Berbagai Ragam Ulos Batak Batak Toba

memang merupakan keunggulan dari daerah setempat, sehingga memperlihatkan khasanah seni ornamen tradisional yang harus selalu dieksplor dan dikembangkan. Dieksplor dan dikembangkan sesuai dengan imajinasi serta menyesuaikan jiwa zaman supaya tidak ketinggalan dengan gejolak yang berkembang di luar. Ornamen sebuah ulos disebut Gorga dan Motifnya disebut Ragi. Walaupun secara terpisah ada maca-macam motif dalam selembar ulos, tetapi ada bagian yang merupakan cirri lain utamanya yang menjadi pembeda dari ulos dan itulah yang menjadi tema ulos sekaligus namanya. Beberapa jenis ulos menurut tema atau motif ornament antara lain: 1. Ulos Jugia 2. Ulos Ragi Hotang 3. Ulos Sibolang 4. Ulos Mangiring 5. Ulos Bintang Maratur 6. Ulos Jungkit 7. Ulos Sadum 8.Ulos Ragidup

4.2. Berbagai Ragam Ulos Batak Batak Toba

Ada berbagai macam ulos batak yang masing-masing mempunyai nilai tertentu dan dipergunakan untuk maksud dan kesempatan tertentu pula. Nenek moyang suku bangsa batak mempergunakan ulos yang ditenun sendiri sebagai Universitas Sumatera Utara pakaian sehari-hari, sebelum datang peradaban Barat yang memperkenalkan kain tekstil. Iklim daerah Tapanuli pada umumnya adalah berhawa sejuk, oleh karena itu ulos juga merupakan penjaga dan penghangat tubuh untuk kepentingan kesehatan, melindungi terhadap kencangnya angin, dinginya udara, hujan dan lain sebagainya. Jadi makna dan falsafah pemberian ulos oleh pihak Hula-hula kepada pihak Borunya adalah, bahwa Hula-hula selalu mengayomi Borunya, memberikan perlindungan demi menjaga kesehatan dan keselamatan badaniah sebelum menganut agama juga disebut rohaniah . Dengan memberikan sebagai suatu satu pertanda yang dapat dilihat, disertai ungkapan pepatah-pepatah maka pihak hula- hula memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga memberikan Rahmat dan Ridho Nya kepada boru yang menerima ulos, memberikan kebahagiaan dan keselamatan, kesehatan dan umur yang panjang serta rejeki yang murah, dilindungi terhadap mara-bahaya, disamping itu yang paling penting dan pokok adalah agar diberi hagabeon, yaitu lahirnya anak lelaki sebagai penyambung keturunan dan anak perempuan yang diharapkan agar mampu memberikan kebahagian kepada orang tuanya. Demikianlah falsafah pemberian ulos itu, dan untuk setiap macam acara adat atau keperluan ada pedoman- pedoman tertentu tentang macam dan tingkat ulos yang akan diberikan. Universitas Sumatera Utara Berikut berbagai macam ragam dan nilai Ulos Batak: 1. ULOS JUGIA Ulos ini disebut juga “ ulos na so ra pipot “ atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos “ homitan “ yang disimpan di “ parmonag-monangan “ hombung . Jenis ini menurut kepercayaan orang Batak tidak dapt dipakai kecuali oleh orang yang sudah saur matua, yaitu semua anak laki-laki dan perempuan sudah kawin dan dari semua anaknya sudah mempunyai cucu. Hanya orang yang demikianlah yang disebut “ na gabe “ , yang berhak memakaia ulos tersebut. Selama masih ada anaknya yang belum kawin atau masih ada yang belum mendapat keturunan, walaupun telah mempunyai cucu-cucu dari anak laki- lakiatau perempuan lainya yang telah kawin,belum bisa digolongkan sama dengan tingkat saurmatua. Beratnya aturan pemakaian jenis ulos ini menyebabkan ulos ini merupakan benda langkah hingga banyak orang batak yang tidak mengenalnya. Ulos ini sering merupakan barang warisan orangtua kepada anaknya dan nilainya sama dengan sitoppi emas yang dipakai oleh isteri raja-raja pada waktu pesta . Gambar 4.1 Ulos Jugia Universitas Sumatera Utara

2. ULOS RAGIDUP

Ulos ini setingkat dibawah Ulos Jugia. Banyak orang beranggapan ulos ragiduplah yang paling tinngi nilainya, oleh sebab memang dilihat dari bentukmotifnya, lebarnya, cara penenunannya yang sangat rapi dan teratur, sangat nyata perbedaanya dari ulos-ulos yang lain. Dan memang cara penenunan ulos Ragidup ini sangat sulit, harus teliti sekali dan hanya akan dipercayakan pada penenun yang telah cukup banyak mempunyai pengalaman dalam tenun-menenun. Ulos Ragidup dapat dipakai untuk berbagai keperluan, baik untuk acara dukacita maupun acara sukacita. Juga dapat dipakai oleh Raja-raja Adat, orang berada, maupun oleh rakyat biasa, selama memenuhi beberapa pedoman, misalnya diberikan sebagai Ulos Pargomgom pada acara adat perkawinan, atau diberikan sebagaai ulos Panggabei pada waktu orang tua meninggal yang telah mencapai satu tingkat hagabeon tertentu. Universitas Sumatera Utara