Pembangunan yang telah banyak dilakukan di Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur selama PJP I, dalam PJP II akan dilanjut-
kan dan ditingkatkan sesuai dengan GBHN 1993. Untuk itu, perlu ditemukenali berbagai tantangan dan kendala yang akan dihadapi,
serta peluang yang dapat dimanfaatkan.
1. Tantangan
Dalam PJP I telah banyak kemajuan yang dicapai Propinsi Nusa Tenggara Timur. Namun secara keseluruhan, taraf kese-
jahteraan ekonomi dan sosial masyarakatnya yang ditunjukkan oleh berbagai indikator seperti tingkat PDRB nonmigas per kapita dan
laju pertumbuhan PDRB nonmigas, angka melek huruf, dan usia harapan hidup, relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata
nasional. Dengan demikian, tantangan utama pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur adalah meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan serta memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh peningkatan ekspor nonmigas dan
perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi
ketenagakerjaan di Propinsi Nusa Tenggara Timur ditandai dengan masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang
produktivitasnya relatif rendah, terutama di sektor pertanian tradisional, dibandingkan dengan tenaga kerja yang terserap di
sektor nonpertanian, khususnya sektor industri dan jasa. Sektor industri dan jasa, yang berperan sebagai penggerak percepatan laju
pertumbuhan ekonomi daerah, memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. Di Propinsi Nusa Tenggara Timur
481
tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya dalam sektor ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian, untuk
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Nusa Tenggara Timur, tantangannya adalah membentuk serta mengembangkan
sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi,
menciptakan, dan memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata di Nusa Tenggara Timur yang relatif rendah dan diperkirakan akan lebih menurun
lagi, antara lain disebabkan selain oleh rendahnya angka kelahiran alamiah juga oleh tingginya angka migrasi ke luar Nusa Tenggara
Timur. Tingginya migrasi ke luar daerah meskipun mengurangi tekanan pertambahan penduduk di Propinsi Nusa Tenggara Timur,
dikhawatirkan akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang mem- punyai keterampilan dan berpendidikan. Hal ini akan memperbu-
ruk kondisi sumber daya manusia yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Timur sehingga menjadi tantangan pula untuk mengem-
bangkan motivasi tenaga muda dan berpendidikan untuk berprakar- sa dan berwiraswasta membangun daerah, menciptakan lapangan
kerja yang lebih luas, terutama di luar sektor pertanian. Dengan demikian, hal itu akan mengurangi arus migrasi ke luar dan sekali-
gus meningkatkan perekonomian daerah. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan
investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan
peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha. Sehubungan dengan itu, Propinsi Nusa Tenggara Timur harus
mampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di
propinsi ini. Dengan demikian, Propinsi Nusa Tenggara Timur dihadapkan pada masalah untuk menciptakan iklim usaha yang
menarik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha. Dalam rangka
482