2.6 Pemantauan lamun
Pemantauan lamun merupakan salah satu cara untuk mengontrol keberadaan dan mengetahui status kondisi lamun. Pengamatan awal mengenai
perubahan kondisi lamun membantu dalam pengelolaan wilayah pesisir karena keterkaitanya dengan kondisi ekosistem lainya seperti mangrove dan terumbu
karang MzKenzie 2009. Metode pemantauan lamun dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :
berdasarkan observasi langsung dan metode tidak langsung melalui peralatan penginderaan jauh. Berdasarkan instrumen yang digunakan, metode tidak
langsung dikelompokan menjadi penginderaan jauh optik dan penginderaan jauh akustik.
Salah satu teknologi akustik yang dikembangkan untuk pemetaan vegetasi bawah air adalah menggunakan narrow split beam sonar yang telah digunakan
untuk pemetaan topografi dasar perairan laut dangkal. Metode ini mampu menampilkan gambaran secara horizontal dasar perairan sebaik menampilkan
topografi vertikal sehingga mampu menentukan densitas vegetasi berdasarkan distribusi vertikal dan horizontal Komatsu et al. 2003.
2.7 Metode hidroakustik
Prinsip dari pengoperasian alat akustik adalah dengan gelombang suara yang ditransmisikan ke kolom perairan dalam bentuk pulsa yang jika mengenai
target maka target tersebut akan memantulkan sebagian pulsa yang diterimanya. Prinsip dari pengoperasian instrumen hidroakustik Gambar 3 adalah
sebagai berikut : dimulai dari timer yang berfungsi sebagai penanda pulsa listrik untuk mengaktifkan pemancaran pulsa yang akan dipancarkan oleh transmitter
melalui transducer.
Gambar 3. Prinsip hidroakustik MacLennan and Simmonds, 2005 Transducer berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi suara ketika
suara akan dipancarkan ke medium. Gelombang akustik yang merambat di kolom perairan akan mengenai target seperti ikan atau dasar perairan dimana gelombang
akustik ini akan dipantulkan kembali dalam bentuk echo dan akan diterima oleh transducer dan mengubahnya menjadi energi listrik dan diteruskan ke receiver
amplifier yang berfungsi untuk menguatkan sinyal listrik sebelum diteruskan ke unit peraga untuk ditampilkan dalam bentuk echogram MacLennan dan
Simmonds, 2005. Pengamatan terhadap suatu objek menggunakan metode akustik harus
memperhatikan nilai SNR signal to noise ratio yang diperoleh. Suatu objek dapat terdeteksi jika nilai SNR yang didapat bernilai positfif, dimana :
SNR = EL-N …………………………………………………………...1
dengan EL dan N masing-masing adalah total sinyal yang kembali echo dan noise
yang diperoleh, dalam satuan dB re 1π Pa. Echo merupakan sinyal pantulan yang didapat dari target yang diharapkan, sedangkan noise merupakan gangguan
yang berasal dari berbagai faktor; termasuk ambient noise, gangguan yang berasal dari lingkungan; self noise, gangguan yang berasal dari instrument itu sendiri;
serta reverberasi atau pantulan pulsa suara yang berasal dari objek yang tidak
diharapkan. Besarnya echo dituliskan dalam bentuk desibel dB merupakan fungsi dari :
EL=SL+SV-2TL ……..………………………………………………...2
dimana SV adalah nilai volume backscattering dari target yang diharapkan dan SL merupakan source level atau intensitas suara yang dihasilkan oleh echosounder,
dengan satuan dB re 1πPa pada 1 m. Nilai 2TL didapat dari dua arah transmission loss, dari echosounder ke target dan target ke echosounder yang besarnya
dinyatakan dalam decibel Urick 1983 . Nilai backscattering strength tergantung dari sifat pantulan dari dasar laut
dan luas dari dasar yang memantulkan kembali sinyal yang telah dihamburbalikan pada tiap waktu. oleh karena itu untuk mendefenisikan koefisien backscattering
dasar
σ
bs
dalam dBm², sebagai besaran nilai pantulan dasar. …………………………………...3
Beberapa parameter yang digunakan untuk menghitung luas area hambur balik akustik adalah kecepata suara c, panjang pulsa, lebar beam transmit
ѱ dan lebar beam penerima
Data hambur balik adalah pantulan kembali ke arah gelombang ketika ditransmisikan. Analisa amplitudo dari gelombang suara yang kembali
memungkinkan untuk mengekstrak informasi mengenai struktur dan kekerasan dari target, selanjutnya digunakan untuk identifikasi target di perairan. Sifat dari
pantulan dasar bergantung dari kekerasan dan kekasaran dari permukaan dasar laut. Secara sederhana dapat disimpulkan sinyal kuat yang kembali menunjukan
permukaan yang keras seperti rock dan gravel dan sinyal yang lemah menunjukan permukaan yang lebih halus seperti silts dan clay Medina et al. 2010
Sumber : Medina 2010 Gambar 4. Sudut koordinat pada proses scattering dan reflection
Persamaan yang terbaik untuk menggambarkan nilai target strength bergantung dari sudut datang incident angle dan bergantung pada beam
geometri. Secara umum sudut datang yang lebih kecil akan memberikan hambur balik yang lebih kuat dibanding sinyal dari sudut datang yang lebih besar.
… ...............…………………………………...…4
2.8 Akustik untuk vegetasi bawah air