Laporan Keuangan Agency Theory

50 saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang diinvestasikannya mendapatkan return yang maksimal, sedangkan manajer bekepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik Agency Problem. Teori agensi mengasumsikan bahwa principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent Azlina, 2010 :3. Agent dalam hal ini adalah manajemen suatu perusahaan dimana mereka yang menjalankan aktivitas operasi perusahaan. Sedangkan principal adalah para pihak khususnya investor yang telah menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut. Agent atau manajemen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, perusahan secara keseluruhan dan prospek di masa yang akan datang. Sedangkan principal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agent. Sehingga dapat saja agent membuat praktik yang tidak diketahui oleh principal. Hubungan antara agen dan prinsipal didasarkan pada suatu kepercayaan Luhgiatno, 2010: 18. Sehingga dalam praktiknya dapat terjadi konflik kepentingan ketika tidak semua keadaan diketahui oleh semua pihak. Dan sebagai akibatnya, ketika konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut, hal ini dapat mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi assimetric information yang dimiliki oleh principal dan agent. 51

C. Asimetri Informasi

Asimetri informasi adalah ketidaksembangan informasi yang dimiliki satu pihak dengan pihak lainnya. Asimetri informasi antara manajemen agent dan pemilik principal dapat membuka kesempatan bagi manajemen dalam penyajian informasi yang tidak sebenarnya seperti menyembunyikan beberapa informasi yang tidak ingin disampaikan kepada pemilik terutama yang berkaitan dengan pengukuran kinerja manajemen. Dan pengukuran kinerja manajemen itu ditunjukkan oleh laporan keuangan dan salah satu indikator utamanya ialah laba. Sehingga dalam hal ini praktik yang dapat dilakukan berkenaan dengan asimetri informasi princpal dan agent dalam pengukuran laba ialah praktik manajemen laba.

D. Manajemen Laba

Sampai saat ini, beberapa penulis mendefinisikan manajemen laba secara berbeda-beda. Ada yang menggunakan kalimat bersifat netral tidak memihak, ada juga yang menggunakan kalimat bersifat skeptis cenderung tidak menyetujui. Bahkan beberapa referensi menunjukkan istilah lain dengan konteks yang negatif, seperti magic accounting, cosmetic accounting, atau financial shenanigan. 2 Scott 1997 mendefinisikan manajemen laba ialah bentuk upaya yang dilakukan manajer untuk mencapai keuntungan pribadi melalui rekayasa komponen akrual yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yng dapat mengakibatkan 2 Dedhy Sulistiawan, dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat, 2011, h.18 52 terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yang dapat merugikan pihak lain, karena dengan adanya manajemen laba, laporan perusahaan tidak mencerminkan nilai fundamental dari perusahaan. Sulistyawan 2003 mendefinisikan manajemen laba yaitu aktivitas badan usaha untuk memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Schipper 1989 mendefinisikan manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. Healy Wahlen 1999 mendefinisikan manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Gumati 2001 menyatakan bahwa manajemen laba tidak harus selalu dikaitkan dengan upaya untuk manipulasi data atau informasi, tetapi lebih dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi accounting method untuk mengukur kuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa manajemen laba ialah suatu bentuk cara mempermainkan atau mengubah angka-angka dalam laporan keuangan dengan memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan 53 hasil yang diinginkan, namun pada praktiknya hal ini dapat membawa kepada praktik yang menyesatkan pemegang saham. Menurut Gunny 2005 manajemen laba dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu fraudalent accounting, accrual earning management dan real earning management. Fraudalent accounting merupakan pilihan akuntansi yang melanggar General Accepted Accounting Principle GAAP, sedangkan accrual earning management merupakan pilihan GAAP yang menutupi kinerja ekonomi yang sebenarnya dan real earning management terjadi ketika manajer melakukan tindakan yang menyimpang dari praktek yang sebenarnya untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.

E. Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual

Pada dasarnya ada dua prinsip pencatatan yang umum digunakan yaitu accrual basis dan cash basis. Accrual basis merupakan dasar pencatatan akuntansi yang mewajibkan perusahaan untuk mengakui hak dan kewajiban tanpa memperhatikan kas akan diterima atau dikeluarkan. Basis akrual ini timbul karena akuntansi menggunakan periode waktu sebagai takaran pengukuran laba. Sedangkan cash basis hanya mengakui hak dan kewajiban apabila kas benar- benar diterima. Dengan demikian, laba yang diakui dalam satu periode baru akan diakui bila kas telah diterima. 3 3 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, Jakarta: Grasindo, 2008, h. 161