Outlet dari kolam limbah Sungai Sebelum Sungai Setelah Sebelum Pertemuan Setelah Pertemuan

b. Penentuan titik lokasi sampel pada suatu pabrik. c. Penentuan luas penampang basah Ditentukan pada tiap sub DAS. Luas penampang basah diperoleh sebagai hasil perkalian kedalaman dan lebar sungai. Gambar 2. Pengukuran Luas Penampang Sungai d. Penentuan kecepatan aliran sungai Ditentukan berdasarkan jarak aliran per detik pada tiap sub DAS yang akan diambil sedimennya. Caranya dengan menempatkan benda yang tidak dapat pabrik sungai sungai 1 2 3 4 5 Gambar 1 : Titik penentuan Lokasi Sampel Lebar Sungai Kedalaman Sungai 1 2 3 4 Keterangan Titik Lokasi Outlet:

1. Outlet dari kolam limbah

2. Sungai Sebelum

Tercampur Limbah

3. Sungai Setelah

Tercampur Limbah

4. Sebelum Pertemuan

sungai dari aliran limbah

5. Setelah Pertemuan

sungai dari aliran limbah Universitas Sumatera Utara tenggelam di permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan jaraknya. Jarak antara dua titik pengamatan yang diperlukan ditentukan sekurang- sekurangnya yang memberikan waktu perjalanan selama 20 detik. Pengukuran dilakukan beberapa kali sehingga dapat diperoleh angka kecepatan aliran rata-rata yang memadai. e. Pengukuran Debit Aliran Sungai Debit aliran sungai diperoleh dengan cara pengukuran luas penampang basah limpasan air sungai dan kecepatan limpasan air sungai pada masing-masing outlet DAS yang telah ditentukan, yang perhitungannya menggunakan persamaan umum DAS Chow, 1964 yaitu : Q = V A Keterangan : Q = debit limpasan air sungai mdetik, V = kecepatan limpasan air sungai mdetik, A = luas penamang basah limpasan air sungai m 2 f. Pengambilan contoh air Dalam pengambilan contoh air memakai modifikasi alat sediment sampler U.S.D.H 48. Mekanisme kerja yakni depth intergrating suspended sediment sampler . Alat ini terdiri atas botol penampung air yang akan ditentukan konsentrasi sedimennya, galah penyangga untuk menahan agar botol penampung air atau sedimen sampler dapat tetap ditempatnya. Alat tersebut juga dilengkapi dengan dua labang, lubang pertama untuk tempat masuknya sampel air dan lubang lainnya adalah untuk buangan udara dalam botol. Pada Universitas Sumatera Utara bagian ekor terdapat alat seperti sirip yang berfungsi mengarahkan lubang penampung air agar selalu mengarah ke arah datangnya aliran air. Pada cara pengukuran muatan sedimen dengan teknik depth integrating, alat ukur sedimen diikatkan pada tongkat penduga, kemudian dimasukkan ke dalam aliran sungai dengan gerakan ke bawah dan ditarik kembali ke atas dengan kecepatan gerak yang sama. Besarnya sampel air untuk sekali peng-ukuran diusahkan kurang lebih 23 isi botol Gordon, et al, 1992 dalam Asdak, 2002. 2. Kegiatan di Laboratorium Penelitian di laboratorium meliputi: a. Pengukuran persentase muatan sedimen zat padat Hasil pengambilan sampel sedimen dianalisis di laboratorium. Sampel air tersebut disaring dengan mengunakan kertas saring dengan ukuran yang sesuai dengan tingkat akurasi data yang diinginkan selanjutnya sampel air yang telah disaring tersebut dikeringkan dengan mengunakan oven. Sedimen kemudian ditimbang dan dinyatakan dalam bentuk persentase dari berat total gabungan air dan sedimen. Penentuan konsentrasi yang dihitung dengan memakai persamaan sebagai berikut Chow, 1964 : Keterangan: Cs = konsentrasi sedimen mgliter G2 = berat sedimen dan kertas filter dalam kondisi kering mg G1 = berat kertas filter mg dan V= volume contoh sedimen liter b. Pengukuran pH Universitas Sumatera Utara Pengukuran pH pada setiap contoh air dilakukan di Laboratorium Kimia dengan menggunakan alat yang disebut dengan pH meter dengan metode elektrometri. c. Pengukuran BOD Pengukuran BOD dilakukan di Laboratorium dengan menggunakan metode Titrimetri. d. Pengukuran COD Pengukuran COD dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode Spektrofotometri. 3. Analisis Data Analisis data yang dilakukan meliputi : a. Data Zat padat Data sedimen untuk setiap contoh air dianalisis untuk mengetahui kategori konsentrasi sedimen melayang, kemudian dibandingkan setiap perbedaan nilai sedimen pada setiap contoh air. Maka digunakan standar skala kualitas lingkungan Kep. Men. Neg. L.H. No.: Kep-51MENLH101995 yang di sajikan pada tabel 1 . Tabel 1. Kualitas lingkungan berdasarkan nilai zat padat dalam air Zat Padat KELAS I mgL II mgL III mgL IV mgL Zat Padat Terlarut TDS 1000 1000 1000 2000 Zat Padat Tersuspensi TSS 50 50 400 400 Sumber : PP No. 82 tahun 2001 b. Data BOD dan COD Universitas Sumatera Utara Data BOD dan COD untuk setiap contoh air dianalisis untuk mengetahui kategori konsentrasi layak atau tidak dalam kualitas air, kemudian dibandingkan setiap perbedaan nilai BOD dan COD pada setiap contoh air. Untuk mengetahui kategori nilai konsentrasi BOD dan COD, maka dapat digunkan standar baku mutu yang telah ditetapkan pada Sumber : Kep. Men. Neg. L.H. No.: Kep-51MENLH101995, Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri. Tabel 2. Baku mutu Kualitas Air Berdasarkan Konsentrasi BOD dan COD Parameter Satuan Baku Mutu I mgL II mgL III mgL IV mgL BOD mgl 2 3 6 12 COD mgl 10 25 50 100 Sumber : PP No. 82 tahun 2001 c. Data pH Data pH untuk setiap contoh air dianalisis dengan menggunakan pH meter untuk mengetahui kategori konsentrasi pH, kemudian dibandingkan setiap perbedaan nilai pH pada setiap contoh air tersebut. Nilai pH yang diperoleh maka data dapat dianalisa untuk melihat kategori kelas sesuai dengan baku mutu yang telah di tetapkan pada Sumber : Kep. Men. Neg. L.H. No.: Kep- 51MENLH101995 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri. Tabel 3. Baku mutu Kualitas Air Berdasarkan Konsentrasi pH Parameter KELAS I II III IV pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Sumber : PP No. 82 tahun 2001 Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian kajian beberapa karakteristik kimia air dan debit pada sungai aliran limbah pabrik tapioka di sepanjang DAS padang dan sekitarnya dilakukan pada lima pabrik tapioka, dimana tiga pabrik berada di wilayah DAS Padang dan dua pabrik berada di luar DAS Padang. Adapun letak pabrik tapioka tersebut dapat dilihat pada gambar peta berikut ini : Gambar 3. Peta lokasi pabrik tapioka pada wilayah DAS Padang dan Sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Pabrik PT. Serasi Jaya Pabrik PT. Serasi Jaya adalah pabrik tapioka yang beralamat di Jl. Setia Budi No. 150 Lingkungan 6, Desa Brohol, Kecamatan Bajenis, Tebing Tinggi. Pabrik ini berada di wilayah Sub DAS Sibarau. Pada aliran limbah tapioka ini ditentukan 2 lokasi titik pengambilan sampel yaitu, sungai sebelum melintasi outlet limbah pabrik lokasi II dan sungai setelah melintasi outlet limbah pabrik lokasi III. Adapun hasil analisis beberapa parameter di lapangan dan di laboratorium dapat dilihat pada tebel 4 berikut. Tabel 4. Data pada Pabrik Tapioka PT. Serasi Jaya Parameter Lokasi Pabrik Lokasi II Lokasi III Koordinat N : 03 o 20’32,6” E : 099 o 08’32,1” N : 03 o 20’44,7” E : 099 o 08’13,5” N: 03 o 20’24,4” E : 099 o 08’29,9” Ketinggian m dpl 20 28 24 Lebar sungai m 13,88 m 14,26 m Kedalaman sungai Kiri : 0,89 m Tengah : 1,11 m Kanan : 1,09 m Kiri : 0,93 m Tengah : 1,21 m Kanan : 1,19 m Luas penampang sungai 14,574 16,1851 Kecepatan aliran sungai m 3 dtk 1,038 1,105 Debit aliran limbahsungai ldtk 15127,812 17884,54 pH 4,4 4,7 TSS mgL 773,3 880 TDS mgL 200 1 253,3 1 COD mgL 195,2 137,0 BOD mgL 3,3 3 2,0 1 Keterangan : 1 = Kelas I, 2 = Kelas II, 3 = Kelas III, dan 4 , = Kelas IV, = Diluar Kriteria Baku Mutu PP 82 Tahun 2001. 1. Debit Aliran Sungai Berdasarkan Tabel 4 diatas nilai debit aliran sungai yang tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu 17884,54 ldtk, nilai debit aliran didapat dari hasil perkalian luas penampang A dengan kecepatan aliran V. Adapun nilai luas penampang sungai yang diperoleh pada lokasi III adalah 16,1851 m 2 dan nilai kecepatan aliran Universitas Sumatera Utara sungai adalah 1,105 m 3 dtk. Nilai suatu luas penampang sungai ditentukan oleh besarnya lebar sungai atau kedalaman sungai. Besar kecilnya nilai luas penampang sungai maka menentukan besar atau kecil nilai debit aliran sungai. 2. Kandungan Zat Padat Total zat padat adalah terdiri dari zat padat tersuspensi TSS dan zat padat terlarut TDS. Nilai TSS tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu 880 mgL. Untuk Nilai TDS tertinggi terdapat pada lokasi III juga yaitu 253,333mgL. Hal ini berarti lokasi II memiliki kandungan zat padat yang besar dibandingkan dengan lokasi I. 3. Kemasaman Air Berdasarkan hasil penelitian pH terendah terdapat pada lokasi II yaitu 4,39, sedangkan yang tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu 4,70. Terjadi peningkatan pH pada sungai setelah pembuangan limbah tapioka yang tidak signifikan dibandingkan aliran sungai sebelum pembuangan limbah. 4. Kebutuhan Oksigen Kimia COD dan Kebutuhan Oksigen Biologi BOD Hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai COD tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 195,1514 mgl. Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu 3,3380 mgl. Nilai BOD dan COD dapat juga dipengaruhi oleh nilai debit aliran sungai pada setiap lokasi tersebut. Dapat dilihat nilai debit aliran lebih tinggi pada lokasi III daripada lokasi II. Hal inilah yang mengakibatkan nilai BOD dan COD yang tertinggi terdapat pada lokasi III dari pada lokasi III. Berarti air limbah yang dikeluarkan pada pabrik ini tidak memberikan peningkatan terhadap parameter BOD dan COD yang diukur. Pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka Universitas Sumatera Utara Pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka adalah pabrik tapioka yang beralamat di Jalan Ir H Djuanda, Kelurahan Karya Jaya, Kec. Rambutan, Tebing Tinggi. Pabrik ini masuk kedalam sub das Padang Hilir. Pada pabrik tapioka PT. Sumatera Telaga Tapioka ini diambil 3 lokasi titik pengambilan sampel yaitu; pada outlet limbah lokasi I, sungai sebelum pabrik lokasi II, dan Sungai setelah pabrik lokasi III. Adapun hasil analisis beberapa parameter di lapangan dan di laboratorium dapat dilihat pada tebel 5 berikut. Tabel 5. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Sumatera Telaga Tapioka Parameter Lokasi I Lokasi II Lokasi III Koordinat N : 03 o 20.112’ E : 099 o 09.070’ N : 03 o 20.081’ E : 099 o 09.058’ N: 03 o 20.120’ E : 099 o 09.089’ Ketinggian m dpl 24 25 23 Lebar sungai m 42,7 m 32,6 m Kedalaman sungai m Kiri : 2,05 m Tengah : 1,63m Kanan : 1,15 m Kiri : 0,92 m Tengah : 1,49 m Kanan : 0,85 Luas penampang sungai m 2 68,9605 38,631 Kecepatan aliran sungai m 3 dtk 1,73 1,94 Debit aliran limbahsungai ldetik 17.984 ljam 4,99 ldtk 119.301,67 74.944,14 pH 4,35 6,02 1 4,49 TSS mgL 1413,3 580 793,3 TDS mgL 1373,3 4 113,3 1 113,3 1 COD mgL 1736,5757 576,5656 1045,2525 BOD mgL 4,1728 3 0,7802 1 0,9209 1 Keterangan : 1 = Kelas I, 2 = Kelas II, 3 = Kelas III, dan 4 , = Kelas IV, = Diluar Kriteria Baku Mutu PP 82 Tahun 2001. 1. Debit Aliran Sungai Berdasarkan tabel 5 di atas nilai Luas Penampang sungai yang tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu 68,9605 m 2 , nilai luas penampang didapat dari hasil perkalian lebar sungai dengan kedalam sungai. nilai luas penampang sungai Universitas Sumatera Utara ditentukan oleh besarnya lebar sungai atau kedalaman sungai. Besar kecilnya nilai luas penampang sungai maka menentukan besar atau kecil nilai debit aliran sungai, karena nilai debit aliran didapat dari hasil perkalian luas penampang A dengan kecepatan aliran V. Berdasarkan tabel 5 diatas dapat terlihat bahwa debit aliran yang tertinggi terdapat pada lokasi II juga yaitu 119.301,67 ldtk, ini karena nilai luas penampang pada lokasi II sangat tinggi, sedangkan untuk nilai kecepatan aliran sungai tidak terlalu berbeda jauh antara lokasi II dan III. 2. Kandungan Zat Padat Total Zat Padat adalah terdiri dari zat padat tersuspensi TSS dan zat padat terlarut TDS. Nilai TSS tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 1413,3 mgL, kemudian diikuti lokasi III dan yang terendah pada lokasi II. Pada parameter TSS terlihat jelas terjadinya pningkatan nilai dari lokasi II dan lokasi III. Hal ini menunjukkan adanya dampak dari lokasi I terhadap nilai TSS sungai. Pada Nilai TDS tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 1373,3 mgL, sedangkan lokasi II dan III bernilai sama yaitu 113,3 mgL. berbeda dengan TSS, berarti di simpulkan air limbah pabrik lokasi 1 tidak memberikan peningkatan nilai terhadap parameter TDS. 3. Kemasaman Air Berdasarkan hasil penelitian pH terendah terdapat pada lokasi I yaitu 4,35, pada lokasi III yaitu 4,49 sedangkan yang tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu 6,02. Jika dibandingkan pH lokasi II dan pH lokasi III maka dapat dilihat terjadinya penurunan pH atau terjadi kemasaman pada sungai. Hal ini menjelaskan bahwa adanya dampak dari air limbah pabrik lokasi I terhadap kemasaman air sungai. 4. Kebutuhan Oksigen Kimia COD dan Kebutuhan Oksigen Biologi BOD Universitas Sumatera Utara Hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai COD tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 1736,5757 mgl, sedangkan COD yang terendah terdapat pada lokasi II yaitu 576,5656 mgl. Telah terjadi peningkatan nilai COD dari lokasi sebelum pabrik lokasi II ke lokasi setelah pabrik lokasi III, berarti dapat disimpulkan sementara bahwa adanya pengaruh dari lokasi I terhadap peningkatan nilai COD pada lokasi III. Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 4,1728 mgl, sedangkan yang terendah terdapat pada lokasi II yaitu 0,7802mgl. seperti halnya COD diatas bahwa air limbah pabrik lokasi I memberikan pengaruh terhadp peningkatan nilai BOD pada lokasi III, jika dibandingkan dengan lokasi II. Pabrik PT. Deli Sari Murni Tapioka Pabrik PT. Deli Sari Murni Tapioka adalah pabrik tapioka yang beralamat di Kecamatan Syahbandar, Tebing Tinggi. Pabrik ini masuk kedalam sub DAS Padang Hilir. Pada pabrik tapioka ini diambil 2 lokasi titik pengambilan sampel yaitu, sungai sebelum melintasi outlet limbah pabrik lokasi II dan sungai setelah melintasi outlet limbah pabrik Lokasi III. Universitas Sumatera Utara Adapun hasil analisis beberapa parameter di lapangan dan di laboratorium dapat dilihat pada tebel 6 berikut. Tabel 6. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Deli Sari Murni Tapioka Parameter Lokasi Pabrik Lokasi II Lokasi III Koordinat N : 03 o 20’56,2” E : 099 o 12’13,1” N : 03 o 20’57,5” E : 099 o 12’08,6” N: 03 o 20’58,3” E : 099 o 12’19,0” Ketinggian m dpl 22 24 20 Lebar sungai 32,2 m 34,6 m Kedalaman sungai m Kiri : 1,40 m Tengah : 1,95 m Kanan : 1,63 m Kiri : 0,83 m Tengah : 0,96 m Kanan : 0,75 m Luas penampang sungaim 2 55,7865 m 2 30,275 m 2 Kecepatan aliran sungai m 3 dtk 1,966 m 3 dtk 1,874 m 3 dtk Debit aliran sungai Ldtk 109676,259 56752,169 pH 6,18 1 6,29 1 TSS mgL 680 846,667 TDS mgL 200 1 273,333 1 COD mgL 210,4545 167,2727 BOD mgL 1,5603 1 2,3939 2 Keterangan : 1 = Kelas I, 2 = Kelas II, 3 = Kelas III, dan 4 , = Kelas IV, = Diluar Kriteria Baku Mutu PP 82 Tahun 2001. 1. Debit Aliran Sungai Berdasarkan tabel diatas bahwa nilai debit aliran sungai yang tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu 109676,259 Ldtk dengan nilai Luas Penampang yang lebih besar yaitu 55.7865. Sementara Luas penampang lokasi II masih lebih kecil dari lokasi III yaitu 30,275 m 2 , sehingga debit aliran sungi juga lebih kecil yaitu 56752,169 Ldtk. 2. Kandungan Zat Padat Total zat padat adalah terdiri dari zat padat tersuspensi TSS dan zat padat terlarut TDS. Nilai TSS tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu 846,667 mgl. Untuk Nilai TDS tertinggi terdapat pada lokasi III juga yaitu 273,333 mgl. hal ini berarti Universitas Sumatera Utara lokasi III memiliki kandungan zat padat yang besar dibandingkan dengan lokasi II, berarti air limbah pabrik memberi pengaruh nyata terhadap kandungan zat padat sungai. 3. Kemasaman Air Berdasarkan hasil penelitian pH terendah terdapat pada lokasi II yaitu 6,18 , sedangkan yang tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu 6,29. Hal ini berarti pabrik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemasaman air. 4. Kebutuhan Oksigen Kimia COD dan Kebutuhan Oksigen Biologi BOD Hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai COD tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu 210,4545 mgl. Dari tabel terlihat jelas bahwa tidak ada pengaruh air limbah pabrik terhadap nilai COD pada lokasi III. Untuk Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu 2,3939 mgl. jika dibandingkan dengan lokasi II berarti adanya peningkatan nilai BOD. Maka dapat disimpulkan sementara bahwa adanya dampak peningkatan nilai dari air limbah terhadap air sungai lokasi III. Pabrik PT. Bumi Sari Pabrik PT. Bumi Sari adalah pabrik tapioka yang beralamat di Desa Tanjung Tonga, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Siantar, yang melewati aliran Bah Kapul. Pabrik ini bukan termasuk kedalam Das Padang, yaitu berada di sebelah Utara bagian luar Das Padang. Pada pabrik tapioka ini diambil 5 lokasi titik pengambilan sampel yaitu, Outlet Limbah lokasi I, sungai sebelum pabrik lokasi II, sungai setelah pabrik Lokasi III. Sungai sebelum percabangan setelah aliran yang melintasi pabrik lokasi IV dan Sungai stelah percabangan dari sungai aliran pabrik tapioka “PT. Sumatera Telaga Tapioka” Lokasi V. Universitas Sumatera Utara Data Hasil penelitian pada lokasi PT. Bumi Sari ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 7. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Bumi sari Parameter Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V Koordinat N:03 o 00.547’ E:99 o 04.839’ N:03 o 00.547’ E:099 o 04.841’ N:03 o 00.602’ E:99 o 04.834’ N:03 o 00.640’ E:99 o .04.801’ N:03 o 00.687’ E:099 o .04.839’ Ketinggian m dpl 320 320 281 294 280 Lebar sungai m 5,36 m 8,52 m 17,84 16,58 Kedalaman sungai m Kiri : 0,61 Tengah : 0,71 Kanan : 0,31 Kiri : 0,57 Tengah :0,63 Kanan : 0,65 Kiri : 0,86 Tengah : 0,55 Kanan : 0,57 Kiri : 0,65 Tengah : 0,47 Kanan : 0,53 Luas penampang sungai m 2 2,13 m 2 5,927 m 2 14,049 m 2 8,787 m 2 Kecepatan aliran sungai mdtk 0,44 mdetik 0,41 mdetik 0,54 mdetik 0,84 mdetik Debit aliran limbahsungai Ldtk 1455 ljam = 0,41 ldetik 937 2430 7586,5 7381 pH 7,33 1 6,29 1 5,50 4 6,81 1 6,33 1 TSS mg L 20 1 126,5 3 117,5 3 30 1 23 1 COD mgL 6,27 1 376,32 16,93 2 7,52 1 9,41 1 BOD mgL 1,06 1 163,86 8,35 4 1,63 1 2,57 2 Keterangan : 1 = Kelas I, 2 = Kelas II, 3 = Kelas III, dan 4 , = Kelas IV, = Diluar Kriteria Baku Mutu PP 82 Tahun 2001. 1. Debit Aliran Sungai Nilai debit aliran sungai sangat dipengaruhi oleh nilai luas penampang sungai dan nilai kecepatan aliran sungai. Berdasarkan tabel diatas bahwa nilai debit aliran sungai yang tertinggi terdapat pada lokasi IV yaitu 7586,5 Ldtk dengan nilai Luas Penampang yang besar yaitu 14,049 m 2 . Volume limbah yang keluar adalah sebesar 1455 Ljam atau 0,411 Ldtk. Universitas Sumatera Utara 2. Kandungan Zat Padat Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui nilai TSS yang tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu 126,5 mgL. Hal ini berarti kandungan zat padat pada lokasi sebelum pabrik bernilai tinggi. 3. Kemasaman Air Berdasarkan hasil penelitian pH terendah terdapat pada lokasi III yaitu 5,50 , sedangkan yang tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 7,33. Hal ini berarti terjadinya peningkatan pH setelah pabrik, yang di tunjukan pada lokasi III. 4. Kebutuhan Oksigen Kimia COD dan Kebutuhan Oksigen Biologi BOD Hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai COD tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu 376,32 mgl. Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu 163,86 mgl. Dapat disimpulkan sementara bahwa tidak adanya pengaruh dari air limbah pabrik terhadap peningkatan nilai BOD dan COD. Pabrik PT Sinar Intan Tapioka Pabrik PT Sinar Intan Tapioka adalah pabrik tapioka yang beralamat di Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, Serdang Berdagai, yang melewati aliran Sungai Rampah. Pabrik ini bukan termasuk kedalam Das Padang, yaitu berada di sebelah Timur bagian luar Das Padang. Pada pabrik tapioka ini diambil 5 lokasi titik pengambilan sampel yaitu, Outlet Limbah lokasi I, sungai sebelum pabrik lokasi II, sungai setelah pabrik Lokasi III. Sungai sebelum percabangan setelah aliran yang melintasi pabrik lokasi IV dan Sungai stelah percabangan dari sungai aliran pabrik tapioka “PT. Sumatera Telaga Tapioka” Lokasi V. Adapun data hasil penelitian pada lokasi PT. Sinar Intan Tapioka ditunjukkan pada tabel 8 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Sinar Intan Tapioka Parameter Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V Koordinat N:03 o 29.074’ E:099 o 07.796’ N:03 o 29.076’ E:099 o 07.789’ N:03 o 29.071’ E:099 o 07.798’ N:03 o 29.061’ E:099 o .07.803’ N:03 o 29.070’ E:099 o .07.816’ Ketinggian m dpl 17 17 15 11 22 Lebar sungai 10,86 8,94 10,2 13,5 Kedalaman sungai m Kiri:0,98 Tengah:0,99 Kanan: 0,93 Kiri : 1,1 Tengah:1,42 Kanan:1,04 Kiri: 0,92 Tengah:0,95 Kanan: 1,05 Kiri: 1,08 Tengah:0,96 Kanan : 0,80 Luas penampang sungai m 2 10,5614m 2 11,1303 m 2 9,996 m 2 12,825 m 2 Kecepatan aliran sungai mdtk 0,228 mdetik 0,210 mdetik 0,791 mdetik 0,633 mdetik Debit aliran limbahsunga i Ldetik 6132 ljam= 1.703 m 3 detik 2408 2337 7907 8118 Sedimentasi mgL 320 62 75 243,5 115,5 pH 7,19 1 6,73 1 6,75 1 6,86 1 6,81 1 TSS mgL 320 3 20 1 40 1 20 1 60 3 TDS mgL 160 1 200 1 240 1 180 1 140 1 COD mgL 1012,67 231,68 245,8 217,2 606,93 BOD mgL 1,4518 1 1,202 1 1,6303 1 0,4173 1 0,016 1 Keterangan : 1 = Kelas I, 2 = Kelas II, 3 = Kelas III, dan 4 , = Kelas IV, = Diluar Kriteria Baku Mutu PP 82 Tahun 2001. 1. Debit Aliran Sungai Berdasarkan tabel diatas bahwa nilai debit aliran sungai yang tertinggi terdapat pada lokasi V yaitu 8,118 Ldtk dengan nilai Luas Penampang yang besar yaitu 12,825 m 2 . Volume limbah yang keluar adalah sebesar 6132 Ljam atau 1.703 m 3 detik. 2. Kandungan Zat Padat Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui nilai TSS yang tertinggi terdapat pada air kolam limbah yaitu sebesar 840 mgL, dan nilai TDS yang tertinggi juga terdapat pada air kolam limbah yaitu 1800 mgL Universitas Sumatera Utara 3. Kemasaman Air Berdasarkan hasil penelitian pH terendah terdapat pada lokasi II yaitu 6,73, sedangkan yang tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 7,19. Hal ini berarti pabrik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemasaman air. 4. Kebutuhan Oksigen Kimia COD dan Kebutuhan Oksigen Biologi BOD Hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai COD tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 1012,67mgl. Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu 1,6303 mgl. Jika dibandingkan nilai BOD dan COD antara lokasi 2 dengan lokasi 3 dilihat bahwa terjadi kenaikan angka pada nilai BOD maupun COD. Hal ini dapat diduga bahwa adanya pengaruh dari air limbah pabrik terhadap peningkatan nilai COD dan BOD. Universitas Sumatera Utara Pembahasan Pabrik PT. Serasi Jaya Pabrik PT. Serasi Jaya adalah pabrik tapioka yang beralamat di Jl. Setia Budi No. 150 Lingkungan 6, Desa Brohol, Kecamatan Bajenis, Tebing Tinggi. Pabrik ini masuk kedalam Sub Das Sibarau. Pada pabrik tapioka ini diambil 2 lokasi titik pengambilan sampel yaitu, sungai sebelum pabrik lokasi I dan sungai setelah pabrik Lokasi II. Lokasi II adalah lokasi pengambilan sampel yang letaknya pada air sungai yang belum melintasi dari aliran limbah. Pada lokasi ini terletak pada titik koordinat N:03 o 20’44,7” E:099 o 08’13,5” dengan ketinggian tempat 28 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan penelitian bahwa debit aliran sungai pada lokasi II adalah 15127,812 Ldtk. Besarnya debit air dipengaruhi oleh luas penampang sungai dan kecepatan aliran sungai. Hal ini sesuai dengan literatur Rahayu, S, dkk 2009 yang menyatakan bahwa metode yang umum diterapkan untuk menetapkan debit sungai adalah metode profil sungai cross section, pada metode ini debit merupakan hasil perkalian antara luas penampang vertikal sungai dengan kecepatan aliran air. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pada lokasi II terdapat beberapa parameter yang tidak memenuhi baku mutu PP 82 Tahun 2001 yaitu pada parameter pH, TSS dan COD. Pada sungai ini menunjukkan bahwa air sungai mengandung nilai zat padat yang tinggi dan kemasaman yang tinggi, ini dikarenakan adanya aliran dari hulu sungai yang membawa zat padat dan kemasaman yang tinggi ke lokasi I tersebut. Nilai pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempengaruhi tingkat kualitas air. Hal ini sesuai dengan Sugiharto 2008 yang menyatakan bahwa konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun dari air limbah. Universitas Sumatera Utara Adapun kadar yang baik dimana masih memungkinkan kehidupan biologis didalam air berjalan dengan baik. Kandungan zat padat yang tinggi didalam air maka nilai COD juga semakin tinggi jika banyaknya bahan organik didalamnya. Hal ini mempengaruhi tingkat kualitas air karena dapat mempengaruhi kekeruhan air yang mengakibatkan berkurangnya masuknya sinar matahari ke dasar sungai. Hal ini sesuai dengan Huda 2009 yang menyatakan bahwa materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser. Lokasi III adalah lokasi pengambilan sampel yang letaknya pada air sungai setelah melintasi dari aliran limbah pabrik. Lokasi III berada pada titik koordinat N: 03 o 20’24,4” E:099 o 08’29,9” dengan ketinggian 24 m dpl. Pada lokasi ini dihitung debit aliran sungai, dengan mencari luas penampang sungai dan kecepatan aliran sungai. Maka didapat nilai debit lokasi III adalah 17884,54 ldtk. Jika dibandingkan dengan lokasi I maka debit aliran sungai pada lokasi III lebih besar dari lokasi II. Ini terjadi karena luas penampang sungai pada lokasi III lebih besar dibanding dengan lokasi I, sehingga volume air sungai pada lokasi III juga lebih tinggi dibandingkan lokasi I. Hal ini sesuai dengan literatur Rauf 2011 yang menyatakan bahwa debit aliran adalah laju aliran air dalam bentuk volume air yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu m 3 dtk. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa karakteristik air pada lokasi III yang tidak memenuhi baku mutu PP 82 tahun 2001 terdapat pada parameter pH, TSS dan COD. Nilai TSS mempengaruhi adanya proses kimia didalam air, hal ini sesuai dengan literatur Tarigan 2003 dalam Misnani 2011 yang menyatakan bahwa zat padat Universitas Sumatera Utara tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Pada limbah pabrik tapioka PT. Serasi Jaya mengalir ke sungai sibarau kemudian dilakukan penelitian pada sungai sebelum pabrik lokasi II dan sungai setelah pabrik lokasi III, selanjutnya dibandingkan keduanya berdasarkan kelas baku mutu PP No 82 tahun 2001 maka limbah pabrik yang mengalir ke sungai dikatakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan tingkat kualitas air. Karena dapat dilihat dari keterangan kriteria baku mutu bahwa sungai sebelum pabrik dan setelah pabrik menunjukkan keterangan baku mutu yang sama, namun setiap parameter yang diamati mengalami kenaikan angka tetapi tidak terlalu signifikan sehingga tidak merubah keterangan kelas baku mutu yang telah didapat sebelumnya. Pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka Pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka adalah pabrik tapioka yang beralamat di Jalan Ir H Djuanda, Kelurahan Karya Jaya, Kec. Rambutan, Tebing Tinggi. Pabrik ini masuk kedalam sub das Padang Hilir. Pada pabrik tapioka PT. Sumatera Telaga Tapioka ini diambil 3 lokasi titik pengambilan sampel yaitu; pada outlet limbah lokasi I, sungai sebelum pabrik lokasi II, dan Sungai setelah pabrik lokasi III. Pada lokasi tidak ditemukan percabangan sungai setelah aliran yang melintasi pabrik tapioka “PT. Sumatera Telaga Tapioka” sehingga hanya diambil 3 lokasi pengambilan sampel. Debit aliran sungai yang dihitung dari ketiga lokasi tersebut maka dapat diketahui debit aliran limbah yang keluar sebesar 4.99Ldtk, kemudian debit aliran Universitas Sumatera Utara sungai yang terbesar terdapat pada lokasi II yaitu 119.301,67 Ldtk, hal ini karena sungai pada lokasi II sangat lebar yaitu 42,7 m. Nilai debit sungai dipengaruhi luas penampang sungai dan kecepatan aliran sungai. Pada outlet limbah dari pabrik lokasi I terlihat bahwa parameter yang tidak memenuhi baku adalah parameter pH, TSS dan COD. Berdasarkan keterangan diatas bahwa air limbah pabrik masih kedalam kriteria yang buruk ditunjukkan pada angka dari setiap parameter cukup tinggi. Dari tabel 5 diketahui kriteria kualitas air pada sungai sebelum melintasi outlet keluaran limbah pabrik lokasi II ditunjukkan pada parameter TSS dan COD tidak memenuhi kriteria baku mutu PP No 82 tahun 2001, sedangkan pH, TDS, dan BOD masuk kedalam kategori kelas I. Padatan tersuspensi TSS yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan yaitu dengan menghalangi dan mengurangi penentrasi cahaya ke dalam badan air, sehingga menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kondisi ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air. Kedua, secara langsung TDS yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang. Menurut Fardiaz 1992 dalam Thorikul Huda 2009, padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air, sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosisntesis dan kekeruhan air juga semakin meningkat. Sama hal nya dengan COD, Nilai COD yang tinggi menggambarkan jumlah bahan organik mudah terlarut maupun sulit terlarut yang tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Mihelcic 1998 yang menyatakan bahan buangan organik baik yang mudah terlarut dan sulit terlarut juga dapat bereaksi dengan oksigen, disebut dengan proses oksidasi. Jumlah oksigen yang dibutuhkan selama proses oksidasi tersebut dinamakan sebagai Chemycal Universitas Sumatera Utara Oxygen Demand COD. Selain itu pada umumnya pengukuran jumlah oksigen yang terpakai oleh mikroorganisme untuk merombak bahan organik mudah terlarut saja disebut Biological Oxygen Demand BOD. Oleh sebab itu nilai COD selalu lebih besar dari nilai BOD. Ditegaskan oleh Boyd 1990 bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi readily decomposable organicmatter. Aliran sungai setelah melintasi pabrik lokasi III dari tabel 5 maka dilihat bahwa terdapat beberapa parameter yang tidak memenuhi baku mutu yaitu parameter pH, TSS, dan COD. Semakin banyaknya bahan organik maka mempengaruhi keberadaan mikroorganisme didalamnya, hal ini sesuai dengan literatur Situmorang 2007 yang menyatakan bahwa Air yang relatif bersih akan mengandung mikroorganisme relatif sedikit, sedangkan untuk air yang terpolusi dan mengandung banyak mikroorganisme bakteri akan mengkonsumsi banyak oksigen dalam proses degradasi senyawa organik dan nutrient selama 5 hari, sehingga pengukuran kadar oksigen menjadi sangat besar. Dari ketiga lokasi sampel yang diambil maka dapat dilihat adanya pengaruh air limbah dari pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka. Ditunjukkan pada perbandingan antara Sungai sebelum melintasi pabrik lokasi II dan sungai setelah pabrik lokasi III yang memperlihatkan peningkatan nilai yang tinggi pada beberapa parameter yang diteliti sehingga terjadi perubahan kriteria baku mutu pada lokasi III, seperti parameter pH pada sungai sebelum melintasi outlet pabrik masih tergolong yang diperbolehkan, kemudian pH sungai berubah menjadi tidak memenuhi baku mutu pada lokasi setelah melintasi outlet limbah pabrik. Selain itu didukung dari air Universitas Sumatera Utara outlet limbah yang keluar lokasi I yang menunjukkan nilai pada setiap parameter sangat tinggi. Oleh sebab itu maka air limbah pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka memberi pengaruh terhadap perubahan tingkat kualitas air terlihat pada perubahan kriteria baku mutu kualitas air pada parameter pH. Hal ini sesuai dengan pernyataan Departemen Perindustrian 1986 yang menyatakan bahwa perubahan pH pada air limbah industri tepung tapioka menandakan bahwa sudah terjadi aktivitas mikroorganisme yang merubah bahan-bahan organik yang sudah terurai menjadi asam. Didukung oleh pernyataan Hasibuan 2005 yang menyatakan bahwa air limbah pabrik tapioka mengandung bahan organik yang tinggi, apabila terfermentasi akan mengalami penguraian, maka dapat mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air sungai. Dan jika oksigen terlarut telah habis maka bau yang tidak diinginkan akan timbul yang disebabkan oleh H 2 S, metan, amino-amino organik dan lain-lain. Berkurangnya oksigen terlarut dalam air sungai akan mengancam kelangsungan hidup biota air lainnya. Pabrik PT. Deli Sari Murni Tapioka Pada pabrik tapioka PT Deli Sari Murni Tapioka yang beralamat di Kecamatan Syahbandar Tebing Tinggi ini diambil 2 lokasi titik pengambilan sampel yaitu, sungai sebelum melintasi outlet limbah pabrik lokasi II dan sungai setelah melintasi outlet limbah pabrik Lokasi III. Pada sungai sebelum pabrik lokasi II pabrik tapioka PT. Deli Sari Murni Tapioka maka diperoleh debit aliran sungai yaitu 109676,259 Ldtk. Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa dari sampel air sungai sebelum pabrik lokasi II yang tidak memenuhi baku mutu terdapat pada parameter TSS dan COD. Pada Universitas Sumatera Utara parameter Total disolved Solid TSS atau yang biasa disebut padatan tersuspensi termasuk kedalam parameter yang mempengaruhi tingkat kualitas air. Tinggi rendahnya nilai TSS maka akan mempengaruhi biota diperairan tersebut. Untuk melihat adanya pengaruh dari efek limbah pabrik, maka dilakukan penelitian pada lokasi sungai setelah melintasi pabrik lokasi III. Pada lokasi sungai setelah melintasi pabrik lokasi III, berdasarkan hasil penelitian maka didapat debit aliran sungai adalah 56752,169 Ldtk. Terlihat bahwa debit aliran sungai lokasi III lebih kecil dari debit aliran lokasi II. Nilai debit aliran sungai dipengaruhi oleh luas penampang dan kecepatan aliran sungai. Dari tabel 6 diatas pada lokasi sungai setelah melintasi pabrik lokasi III dapat dilihat bahwa, yang tidak memenuhi baku mutu terdapat pada parameter TSS dan COD. Hasil analisis berdasarkan baku mutu yang ditetapkan maka pada lokasi sungai sebelum melintasi pabrik lokasi II dibandingkan dengan hasil analisis lokasi sungai setelah melintasi pabrik lokasi III terlihat bahwa tidak ada perubahan kriteria baku mutu dari setiap parameter. Namun terjadi peningkatan nilai pada setiap parameter yang tidak terlalu signifikan. Hal ini berarti air limbah pabrik tapioka PT. Deli Sari Murni tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan tingkat kualitas air dari parameter yang telah di tentukan, Karena tidak terjadinya perubahan pada kriteria baku mutu anatara lokasi II dan lokasi III. Pabrik PT. Bumi Sari Pabrik PT. Bumi Sari ini bukan termasuk kedalam Das Padang, yaitu berada di sebelah selatan bagian luar Das Padang. Pada pabrik tapioka ini diambil 5 lokasi titik pengambilan sampel yaitu, Outlet Limbah lokasi I, sungai sebelum pabrik lokasi II, sungai setelah pabrik Lokasi III. Sungai sebelum percabangan setelah Universitas Sumatera Utara aliran yang melintasi pabrik lokasi IV dan Sungai stelah percabangan dari sungai aliran pabrik tapioka “PT. Sumatera Telaga Tapioka” Lokasi V. Dari tabel 7 terlihat bahwa limbah yang keluar kesungai lokasi I masih tergolong aman, diperlihatkan dari kriteria baku mutu yang menunjukkan semua parameter yang diamati masih termasuk kedalam kelas I. Berdasarkan tabel 7 bahwa pada lokasi II nilai debit aliran yang didapat adalah sebesar 937 Ldtk, dan analisis sampel air yang tidak memenuhi kriteria baku mutu adalah terlihat pada parameter BOD dan COD. Untuk lokasi III, berdasakan penelitian nilai debit aliran yang didapat adalah sebesar 2430 Ldtk. Jika dibandingkan nilai debit antara lokasi II dengan lokasi III maka lebih besar nilai pada lokasi III. Hal ini karena pada lokasi III memiliki luas penampang yang besar. Berdasarkan tabel 7 bahwa lokasi sungai setelah melintasi pabrik lokasi III terjadi perubahan kriteria baku mutu dibanding kriteria lokasi II dan lokasi I yaitu terdapat pada parameter pH, namun parameter yang lain masih belum ada perubahan kriteria baku mutu. Berarti tidak adanya pengaruh dari limbah pabrik PT. Bumi Sari terhadap parameter yang diamati. Kemungkinan perubahan kriteria pH terjadi akibat dari faktor lain yang mempengaruhi penurunan nilai pH, karena terlihat kriteria pH pada lokasi I yang awalnya sebagai dugaan sumber pencemaran ternyata masih memenuhi kelas baku mutu. Untuk melihat tingkat kriteria pada aliran berikutnya maka dapat dilihat pada nilai kriteria sebelum dan setelah percabangan. Untuk melihat dampak lebih lanjut maka dibandingkan lokasi IV dengan lokasi V. Lokasi IV adalah lokasi sebelum melintasi percabangan dari aliran pabrik, sehingga lokasi IV belum ada terpengaruh dari aliran air limbah. Hasil analisis Universitas Sumatera Utara terlihat bahwa nilai debit sungai pada lokasi IV adalah sebesar 7586,5 Ldtk. Nilai debit lokasi IV lebih besar jika dibandingkan dengan lokasi II dan III. semua parameter masih tergolong memenuhi kelas baku mutu PP 82 tahun 2001. Hal ini karena belum ada faktor pencemaran air yang mengakibatkan air menjadi tercemar. Dari tabel 7 terlihat bahwa semua parameter yang diamati menunjukkan kriteria golongan I atau masih diperbolehkan. Jika dibandingkan antara sungai sebelum, percabngan dan sungai setelah percabangan maka terlihat belum ada perubahan kriteria baku mutu, namun terjadinya peningkatan angka nilai BOD dan COD tetapi tidak signifikan sehingga tidak merubah kriteria kelas baku mutu. Maka dapat di simpulkan bahwa aliran air limbah pabrik PT. Bumi Sari tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan tingkat kualitas air, terlihat pada setiap lokasi yang telah dibandingkan pada baku mutu PP no 82 tahun 2001. PT. Sinar Intan Tapioka Pabrik PT Sinar Intan Tapioka ini bukan termasuk kedalam Das Padang, yaitu berada di sebelah Timur bagian luar Das Padang. Pada pabrik tapioka ini diambil 5 lokasi titik pengambilan sampel yaitu, Outlet Limbah lokasi I, sungai sebelum pabrik lokasi II, sungai setelah pabrik Lokasi III. Sungai sebelum percabangan setelah aliran yang melintasi pabrik lokasi IV dan Sungai stelah percabangan dari sungai aliran pabrik tapioka “PT. Sumatera Telaga Tapioka” Lokasi V. Pada sungai sebelum melintasi pabrik lokasi II berdasarkan hasil analisis nilai debit aliran sungai yang didapat adalah 2408 Ldtk. Besar kecilnya nilai debit maka mempengaruhi tingkat kualitas air tersebut. Universitas Sumatera Utara Dapat dilihat pada tabel 7 bahwa pada lokasi II semua parameter yang diamati termasuk kedalam kriteria baku mutu kelas I, kecuali parameter COD yang tidak memenuhi kriteria baku mutu PP 82 tahun 2001. Untuk melihat tingkat kualitas air pada air limbah yang dikeluarkan ke sungai dengan volume air limbah 6132 Ljam atau 1,703 Ldtknya. Dapat dilihat bahwa pada lokasi I terdapat parameter COD yang tidak termasuk memenuhi kriteria baku mutu, sedangkan yang lainnya masih memenuhi kriteria baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa pada lokasi I mengandung bahan organik sulit terlarut yang sangat tinggi. Untuk melihat adanya pengaruh air limbah yang keluar lokasi I terhadap air sungai yang mengalir, maka di analisis pada lokasi III. Dapat dilihat pada tabel 8 bahwa kriteria baku mutu lokasi III yang dibandingkan dengan lokasi II bahwa tidak terjadi perubahan kriteria baku mutu, namun hanya merubah angka pada parameter COD. Hal ini berarti air limbah memberikan pengaruh terhadap sungai tetapi tidak sampai merubah golongan kriteria baku mutu pada sungai sebelum outlet dengan sungai setelah melintasi outlet. Untuk melihat dampak lebih lanjut maka hasil analisis pada sungai sebelum percabangan lokasi IV dan sungai setelah percabangan lokasi V dibandingkan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh dari sungai yang melintasi pabrik. Pada lokasi IV dapat dilihat bahwa semua memenuhi kedalam kriteria baku mutu kecuali pada parameter COD yang tidak memenuhi kriteria baku mutu pp no 82 tahun 2001. Pada tabel 8 terlihat bahwa pada lokasi V terdapat parameter yang tidak memenuhi kriteria baku mutu yaitu pada paremeter COD. Jika dibandingkan dengan lokasi IV maka terlihat bahwa terjadinya peningkatan nilai COD . Universitas Sumatera Utara Dari semua lokasi sampel yang didapat kemudian dibandingkan dengan baku mutu PP no 82 tahun 2001 maka dapat disimpulkan bahwa air limbah yang di keluarkan dari pabrik PT. Sinar Intan Tapioka ke aliran sungai tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kualitas air ditinjau dari kelas baku mutu, namun terjadi peningkatan nilai pada setiap parameter yang tidak terlalu signifikan. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DANSARAN Kesimpulan 1. Pada aliran outlet limbah pabrik tapioka PT. Serasi Jaya yang dialirkan ke sungai dikatakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan tingkat kualitas air. 2. Aliran outlet air limbah pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka memberi pengaruh terhadap perubahan tingkat kualitas air. 3. Hal ini berarti air limbah pabrik tapioka PT. Deli Sari Murni tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan tingkat kualitas air dari parameter yang telah di tentukan. 4. Aliran air limbah pabrik PT. Bumi Sari tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan tingkat kualitas air. 5. Air limbah yang di keluarkan dari pabrik PT. Sinar Intan Tapioka ke aliran sungai tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kualitas. Saran Air limbah pabrik tapioka memerlukan pengelolaan Instalasi Pembuangan Air Limbah IPAL yang lebih tepat sebelum dialirkan ke sungai sehingga tidak mencemari DAS. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah mada University Press. 618 halaman. Anonim. 2011. Mengenal BOD dan COD. http:abunajmu.wordpress.com2011 0810mengenal-bod-dan-cod. Diakses pada tanggal 20 November 2012. Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Alabama AgriculturalExperiment Station, Auburn University, Alabama. 482 p. BKPM, 2010. Komoditi Ubi Kayu. Indonesian Investment Coordinating Board. Jakarta. Chow, V.T., 1964. Hand Book of Applied Hydrology. Mc Graw-Hill, New York. Departemen Perindustrian, 1986. Laporan Penelitian Tehnologi Pengelolaan Air Buangan Industri Tapioka Lanjutan. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang. Efendi,H., 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta Ginting P, 2008, Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Yrama Widya, Bandung. Hasibuan, R.E, 2005. Analisis Kualitas Air Sungai Rampah Secara Biologis Akibat Dari Pembuangan Limbah Pabrik Tepung Tapioka. Program Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan. Huda, Thorikul. 2009. Hubungan Antara Total Suspended Solid Dengan Turbidity Dan Dissolved Oxygen. Online : http:thorik.staff.uii.ac.id20090823hubungan-antara-total-suspended- solid-dengan-turbidity-dan-dissolved-oxygen. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012 Ihsan. 2011. Analisa Kimia Sampel Air Sungai : Penentuan Zat Padat Tersuspensi TSS dan Zat Padat Terlarut TDS. Online : http:chemistryismyworld.blogspot.com201105analisa-kimia-sampel-air- sungai_07.html. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012 Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No.: Kep-51MENLH101995. Maryono, A. 2007. Restorasi Sungai. UGM-Press, Yogyakarta. Mulyanto, H.R. 2007. Sungai Fungsi dan Sifat-Sifatnya. Graha Ilmu. Yogyakarta. Universitas Sumatera Utara Misnani, 2011. Praktikum Teknik Lingkungan Total Padatan Terlarut . Online : http:misnanidulhadi.blogspot.com201103praktikum-teknik-lingkungan- total.html. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2012 Maryono, A. 2007. Restorasi Sungai. UGM-Press, Yogyakarta. Mihelcic, J.R. 1998. Fundamentals Of Ennvironmental Enginering, University of Wisconsin-Platteville. New York. Metcalf Eddy, Inc. 1991. Wastewater Engineering: treatment, disposal, reuse. 3 rd ed. Revised by: G. Tchobanoglous and F.L. Burton. McGraw-Hill,Inc. New York, Singapore. 1334 p. Nugraha, W.D. 2008. Identifikasi Kelas Air dan Penentuan Daya Tampung Beban Cemaran BOD Sungai dengan Model Qual2E Studi Kasus Sungai Serayu, Jawa Tengah. Program Studi Teknik Lingkungan FT.Undip Jurnal Presipitasi. Vol.5 No.2. ISSN 1907-187 X.H. Nurcahyani Fatmawati. 2012. Penentuan Nilai Cod Chemical Oxygen Demand Dalam Sampel Air SST Yogyakarta. Perdani, V. 2001. Evaluasi Kualitas Air dan Komunitas Makrozoobenthos pada Sungai Cileungsi-Bekasi di Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Rauf,A., K.S Lubis, dan Jamilah, 2011. Dasar-dasar Daerah Aliran Sungai. USU- Press Medan. Rahayu, S, dkk, 2009. Monitoring Air Di Daerah Aliran Sungai. World Agroforestry Centre – Southeast Asia ICRAF. Bogor. Saud, I. 2008. Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya. Jurnal Aplikasi. Vol.4 No.1 Surabaya Seandy, 2010. Total Suspended Solid TDS. Online : http:seandy-laut- biru.blogspot.com201009total-suspended-solid-tss.html. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2012 Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. FMIPA-UNIMED. Medan. SNI, 2004. Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total Total Suspended Solid, TSS secara gravimetri Online : http:www.4shared.comdocumentSEAZuzQtSNI_06-69893- 2004_Total_Suspen.html. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2012 Sugiharto, 2008, Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, UI-Press, Jakarta. Universitas Sumatera Utara Sutapa, I.D.A.2000. Uji Korelasi Pengaruh Limbah Tapioka terhadap Kualitas Air Sumur. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan dan Lingkungan. Vol. 21 : 47-65. Umaly, R.C. dan Ma L.A. Cuvin. 1988. Limnology: Laboratory and field guide,Physico-chemical factors, Biological factors. National Book Store,Inc. Publishers. Metro Manila. 322p. Zaitun. 1999. Efektivitas limbah industri tapioka sebagai pupuk cair. Tesis Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Universitas Sumatera Utara Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Sumatera Telaga Tapioka Jalan Ir H Djuanda, Kelurahan Karya Jaya, Kec. Rambutan, Tebing Tinggi.

1. Lokasi I