Proses Sulfonasi ME Stearin Menggunakan Reaktor STFR
                                                                                telah  dilakukan.    Sifat-sifat  ini  juga  mempengaruhi  karakteristik  methyl  ester sulfonic acid
MESA yang dihasilkan.  Sifat fisikokimia yang dianalisis meliputi bilangan  asam,  bilangan  iod, bilangan penyabunan,  kadar  gliserol  bebas,  terikat
dan total, serta ester  asam lemak  dominan  penyusun  ME stearin.   Hasil analisis sifat fisikokimia ME stearin disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5  Hasil analisis sifat fisikokimia ME stearin
Sifat fisikokimia Metil ester stearin
Referensi
Bilangan asam mg KOH g ME 0,28
Maks. 0,8 Bilangan iod mg Ig ME
30,05 Maks. 115
Kadar gliserol total b 0,20
Maks. 0,24 Kadar gliserol bebas b
0,018 -
Kadar gliserol terikat b 0,19
- Bilangan penyabunan mg KOHg ME
207,39 -
Komposisi asam lemak : -
C12:0 laurat 0,07
- C14:0 miristat
1,12 -
C16:0 palmitat 51,05
- C18:0 stearat
2,27 -
C18:1 oleat 25,19
- C18:2 linoleat
10,31 -
Keterangan: SNI 04-7182-2006
Menurut  Hovda 1996, karakteristik  bahan  baku  memberikan  pengaruh terhadap  kualitas  produk  MES  yang  dihasilkan.  Karakteristik  terpenting  untuk
diketahui  adalah  tingkat  ketidakjenuhan  yang  menunjukkan  distribusi  rantai karbon didalamnya.
Hasil analisis sifat fisikokimia ME seperti pada Tabel 5 menunjukkan bahwa ME stearin mempunyai  kualitas yang baik untuk digunakan sebagai bahan baku
dalam proses sulfonasi.   Hal ini dapat dilihat dari nilai bilangan asam ME yang memenuhi  persyarataan  SNI  04-7182-2006.    Terjadi  penurunan  bilangan  asam
dari  bahan  baku  stearin  minyak  sawit  sebesar  1,078  mg  KOHg  menjadi 0,28  mg  KOHg.    Rendahnya  bilangan  asam  ME  menunjukkan  keberhasilan
proses transesterifikasi stearin minyak sawit menjadi ME stearin.  Bilangan asam merupakan  jumlah  miligram  KOH  yang  dibutuhkan  untuk  menetralkan  asam-
asam lemak bebas dari satu gram minyaklemak Ketaren 1986.
Kadar  gliserol  ME  stearin  yang  diperoleh  dapat  memenuhi  persyaratan kadar gliserol ME untuk bahan bakar menurut SNI 04-7182-2006.  Kadar gliserol
terikat  menunjukkan  gliserol  yang  masih  terikat  pada  molekul  minyaklemak. Angka  ini  juga  dapat  digunakan  untuk  melihat  keberhasilan  proses
transesterifikasi yang telah dilakukan.  Rendahnya kadar gliserol terikat pada ME stearin,  yaitu  sebesar  0,19,  menunjukkan  bahwa  proses  transesterifikasi  telah
berhasil mengkonversi molekul TG menjadi ME.  Apabila proses transesterifikasi tidak  optimal,  akan  ditemukan  kadar  gliserol  terikat  yang  tinggi,  menunjukkan
masih  ada  monogliserida,  digliserida  atau  trigliserida  yang  belum  terkonversi menjadi ME.
Proses  transesterifikasi  TG  menghasilkan  produk  berupa  metil  ester  dan gliserol.    Gliserol  yang  dihasilkan  kemudian  dipisahkan  dari  metil  esternya
melalui proses pengendapan dan pencucian metil ester.  Oleh karena itu, apabila terdapat  gliserol  bebas  di  dalam metil  ester,  maka  gliserol  tersebut  berasal  dari
proses  pemisahan  yang  tidak  sempurna  antara  ester dan  gliserol  yang  diperoleh dari  proses  transesterifikasi.    Rendahnya  kadar  gliserol  terikat  pada  ME,  yaitu
sebesar 0,018 menunjukkan bahwa proses pemisahan antara gliserol dan metil ester  melalui  proses  pengendapan  dan  pencucian  dengan  air  telah  berlangsung
efektif.
Tingkat  kejenuhan  bahan  baku  MES  akan memberikan  pengaruh  terhadap pembentukan  warna  produk  sulfonasi  yang  dihasilkan  Hovda,  1996.  Analisis
bilangan  iod  dapat  memberikan  gambaran  tingkat  kejenuhan  ME  stearin  yang akan  digunakan  sebagai  bahan  baku  dalam  produksi  MES.  Hasil  analisis
menunjukkan ME stearin memiliki bilangan iod 30,05 mg Ig ME.  Nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang digunakan Chemiton yaitu sebesar
0,3 cg Ig ME atau setara dengan 3 mg Ig ME.  Perbedaan nilai bilangan iod ini terjadi karena pada penelitian ini ME stearin tidak dilakukan proses hidrogenasi,
sedangkan pada ME yang digunakan oleh Chemiton dilakukan proses hidrogenasi. Tingginya  bilangan  iod  pada bahan baku akan  menyebabkan  warna  lebih  gelap
pada MES yang dihasilkan Sheats dan MacArthur 2002.
Warna  gelap pada MES  selalu menjadi permasalahan dalam aplikasi MES sebagai detergen.  MES yang dihasilkan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
aplikasi  EOR  Enhanced  Oild  Recovery,  sehingga  tidak  dilakukan  proses hidrogenasi  ME  untuk  mengurangi  ikatan  rangkap  pada  ME.    Proses  sulfonasi
pada penelitian ini mengharapkan terjadinya pengikatan SO
3
pada ikatan rangkap ME.    Hal  ini  dimaksudkan  agar  lebih  banyak  SO
3
yang  terikat  dalam  struktur MESA  dengan  harapan  meningkatkan  kadar  bahan  aktif.    Meningkatnya  kadar
bahan  aktif  pada  produk  diharapkan  mampu  meningkatkan  kemampuan  MESA yang dihasilkan dalam menurunkan tegangan permukaan.
Komposisi rantai karbon ME stearin didominasi oleh C16:0  dan C18:1 yang jumlahnya  berturut-turut  sebesar  51,05  dan  25,19.    Distribusi  asam  lemak
yang  beragam  dan  tingginya  komponen  asam  lemak  tidak  jenuh,  yaitu  oleat sekitar  25,19,  menyebabkan  tingginya  peluang  SO
3
melekat  pada  ikatan rangkap  ME.    Berger  2009  menyebutkan  surfaktan  yang  paling  sesuai  untuk
aplikasi  EOR  adalah  surfaktan  anionik  yang  diturunkan  dari  asam  lemak  tidak jenuh, karena efektif dalam menurunkan tegangan antarmuka dan tahan terhadap
suhu dan salinitas tinggi serta mempunyai kemampuan adsorpsi yang tinggi pada batuan reservoir.
                