Asimetri Informasi Manajemen Laba

53 hasil yang diinginkan, namun pada praktiknya hal ini dapat membawa kepada praktik yang menyesatkan pemegang saham. Menurut Gunny 2005 manajemen laba dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu fraudalent accounting, accrual earning management dan real earning management. Fraudalent accounting merupakan pilihan akuntansi yang melanggar General Accepted Accounting Principle GAAP, sedangkan accrual earning management merupakan pilihan GAAP yang menutupi kinerja ekonomi yang sebenarnya dan real earning management terjadi ketika manajer melakukan tindakan yang menyimpang dari praktek yang sebenarnya untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.

E. Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual

Pada dasarnya ada dua prinsip pencatatan yang umum digunakan yaitu accrual basis dan cash basis. Accrual basis merupakan dasar pencatatan akuntansi yang mewajibkan perusahaan untuk mengakui hak dan kewajiban tanpa memperhatikan kas akan diterima atau dikeluarkan. Basis akrual ini timbul karena akuntansi menggunakan periode waktu sebagai takaran pengukuran laba. Sedangkan cash basis hanya mengakui hak dan kewajiban apabila kas benar- benar diterima. Dengan demikian, laba yang diakui dalam satu periode baru akan diakui bila kas telah diterima. 3 3 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, Jakarta: Grasindo, 2008, h. 161 54 Diantara keduanya, prinsip berbasis akrual lah yang digunakan pada prinsip akuntansi berterima umum. Karena prinsip akuntansi berbasis kas tidak dapat mencerminkan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan prinsip akuntansi berbasis akrual dipandang lebih baik dalam mencerminkan kinerja perusahaan dalam satu periode. Namun kelemahan yng melekat pada akuntansi berbasis akrual ini yaitu adalah sifat account akrual yang rawan untuk direkayasa, tanpa harus melanggar prinsip akuntansi berterima umum. 4 Dan letak manajemen laba ialah berada didalam koridor tatanan sistem metode akuntansi accrual basis dimana pos yang dituliskan dapat sekali di rekayasa, karena tidak perlu ada perpindahan kas namun transaksi telah dicatat didalam laporan keuangan.

F. Motivasi Manajemen Laba

Passer dan Smith 2008 dalam Sulistiawan et al., 2011 mendefinisikan motivasi sebagai sebuah proses yang mempengaruhi arah, ketekunan, dan kekuatan perilaku individu atau organisasi dalam mencapai tujuan. Melalui pendekatan kognitif, perilaku pencapaian tujuan ini dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor ekspektasi dan faktor imbalan yang diformulasikan ke dalam model matematis sebagai berikut: 4 Ibid.,h. 211. Motivasi = ekspektasi x Imbalan 55 Dalam hal ini manajemen laba, maka suatu badan usaha akan semakin termotivasi untuk berperilaku kreatif dalam memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi ketika badan usaha itu memiliki keyakinan ekspektasi akan menerima imbalan atas tindakan kreatifnya tersebut. Semakin tinggi imbalan yang akan didapatkan, semakin tinggi ekspektasi yang diterapkan sehingga motivasi untuk mencapai nilai tersebut pun semakin besar. 5 Menurut studi yang dilakukan oleh Healy 1985 serta Watts dan Zimmerman 1986, Ada beberapa motivasi di balik perilaku manajemen laba yang dilakukan oleh manajer, yaitu: 6 1. Motivasi Bonus Dalam bisnis, pemegang saham akan memberikan sejumlah insentif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja manajer dalam menjalankan operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah relatif tetap dan rutin. Sementara bonus yang relatif besar nilainya hanya diberikan ketika kinerja manajer berada di area pencapaian bonus yang diterapkan oleh pemegang saham. Kinerja manajemen salah satunya dapat diukur dari pencapaian laba usaha. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi para manajer untuk memberikan performa terbaiknya sehingga tidak menutup peluang mereka melakukan tindakan manajemen laba. 5 Dedhy Sulistiawan dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat, 2011, h. 30. 6 Ibid, h. 31.