12
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh antara variabel debt to equity ratio, struktur kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity terhadap nilai
perusahaan secara parsial ? 2. Bagaimana pengaruh antara variabel debt to equity ratio, struktur
kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity terhadap nilai perusahaan secara simultan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh antara variabel debt to equity ratio, struktur kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity terhadap nilai
perusahaan secara parsial. 2. Untuk menganalisis pengaruh antara variabel debt to equity ratio, struktur
kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity terhadap nilai perusahaan secara simultan.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan dan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi guna mempermudah akademisi dalam mempelajari struktur modal optimal yang dimiliki
perusahaan serta tambahan referensi.
13 b. Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh struktur modal, struktur kepemilikan, inflasi, suku bunga dan
profitabilitas secara parsial dan simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Lq-45 periode 2010-2013.
c. Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan serta dapat dijadikan referensi bagi
para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.
2. Manfaat Praktis
a. Mengetahui lebih dalam pengaruh struktur modal, struktur kepemilikan, faktor eksternal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan dan sebagai
referensi tambahan pengetahuan dalam rangka pengembangan penelitian ilmu ekonomi khususnya dalam bidang manajemen yang telah diperoleh
selama perkuliahan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan pada setiap perusahaan guna menentukan proporsi struktur modal yang
optimal sehingga dapat memaksimalkan laba perusahaan. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah khususnya
para investor untuk memutuskan besarnya struktur modal atau perbandingan antara utang dan modal dan modal perusahaan.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Rasio Keuangan
a. Pengertian Rasio Keuangan
Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan
dituangkan dalam angka-angka baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun mata uang asing. Angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat dari satu sisi saja. Artinya jika hanya dengan melihat adanya. Angka-angka ini akan
menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen satu dengan komponen lainya. Caranya adalah dengan membandingkan
angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan laporan keuangan lainya. Setelah melakukan perbandingan dapat disimpulkan posisi
keuangan dalam periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal
dengan dengan nama analisis rasio keuangan. Rasio keuangan membantu kita untuk mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan
keuangan perusahaan Keown, dkk, 2011:74. Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Teknik ini sangat
15 lazim digunakan para analisis keuangan. Rasio keuangan adalah dasar
untuk menilai dan mengarahkan prestasi operasi perusahaan. Disamping itu, analisa rasio keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka
kerja perencanaan dan pengendalian keuangan Riyanto, 2001:329. Rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi ke
dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan Keown, 2011:74.
Rasio keuangan menurut Horne merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diporeleh dengan membagi
satu angka dengan angka lainya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio
keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan Kasmir dan Jakfar, 2008:104. Jadi rasio keuangan
merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainya.
Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangn lainya. Kemudian angka yang
diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Hasil rasio ini digunakan untuk menilai kinerja
manajemen dalam satu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian dapat dinilai kemampuan manajemen dalam
memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif Kasmir dan Jakfar, 2008:104.
16 Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan evaluasi hal-
hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. Atau
kebijakan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap orang-orang yang duduk dalam manajemen kedepan
Kasmir dan Jakfar, 2008:105. Kinerja keuangan emiten berpengaruh terhadap kinerja pasar
modal. Dalam hal ini kinerja keuangan emiten mempengaruhi permintaan dan penawaran investor terhadap saham suatu perusahaan. Para
pemegang saham merupakan pemilik perusahaan sehingga sangat berkepentingan terhadap jalannya perusahaan, kinerja perusahaan dan
pengembangan usaha perusahaan. Pemegang saham menginginkan dana yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan. Akan tetapi pemegang
saham tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan.
Oleh karena itu pihak investor membutuhkan informasi keuangan suatu perusahaan sebagai pedoman pengambilan keputusan apakah mereka
akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut Hijriah, 2007:35.
b. Bentuk - Bentuk Rasio Keuangan
Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham, bukan memaksimalkan laba per saham seperti ukuran akuntansi.
Data akuntansi sangat mempengaruhi harga saham dan untuk memahami bagaimana kinerja perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus
mengevaluasi akuntansi yang di laporkan dalam laporan keuangan
17 berguna untuk mengevaluasi kemungkinan di bayarnya pinjaman dan
bagi pemegang saham berguna untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham Moeljadi, 2006:67.
Untuk mengukur
kinerja keuangan
perusahaan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan dan arti
tertentu. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk rasio keuangan menurut Weston dalam Kasmir dan Jakfar, 2008:106:
1 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek fred weston. Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukan
atau mengukur
kemampuan perusahaan
dalam memenuhi
kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan likuiditas badan usaha maupun di dalam perusahaan
likuiditas perusahaan Kasmir dan Jakfar, 2008:110. 2 Rasio Solvabilitas Leverage Ratio
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan hutang. Artinya seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan yang di bandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur suatu kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan dilikuidasi Kasmir dan Jakfar, 2008:151.
18 3 Rasio Aktifitas Activity Ratio
Rasio aktifitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan
penjualan, persediaan, penagihan piutang dan lainya atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktifitas sehari-
hari dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola asset yang
dimilikinya Kasmir dan Jakfar, 2008:114. 4 Rasio Profitabilitas Profitability Ratio
Pada dasarnya konsep teori rentabilitas atau profitabilitas ingin mengungkap perbandingan laba dengan modal pada periode tertentu
Riyadi, 2006:155 dalam Indriani, 2008:5. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu Kasmir dan Jakfar, 2008:114. Rasio profitabilitas sekelompok rasio yang
menunjukan kombinasi dari pengaruh likuiditasi, manajemen asset, dan hutang pada hasil operasi Houston, 2010:146.
5 Rasio Pertumbuhan Growth Ratio Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya Kasmir
dan Jakfar, 2008:115.
19 6 Rasio Penilaian Valution Ratio
Rasio penilaian merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas
biaya investasi seperti: a Rasio harga saham terdapat pendapatan
b Rasio nilai pasar saham terdapat nilai buku
2. Nilai Perusahaan Price Earning Ratio
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham Sujoko
dan Ugy, 2007:16. Harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan suatu
perusahaan, baik kinerja saat ini maupun prospek masa depannya. Oleh sebab itu, peningkatan harga saham mengirimkan sinyal positif dari investor
kepada manajer. Dan inilah keunggulan penting perusahaan go public. Perusahaan tertutup tidak bisa mengunakan harga saham sebagai ukuran
kinerja Brealy, Myers Marcus, 2007:56. Beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan
adalah nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsic, nilai buku dan nilai likuidasi Keown, 2008:849. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara
formal dalam anggaran dasar perseroan, disebut secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai
pasar, sering juga disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar- menawar dipasar saham. Nilai intrinsik, merupakan konsep yang paling
abstrak, karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai
20 perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari
sekumpulan asset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.
Sedangkan nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan cara membagi selisih
antara total aktiva dan total hutang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh asset perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa di hitung dengan cara yang sama
dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca proforma yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran
pemegang saham juga akan meningkat. Kekayaan pemegang saham dan perusahan direpresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan
cerminan dari keputusan investasi, kebijakan dividen, dan keputusan pendanaan Brigham dan Houston, 2009:19.
Rasio yang dipakai untuk mengukur nilai perusahaan adalah sebagai berikut Mardiyanto, 2008:64:
a. Price Book Value PBV Menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai saham
suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka pasar percaya akan prospek perusahaan. Rumus menghitung PBV adalah:
21 b. Price Earning Ratio PER
Price earning ratio PER merupakan rasio harga pasar persaham
terhadap laba persaham Mamduh, 2008:85. Rasio ini menunjukan berapa dolarrupiah yang harus dibayar investor untuk setiap 1 laba
periode berjalan Brigham dan Houston, 2009:110. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh
sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan dari segi investor Mamduh, 2008:85.
Price earning ratio Menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai PER maka akan semakin tinggi pula prospek perusahaan di masa depan,
karena PER dapat merepresentasikan aliran laba perusahaan di masa depan. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung PER adalah:
c. Tobin’s Q
Nilai perusahaan dihitung dengan menggunakan Tobin’s Q,
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Q = Nilai perusahaan
EMV = Nilai pasar ekuitas EMV = Harga saham x jumlah saham beredar
D = Nilai buku dari total hutang
EBV = Nilai buku dari total aktiva
22 Harga saham yang dimaksud disini adalah harga pada saat saham
penutupan atau harga terakhir dan merupakan harga yang tidak mungkin berubah sampai bursa diaktifkan kembali dan harga terakhir ini mewakili
nilai bagi investor. Perusahaan yang menunjukkan Tobin’s Q lebih besar
berarti perusahaan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan sangat baik.
Berdasarkan cara pengukuran nilai perusahaan di atas, maka pengukuran yang akan digunakan adalah price earning ratio, PER
merupakan rasio harga saham suatu perusahaan dengan pendapatan per saham perusahaan tersebut. PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Tjiptono dan Darmadji, 2001:139. Menurut Tandelilin 2010:375 menyatakan bahwa price
earning ratio merupakan rasio yang mengindikasikan besarnya rupiah yang
harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan, dengan kata lain price earning ratio menunjukan besarnya
harga setiap satu rupiah earning perusahaan dan price earning ratio juga merupakan ukuran harga relatif dari suatu saham perusahaan.
Price Earning Ratio mencerminkan hubungan antara harga pasar
saham umum common stock dan laba per lembar saham. Price Earning Ratio
dipandang oleh para investor sebagai ukuran kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba dimasa yang akan datang future earning power.
Perusahaan yang mempunyai kesempatan tumbuh yang besar biasanya mempunyai Price Earning Ratio yang tinggi, sebaliknya Price Earning
Ratio akan rendah untuk perusahaan yang berisiko Munawir, 2002:34
23 Price Earning Ratio
menunjukkan besarnya harga setiap rupiah earning
perusahaan, Disamping itu, Price earning ratio juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan Hayati, 2010:2. PER
merupakan rasio harga saham terhadap earning per share EPS, dengan kata lain menunjukkan seberapa besar pemodal menilai harga saham
terhadap kelipatan dari earnings Jogiyanto, 2003:105. Price earning ratio
merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang
ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Price earning ratio
yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi. Adapun rumus dalam
menghitung price earning ratio adalah sebagai berikut Harahap, 2007:311:
3. Struktur Modal Debt To Equity Ratio
Pengertian struktur modal menurut Riyanto 2001:145 adalah perimbangan atau perbandingan antar jumlah hutang jangka panjang dengan
modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal di proxy dengan Debt to Equity Ratio
DER, yang merupakan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Struktur modal ini merupakan masalah penting bagi
perusahaan karena baik atau buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Struktur modal yang dapat
memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang optimal.
24 Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang
diperkirakan akan menghasilkan biaya modal rata-rata tertimbang yang paling rendah yang diharapkan dapat meningkatkan harga saham
perusahaan. Namun sumber dana mana yang akan digunakan perusahaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya yaitu: struktur
aktiva, profitabilitas, pembayaran dividen, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan, stabilitas dari earning, sikap manajemen, suku
bunga, inflasi, keadaan pasar modal, pertumbuhan pasar, stabilitas penjualan, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, pajak, pengendalian,
sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilaian kredibilitas, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan. Sedangkan
menurut Horne 2005:237, struktur modal optimal adalah struktur modal yang
meminimalkan biaya
modal perusahaan
dan karenanya
memaksimumkan nilai perusahaan. Struktur modal turut memadukan sumber dana permanen yang
digunakan perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan Harmiza dan Yudhanta, 2008:56. Permasalahan dari struktur modal adalah
bagaimana perusahaan dengan cepat memadukan komposisi dana permanen yang digunakannya dengan mencari paduan dana yang dapat
meminimumkan biaya modal perusahaan dan dapat memaksimalkan harga saham. Hal inilah yang menjadi tujuan akhir dari struktur modal, yakni
membuat komposisi sumber pembiayaan yang paling optimal Rodoni dan Ali, 2010:138.
25 Dari referensi-referensi di atas, maka daat disimpulkan bahwa
struktur modal menggambarkan proporsi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Dalam penelitian ini Struktur Modal di proxy kan oleh debt
to equity ratio DER. Teori struktur modal menjelaskan apakah ada
pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijkan dividen dipegang konstan. Dengan kata
lain, jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah, apabila perusahaan tidak
merubah keputusan keuangan lainnya. Dengan kata lain, jika perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan, berarti tidak ada struktur
modal yang terbaik. Tetapi jika merubah struktur modalnya, ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik.
Semua struktur modal adalah baik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal
yang terbaik Husnan, 2004:263. Menurut Moeljadi 2006:244, terdapat tiga teori utama yang
menjelaskan tujuan perusahaan memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Ketiga teori itu berupaya menjelaskan suatu permasalahan mengenai
bagaimana struktur modal dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga teori tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Teori Tradisional Pendekatan tradisional menyatakan bahwa ada struktur modal
optimal yang dapat memaksimumkan nilai pasar perusahaan dengan cara
26 meminimumkan biaya modal rata-rata average cost of capital . Salah
satu versi teori ini dikembangkan secara sistematis oleh Ezra Solomon. Solomon
mengatakan bahwa struktur modal optimal terjadi apabila kelebihan debt to equity ratio di atas average cost of capital dan
dikatakan minimum.
b. Pendekatan Modigliani dan Miller MM tanpa pajak Teori yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller
mengasumsikan bahwa pasar modal bersifat sempurna dan tidak ada pajak . Dalam teori ini Modigliani dan Miller MM menyatakan bahwa
nilai perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang saham tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Dan dalam artikelnya, MM
menunjukkan bahwa pendekatan tradisional adalah tidak benar. Mereka menunjukkan kemungkinan munculnya arbitrase yang akan membuat
harga saham nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang, akhirnya sama.
Terdapat beberapa asumsi yang dipegang oleh Modigliani dan Miller,
antara lain bahwa pasa modal sempurna dimana investor bertindak rasional, overall cost of capital K
o
adalah konstan pada semua derajat leverage pada risiko bisnis yang sama dan pada ukuran
usaha yang sama pula. Pada waktu perusahan menghasilkan arus pendapatan yang sama, risiko bisnis sama, dan nilai pasar yang sama,
tidak ada struktur modal yang optimal pada risiko bisnis yang sama dan tentu saja bahwa pajak dianggap tidak ada.
27 Sedangkan Ross 2003:575 menyimpulkan teori MM proportion
I sebagai berikut: “The propotition that the value of the firm independent
of the firm capital structure ”.
c. Pendekatan Modigliani dan Miller dengan pajak Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori
MM tahun 1958. Asumsi yang diubah adalah pajak terhadap penghasilan perusahaan Corporate Income taxes. Dengan adanya pajak ini, MM
menyimpulkan bahwa penggunaan hutang leverage akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang
mengurangi pembayaran pajak a tax deductible expense. Dan Ross et. all
2003:576, menyimpulkan teori MM propotion II sebagai berikut : “the propotion that a firm cost of equity capital is a positive linear
function of the firm capital structure ”.
4. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari para pemegang saham untuk mendelegasikan pengendalian dengan tingkat
tertentu kepada para manajer. Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal
tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh manajer dan institusional. Pada perusahaan
modern, kepemilikan perusahaan biasanya sangat menyebar.
28 Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh prosentase
kepemilikan oleh manager dan institusional. Manajerial ownership dan institusional investor dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana apakah
melalui utang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui utang berarti rasio utang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya akan
meningkatkan risiko. Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam mengelola perusahaan. Investor
institusional dapat di substitusikan untuk melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt utang dalam struktur modal Adnantara,
2013:5. Menurut teori keagenan, ketika ada pemisahan antara pemilikan
dengan pengelolaan perusahaan akan dapat memicu munculnya konflik keagenan. Konflik keagenan ini timbul ketika terdapat perbedaan
kepentingan antara prinsipal dengan agen untuk memaksakan utilitasnya sendiri. Kepentingan diantara manajemen dan pemilik perusahaan
mengakibatkan manajemen berprilaku curang sehingga pemilik perusahaan mengalami kerugian. Untuk itu diperlukan cara pengendalian yang dapat
mensejajarkan perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham Sofyaningsih, 2011 dalam Putra, 2013:4.
29 Struktur kepemilikan menjadi penting dalam teori keagenan karena
sebagian besar argumentasi konflik disebabkan oleh adanya pemisahan ke- pemilikan dan pengelolan. Konflik keagenan tidak terjadi pada perusahan
dengan kepemilkan seratus persen oleh manajemem. Manajer sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahan karena dengan
meningkatkan nilai perusahan, maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat juga Agnes, 2011:3.
Perbedaan kepentingan antara manajer dan pihak institusional dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan yang menuntut manajemen untuk
lebih efektif dan efisien dalam mengelola perusahaan guna meningkatkan nilai perusahaan. Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan
perusahaan dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi
keputusan keuangan lainnya dan akhirnya berdampak pada nilai perusahaan. Struktur kepemilikan adalah Struktur Kepemilikan ownership structure
adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh “orang dalam” insider dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh investor. Struktur Kepemilikan dapat dihitung dengan formula berikut Pujiati, 2009:11.
30
5. Suku Bunga
a. Pengertian Tingkat Suku Bunga SBI
Tingkat bunga dalam investasi akan menjadi pedoman yang penting dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Umumnya tingkat
bunga akan memiliki hubungan negatif dengan kinerja saham. Bila pemerintah mengumumkan kenaikan tingkat bunga akan melebihi
harapan imbal hasil dalam saham maka para investor akan beraksi dengan
menjual saham
dan menggantinya
dengan sekuritas
berpendapatan tetap deposito yang memberi imbal hasil bunga lebih tinggi. Suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan
salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi Bodie, 2006:180.
Menurut Karl dan Fair 2001:635 suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase
dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga merupakan harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang
digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur Sunariyah, 2004:80.
Menurut Prasetiantono 2000:97 mengenai suku bunga adalah : jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan
dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang
31 menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk
memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan deposito dan
tabungan. Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan
cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk
menyimpan uangnya di bank. Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku
bunga di Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi
perantara, kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif masih belum cukup tinggi, dan sulit
untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi Prasetiantono, 2000:99-101.
b. Fungsi Suku Bunga
Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal terutama dari
sektor bisnis. Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar
masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan
semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.
32 Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi
rendahnya suku bunga tabungan masyarakat, Adapun Fungsi suku bunga menurut Sunariyah 2004:81 adalah:
1 Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
2 Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari
industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
3 Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi
uang dalam suatu perekonomian.
c. Faktor Yang Menentukan Tingkat Suku bunga
Prakiraan suku bunga merupakan salah satu bagian yang paling sulit dari ekonomi makro terapan. Namun secara sederhana, kita dapat
ketahui bahwa faktor-faktor penting yang menentukan tingkat suku bunga adalah Bodie, 2006:180:
1 Suplai dana dari para penabung, terutama sektor rumah tangga 2 Permintaan terhadap dana dari sektor bisnis untuk keperluan
pembiayaan investasi dalam bentuk pabrik, peralatan dan persediaan asset riil atau pembentukan modal
33 3 Penawaran dan permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang
terlihat dari tindakan-tindakan bank sentral Beberapa faktor dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi
pergerakan suku bunga, yaitu Madura, 2007:23: 1 Pertumbuhan ekonomi
Pada saat perusahaan melakukan ekspansi, akan diperlukan uang sehingga permintaan akan uang semakin meningkat. Perusahaan
yang melakukan ekspansi ini tak lepas dari kondisi perekonomian yang mendukung kondisi perekonomian baik. Pada saat kondisi
perekonomian baik, maka tingkat suku bunga meningkat. Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi buruk, maka perusahaan akan merubah
strategi pembelanjaannya menjadi penggunaan modal sendiri sehingga tidak ada permintaan akan uang permintaan menurun. Permintaan
akan uang yang menurun menyebabkan tingkat suku bunga turun.
2 Adanya Inflasi Saat tingkat inflasi suatu Negara meningkat maka tingkat suku
bunga juga akan semakin meningkat, karena pada saat terjadi inflasi akan diikuti dengan naiknya harga barang dan diperkirakan dimasa
depan harga barang akan naik lagi expected inflation rate sehingga masyrakat banyak yang akan membeli barang-barang sekarang.
Dengan melakukan pembelian maka dana yang dimiliki masyarakat berkurang sehingga muncul permintaan akan uang. Naiknya
permintaan akan uang menyebabkan tingkat suku bunga meningkat.
34 3 Defisit Anggaran Pemerintah
Defisit anggaran merupakan suatu kondisi dimana pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Untuk menutupi defisit, maka
pemerintah melakukan peminjaman sehingga hal ini dapat menyebabkan tingkat suku bunga meningkat dan sebaliknya.
Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik investasi sahamnya dan memindahkannya pada investasi
yang menawarkan tingkat pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Akibat aksi para investor yang menarik sahamnya
menyebabkan pasar modal sepi. Turunnya permintaan akan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga
harga-harga saham turun dan akan menyebabkan indeks harga saham gabungan juga turun Samsul, 2006:65.
6. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara umun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik Madura, 2007:128.
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut
sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor
35 biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi
penurunan daya beli yang dialaminya Tandelilin, 2010:103. Kasmir dan Jakfar 2010:40 menyatakan inflasi adalah proses
kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat
pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku
bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: a indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang
dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan
perubahan indeks harga dari tahun ketahun. b indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat
perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan c gross net product GNP deflator,
merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah
perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas. Inflasi dapat mempengaruhi beban operasi suatu perusahaan yang
menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan bahan baku. Upah juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat inflasi yang
lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan yang lebih besar lagi dalam beban operasi suatu perusahaan. Pendapatan suatu perusahaan juga tinggi
selama periode inflasi tinggi karena banyak perusahaan mengenakan harga
36 yang lebih tinggi guna mengompensasikan beban yang lebih tinggi
Madura, 2007:128. Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung
pada derajat inflansi itu sendiri, inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat perusahaan
mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjaruhkan harga saham di pasar. Sementara yang sangat rendah
akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit
adalah menciptakan tingkat inflasi yang dapat menggerakan dunia usaha menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran,
perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham bergerak normal Samsul, 2006:201.
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus
barang Gilarso, 2004:200. Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari persentase perubahan indeks harga konsumen IHK pada suatu saat
dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan relative dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat
dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar, dan dinyatakan dalam persen Gilarso, 2004:201. Rumus yang digunakan
untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut Gilarso, 2004:201:
37
7. Profitabilitas Return on Equity
Pada dasarnya konsep teori rentabilitas atau profitabilitas ingin mengungkap perbandingan laba dengan modal pada periode tertentu
Riyadi, 2006:155. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu
periode tertentu Kasmir dan Jakfar, 2008:114. Menurut Harahap 2007:304 menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti, kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya, terdapat beberapa rasio profitabilitas, yaitu profit margin, return on asset, return on equity, return
on total asset, basic earning power dan earning per share. Namun dalam
penelitian hanya menjelaskan mengenai return on equity. Return on equity
merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan terhadap modal yang dimiliki Harahap, 2007:305. Return on
Equity ROE merupakan rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan Sudana, 2011:23.
Return on equity merupakan rasio yang menunjukan kesuksesan
manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi return on equity maka akan semakin baik, karena
memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar bagi para pemegang
38 saham Darsono dan Ashari, 2005:57. Semakin besar nilai ROE maka
tingkat pengembalian yang diharapkan investor juga besar. Semakin besar nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga
perusahaan yang memiliki profitable investment opportunities, maka pasar akan memberikan reward berupa PER yang tinggi Sartono, 2001:52.
Return on equity ROE merupakan rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham yang dimiliki perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur
tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki
perusahaan. Jika rasio ini meningkat manajemen cenderung dipandang lebih efisien dari sudut pandang pemegang saham. ROE merupakan perbandingan
antara laba bersih yang dihasilkan dengan modal sendiri atau equity Riadi, 2011:2.
Return on equity ratio ROE yang tinggi akan memberikan sinyal
pada investor untuk melakukan investasi ke dalam perusahaan karena perusahaan memiliki prospek yang menguntungkan. Pernyataan di atas
sesuai dengan teori signaling, perusahaan dengan prospek menguntungkan akan menginvestasikan setiap modal baru yang masuk dan menghindari
penjualan saham Wibowo, 2013:6. Yang dimaksud dengan return on equity ROE dalam penelitian ini
adalah laba bersih dibagi total ekuitas Sugiono dan Untung, 2008:132.
39 Menurut Sudana 2011:22 semakin tinggi Return on Equity ROE
menunjukkan bahwa semakin efisien penggunaan modal sendiri ekuitas yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Adapun rumus perhitungan
return on equity adalah sebagai berikut:
8. Hubungan antar Variabel Penelitian
a. Hubungan antara Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan
cara menggunakan hutang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham. Struktur modal adalah panduan atau kombinasi sumber dana jangka
panjang yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal pada intinya terdiri dari dua bagian penting yaitu debt dan equity Rodoni dan Ali,
2010:137. Menurut Weston dan Copeland 2005 dalam Rodoni dan Ali
2010:137 mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan
modal pemegang saham. Struktur modal dapat mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Sebuah perusahaan dikatakan tidak memiliki keseimbangan finansial apabila total hutang perusahaan lebih besar daripada total yang
dimiliki perusahaan.
Dengan semakintingginya
rasio leverage
40 menunjukkan semakin besarnya dana yang disediakan oleh kreditur. Hal
tersebut akan membuat investor berhati-hati untuk berinvestasi di perusahaan yang rasio leverage nya tinggi karena semakin tinggi rasio
leverage nya semakin tinggi pula resiko investasinya Mamduh dan Halim, 2005:56.
Perusahaan yang memiliki hutang tinggi menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dana yang dibiayai oleh pinjaman sehingga
ketergantungan perusahaan terhadap kreditur akan meningkat, sehingga apabila perusahaan memperoleh laba usaha, maka akan diserap untuk
melunasi hutang dan akhirnya laba yang dibagikan kepada pemegang saham akan semakin kecil yang berakibat investor enggan membeli
saham perusahaan tersebut, sehingga berakibat nilai perusahaan tersebut akan turun Sudana, 2011:45.
b. Hubungan antara Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan
Menurut teori keagenan, ketika ada pemisahan antara pemilikan dengan pengelolaan perusahaan akan dapat memicu munculnya konflik
keagenan. Konflik keagenan ini timbul ketika terdapat perbedaan kepentingan antara prinsipal dengan agen untuk memaksakan utilitasnya
sendiri. Kepentingan diantara manajemen dan pemilik perusahaan mengakibatkan manajemen berprilaku curang sehingga pemilik
perusahaan mengalami kerugian. Untuk itu diperlukan cara pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara manajemen
dengan pemegang saham Sofyaningsih, 2011 dalam Putra, 2013:4.
41 Laporan keuangan dapat mencerminkan adanya konflik antara
pemilik dengan manajer dalam beberapa hal yang tergambar dalam teori keagenan. Diperlukan pelaporan secara rutin sebagai cara pemilik
memonitor kontrak dengan manajer. Konflik kepentingan semakin meningkat ketika prinsipal tidak dapat dengan mudah mengawasi prilaku
agen. Cara pengendalian yang terbaik dilakukan adalah dengan kepemilikan saham oleh pihak manajerial. Kepemilikan manajerial
adalah persentase kepemilikan saham pada perusahaan oleh pihak manajerial. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan berusaha
bekerja secara optimal dan tidak hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Manajemen selalu berupaya meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan karena dengan meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan maka kekayaannya yang dimiliki sebagai pemegang saham akan
meningkat, sehingga kesejahteraan pemegang saham akan meningkat pula Putra, 2013:5.
Struktur kepemilkan menjadi penting dalam teori keagenan karena sebagian besar argumentasi konflik disebabkan oleh adanya
pemisahan ke- pemilkan dan pengelolan. Konflik keagenan tidak terjadi pada perusahan dengan kepemilkan seratus persen oleh manajemem.
Manajer sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahan karena dengan meningkatkan nilai perusahan, maka nilai kekayanya
sebagai pemegang saham akan meningkat juga Agnes, 2011:3.
42
c. Hubungan antara Suku Bunga terhadap Nilai Perusahaan
Tandelilin 2001:213 menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang present value
aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga yang
tinggi akan meningkatkan beban bunga yang harus ditanggung perusahaan. Peningkatan beban bunga ini nantinya akan berdampak pada
berkurangnya laba yang akan di hasilkan perusahaan. Dengan berkurangnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan membuat
aliran kas yang dimiliki perusahaan pun akan ikut berkurang. Dengan berkurangnya aliran kas yang diterima perusahaan maka aliran kas yang
akan diterima investor akan berkurang dan hal ini akan membuat investor untuk tidak tertarik untuk berinvestasi sehingga akan mengakibatkan
harga saham turun, hingga akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan. Kenaikan tingkat suku bunga juga akan ditanggung oleh investor,
yaitu berupa kenaikan biaya bunga bagi perusahaan. Masyarakat tidak mau beresiko melakukan investasi dengan biaya tinggi, akibatnya
investasi menjadi tidak berkembang. Dan perusahaan banyak mengalami kesulitan untuk mempertahankan hidupnya, dan ini menyebabkan kinerja
perusahaan menurun. Menurunnya kinerja perusahaan dapat berakibat pada penurunan harga saham, yang berarti nilai perusa-haan juga akan
menurun Setiani, 2013:4.
43
d. Hubungan antara Inflasi terhadap Nilai Perusahaan
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik Madura, 2007:128.
Kestabilan inflasi merupakan syarat penting bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan
manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Inflasi yang tidak stabil atau tingginya inflasi dapat memberikan dampak negatif bagi
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang menyebabkan turunnya pendapatan perusahaan sehingga mengakibatkan turunnya kesejahteraan
pemegang saham dan nilai perusahaan juga akan semakin turun Rosy, 2013:2.
e. Hubungan antara Return on Equity terhadap Nilai Perusahaan
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan Kasmir dan Jakfar, 2010:115. Jika memiliki profitabilitas
yang tinggi, tetapi mempunyai likuiditas yang rendah, perusahaan menghadapi masalah, yaitu dapat dipailitkan karena tidak mampu
44 membayar hutangnya. Maka semakin tinggi profitabilitas perusahaan,
maka semakin besar pula tersedianya dana internal untuk investasi, sehingga penggunaan hutang akan lebih kecil. Pada tingkat profitabilitas
rendah, perusahaan
menggunakan hutang
untuk membiayai
operasionalnya Sugiono,
2009:66. Ukuran
kinerja finansial
memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan
laba perusahaan Kaplan dan Norton, 2000:23. Return on equity
akan berdampak negatif terhadap perusahaan berarti kemampuan perusahaan memperoleh laba masih diragukan oleh
investor dalam mengambil keputusan. Faktor lain yang dapat diragukan oleh investor adalah keadaan perekonomian yang terjadi krisis, walaupun
semakin tingginya return on equity akan menurunkan investor dalam melakukan investasi yang berdampak menurunnya nilai perusahaan
Riadi, 2011:8. Pendapat lain diungkapkan oleh Ramadhani 2012:12 yang menyatakan bahwa semakin besar nilai ROE maka perusahaan
belum tentu dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan yang memiliki profitable investment opportunities yang bagus belum
tentu akan memberikan reward berupa PER yang tinggi. B.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari
jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan
45 dengan penelitian selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan
waktu yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul
Penelitian Persamaan
Perbedaan Hasil
Penelitian
1. Analisis Faktor
Internal dan Ekternal
Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Rosy 2013
Variabel Independen:
Inflasi, Variabel
Dependen: Nilai
Perusahaan Metode
Penelitian: Regresi Linier
Berganda Variabel
Independen: kebijakan
deviden, hutang, profitabilitas,
pertumbuhan pasar
Faktor internal perusahaan yang terdiri
dari kebijakan deviden dan hutang
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin
besar deviden dan hutang semakin tinggi
nilai perusahaan. Sedangkan faktor
internal perusahaan yaitu profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Selain faktor internal, faktor
eksternal perusahaan yaitu pertumbuhan
pasar tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan sedangkan tingkat
inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.
2. Pengaruh Return on
Asset ROA Return
on Equity ROE
dan Kepemilikan Manajerial terhadap
Nilai Perusahaan Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia BEI
Periode 2009- 2011.
Ain dan Setijaningsih
2012 Variabel
Independen: Return on
Equity Variabel
Dependen: Nilai
Perusahaan Metode
Penelitian: Regresi Linier
Berganda Variabel
Independen: Return on Asset,
Kepemilikan Manajerial
Penelitian dengan analisis regresi
menunjukkan bahwa ROA berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan,
dengan sig. sebesar 0,014. ROE terbukti
tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, dengan sig. sebesar 0,372
untuk ROE. Hal
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
46
Tabel 2.1 Lanjutan
No Judul
Penelitian Persamaan
Perbedaan Hasil
Penelitian
3. Pengaruh
Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan dan
Tingkat Suku Bunga terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Otomotif yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Setiani 2013
Variabel Independen:
Suku Bunga Variabel
Dependen: Nilai
Perusahaan Metode
Penelitian: Regresi Linier
Berganda Variabel
Independen: Keputusan
Investasi, Keputusan
Pendanaan Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa keputusan investasi
berpengaruh tidak signifikan dan negatif
terhadap nilai perusahaan sig.
0,3464, Keputusan pendanaan berpengaruh
signifikan dan positif terhadap nilai
perusahaan sig. 0,0493. Dan tingkat
suku bunga berpengaruh signifikan
dan positif terhadap nilai perusahaan sig.
0,0015.
4. Pengaruh Struktur
Kepemilikan Saham dan
Corporate Social Responsibility
pada Nilai Perusahaan.
Adnantara 2013 Variabel
Independen: Struktur
Kepemilikan Saham
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Metode Penelitian:
Regresi Linier Berganda
Variabel Independen:
Corporate Social
Responsiblity Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kepemilikan
Institusional dan Kepemilikan Publik
berpengaruh positif pada CSR, dan CSR
terbukti memiliki pengaruh positif pada
Nilai Perusahaan. Dapat disimpulkan
bahwa secara langsung tidak ada Struktur
Kepemilikan yang berpengaruh pada Nilai
Perusahaan, namun melalui CSR,
Kepemilikan Institusional dan
Kepemilikan Publik berpengaruh tidak
langsung pada Nilai Perusahaan.
5. Pengaruh Struktur
Modal dan Return on Equity
ROE terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Sektor
Pertanian di Bursa Efek Indonesia
Perusahaan yang Terdaftar Di BEI.
Yuliana, dkk 2012 Variabel
Independen: Struktur Modal
dan ROE Variabel
Dependen: Nilai
Perusahaan Metode
Penelitian: Regresi Linier
Berganda Objek
penelitian: Perusahaan
Sektor Pertanian di Bursa Efek
Indonesia Hasil penelitian ini
menunjukan secara parsial, struktur modal
tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan, dan return on equity
ROE mempunyai pengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
47
Tabel 2.1 Lanjutan
No Judul
Penelitian Persamaan
Perbedaan Hasil
Penelitian
6. Analisis Pengaruh
Struktur Modal, Pertumbuhan
Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan
Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2007
– 2009 Studi Kasus
Pada Sektor Industri Food and
Beverages .
Puspita 2012 Variabel
Independen: Struktur Modal,
profitabilitas Variabel
Dependen: Nilai
Perusahaan Metode
Penelitian: Regresi Linier
Berganda Variabel
Independen: pertumbuhan
perusahaan dan ukuran
perusahaan Hasil penelitian
diperoleh bahwa struktur modal,
profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif
signifikan terhadap nilai perusahaan
sedangka pertumbuhan perusahaan dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
7. Pengaruh Struktur
Modal Dan Pertumbuhanperusa
haan terhadap Profitabilitas dan
Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Kusumajaya 2012
Variabel Independen:
Struktur Modal, profitabilitas
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Metode Penelitian:
Regresi Linier Berganda
Variabel Independen:
pertumbuhan perusahaan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
struktur modal, pertumbuhan
perusahaan, berpengaruh terhadap
profitabilitas dan struktur modal,
pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas signifikan terhadap nilai
perusahaan.
8. Impact Of Capital
Structure Policy On Value Of The Firm
– A Study on Some Selected Corporate
Manufacturing Firms Under Dhaka
Stock Exchange
. Hoque, et all 2014
Variabel Independen:
Struktur Modal, Variabel
Dependen: Nilai
Perusahaan Metode
Penelitian: Regresi Linier
Berganda Objek
penelitian: Manufacturing
Firms Under Dhaka Stock
Exchange This study has
portrayed that the independent variables
namely capital structure CS, debt to
equity DER debt to asset DR, fixed assets
to total assetsTangibility,
earnings before interest and taxes to
interest chargesICR, financial leverage
multiplierFLM have influenced value of the
firmVF to the extent of 79.1 percent
significantly
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
48
C. Kerangka Pemikiran