Tujuan Bisnis Islam KONSEP DASAR ETIKA BISNIS ISLAM

42 ibadah. Amal perbuatannya bersifat materi, sedangkan kesabaran akan hubungannya dengan Allah ketika melakukan bisnis dinamakan ruhnya. 2 Pertumbuhan Jika profit materi dan non materi telah diraih, maka diupayakan pertumbuhan atau kenaikan akan terus menerus meningkat setiap tahunnya dari profit dan benefit tersebut. 3 Keberlangsungan Pencapaian target hasil dan pertumbuhan terus diupayakan keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama dan dalam menjaga keberlangsungan itu baik dalam koridor syariat Islam. 4 Keberkahan Faktor keberkahan atau upaya dalam menggapai ridho Allah, merupakan puncak kebahagiaan hidup Muslim. Para pengelola bisnis harus mematok orientasi keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan bisnis selalu berada dalam kendali syariat dan diraihnya keridhoan Allah. 22 Dalam ekonomi Islam yang berlandaskan ketuhanan, maka tujuan akhir pencapaiannya adalah ridho Allah SWT, dengan tetap memegang syariat Islam dalam segala aktivitasnya, begitu pula dengan aktivitas ekonomi yang tidak dapat pula dipisahkan dengan nilai-nilai keIslaman. 22 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h. 31. 43

F. Pedoman Bisnis dalam Islam

Di dalam Islam, manusia berhak dan diperbolehkan untuk bekerja dan mencari rezeki sesuka hatinya, namun dibatasi pada kerangka yang boleh dan tidak boleh, seperti yang tidak diperbolehkan itu diantaranya adalah penipuan, kecurangan, sumpah palsu, dan perbuatan bathil lainnya. Dalam melakukan bisnis juga antara pihak yang bertransaksi harus mencapat kesepakatan suka sama suka, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzalimi. Semua jalan yang saling mendatangkan manfaat antara individu-individu dengan saling rela- merelakan dan adil, adalah dibenarkan. Prinsip ini telah ditegaskan dalam QS. An-Nisa : 29-30                                          Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Ayat ini menjelaskan bahwa sangat dilarang sekali bagi orang yang beriman untuk memakan harta dengan jalan yang bathil. Maksudnya ialah dengan jalan curang yang memberikan kerugian di pihak lain, sedangkan 44 memberikan keuntungan di pihak kita. Karena sesungguhnya yang berbuat demikian melanggar hak dan menganiaya pihak lainnya, sehingga balasannya adalah neraka. Dapat diambil kesimpulan dalam ayat ini ialah perdagangan boleh dilangsungkan dengan dua hal, yaitu perdagangan harus dilakukan atas dasar saling rela antara kedua belah pihak. Tidak boleh bermanfaat untuk satu pihak dengan merugikan pihak yang lain; tidak boleh saling merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sebab, hal ini seolah menghisap darahnya dan membuka jalan kehancuran untuk dirinya sendiri, misalnya mencuri, menyuap, berjudi, menipu, mengaburkan, mengelabui, riba, atau pekerjaan lain yang diperoleh dengan jalan yang tidak dibenarkan. Pada masa Rasulullah, nilai-nilai moralitas sangat diperhatikan dalam kehidupan pasar. Bahkan sampai pada masa awal kerasulannya, beliau adalah seorang pelaku pasar yang aktif, dan kemudian menjadi seorang pengawas yang cermat sampai akhir hayatnya. Beliat telah memulai pengalaman dagangnya sejak usia 12 tahun. 23 G. Aktivitas Bisnis yang Terlarang dalam Syariah Dalam melakukan bisnis, pelaku usaha diharapkan tidak melakukan hal- hal yang dilarang dalam Syariah, diantaranya ialah: 24 23 Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Pedagang, Penerjemah: Dewi Nurjulianti, Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997, h.5. 24 Veitzal Rivai, Islamic and Bussiness Ethics, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012 45 a. Melakukan transaksi bisnis yang diharamkan agama Islam. Seorang muslim harus berkomitmen dalam berinteraksi dengan hal-hal yang dihalalkan oleh Allah SWT. Seorang pengusaha muslim tidak boleh melakukan kegiatan bisnis dalam hal-hal yang diharamkan oleh syariah serta dituntut untuk selalu melakukan usaha yang mendatangkan kebaikan dan masyarakat. Bisnis, makanan tak halal atau mengandung bahan tak halal, minuman keras, narkoba, pelacuran atau semua yang berhubungan dengan dunia gemerlap seperti night club diskotik, suguhan minuman dan makanan tak halal dan lain-lain QS: Al- A‟Raf : 32. QS: Al Maidah : 100 adalah kegiatan bisnis yang diharamkan. b. Memperoleh dan menggunakan harta secara tidak halal. Praktik riba yang menyengsarakan agar dihindari, Islam melarang riba dengan ancaman berat QS. Al Baqarah : 275-279. c. Melakukan pemalsuan dan penipuan, Islam sangat melarang perbuatan memalsukan dan menipu karena dapat menyebabkan kerugian, kezaliman, serta dapat menimbulkan permusuhan dan percekcokan. Allah berfirman dalam QS. Al-Isra : 35, yang berbunyi ”Dan sempurnakanlah takaran ketika kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar ”. Nabi bersabda ”Apabila kamu menjual maka jangan menipu orang dengan kata-kata manis ”. Kemudian contoh penawaran atau promosi yang tidak terpuji ialah yang tidak fair. Hal sangat dicela oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al- Qur‟an