46
5.4 Sumber Air untuk Resapan
Sebelum melakukan skema pengisian air tanah buatan, penting untuk terlebih dahulu dilakuakn pengkajian ketersediaan air untuk
peresapan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : Curah hujan di daerah yang di daerah resapan.
Luas atap dimana air hujan dapat dikumpulkan dan dialihkan untuk pengisian air tanah buatan..
Kanal dari waduk besar dimana air tersedia untuk pengisian air tanah buatan.
Sungai alami yang mana kelebihan airnya bisa dialihkan untuk pengisian air tanah tanpa melanggar hak pengguna lain.
Air limbah perkotaan dan industri yang diolah dengan baik. Air ini hanya dapat digunakan setelah kualitasnya dipastikan sudah
mememenuhi persyaratan sesuai peraturan yang berlaku.. Curah hujan lokal di daerah resapan kemungkinan jumlahnya tidak
memadai untuk pengisian air tanah buatan. Dalam kasus-kasus seperti itu, air dari sumber lain dapat ditransmisikan ke area resapan. Pengkajian
sumber air yang yang akan digunakan untuk pengisian air tanah buatan memerlukan pertimbangan beberapa faktor berikut antara lain :
Kuantitas air yang tersedia. Perioda waktu dimana sumber air tersebut dapat digunakan untuk
pengiasian air tanah buatan. Kualitas sumber air dan pengolahan awal yang diperlukan.
Sistem pengaliran air yang dibutuhkan untuk membawa air ke tempat resapan.
5.5 Kapasitas Infiltrasi Tanah
Kapasitas infiltrasi tanah memegang peranan penting yang menentukan besar kecilnya air yang dapat masuk ke dalam tanah. Infiltrasi
menjadi bagian yang penting dalam siklus hidrologi. Jika air hujan meresap kedalam tanah maka air tersebut akan bermanfaat baik bagi tanaman,
maupun sebagai sumber air tanah. Jika laju infiltrasi pada suatu area resapan tinggi, maka air hujan yang akan menjadi runofflimpasan di atas
permukaan tanah menjadi sedikit, hal ini juga akan dapat bermanfaat terhadap pengurangan erosi. Menurut Arsyad 2006, infiltrasi adalah
peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang pada umumnya melalui
47 permukaan tanah dan secara vertikal. Jika cukup air, maka air infiltrasi
akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi. Istilah perkolasi dalam
digunakan, untuk menunjukkan perkolasi air jauh ke bawah daerah perakaran tanaman yang normal
3
. Laju infiltrasi adalah banyaknya air persatuan waktu yang masuk
melalui permukaan tanah. Laju infiltrasi biasanya dinyatakan dalam mmjam atau cmjam. Pada saat tanah masih kering, laju infiltrasi tinggi,
akan tetapi setelah tanah menjadi jenuh, maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan. Kemampuan tanah untuk menyerap air infiltrasi
pada suatu saat dinamai kapasitas infiltrasi tanah.
Pergerakan air ke tanah melalui infiltrasi bisa dibatasi oleh hambatan terhadap aliran dari air melalui profil tanah. Walaupun
hambatan ini sering terjadi di permukaan tanah, namun di beberapa tempat aliran air dalam profil tanah berada pada kisaran rendah.
Kecepatan infiltrasi sangat berkaitan dengan karakter fisik tanah dan penutupan permukaan tanah, sedangkan faktor dari luar meliputi
kelembaban tanah, suhu dan intensitas curah.
Ada dua parameter penting berkaitan dengan infiltrasi yaitu laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi f menurut Sinukaban adalah
kecepatan masuknya air ke dalam tanah pada waktu tertentu. Laju infiltrasi dinyatakan dalam mmjam atau cmjam. Pada saat tanah kering laju
infiltrasi tinggi, setelah tanah menjadi jenuh air maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan. Parameter infiltrasi lainnya adalah
kapasitas infiltrasi fp, didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk menyerap air infiltrasi pada suatu waktu tertentu. Infiltrasi dibatasi oleh
karakteristik tanah dan ketersediaan air R untuk infiltrasi, bila ketersediaan air R fp maka f=R; ffp dan jika Rfp maka f=fp; Rf.
Sri Harto 1993 mengilustrasikan keterkaitan antara infiltrasi dengan perkolasi dalam suatu sketsa hubungan antara infiltrasi dan
perkolasi pada suatu profil tanah pada Gambar 5.1. Pada kondisi antara laju infiltrasi dan perkolasi yang tidak seimbang. Kondisi semacam ini
sama-sama tidak menguntungkan terutama untuk masuknya air sebagai sumber air tanah. Gambar 5.1.a. profil tanah lapisan atas mempunyai laju
infiltrasi kecil tapi lapisan bawah mempunyai laju perkolasi tinggi, sebaliknya pada gambar 5.1.b, lapisan atas dengan laju infiltrasi tinggi
sedangkan laju perkolasi pada lapisan bawah rendah. Pada Gambar 5.1.a, meski laju perkolasi tinggi tapi laju infiltrasi yang memberikan masukan air
terbatas. Dalam keadaan seimbang kedua kenyataan ini ditentukan oleh
48 laju infiltrasi. Sebaliknya pada Gambar 5.1.b. laju perkolasi yang rendah
menentukan keadaan seluruhnya. Dalam kenyataannya, proses yang terjadi tidak sesederhana itu, karena adanya kemungkinan aliran antara
4
.
a b Gambar 5.1 : Skema Infiltrasi Dan Perkolasi Pada Dua Lapisan Tanah. A.
Infiltrasi Kecil Dan Perkolasi Besar B. Infiltrasi Besar Dan Perkolasi Kecil. Infiltrasi ke dalam tanah yang pada mulanya dalam keadaan tanah
tidak jenuh, terjadi dibawah pengaruh sedotan matriks dan gaya gravitasi. Jika infiltrasi terus terjadi, maka semakin banyak air infiltrasi yang masuk
tanah dan lebih dalam profil tanah yang basah, maka sedotan matriks akan berkurang. Berkurangnya sedotan matrik disebabkan karena dengan
semakin jauhnya jarak antara bagian tanah yang kering dan yang basah. Jika proses infiltrasi terus berjalan dan seluruh lapisan tanah menjadi
basah, maka sedotan matrik menjadi dapat diabaikan, sehingga gerakan air ke bawah di dalam profil tanah hanya disebabkan oleh gaya gravitasi.
Kejadian inilah yang menjelaskan mengapa laju infiltrasi air ke dalam tanah akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya waktu
lamanya hujan. Ilustrasi keadaan tersebut dapat dijelaskan seperti yang terlihat dalam Gambar 5.2.
49
Gambar 5.2 : Laju Infiltrasi Sebagai Fungsi Waktu Pada Kondisi Tanah
Basah Dan Kering.
5.6 Kesesuaian Akuifer