sistem HACCP yang terdapat dalam SNI 01 4852 1998 dan Pedoamn BSN 1004:2002 telah dimuat atau ditunjukkan dengancukup dalan rencana HACCP.
C.1.2.3. Asesmen adalah penilaian lapangan pada badan usaha untuk membuktikan apakah rencana HACCP yang ada secara teknis maupunilmiah
adalah benar sesuai dengan kondisi di badan usaha yang bersangkutan. C.1.2.4. Kriteria yang harus dipenuhi untuk kualifikasi dan penjenjangan dari
calon auditor, auditor, dan auditor kepala, harus memenuhi persyaratan yang tercakup pada standar ini.
D. STANDAR PRASYARAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM HACCP
D.1. PEDOMAN BSN 1001-1999 , Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi
Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis HACCP
D.1.2. Ruang Lingkup
Pedoman ini memuat prasyarat umum yang harus dipenuhi oleh Lembaga Sertifikasi yang melakukan sertifikasi sistem HACCP agar diakui kewenangannya
dan kemampuannya pada tingkat nasional dan internasional dalam melaksanakan sertifikasi sistem HACCP.
D.1.3. Definisi
D.1.3.1 Dalam Pedoman BSN 1001:1999 dijelaskan definisi dari beberapa kosa kata yang berhubungan dengan asesmen, seperti Badan usaha, Lembaga
Sertifikasi, Sistem Mutu, Kompeten, Auditor HACCP, Sertifikasi Sistem HACCP dan Verifikasi.
D.1.4. Ketentuan Umum
Lembaga Sertifikasi harus mampu melayani semua badan usaha yang memerlukan sertifikat Sistem HACCP. Pelayanan sertifikasi tidak boleh
dipengaruhi oleh faktor finansial atau faktor lain yang dapat menurunkan kepercayaan terhadap sertifikat yang dikeluarkan. Lembaga Sertifikasi dalam
memberikan pelayanan tidak boleh melakukan diskriminasi.
D.1.5. Organisasi
Dalam Pedoman BSN 1001:1999 ditetapkan bahwa suatu organisasi harus bisa bertindak untuk: 1 tidak memihak; 2 bertanggung jawab atas
keputusannya yang berkaitan dengan pemberian, pemeliharaan, perluasan, pengurangan, penundaan,dan pencabutan sertifikasi; 3 menunjuk dan
menetapkan manajemen yang akan mempunyai wewenang dan tanggung jawab menyeluruh atas semua hal seperti: pelaksanaan sertifikasi, perumusan masalah
kebijakan, keputusan sertifikasi, verifikasi penerapan kebijakan, verifikasi keuangan, dan pendelegasian kewenangan kepada personel; 4 mempunyai
dokumen legalitas hukum; 5 mempunyai struktur terdokumentasi untuk menjaga kenetralan; 6 memastikan bahwa setiap keputusan sertifikasi diambil oleh
seseorang atau beberapa orang yang tidak melaksanakan asesmen; 7 mempunyai hak dan tanggung jawab yang relevan terhadap kegiatan sertifikasi; 8
mempunyai aturan dan kemampuan yang memadai untuk menyelesaikan pertanggungjawaban terhadap tuntutan yang timbul akibat operasinya dan atau
kegiatannya; 9 mempunyai keuangan yang stabil dan sumber daya yang disyaratkan untuk mengoperasikan sistem sertifikasi; 10 memperkerjakan
sejumlah personel dengan kualifikasi pendidikan, pelatihan, pengetahuan teknik, dan pengalaman yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi sertifikasi; 11
mempunyai sistem mutu yang memberikan kepercayaan keberadaannya dalam mengoperasikan sistem sertifikasi untuk badan usaha; 12 mempunyai
manajemen, kebijakan dan prosedur sertifikasi yang berbeda dengan kegiatan lainnya; 13 bebas dari tekanan komersial, keuangan, dan tekanan lainnya yang
dapat mempengaruhi hasil proses sertifikasi; 14 menjamin bahwa kegiatan lembaga lainnya yang terkait, tidak mempengaruhi kerahasiaan, objektifitas atau
kenetralan sertifikasinya; 15 mempunyai kebijakan dan prosedur untuk menyelesaikan keluhan, naik banding, dan perselisihan.
D.1.6. Personel Lembaga Sertifikasi
Personel Lembaga Sertifikasi harus kompeten dalam melaksanakan fungsinya. Informasi mengenai kualifikasi pelatihan dan pengalaman setiap
personel harus dipelihara oleh lembaga sertifikasi. Bila pekerjaan audit di sub- kontrakkan kepada lembaga lain, maka lembaga sertifikasi harus menjamin bahwa