Tantangan BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I 24. NUSA TENGGARA TIMUR
tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya dalam sektor ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian, untuk
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Nusa Tenggara Timur, tantangannya adalah membentuk serta mengembangkan
sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi,
menciptakan, dan memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata di Nusa Tenggara Timur yang relatif rendah dan diperkirakan akan lebih menurun
lagi, antara lain disebabkan selain oleh rendahnya angka kelahiran alamiah juga oleh tingginya angka migrasi ke luar Nusa Tenggara
Timur. Tingginya migrasi ke luar daerah meskipun mengurangi tekanan pertambahan penduduk di Propinsi Nusa Tenggara Timur,
dikhawatirkan akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang mem- punyai keterampilan dan berpendidikan. Hal ini akan memperbu-
ruk kondisi sumber daya manusia yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Timur sehingga menjadi tantangan pula untuk mengem-
bangkan motivasi tenaga muda dan berpendidikan untuk berprakar- sa dan berwiraswasta membangun daerah, menciptakan lapangan
kerja yang lebih luas, terutama di luar sektor pertanian. Dengan demikian, hal itu akan mengurangi arus migrasi ke luar dan sekali-
gus meningkatkan perekonomian daerah. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan
investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan
peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha. Sehubungan dengan itu, Propinsi Nusa Tenggara Timur harus
mampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di
propinsi ini. Dengan demikian, Propinsi Nusa Tenggara Timur dihadapkan pada masalah untuk menciptakan iklim usaha yang
menarik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha. Dalam rangka
482
menciptakan iklim usaha yang menarik di daerah, tantangannya adalah mengembangkan kawasan dan pusat pertumbuhan yang
dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan.
Pertumbuhan ekonomi yang perlu dipercepat membutuhkan dukungan prasarana dasar yang memadai, antara lain transportasi,
tenaga listrik, pengairan, air bersih, dan telekomunikasi. Meski- pun telah meningkat, ketersediaan prasarana dasar daerah Nusa
Tenggara Timur belum memenuhi kebutuhan ataupun tuntutan kualitas pelayanan yang terus meningkat. Untuk daerah yang
kondisi geografisnya seperti Nusa Tenggara Timur diperlukan suatu sistem transportasi antarmoda yang menekankan sistem
transportasi regional, pelayaran antarpulau oleh pelayaran armada rakyat yang terpadu dengan pelayaran perintis dan pelayaran
nasional, serta sistem transportasi darat yang dapat meningkatkan keterkaitan wilayah produksi dengan pasar. Untuk meningkatkan
efisiensi ekonomi, terutama dalam distribusi barang dan jasa, diperlukan dukungan prasarana dan sarana transportasi yang
memadai. Di pihak lain ada keterbatasan kemampuan Pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk membangun prasarana dan sarana
transportasi guna mempercepat pembangunan daerah ini. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan keterse-
diaan serta kualitas dan memperluas jangkauan pelayanan prasara- na dasar, khususnya sistem transportasi antarmoda secara terpadu
dan optimal, dengan mengikutsertakan dunia usaha. Hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial di Nusa
Tenggara Timur telah menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Meskipun demikian, propinsi ini relatif tertinggal dibandingkan
dengan tingkat kemajuan rata-rata nasional. Di samping itu, di Propinsi Nusa Tenggara Timur masih terdapat kesenjangan kese-
jahteraan antargolongan masyarakat dan antardaerah, antara lain karena masih terbatasnya jangkauan prasarana dan sarana sosial.
Kondisi di atas menghadapkan Nusa Tenggara Timur pada tan- tangan untuk meningkatkan, memeratakan dan memperluas
483
pelayanan sosial lainnya, serta jangkauan informasi sampai ke seluruh pelosok daerah.
Dalam kaitan itu, jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1990 masih
sebanyak 790 ribu orang atau sekitar 24,2 persen dari jumlah penduduk Nusa Tenggara Timur. Selain itu, pada tahun 1993
jumlah desa tertinggal masih cukup banyak, yaitu 468 desa atau sekitar 27.0 persen dari seluruh desa yang ada di Nusa Tenggara
Timur. Masalah kemiskinan yang memerlukan penanggulangan secara khusus dan menyeluruh ini, merupakan tantangan pula bagi
pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur dalam PJP II, khusus- nya Repelita VI.
Keadaan daerah Nusa Tenggara Timur, di satu pihak sebagai daerah kepulauan dengan iklim tropis kering dan musim kemarau
yang cukup panjang serta curah hujan yang tidak merata menye- babkan kurang suburnya sebagian besar lahan untuk pertanian dan
waktu tanam yang relatif singkat. Kepadatan rata-rata secara agraris yang diperkirakan mencapai 200 jiwa per kilometer persegi
juga berpengaruh terhadap rendahnya tingkat pendapatan per kapita dan rendahnya produktivitas serta kualitas tenaga kerja di sektor
pertanian serta rendahnya ketersediaan produksi tanaman pangan. Di pihak lain, propinsi ini memiliki potensi sumber daya kelautan
yang cukup luas. Tantangan yang dihadapi daerah Nusa Tenggara Timur dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama petani, adalah meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya kelautan, antara
lain perikanan laut, di samping meningkatkan produktivitas lahan pertanian potensial yang terbatas.
Kegiatan peternakan terutama peternakan sapi telah lama dikenal masyarakat di Propinsi Nusa Tenggara Timur dan bahkan
merupakan salah satu komoditas pertanian andalan daerah yang menghasilkan jenis sapi bali dan sapi onggole. Namun, akhir-akhir
484
menurun. Oleh karena itu, menjadi tantangan pula untuk mengem- balikan Nusa Tenggara Timur kepada posisinya semula sebagai
daerah penghasil ternak dengan kualitas yang makin meningkat. Meningkatnya intensitas pembangunan selain mengakibatkan
meningkatnya pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya alam lainnya, juga menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan
menghasilkan limbah dan polusi dalam kadar yang makin mening- kat yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan daya
dukung lingkungan hidup. Dengan demikian, pembangunan daerah dihadapkan pada tantangan untuk membangun tanpa
merusak lingkungan hidup dan meningkatkan efektivitas pengelolaan dan rehabilitasi sumber daya alam sehingga menjamin
pembangunan yang berkelanjutan. Sebagai wilayah yang rawan terhadap berbagai bencana alam,
antara lain gempa bumi tektonik dan gelombang tsunami, letusan gunung berapi, banjir dan tanah longsor, serta kekeringan, menjadi
tantangan bagi Propinsi Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pembangunan secara terpadu yang
memperhatikan kondisi kerawanan tersebut. Belum mantap dan meratanya kemampuan aparatur di daerah
serta belum serasinya koordinasi antarlembaga dalam mengelola pembangunan merupakan tantangan yang dihadapi dalam rangka
memperkuat kemampuan manajemen dan kelembagaan di daerah.