Hambur balik akustik pada vegetasi Instrumen Split Beam Echosounder

a impedansi akustik pada medium permukaan air laut maupun pada permukaan dasar perairan, b parameter akustik pada instrumen, c arah refleksi pada kolom air dan permukaan dasar perairan akibat kekasaran dasar perairan, d respon dari scattering yang berasal dari second acoustic bottom pada permukaan air, gelembung dalam kolom air dan kapal, e gaung noise yang disebabkan instrumen akustik, f absorpsi akustik air laut, dan g waktu tunda time delay yang kembali akibat spherical spreading terhadap perubahan kedalaman atau jarak perambatan. Informasi mengenai tipe dasar sedimen dan vegetasi perairan secara umum dapat digambarkan pada sinyal echo dimana sinyal ini dapat disimpan dan diperoleh secara bersamaan dengan menggunakan data GPS. Sinyal echo ini dapat diuraikan sehingga informasi mengenai dasar perairan dapat diproyeksikan dalam bentuk digital. Nilai dari sinyal echo selain tergantung dari tipe dasar perairan khususnya kekasaran dan kekerasan tetapi tergantung juga dari parameter alat misalnya frekuensi dan tranduser beamwidth Burczynski 2002. Menurut Sabol 2001, prinsip utama pelaksanaan survei batimetri dengan akustik adalah mendeteksi dan melihat perbedaan waktu gema echo dari orientasi vertikal pulsa. Proses deteksi pulsa sangat beragam dari masing masing sistem, namun pada dasarnya tergantung dari intensitas minimum pembatas threshold dan lebar puncak peak width.

2.9 Hambur balik akustik pada vegetasi

Sinyal hambur balik yang berasal dari hamparan dasar perairan yang tanpa vegetasi dan sinyal hamburan yang berasal dari vegetasi memliki pola yang berbeda. Gema yang berasal dari area yang memiliki vegetasi memperlihatkan lebar pulsa yang lebih lebar Sumber : Stevens 2008 Gambar 6. Contoh nilai backscatter pada ping 450 tanpa vegetasi Sumber : Stevens 2008 Gambar 7. Contoh nilai backscatter pada ping 330 dengan vegetasi

2.10 Instrumen Split Beam Echosounder

Instrumen split beam echosounder bekerja dengan memancarkan gelombang suara ping dan merekam pantulan balik dalam bentuk echo. Nilai backscatter echo intensity merupakan hasil perekaman dalam interval waktu, jarak antara transduser dan objek dalam kolom perairan di tentukan oleh nilai kecepatan suara dalam perairan. Transmitter mengirim daya akustik ke semua bagian transduser pada waktu yang bersamaan. Sinyal yang terpantul dari target di terima secara terpisah oleh masing-masing kuadran. Selama penerimaan berlangsung keempat bagian transduser menerima gema dan target, dimana target yang terdeteksi oleh transduser terletak pada pusat dari sumbu sorot dan gema dari target akan dikembalikan dan diterima oleh keempat bagian pada waktu yang bersamaan, tetapi jika target yang terdeteksi tidak terletak tepat pada sumbu pusat surat suara, maka gema yang kembali akan diterima lebih dulu oleh bagian transduser yang paling dekat dari target atau dengan mengisolasi target dengan menggunakan output dari sorot penuh full beam SIMRAD 1993. Echosounder split beam modern memiliki fungsi Time Varied Gain TVG didalam sistim perolehan data akustik. TVG ini berfungsi secara otomatis untuk mengeliminir pengaruh attenuation yang disebabkan baik oleh geometrical spreading dan absorbsi suara ketika merambat dalam air. Koreksi TVG memiliki dua modus, yaitu modus linear 20 log r dan modus eksponensial 40 log r. Modus linear memberikan keakuratan yang lebih baik pada pengukuran target berkelompok, termasuk dasar perairan, sedangkan modus eksponensial digunakan untuk mendeteksi target tunggal di kolom perairan Biosonics 2004.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Januari-3 Februari 2011 yang di perairan Pulau Gosong, Pulau Semak Daun dan Pulau Panggang, Kabupaten administratif Kepulauan Seribu-Jakarta Utara. Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan melalui telaah pustaka maupun observasi di lapangan. Gambar 8. Lokasi penelitian Pengolahan data akustik dan identifikasi spesies lamun dilakukan di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK-IPB serta Laboratorium Tanah untuk analisis sedimennya.