1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi baik buruknya sebuah negara dapat dilihat dari berbagai macam aspek, salah satunya aspek ekonomi. Perekonomian suatu negara dapat
dikatakan baik bila pendapatan negara yang diperoleh dari berbagai sektor mengalami peningkatan atau dengan kata lain pendapatan yang diperoleh lebih
besar dari biaya-biaya yang dikeluarkan. Salah satu pihak yang ikut andil dalam kemajuan perekonomian negara yaitu perusahaan-perusahaan, baik
perusahaan milik swasta maupun perusahaan milik negara. Dimana perusahaan tersebut didirikan dengan berbagai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan utama
dari perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran dan keuntungan bagi para pemegang sahamnya Brigham dan Houston, 2001:52 dalam
Rismawati, 2012:2. Keuntungan perusahaan dapat diperoleh jika perusahaan dapat berjalan
secara efektif dan efisien. Aktivitas perusahaan yang berjalan secara efektif dan efisien, membutuhkan faktor produksi. Faktor produksi merupakan hal
terpenting yang harus dimiliki perusahaan, salah satunya adalah modal. Pendirian sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa
hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau
laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin
2 memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan
perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya
secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya Martono dan Harjito, 2005:2. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka
panjang yang seharusnya dicapai perusahaan, yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya, karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati
melalui pergerakan harga saham perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar
dividen. Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara agent dan principal pemilik perusahaan yang sering
disebut agency problem. Seringkali bahkan menjadi hal yang sangat biasa terjadi di dalam perusahaan bahwa agent dan principal memiliki tujuan dan
kepentingan yang saling bertentangan. Agen atau pihak manajemen lebih mementingkan kepentingan pribadinya dan tidak sesuai tujuan perusahaan
yaitu mensejahterakan pemilik perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan. Perlakuan manajer ini akan mengakibatkan penambahan biaya perusahaan
yang tentunya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Timbulnya konflik perbedaan tujuan serta kepentingan antara manajer dengan pemilik perusahaan
inilah yang pada akhirnya melatarbelakangi penerapan Good Corporate Governance
Anggraini, 2013:2.
3 Menurut teori keagenan, penyebab konflik antara manajemen dan
pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana diperoleh lalu diinvesasikan. Konflik antara manajer
dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait
tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai biaya keagenan Agency Cost. Biaya
keagenan dapat dikurangi dengan meningkatkan nilai hutang Struktur Modal dan meningkatkan rasio pembayaran deviden. Semakin banyak saham yang
dimilki oleh manajer akan semakin menurunkan masalah keagenan, sehingga membuat deviden tidak perlu dibayarkan pada resiko yang tinggi Nurhayati,
2008:15. Perusahaan dituntut agar baik dalam memperoleh maupun
menggunakan dana yang didasarkan pada efisiensi dan efektivitas, efisiensi penggunaan dana berarti bahwa berapapun dana yang ditanamkan dalam aktiva
harus dapat digunakan seefisiensi mungkin untuk menghasilkan tingkat keuntungan investasi yang maksimal. Fungsi penggunaan dana meliputi
perencanaan dan penggunaan pengendalian aktiva dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap, agar dana yang tertanam dalam masing-masing unsur aktiva
tersebut disatu pihak tidak terlalu kecil jumlahnya, sehingga tidak mengganggu likuiditas dan kelanjutan usaha, dan dilain pihak tidak terlalu besar jumlahnya
sehingga menimbulkan penganggaran dana. Oleh karena itu, pengalokasian
4 dana harus didasarkan pada perencanaan yang tepat, sehingga dana yang
menganggur menjadi kecil. Memahami dasar-dasar teori struktur modal sangatlah penting, karena pemilihan bauran pendanaan Financing Mix
merupakan inti strategi bisnis secara keseluruhan. Struktur modal adalah bauran sumber pendanaan permanen jangka panjang yang digunakan
perusahaan. Tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan haarga
saham dan agar tujuan manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai Sawir, 2004:43.
Penelitian mengenai struktur modal terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan peneliti, seperti yang dilakukan oleh Gayatri dan Mustanda, 2013:6
dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Dividen dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan
”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa struktur modal dan keputusan investasi
berpengaruh positif signifkan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah struktur kepemilikan, struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh
manager dan institusional Jensen dan Meckling, 1976 dalam Haruman 2008:4. Manajerial ownership dan institusional investor dapat mempengaruhi
5 keputusan pencarian dana apakah melalui utang atau right issue. Jika
pendanaan diperoleh melalui utang berarti rasio utang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya akan meningkatkan risiko. Kepemilikan
institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam mengelola perusahaan. Investor institusional dapat di substitusikan untuk
melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt utang dalam struktur modal Haruman, 2008:4.
Penelitian mengenai struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan peneliti, seperti yang dilakukan oleh Widanar 2008 dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening
”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh pada keputusan investasi, pendanaan maupun kebijakan dividen, semua keputusan keuangan baik investasi, pendanaan maupun kebijakan
dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi dan
pendanaan tetapi berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara tidak langsung melalui kebijakan dividen sebagai variabel intervening.
6 Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah faktor
eksternal, faktor eksternal yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga dan inflasi. Tingkat suku bunga merupakan persentase uang pokok per
unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran sumber daya yang penting digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur Setiani 2013:3.
Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut, pada
tingkat yang lebih umum suku bunga mempunyai dampak pada kesehatan perekonomian secara keseluruhan karena suku bunga tidak hanya dapat
mempengaruhi kesediaan konsumen untuk mengkonsumsi atau menabung, tetapi keputusan-keputusan investasi usaha Miskhin, 2008:4.
Penelitian mengenai suku bunga terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan peneliti, seperti yang dilakukan oleh Setiani 2013 dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Tingkat Suku Bunga terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan investasi berpengaruh tidak signifikan dan
negatif terhadap nilai perusahaan sig. 0,3464, Keputusan pendanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan sig. 0,0493. Dan
tingkat suku bunga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap nilai perusahaan sig. 0,015.
7 Inflasi merupakan sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan
semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan merosotnya nilai rill mata uang suatu negara. Penyebab terjadinya inflasi terbagi dalam tiga bagian yaitu:
a tarikan permintaan demand - pull inflation, terjadi apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif
perekonomian. b dorongan biaya cost - push inflation, terjadi apabila adanya depresiasi nilai tukar, peningkatan harga - harga komoditi yang diatur
oleh pemerintah dan terganggunya distribusi. Sedangkan c ekspektasi inflasi inflation expectation, terjadi apabila perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi
lebih cenderung bersifat adaptif forward looking. Abdullah, 2010:60. Kasmir dan Jakfar 2010:40 menyatakan inflasi adalah proses kenaikan
harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi
saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam
mengukur inflasi antara lain: a indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang
kebutuhan hidup sehari - hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. b indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik
beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga,
dan c gross net product GNP deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam
8 jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak
dibanding dengan dua indeks diatas. Penelitian mengenai inflasi terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan
peneliti, seperti yang dilakukan oleh Rosy 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor Internal dan Ekternal Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa faktor internal perusahaan yang terdiri dari kebijakan deviden dan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini
berarti bahwa semakin besar deviden dan hutang semakin tinggi nilai perusahaan. Sedangkan faktor internal perusahaan yaitu profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain faktor internal, faktor eksternal perusahaan yaitu pertumbuhan pasar tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan sedangkan tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat inflasi maka nilai
perusahaan semakin turun. Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah
profitabilitas, dalam hal ini profitabilitas yang digunakan adalah return on equity
, yang dimaksud dengan return on equity adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan
menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pemegang saham untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pengelolaan modal
sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan Sudana, 2011:23.
9 Semakin besar nilai return on equity maka tingkat pengembalian yang
di harapkan investor juga besar. Semakin besar nilai return on equity maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan yang
memiliki profitable investment opportunities, maka pasar akan memberikan reward berupa PER yang tinggi Sartono, 2001:42. Return on equity
menunjukkan sejauh mana perusahaan mampu mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan
pemilik modal sendiri atau memegang saham perusahaan. Return on equity memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat
pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan menghasilkan laba Aji dan Pangestuti, 2012:2.
ROE merupakan variabel yang mempengaruhi harga saham secara langsung. Return on equity ROE merupakan perbandingan laba setelah pajak
dengan modal sendiri. ROE mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Perusahaan dengan
ROE tinggi akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena keuntungan yang akan mereka terima besar
sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan Riadi, 2011:3. Penelitian mengenai inflasi terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan
peneliti, seperti yang dilakukan oleh Ain dan Setijaningsih 2012 dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Return on Asset ROA Return on Equity
ROE Dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan Studi
10 Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia BEI Periode
2009-2011 ”. Hasil penelitian dengan analisis regresi menunjukkan bahwa
ROA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dengan sig. sebesar 0,014. ROE terbukti tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dengan sig.
sebesar 0,372 untuk ROE. Hal ini terjadi karena adanya penurunan terhadap rata-rata ROE yang disebabkan banyaknya perusahaan sampel yang mengalami
kerugian. Kepemilikan manajerial juga terbukti tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan sig. sebesar 0,487. Hal ini disebabkan karena masih
rendahnya saham yang dimiliki manajerial dalam perusahaan sampel membuat kinerja manajemen juga cenderung rendah sehingga tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Pada tahun 2008 terjadi krisis di Amerika karena gagalnya pembayaran
hutang sehingga berdampak pula pada kawasan Asia, Pada tahun 2008, IHSG hanya turun hingga setengahnya, sebelum kemudian menguat kembali dan
mencapai posisi pada saat ini. Krisis global yang melanda dunia finansial akibat jatuhnya perusahaan Lehmans Brother di Amerika yang berimbas pada
krisis finansial dunia pada tahun 2008 juga berpengaruh terhadap perusahaan LQ 45 Hidayat, 2015. Krisis keuangan global juga berdampak kepada ekspor
Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor. Selama 5 tahun terakhir, ekspor Indonesia ke Amerika menempati urutan ke-2 setelah Jepang dengan kisaran
masing-masing 12 – 15. Selain itu, Negara-negara importir produk
Indonesia pada urutan ke-3 s.d. 10 Singapura, RRC, India, Malaysia, Korsel,
11 Belanda, Thailand, Taiwan menyumbang sekitar 45 dari total ekspor
Indonesia. Dari informasi tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa keseluruhan negara-negara tersebut sedang mengalami dampak krisis keuangan global yang
berakibat pada perlambatan ekonomi di setiap negara. Lebih lanjut hal ini akan mengakibatkan penurunan kemampuan membeli atau bahkan membayar
produk ekspor yang dihasilkan Indonesia, sehingga pada akhirnya akan memukul industri yang berorientasi ekspor di Indonesia UGM, 2015.
Mengingat kondisi ekonomi yang selalu mengalami perubahan, maka dapat mempengaruhi kondisi perusahaan yang dapat dilihat dari labanya. Laba
perusahaan yang harusnya meningkat, justru sebaliknya mengalami penurunan. Di pasar saham, perusahaan yang telah go public dikelompokkan ke dalam
beberapa indeks salah satunya yaitu indeks LQ-45. Dari pengelompokkan tersebut, saham LQ-45 menggambarkan sekelompok saham pilihan yang
memenuhi kriteria pemilihan sehingga terdiri dari saham-saham yang memiliki likuiditas tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar Bursa Efek
Indonesia, 2015. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan
penelitian tentang
“Pengaruh Struktur Modal, Struktur Kepemilikan, Suku Bunga, Inflasi dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Lq-45 ”.
12
B. Perumusan Masalah