Prinsip-Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam

34 tidak mengakomodir hak salah satu pihak, maka hal tersebut dapat dikatakan kedzaliman. Karenanya orang yang adil akan lebih dekat kepada ketakwaan. Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah 5 : 8                                Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali- kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Berlaku adil akan dekat dengan takwa, karena itu dalam perniagaan tijarah , Islam melarang untuk menipu, walau hanya „sekedar‟ membawa sesuatu pada kondisi yang menimbulkan keraguan sekalipun. Kondisi ini dapat terjadi seperti gangguan adanya mekanisme pasar atau karena adanya informasi penting mengenai transaksi yang tidak diketahui oleh salah satu pihak assymetric information. Gangguan pada mekanisme pasar dapat berupa gangguan dalam penawaran dan gangguan dalam permintaan. 16 Konsep equilibrium juga dapat dipahami bahwa keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat harus diusung oleh seorang pebisnis muslim. Maka karenanya, konsep keseimbangan berarti menyerukan kepada pengusaha 16 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 78 35 muslim untuk bisa merealisasikan tindakan-tindakan dalam bisnis yang dapat menempatkan dirinya dan orang lain dalam kesejahteraan duniawi dan keselamatan akhirat. Moral hazard perilaku mendzolimi adalah suatu tindakan yang tercipta akibat ketidakseimbangan moral yang dapat mengakibatkan mudharat kesulitan atau mufsadaat kerusakan. Moral hazard dalam tindakan bisnis muslim ialah bertindak curang dalam bertransaksi, tidak menuliskan yang sebenarnya dalam pelaporan keuangan, serta memanfaatkan kekurangan informasi pada pihak lain guna kepentingan diri sendiri. c. Kehendak Bebas Kehendak bebas ialah suatu rasa yang tertanam dalam diri manusia untuk dapat bertindak secara tidak dibatasi dalam pengendalian kehidupannya sendiri. Institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kegiatan ekonomi. Hal ini dapat berlaku apabila persaingan bebas dapat berlaku secara efektif, dimana pasar tidak mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun, tak terkecuali negara dengan otoritas penentuan harga atau private sektor dengan kegatan monopolistik. Aktivitas ekonomi dalam konsep ini mengarahkan kepada kebaikan setiap kepentingan bagi seluruh komunitas, baik sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, maupun lainnya. Larangan adanya bentuk monopoli, kecurangan, dan praktik riba adalah jaminan terhadap terciptanya suatu 36 mekanisme pasar yang sehat dan persamaan peluang untuk berusaha tanpa adanya keistimewaan pada pihak tertentu. Dalam ekonomi Islam, kebebasan disini ialah tetap menggabungkan antara nilai-nilai moral dan spiritual. Karena apabila tidak ada filter moral, maka kegiatan ekonomi akan rawan kepada perilaku destruktif yang dapat merugikan masyarakat luas. Telah menjadi tradisi di masyarakat sekarang ini bahwa dalam kegiatan ekonominya cenderung mengedepankan materialisme, tanpa memperdulikan moralitas. Rasululla bersabda, “Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama para nabi, orang shadiqin dan para syuhada” HR Tarmidzi dan Hakim. Hadist tesebut mengemukakan bahwa para pedagang yang utama ialah yang berlaku jujur dan terpercaya baik dalam proses penjualan maupun produksinya, pedagang harus berlaku jujur agar kunci keberkahan akan selalu ada padanya, terlebih lagi bagi pedagang yang berlaku jujur serta dapat dipercaya, maka mereka ialah bersama dengan para nabi, shadiqin serta para syuhada, karena mereka ialah merupakan para pedagang yang amanah dan profesional. Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, kebebasan bagi individu dibuka lebar, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Tidak ada pula batasan pendapatan bagi seseorang untuk aktif bekerja dan berkarya dengan segala potensi yang dimilikinya. 37 d. Tanggung Jawab Responsibility Dengan adanya kebebasan ekonomi, maka tanggung jawab Muslim begitu diperlukan agar menghasilkan tindakan-tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tanggung jawab ini dimulai dari kebebasan yang luas, kemudian kebebasan untuk memilih keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang tegas yang perlu diambilnya. Tanggung jawab sangat berhubungan dengan kebebasan, karena tanggung jawab dapat menetapkan batasan atas semua hal yang dilakukannya. Kebebasan dan Tanggung Jawab Kebebasan manusia yang ada adalah kebebasan yang bertanggung jawab yaitu kebebasan yang didasari oleh „ilm ilmu dan kesadaran penuh. Manusia bebas dalam bertindak, yaitu manusia bebas berbuat sesuatu dengan tujuan dan disengaja yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal dirinya. Bisa jadi hal itu disebabkan oleh pengaruh ajaran, agama, bacaan, lingkungan dan lain sebagainya. Kebebasan dengan kewajiban moral, yaitu bahwa seseorang yang melakukan sesuatu kewajiban karena ia setuju, walau itu membutuhkan pengorbanan, karena didapati tindakan tersebut ternyata dapat membuat ia merasa bebas. Kebebasan bertanggung jawab, yaitu sesungguhnya 38 sikap moral yang mature atau dewasa adalah sikap yang bertanggung jawab, dan tidak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan. 17 Dapat disimpulkan bahwa kebebasan itu mengandung anasir berikut: 18 - Kemampuan seseorang untuk menentukan suatu tindakan secara independen. - Kemampuan untuk bertanggung jawab secara sadar. - Sikap yang dewasa dengan penuh pertimbangan dan konsekuen. - Adanya semua kondisi di mana seseorang dapat mewujudkan tujuan hidupnya. e. Kebajikan Kebajikan artinya melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan kemanfaatan kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang mengharuskan perbuatan tersebut atau dengan kata lain beribadah dan berbuat baik seakan melihat Allah, jika tidak mampu maka yakinlah Allah melihat. Aksioma ihsan dalam bisnis, yaitu : 1 kemurahan hati leniency; 2 motif pelayanan service motives; dan 3 kesadaran akan adanya Allah dan aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan yang menjadi prioritas. Guna menyempurnakan prinsip-prinsip etika bisnis Islam sebagaimana dikemukakan diatas, perlu dikemukakan pula pendapat Rafik Issa Beekun dalam sebuah karyanya Etika Bisnis Islam. Dalam bukunya ia mengemukakan sembilan pedoman etika umum bagi bisnis kaum muslim, yaitu jujur dan 17 Faisal Badroen. 2005. Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 11. 18 Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, Jakarta: Rajawali Press, 1995, Ed. III, h. 13-15 39 berkata benar, menepati janji, mencintai Allah lebih dari mencintai perniagaan, berbisnis dengan muslim sebelum dengan non muslim, rendah hati dalam menjalani hidup, menjalankan musyawarah dalam semua masalah, tidak terlibat dalam kecurangan, tidak boleh menyuap, dan berbisnis secara adil. 19 M. Quraish Shihab menetapkan terdapat empat prinsip dalam ekonomi, yaitu Tauhid, Keseimbangan, Kehendak Bebas, dan Tanggung Jawab. Selanjutnya dalam menetapkan etika bisnis ia merincinya yaitu: 20 a Kejujuran b Keramahtamahan c Penawaran yang jujur d Pelanggan yang tidak sanggup membayar diberi waktu e Penjual hendaknya tidak memaksa pembeli dan tidak bersumpah dalam menjual f Tegas dan adil dalam timbangan dan takaran g Tidak dibenarkan monopoli h Tidak dibenarkan adanya harga komoditi yang boleh dibatasi i Kesukarelaan. 19 Muhammad Djakfar, Agama, Etika, dan Ekonomi: Wacana Menuju Pengembangan ekonomi Rabbaniyah, Malang: UIN Malang Press, 2007, h. 30-32. 20 Quraish Shihab, “Etika Bisnis dalam Wawasan Al- Qur‟an”, dalam Jurnal Ulum Al— Quran, No. 3 VII1997, h. 5-9. 40 Lain halnya dengan Abd. Muin Salim; ia memberikan uraian tentang prinsip- prinsip filosofi ekonomi Q ur‟ani, yaitu: a Tauhid, b Isti’mar atau Istikhlaf, b Kemaslahatan Al-silah dan keserasian al-adalah, d Keadilan al- qist, e Kehidupan sejahtera dan kesentosaan dunia akhirat.

E. Tujuan Bisnis Islam

Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya, dan salah satu upaya untuk memperolehnya adalah dengan cara bekerja. Islam mewajibkan Muslim untuk bekerja. Dan Allah melapangkan bumi dan seisinya dengan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencari rezeki, antara lain seperti dalm firman Allah swt. QS Al-Mulk : 15                 Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu , maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki- Nya” Selanjutnya, firman-Nya dalam QS. Al- A‟raf : 10              Artinya: “Sesungguhya kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi sumber penghidupan” 41 Demikian pula firman Allah Swt dalam QS. Hud : 61          Artinya : “Dia telah menciptakan kamu dari bumi tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya. ” Di samping anjuran untuk mencari rezeki, Islam sangat menekankan atau mewajibkan aspek kehalalan, baik dari segi perolehan maupun pendayagunaannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bisnis Islam dapat diartikan sebagai berbagai macam bentuk aktivitas bisnis yang tidak dibatasi, namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendanan hartanya. Dalam hal kendali syariah, bisnis dalam Islam bertujuan untuk mencapai empat hal utama, yaitu sebagai berikut: 21 1 Target Hasil ; Profit Materi dan Benefit Nonmateri Terdapat paling tidak tiga tujuan atau orientasi bisnis, yaitu pertama nilai materi q imah madiyah yang berhubungan dengan nilai profit atau keuntungan. Kedua, ialah nilai-nilai Akhlak q imah khulu q iyah yaitu nilai-nilai akhlak mulia yang menjadi suatu kemestian yang muncul dalam kegiatan bisnis, sehingga tercipta hubungan persaudaraan yang islami. Ketiga, q imah ruhiyah berarti perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, atau dalam melaksanakan kegiatan bisnis semata-mata kesadaran hubungannya dengan Allah. Inilah yang dimaksud bahwa setiap perbuatan muslim adalah 21 Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economics Ethics, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012 h. 13. 42 ibadah. Amal perbuatannya bersifat materi, sedangkan kesabaran akan hubungannya dengan Allah ketika melakukan bisnis dinamakan ruhnya. 2 Pertumbuhan Jika profit materi dan non materi telah diraih, maka diupayakan pertumbuhan atau kenaikan akan terus menerus meningkat setiap tahunnya dari profit dan benefit tersebut. 3 Keberlangsungan Pencapaian target hasil dan pertumbuhan terus diupayakan keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama dan dalam menjaga keberlangsungan itu baik dalam koridor syariat Islam. 4 Keberkahan Faktor keberkahan atau upaya dalam menggapai ridho Allah, merupakan puncak kebahagiaan hidup Muslim. Para pengelola bisnis harus mematok orientasi keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan bisnis selalu berada dalam kendali syariat dan diraihnya keridhoan Allah. 22 Dalam ekonomi Islam yang berlandaskan ketuhanan, maka tujuan akhir pencapaiannya adalah ridho Allah SWT, dengan tetap memegang syariat Islam dalam segala aktivitasnya, begitu pula dengan aktivitas ekonomi yang tidak dapat pula dipisahkan dengan nilai-nilai keIslaman. 22 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h. 31.