Dr. Nimpan Bangun,MSc 4. Dr. Yuniarti Yusak, MS Diciumdibaui Warna kompos Penyusutan Tes kantong plastik Tes Perkecambahan Suhu

Telah diuji pada Tanggal : 26 April 2013 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc Anggota : 1. Jamahir Gultom, Ph.D 2. Prof. Basuki Wirjosentono,MS,Ph.D

3. Dr. Nimpan Bangun,MSc 4. Dr. Yuniarti Yusak, MS

5. Prof.Dr. Yunazar Majang

PERNYATAAN ORISINALITAS STUDI PEMANFAATAN LIMBAH IKAN DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN TPI DAN PASAR TRADISIONAL SIBOLGA SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS TESIS Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya Tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar. Medan, 2013 Selvya NIM. 117006012 PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai Sivitas Akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Selvya Nomor Pokok : 117006012 Program Studi : Magister Ilmu Kimia Jenis Karya Ilmiah : Tesis Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif Non-Exclusif Royalty Free Right atas Tesis saya yang berjudul: STUDI PEMANFAATAN LIMBAH IKAN DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN TPI DAN PASAR TRADISIONAL SIBOLGA SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS beserta perangkat yang ada jika diperlukan. Dengan Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya. Medan, 2013 Selvya NIM. 117006012 RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap : Selvya Tempat Tgl lahir : Tanjung Morawa, 23 Mei 1969 Alamat Rumah : Griya Payaroba Indah Blok G No.9 Binjai HP : 08126552052 Email : selvya_binjaiyahoo.com Instansi Tempat Kerja : SMA Negeri 4 Binjai Alamat Kantor : Jl. Cut Nyak Dien No 134 Binjai DATA PENDIDIKAN SD Negeri 101897 Tanjung Morawa Tamat 1982 SMP Negeri 1 Tanjung Morawa Tamat 1985 SMA Negeri Tanjung Morawa Tamat 1988 D-3 Kependidikan USU Tamat 1992 S-1 Universitas Negeri Medan Tamat 2001 i STUDI PEMANFAATAN LIMBAH IKAN DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN TPI DAN PASAR TRADISIONAL SIBOLGA SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pembuatan pupuk kompos dari limbah ikan tempat pelelangan TPI dan pasar tradisional Sibolga. Proses pengomposan menggunakan EM 4 yang telah diaktifkan dengan tetes tebu.Selama pengomposan kondisi suhu dijaga dengan pembalikan kompos dan diamati perubahan warna serta bau. Pengujian kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium dilakukan pada rentang waktu 0,2,5,10,15,20 hari. Hasil penelitian menunjukkan kadar C-Orgnik ; 51,69, Nitrogen ; 8,25, Posfor ; 4,75, dan Kalium ; 1,56. Dari hasil pengujian C- Organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium menunjukkan kadar yang cukup tinggi dibanding dengan kualitas kompos SNI, maka kompos dari limbah ikan tempat pelelangan ikan TPI dan pasar tradisioanl Sibolga dapat digunakan sebagai pupuk. Kata kunci : Kompos, limbah ikan, EM 4 ii A STUDY ON THE USE OF FISHES WASTE FROM THE FISH AUCTION TPI AND TRADITIONAL MARKET SIBOLGA AS COMPOS MATERIAL ABSTRACT This thesis deals with a research on composting of waste fish in the fish auction TPI and traditional markets in Sibolga. The Composting process used EM4 which has been enabled with drops of cane. During composting, the temperature was being maintained by compost reversal and the changing of color and odor was being observed. Testing the levels of C-Organic, Nitrogen, Phosphorus, and Potassium were performed on span days 0,2,5,10,15,20. The results showed the levels of C- Organik; 51.69, Nitrogen; 8.25, Phosphorus; 4.75, and Potassium; 1.56. From the results of testing C-Organic, Nitrogen, Phosphorus, and Potassium, it shows a high level compared with the ISO quality compost. Therefore the compost from fish waste in the fish auction TPI and a traditional market Sibolga can be used as fertilizer. Keywords: compost, fish waste, EM4 iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang member limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dengan selesai tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada : Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr.Syahril Pasaribu, DMTH, M.Sc, CTM, SpA K, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Dekan FMIPA Dr.Sutarman, M.Sc. Dan Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D. Atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc dan Bapak Jamahir Gultom, Ph.D selaku komisi pembimbing yang setiap saat dengan penuh perhatian dan selalu menyediakan waktu untuk memberi bimbingan, saran dan motivasi sehingga tesis ini dapat selesai. Seluruh Staf Pengajar, karyawan dan rekan-rekan mahasiswa angkatan 2011 pada Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kimia yang telah memberikan ilmu,bantuan moril dan motivasi bagi penulis,atas semuanya penulis ucapkan terima kasih. Kepada seluruh keluarga, ibunda, suami dan anak-anak, terima kasih atas segala pengorbanan baik berupa moral maupun materil,budi baik tidak dapat dibalas hanya diserahkan kepada Allah SWT, semoga menerima amal baik dan melimpah rahmat-Nya kepada kita semua, amin. iv Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pihak pembacauntuk kesempurnaan bagi peneliti dan kemajuan ilmu. Medan, April 2013 Selvya v DAFTAR ISI ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Pembatasan Masalah 2 1.4 Tujuan Penelitian 2 1.5 Manfaat Penelitian 3 1.6 Metodologi Penelitian 3 1.7 Lokasi Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Ikan 4 2.2 Kompos 5 2.3 Aktivator 6

2.4 EM

4 Effektif Micrroorganisme 4 6 2.5 Proses Pengomposan 8 2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan 10 vi 2.7 Kompos Matang 14 2.8 Standar Pupuk Kompos 16

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Alat-Alat Yang Digunakan 17 3.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan 18 3.3 Prosedur Penelitian 18 3.4 Bagan Penelitian 25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 31 4.2 Pembahasan 36

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 41 5.2 Saran 41 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman Tabel 2.6 Kondisi yang optimal mempercepat proses pengomposan 13 Tabel 2.8 Standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 16 Tabel 4.1 Pengujian kadar C-Organik dari limbah ikan TPI dan pasarTradisinal Sibolga 32 Tabel 4.2 Pengujian kadar Nitrogen dari limbah ikan TPI dan PasarTradisinal Sibolga 33 Tabel 4.3 Pengujian kadar Posfor dari limbah ikan TPI dan Pasar Tradisinal Sibolga 34 Tabel 4.4 Pengujian kadar Kalium dari limbah ikan TPI dan Pasar Tradisinal Sibolga 35 Tabel 4.2.1 Pengujian kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kaliumdari limbah ikan TPI dan pasar tradisinal Sibolga 40 viii DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman Gambar 4.2.1 Kurva Perubahan kadar C-Organik Vs Waktu 36 Gambar 4.2.2 Kurva Perubahan kadar Nitrogen Vs Waktu 37 Gambar 4.2.3 Kurva Perubahan kadar Posfor Vs Waktu 38 Gambar 4.2.4 Kurva Perubahan kadar KaliumVs Waktu 39 i STUDI PEMANFAATAN LIMBAH IKAN DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN TPI DAN PASAR TRADISIONAL SIBOLGA SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pembuatan pupuk kompos dari limbah ikan tempat pelelangan TPI dan pasar tradisional Sibolga. Proses pengomposan menggunakan EM 4 yang telah diaktifkan dengan tetes tebu.Selama pengomposan kondisi suhu dijaga dengan pembalikan kompos dan diamati perubahan warna serta bau. Pengujian kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium dilakukan pada rentang waktu 0,2,5,10,15,20 hari. Hasil penelitian menunjukkan kadar C-Orgnik ; 51,69, Nitrogen ; 8,25, Posfor ; 4,75, dan Kalium ; 1,56. Dari hasil pengujian C- Organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium menunjukkan kadar yang cukup tinggi dibanding dengan kualitas kompos SNI, maka kompos dari limbah ikan tempat pelelangan ikan TPI dan pasar tradisioanl Sibolga dapat digunakan sebagai pupuk. Kata kunci : Kompos, limbah ikan, EM 4 ii A STUDY ON THE USE OF FISHES WASTE FROM THE FISH AUCTION TPI AND TRADITIONAL MARKET SIBOLGA AS COMPOS MATERIAL ABSTRACT This thesis deals with a research on composting of waste fish in the fish auction TPI and traditional markets in Sibolga. The Composting process used EM4 which has been enabled with drops of cane. During composting, the temperature was being maintained by compost reversal and the changing of color and odor was being observed. Testing the levels of C-Organic, Nitrogen, Phosphorus, and Potassium were performed on span days 0,2,5,10,15,20. The results showed the levels of C- Organik; 51.69, Nitrogen; 8.25, Phosphorus; 4.75, and Potassium; 1.56. From the results of testing C-Organic, Nitrogen, Phosphorus, and Potassium, it shows a high level compared with the ISO quality compost. Therefore the compost from fish waste in the fish auction TPI and a traditional market Sibolga can be used as fertilizer. Keywords: compost, fish waste, EM4 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil penangkapan ikan dari perairan laut di pantai barat Sumatera bagian utara khususnya di wilayah pantai Sibolga adalah berjumlah cukup besar dan jenisnya cukup beragam. Dapat dikatakan bahwa hasil perikanan laut di wilayah ini sangat berperan untuk mendukung perekonomian rakyat Sibolga. Hasil penangkapan ikan dimaksud terlebih dahulu disortir sesuai dengan jenis dan kondisi fisiknya, sehingga diharapkan dapat memenuhi kehendak konsumen, baik ditempat pelelangan ikan maupun di pasar tradisional kota Sibolga, demikian juga halnya dengan ikan yang akan dijual keluar kota. Sangat disayangkan, sesuai dengan kenyataan bahwa tidak semua ikan hasil tangkapan itu dapat dimaanfaatkan sebagai sumber daya alam yang bernilai ekonomis, karena banyaknya ikan yang harus terbuang sebagai limbah. Limbah ikan tersebut diatas ditumpuk di beberapa tempat,baik ditempat pelelangan ikan, maupun dipasar trasional Sibolga. Penanganan terhadap limbah ikan dimaksud belum maksimal, sehingga menimbulkan bau busuk atau pencemaran lingkungan. Penanggulangan terhadap dampak pencemaran yang disebabkan oleh penumpukan ikan busuk pernah dilakukan oleh BLHPP Badan Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Perkotaan Kabupaten Samosir pada tahun 2009, dengan cara mengkomposkan menjadi pupuk dengan menggunakan EM 4 sebagai mikroba pengurai. Proses pengomposan dimakdsud dipandu oleh Dr.Lea Jellineak dari Monash University, Melbourne. Penumpukan ikan busuk di desa Silima Lombu, Kabupaten Samosir dilakukan oleh PT Aquafarm Nusantara Terbuka, sebagai akibat kematian ikan nila merah di Keramba Jala Apung KJA milik perusahan tersebut sebanyak 1 satu ton perhari, dimana sebagian besar ikan mati tak dapat dimanfaatkan lagi. 2 Kompos yang dihasilkan dari proses ini diuji coba oleh BLHPP Badan Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Perkotaan Kabupaten Samosir dikebun percontohan jagung milik BLHPP Kabupaten Samosir. Hasilnya cukup memuaskan dengan hasil yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tanaman sejenis disekelilingnya yang dimiliki oleh rakyat di wilayah Desa Pebabak Samosir. Gultom, J, 2009, Informasi lisan Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Pemanfaatan Limbah Ikan dari Tempat Pelelangan Ikan TPI dan Pasar Tradisinal Sibolga sebagai Bahan Baku Kompos “ dengan harapan limbah ikan yang dihasilkan dari tempat pelelangan ikan dan pasar tradisional Sibolga dapat dimanfaatkan, sehingga pencemaran yang diakibatkan juga dapat diatasi.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apakah limbah ikan dari tempat pelelangan ikan TPI dan pasar tradisional Sibolga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. 2.Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan kompos. 3.Berapa besar kadar C-organik, Nitrogen,Posfor dan Kalium dan di sesuaikan dengan SNI kompos.

1.3 Pembatasan Masalah

1. Limbah ikan yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos diambil dari tempat pelelangan ikan TPI dan pasar tradisional Sibolga 2. Parameter yang dianalisa adalah C-organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengolah limbah ikan dari tempat pelelangan ikan TPI dan pasar tradisional Sibolga sebagai pupuk kompos. 2. Mengetahui waktu yang di butuhkan untuk pembuatan kompos 3 13. Mengetahui kadar C-organik, Nitrogen, Phosfor dan Kalium disesuaikan dengan SNI kompos.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangan pengetahuan alternatif lain dalam pembuatan pupuk kompos. 2. Meningkatkan nilai ekonomis dari limbah ikan 3. Mengurangi beban pecemaran lingkungan yang disebabkan dari limbah ikan Sibolga.

1.6 Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium 2. Limbah ikan diambil dari Tempat Pelelangan Ikan TPI dan Pasar Tradisional Sibolga 3. Pembuatan kompos dari limbah ikan yang difermentasi dengan EM 4 4. Penentuan C-organik metode Gravimetri 5. Penentuan Nitrogen dilakukan dengan metoda Kjehldal 6. Penentuan Posfor dengan Spektrofotometer Visible 7. Penentuan Kalium dengan Spektrofotometer Serapan Atom AAS

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu-Ilmu Dasar LIDA Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium BARISTAND. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Ikan

Produksi perikanan laut Indonesia dari tahun-ke tahun semakin meningkat dan berkembang.Disamping kekayaan ikan di kawasan Indonesia yang berlimpah serta usaha untuk meningkatkan hasil tangkapan yang terus-menerus dilaksanakan,ternyata baru mencapai nilai 35 saja yang dapat di capai. Dari data yang dapat dikumpulkan,setiap musim masih terdapat antara 25-30 hasil tangkapan ikan laut yang akhirnya harus menjadi sisa atau ikan buangan yang disebabkan karena berbagai hal. 1. Keterbatasan pengetahuan dan sarana para nelayan di dalam cara pengolahan ikan . misalnya, hasil tangkapan tersebut masih terbatas sebagai produk untuk dipasarkan langsung ikan segar, atau diolah menjadi ikan asin, pindang, terasi serta hasil-hasil olahannya. 2. Tertangkapnya jenis-jenis ikan lain yang kurang berharga ataupun sama sekali belum mempunyai nilai di pasaran, yang akibatnya ikan tersebut harus dibuang. Diantara bahan alami, ikan tercatat sebagai bahan yang sangat cepat membusuk. Karenanya begitu ikan tertangkap, maka proses pengolahan dalam bentuk pengawetan dan pengolahan harus segera dilakukan. Juga selama pengolahan ikan, masih banyak bagian-bagian dari ikan, baik kepala, ekor, maupun bagian-bagian yang tidak dimanfaatkan akan dibuang. Tidak mengherankan kalau sisa ikan dalam bentuk buangan dan bentuk-bentuk lainnya berjumlah cukup banyak, apalagi kalau ditambah dengan jenis-jenis ikan lainnya yang tertangkap tetapi tidak mempunyai nilai ekonomi. Ditambah lagi, ikan-ikan sisa dan yang terbuang tersebut secara langsung maupun tidak langsung banyak membawa problem lingkungan di kawasan pesisir, minimal dalam bentuk gangguan terhadap kebersihan, sanitasi dan kesehatan lingkungan. Ikan mania.word pres.com.2007 5 Limbah ikan yang dihasilkan dari kegiatan perikanan adalah berupa : 1. Ikan curah yang bernilai ekonomis rendah sehingga belum banyak dimanfaatkan sebagai pangan. 2. Bagian daging ikan yang tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah tangga, industry pengalengan, atau industri pemiletan. 3. Ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim produksi ikan melimpah. 4. Kesalahan penanganan dan pengolahan. Berdasarkan karakternya limbah dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu limbah yang masih dapat dimanfaatkan dan sudah tidak dapat dimanfaatkan. Limbah perikanan berbentuk padatan, cairan dan gas. Limbah tersebut ada yang berbahaya dan sebagian lagi beracun. Limbah padatan memiliki ukuran bervariasi, mulai beberapa micron hingga beberapa gram atau kilogram.

2.2 Kompos

Menurut J.H.Crawford 2003 kompos didefenisikan sebagai berikut : Kompos adalah hasil dekomposisi parsialtidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan organik oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik. Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos diantaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola. 6 Beberapa kegunaan kompos adalah: 1. Memperbaiki struktur tanah. 2. Memperkuat daya ikat agregat zat hara tanah berpasir 3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air 4. Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah 5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos di bawah 40 o C Djuarni, Nan.Ir,Msc.,dkk, 2006.

2.3 Aktivator

Gaur 1983 diacu dalam Nengsih 2002 mendefinisikan bahwa setiap zat atau bahan yang dapat mempercepat penguraian bahan organik disebut dengan aktivator. Aktivator mempengaruhi proses penguraian bahan organik melalui dua cara, cara pertama yaitu dengan menginokulasi strain mikroorganisme yang efektif dalam menghancurkan bahan organik pada aktivator organik, kedua yaitu meningkatkan kadar nutrisi makanan bagi mikroorganisme tersebut. Aktivator terdiri dari dua jenis yaitu aktivator organik yang terdiri dari aktivator organik alami seperti pupuk kandang, fungi, dan tanah kaya humus dan aktivator buatan contohnya OST Organic Soil Treatment, EM 4 dan Gt 1000-Wta dan aktivator kimia seperti asam asetat, amonium sulfat, urea, dan amoniak.

2.4 EM

4 Effective Microorganisme 4 Teknologi EM 4 Effective Microorganisme 4 adalah teknologi fermentasi yang dikembangkan pertama kali oleh Prof Dr Teruo Higa dari University Of The Ryukyus, Okinawa Jepang sejak tahun 1980. EM 4 merupakan kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Mikrooranisme alami yang terdapat dalam EM 4 bersifat fermentasi peragian terdiri dari lima kelompok mikroorganisme yaitu bakteri fotosintetik Rhodopseudomonas 7 sp., jamur fermentasi Saccharonzyces sp., bakteri asam laktat Lactobacillus sp., dan Actinomycetes. EM 4 merupakan biofertilizer yang diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah. EM 4 mampu mempercepat dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, dan rnenekan aktivitas mikroorganisme patogen. Selain itu EM 4 juga dapat digunakan untuk membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak udang dan ikan Indriani 1999. Bakteri fotosintetik merupakan bakteri yang dapat mensintesis senyawa nitrogen, dan gula. Jamur fermentatif berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa organik dalam bentuk alkohol, gula, dan asama amino yang siap diserap oleh perakaran tanaman. bakteri asam laktat terutama golongan Lactobacillus sp. berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa- senyawa asam laktat yang dapat diserap oleh tanaman. Actinomycetes merupakan bakteri yang tumbuh dalam bentuk miselium filamen berbentuk jalinan benang. Actinotnycetes berfungsi mengambil asam amino dan zat yang dihasilkan oleh jamur fermentatif dan mengubahnya menjadi antibiotik yang bersifat toksik terhadap patogen atau penyakit serta dapat melarutkan ion-ion fosfat dan ion-ion mikro laimya. Streptonzyces sp. menghasikan enzim steptomisin yang berguna bagi tanaman Wididana et al. 1996 diacu dalam Nengsih 2002. Mikroorganisme yang terdapat dalam EM 4 dapat bekerja efektif menambah unsur hara apabila bahan organik dalam keadaan cukup. Bahan organik tersebut merupakan bahan makanan dan sumber energi. Dalarn penggunaan EM 4 memerlukan dedak sekitar 10 dari jumlah bahan. Sebagai sumber makanan bakteri maka pada tahap awal diperlukan molase atau gula sebanyak 0,1 dari jumlah bahan Indriani 1999 8

2.5 Proses Pengomposan

Penguraian suatu senyawa ditentukan oleh suatu bahan, dimana pada umumnya senyawa organik mempunyai sifat yang cepat diuraikan, sedangkan senyawa anorganik mempunyai sifat sukar diuraikan.Proses biologi merupakan proses alami yang bersifat dinamis dan kontinu selama faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan hidup mikroorganisme yang berperan didalamnya terpenuhi. Penguraian bahan organik akan berlangsung melalui jalur-jalur proses yang sudah dikenal,yang secara keseluruhan disebut dengan fermentasi. Campuran bahan yang sudah ditambah bioaktivator difermentasi dengan cara menutup dengan menggunakan terval dan membiarkannya selama 5-7 hari. Pada hari kedua atau ketiga, temperatur bahan kompos akan meningkat menjadi 40-60 C. Jika temperatur meningkat, tumpukan bahan tersebut harus dibalik, kemudian ditutup lagi. Tiga hari kemudian temperatur akan turun kembali dan berangsur-angsur stabil, bahan tersebut sudah menjadi kompos dan siap dikemas atau digunakan. Sofian,2006. Sumber bahan organik tanah adalah jaringan tanaman baik yang berupa serasah atau sisa tanaman yang berupa batang, akar, daun, yang kemudian dirombak oleh mikroorganisme tanah, atau sisa hewan yang berupa kotoran maupun bangkai hewan. Secara kimiawi bahan organik tanah tersusun atas karbohidrat, protein lignin dan sejumlah senyawa kecil seperti lemak, lilin dan sebagainya, salah satu hasil perombakan bahan organik adalah humus, yang mempunyai kapasitas pengikat unsur hara dan air yang sangat tinggi, memiliki kekhususan koloidal dan mampu mengikat air 80-90 dari berat keringnya, bandingkan dengan tanah liat yang hanya mampu mengikat air 15-20 saja. Humus memberi warna tanah menjadi agak kehitaman dan sangat bermanfaat bagi pertanian karena mempengaruhi struktur tanah. Bahan organik dalam tanah sangat berhubungan dengan kecepatan pelapukan tanah. Bahan organik yang mempunyai CN rasio yang rendah akan lebih cepat melapuk dibanding bahan organik yang mempunyai rasio CN yang tinggi. Untuk cepat lapuk maka perlu penambahan nitrogen tanah yaitu dengan menambahkan 9 bahan organik yang cepat lapuk. Walaupun demikian peranan oksigen yang terkandung dalam tanah sangat penting, karena berkurangnya kadar oksigen juga berpengaruh pada aktivitas mikroorganisme dalam penguraian. Ini berkaitan dengan ketersediaan unsur hara dari bahan organik yang bisa diserap tanaman.M,Isnaini,2006 Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses pengomposan yaitu : Reduksi Sulfat : CH 3 CHOHCOOH + SO 4 2- 2CH 3 COOH + H 2 S + 2OH - 4H 2 + SO 4 2- 2H 2 O + H 2 S + 2OH - Reduksi karbon organik secara anaerobik : CH 3 COOH CH 4 + CO 2 4CH 3 OH 3CH 4 + CO 2 + 2H 2 O C 6 H 12 O 6 bakteri 3CH 3 COOH C 6 H 12 O 6 kapang 2CH 3 CH 2 OH + 2CO 2 Reduksi karbon dioksida : 2CH 3 CH 2 OH + 2O 2 2CH 3 COOH + CH 4 4H 2 + CO 2 CH 4 + H 2 O 4H 2 + 2CO 2 CH 3 COOH + 2H 2 O Reduksi oksidasi sempurna : CH 3 COOH + 2O 2 CO 2 + 2H 2 O 2H 2 + O 2 2H 2 O CH 4 + 2O 2 CO 2 + 2H 2 O Judoamidjojo,M.Darwis,A.A.E.G.Said,1992 10 Reaksi animasi : Protein proses enzimatik senyawa asam amino komplek + O 2 + amina R-NH 2 + H 2 O R-OH + NH 2 + Energi Reaksi Amonifikasi : 2NH 3 + H 2 CO 3 NH 4 2 CO 3 NH 4 + + CO 3 2- Reaksi Nitrifikasi 2NH 4 + + 3O 2 2NO 2 + 2H 2 O + 4H + + Energi 2NO 2 + O 2 2NO 3 - + Energi Sutedjo, 2002

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Kompos

Setiap organisme pendegrasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tesebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengoposan itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain : 1. Rasio CN 2. Ukuran partikel 3. Aerasi 4. Porositas 5. Kandungan air 6. Suhu 7. pH 8. Kandungan hara 9. Kandungan bahan-bahan berbahaya 11

2.6.1 Rasio CN

Rasio CN yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30 : 1 hingga 40 : 1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energy dan menggunakan N untuk sintesa protein. Pada rasio CN diantara 30 sd 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio CN terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.

2.6.2 Ukuran Partikel

Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan porositas. Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

2.6.3 Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen aerob. Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan kelembaban. Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

2.6.4 Porositas

Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga- rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay oksigen untuk proses 12 pengomposan. Apabila rongga dipenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

2.6.5 Kelembaban Moisture content

Kelembaban memegang perananyang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 – 60 adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15. Apabila kelembaban lebih besar dari 60, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerob yang menimbulkan bau tidak sedap.

2.6.6 Temperatur

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60 o C menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60 o C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.

2.6.7 pH

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai 13 contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH pengasaman, sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

2.6.8 Kandungan hara

Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan biasanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

2.6.9 Kandungan bahan berbahaya

Beberapa bahan organik dapat mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori berbahaya untuk kehidupan mikroorganisme. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan. http:www.ipard.com Tabel 2.6 Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan Rynk, 1992 Kondisi Kondisi yang bisa diterima Ideal Rasio CN 20:1 sd 40:1 25-35:1 Kelembaban 40-65 45-62 berat Konsentrasi oksigen tersedia 5 10 Ukuran partikel 1 inci Bervariasi Bulk Density 1000 lbscu yd 1000 lbscu yd pH 5.5 – 9.0 6.5 -8.0 Suhu 43 – 66 C 54 – 60 C 14

2.7. Kompos matang

Stabilitas dan kematangan kompos adalah beberapa istilah yang sering dipergunakan untuk menentukan kualitas kompos. Stabil merujuk pada kondisi kompos yang sudah tidak lagi mengalami dekomposisi dan hara tanaman secara perlahan slow release dikeluarkan ke dalam tanah. Stabilitas sangat penting untuk menentukan potensi ketersediaan hara di dalam tanah atau media tumbuh lainnya. Kematangan adalah tingkat kesempurnaan proses pengomposan. Pada kompos yang telah matang, bahan organik mentah telah terdekomposisi membentuk produk yang stabil. Untuk mengetahui tingkat kematangan kompos dapat dilakukan dengan uji dilaboratorium untuk pengamatan sederhana di lapangan. Berikut ini disampaikan cara sederhana untuk mengetahui tingkat kematangan kompos :

1. Diciumdibaui

Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum, meskipun kompos dari sampah kota. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos belum matang.

2. Warna kompos

Warna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang.

3. Penyusutan

Terjadi penyusutan volumebobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 . Apabila penyusutannya masih kecilsedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang. 15

4. Tes kantong plastik

Contoh kompos diambil dari bagian dalam tumpukan. Kompos kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik, ditutup rapat, dan disimpan didalam suhu ruang selama kurang lebih satu minggu. Apabila setelah satu minggu kompos berbentuk baik, tidak berbau atau berbau tanah berarti kompos telah matang.

5. Tes Perkecambahan

Contoh kompos letakkan di dalam bak kecil atau beberapa pot kecil. Letakkan beberapa benih 3 – 4 benih. Jumlah benih harus sama. Pada saat yang bersamaan kecambahkan juga beberapa benih di atas kapas basah yang diletakkan di dalam baki dan ditutup dengan kacaplastik bening. Benih akan berkecambah dalam beberapa hari. Pada hari ke-5 ke-7 hitung benih yang berkecambah. Bandingkan jumlah kecambah yang tumbuh di dalam kompos dan di atas kapas basah. Kompos yang matang dan stabil ditunjukkan oleh banyaknya benih yang berkecambah

6. Suhu

Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50 o C, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif.

7. Kandungan air kompos