari merupakan program siaran favorite dari kalangan ibu-ibu rumah tangga.

Televisi dan radio merupakan media massa yang paling banyak dimiliki oleh responden. Terdapat beberapa macam radio yang dimiliki, tidak hanya melalui radio, mereka juga dapat mengakses radio melalui handphone walaupun sinyal

Karakteristik

Pendengar Kategori

Pendengar Radio

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Umur

Dewasa muda (19-30 tahun)

19 38,00 Dewasa pertengahan

(31- 49 tahun)

26 52,00 Dewasa tua

(≥50 tahun)

5 10,00

Tingkat pendidikan

Rendah (Tamat SD) 10 20,00 Menengah (SMP-SMA) 34 68,00 Atas (Perguruan Tinggi) 6 12,00

Jenis pekerjaan

Buruh 11 22,00

Petani 4 8,00

Guru 6 12,00

Pegawai Swasta 10 20,00

Wirausaha 6 12,00

Ibu Rumah Tangga 13 26,00 Kepemilikan

Media Massa

Memiliki 4-5 media massa 8 16,00 Memiliki 2-3 media massa 42 84,00 Memiliki <2 media massa 0 0,00


(1)

Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas yaitu frekuensi mendengarkan siaran radio kali per dua minggu.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 15.922a 10 .102

Likelihood Ratio 16.841 10 .078

Linear-by-Linear Association 1.203 1 .273

N of Valid Cases 50

a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .30.

Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas yaitu frekuensi mendengarkan siaran radio hari per dua minggu.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 13.952a 10 .175

Likelihood Ratio 15.519 10 .114

Linear-by-Linear Association 7.576 1 .006

N of Valid Cases 50

a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .42.

Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas yaitu durasi mendengarkan siaran radio jam per dua minggu.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 18.211a 10 .052

Likelihood Ratio 21.547 10 .018

Linear-by-Linear Association 3.968 1 .046

N of Valid Cases 50


(2)

Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas yaitu durasi mendengarkan siaran radio jam per hari.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12.684a 10 .242

Likelihood Ratio 14.477 10 .152

Linear-by-Linear Association 1.075 1 .300

N of Valid Cases 50

a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .36.

Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk perencanaan.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 10.557a 10 .393

Likelihood Ratio 12.217 10 .271

Linear-by-Linear Association 3.025 1 .082

N of Valid Cases 50

a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .12.

Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk pendanaan.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.682a 10 .755

Likelihood Ratio 7.471 10 .680

Linear-by-Linear Association .115 1 .735

N of Valid Cases 50


(3)

Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk pelaksanaan.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9.582a 10 .478

Likelihood Ratio 11.837 10 .296

Linear-by-Linear Association 1.833 1 .176

N of Valid Cases 50

a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .18.

Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk evaluasi program siaran radio komunitas.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 15.423a 10 .117

Likelihood Ratio 16.754 10 .080

Linear-by-Linear Association 2.655 1 .103

N of Valid Cases 50


(4)

Lampiran 4 Dokumentasi kegiatan

Logo Radio Komunitas R-One Penyiar Radio Komunitas R-One

Studio Radio Komunitas R-One Alat siaran dan pemacar radio R-One


(5)

Meja Siaran Radio Komunitas R-One Peralatan Teknis Radio R-One


(6)

RIWAYAT HIDUP

Mega Silviana dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Desember 1993 merupakan anak pertama dari pasangan H. Azlir Yusman dan Hj. Suriana. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah SDN Polisi 1 Bogor pada periode 2000 – 2006, SMP Insan Kamil Bogor periode 2006 – 2009, dan SMA Insan Kamil Bogor periode 2009-2011. Pada tahun 2011, penulis di terima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalu jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri) tertulis. Setelah itu, pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif sebagai Anggota Dewan Gedung Asrama Sylvasari periode 2011-2012, Anggota Departemen Komunikasi, informasi dan relasi (KOMINFOREL) di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEMA pada masa kepengurusan 2012-2013, dan menjadi Anggota Sebuah Komunitas Independen yaitu Sanggar Juara serta masih aktif sampai saat ini mengikuti kegiatan yang ada di Sanggar Juara. Selain itu penulis juga aktif dalam acara kepanitiaan yang diadakan dikampus, diantaranya Anggota Panitia Divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi di Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB 49, Anggota Panitia Divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi di Masa Perkenalan Departemen (MPD) 49, dan Anggota Panitia Divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi di I-SHARE IPB 2013. Penulis juga mendapatkan beasiswa dari Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) selama satu tahun periode 2013-2014