DIPLOMASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MEMPEROLEH PENGAKUAN BATIK DARI UNESCO

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam budaya (multikutur). Selain itu, Indonesia juga memiliki suku yang beragam (multietnik). Hal itu dapat kita telusuri di berbagai daerah, dari Sabang sampai Merauke. Berdasarkan keanekaragaman tersebut, dalam pergaulan Internasional Indonesia dikenal sebagai negara yang multikultur dan multietnik.

Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh negara ini tentunya mempunyai banyak sisi positif. Salah satunya adalah Indonesia bisa dikenal di dunia internasional melalui budayanya yang sangat kaya dan beragam, disamping itu pula budaya ini bisa digunakan sebagai daya tarik atau pemikat untuk mendatangkan wisatawan asing. Namun kurangnya perhatian terhadap pelestarian budaya daerah, baik dari pemerintah maupun masyarakat mengakibatkan budaya-budaya tersebut terancam hilang dari kedaulatan Indonesia ditengah arus globalisasi.

Globalisasi dan westernisasi yang melanda kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, menjadikan masyarakatnya tidak peduli dan kurang melestarikan budayanya sehingga budaya tersebut menjadi terabaikan. Inilah yang menjadikan peluang bagi negara tetangga dalam hal ini Malaysia untuk merebutnya karena saat ini bukan hanya wilayah fisik yang mengandung nilai komersil tinggi tapi juga kekayaan budaya. Contohnya dalam hal ini batik (Jawa), pentas galigo (Bugis), angklung bambu (Jawa Barat), kolintang (Minahasa), Kesenian Dayak dan masih banyak lagi warisan budaya yang terganggu kepemilikannya.1

1

http://redu4nebarkaoi.com/author/redu4nebarkaoi/Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional diambil tangggal 14 juni 2010


(2)

Dengan adanya pengklaiman atas nama beberapa budaya Indonesia oleh Malaysia membuat hubungan kedua negara ini renggang. Tidak adanya komunikasi politik secara langsung dari kedua belah pihak pun mengakibatkan kondisi semakin memanas. Apapun itu, harusnya kasus semacam ini bisa menjadi peringatan baik bagi pemerintah maupun seluruh masyarakat Indonesia. Indonesia mempunyai begitu banyak kesenian dan tarian yang mempesona namun tak banyak dari masyarakatnya yang mau mempelajari dan melestarikan. Oleh karena itu pemerintah Indonesia harus bertindak cepat, tegas, dan juga pintar yaitu mendata dan mendaftarkan hak atas kepemilikan budaya agar tidak hilang di masa depan dan bisa menjadi identitas nasional di kancah internasional.

Disinilah letak pentingnya kekuatan diplomasi negara Indonesia untuk memperjuangkan budayanya dalam hal ini batik melalui UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organitations). Badan yang mengatur tentang daftar Representatif Budaya Warisan Manusia ini akhirnya mengadakan sebuah komite di Abu Dhabi untuk membahas masalah persengketaan hak atas kepemilikan batik antara Indonesia dan Malaysia. Setelah melalui proses panjang akhirnya pada tanggal 2 Oktober 2009, batik secara resmi dimasukkan dalam 76 warisan budaya tak benda milik Indonesia oleh UNESCO. Batik Indonesia dinilai sarat dengan teknik, simbol, dan budaya yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat sejak zaman dahulu.2

Adapun keberhasilan perjuangan diplomasi dalam mempertahankan batik sebagai budaya asli Indonesia ini tidak lepas dari peran pemerintah yang diwakili oleh Departemen Luar Negeri dan Departemen Budaya dan Pariwisata sebagai ujung tombak diplomasi Indonesia. Di sisi lain, yang terpenting adalah motif dan tujuan dipertahankannya batik sebagai budaya nasional.

Sebagai warisan budaya yang unik dan memiliki nilai filosofis tinggi, maka batik dapat menjadi identitas nasional yang patut dibanggakan baik di kalangan nasional maupun

2


(3)

internasional. Selain itu batik juga dinilai mempunyai nilai dan potensi ekspor yang tinggi di pasar global. Oleh karenanya, meski bersifat low politics, dari hal di atas pemerintah Indonesia menyadari begitu krusialnya batik untuk dipertahankan. Maka dengan adanya pengesahan secara resmi dari PBB melalui UNESCO, baik saat ini dan masa mendatang, Malaysia tidak berhak lagi mengklaim batik sebagai budaya asli mereka melainkan batik adalah budaya asli Indonesia.

Melihat permasalahan tersebut, maka penulis berkeinginan untuk memaparkan serta menjelaskan bagaimana salah satu dari kasus unik perjalanan diplomasi Indonesia ini sebenarnya sehingga batik tetap dapat dipertahankan sebagai warisan budaya asli Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan menjadi fokus permasalahan dalam tulisan ini adalah :

1.1 Bagaimana upaya Pemerintah Indonesia dalam memperjuangkan batik sebagai budaya asli Indonesia melalui Unesco?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Bagi keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan agar menghasilkan sebuah wacana baru yang mampu mendukung perkembangan ilmu Hubungan Internasional.

1.3.2 Bagi praktek

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pemerintah Indonesia dalam menganalisa fenomena internasional, sehingga


(4)

diharapkan mampu untuk memberikan sumbangan terhadap arah dan pengambilan kebijakan selanjutnya..

1.4 Kerangka pemikiran 1.4.1 Studi Terdahulu

Sebelum penulis menentukan batasan masalah yang akan dibahas, penulis terlebih dahulu mempelajari hasil tulisan dari studi terdahulu mengenai prespektif Diplomasi Kebudayaan Batik Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar menghindari kesamaan dalam penulisan dan cara mengamati fenomena internasional. Sehingga pada bagian ini penulis mempelajari hasil analisa dari penelitian sebelumnya tentang Diplomasi Kebudayaan Batik Indonesia. Dalam hal ini penulis menggunakan tulisan dari Anna Yulia Hartati SIP MA, dosen FISIP/Ilmu Hubungan Internasional Universitas Wahid Hasyim Semarang melalui tulisannya yang berjudul Diplomasi Kebudayaan Indonesia dan tulisan dari Mahendra P. Utama dari Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro yang berjudul Globalisasi, Diplomasi Kebudayaan, dan Komodifikasi budaya.

Melalui tulisannya Anna Yulia Hartati menjelaskan batik sebagai diplomasi mewakili tekanan politik, ekonomi dan militer kepada negara-negara yang terlibat dalam aktivitas diplomasi. Diplomasi kebudayaan merupakan usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro, seperti olahraga, dan kesenian atau secara secara makro sesuai dengan ciri-ciri khas yang utama, misalnya : propaganda dan lain-lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, ataupun militer.

Diplomasi kebudayaan melalui bidang budaya ini, dipandang lebih efektif dalam diplomasi karena bagaimanapun kebudayaan sendiri mempunyai unsur-unsur universal yang


(5)

berarti bahwa unsur-unsurnya terdapat pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Karena pada dasarnya kebudayaan bersifat komunikatif, yang dapat dipahami, bahkan juga oleh masyarakat yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda. Kebudayaan juga bersifat manusiawi: yaitu dapat lebih mendekatkan bangsa yang satu dengan lainnya. Sifat-sifat positif dari kebudayaan inilah yang bisa membuka jalan bagi tercapainya tujuan diplomasi kebudayaan melalui batik ini. Peran media juga sangat efektif dalam memberikan informasi tentang pengakuan batik Indonesia ini baik untuk nasional maupun internasional.

Menjalankan diplomasi kebudayaan berarti berusaha untuk menanamkan, mengembangkan dan memelihara citra Indonesia di luar negeri sebagai bangsa yang memiliki kebudayaan yang tinggi. Satu langkah maju sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, dengan memperjuangkan batik agar diakui masyarakat internasional melalui UNESCO. Langkah bagus ini diharapkan tidak berhenti sampai pada batik, tetapi masih banyak kebudayaan asli Indonesia lainnya yang harus terus diperjuangkan untuk memperoleh pengakuan dari negara lain.3

Sedangkan dari tulisan Mahendra P. Utama lebih mengkaji tulisan tentang diplomasi kebudayaan dalam rangka mencapai kepentingan nasional suatu bangsa. Yang pada intinya berisikan tentang Diplomasi kebudayaan yang dipraktikkan oleh Indonesia sebagai strategi untuk mencapai sebuah kepentingan nasional di tengah masyarakat internasional. Dalam tulisan ini disebutkan diplomasi kebudayaan sebagai pemanfaatan kebudayaan baik dalam rangka praktik politik luar negeri maupun untuk kepentingan pariwisata atau dengan cara lain dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan bagian dari diplomasi kebudayaan. Dengan pemahaman itu pula penulis tersebut menunjukkan bahwa diplomasi kebudayaan ternyata dapat diterapkan secara

3

Anna Yulia Hartati, 2009, Diplomasi Kebudayaan Batik Indonesia, di

http://www.scribd.com/doc/32637718/Diplomasi-Kebudayaan-Batik-Indonesia-Anna-Yulia-Hartati diakses tgl 6 mei 2010


(6)

baik dan berhasil oleh Indonesia sebagai negara berkembang dalam menjalin kerja sama dengan negara-negara maju, terutama Amerika Serikat (AS).4

Simpulan yang bisa kita ambil dari banyak kasus klaim kebudayaan Indonesia dan penghargaan dari UNESCO adalah bahwa bangsa yang dihargai adalah bangsa yang memelihara budayanya, bukan sebagai yang menciptakan kali pertama.

Bagaimanapun Indonesia harus melihat kasus-kasus klaim sepihak oleh negara lain sebagai pembelajaran bahwa kebudayaan harus terus dipelihara dan ditanamkan dalam diri manusia Indonesia, agar tidak kecolongan lagi. Walaupun negara atau bangsa lain di dunia ini terus mengklaim beberapa kebudayaan Indonesia, bangsa Indonesia harus tetap menjaga sense of belonging sehingga kita tidak begitu saja dilecehkan dan direndahkan oleh bangsa lain.

1.4.2 Konsep

Pada penelitian ini konsep yang dipakai adalah konsep Cultural Diplomacy dan kepentingan nasional (National Interest).

1.4.2.1 Konsep Cultural Diplomacy:

Dalam konsep ini dijelaskan bahwa konsep Cultural diplomasi telah lama ada dan digunakan. Diplomasi Budaya telah ada sebagai praktik selama berabad-abad. Penjelajah, pelancong, guru dan seniman dapat dianggap contoh semua duta besar informal atau diplomat budaya awal. Pembentukan rute perdagangan reguler sering memungkinkan pertukaran informasi dan hadiah budaya antara pedagang dan wakil pemerintah. Upaya yang disengaja seperti pertukaran budaya dapat diidentifikasi sebagai contoh awal dari diplomasi budaya. Memang,

4

Mahendra P.Utama, 2007, Globalisasi, Diplomasi Budaya, dan Komodifikasi, di

http://staff.undip.ac.id/sastra/mahendra/2009/07/23/16/


(7)

setiap orang yang berinteraksi dengan budaya yang berbeda, di masa lalu sebagai hari ini, memfasilitasi bentuk penting dari pertukaran budaya.

Definisi awal dari budaya yang ditawarkan oleh ilmuwan politik Amerika dan penulis, Milton C. Cummings, dalam gambarannya tentang diplomasi kebudayaan sebagai: "Pertukaran ide, informasi, nilai-nilai, sistem, tradisi, keyakinan, dan aspek lain dari budaya, dengan tujuan mendorong saling pengertian". Pertukaran budaya ini dapat terjadi dalam bidang termasuk seni, olahraga, sastra, musik, ilmu pengetahuan dan ekonomi. Seperti menyiratkan pertukaran komunikasi dan menghormati antara budaya yang terlibat, berdasarkan pemahaman nilai-nilai masing-masing lebih sehat dan kerentanan dikurangi menjadi stereotip. Potensi seperti meningkatkan pengetahuan adalah agar interaksi ditingkatkan dan kerjasama.5

Diplomasi Budaya adalah fasilitasi pertukaran dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang, yang nantinya berujung kepada kepentingan nasional, membangun hubungan atau meningkatkan pemahaman sosial-budaya. Inilah peran unik dari Diplomasi Budaya dalam Hubungan Internasional.

Atas dasar ini, diplomasi kebudayaan, sebagai inisiasi ini pertukaran budaya, bukan hanya untuk diplomasi politik, tetapi lebih berfungsi sebagai aspek intrinsik itu. Oleh karena itu diplomasi budaya dapat dilihat sebagai dasar penting dari semua kegiatan politik.

Penggunaan Diplomasi Budaya:6

Diplomasi budaya dapat digunakan dalam banyak cara dan untuk berbagai tujuan: 1. Sektor Publik:

Oleh Pemerintah atau organisasi lainnya bermotif politik untuk promosi kepentingan nasional atau regional; menyediakan informasi mengenai negara atau daerah asal,

5

Culturaldiplomacy definition diakses di www.culturaldiplomacy.org/index.php?en_culturaldiplomacy tanggal 21 november 2010

6 ibid


(8)

khususnya masyarakat dan budaya, organisasi memiliki tujuan yang jelas untuk mempromosikan nilai-nilai asli dan budaya.

2. Masyarakat Sipil:

Oleh organisasi non-pemerintah dan individu, didorong oleh kesempatan untuk mengembangkan dan mendorong platform untuk pertukaran budaya bersama. Kegiatan mereka dapat mengambil bentuk kerjasama melalui berbagi informasi berharga dan jaringan profesional, misalnya dalam konteks pertukaran akademik, forum internasional dan pariwisata.

3. Sektor Swasta:

Oleh perusahaan swasta yang tertarik dalam pengembangan komunikasi antar budaya. Bisnis global tidak hanya merupakan saluran penting ini melalui pertukaran budaya yang berlangsung, tetapi juga semakin tertarik dalam komunikasi antar budaya dan pembelajaran lintas-budaya sebagai sarana untuk meningkatkan efektivitas dan praktek mereka sendiri.

Contoh Diplomasi Budaya :

Diplomasi budaya dapat digunakan dalam beberapa bentuk, dan dengan berbagai niat yang berbeda, untuk membantu meningkatkan dialog antar budaya. Sedangkan dalam diplomasi budaya masa lalu yang disponsori negara telah dikaitkan dengan tujuan untuk menerapkan salah satu cara hidup ke yang lain, dalam beberapa kali fokus telah bergeser secara dramatis. Dalam konteks diplomasi kebudayaan yang disponsori negara, fokus umum telah pindah dari praktek agresif dan memaksakan untuk korban transparan dan mementingkan diri sendiri budaya. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam apa yang disebut "Ping-Pong Diplomasi” pertukaran pemain ping-pong antara AS dan Cina selama tahun 1970-an. Meskipun mungkin ada keuntungan ekonomi


(9)

dan politik bagi AS, tetapi inisiatif dilakukan secara transparan dan menguntungkan kedua Negara.7

Namun demikian, dalam contoh yang disponsori negara program diplomasi kebudayaan ada niat yang relatif jelas. Setiap bangsa tertarik dalam menyampaikan informasi tentang nilai-nilai dan cara hidup, dengan tujuan untuk mendorong simpati atau penerimaan tersebut. Hasilnya adalah peningkatan ekonomi atau hubungan politik dengan negara lain. Sehingga budaya nasional digunakan untuk tujuan utama mempromosikan bahwa bangsa berdiri di atas panggung internasional.

Praktek independen atau semi-lembaga independen diplomasi budaya, seperti British Council dan Goethe Institut, menawarkan contoh-contoh utama dari pendekatan informatif dan pertukaran modern, berbasis pada strategi diplomasi kebudayaan nasional. Jenis pertukaran ini pada skala jauh lebih besar daripada program pertukaran individu, dan memfasilitasi mobilitas individu dari kedua sektor budaya dan akademis. Contohnya lainnya adalah Erasmus / Socrates program atau program pertukaran-pertukaran lainnya.

Inisiatif dari organisasi independen seperti yang ditunjukkan oleh program-program pertukaran ini menunjukkan potensi diplomasi budaya untuk melampaui batas-batas negara dan memungkinkan pertukaran lintas-budaya yang saling menguntungkan. Untuk individu, seniman, akademisi ataupun profesional yang terlibat dalam pertukaran budaya ini mereka memiliki motivasi dan kesempatan untuk menunjukkan pekerjaan mereka dan kemampuan mereka. Motivasinya adalah murni pribadi, tanpa harus ada tujuan politik atau ekonomi.

Perusahaan melalui bidang ini terus berkembang dan secara tidak langsung memiliki tanggung jawab sosial kepada negara. Dan juga mereka banyak memliki inisiatif yang membantu dalam memperkuat dialog, pemahaman dan kepercayaan antara bangsa dan budaya. Memang,

7 ibid


(10)

perusahaan menjadi penting karena sebagai saluran pertukaran budaya. Pada kesempatan itu setiap individu dikirim ke luar negeri untuk bekerja di sebuah kantor asing, mereka memiliki potensi untuk bertindak sebagai seorang diplomat budaya tidak resmi, dan dalam konteks

konferensi internasional bahkan dapat diterima sebagai “resmi” perwakilan negara asal mereka,

terutama berkenaan dengan budaya perusahaan dan standar praktek kerja yayasan sektor swasta beroperasi di banyak negara yang semakin meningkat dan wilayah di seluruh dunia.8 Dalam banyak kasus mereka didanai dan dimiliki oleh perusahaan sektor swasta, tapi tidaknya secara resmi, bekerja secara independen untuk keperluan non-komersial. Dengan mendukung proyek-proyek dan kegiatan di komunitas lokal di kedua konteks domestik dan internasional, mereka menawarkan cara lain kontak antara budaya yang berbeda, dan oleh karena itu pertukaran adalah agen penting dari diplomasi budaya.

Diplomasi budaya dapat digunakan oleh kelompok-kelompok yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Seperti yang ditunjukkan di atas ini, pemerintah menggunakannya sebagai tujuan politik yang berbeda, sedangkan oleh institusi-institusi digunakan untuk tujuan mengembangkan basis pengetahuan yang lebih besar melalui pertukaran akademis, atau oleh organisasi independen untuk kepentingan tunggal, menunjukkan pekerjaan mereka dan ide-ide kepada khalayak baru.

Selain itu, dalam suatu lingkungan internasional yang kian mengglobal, perusahaan dan yayasan menjadi semakin penting sebagai forum dialog dan kerja sama internasional. Meskipun dengan metode yang beragam dan dengan motivasi yang berbeda, semua ini adalah contoh dari diplomasi budaya seperti yang didefinisikan oleh MC Cummings.

Budaya diplomasi telah bertindak sebagai kekuatan untuk menjaga perdamaian di sejumlah situasi sepanjang sejarah. Dengan tingkat perkembangan yang semakin meningkat dan

8 ibid


(11)

platform yang tepat untuk mempromosikannya, potensi masa depan bagi diplomasi kebudayaan untuk meningkatkan saling pengertian di semua tingkatan sangat signifikan.9

1.4.2.2 Konsep Kepentingan Nasional:

Dalam konsep ini dijelasakan bahwa untuk kelangsungan hidup suatu negara maka negara harus memenuhi kebutuhan negaranya dengan kata lain yaitu mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan tercapainya kepentingan nasional maka negara akan bejalan dengan stabil, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, maupun pertahanan keamanan dengan kata lain jika kepentingan nasional terpenuhi maka negara akan tetap survive. Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor paling menentukan yang memadu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri.

Kepentingan nasional merupakan konsep yang sangat umum, tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan sangat vital bagi negara. Unsur tersebut menyangkut kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan bangsa dan negara, kemerdekaan, keamanan militer dan kesejahteraan ekonomi. Oleh karena itu tidak ada kepentingan secara tunggal mendominasi fungsi pembuatan keputusan pemerintah, maka konsep ini lebih menjadi akurat jika dianggap sebagai kepentingan nasional.

Manakala sebuah negara mendasarkan politik luar negeri sepenuhnya pada kepentingan nasional secara kukuh dengan sedikit atau tidak menghiraukan prinsip-prinsip moral universal, maka negara tersebut dapat dikatakan sebagai negara yang menjalankan kebijakan realistik, berlawanan dengan kebijakan idealis yang memperlihatkan prinsip moral internasional.10

Untuk menunjukkan fenomena Hubungan Internasional yang sedang diangkat oleh penulis maka disini penulis menggunakan konsep kepentingan nasional yang dikembangkan oleh

9 ibid 10


(12)

Hans J. Morgenthau. Menurutnya, bersama-sama dengan konsep power, kepentingan nasional (national interest) merupakan pilar utama bagi teorinya tentang politik luar negeri dan politik internasional yang realis. Pemikiran Morgenthau ini didasarkan pada premis bahwa strategi diplomasi harus didasarkan pada kepentingan nasional, bukan pada alasan-alasan moral, legal dan ideologi yang dianggapnya utopis dan bahkan berbahaya.

Arti minimum yang inheren di dalam konsep kepentingan nasional adalah kelangsungan hidup (survival). Dalam pandangan Morgenthau, kemampuan minimum negara-bangsa adalah melindungi identitas fisik, politik dan kulturalnya dari gangguan negara-bangsa lain. Diterjemahkan dalam pengertian yang lebih spesifik, negara-bangsa harus bisa mempertahankan integritas teritorialnya (yaitu identitas fisiknya), mempertahankan rezim ekonomi-politiknya, serta memelihara norma-norma etnis, religius, linguistik dan sejarahnya (yaitu identitas kulturalnya). Menurut Morgenthau dari tujuan-tujuan umum ini para pemimpin suatu negara bisa menurunkan kebijaksanaan-kebijaksanaan spesifik terhadap negara lain, baik yang bersifat kerjasama maupun konflik.11

1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Tipe Penelitian

Pada hakekatnya sebuah penelitian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencari

jawaban terhadap pertanyaan yang ingin diketahui penulis. Penelitian dengan judul “Diplomasi

Pemerintah Indonesia dalam memperoleh pengakuan Batik dari UNESCO” ini akan menggunakan tipe penelitian deskriptif yang berusaha untuk memberikan gambaran atau mendeskripsikan keadaan objek serta permasalahan yang ada. Oleh karenanya metode deskriptif

11


(13)

di sini diharapkan dapat mencaai tujuan utama penelitian, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.12

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode pengumpulan data yang bersifat studi pustaka untuk lebih mengakuratkan penelitian dari sisi keilmuan. Metode ini dilaksanakan dengan cara mencari data-data yang berkaitan dengan topik permasalahan yang diangkat melalui penelitian terhadap buku, tulisan, artikel, yang mana lokasi penelitian selain perpustakaan pusat UMM, perpustakan pusat kota Malang, laboratorium Hubungan Internassional, media cetak dan elektronik juga akan dijadikan sebagai sumber data guna melengkapi kebutuhan bahan tulisan ini. Di samping itu peneliti melakukan wawancara secara langsung di kantor Kementrian Luar Negri di Jakarta.

1.5.3 Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.13 Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui lintas disiplin ilmu dari beberapa buku dan sumber lainnya baik cetak maupun elektronik dan bersifat kualitatif.

Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, selanjutnya dilaksanakan pengolahan data dan analisa data yang menyangkut kegiatan reduksi, penyajian data dan menarik kesimpulan. Langkah melakukan reduksi data meliputi kegiatan memilih data yang relevan dengan tujuan dan

12

http://www.penalaranunm.org/.../penelitian/163-penelitian-deskriptif.html dikutip tanggal 20 april 2010 13


(14)

tema penelitian, menyederhanakan data dengan tanpa mengurangi maknanya atau bahkan membuang data yang sekiranya memang tidak dibutuhkan. Data terpilih kemudian akan dipahami dan kemudian dijelaskan melalui pemahaman intelektual yang logis.

1.5.4 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu jauh dari tujuan penulisan yang ingin dicapai, maka penulis memberikan ruang lingkup penelitian.Dalam hal ini penulis mengambil ruang lingkup pada tahun 2007-2010. Karena batik disahkan oleh UNESCO pada tahun 2009 dan lingkupan referensi terdapat pada sekitaran tahun tersebut.

1.6 Struktur Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan dan keguanaan penelitian 1.3.1 bagi keilmuan 1.3.2 bagi praktek 1.4 Kerangka pemikiran


(15)

1.4.2 konsep 1.5 Metodologi penelitian

1.5.1 Tipe penelitian

1.5.2 Teknik pengumpulan data 1.5.3 Teknik analisa data 1.5.4 Ruang lingkup penelitian 1.6 Struktur penulisan

BAB II PERKEMBANGAN BATIK 2.1 Sejarah batik

2.2 batik sebagai salah satu alat untuk menguatkan identitas nasional 2.3 Konflik klaim budaya Indonesia – Malaysia

BAB III UPAYA INDONESIA DALAM MEMPEROLEH PENGAKUAN BATIK DARI UNESCO

3.1TENTANG UNESCO

3.2 KRITERIA PEMILIHAN PENETAPAN SITUS WARISAN DUNIA OLEH UNESCO

3.3 DIPLOMASI BATIK

3.3.1 Pemerintah Indonesia Mengajukan proposal kepada Unesco Pada tanggal 4 september 2008.

3.3.2 Ditetapkannya Peraturan presiden yang menguatkan sebagai penguat hukum.


(16)

3.3.3 Berbagai macam Promosi-promosi dan Pameran.

3.3.4 Mendirikan dan meresmikan Museum, Komunitas-Komunitas dan Foundation yang mendukung pelestarian Batik Diantaranya.

3.4 PENGAKUAN UNESCO

BAB IV PENUTUP

4.1 Implikasi dan dampak pengakuan batik Dari UNESCO sebagai Budaya asli bangsa Indonesia.

4.2 Kesimpulan.


(17)

S K R I P S I

DIPLOMASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM

MEMPEROLEH PENGAKUAN BATIK DARI UNESCO

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

PUTRA RISKI ADI (06260109)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(18)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Putra Riski Adi NIM : 06260109

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Diplomasi Pemerintah Indonesia dalam Memperoleh Pengakuan Batik dari UNESCO

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari Selasa 26 April 2011 Tempat : Lab. Hubungan Internasional

Mengesahkan, Dekan FISIP-UMM

Dr.Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

1. Vitory Pradhitama S.Sos, M.Si Penguji 1 ( ) 2. M. Qobidl ‘Ainul Arif, S.IP, M.A Penguji 2 ( ) 3. Tonny Dian Effendi S.Sos, M.Si Penguji 3 ( ) 4. Amaria Qori’ula S.IP Penguji 4 ( )


(19)

iii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Putra Riski Adi NIM : 06260109

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi :

Diplomasi Pemerintah Indonesia Dalam Memperoleh Batik dari UNESCO.

Disetujui,

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Tonny Dian Effendi S.Sos, M.Si Amaria Qori’ula S.IP

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional,


(20)

v PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Putra Riski Adi

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 09 Maret 1988

NIM : 06260109

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

DIPLOMASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MEMPEROLEH PENGAKUAN BATIK DARI UNESCO

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah Saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini Saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia mendapat sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Malang, 26 April 2010. Yang Menyatakan,


(21)

Berita Acara Bimbingan Skripsi

1. Nama : Putra Riski Adi 2. Nim : 06260109

3. Jurusan : Hubungan Internasional 4. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Jenjang Studi : Strata satu (S-1).

7. Judul Skripsi : Diplomasi Pemerintah Indonesia dalam Memperoleh Pengakuan Batik oleh Unesco

8. Pembimbing : 1. Tony Dian Effendi S.Sos, M.Si 2. Amaria Qori’Ula S.IP

9. Pembimbingan : Lihat Tabel

WAKTU

PARAF

KETERANGAN Pembimbing I Pembimbing II

05 April 2010 Pengajuan Judul

12 April 2010 ACC Judul Skripsi

12 Mei 2010 ACC Seminar

Proposal

2010 Seminar Proposal

14 Juli 2010 Revisi Bab I

28 Juli 2010 ACC Bab I

11 Agustus 2010 Revisi Bab II

28 Maret 2011 Revisi Bab III dan

IV

7 April 2011 ACC Bab II, III

dan bab IV

Malang, 12 April 2011 Pembimbing I, Pembimbing II,


(22)

vi UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Sang Penguasa Alam Semesta yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Salawat serta salam kami junjungkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan umat yang telah mengikuti beliau. Atas izin dan petunjuk-Nya Skripsi dengan judul “ Diplomasi Pemerintah Indonesia Dalam Memperoleh Pengakuan Batik dari UNESCO” ini dapat terselesaikan.

Peneliti mengharapkan Penelitian ini bisa menjadi karya yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan Hubungan Internasional sehingga dapat menjadi bahan referensi yang bersifat solutif dalam rangka mengatasi persoalan-persoalan konfliktual di tengah-tengah masyarakat. Namun keterbatasan dan kelemahan peneliti jualah yang menyebabkan tugas akhir ini

”mungkin” masih jauh dari kesan sempurna. Namun peneliti tetap optimis, sekecil apapun

informasi yang bisa diberikan dari karya ini, semoga bisa menjadi generator dan magnet untuk dimanfaatkan dalam melahirkan karya yang lebih besar dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.

Usaha dan kerja keras dalam merampungkan karya akhir sebagai seorang mahasiswa ini tidak lahir dari peneliti semata. Ada banyak tangan, sumbangan pemikiran dan tenaga yang ikut ambil bagian di dalamnya, sejak penyusunan hingga rampungnya skripsi ini. Oleh karena itu apresiasi dan ucapan terima kasih wajib peneliti ucapkan kepada mereka. Untuk itu, penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, Mi Padre, Bapak H. Moch. Djusup dan Mi Madre, Ibu Hj. Maslikha yang telah membesarkan dan mendidik peneliti, karena hanya dengan dukungan beliau berdualah peneliti dapat melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi. Peneliti menyadari, tanpa beliau berdua, mustahil bisa menjadi seperti sekarang. Begitu banyak pengorbanan yang beliau berikan kepada peneliti, dari kecil hingga saat ini. Tanpa itu semua, karya ini tidak mungkin terwujud. Juga Mis Hermanos Dzikry Qamarullah Muhammad & Satrio Primadani, serta seluruh keluarga besar peneliti, terima kasih untuk doa dan dukungannya selama ini, kalian adalah segalanya.

2. Ibu Dyah Estu K, S.Sos, M.Si, selaku Dosen Wali dan Ketua Jurusan, beserta seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang. Bantuan, dukungan dan kritikan dari Bapak dan Ibu semua, membuat peneliti mampu bertahan untuk menyelesaikan studi ini.

3. Bapak Tonny Dian Effendi S.Sos, M.Si, dan Amaria Qori’ula S.IP, selaku Dosen Pembimbing Skripsi ini. Hanya dengan petunjuk dan kemudahan beliau berdua skripsi ini dapat diselesaikan. Secara khusus peneliti mengucapkan terima kasih kepada dosen penguji yakni Bapak Victory Pradhitama S.Sos, M.Si, dan M Qobidl Ainul Arif, S.IP, M.A. Berkat mereka penguji bisa menyelesaikan ujian dengan baik dan peneliti juga mengucapkan terima kasih atas masukan-masukan yang diberikan.

4. Kepada kawan-kawan Kontrakan 186: Moh. Abu Bakar, Ahmad Juhairi, Doni Irawansyah, Firdaus Asmarindah, Wahyu Hidayat, Herwanto, Ahmad Yoni Setiawan, Ferry Dwi


(23)

vii Provianto, Ferry Dodi Sunanto. Terima kasih khusus untuk Next Level : Audi Fahd, S.Sos, Sunarya Jaya P buat dukungannya selama 4 tahun ini, Thanks to you all...

5. Kepada teman-teman seperjuangan yang selalu membantu saya : Faizal, Mahro, Harvian, Oq, Reza, Aji, Betha, Nova, Tia, Sabri, Ryan Hendra, terima kasih untuk dukungannya selama ini.

6. Untuk orang Gendut yang selalu mendukung saya baik suka maupun duka. Terima kasih banyak atas supportnya selama ini. Semoga ALLAH SWT membalas semua kebaikanmu, Amien.

7. Terakhir, kepada seluruh teman-teman Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2006 yang telah membantu saya dalam menempuh sarjana di UMM : Tora, Om Edy, Yuristian Nduk, Dullah, Ngehek, Frizik, Chimenk, Hadi, Hani, Flaviano, Umang, Buffon, Sobri, Alvin, Alvan, Putra Singosari, Indra Keceng, Imam, Puteri Silvia, dan Semua Teman-Teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semuanya. Te Amo Mucho..!!

Bila terdapat kekeliruan maupun kesalahan yang peneliti lakukan baik disengaja maupun tidak, maka sepatutnyalah peneliti mohon maaf sebesar-besarnya. Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Meskipun demikian, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amien....

Motto : Don’t Judge The Book By Its Cover

Malang, 26 April 2011 Peneliti,


(24)

x

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ... i

Lembar Pengesahan Proposal ... ii

Lembar Persetujuan Skripsi... iii

Lembar Pengesahan... . iv

Lembar Orisinalitas ... v

Ucapan Terima Kasih ... vi

Abstraksi Indonesia ... viii

Abstraksi Inggris ... ix

Daftar Isi ... x

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang... 1

Rumusan masalah... 4

Tujuan dan kegunaan penelitian Bagi keilmuan... 4

Bagi praktek... 4

1.4 Kerangka pemikiran 1.4.1 Studi terdahulu... 4

1.4.2 Konsep………. 4

1.4.2.1 Konsep Cultural Diplomacy... 7

1.4.2.2 Konsep Kepentingan Nasional... 13

1.5 Metode penelitian 1.5.1 Tipe penelitian... 14


(25)

xi

1.5.2 Teknik pengumpulan data...……… 15

1.5.3 Teknik analisa data... 16

1.5.4 Ruang lingkup penelitian... 16

1.6 Struktur penulisan... 17

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BATIK 2.1 Sejarah batik ………. 19

2.1.1 Perkembangan Batik di Mojokerto……….. 21

2.1.2 Perkembangan Batik di Ponorogo……… 24

2.1.3 Perkembangan Batik di solo dan Yogyakarta……….. 25

2.1.4 Perkembangan Batik di Banyumas dan Pekalongan... 28

2.1.5 Perkembangan Batik di Pekajangan dan Tegal……… 29

2.1.6 Perkembangan Batik di daerah Klaten………. 30

2.1.7 Perkembangan Batik di Tasikmalaya……… 32

2.1.8 Perkembangan Batik di Cirebon……… 34

2.1.9 Perkembangan Batik di Jakarta……….. 35

2.2 Batik sebagai salah satu alat untuk menguatkan identitas nasional…… 38

Konflik klaim budaya Indonesia – Malaysia... 47

BAB III UPAYA INDONESIA DALAM MEMPEROLEH PENGAKUAN BATIK DARI UNESCO 3.1 Tentang UNESCO ... 50


(26)

xii

3.2 Kriteria Pemilihan Penetapan Situs Warisan Dunia oleh UNESCO… 52

3.3 Diplomasi Batik ... 54

3.3.1 Pemerintah Indonesia mengajukan proposal kepada UNESCO pada tanggal 4 september 2008 ……….…… 55

3.3.2 Ditetapkannya peraturan presiden yang menguatkan sebagai penguat hukum ... 55

3.3.3 Berbagai macam promosi-promosi dan pameran ... 56

3.3.4 Mendirikan dan meresmikan museum, komunitas dan Foundation yang mendukung pelestarian batik ... 59

3.4 Pengakuan UNESCO ……… 61

BAB IV PENUTUP 4.1 Implikasi atau dampak Pengakuan Batik dari UNESCO Sebagai Budaya Asli Bangsa Indonesia ………... 63

4.2 Kesimpulan ... 64

4.3 Rekomendasi untuk penelitian lanjutan ……… 66

DAFTAR PUSTAKA ………...……… 68

LAMPIRAN ………...……….. 74

List Of the Member States (INDONESIA in UNESCO)………. 75

Peraturan Presiden Republik INDONESIA ………. 85


(27)

xiii

Wawancara dengan Elvis Napitupulu – Direktorat Diplomasi Publik.. …… 100 Proposal Pemerintah Indonesia……… 108 Kegiatan promosi Pemerintah Indonesia………. 125


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Mas’oed Mohtar, 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. LP3ES, Jakarta.

Patton, 1980.Qualitative Evaluation Methode.Beverly Hills. Roy S.L,1991.Diplomasi. Rajawali Pers: Jakarta

Wirawan Hariyadi dkk, 2009.Refleksi Teori Hubungan International dari Tradisional ke Kontemporer.Graha Ilmu: Yogyakarta.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 175. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama

dan Asli bagi Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 1990 dikutip tanggal 17 april 2011

Koran:

Kompas, Batik Resmi Masuk Daftar Warisan Budaya, Edisi 17 November 2009

Republika. “Malaysia Cabut Iklan Tari Pendet”. 26 Agustus 2009 Republika, “jiran yang suka mengklaim” 25 Agustus 2009.

Media IndonesiaKonflik-dengan-negara-tetangga dikutip tanggal 29 agustus 2008 Kompas, Tradisi dan Sejarah yang Berlanjut, Edisi 20 Mei 2010


(29)

http://redu4nebarkaoi.com/author/redu4nebarkaoi/Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional diambil tangggal 14 juni 2010.

http://www.culturaldiplomacy.org/index.php?en_culturaldiplomacy dikutip tanggal 25 april 2010.

Tiga agama yang berpengaruh pada batik http://batikindonesia.com/tag/hubungan-batik-dengan-agama diambil tanggal 18 april 2011.

List of the 193 Member States (and the 7 Associate Members) of UNESCO and the date on which they became Members (or Associate Members) of the Organization, as of October 2009 (in alphabetical order) di

http://erc.unesco.org/portal/UNESCOMemberStates.asp?language=en dikutip pada tanggal 18 april 2011.

Heritage and culture di http://www.uneso.org/culture/ich/IRL/00170 dikutip tanggal 14 mei 2010.

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan di http://media.mitrasites.com/republika/kebudayaan-nasional.html dikutip tanggal 17 april 2011.

Culturaldiplomacy definition diakses di

www.culturaldiplomacy.org/index.php?en_culturaldiplomacy tanggal 21 november 2010. http://www.penalaranunm.org/.../penelitian/163-penelitian-deskriptif.htm dikutip tanggal 20

april 2010.

Kompas, Menjaga Batik agar Tak Jadi Tren Sesaat, di:

http://travel.kompas.com/read/2010/10/03/04015989/Menjaga.Batik.agar.Tak.Jadi.Tren. Sesaat, diakses 3 Oktober 2010.


(30)

Banjarmasinpost, Identitas Bangsa di Taksi Blue Bird, di:

http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/2010/10/4/58130/identitas-bangsa-di-taksi-blue-bird, diakses 4 Oktober 2010.

Republika Jurnal Haji, Tahun 2011, Jamaah Haji Berseragam Batik, di:

http://www.jurnalhaji.com/2010/10/27/tahun-2011-jamaah-haji-berseragam-batik/, diakses 27 Oktober 2010.

Anna Yulia Hartati, 2009, Diplomasi Kebudayaan Batik Indonesia, di

http://www.scribd.com/doc/32637718/Diplomasi-Kebudayaan-Batik-Indonesia-Anna-Yulia-Hartati diakses tgl 6 mei 2010.

Mahendra P.Utama, 2007, Globalisasi, Diplomasi Budaya, dan Komodifikasi, di http://staff.undip.ac.id/sastra/mahendra/2009/07/23/16/

Break-the-problem di http://heritage.gov.my dikutip tanggal 9 desember 2010 Diakses tgl 17 juni 2010.

Heritage and culture di http://www.uneso.org/culture/ich/IRL/00170 dikutip tanggal 14 mei 2010.

Hartoto, Penelitian Deskriptif dihttp://www.penalaran-unm.org

Etimologi batik di http://galeri-batik.com/?page_id=17 diakses tanggal 10 februari 2011. KBRI Seoul, Siaran Pers No : 257/SOSBUD/IV/2010, di:

http://www.deplu.go.id/seoul/Pages/PressRelease.aspx?IDP=36&l=id, diakses tanggal 23 november 2010.

Unesco world heritage selection criteria (procedure and requirements for adding new UNESCO site) http://www.suite101.com/content/unesco-world-heritage-selection-criteria-a140350.


(31)

Shinta Dewi, Kain Batik Identitas Indonesia, di: http://chantika.com/kain-batik-identitas-indonesia/, diakses 23 Agustus 2010.

Agus Soekoen, Batik Sebagai Identitas Nasional, di:

http://www.docstoc.com/docs/61039652/BATIK-SEBAGAI-IDENTITAS-NASIONAL,

diakses 11 November 2010.

Identitas nasional di : http://prince-mienu.com/read/artikel/2010/8/6/67480/identitas-nasional, diakses tanggal 2 juli 2009.

Sejarah batik Indonesia di http://aurino.com/wordpress/?p=178 diakses tanggal 2 agustus 2009. Batik di kota-kota lain

http://batikunik.com/news/detail/27/perkembangan-batik-di-kota-lain.html diakses kamis tanggal 12 agustus 2010.

Sejarah batik di http://batikindonesia.info/2005/04/18/sejarah-batik-indonesia/ diakses tanggal 20 november 2010.

Anin Rumah Batik, Sejarah Batik di Indonesia: Jaman Penyebaran Islam, di:

http://abduh1.com/2010/08/sejarah-batik-di-indonesia-2.html, diakses 19 Agustus 2010. Sejarah batik di http://pesonabatik.site40.net/Sejarah_Batik.html diakses tanggal 20 desember

2010.

Tiga agama yang berpengaruh pada batik http://batikindonesia.com/tag/hubungan-batik-dengan-agama diambil tanggal 18 april 2011

Dinas informasi dan informatika, sejarah batik di:

http://diskominfo.jabarprov.go.id/index.php?mod=manageMenu&idMenuKiri=541&idM enu=542 diakses senin tanggal 1 desember 2010

Batikmarket, sejarah batik Indonesia, di : http://www.batikmarkets.com/batik.php diakses kamis 10 februari 2010.


(32)

Sejarah batik, di http://kosgoro.athost.net/index.php , diakses kamis 2 februari 2011. Sejarah batik di http://batikindonesia.info/2005/04/18/sejarah-batik-indonesia/ diakses 5

desember 2010.

Etimologi batik di http://galeri-batik.com/?page_id=17 diakses tanggal 10 februari 2011.

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan di http://media.mitrasites.com/republika/kebudayaan-nasional.html dikutip tanggal 17 april 2011.

Majalah :

Majalah Diplomasi Publik edisi kedua, Soft dan Smart power Republik Indonesia, Jakarta direktorat diplomasi publik departemen Luar Negri Republik Indonesia, hal. 81dikutip tanggal 19 maret 2011.

Majalah "Tabloid Diplomasi Edisi Digital Cetakan Pertama" mulai edisi Januari 2009 - Desember 2009.

UNESCO : Cultural Tourism For sustainable Development in Nias Island, Indonesia.

“introduction to Unesco” diambil tanggal 16 februari 2011.

Wawancara :

Wawancara dengan Elvis Napitupulu – Direktorat Diplomasi Publik pada tanggal 17 maret 2011 Di Departemen Luar Negri Indonesia Jalan Pejambon no.6 Jakarta Pusat.


(1)

xiii Wawancara dengan Elvis Napitupulu – Direktorat Diplomasi Publik.. …… 100 Proposal Pemerintah Indonesia……… 108 Kegiatan promosi Pemerintah Indonesia………. 125


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Mas’oed Mohtar, 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. LP3ES, Jakarta.

Patton, 1980.Qualitative Evaluation Methode.Beverly Hills. Roy S.L,1991.Diplomasi. Rajawali Pers: Jakarta

Wirawan Hariyadi dkk, 2009.Refleksi Teori Hubungan International dari Tradisional ke Kontemporer.Graha Ilmu: Yogyakarta.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 175. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama

dan Asli bagi Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 1990 dikutip tanggal 17 april 2011

Koran:

Kompas, Batik Resmi Masuk Daftar Warisan Budaya, Edisi 17 November 2009 Republika. “Malaysia Cabut Iklan Tari Pendet”. 26 Agustus 2009

Republika, “jiran yang suka mengklaim” 25 Agustus 2009.

Media IndonesiaKonflik-dengan-negara-tetangga dikutip tanggal 29 agustus 2008 Kompas, Tradisi dan Sejarah yang Berlanjut, Edisi 20 Mei 2010


(3)

http://redu4nebarkaoi.com/author/redu4nebarkaoi/Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional diambil tangggal 14 juni 2010.

http://www.culturaldiplomacy.org/index.php?en_culturaldiplomacy dikutip tanggal 25 april 2010.

Tiga agama yang berpengaruh pada batik http://batikindonesia.com/tag/hubungan-batik-dengan-agama diambil tanggal 18 april 2011.

List of the 193 Member States (and the 7 Associate Members) of UNESCO and the date on which they became Members (or Associate Members) of the Organization, as of October 2009 (in alphabetical order) di

http://erc.unesco.org/portal/UNESCOMemberStates.asp?language=en dikutip pada tanggal 18 april 2011.

Heritage and culture di http://www.uneso.org/culture/ich/IRL/00170 dikutip tanggal 14 mei 2010.

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan di http://media.mitrasites.com/republika/kebudayaan-nasional.html dikutip tanggal 17 april 2011.

Culturaldiplomacy definition diakses di

www.culturaldiplomacy.org/index.php?en_culturaldiplomacy tanggal 21 november 2010. http://www.penalaranunm.org/.../penelitian/163-penelitian-deskriptif.htm dikutip tanggal 20

april 2010.

Kompas, Menjaga Batik agar Tak Jadi Tren Sesaat, di:

http://travel.kompas.com/read/2010/10/03/04015989/Menjaga.Batik.agar.Tak.Jadi.Tren. Sesaat, diakses 3 Oktober 2010.


(4)

Banjarmasinpost, Identitas Bangsa di Taksi Blue Bird, di:

http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/2010/10/4/58130/identitas-bangsa-di-taksi-blue-bird, diakses 4 Oktober 2010.

Republika Jurnal Haji, Tahun 2011, Jamaah Haji Berseragam Batik, di:

http://www.jurnalhaji.com/2010/10/27/tahun-2011-jamaah-haji-berseragam-batik/, diakses 27 Oktober 2010.

Anna Yulia Hartati, 2009, Diplomasi Kebudayaan Batik Indonesia, di

http://www.scribd.com/doc/32637718/Diplomasi-Kebudayaan-Batik-Indonesia-Anna-Yulia-Hartati diakses tgl 6 mei 2010.

Mahendra P.Utama, 2007, Globalisasi, Diplomasi Budaya, dan Komodifikasi, di http://staff.undip.ac.id/sastra/mahendra/2009/07/23/16/

Break-the-problem di http://heritage.gov.my dikutip tanggal 9 desember 2010 Diakses tgl 17 juni 2010.

Heritage and culture di http://www.uneso.org/culture/ich/IRL/00170 dikutip tanggal 14 mei 2010.

Hartoto, Penelitian Deskriptif dihttp://www.penalaran-unm.org

Etimologi batik di http://galeri-batik.com/?page_id=17 diakses tanggal 10 februari 2011. KBRI Seoul, Siaran Pers No : 257/SOSBUD/IV/2010, di:

http://www.deplu.go.id/seoul/Pages/PressRelease.aspx?IDP=36&l=id, diakses tanggal 23 november 2010.

Unesco world heritage selection criteria (procedure and requirements for adding new UNESCO site) http://www.suite101.com/content/unesco-world-heritage-selection-criteria-a140350.


(5)

Shinta Dewi, Kain Batik Identitas Indonesia, di: http://chantika.com/kain-batik-identitas-indonesia/, diakses 23 Agustus 2010.

Agus Soekoen, Batik Sebagai Identitas Nasional, di:

http://www.docstoc.com/docs/61039652/BATIK-SEBAGAI-IDENTITAS-NASIONAL, diakses 11 November 2010.

Identitas nasional di : http://prince-mienu.com/read/artikel/2010/8/6/67480/identitas-nasional, diakses tanggal 2 juli 2009.

Sejarah batik Indonesia di http://aurino.com/wordpress/?p=178 diakses tanggal 2 agustus 2009. Batik di kota-kota lain

http://batikunik.com/news/detail/27/perkembangan-batik-di-kota-lain.html diakses kamis tanggal 12 agustus 2010.

Sejarah batik di http://batikindonesia.info/2005/04/18/sejarah-batik-indonesia/ diakses tanggal 20 november 2010.

Anin Rumah Batik, Sejarah Batik di Indonesia: Jaman Penyebaran Islam, di:

http://abduh1.com/2010/08/sejarah-batik-di-indonesia-2.html, diakses 19 Agustus 2010. Sejarah batik di http://pesonabatik.site40.net/Sejarah_Batik.html diakses tanggal 20 desember

2010.

Tiga agama yang berpengaruh pada batik http://batikindonesia.com/tag/hubungan-batik-dengan-agama diambil tanggal 18 april 2011

Dinas informasi dan informatika, sejarah batik di:

http://diskominfo.jabarprov.go.id/index.php?mod=manageMenu&idMenuKiri=541&idM enu=542 diakses senin tanggal 1 desember 2010

Batikmarket, sejarah batik Indonesia, di : http://www.batikmarkets.com/batik.php diakses kamis 10 februari 2010.


(6)

Sejarah batik, di http://kosgoro.athost.net/index.php , diakses kamis 2 februari 2011. Sejarah batik di http://batikindonesia.info/2005/04/18/sejarah-batik-indonesia/ diakses 5

desember 2010.

Etimologi batik di http://galeri-batik.com/?page_id=17 diakses tanggal 10 februari 2011.

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan di http://media.mitrasites.com/republika/kebudayaan-nasional.html dikutip tanggal 17 april 2011.

Majalah :

Majalah Diplomasi Publik edisi kedua, Soft dan Smart power Republik Indonesia, Jakarta direktorat diplomasi publik departemen Luar Negri Republik Indonesia, hal. 81dikutip tanggal 19 maret 2011.

Majalah "Tabloid Diplomasi Edisi Digital Cetakan Pertama" mulai edisi Januari 2009 - Desember 2009.

UNESCO : Cultural Tourism For sustainable Development in Nias Island, Indonesia. “introduction to Unesco” diambil tanggal 16 februari 2011.

Wawancara :

Wawancara dengan Elvis Napitupulu – Direktorat Diplomasi Publik pada tanggal 17 maret 2011 Di Departemen Luar Negri Indonesia Jalan Pejambon no.6 Jakarta Pusat.