BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tingkat Pendapatan Keluarga
Rutinitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari, setiap orang memiliki prinsip dan nilai yang berbeda-beda. Kebutuhan pokok yang semula berupa
sandang pangan dan papan, kini telah terjadi perubahan seiring bertambahnya tahun dan perubahan zaman.
Maslow dalam Tanggoro 2012 menyebutkan kebutuhan dasar manusia terdapat 4 macam kebutuhan. Kebutuhan itu diantaranya
adalah ; 1 kebutuhan fisiologis, yaitu yang bersifat neostatik seperti makan dan minum, serta kebutuhan istirahat dan seks, 2
kebutuhan keamanan, yaitu perlindungan atas hukum dan hak-hak yang dimiliki, 3 kebutuhan dimiliki dan cinta, yaitu kebutuhan
hidup berpasangan dan bersosial, dan 4 kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk mendapat penghargaan dari orang lain.
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Watson dalam Tanggoro 2012 yang
mengungkapkan kebutuhan dasar manusia terdapat empat macam. Keempat macam kebutuhan itu adalah seperti yang tersaji pada bagan berikut.
Bagan 2.1 kebutuhan dasar manusia:Waston dalam Tanggoro 2012
Kebutuhan dasar manusia kebutuhan biofisikal
kebutuhan makan dan cairan
kebutuhan eliminasi kebutuhan ventilasi
kebutuhan psikofisikal kebutuhan aktivitas dan
istirahat kebutuhan seksualitas
kebutuhan psikososial kebutuhan berprestasi
kebutuhan berorganisasi
kebutuhan intrapersonal- interpersonal
kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan pendapat diatas, menunjukkan bahwa saat ini kebutuhan dasar manusia tidak hanya sandang pangan papan saja, namun juga memperhatikan
faktor penunjang untuk memperoleh ketiga kebutuhan dasar itu. Ekonomi dinilai memiliki kedudukan yang sangat penting untuk menjalani
kehidupan. Pasalnya untuk memenuhi kebutuhan makan minum saja membutuhkan alat tukar uang. Terlebih lagi untuk kebutuhan sandang dan
memperoleh sebidang tanah dan rumah untuk tempat tinggal. Berdasarkan hal itu ekonomi adalah modal untuk mencapai kesejahteraan. Hal itu didukung oleh
Asriyah 2007 yang mengaatakan bahwa kesejahteraan masyarakat ukurannya adalah bisa berputarnya produk yang dihasilkan dengan permodalan yang cukup,
sehingga roda usahanya akan tetap berjalan. Berbeda dengan pendapat itu, masyarakat jawa khususnya memiliki
pedoman tersendiri dalam menjalani kehidupan. Masyarakat kebudayaan Jawa yang secara umum sebagai petani dan peternak cenderung merasakan
kesejahteraan karena kesederhanaannya. Ini dibuktikan oleh Wijayanti 2010 dalam penelitiannya bahwa 83 memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi.
Selanjutnya 30 partisipan lainnya 17 memiliki tingkat kebahagiaan se-dang, sementara yang memiliki tingkat kebahagiaan rendah tidak ada sama sekali 0.
Cara untuk meningkatkan dan menghasilkan kebahagiaan merupakan hal yang tidak ada putusnya dicari manusia dan diteliti oleh para ilmuan.
Meningkatnya emosi dan kegiatan positif, kebahagiaan seseorang dapat bertambah Seligman, 2002 dalam Wijayanti, 2010.
Selain itu, Peterson dan Seligman 2004 dalam Wijayanti 2010 mengungkapkan bahwa kebahagiaan dapat dihasilkan dengan
melatih kekuatan karakter yang sesuai dengan diri individu. Secara singkat, psikologi positif mengungkapkan bahwa individu dapat
memperoleh kebahagiaan sejati dengan meningkatkan emosi positif dan melakukan kegiatan positif yang mengerahkan kekuatan-
kekuatan diri dalam area-area utama kehidupan. Dengan demikian, penerapan kekuatan individu dalam hidup merupakan jalan untuk
mencapai kebaha-giaan Seligman, 2002 dalam Wijayanti 2010. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, kebahagiaan atau
kesejahteraan seseorang tidak dapat diukur dengan tingkat ekonomi maupun dengan tingkat pendidikan. Pada masyarakat jawa khususnya alat ukur itu tidak
dapat digunakan karena prinsip kehidupan kebudayaan Jawa mengutamakan
kesederhanaan dan gotong royong. Alat ukur yang sesuai untuk mengetahui tingkat kebahagiaan atau kesejahteraan adalah ketercapaian misi dan visi yang
dimiliki oleh individu.
2.2 Tingkat Pendidikan Keluarga