STANDAR INTERNATIONAL PRASYARAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN

pengakuan sertifikasi sistem manajemen dalam rangka kepentingan perdagangan international. Standar international ini dimaksudkan untuk digunakan oleh lembaga- lembaga yang melaksanakan audit dan sertifikai sistem manajemen. Standar ini memuat persyaratan umum untuk lembaga sertifikasi yang melaksanakan audit dan sertifikasi di bidang sistem manajemen mutu, sistem manajemen keamanan pangan, dan sistem manajemen lingkungan. Klausul-klausul yang ada pada ISOIEC 17021:2006 harus diimplementasikan oleh lembaga sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan yang ingin memperoleh akreditasi Komite Akreditasi Nasional, berikut ini adalah klausul-klausul ISOIEC 17021:2006 berikut dengan penjelasan singkatnya. B.1.1. Klausul 1:Ruang lingkup Standar ini memuat prinsip dan persyaratan konsistensi, kompetensi, dan ketidakberpihakan audit dan sertifikasi seluruh tipe sistem manajemen dan untuk lembaga yang melaksanakan kegiatan-kegiatan ini. Lembaga sertifikasi yang beroperasi sesuai standar ini tidak perlu menawarkan seluruh tipe sertifikasi sistem manajemen. B.1.2. Klausul 2: Acuan Normatif: 1 ISOIEC 17000:2004 Penilaian kesesuaian kosa kata dan prinsip umum; 2 ISO 9000:2005 QMS-Prinsip dan kosa kata; 3 ISO 19011:2002 Panduan untuk audit QMS dan EMS B.1.3. Klausul 3: Definisi dan istilah: 1 Klien tersertifikasi: organisasi yang sistem manajemennya telah disertifikasi; 2 Ketidakberpihakan: keobjektifan nyata dan dipersepsikan; 3 Konsultan sistem manajemen: partisipasi dalam perancangan, penerapan, atau pemeliharaan suatu sistem manajemen. B.1.4. Klausul 4: Prinsip Prinsip sebagai landasan kinerja dan persyaratan deskriptif. Prinsip ini seharusnya diterapkan sebagai panduan untuk mengambil keputusan yang diperlukan pada situasi yang tidak terantisipasi. Tujuan sertifikasi adalah untuk memberikan keyakinan kepada seluruh pihak bahwa suatu sistem manajemen memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Nilai dari sertifikasi merupakan tingkat keyakinan publik dan kepercayaan yang dibentuk melalui asesmen oleh pihak ketiga yang kompeten dan tidak berpihak netral. B.1.5. Klausul 5: Persyaratan umum B.1.5.1. Materi kontrak dan hukum Hukum dan hal yang terkait dengan kontrak meliputi tanggung jawab hukum, yang berarti lembaga sertifikasi harus berupa badan hukum, perjanjian sertifikasi yang artinya lembaga sertifikasi harus memilik perjanjian yang berkekuatan hukum serta tanggung jawab keputusan sertifikasi yang maksudnya adalah lembaga sertifikasi harus mempertahankan kewenangannya atas keputusannya yang berkaitan dengan sertifikasi. B.1.5.2. Manajemen ketidakberpihakan Lembaga sertifikasi harus memiliki komitmen terhadap ketidakberpihakan dalam kegiatan sertifikasi sistem manajemen serta memiliki pernyataan yang dapat diakses publik untuk menyatakan ketidakberpihakannya. B.1.5.3. Pertanggunggugatan dan keuangan: Lembaga sertifikasi telah mengevaluasi resiko yang timbul dari kegiatan sertifikasinya dan memiliki pengaturan yang cukup untuk menanggung pertanggunggugatan serta mengevaluasi keuangan dan sumber pendapatannya B.1.6. Klausul 6: Persyaratan struktural B.1.6.1. Struktur organisasi dan manajemen puncak Lembaga sertifikasi mendokumentasikan struktur organisasi yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, dan kewenangan manajemen dan personel sertifikasi serta setiap komite B.1.6.2. Komite pengamanan ketidakberpihakan Struktur lembaga sertifikasi harus mengamankan ketidakberpihakan atas kegiatan lembaga sertifikasi dan menyediakan suatu komite untuk membantu pengembangan kebijakan yang berkaitan ketidakberpihakan kegiatan sertifikasinya. B.1.7. Klausul 7 : Persyaratan sumberdaya B.1.7.1. Kompetensi manajemen dan personel Lembaga sertifikasi harus memiliki proses untuk menjamin bahwa personel memiliki pengetahuan yang sesuai dengan tipe sistem manajemen, menentukan cara memperagakan kompetensi sebelum melaksanakan fungsi spesifik, serta memiliki akses kepada tenaga ahli teknis. B.1.7.2. Personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi: Lembaga sertifikasi harus memiliki personel yang memiliki kompetensi yang cukup untuk mengelola tipe dan ruang lingkup program audit, memiliki akses kepada auditor dalam jumlah yang cukup, menetapkan secara jelas kewajiban dan kewenangan untuk setiap personelnya, serta menjamin bahwa auditor memiliki pengetahuan dan kompetensi untuk kegiatan sertifikasi. B.1.7.3. Penggunaan auditor eksternal dan tenaga ahli teknis eksternal secara individu Lembaga sertifikasi mensyaratkan auditor dan tenaga ahli teknis eksternal untuk membuat perjanjian tertulis yang mencakup aspek kerahasiaan, bebas dari kepentingan komersial dan tekanan lainnya. B.1.7.4. Rekaman personel Lembaga sertifikasi memelihara rekaman personel yang mutakhir mencakup kualifikasi, pelatihan, pengalaman, status profesional, dan kompetensi. B.1.7.5. Subkontrak Kegiatan mensubkontrakkan kepada organisasi lain untuk melakukan sebagian kegiatan sertifikasi atas nama lembaga sertifikasi, maka lembaga sertifikasi harus memiliki perjanjian yang berkekuatan hukum mencakup pengaturan, termasuk kerahasiaan dan konflik kepentingan dengan seluruh lembaga yang di subkontrakkan. B.1.8. Klausul 8: Persyaratan Informasi B.1.8.1. Informasi yang dapat diakses publik: Lembaga sertifikasi memelihara dan membuat akses publik terhadap informasi yang menjelaskan proses audit dan proses sertifikasi untuk pemberian, pemeliharaan, perluasan, pengurangan, pembekuan, atau pencabutan sertifikasi. B.1.8.2. Dokumen sertifikasi Lembaga sertifikasi memberikan dokumen sertifikasi kepada klien tersertifikasinya dengan cara yang dipilihnya, serta mengidentifikasikan secara spesifik kelengkapan sertifikat yang meliputi nama dan lokasi, tanggal pemberian, perluasan atau pembaruan sertifikasi, tanggal kadaluarsa atau batas waktu sertifikasi ulang sesuai dengan siklus sertifikasi ulang, kode identifikasi tertentu, standar atau dokumen normatif lainnya, lingkup sertifikasi, nama dan alamat lembaga sertifikasi, dan informasi lainnya yang disyaratkan standar yang digunakan untuk sertifikasi. B.1.8.3. Direktori klien tersertifikasi Lembaga sertifikasi harus memelihara dan membuat akses publik atau menyediakan berdasarkan permintaan, dengan cara yang dipilih suatu direktori sertifikasi yang sah minimal memuat nama, dokumen normatif yang sesuai, lingkup dan lokasi untuk setiap klien yang disertifikasi. B.1.8.4. Acuan sertifikasi dan penggunaan tanda: Lembaga sertifikasi memiliki suatu kebijakan yang mengatur setiap tanda yang telah diberikan hak penggunaannya kepada klien yang telah disertifikasi. Kebijakan tersebut harus menjamin antara lain keterlusuran ke lembaga sertifikasi. B.1.8.5. Kerahasiaan Lembaga sertifikasi melalui perjanjian yang berkekuatan hukum harus memiliki suatu kebijakan dan pengaturan untuk mengamankan kerahasiaan informasi yang diperoleh atau dibuat selama pelaksanaan kegiatan sertifikasi pada seluruh tingkatan strukturnya, termasuk komite dan lembaga eksternal atau individu yang bertindak atas namanya. B.1.8.6. Pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya Lembaga sertifikasi harus menyampaikan kepada kliennya mengenai deskripsi rinci mengenai kegiatan sertifikasi awal dan kelanjutannya, persyaratan normatif untuk sertifikasi, mengenai biaya permohonan, prosedur penanganan keluhan dan banding yang mutakhir. B.1.9. Klausul 9: Persyaratan proses B.1.9.1. Persyaratan umum Program audit harus mencakup dua tahap audit awal, audit survailen pada tahun pertama dan kedua dan audit sertifikasi ulang di tahun ketiga sebelum berakhirnya sertifikasi. Lembaga sertifikasi menjamin bahwa suatu rencana audit untuk setiap audit ditetapkan sebagai dasar perjanjian tentang pelaksanaan dan penjadwalan kegiatan audit. B.1.9.2. Audit dan sertifikasi awal Lembaga sertifikasi harus mensyaratkan wakil yang berwenang dari organisasi pemohon untuk memberikan informasi yang diperlukan seperti ruang lingkup, fitur umum dari organisasi pemohon, informasi umum sesuai bidang sertifikasi yang dimohon, informasi mengenai seluruh proses yang disubkontrakkan, serta standar atau persyaratan lain keperluan sertifikasi organisasi pemohon. Adapun tahapan proses audit dan sertifikasi awal terdiri dari permohonan, kajian permohonan,audit sertifikasi awal,audit tahap satu, audit tahap dua, kesimpulan audit untuk sertifikasi awal, dan informasi untuk pemberian sertifikasi awal. B.1.9.3. Kegiatan survailen Lembaga sertifikasi harus mengembangkan survailennya sehingga keterwakilan area-area dan fungsi yang dicakup dalam lingkup sistem manajemen dipantau secara reguler dan memperhitungkan perubahan yang ada pada klien yang disertifikasi dan sistem manajemennya. Audit survailen adalah audit lapang tetapi bukan audit sistem secara menyeluruh dan harus direncanakan bersama dengan kegiatan survailen lainnya. B.1.9.4. Sertifikasi ulang Audit sertifikasi ulang harus direncanakan dan dilaksanakanuntuk mengevaluasi pemenuhan terhadap seluruh persyaratan standar sistem manajemen atau dokumen normatif lain secara berkelanjutan. Tujuan audit sertifikasi ulang adalah untuk mengkonfirmasi keberlanjutan kesesuaian dan efektivitas sistem manajemen secara keseluruhan serta relevansi dan kemampuan organisasi terhadap lingkup sertifikasi. B.1.9.5. Audit khusus Lembaga sertifikasi harus merespon permohonan untuk perluasan ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan, melakukan suatu kajian terhadap permohonan dan menentukan kegiatan audit yang penting untuk memutuskan apakah perluasan diberikan atau tidak. Hal ini dapat dilakukan bersamaan dengan audit survailen. B.1.9.6. Pembekuan, pencabutan, atau pengurangan ruang lingkup sertifikasi Lembaga sertifikasi harus memiliki kebijakan dan prosedur terdokumentasi untuk pembekuan, pencabutan, atau pengurangan ruang lingkup sertifikasi dan harus menspesifikasikan tindakan-tindakan penting yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi. B.1.9.7. Banding Lembaga sertifikasi harus memiliki proses terdokumentasi untuk menerima, mengevaluasi, dan membuat keputusan, terhadap banding, serta harus bertanggung jawab atas seluruh keputusan di semua tingkatan proses penanganan banding dan menjamin bahwa personel yang terlibat dalam proses penanganan banding berbeda dengan personel yang melaksanakan audit dan membuat keputusan sertifikasi. B.1.9.8. Keluhan Selama penerimaan keluhan, lembaga sertifikasi harus mengkonfirmasikan apakah keluhan tersebut terkait dengan kegiatan sertifikasi yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap keluhan tentang klien yang disertifikasi harus diteruskan oleh lembaga sertifikasi kepada klien yang disertifikasinya pada waktu yang tepat. B.1.9.9. Rekaman pemohon dan klien Lembaga sertifikasi harus memelihara rekaman audit dan kegiatan sertifikasi lainnya untuk seluruh klien termasuk seluruh organisasi yang mengajukan permohonan dan seluruh organisasi yang diaudit, disertifikasi atau yang sertifikasinya dibekukan atau dicabut. B.1.10. Klausul 10: Persyaratan sistem manajemen untuk lembaga sertifikasi B.1.10.1. Persyaratan sistem manajemen berdasar ISO 9001 Lembaga sertifikasi harus menetapkan dan memelihara sistem manajemen, sesuai persyaratan ISO 9001. Untuk penerapan persyaratan ISO 9001, lingkup sistem manajemen harus mencakup desain dan pengembangan persyaratan untuk jasa sertifikasinya. Lembaga sertifikasi harus memasukkan sebagai input tinjauan manajemen informasi yang relevan tentang banding dan keluhan dari pengguna kegiatan sertifikasi. B.1.10.2. Kaji ulang manajemen Manajemen puncak lembaga sertifikasi harus menetapkan prosedur untuk kaji ulang sistem manajemennya pada interval waktu yang terencana untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya. B.1.10.3. Audit internal Lembaga sertifikasi harus menetapkan prosedur audit internal untuk memverifikasi bahwa lembaga sertifikasi memenuhi dan sistem manajemen diterapkan dan dipelihara secara efektif. Program audit harus direncanakan, dengan mempertimbangkan pentingnya proses dan area yang akan diaudit dan juga hasil audit sebelumnya. B.2. ISOTS 22003:2007: Food safety managements systems- Requirements for bodies providing audit and certification of food safety management systems Standar ISOTS 22003:2007 merupakan standar persyaratan teknis bagi Lembaga Sertifikasi yang menyelenggarakan audit dan sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan SMKP. Ruang lingkup standar ini adalah dapat diaplikasikan untuk audit dan sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan SMKP yang sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam ISO 22000 serta menyediakan informasi yang diperlukan dan kepercayan diri bagi pelanggan industri pangan mengenai sertifikasi yang telah diperoleh. Klausul-klausul yang ada pada ISOTS 22003:2007 harus diimplementasikan oleh lembaga sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan yang ingin memperoleh akreditasi Komite Akreditasi Nasional, berikut ini adalah klausul-klausul ISOTS 22003:2007 berikut dengan penjelasan singkatnya. B.2.1. Klausul 5: Persyaratan umum B.2.1.1.Manajemen ketidakberpihakan Lembaga sertifikasi dan setiap bagian dari bagian hukumnya yang sama tidak menawarkan atau menyediakan konsultasi analisis bahaya, konsultasi sistem manajemen keamanan pangan, dan konsultasi sistem manajemen. Lembaga sertifikasi harus memastikan bahwa auditor yang melakukan konsultasi analisis bahaya, konsultasi sistem manajemen keamanan pangan, dan konsultasi sistem manajemen dalam dua tahun terakhir dianggap sebagai ancaman tinggi terhadap imparsialitas tidak diijinkan untuk melakukan audit terhadap organisasi tersebut. B.2.2. Klausul 6: Persyaratan struktural Struktur organisasi dan manajemen puncak pada lembaga sertifikasi harus mendokumentasikan struktur organisasi yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, dan kewenangan manajemen dan personel sertifikasi serta setiap komite. Lembaga sertifikasi harus mengamankan ketidakberpihakan atas kegiatan lembaga sertifikasi dan menyediakan suatu komite untuk membantu pengembangan kebijakan yang berkaitan ketidakberpihakan kegiatan sertifikasinya. B.2.3. Klausul 7: Persyaratan sumber daya B.2.3.1. Kompetensi manajemen dan personel Persyaratan mengenai kompetensi manajemen dan personel dalam ISO 22003:2007 meliputi kompetensi manajemen dan personel, personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi, bahwa seluruh personel yang terlibat dalam audit dan kegiatan sertifikasi memiliki atribut personel seperti berpandangan terbuka, diplomatis, suka memperhatikan, mampu memahami situasi, menyesuaikan diri, ulet, logos, dan percaya pada diri sendiri. B.2.3.2. Personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi Personel yang melaksanakan tinjauan kontrak ditinjau dari pendidikan, pelatihan keamanan pangan, pelatihan audit, dan kompetensi, dalam hal kompetensi lembaga sertifikasi harus memastikan bahwa personel yang melakukan tinjauan kontrak menunjukkkan kemampuannya untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam area: 1 klasifikasi pemohon dalam kategori dan sektor rantai pangan; 2 asesmen produk, proses, dan praktek pemohon; 3 distribusi kompetensi dan persyaratan auditor SMKP; 4 penentuan persyaratan waktu dan durasi audit; 5 kebijakan dan prosedur lembaga sertifikasi terkait tinjauan kontrak. B.2.3.3. Personel yang memberikan sertifikasi Lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang mengambil keputusan pemberian sertifikasi memiliki pendidikan, pelatihan keamanan pangan, pelatihan audit, dan pengalaman kerja seperti yang disyaratkan bagi auditor. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang mengambil keputusan pemberian sertifikasi menunjukkan kemampuannya untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan dalam area:prinsip HACCP, pemahaman tentang pre-requisite program, identifikasi bahaya keamanan pangan, implementasi dan pengelolaan bahaya keamanan pangan, koreksi serta tindakan koreksi yang dilakukan sehubungan hal keamanan pangan, asesmen bahaya keamanan pangan yang potensial terkait dengan rantai pangan, undang-undang dan regulasi terkait keamanan pangan dengan tujuan untuk melaksanakan audit sistem manajemen keamanan pangan, persyaratan sistem manajemen keamanan pangan yang relevan, standar yang relevan, mengases dan meninjau laporan audit atas ketepatan dan kelengkapannya, mengases dan meninjau efektivitas tindakan perbaikan, serta proses sertifikasi. B.2.3.4. Auditor Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan mikrobiologi umum dan kimia umum serta kursus dalam kategori industri rantai pangan jika mereka melaksanakan audit sistem manajemen keamanan pangan. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor telah lulus pelatihan prinsip HACCP, asesmen bahaya, analisis bahaya, prinsip manajemen keamanan pangan mencakup pre-requisite program, pelatihan teknik audit berdasarkan ISO 19011, ISO 22000. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor memiliki kualifikasi minimal lima tahun penuh pengalaman kerja dalam industri terkait rantai pangan termasuk minimal dua tahun bekerja dalam jaminan mutu atau fungsi keamanan pangan dalam produksi pangan atau manufaktur, retail, inspeksi atau yang setara. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa dalam tiga tahun terakhir auditor melakukan paling sedikit 12 hari audit sistem manajemen keamanan pangan di paling sedikit empat organisasi di bawah pimpinan auditor yang berkualifikasi. Untuk memelihara kualifikasi auditor, lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor telah memiliki minimal lima eksternal audit per tahun termasuk paling sedikit dua audit sistem manajemen keamanan pangan atau minimal empat audit lapangan sistem manajemen keamanan pangan atau sepuluh hari audit sistem manajemen keamanan pangan per tahun. Lembaga sertifikasi merekam kompetensi auditor untuk setiap kategori dan sektor serta menyediakan bukti keberhasilan evaluasi. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor menunjukkan kemampuan untuk mengaudit dalam hal: a. Prinsip, prosedur dan teknik audit untuk memungkinkan auditor mengaplikasikan hal tersebut yang sesuai pada audit yang berbeda dan untuk menjamin bahwa audit dilaksanakan dengan cara yang konsisten dan sistematik. Sehingga auditor harus mampu mengaplikasikan prinsip, prosedur, dan teknik audit, merencanakan dan mengelola pekerjaan secara efektif, melakukan audit pada jadwal waktu yang disepakati, memprioritaskan dan focus pada hal yang signifikan, mengumpulkan informasi melalui wawancara, mendengarkan, pengamatan dan pengkajian dokumen, memahami kesesuaian dan konsekwensi teknik pengambilan contoh pada audit, memverifikasi akurasi informasi yang dikumpulkan, mengkonfirmasi kecukupan dan kesesuaian bukti audit untuk mendukung temuan audit dan kesimpulan, mengases factor yang dapat mempengaruhi realibilitas temuan audit dan kesimpulan audit, menggunakan dokumen kerja untuk merekam kegiatan audit, mempersiapkan laporan audit, memelihara kerahasiaan dan keamanan informasi, dan mengkomunikasikan secara efektif baik melalui kemampuan bahasa personal atau melalui penterjemah. b. Sistem manajemen dan dokumen acuan : untuk memungkinkan auditor untukmemahami ruang lingkup audit dan criteria audit. Pengetahuan dan keterampilan pada area ini mencakup: aplikasi system manajemen pada organisasi yang berbeda, interaksi antara komponen system manajemen, standar sistem manajemen keamanan pangan, prosedur berlaku atau dokumen system manajemen lainnya yang digunakan sebagai kriteria audit, kemampuan untuk mengenali perbedaan antara dan prioritas dokumen acuan, kemampuan untuk mengaplikasikan dokumen acuan pada situasi audit yang berbeda, dan sistem dan teknologi informasi untuk otorisasi, keamanan, distribusi, dan pengendalian dokumen. c. Situasi organisasi : untuk memungkinkan auditor memahami konteks operasi organisasi. Pengetahuan dan keterampilan dalam area ini harus mencakup: ukuran, struktur, fungsi, dan hubungan organisasi, proses bisnis secara umum dan terminology terkait, dan kebiasaan sosial budaya auditi. d. Hukum, regulasi, dan persyaratan lain yang berlaku yang relevan dengan disiplin : untuk memungkinkan auditor untuk bekerja dengannya dan menyadari persyaratan yang digunakan organisasi diaudit. Pengetahuan dan keterampilan pada area ini harus mencakup: kode, hukum, dan regulasi lokal, regional, dan nasional, kontrak dan perjanjian, traktat dan konvensi internasional, dan persyaratan lain dimana organisasi terdaftar. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor menunjukkan kemampuan untuk mengaplikasikan terminologi, pengetahuan, dan keterampilan dalam area spesifik keamanan pangan berikut: Prinsip HACCP, pre-requisite program relevan untuk kategori yang dipertimbangkan, identifikasi bahaya keamanan pangan, metodologi yang digunakan untuk penentuan, penerapan, dan pengelolaan tindakan pengendalian dan kemampuan untuk mengases efektifitas dari tindakan pengendalian yang dipilih, koreksi dan tindakan koreksi yang akan digunakan berhubungan dengan hal keamanan pangan, asesmen bahaya keamanan pangan yang potensial terkait dengan rantai suplai pangan, evaluasi pre-requisite program relevan yang dapat digunakan termasuk penetapan dan pemilihan metode evaluasi yang sesuai atau panduan untuk pre-requisite program bagi kategori yang dipertimbangkan, hukum dan regulasi dan praktik sektor spesifik, produk, proses, dan praktik spesifik sektor, persyaratan sistem manajemen keamanan pangan relevan, standar keamanan pangan yang relevan. B.2.3.5. Tenaga ahli Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tenaga ahli memiliki pengetahuan berkorespondensi pendidikan post secondary dalam industri rantai pangan yang akan diaudit, dalam proses yang akan diaudit,dan dalam bahaya keamanan pangan berlaku bagi sektor. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tenaga ahli memiliki pengalaman kerja pada area teknis serta menunjukkan kemampuan untuk menyediakan keahlian pada area teknis mereka. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tim audit sistem manajemen keamanan pangan memiliki kompetensi dalam menerapkan pre-requisite program dan HACCP dalam sektor yang diaudit, dalam proses yang diaudit, dan dalam bahaya keamanan pangan yang berlaku bagi sektor. B.2.3.6. Penggunaan auditor dan tenaga ahli eksternal Penggunaan auditor eksternal dan tenaga ahli teknis eksternal secara individu Lembaga sertifikasi mensyaratkan auditor dan tenaga ahli teknis eksternal untuk membuat perjanjian tertulis yang mencakup aspek kerahasiaan, bebas dari kepentingan komersial dan tekanan lainnya. B.2.3.7. Rekaman personel Lembaga sertifikasi memelihara rekaman personel yang mutakhir mencakup kualifikasi, pelatihan, pengalaman, status profesional, dan kompetensi. B.2.3.8. Subkontrak Kegiatan mensubkontrakkan kepada organisasi lain untuk melakukan sebagian kegiatan sertifikasi atas nama lembaga sertifikasi, maka lembaga sertifikasi harus memiliki perjanjian yang berkekuatan hukum mencakup pengaturan, termasuk kerahasiaan dan konflik kepentingan dengan seluruh lembaga yang di subkontrakkan B.2.4. Klausul 8: Persyaratan informasi Lembaga sertifikasi memenuhi seluruh persyaratan dalam klausul 8 ISOIEC 17021:2006. B.2.5. Klausul 9: Persyaratan proses B.2.5.1. Persyaratan umum Lembaga sertifikasi menetapkan secara tepat ruang lingkup sertifikasi dalam hal tingkatan rantai pangan misalnya produksi primer, pengolahan pangan, produksi bahan kemasan, kategori, dan sektor serta tidak memperbolehkan pengecualian bagian dari proses, sektor, produk, atau jasa dari ruang lingkup sertifikasi ketika proses, sektor, produk atau jasa berpengaruh pada keamanan pangan produk akhir. Lembaga sertifikasi memiliki proses untuk memilih hari, waktu, dan musim audit sehingga tim audit memiliki kesempatan mengaudit organisasi yang beroperasi pada sejumlah lini produk, kategori, dan sektor yang dicakup oleh ruang lingkup. Lembaga sertifikasi memiliki prosedur terdokumentasi untuk menentukan waktu audit dan untuk setiap klien, lembaga sertifikasi harus menentukan waktu yang diperlukan untuk merencanakan dan menyelesaikan audit sistem manajemen keamanan pangan klien secara lengkap dan efektif serta waktu audit yang ditentukan oleh lembaga sertifikasi dan justifikasi untuk penentuannya direkam. Dalam menentukan waktu audit, lembaga sertifikasi mempertimbangkan aspek berikut: persyaratan standar sistem manajemen keamanan pangan yang relevan, ukuran dan kompleksitas organisasi, konteks teknologi dan regulatori, setiap subkontrak dari setiap kegiatan yang dicakup dalam ruang lingkup sistem manajemen keamanan pangan, hasil audit sebelumnya, pertimbangan jumlah lokasi dan multi lokasi. Lembaga sertifikasi mensertifikasi organisasi multilokasi di bawah 1 sertifikat, lembaga sertifikasi mengkonfirmasi kondisi berikut: seluruh lokasi memiliki aktifitas yang sama dan berlokasi dalam negara yang sama, seluruh lokasi beroperasi di bawah satu pusat sistem manajemen keamanan pangan yang terkendali dan teradministrasi seperti yang ditetapkan dalam klausul 4 ISO 22000:2005 atau sistem manajemen keamanan pangan lainnya yang ekivalen, audit internal telah dilaksanakan pada setiap lokasi dalam 3 tahun hingga sertifikasi, sertifikasi lanjutan, audit internal harus dilaksanakan pada setiap lokasi dalam periode sertifikasi, audit internal dari seluruh lokasi harus memenuhi ISO 22000 atau ekivalen, temuan audit pada suatu lokasi harus dipertimbangkan sebagai indikasi dari keseluruhan system dan koreksi harus diimplementasikan. Lembaga sertifikasi menawarkan sertifikasi multi lokasi, lembaga sertifikasi harus menggunakan program pengambilan contoh untuk menjamin audit sistem manajemen keamanan pangan yang efektif dimana: pengambilan contoh untuk lebih dari 20 lokasi harus berada pada rasio 1 lokasi per 5 lokasi dengan jumlah minimum 20 lokasi. Seluruh lokasi harus dipilih secara acak dan setelah audit, tidak ada lokasi contoh yang mungkin menjadi ketidaksesuaian misalnya tidak memenuhi ambang batas sertifikasi untuk ISO 22000 , evaluasi dari temuan audit dari lokasi contoh harus dianggap ekivalen dengan temuan audit internal dari lokasi organisasi yang sama, paling sedikit setiap tahunnya, audit pada pusat sistem manajemen keamanan pangan harus dilakukan, paling sedikit setiap tahunnya, audit survailen harus dilakukan pada lokasi contoh, dan temuan audit dari lokasi contoh harus dipertimbangkan sebagai indikasi keseluruhan sistem dan koreksi harus diimplementasikan. Lembaga sertifikasi menyediakan laporan tertulis dari setiap audit. Laporan harus berdasarkan panduan relevan yang disediakan dalam ISO 19011. Tim audit dapat mengidentifikasi peluang perbaikan tetapi tidak boleh memberikan solusi spesifik. Kepemilikan laporan audit harus dipelihara oleh lembaga sertifikasi. Laporan harus mencakup acuan terhadap pre-requisite program yang digunakan oleh organisasi, metodologi HACCP yang digunakan, komentar atas tim HACCP, dan isu lainnya terkait sistem manajemen keamanan pangan. B.2.5.2. Audit dan sertifikasi awal Lembaga sertifikasi harus mensyaratkan wakil yang berwenang dari organisasi pemohon untuk memberikan informasi yang diperlukan seperti ruang lingkup, fitur umum dari organisasi pemohon, informasi umum sesuai bidang sertifikasi yang dimohon, informasi mengenai seluruh proses yang disubkontrakkan, serta standar atau persyaratan lain keperluan sertifikasi organisasi pemohon. Adapun tahapan proses audit dan sertifikasi awal terdiri dari permohonan, kajian permohonan,audit sertifikasi awal,audit tahap satu, audit tahap dua, kesimpulan audit untuk sertifikasi awal, dan informasi untuk pemberian sertifikasi awal. Lembaga sertifikasi melakukan audit sertifikasi awal SMKP dalam 2 tahap : tahap 1 dan tahap 2. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa ketika organisasi telah mengimplementasikan kombinasi tindakan pengendalian yang dikembangkan secara eksternal, audit tahap 1 tinjauan dokumentasi yang dicakup dalam sistem manajemen keamanan pangan untuk menentukan apakah kombinasi tindakan pengendalian cocok bagi organisasi. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa dokumentasi telah dikembangkan dalam rangka memenuhi persyaratan ISO 22000 dan tetap mutakhir. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa sasaran dari audit tahap 1 adalah untuk menyediakan fokus bagi perencanaan audit tahap 2 dengan memperoleh pengertian sistem manajemen keamanan pangan dalam konteks identifikasi bahaya keamanan pangan organisasi, analisis, rencana HACCP, dan pre-requisite program, kebijakan dan sasaran dan secara khusus, pernyataan organisasi tentang kesiapan audit dengan meninjau organisasi telah mengidentifikasi pre-requisite program yang sesuai dengan bisnis misalnya persyaratan peraturan perundangan, sistem manajemen keamanan pangan mencakup proses dan metode yang cukup untuk identifikasi dan asesmen dari bahaya keamanan pangan organisasi dan berikut pemilihan dan kategorisasi dari tindakan pengendalian, legislasi keamanan pangan diterapkan untuk sektor yang relevan dari organisasi, sistem manajemen keamanan pangan didesain untuk mencapai kebijakan keamanan pangan organisasi, program implementasi sistem manajemen keamanan pangan menjustifikasi pelaksanaan audit atau tahap 2, validasi, verifikasi, dan program peningkatan memenuhi persyaratan standar sistem manajemen keamanan pangan, dokumen dan perencanaan sistem manajemen keamanan pangan tersedia untuk mengkomunikasikan secara internal dan dengan pemasok, pelanggan, dan pihak terkait yang relevan, dokumentasi tambahan yang perlu ditinjau dan atau pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk diperoleh lebih jauh. Lembaga sertifikasi menginformasikan kepada klien bahwa hasil dari audit tahap 1 dapat mengarahkan pada penundaan atau pengecualian audit tahap 2. Setiap bagian dari sistem manajemen keamanan pangan yang diaudit selama audit tahap 1 dan ditentukan diimplementasikan secara lengkap, efektif dan sesuai dengan persyaratan, mungkin tidak memerlukan untuk diaudit ulang selama audit tahap 2. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa bagian audit dari SMKP tetap sesuai dengan persyaratan sertifikasi. Pada kasus ini, laporan audit tahap 2 harus mencakup temuan ini dan harus secara jelas menyatakan kesesuaian telah ditetapkan selama audit tahap 1. Interval antara audit tahap 1 dan 2 diharapkan tidak lebih lama dari 6 bulan. Audit tahap 1 harus diulang apabila interval yang lebih lama dibutuhkan. B.2.5.3. Kegiatan survailen Lembaga sertifikasi harus mengembangkan survailennya sehingga keterwakilan area-area dan fungsi yang dicakup dalam lingkup sistem manajemen dipantau secara reguler dan memperhitungkan perubahan yang ada pada klien yang disertifikasi dan sistem manajemennya. Audit survailen adalah audit lapang tetapi bukan audit sistem secara menyeluruh dan harus direncanakan bersama dengan kegiatan survailen lainnya. B.2.5.4. Sertifikasi ulang Audit sertifikasi ulang harus direncanakan dan dilaksanakanuntuk mengevaluasi pemenuhan terhadap seluruh persyaratan standar sistem manajemen atau dokumen normatif lain secara berkelanjutan. Tujuan audit sertifikasi ulang adalah untuk mengkonfirmasi keberlanjutan kesesuaian dan efektivitas sistem manajemen secara keseluruhan serta relevansi dan kemampuan organisasi terhadap lingkup sertifikasi. B.2.5.5. Audit khusus Lembaga sertifikasi harus merespon permohonan untuk perluasan ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan, melakukan suatu kajian terhadap permohonan dan menentukan kegiatan audit yang penting untuk memutuskan apakah perluasan diberikan atau tidak. Hal ini dapat dilakukan bersamaan dengan audit survailen. B.2.5.6. Pembekuan, pencabutan, atau pengurangan ruang lingkup sertifikasi Lembaga sertifikasi harus memiliki kebijakan dan prosedur terdokumentasi untuk pembekuan, pencabutan, atau pengurangan ruang lingkup sertifikasi dan harus menspesifikasikan tindakan-tindakan penting yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi. B.2.5.7. Banding Lembaga sertifikasi harus memiliki proses terdokumentasi untuk menerima, mengevaluasi, dan membuat keputusan, terhadap banding, serta harus bertanggung jawab atas seluruh keputusan di semua tingkatan proses penanganan banding dan menjamin bahwa personel yang terlibat dalam proses penanganan banding berbeda dengan personel yang melaksanakan audit dan membuat keputusan sertifikasi. B.2.5.8. Keluhan Selama penerimaan keluhan, lembaga sertifikasi harus mengkonfirmasikan apakah keluhan tersebut terkait dengan kegiatan sertifikasi yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap keluhan tentang klien yang disertifikasi harus diteruskan oleh lembaga sertifikasi kepada klien yang disertifikasinya pada waktu yang tepat. B.2.5.9. Rekaman pemohon dan klien Lembaga sertifikasi harus memelihara rekaman audit dan kegiatan sertifikasi lainnya untuk seluruh klien termasuk seluruh organisasi yang mengajukan permohonan dan seluruh organisasi yang diaudit, disertifikasi atau yang sertifikasinya dibekukan atau dicabut. B.2.6. Klausul 10: Persyaratan sistem manajemen untuk lembaga sertifikasi B.2.6.1. Persyaratan sistem manajemen berdasar ISO 9001 Lembaga sertifikasi harus menetapkan dan memelihara sistem manajemen, sesuai persyaratan ISO 9001. Untuk penerapan persyaratan ISO 9001, lingkup sistem manajemen harus mencakup desain dan pengembangan persyaratan untuk jasa sertifikasinya. Lembaga sertifikasi harus memasukkan sebagai input tinjauan manajemen informasi yang relevan tentang banding dan keluhan dari pengguna kegiatan sertifikasi. B.2.6.2. Kaji ulang manajemen Manajemen puncak lembaga sertifikasi harus menetapkan prosedur untuk kaji ulang sistem manajemennya pada interval waktu yang terencana untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya. B.2.6.3. Audit internal Lembaga sertifikasi harus menetapkan prosedur audit internal untuk memverifikasi bahwa lambaga sertifikasi memenuhi dan sistem manajemen diterapkan dan dipelihara secara efektif. Program audit harus direncanakan, dengan mempertimbangkan pentingnya proses dan area yang akan diaudit dan juga hasil audit sebelumnya.

C. STANDAR NASIONAL PRASYARAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN

C.1. Pedoman BSN 1003-1999: Kriteria Auditor Klausul-klausul yang ada pada Pedoman BSN 1003-1999 merupakan persyaratan tambahan mengenai kriteria auditor yang harus diimplementasikan oleh lembaga sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan yang ingin memperoleh akreditasi Komite Akreditasi Nasional, berikut ini adalah klausul-klausul Pedoman BSN 1003-1999 berikut dengan penjelasan singkatnya. C.1.1. Ruang lingkup Pedoman ini memuat kriteria dan persyaratan auditor kepala, auditor dan calon auditor sertifikasi sistem HACCP berdasar sistem standardisasi nasional serta memberikan dasar penyusunan prosedur registrasi auditor sertifikasi sistem HACCP. C.1.2. Definisi C.1.2.1. Auditor sertifikasi sistem HACCP adalah seseorang yang telah memiliki kualifikasi untuk melaksanakan asesmen dan audit HACCP. Auditor sertifikasi sistem HACCP terdiri atas calan auditor, auditor, dan auditor kepala. C.1.2.2. Audit kecukupan adalah pemeriksaan atau penilaian yang rinci atas suatu rencana HACCP dengan maksud untuk memastikan bahwa semua unsur-unsur sistem HACCP yang terdapat dalam SNI 01 4852 1998 dan Pedoamn BSN 1004:2002 telah dimuat atau ditunjukkan dengancukup dalan rencana HACCP. C.1.2.3. Asesmen adalah penilaian lapangan pada badan usaha untuk membuktikan apakah rencana HACCP yang ada secara teknis maupunilmiah adalah benar sesuai dengan kondisi di badan usaha yang bersangkutan. C.1.2.4. Kriteria yang harus dipenuhi untuk kualifikasi dan penjenjangan dari calon auditor, auditor, dan auditor kepala, harus memenuhi persyaratan yang tercakup pada standar ini.

D. STANDAR PRASYARAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM HACCP

D.1. PEDOMAN BSN 1001-1999 , Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis HACCP D.1.2. Ruang Lingkup Pedoman ini memuat prasyarat umum yang harus dipenuhi oleh Lembaga Sertifikasi yang melakukan sertifikasi sistem HACCP agar diakui kewenangannya dan kemampuannya pada tingkat nasional dan internasional dalam melaksanakan sertifikasi sistem HACCP. D.1.3. Definisi D.1.3.1 Dalam Pedoman BSN 1001:1999 dijelaskan definisi dari beberapa kosa kata yang berhubungan dengan asesmen, seperti Badan usaha, Lembaga Sertifikasi, Sistem Mutu, Kompeten, Auditor HACCP, Sertifikasi Sistem HACCP dan Verifikasi. D.1.4. Ketentuan Umum Lembaga Sertifikasi harus mampu melayani semua badan usaha yang memerlukan sertifikat Sistem HACCP. Pelayanan sertifikasi tidak boleh dipengaruhi oleh faktor finansial atau faktor lain yang dapat menurunkan kepercayaan terhadap sertifikat yang dikeluarkan. Lembaga Sertifikasi dalam memberikan pelayanan tidak boleh melakukan diskriminasi.