Kajian Beberapa Karakteristik Kimia Air, Fisika Air dan Debit Sungai pada Aliran Limbah Pabrik Tapioka Kawasan Das Padang dan Sekitarnya

(1)

KAJIAN BEBERAPA KARAKTERISTIK KIMIA AIR, FISIKA AIR DAN DEBIT SUNGAI PADA ALIRAN LIMBAH PABRIK TAPIOKA

KAWASAN DAS PADANG DAN SEKITARNYA

SKRIPSI

Oleh :

RIYANDA AGUSTIRA 080303052

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KAJIAN BEBERAPA KARAKTERISTIK KIMIA AIR, FISIKA AIR DAN DEBIT SUNGAI PADA ALIRAN LIMBAH PABRIK TAPIOKA

KAWASAN DAS PADANG DAN SEKITARNYA

SKRIPSI Oleh :

RIYANDA AGUSTIRA 080303052

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Kajian Beberapa Karakteristik Kimia Air, Fisika Air Dan Debit Sungai Pada Aliran Limbah Pabrik Tapioka Kawasan Das Padang Dan Sekitarnya

Nama : Riyanda Agustira NIM : 080303052 Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui, Komisi Pembimbing :

(Kemala Sari Lubis S.P., M.P. ) (Jamilah, S.P., M.P.) NIP. 197008311995102001 NIP. 196904071997032001

Ketua Anggota

Mengetahui,

(Dr.Ir. T . Sabrina, M.Agr.Sc.Ph.D) NIP. 19640620 198903 2 001 Ketua Program Studi Agroekoteknologi


(4)

ABSTRAK

RIYANDA AGUSTIRA : Kajian Beberapa Karakteristik Kimia Air, Fisika Air Dan Debit Sungai Pada Aliran Limbah Pabrik Tapioka Kawasan Das Padang Dan Sekitarnya, dibimbing oleh Kemala Sari Lubis, SP., MP. Sebagai ketua komisi pembimbing dan Jamilah, SP., MP. Sebagai anggota komisi pembimbing.

Limbah cair industri tapioka yang berasal dari pencucian dan penguapan umumnya mengandung padatan tersuspensi yang kasar dan halus serta mengandung senyawa organik. Penimbunan secara terus-menerus yang berlangsung dari limbah yang mengandung senyawa organik menimbulkan bau dan rasa yang tidak sedap dan mengganggu ekosistem sekitar.

Penelitian dilaksanakan di aliran DAS Padang dan sekitar wilayah DAS Padang yang dilalui aliran limbah tapioka tersebut dengan menggunakan metoda survei. Bahan penelitian yakni contoh air yang diambil pada 3-5 titik outlet, dimulai dari sumber pembuangan aliran limbah yang masuk ke badan aliran sungai. Pengambilan contoh air menggunakan metoda sistem pelapisan menurut kedalaman, pada penelitian ini contoh air yang diambil bagian atas permukaan aliran sungai. Contoh air diambil sebanyak tiga (3) ulangan untuk tiap outlet. Parameter sifat kimia air yang diukur meliputi pH, TSS, TDS, BOD dan COD air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar pH limbah pabrik tapioka PT. Serasi Jaya dan PT. Sumatera Telaga Tapioka di aliran sub DAS Sibarau menunjukkan adanya pencemaran dengan nilai rata-rata masing-masing yakni 4,6 dan 4,3. Kadar padatan tersuspensi total limbah pabrik tapioka PT. Serasi Jaya, PT. Sumatera Telaga Tapioka dan PT. Deli Sari Murni Tapioka di aliran sub DAS Sibarau dan Padang Hilir menunjukkan adanya pencemaran dengan nilai rata-rata masing-masing yakni 826,7mg/L, 928,9 mg/L dan 763,4 mg/L. Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) limbah pabrik tapioka PT. Sumatera Telaga Tapioka menunjukkan adanya pencemaran dengan nilai rata-rata 1122,2 mg/L. Debit aliran sungai yang sangat cepat di sub DAS Padang Hilir menurunkan kemasaman dan konsentrasi padatan tersuspensi total limbah PT. Deli Sari Murni Tapioka.


(5)

Abstract

RIYANDA AGUSTIRA: Study of Some Characteristics of Water Chemistry, Physics, Water and Waste Debit River Flows In Tapioca Factory Das Padang and surrounding areas, led by Sari Kemala Lubis, SP., MP. As chairman of the committee supervising and Jamilah, SP., MP. As members of the supervising committee.

The source of liquid waste of tapioca industry from leaching and evaporation. Normally that liquid waste contents rough and soft of suspension solid and organic matter. Accumulation continuously of liquid waste of tapioca industry cause bad taste and odor so can destroy environment.

The research was conducted in the watershed Padang flow and the surrounding watershed area at traversed tapioca waste stream by using a survey method. The research was conducted by water sampling at 3-5 outlets, first from point of exile source of liquid waste to mixed at stream of river-bed. Water sampling used intergrating depth system method, in this researh at water surface of river stream. Water samples were taken three (3) replications for each outlet. Parameters were measured pH, TSS TDS, BOD, COD and velocity of water. The results showed that acidity level averages from tapioca waste of PT. Serasi Jaya and PT. Sumatera Telaga Tapioka at Sibarau sub-watershed at 4,6 dan 4,3. Total solid suspension averages of tapioca waste from PT. Serasi Jaya, PT. Sumatera Telaga Tapioka dan PT. Deli Sari Murni Tapioka at Sibarau dan Padang Hilir sub-watershed at 826,7mg/L, 928,9 mg/L dan 763,4 mg/L. Chemical oxygen demand of tapioca waste fromPT. Sumatera Telaga Tapioka at 1122,2 mg/L. High velocity is at Padang Hilir sub-watershed and decrease acidicity, total solid suspension of tapioca waste from PT. Deli Sari Murni Tapioka.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran pada tanggal 14 Agustus 1990 dari Ayah M

Rivai TR dan ibu Melyani Pane. Penulis merupkan anak kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Kisaran dan pada tahun yang

sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih program studi Ilmu Tanah

Departemen Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) mulai tahun 2008 sampai sekarang. Penulis aktif

sebagai anggota Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia

(FOKUSHIMITI) mulai tahun 2008 sampai dengan sekarang. Penulis aktif sebagai

anggota pengajian Al-Bayan mulai tahun 2008 sampai dengan sekarang. Penulis

mengikuti seminar Be Part of the Experience oleh Djarum di USU pada tahun 2010.

Penulis mengikuti PERNAS FOKUSHIMITI di Universitas Brawijaya Malang pada

tanggal 3-10 Juli 2010. Penulis mengikuti Seminar Nasional dengan tema “Adaptasi

dan Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Konservasi Kearifan Lokal” di gedung

PPI-UB pada tahun 2010. Penulis mengikuti seminar Badan Lingkungan Hidup di

Medan pada tahun 2010. Penulis mengikuti Inovatif dan Kreatif di Usia Muda dalam

Marketing Idea Competition pada tahun 2011. Penulis mengikuti Pelatihan

Pengkaderan Nasional di Medan pada tahun 2011. Penulis mengikuti Seminar

Nasional dengan tema “Mengoptimalkan Kader yang Mampu Menjadi Barometer

Dunia Pertanian di Indonesia” di USU pada tahun 2011. Penulis melaksanakan


(7)

Juli 2011. Penulis mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional

(PILMITANAS) di IPB Bogor pada 14-19 November 2011. Penulis meraih Juara III

lomba Poster Ilmiah dalam acara Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional

(PILMITANAS) di IPB Bogor pada tahun 2011. Penulis mengikuti Seminar

Nasional dengan tema “Pemanfaatan Sumberdaya Lahan Berkeadilan untuk

Kesejahteraan dan Kelestarian Lingkungan” di IPB Bogor pada tahun 2011. Penulis

mengikuti Seminar Ilmiah di USU pada tahun 2011. Penulis mendapat Piagam

Penghargaan pada acara Workshop Jurnalistik “Mahasiswa Menembus Media” di

USU pada tahun 2011. Penulis menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Praktum

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Laboratorium Geografis Information System (GIS)

Fakultas Pertanian USU pada tahun 2012. Penulis menjadi Asisten Dosen pada mata

kuliah Praktikum Fisika Tanah di Laboratorium Fisika Tanah Fakultas Pertanian

USU pada tahun 2012. Penulis mengikuti Lokakarya Nasional “Keseimbangan Hara

dan Pengelolaan Kesuburan Tanah Berkelanjutan Pada Kopi Arabika di Sumatera

Utara dan Aceh” Pada tahun 2012. Penulis menjadi Keua Panitia acara Pekan

Ilmiah, Seminar Nasional dan Reuni Akbar, dalam rangka memperingati HUT

Tridasawarsa IMILTA pada tahun 2012. Penulis mengikuti Seminar Nasional

dengan tema “Intensifikasi Pengelolaan Lahan Perkebunan dan Hortikultura


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini.

Adapun judul dari penelitian saya adalah “Kajian Beberapa Karakteristik

Kimia Air, Fisika Air Dan Debit Sungai Pada Aliran Limbah Pabrik Tapioka

Kawasan Das Padang Dan Sekitarnya”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk dapat melanjutkan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada para dosen

pembimbing penelitian yaitu Kemala Sari Lubis S.P., M.P. dan

Jamilah, S.P., M.P.. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen

Fakultas Pertanian khususnya kepada dosen minat Ilmu Tanah yang telah mendidik

saya hingga kejenjang ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab

itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga proposal ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2012


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 4

Limbah Pabrik Tapioka ... 8

Kualitas Air ... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Metode Penelitian ... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 19

1. Kegiatan di Lapangan ... 19

2. Kegiatan di Laboratorium ... 22

3. Analisis Data ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25

1. PT Serasi Jaya ... 26


(10)

3. PT Deli Sari Murni Tapioka ... 32

4. PT Bumi Sari ... 34

5. PT Sinar Intan Tapioka ... 36

Pembahasan ... 38

PT Serasi Jaya ... 38

PT Sumatera Telaga Tapioka ... 41

PT Deli Sari Murni Tapioka ... 44

PT Bumi Sari ... 46

PT Sinar Intan Tapioka ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 52

Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Kualitas Lingkungan Berdasarkan Nilai Zat Padat Dalam Air 23 2. Baku Mutu Kualitas Air Berdasarkan Konsentrasi BOD Dan 24 COD

3. Baku Mutu Kualitas Air Berdasarkan Konsentrasi pH 24 4. Data Pada Pabrik Tapioka PT. Serasi Jaya 26 5. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Sumatera Telaga Tapioka 29 6. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Deli Sari Murni Tapioka 32 7. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Bumi Sari 34 8. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Sinar Intan Tapioka 36 9. Data Hasil analisis pada pabrik PT. Serasi Jaya 38 Yang Dibandingkan Dengan Baku Mutu

10. Data Hasil analisis pada pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka 42 Yang Dibandingkan Dengan Baku Mutu

11. Data Hasil analisis lokasi II pada pabrik PT. Deli Sari Murni 45 Telaga Tapioka Yang Dibandingkan Dengan Baku Mutu

12. Data Hasil analisis lokasi II pada pabrik PT. Bumi sari 48 Telaga Tapioka Yang Dibandingkan Dengan Baku Mutu

13. Data Hasil analisis lokasi II pada pabrik PT. Sinar Intan 51 Tapioka Yang Dibandingkan Dengan Baku Mutu


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Titik Penentuan Lokasi Sampel 20

2. Pengukuran Luas Penampang Sungai 20 3. Peta Lokasi Pabrik Tapioka Pada Das Padang Dan Sekitarnya 25 4. A. Sungai Sebelum Pabrik PT. Serasi Jaya. B. Sungai Setelah 38 Melintasi Pabrik PT. Serasi Jaya

5. Sungai Padang Yang Mengalir Melewati Pabrik 41 6. A. Sungai Sebelum Pabrik PT. Deli Sari Murni Tapioka B. 45 Sungai Setelah Melintasi Pabrik PT. Deli Sari Murni Tapioka

7. A. Sungai Aliran Limbah Pabrik PT. Bumi Sari. B. Sungai 47 Percabangan Dari Sungai Aliran Limbah


(13)

ABSTRAK

RIYANDA AGUSTIRA : Kajian Beberapa Karakteristik Kimia Air, Fisika Air Dan Debit Sungai Pada Aliran Limbah Pabrik Tapioka Kawasan Das Padang Dan Sekitarnya, dibimbing oleh Kemala Sari Lubis, SP., MP. Sebagai ketua komisi pembimbing dan Jamilah, SP., MP. Sebagai anggota komisi pembimbing.

Limbah cair industri tapioka yang berasal dari pencucian dan penguapan umumnya mengandung padatan tersuspensi yang kasar dan halus serta mengandung senyawa organik. Penimbunan secara terus-menerus yang berlangsung dari limbah yang mengandung senyawa organik menimbulkan bau dan rasa yang tidak sedap dan mengganggu ekosistem sekitar.

Penelitian dilaksanakan di aliran DAS Padang dan sekitar wilayah DAS Padang yang dilalui aliran limbah tapioka tersebut dengan menggunakan metoda survei. Bahan penelitian yakni contoh air yang diambil pada 3-5 titik outlet, dimulai dari sumber pembuangan aliran limbah yang masuk ke badan aliran sungai. Pengambilan contoh air menggunakan metoda sistem pelapisan menurut kedalaman, pada penelitian ini contoh air yang diambil bagian atas permukaan aliran sungai. Contoh air diambil sebanyak tiga (3) ulangan untuk tiap outlet. Parameter sifat kimia air yang diukur meliputi pH, TSS, TDS, BOD dan COD air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar pH limbah pabrik tapioka PT. Serasi Jaya dan PT. Sumatera Telaga Tapioka di aliran sub DAS Sibarau menunjukkan adanya pencemaran dengan nilai rata-rata masing-masing yakni 4,6 dan 4,3. Kadar padatan tersuspensi total limbah pabrik tapioka PT. Serasi Jaya, PT. Sumatera Telaga Tapioka dan PT. Deli Sari Murni Tapioka di aliran sub DAS Sibarau dan Padang Hilir menunjukkan adanya pencemaran dengan nilai rata-rata masing-masing yakni 826,7mg/L, 928,9 mg/L dan 763,4 mg/L. Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) limbah pabrik tapioka PT. Sumatera Telaga Tapioka menunjukkan adanya pencemaran dengan nilai rata-rata 1122,2 mg/L. Debit aliran sungai yang sangat cepat di sub DAS Padang Hilir menurunkan kemasaman dan konsentrasi padatan tersuspensi total limbah PT. Deli Sari Murni Tapioka.


(14)

Abstract

RIYANDA AGUSTIRA: Study of Some Characteristics of Water Chemistry, Physics, Water and Waste Debit River Flows In Tapioca Factory Das Padang and surrounding areas, led by Sari Kemala Lubis, SP., MP. As chairman of the committee supervising and Jamilah, SP., MP. As members of the supervising committee.

The source of liquid waste of tapioca industry from leaching and evaporation. Normally that liquid waste contents rough and soft of suspension solid and organic matter. Accumulation continuously of liquid waste of tapioca industry cause bad taste and odor so can destroy environment.

The research was conducted in the watershed Padang flow and the surrounding watershed area at traversed tapioca waste stream by using a survey method. The research was conducted by water sampling at 3-5 outlets, first from point of exile source of liquid waste to mixed at stream of river-bed. Water sampling used intergrating depth system method, in this researh at water surface of river stream. Water samples were taken three (3) replications for each outlet. Parameters were measured pH, TSS TDS, BOD, COD and velocity of water. The results showed that acidity level averages from tapioca waste of PT. Serasi Jaya and PT. Sumatera Telaga Tapioka at Sibarau sub-watershed at 4,6 dan 4,3. Total solid suspension averages of tapioca waste from PT. Serasi Jaya, PT. Sumatera Telaga Tapioka dan PT. Deli Sari Murni Tapioka at Sibarau dan Padang Hilir sub-watershed at 826,7mg/L, 928,9 mg/L dan 763,4 mg/L. Chemical oxygen demand of tapioca waste fromPT. Sumatera Telaga Tapioka at 1122,2 mg/L. High velocity is at Padang Hilir sub-watershed and decrease acidicity, total solid suspension of tapioca waste from PT. Deli Sari Murni Tapioka.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pabrik-pabrik olahan bahan baku ubi kayu kini telah semakin banyak berdiri.

Hal ini karena tanaman ubi kayu menjadi prioritas untuk tanamaan semusim. Di lihat

dari pertumbuhan tanaman ubi kayu yang memilki potensi di Indonesia seperti

kesesuaian lahan, iklim, sumberdaya manusia, dan tingkat adaptasi teknologi, di

tinjau dari sistem budidayanya tanaman ubi kayu tergolong sangat mudah dan tidak

membutuhkan biaya yang tinggi, hal ini yang menyebabkan ubi kayu banyak

tersebar di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen ubi kayu no. 4 terbesar

di dunia setelah Nigeria, Brazilia dan Thailand. Provinsi Sumatera Utara merupakan

salah satu penghasil ubi kayu dan dapat dikatakan terus mengalami perkembangan

produksi sejak tahun 1995, dan menurut data BKPM, (2010) Sumatera Utara juga

termasuk budidaya tanaman ubi kayu terluas di Inonesia yaitu mencapai 34.812 Ha,

dan mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Sejalan dengan ini maka hasil

produksi ubi kayu juga semakin meningkat.

Pemanfaatan ubi kayu sebagai bahan baku tepung tapioka merupakan

pemanfaatan yang terbesar, dibandingkan dengan pemanfaatan yang lainnya. Pada

industri tepung tapioka, selain menghasilkan tepung, pengolahan tapioka juga

menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Limbah padat seperti

kulit singkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk, dan onggok

(ampas) dapat digunakan sebagai sebagai bahan baku pada industri pembuatan saus,

campuran kerupuk, obat nyamuk bakar dan pakan ternak. Sedangkan limbah cair


(16)

di teruskan ke aliran sungai yang melalui kolam penampungan limbah, bahkan jika

air sungai dalam keadaan naik maka limbah dibuang dalam skala yang cukup

banyak.

Pada setiap industri pabrik tapioka menghasilkan jumlah air limbah yang

bervariasi, hal ini tergantung dari besar kecilnya industri, pengawasan pada proses

industri, dan derajat pengolahan air limbah. Air limbah yang merupakan benda sisa,

maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak

dipergunakan lagi. Akan tetapi, tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu

dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah ini tidak dikelola secara baik akan

dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap

kehidupan disekitar aliran limbah. Air limbah juga sangat berbahaya terhadap

kesehatan manusia, mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditimbulkan

akibat limbah (Sugiharto, 2008).

Tidak sedikit masyarakat yang masih menggunakan sungai sebagai proses

aktivitasnya seperti untuk kebutuhan pertanian bahkan digunakan juga sebagai

mandi dan mencuci. Menurut Situmorang (2007) kualitas air merupakan syarat

untuk kualitas kesehatan manusia, karena tingkat kualitas air dapat digunakan

sebagai indikator tingkat kesehatan masyarakat. Hal ini akan berdampak buruk jika

air sungai yang digunakan sudah tercemar dari limbah.

Berdasarkan dengan hal pencemaran air dan kualitas air, maka menteri

lingkungan hidup telah menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.

Kualitas air ditentukan berdasarkan keadaan air dalam keadaan normal, dan bila


(17)

pencemaran, atau disebut air terpolusi. Analisis penentuan kualitas air sangat

penting bagi pengguna air sebagai informasi tentang keberadaan senyawa kimia

yang terkandung di dalam air (Situmorang, 2007).

Pada daerah DAS Padang Sumatera Utara banyak terdapat pabrik-pabrik

tapioka yang menghasilkan limbah cair dalam sekala besar yang dialirkan bersama

aliran beberapa anak sungai (sub-sub DAS). Mengalir membelah lahan-lahan

pemukiman penduduk, kebun sawit, kebun campuran, semak-semak dan areal

persawahan. Anak-anak sungai ini sangat berperan untuk kelangsungan hidup

penduduk yang mendiami kawasan hulu DAS Padang tersebut.

Berdasarkan atas peristiwa diatas perlu kiranya dilakukan kajian untuk

mengetahui beberapa parameter karakteristik kualitas air dan debit air sungai pada

aliran sungai DAS Padang dan sekitarnya yang dialiri limbah pabrik tapioka.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa karakteristik kimia air, fisika

air dan debit air sungai pada aliran sungai DAS Padang dan sekitarnya yang dialiri

limbah pabrik tapioka.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

- Memberikan informasi beberapa karakteristik kimia air, fisika air dan debit

air sungai pada aliran sungai DAS Padang dan sekitarnya yang dialiri limbah


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) selalu diartikan oleh banyak pihak,

termasuk oleh para penentu kebijakan, teknokrat dan bahan akademis, secara sempit

seolah-olah hanya pengelolaan badan air (sungai) dengan bantarannya yang hanya

5-25 meter di kiri kanan badan sungai tersebut. Padahal daerah aliran sungai (DAS)

berdasarkan UU No.7 Tahun 2004 didefenisikan sebagai suatu wilayah daratan yang

merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi

menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke

danau atau ke laut secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografis

dan batas dilaut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas

daratan. Oleh sebab itu, pengelola DAS sebenarnya merupakan upaya manusia

dalam mengendalikan hubungan timbale balik antara aktivitas manusia dengan

sumber daya alam (terutama lahan, vegetasi dan air) di dalam DAS untuk

mendapatkan manfaat barang dan jasa sekaligus menjaga kelestarian DAS serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Rauf, dkk, 2011).

Sungai adalah sistem yang sifatnya komplek, kekomplekan sistem sungai

dapat dilihat dari berbagai komponen penyusun sungai, misalnya bentuk alur dan

percabangan sungai, formasi dasar sungai (river bed form), morfologi sungai (river morphology) dan ekosistem sungai (river ecosystem). Kekomplekan percabangan sungai yang menyusun pohon sungai dari sungai orde pertama sampai orde ke-n.

Percabangan sungai tersebut sekilas terbentuk tanpa mengikuti aturan tertentu tanpa


(19)

sistem percabangan tersebut tidak dapat didefenisikan secara mudah (Maryono,

2007).

Sebuah DAS ditandai dengan adanya sungai utama yang langsung bermuara

ke danau atau ke laut. Ke dalam sungai utama tersebut bermuara anak sungai yang

airnya berasal dari tangkapan air hujan dari wilayah yang dibatasi pembatas

topografi menuju ke anak sungai tersebut. Batas wilayah hingga ke pembatas

topografi yang mengalirkan air hujan yang ditangkapnya menuju anak sungai itu

disebut sebagagi kawasan Sub DAS. Selanjutnya, pada setiap anak sungai yang

menjadi pengaliran air dari sebuah sub DAS akan dikontribusi dari anak-anak sungai

yang mendapatkan air hujan dari daerah tangkap di mengalirkannya (bermuara) ke

anak sungai. Wilayah tangkapan air hujan dari anak-anak sungai ini disebut dengan

sub-sub DAS. Guna memudahkan pemahaman tentang Sub DAS dan Sub-sub DAS,

guna memudahkan pemahaman tentang Sub DAS dan Sub-sub DAS dari sebuah

DAS. Setiap DAS terdiri dari beberapa sub DAS dan setiap DAS juga bisa terdiri

dari beberapa Sub-sub DAS (Rauf, dkk, 2011).

Fungsi utama sungai ada dua yaitu untuk mengalirkan air dan mengangkut

sediman hasil erosi pada das dan alurnya, kedua fungsi ini berlangsung secara

bersamaan dan saling mempengaruhi. Air hujan yang jatuh pada sebuah daerah

aliran sungai (DAS) akan terbagi menjadi akumulasi-akumulasi yang tertahan

sementara disitu sebagai air tanah dan air permukaan, serta aliran permukaan yang

akan memasuki alur sebagai debit sungai dan terus dialirkan ke laut. Bersama

masuknya runoff ke dalam sungai akan terbawa juga material hasil erosi yang


(20)

laut seketika, tetapi akan terjadi secara berantai didalam proses pengendapan dan

penggerusan yang terjadi di dalam dan di sepanjang alur sungai (Mulyanto, 2007).

Masalah pada daerah aliran sungai (DAS) yang utama berhubungan dengan

jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) air. Air sungai menjadi berkurang

(kekeringan) atau menjadi terlalu banyak (banjir) menggambarkan jumlah air. DAS

dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu

dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS bagian hilir merupakan daerah

pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi

perlindungan fungsi tata air karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan

menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan

transpor sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan

perkataan lain DAS bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap

keseluruhan DAS (Maryono, 2007).

Menurut Asdak (2001) bahwa Indikator untuk mengetahui normal tidaknya

suatu DAS dilihat dari segi fisik dari beberapa hal, dimana suatu DAS dikategorikan

dalam kondisi baik apabila memiliki ciri sebebagai berikut :

a. Koefisiensi air larikan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya air

larikan terhadap besarnya curah hujan, berfluktuasi secara normal, dalam

artian nilai C dari sungai utama di DAS yang bersangkutan cenderung

kurang lebih sama dari tahun ke tahun.

b. Nisbah debit maksimum (Q max/Q min) relatif stabil dari tahun ke tahun.

c. Tidak banyak terjadi perubahan koefisien arah pada kurva kadar lumpur (Cs)


(21)

Debit (kecepatan aliran) dan sedimen merupakan komponen penting yang

berhubungan dengan permasalahan DAS seperti erosi, sedimentasi, banjir dan

longsor. Oleh karena itu, pengukuran debit dan sedimen harus dilakukan dalam

monitoring DAS. Debit merupakan jumlah air yang mengalir di dalam saluran atau

sungai per unit waktu. Metode yang umum diterapkan untuk menetapkan debit

sungai adalah metode profil sungai (cross section). Pada metode ini debit merupakan hasil perkalian antara luas penampang vertikal sungai (profil sungai) dengan

kecepatan aliran air. Sedimen merupakan material hasil erosi yang dibawa oleh

aliran air sungai dari daerah hulu dan kemudian mengendap di daerah hilir (Rahayu,

dkk, 2009).

Debit air sungai memberikan informasi mengenai jumlah air yang mengalir

pada waktu tertentu. Oleh karena itu, data debit air berguna untuk mengetahui cukup

tidaknya penyediaan air untuk berbagai keperluan (domestik, irigasi, pelayaran,

tenaga listrik dan industri), pengelolaan DAS, pengendalian sedimen, prediksi

kekeringan dan penilaian beban pencemaran air (Puslitbang Pengairan, 1989 dalam Perdani, 2001)

Proses erosi di hulu meninggalkan dampak hilangkan kesuburan tanah

sedangkan pengendapan sedimen di hilir seringkali menimbulkan persoalan seperti

pendangkalan sungai dan waduk di daerah hilir. Oleh Karena itu besarnya aliran

sedimen atau hasil sedimen digunakan sebagai indikator kondisi DAS. Sedimen di

sungai dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sdimen melayang (Suspended load) dan sedimen merayap (Bad load). Sedimen melayang akan dialirkan lebih jauh dibandingkan dengan sedimen merayap. Disamping itu sedimen melayang biasanya


(22)

mencemari air. Oleh karena itu penetapan hasil sedimen melayang lebih sering

dilakukan dibandingkan sedimen merayap (Rahayu, dkk, 2009).

Kapasitas angkutan sedimen pada penampang memanjang sungai. Pada

penampang memanjang sungai adalah besaran sedimen yang lewat penampang

tersebut dalam satuan waktu tertentu. Terjadinya penggerusan, pengendapan atau

mengalami angkutan seimbang perlu diketahui kuantitas sedimen yang terangkut

dalam proses tersebut. Sungai disebut dalam keadaan seimbang jika kapasitas

sedimen yang masuk pada suatu penampang memanjang sungai sama dengan

kapasitas sedimen yang keluar dalam satuan waktu tertentu. Pengendapan terjadi

dimana kapasitas sedimen yang masuk lebih besar dari kapasitas sedimen seimbang

dalam satuan waktu. Sedangkan penggerusan adalah suatu keadaan dimana kapasitas

sedimen yang masuk lebih kecil dari kapasitas sedimen seimbang dalam satuan

waktu (Saud, 2008).

Limbah Pabrik Tapioka

Dalam prosesnya industri tepung tapioka mengeluarkan dua macam limbah,

yaitu limbah padat, limbah cair dan gas. Limbah padat berasal dari proses

pengupasan kayu dan proses pemerasan serta penyaringan. Limbah cair berasal dari

pencucian umbi (roots washer) terutama terdiri atas polutan organik, kulit ubi, tanah atau pasir serta proses suspense tepung. Limbah gas dari persenyawaan organik dan

anorganik yang mengandung nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari

pembusukan protein (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 1996 dalam Hasibuan, 2005).

Proses pembuatan tapioka memerlukan air untuk memisahkan pati dari serat.


(23)

memisahkan seluruh pati yang terlarut dalam air, sehingga limbah cair yang

dilepaskan ke lingkungan masih mengandung pati. Limbah cair akan mengalami

dekomposisi secara alami di badan-badan perairan dan menimbulkan bau yang tidak

sedap. Bau tersebut dihasilkan pada proses penguraian senyawa mengandung

nitrogen, sulfur dan fosfor dari bahan berprotein (Zaitun, 1999).

Kandungan bahan organik yang tinggi dalam limbah cair itu apabila

terfermentasi akan mengalami penguraian yang dapat mengakibatkan berkurangnya

oksigen terlarut dalam air sungai, jika limbah cair tersebut dibuang kesungai. Dan

jika oksigen terlarut telah habis maka bau yang tidak diinginkan akan timbul yang

disebabkan oleh H2S, metan, amin-amin organik dan lain-lain. Berkurangnya

oksigen terlarut dalam air sungai akan mengancam kelangsungan hidup biota air

lainnya. Bahan organik yang terkandung dalam limbah ini juga juga dapat

menyebabkan air menjadi berwarna dan meningkat derajat kekeruhan air serta

menurunkan pH air. Yang menjadi permasalahn besar sekarang ini adalah dampak

negative dari industri tepung tapioka terhadap lingkungan hidup

(Manahan, 1984 dalam Hasibuan, 2005).

Limbah cair mengandung senyawa organik terurai (Biodegradable organics) dan senyawa organik tidak terurai (Non Biodegradable organics). Organik terurai terdiri dari berbagai senyawa-senyawa organik yang dapat diuraikan oleh mikroba,

seperti karbohidrat, protein, sukrosa, glukosa dan lemak. Organik tidak terurai

adalah berbagai senyawa organik yang sulit diuraikan oleh mikroba, seperti

sellulosa, minyak, oli, dan lain-lain ( Anonim, 2010).

Limbah industri tapioka apabila tidak diolah dengan baik dan benar dapat


(24)

yang tidak sedap, air limbah bila masuk kedalam tambak akan merusak tambak

sehingga ikan akan mati, estetika sungai berubah dan sebagainya

(Nurhasan dan Pramudyanto, 1996 dalam Hasibuan, 2005).

Limbah tepung tapioka yang dibiarkan diperairan terbuka akan menimbulkan

perubahan yang dicemarinya. Pencemaran tersebut antara lain :

a. Peningkatan zat padat berupa senyawa organik, sehingga timbul kenaikan

limbah padat, tersuspensi maupun terlarut.

b. Peningkatan kebutuhan mikroba pembusuk senyawa organik akan oksigen,

dinyatakan dalam BOD dalam air.

c. Peningkatan kebutuhan proses kimia dalam air akan oksigen dalam air

dinyatakan dengan COD.

d. Peningkatan senyawa-senyawa beracun dalam air dan pembawa bau busuk

yang menyebar keluar dari ekosistem aquatic itu sendiri.

e. Penaikan derajat kemasamam yang dinyatakan dengan pH yang rendah dari

air yang tercemar, sehingga dapat merusak keseimbangan ekosistem aquatik

perairan terbuka.

(Soeraatmadja, 1984 dalam Hasibuan, 2005). Kualitas Air

Air sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup dalam jumlah besar

dan apabila terjadi kekurangan air yang disebabkan oleh perubahan iklim akan dapat

mengakibatkan bahaya fatal bagi makhluk hidup. Dapat dinyatakan bahwa kualitas

air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan manusia, karena tingkat kualitas air

dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan masyarakat.


(25)

Untuk memberikan gambaran tentang kualitas air dari pembuangan limbah

cair pabrik tapioka, maka secara umum kualitas air ditentukan berdasarkan beberapa

parameter kualitas air, yaitu :

a. pH (potensial of Hidrogen)

Konsentrasi ion hydrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun dari air

limbah. Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana masih memungkinkan

kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan

konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga

mengganggu proses penjernihannya. pH yang baik bagi air minum dan air limbah

adalah netral (pH 7). Semakin kecil nilai pH nya, maka akan menyebabkan air

tersebut berupa asam (Sugiharto, 2008).

Tingkat keasaman air atau sering juga disebut sebagai kekuatan asam (pH)

termasuk parameter untuk kualitas air. Air yang terpolusi biasanya berada pada skala

pH 6,0-8,0. Tingkat keasaman air dapat berubah disebabkan oleh hadirnya senyawa

kimia buangan ke dalam air. Pada umumnya biota aquatic sangat sensitive terhadap

perubahan pH air (Situmorang, 2007).

Perubahan pH pada air limbah industri tepung tapioka menandakan bahwa

sudah terjadi aktivitas mikroorganisme yang merubah bahan-bahan organik yang

mudah terurai menjadi asam (Departemen Perindustrian, 1986 dalam Hasibuan, 2005).

Limbah tapioka banyak mengandung bahan organik, sehingga

memungkinkan untuk hidupnya bakteri aerobik. Adanya oksigen di dalam air dapat

mengoksidasikan bahan- bahan organik tersebut menjadi CO2 yang dapat


(26)

b. Total Dissolved Solid

Total padatan terlarut (Total Dissolved Solid) adalah bahan-bahan terlarut

(diameter < 10 -6 mm) dan koloid (diameter < 10 -6 mm - < 10 -3 mm) yang berupa

senyawa kimia dan bahan-bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring

berdiameter 0,45 µm (Vanho, 2010 dalam Misnani, 2011).

TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, misalnya garam dan sebagainya) yang terdapat pada sebuah

larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati

saringan yang berdiameter 2 micrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum

digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan,

pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dan

sebagainya. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik

dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia (misalnya pembuatan

kosmetika, obat-obatan, makanan, dan lain-lain) (Insan, 2007 dalam Misnani, 2011). TDS adalah ukuran dari jumlah material yang dilarutkan dalam air. Bahan ini

dapat mencakup karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium,

magnesium, natrium, ion-ion organik, dan ion-ion lainnya. Tingkat tertentu dalam

air ion ini diperlukan untuk kehidupan akuatik. Perubahan dalam konsentrasi TDS

dapat berbahaya karena densitas air menentukan aliran air masuk dan keluar dari

sel-sel organisme. Namun, jika konsentrasi TDS terlalu tinggi atau terlalu rendah,

pertumbuhan kehidupan banyak air dapat dibatasi, dan kematian dapat terjadi.


(27)

memberikan kontribusi pada penurunan fotosintesis, gabungan dengan senyawa

beracun dan logam berat, dan menyebabkan peningkatan suhu air. TDS dapat

digunakan untuk memperkirakan kualitas air minum, karena mewakili jumlah ion di

dalam air. Air dengan TDS tinggi seringkali memiliki rasa yang buruk dan / atau

kesadahan air tinggi.

NilaiTDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari

tanah, dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domestik dan industri).

Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik akan tetapi

jika berlebihan, terutama TSS, dapat meningkatkan nilai kekeruhan, yang

selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari yang kemudian berpengaruh

terhadap proses fotosintesis (Efendi,2003).

c. Total Suspended Solid

Padatan tersuspensi total (TSS) merupakan residu dari padatan total yang

tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid (SNI, 2004).

TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah padatan

yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat

disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 μm. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi

matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan

pertumbuhan bagi organisme produser (Huda, 2009).

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak

terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang


(28)

organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008 dalam Ihsan, 2011) .

TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari saluran sungai. TSS

sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mg L-1 yang yang paling ekstrem 30.000 mg

L-1 di beberapa sungai. TSS tidak hanya menjadi ukuran penting erosi di alur sungai,

juga berhubungan erat dengan transportasi melalui sistem sungai nutrisi (terutama

fosfor), logam, dan berbagai bahan kimia industri dan pertanian (Anonymous, 2002

dalam Ihsan, 2011).

Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat

berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi,

ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat

padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang

heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan

dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan et al, 2003 dalam Misnani, 2011).

Padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan

melalui dua cara. Pertama, menghalangi dan mengurangi penentrasi cahaya ke dalam

badan air, sehingga menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan

air lainnya. Kondisi ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air.

Kedua, secara langsung TDS yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti

ikan karena tersaring oleh insang. Menurut Fardiaz (1992) dalam Huda (2009) bahwa padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air, sehingga


(29)

semakin meningkat. Ditambahkan oleh Nybakken (1992) dalam Huda (2009) bahwa peningkatan kandungan padatan tersuspensi dalam air dapat mengakibatkan

penurunan kedalaman eufotik, sehingga kedalaman perairan produktif menjadi turun. Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemar dan

buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air, buangan domestik,

maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Padatan tersuspensi mempengaruhi

kekeruhan dan kecerahan air. Oleh karena itu pengendapan dan pembusukan

bahan-bahan organik dapat mengurangi nilai guna perairan.

Total Suspended Solid (TSS), adalah salah satu parameter yang digunakan

untuk pengulkuran kualitas air. Pengukuran TSS berdasarkan pada berat kering

partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya dengan ukuran pori tertentu.

Umumnya, filter yang digunakan memiliki ukuran pori 0.45 μm (Clescerl, 1905 dalam Seandy, 2010).

Nilai TSS dari contoh air biasanya ditentukan dengan cara menuangkan air

dengan volume tertentu, biasanya dalam ukuran liter, melalui sebuah filter dengan

ukuran pori-pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang dan kemudian beratnya

akan dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami

pengeringan. Berat filter tersebut akan bertambah disebabkan oleh terdapatnya

partikel-partikel tersuspensi yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang

tersuspensi ini dapat berupa bahan-bahan organik dan inorganik. Satuan TSS adalah

miligram per liter (mg/l) (Blom, 1994 dalam Seandy, 2010).

Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta


(30)

jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang

terbawa ke badan air (Efendi, 2003).

d. Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD)

Kebutuhan oksigen biologis atau biological atau biochemical oxygen

demand (BOD) didefenisikan sebagai pengukuran pengurangan kadar oksigen di

dalam air yang dikonsumsi oleh makhluk hidup (organisme) di dalam air selama

periode 5 hari pada keadaaan gelap (tidak terjadi proses fotosintesis). Pengurangan

kadar oksigen ini adalah disebabkan oleh kegiatan organisme (bakteri)

mengkonsumsi atau mendegradasi senyawa organik dan nutrien lain yang terdapat

didalam air. Air yang relatif bersih akan mengandung mikroorganisme relatif

sedikit, sedangkan untuk air yang terpolusi dan mengandung banyak

mikroorganisme bakteri akan mengkonsumsi banyak oksigen dalam proses

degradasi senyawa organik dan nutrient selama 5 hari, sehingga pengukuran kadar

oksigen menjadi sangat besar. Untuk air yang tidak terpolusi misalnya ukuran BOD

adalah 0,7 sedangkan untuk air terpolusi adalah BOD 200 atau lebih besar.

Penentuan BOD sangat lambat, yaitu membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 10 hari

(Situmorang, 2007).

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang

menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme

(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam

kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Bahan organik

yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi


(31)

Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur

kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan

contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang

telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20oC) yang

sering disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai

BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran

oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler,

iodometri) atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang

dilengkapi dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap,

agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam

suhu yang tetap selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi

oleh mikroorganime, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan

oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal ini

adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada pengamatan hari

kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat

ditentukan (Situmorang, 2007). Semakin tinggi BOD, maka semakin cepat oksigen

di dalam air habis, sehingga akan membawa dampak negative bagi perkembangan

makhluk hidup yang ada di dalam air (Rahayu, dkk, 2009).

Beban cemaran suatu sungai dapat diidentifikasi berdasarkan kadar BOD

dalam air, di mana semakin tinggi BOD maka air sungai semakin tercemar.

Akumulasi BOD dari sumber pencemar akan menimbulkan beban cemaran terhadap


(32)

e. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)

Kebutuhan oksigen kimia atau chemical oxygen demand (COD) didefenisikan sebagai kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi senyawa kimia yang

terdapat di dalam air. Pengujian COD dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa

organik yang dapat dioksidasi didalam air tetapi dengan menggunakan senyawa

kimia yang dipergunakan sebagai oksidator adalah pengoksida kuat kalium bikromat

(K2Cr2O7), karena senyawa ini akan dapat mengoksidasi senyawa organik menjadi

senyawa CO2 dan H2O dengan persamaan reaksi. Penentuan COD di laboratorium

dilakukan secara titrasi, dimana banyaknya bikromat yang diperlukan dalam reaksi

oksidasi adalah setara dengan banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi senyawa organik. Dalam reaksi ini senyawa bikromat adalah sebagai

sumber oksigen untuk mengoksidasi senyawa organik. Kelebihan penentuan COD

adalah sangat cepat, yaitu hanya dibutuhkan waktu 1-2 jam untuk analisis, hal ini

relative sangat singkat bila dibandingkan dengan penentuan BOD yang

membutuhkan waktu beberapa hari (Situmorang , 2007).

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada

dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara

biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan

dioksidasi oleh kalium bikhromat yang digunakan sebagai sumber oksigen

(oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai berikut :


(33)

Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi

biologis, misalnyatannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok

dilakukan pengukuran COD daripada BOD (Nurcahyani,2012).

Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran

kebutuhan oksigen dalam air limbah. Pengukuran ini menekankan kebutuhan

oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang

tidak dipecah secara biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalam limbah

pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak relistis.

Untuk mengatasinya lebih tepat menggunakan analisa COD (Ginting,

2008).

Limbah cair mengandung bahan – bahan organik yang mudah terlarut dan

bahan organik yang sulit terlarut. Bahan organik tersebut membutuhkan oksigen

selama proses degradasi. Oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh

mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga

menjadi bahan yang mudah menguap. Pada umumnya pengukuran jumlah oksigen

yang terpakai oleh mikroorganisme tersebut disebut Biological Oxygen Demand (BOD). Selain dari itu, bahan buangan organik baik yang mudah terlarut dan sulit

terlarut juga dapat bereaksi dengan oksigen, disebut dengan proses oksidasi. Jumlah

oksigen yang dibutuhkan selama proses oksidasi tersebut dinamakan sebagai

Chemycal Oxygen Demand (COD). Oleh sebab itu nilai COD selalu lebih besar dari nilai BOD (Mihelcic, 1998).


(34)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan DAS Padang dan sekitarnya yang

meliputi sub DAS Padang Hilir, sub DAS Sibarau, di sebelah selatan bagian luar

hulu das padang dan sebelah utara bagian luar hilir DAS padang. Kemudian sampel

air diuji di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2012 hingga dengan selesai.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sungai sebagai objek

penelitian, contoh air sungai pada sub DAS yang dilintasi oleh aliran sungai tempat

pembuangan limbah cair tapioka, aquadest untuk membersihkan pH meter, tisu

digunakan dalam pembilasan alat pH meter, kertas saring untuk menyaring air dalam

penetapan sedimen,.

Peralatan yang digunakan meliputi peta DAS Padang untuk menentukan

daerah lokasi penelitian, meteran 50 m untuk menghitung dalam dan lebar sungai,

pelampung untuk mengetahui kecepatan aliran air, galah penyangga digunakan dalam

pengambilan sampel air, corong untuk meletakkan kertas saring, oven untuk

mengeringkan endapan pada kertas saring, timbangan untuk menimbang sedimen, pH

meter untuk mengukur pH, GPS untuk menentukan titik koordinat penelitian dan

ketinggian tempat dan stopwatch untuk menghitung waktu aliran air, label nama untuk

menandai wadah dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini, serta buku dan


(35)

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Metode survey.

Pelaksanaan Penelitian 1. Kegiatan di Lapangan

Penelitian di lapangan meliputi :

a. Penentuan lokasi beberapa pabrik tapioka yang berada di kawasan DAS Padang, yaitu:

- PT. Serasi Jaya

(Jl. Setia Budi No. 150 Lingkungan 6, Desa Brohol, Kecamatan Bajenis, Tebing Tinggi. Termasuk kedalam Sub Das Sibarau).

- PT. Sumatera Telaga Tapioka

(Jalan Ir H Djuanda, Kelurahan Karya Jaya, Kec. Rambutan, Tebing Tinggi. Pabrik ini masuk kedalam sub das Padang Hilir)

- PT. Deli Sari Murni Tapioka

(Kecamatan Syahbandar Tebing Tinggi. Pabrik ini masuk kedalam sub das Padang Hilir).

- PT. Bumi Sari

(Desa Tanjung Tonga, Kecamatan Siantar Martoba, Kabupaten Siantar, Melewati aliran Bah Kapul. Pabrik ini bukan termasuk kedalam Das Padang).

- PT Sinar Intan Tapioka

(Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, Serdang Berdagai. Pabrik ini bukan termasuk kedalam Das Padang).


(36)

b. Penentuan titik lokasi sampel pada suatu pabrik.

c. Penentuan luas penampang basah

Ditentukan pada tiap sub DAS. Luas penampang basah diperoleh sebagai

hasil perkalian kedalaman dan lebar sungai.

Gambar 2. Pengukuran Luas Penampang Sungai

d. Penentuan kecepatan aliran sungai

Ditentukan berdasarkan jarak aliran per detik pada tiap sub DAS yang akan pabrik

sungai sungai

1

2

3 4

5

Gambar 1 : Titik penentuan Lokasi Sampel

Lebar Sungai

Kedalaman Sungai

1 2

3 4

Keterangan Titik Lokasi Outlet:

1.Outlet dari kolam limbah

2.Sungai Sebelum Tercampur Limbah

3. Sungai Setelah Tercampur Limbah

4.Sebelum Pertemuan sungai dari aliran limbah

5.Setelah Pertemuan sungai dari aliran limbah


(37)

tenggelam di permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat

waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik

pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan jaraknya. Jarak

antara dua titik pengamatan yang diperlukan ditentukan

sekurang-sekurangnya yang memberikan waktu perjalanan selama 20 detik.

Pengukuran dilakukan beberapa kali sehingga dapat diperoleh angka

kecepatan aliran rata-rata yang memadai.

e.

Pengukuran Debit Aliran Sungai

Debit aliran sungai diperoleh dengan cara pengukuran luas penampang basah

limpasan air sungai dan kecepatan limpasan air sungai pada masing-masing

outlet DAS yang telah ditentukan, yang perhitungannya menggunakan

persamaan umum DAS (Chow, 1964) yaitu :

Q = V A Keterangan :

Q = debit limpasan air sungai (m/detik), V = kecepatan limpasan air sungai (m/detik), A = luas penamang basah limpasan air sungai (m2)

f. Pengambilan contoh air

Dalam pengambilan contoh air memakai modifikasi alat sediment sampler

U.S.D.H 48. Mekanisme kerja yakni depth intergrating suspended sediment sampler. Alat ini terdiri atas botol penampung air yang akan ditentukan konsentrasi sedimennya, galah penyangga untuk menahan agar botol

penampung air atau sedimen sampler dapat tetap ditempatnya. Alat tersebut juga dilengkapi dengan dua labang, lubang pertama untuk tempat masuknya


(38)

bagian ekor terdapat alat seperti sirip yang berfungsi mengarahkan lubang

penampung air agar selalu mengarah ke arah datangnya aliran air. Pada cara

pengukuran muatan sedimen dengan teknik depth integrating, alat ukur sedimen diikatkan pada tongkat penduga, kemudian dimasukkan ke dalam

aliran sungai dengan gerakan ke bawah dan ditarik kembali ke atas dengan

kecepatan gerak yang sama. Besarnya sampel air untuk sekali peng-ukuran

diusahkan kurang lebih 2/3 isi botol (Gordon, et al, 1992 dalam Asdak, 2002).

2. Kegiatan di Laboratorium

Penelitian di laboratorium meliputi:

a. Pengukuran persentase muatan sedimen (zat padat)

Hasil pengambilan sampel sedimen dianalisis di laboratorium. Sampel air

tersebut disaring dengan mengunakan kertas saring dengan ukuran yang

sesuai dengan tingkat akurasi data yang diinginkan selanjutnya sampel air

yang telah disaring tersebut dikeringkan dengan mengunakan oven. Sedimen

kemudian ditimbang dan dinyatakan dalam bentuk persentase dari berat total

gabungan air dan sedimen. Penentuan konsentrasi yang dihitung dengan

memakai persamaan sebagai berikut (Chow, 1964) :

Keterangan:

Cs = konsentrasi sedimen (mg/liter)

G2 = berat sedimen dan kertas filter dalam kondisi kering (mg) G1 = berat kertas filter (mg) dan

V= volume contoh sedimen (liter)


(39)

Pengukuran pH pada setiap contoh air dilakukan di Laboratorium Kimia

dengan menggunakan alat yang disebut dengan pH meter dengan metode

elektrometri.

c. Pengukuran BOD

Pengukuran BOD dilakukan di Laboratorium dengan menggunakan metode

Titrimetri.

d. Pengukuran COD

Pengukuran COD dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode Spektrofotometri.

3. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan meliputi :

a. Data Zat padat

Data sedimen untuk setiap contoh air dianalisis untuk mengetahui kategori

konsentrasi sedimen melayang, kemudian dibandingkan setiap perbedaan

nilai sedimen pada setiap contoh air. Maka digunakan standar skala kualitas

lingkungan Kep. Men. Neg. L.H. No.: Kep-51/MENLH/10/1995 yang di

sajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Kualitas lingkungan berdasarkan nilai zat padat dalam air

Zat Padat

KELAS I

(mg/L)

II

(mg/L)

III

(mg/L)

IV

(mg/L) Zat Padat Terlarut

(TDS)

1000 1000 1000 2000

Zat Padat Tersuspensi (TSS)

50 50 400 400

Sumber : PP No. 82 tahun 2001


(40)

Data BOD dan COD untuk setiap contoh air dianalisis untuk mengetahui

kategori konsentrasi layak atau tidak dalam kualitas air, kemudian

dibandingkan setiap perbedaan nilai BOD dan COD pada setiap contoh air.

Untuk mengetahui kategori nilai konsentrasi BOD dan COD, maka dapat

digunkan standar baku mutu yang telah ditetapkan pada Sumber : Kep. Men.

Neg. L.H. No.: Kep-51/MENLH/10/1995, Tentang Baku Mutu Air Limbah

Bagi Kawasan Industri.

Tabel 2. Baku mutu Kualitas Air Berdasarkan Konsentrasi BOD dan COD

Parameter Satuan

Baku Mutu I

(mg/L)

II

(mg/L)

III

(mg/L)

IV

(mg/L)

BOD mg/l 2 3 6 12

COD mg/l 10 25 50 100

Sumber : PP No. 82 tahun 2001

c. Data pH

Data pH untuk setiap contoh air dianalisis dengan menggunakan pH meter

untuk mengetahui kategori konsentrasi pH, kemudian dibandingkan setiap

perbedaan nilai pH pada setiap contoh air tersebut. Nilai pH yang diperoleh

maka data dapat dianalisa untuk melihat kategori kelas sesuai dengan baku

mutu yang telah di tetapkan pada Sumber : Kep. Men. Neg. L.H. No.:

Kep-51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan

Industri.

Tabel 3. Baku mutu Kualitas Air Berdasarkan Konsentrasi pH

Parameter KELAS I II III IV

pH 6-9 6-9 6-9 5-9


(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian kajian beberapa karakteristik kimia air dan debit pada sungai

aliran limbah pabrik tapioka di sepanjang DAS padang dan sekitarnya dilakukan

pada lima pabrik tapioka, dimana tiga pabrik berada di wilayah DAS Padang dan

dua pabrik berada di luar DAS Padang. Adapun letak pabrik tapioka tersebut dapat

dilihat pada gambar peta berikut ini :


(42)

Pabrik PT. Serasi Jaya

Pabrik PT. Serasi Jaya adalah pabrik tapioka yang beralamat di Jl. Setia Budi

No. 150 Lingkungan 6, Desa Brohol, Kecamatan Bajenis, Tebing Tinggi. Pabrik ini

berada di wilayah Sub DAS Sibarau. Pada aliran limbah tapioka ini ditentukan 2

lokasi titik pengambilan sampel yaitu, sungai sebelum melintasi outlet limbah pabrik (lokasi II) dan sungai setelah melintasi outlet limbah pabrik (lokasi III).

Adapun hasil analisis beberapa parameter di lapangan dan di laboratorium

dapat dilihat pada tebel 4 berikut.

Tabel 4. Data pada Pabrik Tapioka PT. Serasi Jaya

Parameter Lokasi Pabrik Lokasi II Lokasi III

Koordinat N : 03

o

20’32,6” E : 099o08’32,1”

N : 03o20’44,7” E : 099o08’13,5”

N: 03o20’24,4” E : 099o08’29,9”

Ketinggian (m dpl) 20 28 24

Lebar sungai (m) 13,88 m 14,26 m

Kedalaman sungai

Kiri : 0,89 m Tengah : 1,11 m Kanan : 1,09 m

Kiri : 0,93 m Tengah : 1,21 m Kanan : 1,19 m

Luas penampang

sungai 14,574 16,1851

Kecepatan aliran

sungai (m3/dtk) 1,038 1,105

Debit aliran

limbah/sungai (l/dtk) 15127,812 17884,54

pH 4,4*) 4,7*)

TSS (mg/L) 773,3*) 880*)

TDS (mg/L) 2001) 253,31)

COD (mg/L) 195,2*) 137,0*)

BOD (mg/L) 3,33) 2,01)

Keterangan : 1)= Kelas I, 2) = Kelas II, 3)= Kelas III, dan 4), = Kelas IV, *) = Diluar Kriteria Baku Mutu (PP 82 Tahun 2001).

1. Debit Aliran Sungai

Berdasarkan Tabel 4 diatas nilai debit aliran sungai yang tertinggi terdapat

pada lokasi II yaitu 17884,54 l/dtk, nilai debit aliran didapat dari hasil perkalian

luas penampang (A) dengan kecepatan aliran (V). Adapun nilai luas penampang


(43)

sungai adalah 1,105 m3/dtk. Nilai suatu luas penampang sungai ditentukan oleh

besarnya lebar sungai atau kedalaman sungai. Besar kecilnya nilai luas penampang

sungai maka menentukan besar atau kecil nilai debit aliran sungai.

2. Kandungan Zat Padat

Total zat padat adalah terdiri dari zat padat tersuspensi (TSS) dan zat padat

terlarut (TDS). Nilai TSS tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu 880 mg/L. Untuk

Nilai TDS tertinggi terdapat pada lokasi III juga yaitu 253,333mg/L. Hal ini berarti

lokasi II memiliki kandungan zat padat yang besar dibandingkan dengan lokasi I.

3. Kemasaman Air

Berdasarkan hasil penelitian pH terendah terdapat pada lokasi II yaitu 4,39,

sedangkan yang tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu 4,70. Terjadi peningkatan pH

pada sungai setelah pembuangan limbah tapioka yang tidak signifikan dibandingkan

aliran sungai sebelum pembuangan limbah.

4. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai COD tertinggi terdapat pada

lokasi I yaitu 195,1514 mg/l. Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu

3,3380 mg/l. Nilai BOD dan COD dapat juga dipengaruhi oleh nilai debit aliran

sungai pada setiap lokasi tersebut. Dapat dilihat nilai debit aliran lebih tinggi pada

lokasi III daripada lokasi II. Hal inilah yang mengakibatkan nilai BOD dan COD

yang tertinggi terdapat pada lokasi III dari pada lokasi III. Berarti air limbah yang

dikeluarkan pada pabrik ini tidak memberikan peningkatan terhadap parameter BOD

dan COD yang diukur.


(44)

Pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka adalah pabrik tapioka yang beralamat

di Jalan Ir H Djuanda, Kelurahan Karya Jaya, Kec. Rambutan, Tebing Tinggi.

Pabrik ini masuk kedalam sub das Padang Hilir. Pada pabrik tapioka PT. Sumatera

Telaga Tapioka ini diambil 3 lokasi titik pengambilan sampel yaitu; pada outlet limbah (lokasi I), sungai sebelum pabrik (lokasi II), dan Sungai setelah pabrik

(lokasi III).

Adapun hasil analisis beberapa parameter di lapangan dan di laboratorium

dapat dilihat pada tebel 5 berikut.

Tabel 5. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Sumatera Telaga Tapioka

Parameter Lokasi I Lokasi II Lokasi III

Koordinat N : 03

o

20.112’ E : 099o09.070’

N : 03o20.081’ E : 099o09.058’

N: 03o20.120’ E : 099o09.089’

Ketinggian (m dpl) 24 25 23

Lebar sungai (m) 42,7 m 32,6 m

Kedalaman sungai (m)

Kiri : 2,05 m Tengah : 1,63m Kanan : 1,15 m

Kiri : 0,92 m Tengah : 1,49 m Kanan : 0,85 Luas penampang

sungai (m2) 68,9605 38,631

Kecepatan aliran sungai (m3/dtk)

1,73 1,94

Debit aliran limbah/sungai (l/detik)

17.984 l/jam

4,99 l/dtk 119.301,67 74.944,14

pH 4,35*) 6,021) 4,49*)

TSS (mg/L) 1413,3*) 580*) 793,3*)

TDS (mg/L) 1373,34) 113,31) 113,31)

COD (mg/L) 1736,5757*) 576,5656*) 1045,2525*)

BOD (mg/L) 4,17283) 0,78021) 0,92091)

Keterangan : 1)= Kelas I, 2) = Kelas II, 3)= Kelas III, dan 4), = Kelas IV, *) = Diluar Kriteria Baku Mutu (PP 82 Tahun 2001).

1. Debit Aliran Sungai

Berdasarkan tabel 5 di atas nilai Luas Penampang sungai yang tertinggi


(45)

ditentukan oleh besarnya lebar sungai atau kedalaman sungai. Besar kecilnya nilai

luas penampang sungai maka menentukan besar atau kecil nilai debit aliran sungai,

karena nilai debit aliran didapat dari hasil perkalian luas penampang (A) dengan

kecepatan aliran (V). Berdasarkan tabel 5 diatas dapat terlihat bahwa debit aliran

yang tertinggi terdapat pada lokasi II juga yaitu 119.301,67 l/dtk, ini karena nilai

luas penampang pada lokasi II sangat tinggi, sedangkan untuk nilai kecepatan aliran

sungai tidak terlalu berbeda jauh antara lokasi II dan III.

2. Kandungan Zat Padat

Total Zat Padat adalah terdiri dari zat padat tersuspensi (TSS) dan zat padat

terlarut (TDS). Nilai TSS tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 1413,3 mg/L,

kemudian diikuti lokasi III dan yang terendah pada lokasi II. Pada parameter TSS

terlihat jelas terjadinya pningkatan nilai dari lokasi II dan lokasi III. Hal ini

menunjukkan adanya dampak dari lokasi I terhadap nilai TSS sungai. Pada Nilai

TDS tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 1373,3 mg/L, sedangkan lokasi II dan III

bernilai sama yaitu 113,3 mg/L. berbeda dengan TSS, berarti di simpulkan air

limbah pabrik (lokasi 1) tidak memberikan peningkatan nilai terhadap parameter

TDS.

3. Kemasaman Air

Berdasarkan hasil penelitian pH terendah terdapat pada lokasi I yaitu 4,35,

pada lokasi III yaitu 4,49 sedangkan yang tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu 6,02.

Jika dibandingkan pH lokasi II dan pH lokasi III maka dapat dilihat terjadinya

penurunan pH atau terjadi kemasaman pada sungai. Hal ini menjelaskan bahwa

adanya dampak dari air limbah pabrik (lokasi I) terhadap kemasaman air sungai.


(46)

Hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai COD tertinggi terdapat pada

lokasi I yaitu 1736,5757 mg/l, sedangkan COD yang terendah terdapat pada lokasi II

yaitu 576,5656 mg/l. Telah terjadi peningkatan nilai COD dari lokasi sebelum

pabrik (lokasi II) ke lokasi setelah pabrik (lokasi III), berarti dapat disimpulkan

sementara bahwa adanya pengaruh dari lokasi I terhadap peningkatan nilai COD

pada lokasi III.

Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 4,1728 mg/l,

sedangkan yang terendah terdapat pada lokasi II yaitu 0,7802mg/l. seperti halnya

COD diatas bahwa air limbah pabrik (lokasi I) memberikan pengaruh terhadp

peningkatan nilai BOD pada lokasi III, jika dibandingkan dengan lokasi II.

Pabrik PT. Deli Sari Murni Tapioka

Pabrik PT. Deli Sari Murni Tapioka adalah pabrik tapioka yang beralamat di

Kecamatan Syahbandar, Tebing Tinggi. Pabrik ini masuk kedalam sub DAS Padang

Hilir. Pada pabrik tapioka ini diambil 2 lokasi titik pengambilan sampel yaitu,

sungai sebelum melintasi outlet limbah pabrik (lokasi II) dan sungai setelah


(47)

Adapun hasil analisis beberapa parameter di lapangan dan di laboratorium

dapat dilihat pada tebel 6 berikut.

Tabel 6. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Deli Sari Murni Tapioka

Parameter Lokasi Pabrik Lokasi II Lokasi III

Koordinat N : 03

o

20’56,2” E : 099o12’13,1”

N : 03o20’57,5” E : 099o12’08,6”

N: 03o20’58,3” E : 099o12’19,0”

Ketinggian (m dpl) 22 24 20

Lebar sungai 32,2 m 34,6 m

Kedalaman sungai (m)

Kiri : 1,40 m Tengah : 1,95 m Kanan : 1,63 m

Kiri : 0,83 m Tengah : 0,96 m Kanan : 0,75 m Luas penampang

sungai(m2) 55,7865 m

2

30,275 m2 Kecepatan aliran

sungai (m3/dtk)

1,966 m3/dtk 1,874 m3/dtk

Debit aliran sungai

(L/dtk) 109676,259 56752,169

pH 6,181) 6,291)

TSS (mg/L) 680*) 846,667 *)

TDS (mg/L) 2001) 273,3331)

COD (mg/L) 210,4545*) 167,2727*)

BOD (mg/L) 1,56031) 2,39392)

Keterangan : 1)= Kelas I, 2) = Kelas II, 3)= Kelas III, dan 4), = Kelas IV, *) = Diluar Kriteria Baku Mutu (PP 82 Tahun 2001).

1. Debit Aliran Sungai

Berdasarkan tabel diatas bahwa nilai debit aliran sungai yang tertinggi

terdapat pada lokasi II yaitu 109676,259 L/dtk dengan nilai Luas Penampang yang

lebih besar yaitu 55.7865. Sementara Luas penampang lokasi II masih lebih kecil

dari lokasi III yaitu 30,275 m2 , sehingga debit aliran sungi juga lebih kecil yaitu

56752,169 L/dtk.

2. Kandungan Zat Padat

Total zat padat adalah terdiri dari zat padat tersuspensi (TSS) dan zat padat

terlarut (TDS). Nilai TSS tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu 846,667 mg/l. Untuk


(48)

lokasi III memiliki kandungan zat padat yang besar dibandingkan dengan lokasi II,

berarti air limbah pabrik memberi pengaruh nyata terhadap kandungan zat padat

sungai.

3. Kemasaman Air

Berdasarkan hasil penelitian pH terendah terdapat pada lokasi II yaitu 6,18,

sedangkan yang tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu 6,29. Hal ini berarti pabrik

tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemasaman air.

4. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai COD tertinggi terdapat pada lokasi

II yaitu 210,4545 mg/l. Dari tabel terlihat jelas bahwa tidak ada pengaruh air limbah

pabrik terhadap nilai COD pada lokasi III. Untuk Nilai BOD yang tertinggi terdapat

pada lokasi III yaitu 2,3939 mg/l. jika dibandingkan dengan lokasi II berarti adanya

peningkatan nilai BOD. Maka dapat disimpulkan sementara bahwa adanya dampak

peningkatan nilai dari air limbah terhadap air sungai lokasi III.

Pabrik PT. Bumi Sari

Pabrik PT. Bumi Sari adalah pabrik tapioka yang beralamat di Desa Tanjung

Tonga, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Siantar, yang melewati aliran Bah Kapul.

Pabrik ini bukan termasuk kedalam Das Padang, yaitu berada di sebelah Utara

bagian luar Das Padang. Pada pabrik tapioka ini diambil 5 lokasi titik pengambilan

sampel yaitu, Outlet Limbah (lokasi I), sungai sebelum pabrik (lokasi II), sungai

setelah pabrik (Lokasi III). Sungai sebelum percabangan setelah aliran yang

melintasi pabrik (lokasi IV) dan Sungai stelah percabangan dari sungai aliran pabrik


(49)

Data Hasil penelitian pada lokasi PT. Bumi Sari ditunjukkan pada tabel

berikut ini :

Tabel 7. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Bumi sari

Parameter Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V

Koordinat N:03

o00.547’

E:99o04.839’

N:03o00.547’ E:099o04.841’

N:03o00.602’ E:99o04.834’

N:03o00.640’ E:99o.04.801’

N:03o00.687’ E:099o.04.839’

Ketinggian (m

dpl) 320 320 281 294 280

Lebar sungai

(m) 5,36 m 8,52 m 17,84 16,58

Kedalaman sungai (m)

Kiri : 0,61 Tengah : 0,71 Kanan : 0,31

Kiri : 0,57 Tengah :0,63 Kanan : 0,65

Kiri : 0,86 Tengah : 0,55 Kanan : 0,57

Kiri : 0,65 Tengah : 0,47 Kanan : 0,53

Luas penampang sungai (m2)

2,13 m2 5,927 m2 14,049 m2 8,787 m2

Kecepatan aliran sungai (m/dtk)

0,44 m/detik 0,41 m/detik 0,54 m/detik 0,84 m/detik

Debit aliran limbah/sungai (L/dtk)

1455 l/jam =

0,41 l/detik 937 2430 7586,5 7381

pH 7,331) 6,291) 5,504) 6,811) 6,331)

TSS (mg/ L) 201) 126,53) 117,53) 301) 231)

COD (mg/L) 6,271) 376,32*) 16,932) 7,521) 9,411)

BOD (mg/L) 1,061) 163,86*) 8,354) 1,631) 2,572)

Keterangan : 1)= Kelas I, 2) = Kelas II, 3)= Kelas III, dan 4), = Kelas IV, *) = Diluar Kriteria Baku Mutu (PP 82 Tahun 2001).

1. Debit Aliran Sungai

Nilai debit aliran sungai sangat dipengaruhi oleh nilai luas penampang

sungai dan nilai kecepatan aliran sungai. Berdasarkan tabel diatas bahwa nilai debit

aliran sungai yang tertinggi terdapat pada lokasi IV yaitu 7586,5 L/dtk dengan nilai

Luas Penampang yang besar yaitu 14,049 m2. Volume limbah yang keluar adalah


(50)

2. Kandungan Zat Padat

Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui nilai TSS yang tertinggi

terdapat pada lokasi II yaitu 126,5 mg/L. Hal ini berarti kandungan zat padat pada

lokasi sebelum pabrik bernilai tinggi.

3. Kemasaman Air

Berdasarkan hasil penelitian pH terendah terdapat pada lokasi III yaitu 5,50,

sedangkan yang tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 7,33. Hal ini berarti terjadinya

peningkatan pH setelah pabrik, yang di tunjukan pada lokasi III.

4. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai COD tertinggi terdapat pada

lokasi II yaitu 376,32mg/l. Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada lokasi II yaitu

163,86 mg/l. Dapat disimpulkan sementara bahwa tidak adanya pengaruh dari air

limbah pabrik terhadap peningkatan nilai BOD dan COD.

Pabrik PT Sinar Intan Tapioka

Pabrik PT Sinar Intan Tapioka adalah pabrik tapioka yang beralamat di Desa

Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, Serdang Berdagai, yang melewati aliran Sungai

Rampah. Pabrik ini bukan termasuk kedalam Das Padang, yaitu berada di sebelah

Timur bagian luar Das Padang. Pada pabrik tapioka ini diambil 5 lokasi titik

pengambilan sampel yaitu, Outlet Limbah (lokasi I), sungai sebelum pabrik (lokasi

II), sungai setelah pabrik (Lokasi III). Sungai sebelum percabangan setelah aliran

yang melintasi pabrik (lokasi IV) dan Sungai stelah percabangan dari sungai aliran

pabrik tapioka “PT. Sumatera Telaga Tapioka” (Lokasi V).

Adapun data hasil penelitian pada lokasi PT. Sinar Intan Tapioka


(51)

Tabel 8. Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Sinar Intan Tapioka

Parameter Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V

Koordinat N:03 o

29.074’ E:099o07.796’

N:03o29.076’ E:099o07.789’

N:03o29.071’ E:099o07.798’

N:03o29.061’ E:099o.07.803’

N:03o29.070’ E:099o.07.816’

Ketinggian

(m dpl) 17 17 15 11 22

Lebar sungai 10,86 8,94 10,2 13,5

Kedalaman sungai (m)

Kiri:0,98 Tengah:0,99 Kanan: 0,93

Kiri : 1,1 Tengah:1,42 Kanan:1,04 Kiri: 0,92 Tengah:0,95 Kanan: 1,05 Kiri: 1,08 Tengah:0,96 Kanan : 0,80

Luas penampang sungai (m2)

10,5614m2 11,1303 m2 9,996 m2 12,825 m2

Kecepatan aliran sungai (m/dtk)

0,228 m/detik 0,210 m/detik 0,791 m/detik 0,633 m/detik

Debit aliran limbah/sunga i (L/detik)

6132 l/jam=

1.703 m3/detik 2408 2337 7907 8118

Sedimentasi

(mg/L) 320 62 75 243,5 115,5

pH 7,191) 6,731) 6,751) 6,861) 6,811)

TSS (mg/L) 3203) 201) 401) 201) 603)

TDS (mg/L) 1601) 2001) 2401) 1801) 1401)

COD (mg/L) 1012,67*) 231,68*) 245,8*) 217,2*) 606,93*)

BOD (mg/L) 1,45181) 1,2021) 1,63031) 0,41731) 0,0161)

Keterangan : 1)= Kelas I, 2) = Kelas II, 3)= Kelas III, dan 4), = Kelas IV, *) = Diluar Kriteria Baku Mutu (PP 82 Tahun 2001).

1. Debit Aliran Sungai

Berdasarkan tabel diatas bahwa nilai debit aliran sungai yang tertinggi

terdapat pada lokasi V yaitu 8,118 L/dtk dengan nilai Luas Penampang yang besar

yaitu 12,825 m2. Volume limbah yang keluar adalah sebesar 6132L/jam atau 1.703

m3/detik.

2. Kandungan Zat Padat

Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui nilai TSS yang tertinggi

terdapat pada air kolam limbah yaitu sebesar 840 mg/L, dan nilai TDS yang tertinggi


(52)

3. Kemasaman Air

Berdasarkan hasil penelitian pH terendah terdapat pada lokasi II yaitu 6,73,

sedangkan yang tertinggi terdapat pada lokasi I yaitu 7,19. Hal ini berarti pabrik

tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemasaman air.

4. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Hasil analisis maka dapat diketahui bahwa nilai COD tertinggi terdapat pada

lokasi I yaitu 1012,67mg/l. Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada lokasi III yaitu

1,6303mg/l. Jika dibandingkan nilai BOD dan COD antara lokasi 2 dengan lokasi 3

dilihat bahwa terjadi kenaikan angka pada nilai BOD maupun COD. Hal ini dapat

diduga bahwa adanya pengaruh dari air limbah pabrik terhadap peningkatan nilai


(53)

Pembahasan

Pabrik PT. Serasi Jaya

Pabrik PT. Serasi Jaya adalah pabrik tapioka yang beralamat di Jl. Setia Budi

No. 150 Lingkungan 6, Desa Brohol, Kecamatan Bajenis, Tebing Tinggi. Pabrik ini

masuk kedalam Sub Das Sibarau. Pada pabrik tapioka ini diambil 2 lokasi titik

pengambilan sampel yaitu, sungai sebelum pabrik (lokasi I) dan sungai setelah

pabrik (Lokasi II).

Lokasi II adalah lokasi pengambilan sampel yang letaknya pada air sungai

yang belum melintasi dari aliran limbah. Pada lokasi ini terletak pada titik koordinat

N:03o20’44,7” E:099o08’13,5” dengan ketinggian tempat 28 meter di atas

permukaan laut. Berdasarkan penelitian bahwa debit aliran sungai pada lokasi II

adalah 15127,812 L/dtk. Besarnya debit air dipengaruhi oleh luas penampang sungai

dan kecepatan aliran sungai. Hal ini sesuai dengan literatur Rahayu, S, dkk (2009) yang menyatakan bahwa metode yang umum diterapkan untuk menetapkan debit

sungai adalah metode profil sungai (cross section), pada metode ini debit merupakan hasil perkalian antara luas penampang vertikal sungai dengan kecepatan aliran air.

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pada lokasi II terdapat beberapa parameter

yang tidak memenuhi baku mutu PP 82 Tahun 2001 yaitu pada parameter pH, TSS

dan COD. Pada sungai ini menunjukkan bahwa air sungai mengandung nilai zat

padat yang tinggi dan kemasaman yang tinggi, ini dikarenakan adanya aliran dari

hulu sungai yang membawa zat padat dan kemasaman yang tinggi ke lokasi I

tersebut. Nilai pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempengaruhi

tingkat kualitas air. Hal ini sesuai dengan Sugiharto (2008) yang menyatakan bahwa


(54)

Adapun kadar yang baik dimana masih memungkinkan kehidupan biologis didalam

air berjalan dengan baik. Kandungan zat padat yang tinggi didalam air maka nilai

COD juga semakin tinggi jika banyaknya bahan organik didalamnya. Hal ini

mempengaruhi tingkat kualitas air karena dapat mempengaruhi kekeruhan air yang

mengakibatkan berkurangnya masuknya sinar matahari ke dasar sungai. Hal ini

sesuai dengan Huda (2009) yang menyatakan bahwa materi yang tersuspensi

mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi

matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan

pertumbuhan bagi organisme produser.

Lokasi III adalah lokasi pengambilan sampel yang letaknya pada air sungai

setelah melintasi dari aliran limbah pabrik. Lokasi III berada pada titik koordinat N:

03o20’24,4” E:099o08’29,9” dengan ketinggian 24 m dpl. Pada lokasi ini dihitung

debit aliran sungai, dengan mencari luas penampang sungai dan kecepatan aliran

sungai. Maka didapat nilai debit lokasi III adalah 17884,54 l/dtk. Jika dibandingkan

dengan lokasi I maka debit aliran sungai pada lokasi III lebih besar dari lokasi II. Ini

terjadi karena luas penampang sungai pada lokasi III lebih besar dibanding dengan

lokasi I, sehingga volume air sungai pada lokasi III juga lebih tinggi dibandingkan

lokasi I. Hal ini sesuai dengan literatur Rauf (2011) yang menyatakan bahwa debit

aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu

penampang melintang sungai persatuan waktu (m3/dtk).

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa karakteristik air pada lokasi III yang tidak

memenuhi baku mutu PP 82 tahun 2001 terdapat pada parameter pH, TSS dan COD.

Nilai TSS mempengaruhi adanya proses kimia didalam air, hal ini sesuai dengan


(55)

tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen,

dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat

menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.

Pada limbah pabrik tapioka PT. Serasi Jaya mengalir ke sungai sibarau

kemudian dilakukan penelitian pada sungai sebelum pabrik (lokasi II) dan sungai

setelah pabrik (lokasi III), selanjutnya dibandingkan keduanya berdasarkan kelas

baku mutu PP No 82 tahun 2001 maka limbah pabrik yang mengalir ke sungai

dikatakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan tingkat kualitas air.

Karena dapat dilihat dari keterangan kriteria baku mutu bahwa sungai sebelum

pabrik dan setelah pabrik menunjukkan keterangan baku mutu yang sama, namun

setiap parameter yang diamati mengalami kenaikan angka tetapi tidak terlalu

signifikan sehingga tidak merubah keterangan kelas baku mutu yang telah didapat

sebelumnya.

Pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka

Pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka adalah pabrik tapioka yang beralamat

di Jalan Ir H Djuanda, Kelurahan Karya Jaya, Kec. Rambutan, Tebing Tinggi.

Pabrik ini masuk kedalam sub das Padang Hilir. Pada pabrik tapioka PT. Sumatera

Telaga Tapioka ini diambil 3 lokasi titik pengambilan sampel yaitu; pada outlet

limbah (lokasi I), sungai sebelum pabrik (lokasi II), dan Sungai setelah pabrik

(lokasi III). Pada lokasi tidak ditemukan percabangan sungai setelah aliran yang

melintasi pabrik tapioka “PT. Sumatera Telaga Tapioka” sehingga hanya diambil 3

lokasi pengambilan sampel.

Debit aliran sungai yang dihitung dari ketiga lokasi tersebut maka dapat


(1)

III. Panjang 20 m = 13 detik 13 dtk : 20 m = 0,65 dtk/m Kecepatan aliran sungai adalah (0,64 + 0,61 + 0,65) / 3 = 0,633 m/detik

Debit Aliran Sungai adalah Q = V.A

Q = 12,825 m2x 0,633 m/detik = 8,118 m3/detik

= 8118 L/dtk

2. Analisis Sampel Air

Parameter Ulangan Total Rataan

I II III

pH 6,87 6,83 6,75 20,45 6,81

TSS (mg/L) 60 60 60

TDS (mg/L) 140 140 140

COD (mg/L) 606,93 606,93 606,93


(2)

Data Limbah Pabrik Tapioka PT. Bumi Sari

(Desa Tanjung Tonga, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Siantar, Melewati aliran Bah Kapul. Pabrik ini bukan termasuk kedalam Das Padang).

1. Lokasi I

1. Debit Aliaran

Volume air limbah yang dikeluarkan = 1455 l/jam = 0,41 l/detik 2. Analisis Sampel Air

Parameter Ulangan Total Rataan

I II III

pH 7,60 7,07 7,32 21,99 7,33

TSS (mg/L) 20 20 20

COD (mg/L) 6,27 6,27 6,27

BOD (mg/L) 1,06 1,06 1,06

2. Lokasi II

1. Debit Aliran Sungai (Q)

Keterangan :

Q = debit limpasan air sungai (m/detik), V = kecepatan limpasan air sungai (m/detik), A = luas penamang basah limpasan air sungai (m2)

c. Luas Penampang Sungai (A)

5,36

0,61 0,71m 0,31m

Luas Penampang Sungai :

Lebar Penampang sungai : 5,36 m Dalam Sungai : Kiri : 0,61 m Tengah : 0,71m Kanan : 0,31m I : 34,8005

II : 24,5525 III : 4,4835 IV : 5,124 + Luas : 2,13 m2


(3)

d. Kecepatan Aliran Sungai (V)

Diambil tiga kali ulangan untuk menentukan kecepatan aliran sungai: IV. Panjang 30 m = 12,9 detik 12,9 dtk : 30 m = 0,43 dtk/m V. Panjang 25 m = 12,5 detik 12,5 dtk : 25 m = 0,51 dtk/m VI. Panjang 20 m = 7,6 detik 7,6 dtk : 20 m = 0,38 dtk/m Kecepatan aliran sungai adalah (0,43 + 0,51 + 0,38) / 3 = 0,44 m/detik

Debit Aliran Sungai adalah Q = V.A

Q = 2,13 m2x 0,44 m/detik = 9,37 m3/detik

= 937 L/dtk

2. Analisis Sampel Air

Parameter Ulangan Total Rataan

I II III

pH 6,37 6,23 6,29 18,87 6,29

TSS (mg/L) 126,5 126,5 126,5

COD (mg/L) 376,32 376,32 376,32

BOD (mg/L) 163,86 163,86 163,86

3. Lokasi III

1. Debit Aliran Sungai (Q)

Keterangan :

Q = debit limpasan air sungai (m/detik), V = kecepatan limpasan air sungai (m/detik), A = luas penamang basah limpasan air sungai (m2)

e. Luas Penampang Sungai (A)

8,52

0,57 0,63 0,65

Luas Penampang Sungai :

Lebar Penampang sungai : 8,52 m Dalam Sungai : Kiri : 0,57 m

Tengah : 0,63

Kanan : 0,65

I : 34,8005 II : 24,5525 III : 4,4835


(4)

f. Kecepatan Aliran Sungai (V)

Diambil tiga kali ulangan untuk menentukan kecepatan aliran sungai: VII. Panjang 30 m = 12,9 detik 12,9 dtk : 30 m = 0,43 dtk/m VIII. Panjang 25 m = 12,5 detik 12,5 dtk : 25 m = 0,51 dtk/m IX. Panjang 20 m = 7,6 detik 7,6 dtk : 20 m = 0,38 dtk/m Kecepatan aliran sungai adalah (0,43 + 0,51 + 0,38) / 3 = 0,41 m/detik

m/detik

Debit Aliran Sungai adalah Q = V.A

Q = 5,927 m2

x 0,41 m/detik = 2,430 m3/detik = 2430 L/dtk 2. Analisis Sampel Air

Parameter Ulangan Total Rataan

I II III

pH 5,38 5,56 5,58 16,5 5,50

TSS (mg/L) 117,5 117,5 117,5

COD (mg/L) 16,93 16,93 16,93

BOD (mg/L) 8,35 8,35 8,35

4. Lokasi IV

3. Debit Aliran Sungai (Q)

Keterangan :

Q = debit limpasan air sungai (m/detik), V = kecepatan limpasan air sungai (m/detik), A = luas penamang basah limpasan air sungai (m2)


(5)

g. Luas Penampang Sungai (A)

h. Kecepatan Aliran Sungai (V)

Diambil tiga kali ulangan untuk menentukan kecepatan aliran sungai: X. Panjang 30 m = 12,9 detik 12,9 dtk : 30 m = 0,43 dtk/m XI. Panjang 25 m = 12,5 detik 12,5 dtk : 25 m = 0,51 dtk/m XII. Panjang 20 m = 7,6 detik 7,6 dtk : 20 m = 0,38 dtk/m Kecepatan aliran sungai adalah (0,43 + 0,51 + 0,38) / 3 = 0,54 m/detik m/detik

Debit Aliran Sungai adalah Q = V.A

Q = 5,927 m2

x 0,41 m/detik = 7,5865 m3/detik =75865 /detik 4. Analisis Sampel Air

Parameter Ulangan Total Rataan

I II III

pH 6,68 6,95 6,80 20,43 6,81

TSS (mg/L) 30 30 30

COD (mg/L) 7,52 7,52 7,52

BOD (mg/L) 1,63 1,63 1,63

17,84

86m 0,55 0,57

Luas Penampang Sungai :

Lebar Penampang sungai : 17,84m Dalam Sungai : Kiri : 86m

Tengah : 0, 55 Kanan : 0, 57 I : 34,8005

II : 24,5525 III : 4,4835 IV : 5,124 + Luas : 14,049 m2


(6)

5. Lokasi V

1. Debit Aliran Sungai (Q)

Keterangan :

Q = debit limpasan air sungai (m/detik), V = kecepatan limpasan air sungai (m/detik), A = luas penamang basah limpasan air sungai (m2)

i. Luas Penampang Sungai (A)

2. Kecepatan Aliran Sungai (V)

Diambil tiga kali ulangan untuk menentukan kecepatan aliran sungai: XIII. Panjang 30 m = 12,9 detik 12,9 dtk : 30 m = 0,43 dtk/m XIV. Panjang 25 m = 12,5 detik 12,5 dtk : 25 m = 0,51 dtk/m XV. Panjang 20 m = 7,6 detik 7,6 dtk : 20 m = 0,38 dtk/m Kecepatan aliran sungai adalah (0,43 + 0,51 + 0,38) / 3 = 0,54 m/detik

Debit Aliran Sungai adalah Q = V.A

Q = 5,927 m2

x 0,41 m/detik = 7,381 l/detik m3/detik =7381 l/detik

3. Analisis Sampel Air

Parameter Ulangan Total Rataan

I II III

pH 6,40 6,41 6,19 18,99 6,33

TSS (mg/L) 23 23 23

COD (mg/L) 9,41 9,41 9,41

BOD (mg/L) 2,57 2,57 2,57

16,58

86m 0,55 0,57

Luas Penampang Sungai :

Lebar Penampang sungai : 16,58 m Dalam Sungai : Kiri : 0, 65 m

Tengah : 0, 47 Kanan : 0, 53 I : 34,8005

II : 24,5525 III : 4,4835 IV : 5,124 + Luas : 8,787 m2