91.7 Optimalisasi metode resin pengendap partikulat asam iminodiasetat untuk penentuan logam berat (Cu, Cd, Fe, Mn, Zn) air laut

Volume SPR–IDA Setiap logam memberikan respon yang berbeda pada tiap parameter optimalisasi. Pada optimalisasi volume SPR–IDA, Cu dan Cd memberikan nilai kedapatulangan Tabel 1 yang lebih baik dibandingkan dengan logam lainnya, yaitu pada volume resin 40 µL sementara Fe dan Zn pada 50 µL, serta Mn pada 60 µL . Optimalisasi juga dilakukan pada volume SPR–IDA 30 µL untuk Cu dan Cd, serta 70 µL untuk Mn dan Zn dengan tujuan mengetahui nilai kedapatulangan sebelumsetelah titik optimum. Tabel 1 Nilai rerata kedapatulangan logam pada berbagai volume resin SPR–IDA µL Kedapatulangan 30 40 50 60 70 Ion logam +2 µL Cu 85.7 1102.5 90.4 69.7 – Cd 25.8 99.8 57.8 70.0 – Fe – 73.8

96.4 91.7

– Mn – 44.3 70.1 86.3 45.6 Zn – 59.4 109.2 112.4 75.1 Ket:– tidak dilakukan Logam yang bertindak sebagai asam lewis lemah akan berikatan dengan basa Lewis lemah. Menurut teori asam basa Lewis, logam bertindak sebagai asam karena merupakan akseptor pasangan elektron bebas. Resin asam iminodiasetat bersifat sebagai basa Lewis yang menyumbangkan pasangan elektronnya kepada logam. Berdasarkan klasifikasi asam dan basa Lewis, Cu, Fe, dan Zn merupakan logam asam Lewis yang dapat bertindak sebagai kuat ataupun lemah borderline, Cd dan Mn merupakan logam asam lewis lemah, sedangkan SPR–IDA merupakan resin yang bersifat basa Lewis lemah. Selain itu, diketahui bahwa logam– logam berat Cu, Cd, Fe, Mn, Zn termasuk logam–logam transisi yang memiliki kisaran bilangan oksidasi yang berbeda–beda. Cu mempunyai 2 bilangan oksidasi biloks +1 dan +2, Cd dan Zn mempunyai 1 biloks +2, Fe +2 dan +3, serta Mn mempunyai 6 biloks +2, +3, +4, +5, +6, +7. Hal ini menyebabkan kestabilan logam berbeda satu dengan yang lainnya. Cu dan Cd memberikan konsentrasi optimum pada volume SPR–IDA sebanyak 40 µL. Ini menunjukkan bahwa Cu dan Cd lebih berperan sebagai asam lewis lemah sehingga membutuhkan volume resin yang lebih sedikit dibandingkan dengan Fe, Zn, dan Mn. Volume SPR–IDA pada Mn lebih banyak disebabkan karena rendahnya kestabilan Mn akibat banyaknya kisaran bilangan oksidasi Mn dan telah terisinya orbital setengah penuh, sehingga membutuhkan energi tinggi untuk berikatan. pH Faktor penting lainnya dalam proses pengkelatan logam dengan sistem pertukaran ion adalah pH. Penambahan sejumlah NH 4 OH berfungsi sebagai pemberi suasana basa sehingga diharapkan SPR–IDA akan melepaskan dua protonnya H + untuk digantikan dengan logam bermuatan +2. N O O O H OH H N O O O H OH H Gambar 3 Reaksi ionisasi asam iminodiasetat Untuk menjaga kestabilan ikatan logam dan SPR–IDA, pH diatur menggunakan HNO 3 20 pada beberapa kondisi, yaitu 6.5–7.0, 8.0–8.5, 9.0–9.5, dan 10–10.5. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pH optimum untuk menjaga kestabilan logam adalah pH 8.0–8.5 untuk semua logam. Pada kondisi ini, diperoleh nilai kedapatulangan yang baik Tabel 2. Tabel 2 Nilai rerata kedapatulangan logam pada berbagai kondisi pH Kedapatulangan 6.5–7.0 8.0–8.5 9.0–9.5 110.0–10.5 Ion logam +2 Cu 52.50 99.40 88.08 80.49 Cd 58.80 98.21 67.16 58.00 Fe 90.54

98.37 94.48