5
Limbah ikan yang dihasilkan dari kegiatan perikanan adalah berupa : 1. Ikan curah yang bernilai ekonomis rendah sehingga belum banyak dimanfaatkan
sebagai pangan. 2. Bagian daging ikan yang tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah tangga,
industry pengalengan, atau industri pemiletan. 3. Ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim produksi ikan
melimpah. 4. Kesalahan penanganan dan pengolahan.
Berdasarkan karakternya limbah dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu limbah yang masih dapat dimanfaatkan dan sudah tidak dapat dimanfaatkan. Limbah
perikanan berbentuk padatan, cairan dan gas. Limbah tersebut ada yang berbahaya dan sebagian lagi beracun. Limbah padatan memiliki ukuran bervariasi, mulai
beberapa micron hingga beberapa gram atau kilogram.
2.2 Kompos
Menurut J.H.Crawford 2003 kompos didefenisikan sebagai berikut : Kompos adalah hasil dekomposisi parsialtidak lengkap, dipercepat secara artifisial
dari campuran bahan-bahan organik oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik.
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis
tanaman yang sering digunakan untuk kompos diantaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa.
Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering
digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola.
6
Beberapa kegunaan kompos adalah: 1. Memperbaiki struktur tanah.
2. Memperkuat daya ikat agregat zat hara tanah berpasir 3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air
4. Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah 5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara
Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan
menurunnya temperatur kompos di bawah 40
o
C Djuarni, Nan.Ir,Msc.,dkk, 2006.
2.3 Aktivator
Gaur 1983 diacu dalam Nengsih 2002 mendefinisikan bahwa setiap zat atau bahan yang dapat mempercepat penguraian bahan organik disebut dengan
aktivator. Aktivator mempengaruhi proses penguraian bahan organik melalui dua cara, cara pertama yaitu dengan menginokulasi strain mikroorganisme yang efektif
dalam menghancurkan bahan organik pada aktivator organik, kedua yaitu meningkatkan kadar nutrisi makanan bagi mikroorganisme tersebut. Aktivator terdiri
dari dua jenis yaitu aktivator organik yang terdiri dari aktivator organik alami seperti pupuk kandang, fungi, dan tanah kaya humus dan aktivator buatan contohnya OST
Organic Soil Treatment, EM