Aliran Permukaan TINJAUAN PUSTAKA

8 Teknik poligon dilakukan dengan cara menghubungkan satu alat penakar hujan dengan lainnya menggunakan garis. Pada peta daerah tangkapan air untuk masing-masing alat penakar hujan, daerah tersebut dibagi menjadi beberapa poligon jarak garis pembagi dua penakar hujan yang berdekatan lebih kurang sama Asdak, 2007. Adapun cara menghitung curah hujan rata-rata wilayah dengan menggunakan Teknik poligon, ditampilkan dalam Rumus 1. P = � � � + � � � +..….+ �� � �� � � .................................................................................................1 Keterangan : P = Curah hujan rata-rata wilayah A 1 , A 2, A 3 = Luas masing-masing poligon P 1 , P 2, P 3 = Curah hujan masing-masing stasiun

2.4 Aliran Permukaan

Air larian surface runoff adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Air larian berlangsung ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke dalam tanah. Setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah pengisian air pada cekungan tersebut selesai, air kemudian dapat mengalir di atas permukaan tanah dengan bebas. Asdak, 2007. Menurut Indarto 2010 Aliran permukaan surface run-off merujuk pada air di atas permukaan tanah melalui parit, kanal, atau sungai. Ada dua jenis aliran permukaan surface run-off yang terjadi selama hujan atau pelelehan es, yaitu aliran permukaan yang berasal dari kelebihan infiltrasi dan aliran permukaan yang berasal dari kejenuhan tanah. Aliran permukaan yang berasal dari kelebihan infiltrasi terjadi pada kondisi tanah tidak jenuh. Pada kasus ini tanah dapat dalam keadaan agak kering, tetapi karakteristik tanah atau penutupan lahan tidak memungkinkan proses infiltrasi lebih lanjut sejalan dengan laju hujan. Aliran permukaan yang berasal dari kejenuhan tanah terjadi jika tanah sudah menjadi jenuh dan tidak ada lagi ruang pori kosong di dalam tanah yang memungkinkan air untuk berinfiltrasi. Hal ini dapat terjadi meskipun pada tanah yang umumnya memungkinkan sejumlah besar infiltrasi pada kondisi menjelang jenuh. Indarto,2010 Limpasan permukaan ini merupakan bagian yang penting dari puncak banjir. Bagian terbesar dari curah hujan lebih, mengalir selama perioda hujan dan sebagian sesudah perioda hujan. Jadi harus dipikirkan bahwa kadang-kadang limpasan permukaan itu dibagi dalam dua sumber yaitu air yang mengalir di atas permukaan tanah dan air yang menginfiltrasi dan mencapai lapisan yang impermeabel, kemudian sebagiannnya mengalir ke sungai. Mori, K. 2006 DAS menunjukan suatu luasan yang berkontribusi pada aliran permukaan. Suatu batas wilayah imaginer, dibatasi oleh punggung-punggung pegunungan dan lembah, di mana air yang jatuh pada setiap lokasi di dalam batas tersebut, mengalir dari bagian hulu DAS melalui anak-anak sungai ke sungai utama, sampai akhirnya ke luar lewat satu outlet. Indarto, 2010 Koefisien aliran mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai indikator aliran permukaan dalam DAS dan dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi aliran dalam kaitannya dengan pengelolaan DAS. Sebagai indikator aliran permukaan biasanya dipakai dalam menentukan debit puncak suatu banjir, sedangkan sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi pengelolaan DAS, koefisien aliran dipakai sebagai salah satu indikator pengaruh pengelolaan DAS terhadap penurunan besarnya aliran permukaan. Indriatmoko. 1998 9 Laju dan volume air larian suatu DAS dipengaruhi oleh penyebaran dan intensitas curah hujan di DAS yang bersangkutan. Umumnya, laju air larian dan volume terbesar terjadi ketika seluruh DAS tersebut ikut berperan. Pengaruh DAS terhadap air larian adalah melalui bentuk dan ukuran morfometri DAS, topografi, geologi, dan tataguna lahan jenis dan kerapatan vegetasi. Pengaruh vegetasi dan cara bercocok tanam terhadap air larian dapat diterangkan bahwa vegetasi dapat memperlambat jalannya air larian dan memperbesar jumlah air yang tertahan di atas permukaan tanah surface detention, dan dengan demikian, menurunkan laju air larian. Asdak, 2007 Menurut Asdak 2007 Koefisien air larian atau sering disingkat C adalah bilangan yang menunjukan perbandingan antara besarnya air larian terhadap besarnya curah hujan. Secara matematis, koefisien air larian dijabarkan dengan Rumus 2. Koefisien air larian C = � � �� � ���� ℎ ℎ� � ....................................................................................2 Angka koefisien air larian ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan apakah suatu DAS telah mengalami gangguan fisik. Nilai C yang besar menunjukan bahwa lebih banyak air hujan yang menjadi air larian. Hal ini kurang menguntungkan dari segi pencagaran sumberdaya air karena besarnya air yang akan menjadi air tanah berkurang. Kerugian lainnya adalah dengan semakin besarnya jumlah air hujan yang menjadi air larian, maka ancaman terjadinya erosi dan banjir menjadi lebih besar. Menurut Indriatmoko 1998 Koefisien aliran dapat didefinisikan sebagai nisbah antara aliran dan curah hujan pada selang waktu tertentu dan pada kondisi fisik DAS tertentu. Untuk mengukur besarnya koefisien aliran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :  Dihitung dari karakteristik fisik DAS Metode Cook  Dihitung dari debit aliran tahunan, debit aliran sesaat dan laju aliran Suyono, 1984. Menghitung besarnya koefisien aliran suatu daerah aliran sungai dan memanfaatkan sistem informasi geografis yang dimiliki, dapat digunakan suatu model pendekatan yaitu metode Cook. Untuk menghitung besarnya koefisien aliran maka dilakukan perhitungan dengan memakai tabulasi yaitu dengan menjumlahkan koefisien aliran untuk masing-masing bentuk lahan. Rumus yang digunakan disajikan pada Rumus 3. LBL C total =  x Luas DAS …………………………………………………………………………3 JS Keterangan: LB = Luas bentuk lahan JS = Jumlah skor Menurut Cook dalam Gunawan, T., 1992 faktor karakteristik Daerah Aliran Sungai DAS yang menghasilkan besarnya aliran permukaan adalah: 1. Relief kemiringan lereng 2. Infiltrasi 3. Vegetasi Penutup 4. Timbunan permukaan Kerapatan Aliran Keempat faktor karakteristik tersebut memiliki karakteristik masing-masing dan penentuan skor masing-masing dalam metode cook untuk dapat menghasilkan aliran permukaan. Faktor karakteristik tersebut ditampilkan dalam Tabel 4. 10 Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kemiringan lahan sangat erat hubungannya dengan besarnya erosi. Semakin besar kemiringan lereng, peresapan air hujan ke dalam tanah menjadi lebih kecil sehingga limpasan permukaan dan erosi menjadi lebih besar Rahayu S, Widodo R H, van Noordwijk M, Suryadi I dan Verbist B., 2009. Pada kemiringan lereng sebelum menggunakan klasifikasi pada Tabel 4, dilakukan klasifikasi lereng terlebih dahulu pada daerah aliran sungai. Klasifikasi lereng disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi Lereng Kelas Lereng Kelerengan Keterangan 1 0-8 Datar 2 8-15 Landai 3 15-25 Agak curam 4 25-45 Curam 5 45 Sangat curam Sumber : SK Menteri Pertanian Nomor 837 Pada kerapatan aliran, sebelum menggunakan klasifikasi pada Tabel 2, dilakukan perhitungan terlebih dahulu. Klasifikasi kerapatan aliran dilakukan dengan mempertimbangkan besarnya rasio antara panjang sungai dengan luas DAS. Untuk menghitung besarnya Kerapatan Aliran rumus yang digunakan disajikan dalam Rumus 4 dan kelas kerapatan aliran menurut Linsley disajikan dalam Tabel 3. Dd = LA ……………………………………………….…………………………...…..…………….4 Keterangan: Dd = Kerapatan Aliran KmKm2. L = Panjang Sungai Km. A = Luas DAS Km2. Kondisi kemiringan lereng, jenis dan kerapatan penutup lahan, alur-alur sungai, danautelaga mempengaruhi air hujan yang akan membentuk aliran permukaan. Aliran permukaan yang berlebihan menunjukan bahwa komponen-komponen fisik permukaan tersebut sudah tidak mampu lagi menghambat atau mengurangi air hujan yang membentuk aliran permukaan yang terjadi. Gunawan T, 1991 Tabel 3. Kelas Kerapatan Aliran No Nilai Dd Keterangan 1 1.6 KmKm 2 Kelas Tinggi 2 1.6-3.2 KmKm 2 Kelas Sedang 3 3.2-8 KmKm 2 Kelas Rendah 4 8 KmKm 2 Kelas Sangat rendah Sumber: Linsley dalam Indriatmoko 1998 11 Tabel 4. Karakteristik Das yang Dapat Menghasilkan Aliran Permukaan untuk Penentuan Skor W Dalam Metode Cook Karakteristik DAS yang di pertimbangkan Karakteristik yang dapat menghasilkan aliran 100 Ekstrim 75 Tinggi 50 Normal 25 Rendah Kemiringan LerengRelief W Medan terjal dengan rata-rata umumnya 30 40 Perbukitan dengan lereng rata-rata 10-30 30 Bergelombang dengan lereng rata-rata 5-10 20 Lereng relatif datar 0-5 10 Infiltrasi W Tidak ada penutup tanah efektif, lapisan tanah tipis, kapasitas infiltrasi diabaikan 20 Lambat menyerap air, material liattanah dengan kapasitas infiltrasi rendah 15 Lempung dalam dengan infiltrasi setipe dengan tanah prairi 10 Pasir dalamatau tanah lain mampu menyerap air cepat 5 Vegetasi Penutup W Tidak ada penutup efektif atau sejenisnya 20 Tanaman penutup sedikit sampai sedang, tidak ada tanaman pertanian dan penutup alam sedikit 15 Kira-kira 50 DAS tertutup baik oleh pepohonan dan rerumputan 10 Kira-kira 90 DAS tertutup baik oleh kayuan atau sejenisnya 5 Kerapatan Aliran W Diabaikan : beberapa depresi permukaan dangkal, alur drainase terjal dan kecil 20 Rendah: Sistem alur drainase kecil dan mudah dikenali 15 Normal: Simpanan depresi dalam bentuk danau, rawa telaga tidak lebih dari 2 10 Tinggi: Simpanan depresi permukaan tinggi, sistem drainase sukar dikenali, banyak dijumpai danau, rawa atau telaga 5 Sumber: Chow 1964 dan Meijerink dalam Gunawan, T 1991

2.5 Evapotranspirasi