Kendala BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I 24. NUSA TENGGARA TIMUR

Propinsi ini mempunyai jumlah penduduk yang relatif sedikit dibandingkan dengan luas wilayah secara keseluruhan, terutama dikaitkan dengan pengembangan potensi sumber daya kelautan yang luas. Jumlah penduduk yang relatif sedikit dengan penyebar- an yang tidak merata dan terpencar dalam kelompok penduduk yang kecil di beberapa pulau besar dan kecil, merupakan kendala dalam menyebarkan kegiatan ekonomi produktif dan dalam melayani kebutuhan dasar masyarakat secara efisien.

3. Peluang

Hasil pembangunan yang telah dicapai Propinsi Nusa Tengga- ra Timur selama PJP I dapat menjadi modal dan membuka peluang untuk meningkatkan pembangunan dalam PJP II. Hasil pem- bangunan berupa prasarana dan sarana sosial dan ekonomi yang telah dibangun, kelembagaan yang telah terbentuk dan berfungsi, serta peran serta masyarakat yang meningkat dalam kegiatan pem- bangunan adalah modal dan peluang yang dapat dikembangkan. Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi sumber daya alam yang belum banyak dimanfaatkan. Demikian pula ada potensi pembangunan yang telah dimanfaatkan tetapi belum optimal dikembangkan antara lain adalah pertanian lahan kering, peternakan, perikanan, pengolahan basil hutan, pertambangan, dan pariwisata. Propinsi kepulauan Nusa Tenggara Timur memiliki juga potensi yang cukup besar di bidang perikanan laut yang belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi perairan laut di Nusa Teng- gara Timur di luar ZEE yang luasnya kurang lebih 18 juta hektare, setiap tahun diperkirakan mampu menghasilkan kurang lebih 200 ribu ton hasil laut. Padahal yang baru dihasilkan sekarang baru mencapai 49,23 ribu ton. Di samping itu, kepulauan di Nusa 486 persegi yang dapat dikembangkan untuk budi daya hasil laut dengan potensi lahan pertambakan seluas 18.000 hektare, sedang- kan yang dimanfaatkan bare sekitar 1.540 hektare. Untuk pengembangan kegiatan pertanian lahan kering, potensi yang dimiliki adalah sekitar 2,4 juta hektare, sedangkan yang sudah digunakan baru sekitar 1,3 juta hektare. Di samping itu, terdapat lahan sekitar 1,6 juta hektare yang dapat digunakan untuk kegiatan peternakan, sedangkan yang digunakan baru sekitar 965 ribu hektare. Peternakan merupakan kegiatan usaha yang sudah lama dike- nal dan dilaksanakan oleh masyarakat. Propinsi Nusa Tenggara Timur menghasilkan jenis sapi bali dan sapi onggole dan saat ini merupakan salah satu daerah sumber pengadaan bibit sapi di Indonesia. Potensi peternakan ini dapat dikembangkan. Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi hasil hutan, berupa antara lain pohon lontar, asam, kemiri, dan kayu cendana. Kayu cendana yang mempunyai nilai pasar yang tinggi hanya terdapat di Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur. Kayu cendana merupakan hasil hutan di Pulau Sumba dan Pulau Timor, dan sudah berhasil dibudidayakan meskipun bare pada tahap awal, tetapi memiliki potensi untuk dikembangkan dalam skala pengusa- haan yang besar. Pariwisata juga merupakan sektor yang berpeluang untuk dikembangkan. Nusa Tenggara Timur memiliki obyek wisata yang beragam, baik wisata alam, wisata bahari maupun wisata budaya. Objek wisata yang potensial untuk dikembangkan antara lain adalah taman laut di Teluk Maumere, taman laut di Teluk Kupang, Pantai Pede di Labuhan Bajo, Taman Laut 17 Pulau Riung di Ngada, Taman Nasional Pulau Komodo di Manggarai, serta danau tiga warna Kelimutu di Ende. Di samping itu, Nusa Tenggara Timur memiliki latar belakang sejarah dan beraneka ragam tradisi, 487