Telah diuji pada Tanggal                          : 26 April 2013
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
:  Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc Anggota
:  1. Jamahir Gultom, Ph.D 2. Prof. Basuki Wirjosentono,MS,Ph.D
3. Dr. Nimpan Bangun,MSc 4. Dr. Yuniarti Yusak, MS
5. Prof.Dr. Yunazar Majang
PERNYATAAN ORISINALITAS
STUDI PEMANFAATAN LIMBAH IKAN DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN TPI DAN PASAR TRADISIONAL
SIBOLGA SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS
TESIS
Dengan  ini  saya  menyatakan  bahwa  saya  mengakui  semua  karya  Tesis  ini  adalah hasil  kerja  saya  sendiri  kecuali  kutipan  dan  ringkasan  yang  tiap  satunya  telah
dijelaskan sumbernya dengan benar.
Medan, 2013
Selvya NIM. 117006012
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai Sivitas Akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :   Selvya
Nomor Pokok :   117006012
Program Studi :   Magister Ilmu Kimia
Jenis Karya Ilmiah :   Tesis
Demi  pengembangan  ilmu  pengetahuan,  menyetujui  untuk  memberikan  kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif Non-Exclusif Royalty
Free Right atas Tesis saya yang berjudul:
STUDI PEMANFAATAN LIMBAH IKAN DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN TPI DAN PASAR TRADISIONAL
SIBOLGA SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS
beserta  perangkat  yang  ada  jika  diperlukan.  Dengan  Hak  Bebas  Royalti  Non- Eksklusif  ini,  Universitas  Sumatera  Utara  berhak  menyimpan,  mengalih  media,
memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya  tanpa  meminta  izin  dari  saya  selama  tetap  mencantumkan  nama  saya  sebagai
penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, 2013
Selvya NIM. 117006012
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap :  Selvya
Tempat  Tgl lahir :  Tanjung Morawa, 23 Mei 1969
Alamat Rumah :  Griya Payaroba Indah Blok G No.9 Binjai
HP :  08126552052
Email :  selvya_binjaiyahoo.com
Instansi Tempat Kerja :  SMA Negeri 4 Binjai
Alamat Kantor :  Jl. Cut Nyak Dien No 134 Binjai
DATA PENDIDIKAN
SD Negeri 101897 Tanjung Morawa Tamat 1982
SMP Negeri 1 Tanjung Morawa Tamat 1985
SMA Negeri Tanjung Morawa Tamat 1988
D-3 Kependidikan USU Tamat 1992
S-1 Universitas Negeri Medan Tamat 2001
i
STUDI PEMANFAATAN LIMBAH IKAN DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN TPI DAN PASAR TRADISIONAL
SIBOLGA SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pembuatan pupuk kompos dari limbah ikan tempat pelelangan  TPI  dan  pasar  tradisional  Sibolga.  Proses  pengomposan  menggunakan
EM
4
yang  telah  diaktifkan  dengan  tetes  tebu.Selama  pengomposan    kondisi  suhu dijaga dengan pembalikan kompos dan diamati perubahan warna serta bau. Pengujian
kadar  C-Organik,  Nitrogen,  Posfor,  dan  Kalium  dilakukan  pada  rentang  waktu 0,2,5,10,15,20  hari.  Hasil  penelitian  menunjukkan  kadar  C-Orgnik  ;  51,69,
Nitrogen  ;  8,25,  Posfor  ;  4,75,  dan  Kalium  ;  1,56.  Dari  hasil  pengujian  C- Organik,  Nitrogen,  Posfor,  dan  Kalium  menunjukkan  kadar  yang  cukup  tinggi
dibanding  dengan  kualitas  kompos  SNI,  maka  kompos  dari  limbah  ikan  tempat pelelangan ikan TPI dan pasar tradisioanl Sibolga dapat digunakan sebagai pupuk.
Kata kunci : Kompos, limbah ikan, EM
4
ii
A STUDY ON THE USE OF FISHES WASTE FROM THE FISH AUCTION TPI AND TRADITIONAL MARKET
SIBOLGA AS COMPOS MATERIAL ABSTRACT
This  thesis  deals  with  a  research  on  composting  of  waste  fish  in  the  fish auction TPI and traditional markets in Sibolga. The Composting process used EM4
which has been enabled with drops of cane. During composting, the temperature was being maintained by compost reversal and the changing of color and odor was being
observed.  Testing  the  levels  of  C-Organic,  Nitrogen,  Phosphorus,  and  Potassium were  performed  on  span  days  0,2,5,10,15,20.  The  results  showed  the  levels  of  C-
Organik;  51.69,  Nitrogen;  8.25,  Phosphorus;  4.75,  and  Potassium;  1.56. From  the  results  of  testing  C-Organic,  Nitrogen,  Phosphorus,  and  Potassium,  it
shows  a  high  level  compared  with  the  ISO  quality  compost.  Therefore  the  compost from fish waste in the fish auction TPI and a traditional market Sibolga can be used
as fertilizer.
Keywords: compost, fish waste, EM4
iii
KATA PENGANTAR
Puji  dan  syukur  penulis  panjatkan  kehadirat  Allah  SWT  yang  member limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Dengan  selesai  tesis  ini,  penulis  mengucapkan  terimakasih  yang  sebesar- besarnya  kepada  :  Rektor  Universitas  Sumatera  Utara,  Bapak  Prof.  Dr.  dr.Syahril
Pasaribu,  DMTH,  M.Sc,  CTM,  SpA  K,  atas  kesempatan  dan  fasilitas  yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah
Pasca  Sarjana  Universitas  Sumatera  Utara,  Dekan  FMIPA  Dr.Sutarman,  M.Sc.  Dan Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D. Atas kesempatan yang telah diberikan
kepada  penulis  untuk  menjadi  mahasiswa  Program  Magister  pada  sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Terima  kasih  yang  tak  terhingga  dan  penghargaan  setinggi-tingginya  penulis ucapkan  kepada  Bapak  Dr.  Hamonangan  Nainggolan,  MSc  dan  Bapak  Jamahir
Gultom,  Ph.D    selaku  komisi  pembimbing  yang  setiap  saat  dengan  penuh  perhatian dan  selalu  menyediakan  waktu  untuk  memberi  bimbingan,  saran  dan  motivasi
sehingga tesis ini dapat selesai. Seluruh Staf  Pengajar, karyawan dan rekan-rekan mahasiswa angkatan 2011
pada  Program  Pasca  Sarjana  Program  Studi  Ilmu  Kimia  yang  telah  memberikan ilmu,bantuan moril dan motivasi bagi penulis,atas semuanya penulis ucapkan terima
kasih. Kepada  seluruh  keluarga,  ibunda,  suami    dan  anak-anak,  terima  kasih  atas
segala pengorbanan baik berupa moral maupun materil,budi baik tidak dapat dibalas hanya  diserahkan  kepada  Allah  SWT,  semoga  menerima  amal  baik  dan  melimpah
rahmat-Nya kepada kita semua, amin.
iv
Penulis  menyadari  bahwa tesis  ini  masih  banyak  kekurangan  dan masih jauh dari  sempurna,  oleh  karena  itu  penulis  sangat  mengharapkan  kritik  dan  saran  yang
sifatnya  membangun  dari  pihak  pembacauntuk  kesempurnaan  bagi  peneliti  dan kemajuan ilmu.
Medan,  April 2013
Selvya
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB 1  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1.2 Rumusan Masalah
2 1.3 Pembatasan Masalah
2 1.4 Tujuan Penelitian
2 1.5 Manfaat Penelitian
3 1.6 Metodologi Penelitian
3 1.7 Lokasi Penelitian
3
BAB 2  TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Ikan 4
2.2 Kompos 5
2.3 Aktivator 6
2.4 EM
4
Effektif Micrroorganisme 4 6
2.5 Proses Pengomposan 8
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan 10
vi
2.7 Kompos Matang 14
2.8 Standar Pupuk Kompos 16
BAB 3  METODE PENELITIAN
3.1 Alat-Alat Yang Digunakan 17
3.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan 18
3.3 Prosedur Penelitian 18
3.4 Bagan Penelitian 25
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 31
4.2 Pembahasan 36
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 41
5.2 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Halaman
Tabel 2.6 Kondisi
yang optimal
mempercepat proses
pengomposan 13
Tabel 2.8 Standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004
16 Tabel 4.1
Pengujian  kadar  C-Organik  dari  limbah  ikan  TPI  dan pasarTradisinal Sibolga
32
Tabel 4.2 Pengujian  kadar  Nitrogen  dari  limbah  ikan  TPI  dan
PasarTradisinal Sibolga 33
Tabel 4.3 Pengujian kadar Posfor dari limbah ikan TPI dan Pasar
Tradisinal Sibolga 34
Tabel 4.4 Pengujian kadar Kalium dari limbah ikan TPI dan Pasar
Tradisinal Sibolga 35
Tabel 4.2.1 Pengujian  kadar  C-Organik,  Nitrogen,  Posfor  dan
Kaliumdari limbah ikan TPI dan pasar tradisinal Sibolga 40
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Halaman
Gambar 4.2.1 Kurva Perubahan kadar C-Organik Vs Waktu
36 Gambar 4.2.2
Kurva Perubahan kadar Nitrogen Vs Waktu 37
Gambar 4.2.3 Kurva Perubahan kadar Posfor Vs Waktu
38 Gambar 4.2.4
Kurva Perubahan kadar KaliumVs Waktu 39
i
STUDI PEMANFAATAN LIMBAH IKAN DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN TPI DAN PASAR TRADISIONAL
SIBOLGA SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pembuatan pupuk kompos dari limbah ikan tempat pelelangan  TPI  dan  pasar  tradisional  Sibolga.  Proses  pengomposan  menggunakan
EM
4
yang  telah  diaktifkan  dengan  tetes  tebu.Selama  pengomposan    kondisi  suhu dijaga dengan pembalikan kompos dan diamati perubahan warna serta bau. Pengujian
kadar  C-Organik,  Nitrogen,  Posfor,  dan  Kalium  dilakukan  pada  rentang  waktu 0,2,5,10,15,20  hari.  Hasil  penelitian  menunjukkan  kadar  C-Orgnik  ;  51,69,
Nitrogen  ;  8,25,  Posfor  ;  4,75,  dan  Kalium  ;  1,56.  Dari  hasil  pengujian  C- Organik,  Nitrogen,  Posfor,  dan  Kalium  menunjukkan  kadar  yang  cukup  tinggi
dibanding  dengan  kualitas  kompos  SNI,  maka  kompos  dari  limbah  ikan  tempat pelelangan ikan TPI dan pasar tradisioanl Sibolga dapat digunakan sebagai pupuk.
Kata kunci : Kompos, limbah ikan, EM
4
ii
A STUDY ON THE USE OF FISHES WASTE FROM THE FISH AUCTION TPI AND TRADITIONAL MARKET
SIBOLGA AS COMPOS MATERIAL ABSTRACT
This  thesis  deals  with  a  research  on  composting  of  waste  fish  in  the  fish auction TPI and traditional markets in Sibolga. The Composting process used EM4
which has been enabled with drops of cane. During composting, the temperature was being maintained by compost reversal and the changing of color and odor was being
observed.  Testing  the  levels  of  C-Organic,  Nitrogen,  Phosphorus,  and  Potassium were  performed  on  span  days  0,2,5,10,15,20.  The  results  showed  the  levels  of  C-
Organik;  51.69,  Nitrogen;  8.25,  Phosphorus;  4.75,  and  Potassium;  1.56. From  the  results  of  testing  C-Organic,  Nitrogen,  Phosphorus,  and  Potassium,  it
shows  a  high  level  compared  with  the  ISO  quality  compost.  Therefore  the  compost from fish waste in the fish auction TPI and a traditional market Sibolga can be used
as fertilizer.
Keywords: compost, fish waste, EM4
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Hasil  penangkapan  ikan  dari  perairan  laut  di  pantai  barat  Sumatera  bagian  utara khususnya  di  wilayah  pantai  Sibolga  adalah  berjumlah  cukup  besar  dan  jenisnya
cukup  beragam.  Dapat  dikatakan  bahwa  hasil  perikanan  laut  di  wilayah  ini  sangat berperan  untuk  mendukung  perekonomian  rakyat  Sibolga.  Hasil  penangkapan  ikan
dimaksud terlebih dahulu disortir sesuai dengan jenis dan kondisi fisiknya, sehingga diharapkan  dapat  memenuhi  kehendak  konsumen,  baik  ditempat  pelelangan  ikan
maupun  di  pasar  tradisional    kota  Sibolga,  demikian  juga  halnya  dengan  ikan  yang akan dijual keluar kota.
Sangat  disayangkan,  sesuai  dengan  kenyataan  bahwa  tidak  semua  ikan  hasil tangkapan  itu  dapat  dimaanfaatkan  sebagai  sumber  daya  alam  yang  bernilai
ekonomis, karena banyaknya ikan yang harus terbuang sebagai limbah. Limbah ikan tersebut  diatas  ditumpuk  di beberapa  tempat,baik  ditempat  pelelangan  ikan,  maupun
dipasar  trasional  Sibolga.  Penanganan  terhadap  limbah  ikan  dimaksud  belum maksimal, sehingga menimbulkan bau busuk atau pencemaran lingkungan.
Penanggulangan  terhadap  dampak  pencemaran  yang  disebabkan  oleh penumpukan  ikan  busuk  pernah  dilakukan  oleh  BLHPP  Badan  Lingkungan  Hidup,
Pertamanan  dan  Perkotaan  Kabupaten  Samosir  pada  tahun  2009,  dengan  cara mengkomposkan  menjadi  pupuk  dengan  menggunakan  EM
4
sebagai  mikroba pengurai.  Proses  pengomposan  dimakdsud  dipandu  oleh  Dr.Lea  Jellineak  dari
Monash  University,  Melbourne.  Penumpukan  ikan  busuk  di  desa  Silima  Lombu, Kabupaten Samosir dilakukan oleh PT Aquafarm Nusantara Terbuka, sebagai akibat
kematian  ikan  nila  merah  di  Keramba  Jala  Apung  KJA  milik  perusahan  tersebut sebanyak  1  satu  ton  perhari,  dimana  sebagian  besar  ikan  mati  tak  dapat
dimanfaatkan lagi.
2
Kompos  yang  dihasilkan  dari  proses  ini  diuji  coba  oleh  BLHPP  Badan Lingkungan  Hidup,  Pertamanan  dan  Perkotaan  Kabupaten  Samosir  dikebun
percontohan  jagung  milik  BLHPP  Kabupaten  Samosir.  Hasilnya  cukup  memuaskan dengan  hasil  yang  jauh  lebih  besar  dibandingkan  dengan  tanaman  sejenis
disekelilingnya  yang  dimiliki  oleh  rakyat  di  wilayah  Desa  Pebabak  Samosir. Gultom, J, 2009, Informasi lisan
Oleh  karena  itu,  penulis  merasa  tertarik  untuk  melakukan  penelitian  dengan judul  “Studi  Pemanfaatan  Limbah  Ikan  dari  Tempat  Pelelangan  Ikan  TPI  dan
Pasar Tradisinal Sibolga sebagai Bahan Baku Kompos “ dengan harapan limbah ikan
yang  dihasilkan  dari  tempat  pelelangan  ikan  dan  pasar  tradisional  Sibolga  dapat dimanfaatkan, sehingga pencemaran yang diakibatkan juga dapat diatasi.
1.2   Rumusan Masalah
1.Apakah limbah ikan dari tempat pelelangan ikan TPI dan pasar tradisional Sibolga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.
2.Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan kompos. 3.Berapa besar kadar C-organik, Nitrogen,Posfor dan Kalium dan di sesuaikan
dengan SNI kompos.
1.3   Pembatasan Masalah
1. Limbah ikan yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos diambil dari tempat pelelangan ikan TPI dan pasar tradisional Sibolga
2. Parameter yang dianalisa adalah C-organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium.
1.4   Tujuan Penelitian
1. Mengolah limbah ikan dari tempat pelelangan ikan TPI dan pasar tradisional Sibolga sebagai pupuk kompos.
2. Mengetahui waktu yang di butuhkan untuk pembuatan kompos
3
13. Mengetahui kadar C-organik, Nitrogen, Phosfor dan Kalium  disesuaikan dengan SNI kompos.
1.5  Manfaat Penelitian
1.  Memberikan  sumbangan  pengetahuan  alternatif  lain  dalam  pembuatan  pupuk kompos.
2.  Meningkatkan nilai ekonomis dari limbah ikan 3.  Mengurangi  beban  pecemaran  lingkungan  yang  disebabkan  dari  limbah  ikan
Sibolga.
1.6  Metodologi Penelitian
1.    Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium 2.    Limbah ikan diambil dari Tempat Pelelangan Ikan TPI dan Pasar Tradisional
Sibolga 3.    Pembuatan kompos dari limbah ikan yang difermentasi dengan EM
4
4.    Penentuan C-organik metode Gravimetri 5.    Penentuan Nitrogen dilakukan dengan metoda Kjehldal
6.    Penentuan Posfor dengan Spektrofotometer Visible 7.    Penentuan Kalium  dengan Spektrofotometer Serapan Atom AAS
1.7   Lokasi Penelitian
Penelitian  ini  dilakukan  di  Laboratorium  Ilmu-Ilmu  Dasar  LIDA  Fakultas Matematika  Dan  Ilmu  Pengetahuan  Alam,    Universitas  Sumatera  Utara  dan
Laboratorium BARISTAND.
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Limbah Ikan
Produksi  perikanan  laut  Indonesia  dari  tahun-ke  tahun  semakin  meningkat  dan berkembang.Disamping  kekayaan  ikan  di  kawasan  Indonesia  yang  berlimpah  serta
usaha untuk meningkatkan hasil tangkapan yang terus-menerus dilaksanakan,ternyata baru mencapai nilai 35 saja yang dapat di capai.
Dari  data  yang  dapat  dikumpulkan,setiap  musim  masih  terdapat  antara 25-30  hasil  tangkapan  ikan  laut  yang  akhirnya  harus  menjadi  sisa  atau  ikan
buangan yang disebabkan karena berbagai hal. 1.  Keterbatasan  pengetahuan  dan  sarana  para  nelayan  di  dalam  cara  pengolahan
ikan  .  misalnya,  hasil  tangkapan  tersebut  masih  terbatas  sebagai  produk  untuk dipasarkan  langsung  ikan segar,  atau diolah menjadi  ikan asin,  pindang,  terasi
serta hasil-hasil olahannya. 2.  Tertangkapnya  jenis-jenis  ikan  lain  yang  kurang  berharga  ataupun  sama  sekali
belum mempunyai nilai di pasaran, yang akibatnya ikan tersebut harus dibuang. Diantara  bahan  alami,  ikan  tercatat  sebagai  bahan  yang  sangat  cepat
membusuk.  Karenanya  begitu  ikan  tertangkap,  maka  proses  pengolahan    dalam bentuk pengawetan dan pengolahan harus segera dilakukan. Juga selama pengolahan
ikan, masih banyak bagian-bagian dari ikan, baik kepala, ekor, maupun bagian-bagian yang tidak dimanfaatkan  akan dibuang. Tidak mengherankan  kalau sisa ikan dalam
bentuk  buangan    dan  bentuk-bentuk  lainnya  berjumlah  cukup  banyak,  apalagi  kalau ditambah  dengan  jenis-jenis  ikan  lainnya  yang  tertangkap  tetapi  tidak  mempunyai
nilai  ekonomi.  Ditambah  lagi,  ikan-ikan  sisa  dan  yang  terbuang  tersebut  secara langsung maupun tidak  langsung banyak membawa problem lingkungan di kawasan
pesisir, minimal dalam bentuk gangguan terhadap kebersihan, sanitasi dan kesehatan lingkungan. Ikan mania.word pres.com.2007
5
Limbah ikan yang dihasilkan dari kegiatan perikanan adalah berupa : 1.  Ikan curah yang bernilai ekonomis rendah sehingga belum banyak dimanfaatkan
sebagai pangan. 2.  Bagian daging  ikan yang  tidak dimanfaatkan dari  rumah  makan,  rumah  tangga,
industry pengalengan, atau industri pemiletan. 3.  Ikan  yang  tidak  terserap  oleh  pasar,  terutama  pada  musim  produksi  ikan
melimpah. 4.  Kesalahan penanganan dan pengolahan.
Berdasarkan  karakternya  limbah  dapat  dibagi  menjadi  dua  kelompok,  yaitu limbah yang masih dapat dimanfaatkan dan sudah tidak dapat dimanfaatkan. Limbah
perikanan  berbentuk  padatan,  cairan  dan  gas.  Limbah  tersebut  ada  yang  berbahaya dan  sebagian  lagi  beracun.  Limbah  padatan  memiliki  ukuran  bervariasi,  mulai
beberapa micron hingga beberapa gram atau kilogram.
2.2   Kompos
Menurut  J.H.Crawford  2003  kompos  didefenisikan  sebagai  berikut  : Kompos  adalah  hasil  dekomposisi  parsialtidak  lengkap,  dipercepat  secara  artifisial
dari  campuran  bahan-bahan  organik  oleh  populasi  berbagai  macam  mikroba  dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik.
Kompos  merupakan  sisa  bahan  organik  yang  berasal  dari  tanaman,  hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis
tanaman  yang  sering  digunakan  untuk  kompos  diantaranya  jerami,  sekam  padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa.
Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine,  pakan  ternak  yang  terbuang,  dan  cairan  biogas.  Tanaman  air  yang  sering
digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola.
6
Beberapa kegunaan kompos adalah: 1.  Memperbaiki struktur tanah.
2.  Memperkuat daya ikat agregat zat hara tanah berpasir 3.  Meningkatkan daya tahan dan daya serap air
4.  Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah 5.  Menambah dan mengaktifkan unsur hara
Kompos  digunakan  dengan  cara  menyebarkannya  di  sekeliling  tanaman. Kompos  yang  layak  digunakan  adalah  yang  sudah  matang,  ditandai  dengan
menurunnya temperatur kompos di bawah 40
o
C Djuarni, Nan.Ir,Msc.,dkk, 2006.
2.3   Aktivator
Gaur  1983  diacu  dalam  Nengsih  2002  mendefinisikan  bahwa  setiap  zat atau  bahan  yang  dapat  mempercepat  penguraian  bahan  organik  disebut  dengan
aktivator.  Aktivator  mempengaruhi  proses  penguraian  bahan  organik  melalui  dua cara,    cara  pertama  yaitu  dengan  menginokulasi  strain  mikroorganisme  yang  efektif
dalam  menghancurkan  bahan  organik  pada  aktivator  organik,  kedua  yaitu meningkatkan kadar nutrisi makanan bagi mikroorganisme tersebut. Aktivator terdiri
dari dua jenis yaitu aktivator organik yang terdiri dari aktivator organik alami seperti pupuk  kandang,  fungi,  dan  tanah  kaya  humus  dan  aktivator  buatan  contohnya  OST
Organic  Soil  Treatment,  EM
4
dan  Gt  1000-Wta  dan  aktivator  kimia  seperti  asam
asetat, amonium sulfat, urea, dan amoniak.
2.4   EM
4
Effective Microorganisme 4
Teknologi  EM
4
Effective  Microorganisme  4  adalah  teknologi  fermentasi yang  dikembangkan  pertama  kali  oleh  Prof  Dr  Teruo  Higa  dari  University  Of  The
Ryukyus,  Okinawa  Jepang  sejak  tahun  1980.  EM
4
merupakan  kultur  campuran  dari beberapa  mikroorganisme  yang  menguntungkan  bagi  pertumbuhan  tanaman.
Mikrooranisme alami yang terdapat dalam EM
4
bersifat fermentasi peragian terdiri dari  lima  kelompok mikroorganisme yaitu bakteri fotosintetik Rhodopseudomonas
7
sp., jamur fermentasi Saccharonzyces sp.,  bakteri asam laktat Lactobacillus sp., dan  Actinomycetes.  EM
4
merupakan  biofertilizer  yang  diaplikasi  sebagai  inokulan untuk  meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah.  EM
4
mampu  mempercepat  dekomposisi  limbah  dan  sampah  organik,  meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, dan rnenekan aktivitas mikroorganisme patogen.  Selain
itu  EM
4
juga  dapat  digunakan  untuk  membersihkan  air  limbah,  serta  meningkatkan kualitas air pada tambak udang dan ikan Indriani 1999.
Bakteri  fotosintetik  merupakan  bakteri  yang  dapat  mensintesis  senyawa nitrogen, dan gula.  Jamur fermentatif berfungsi untuk memfermentasi bahan organik
menjadi  senyawa-senyawa  organik  dalam  bentuk  alkohol,  gula,  dan  asama  amino yang  siap  diserap  oleh  perakaran  tanaman.    bakteri  asam  laktat  terutama    golongan
Lactobacillus  sp.  berfungsi  untuk  memfermentasi  bahan  organik  menjadi  senyawa- senyawa  asam  laktat  yang  dapat  diserap  oleh  tanaman.  Actinomycetes  merupakan
bakteri  yang  tumbuh  dalam  bentuk  miselium  filamen  berbentuk  jalinan  benang. Actinotnycetes berfungsi mengambil asam amino dan zat yang dihasilkan oleh jamur
fermentatif  dan  mengubahnya  menjadi  antibiotik  yang  bersifat  toksik  terhadap patogen  atau  penyakit  serta  dapat  melarutkan  ion-ion  fosfat    dan  ion-ion    mikro
laimya.    Streptonzyces  sp.    menghasikan  enzim  steptomisin  yang  berguna  bagi tanaman Wididana et al. 1996 diacu dalam Nengsih 2002.
Mikroorganisme  yang  terdapat  dalam  EM
4
dapat  bekerja  efektif  menambah unsur  hara  apabila  bahan  organik  dalam  keadaan  cukup.  Bahan  organik  tersebut
merupakan  bahan  makanan  dan  sumber  energi.    Dalarn  penggunaan    EM
4
memerlukan dedak sekitar 10 dari jumlah bahan.  Sebagai sumber makanan bakteri maka pada tahap awal diperlukan molase atau gula sebanyak 0,1 dari jumlah bahan
Indriani 1999
8
2.5   Proses Pengomposan
Penguraian  suatu  senyawa  ditentukan  oleh  suatu  bahan,  dimana  pada umumnya  senyawa  organik  mempunyai  sifat  yang  cepat  diuraikan,  sedangkan
senyawa  anorganik  mempunyai  sifat  sukar  diuraikan.Proses  biologi  merupakan proses  alami  yang  bersifat  dinamis  dan  kontinu  selama  faktor-faktor  yang
berhubungan  dengan  kebutuhan  hidup  mikroorganisme  yang  berperan  didalamnya terpenuhi.
Penguraian  bahan  organik  akan  berlangsung  melalui  jalur-jalur  proses  yang sudah  dikenal,yang  secara  keseluruhan  disebut  dengan  fermentasi.  Campuran  bahan
yang  sudah  ditambah  bioaktivator  difermentasi  dengan  cara  menutup  dengan menggunakan  terval  dan  membiarkannya  selama  5-7  hari.  Pada  hari  kedua  atau
ketiga, temperatur bahan kompos akan meningkat menjadi 40-60 C. Jika temperatur
meningkat, tumpukan bahan tersebut harus dibalik, kemudian ditutup lagi. Tiga hari kemudian temperatur akan turun kembali dan berangsur-angsur stabil, bahan tersebut
sudah menjadi kompos dan siap dikemas atau digunakan. Sofian,2006. Sumber  bahan  organik  tanah  adalah  jaringan  tanaman  baik  yang  berupa
serasah atau sisa tanaman yang berupa batang, akar, daun, yang kemudian dirombak oleh  mikroorganisme  tanah,  atau  sisa  hewan  yang  berupa  kotoran  maupun  bangkai
hewan. Secara kimiawi bahan organik tanah tersusun atas  karbohidrat, protein lignin dan  sejumlah  senyawa  kecil  seperti  lemak,  lilin  dan  sebagainya,  salah  satu  hasil
perombakan bahan organik adalah humus, yang mempunyai kapasitas pengikat unsur hara dan air yang sangat tinggi, memiliki kekhususan koloidal dan mampu mengikat
air  80-90  dari  berat  keringnya,  bandingkan  dengan  tanah  liat  yang  hanya  mampu mengikat air 15-20 saja. Humus memberi warna tanah menjadi agak kehitaman dan
sangat bermanfaat bagi pertanian karena mempengaruhi struktur tanah. Bahan organik dalam tanah sangat berhubungan dengan kecepatan pelapukan
tanah.  Bahan  organik  yang  mempunyai  CN  rasio  yang  rendah  akan  lebih  cepat melapuk  dibanding  bahan  organik  yang  mempunyai  rasio  CN  yang  tinggi.  Untuk
cepat  lapuk  maka  perlu  penambahan  nitrogen  tanah  yaitu  dengan  menambahkan
9
bahan  organik  yang  cepat  lapuk.  Walaupun  demikian  peranan  oksigen  yang terkandung  dalam  tanah  sangat  penting,  karena  berkurangnya  kadar  oksigen  juga
berpengaruh  pada  aktivitas  mikroorganisme  dalam  penguraian.  Ini  berkaitan  dengan ketersediaan
unsur hara
dari bahan
organik yang
bisa diserap
tanaman.M,Isnaini,2006 Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses pengomposan yaitu :
Reduksi Sulfat : CH
3
CHOHCOOH + SO
4 2-
2CH
3
COOH + H
2
S + 2OH
-
4H
2
+ SO
4 2-
2H
2
O + H
2
S + 2OH
-
Reduksi karbon organik secara anaerobik : CH
3
COOH                               CH
4
+ CO
2
4CH
3
OH                                   3CH
4
+ CO
2
+ 2H
2
O C
6
H
12
O
6                 bakteri
3CH
3
COOH
C
6
H
12
O
6                 kapang
2CH
3
CH
2
OH + 2CO
2
Reduksi karbon dioksida : 2CH
3
CH
2
OH + 2O
2
2CH
3
COOH + CH
4
4H
2
+     CO
2
CH
4
+  H
2
O 4H
2
+     2CO
2
CH
3
COOH + 2H
2
O
Reduksi oksidasi sempurna : CH
3
COOH + 2O
2
CO
2
+ 2H
2
O 2H
2
+   O
2
2H
2
O CH
4
+   2O
2
CO
2
+  2H
2
O Judoamidjojo,M.Darwis,A.A.E.G.Said,1992
10
Reaksi animasi : Protein
proses enzimatik
senyawa asam amino komplek + O
2
+ amina R-NH
2
+ H
2
O                                  R-OH + NH
2
+ Energi
Reaksi Amonifikasi : 2NH
3
+ H
2
CO
3
NH
4 2
CO
3
NH
4 +
+  CO
3 2-
Reaksi Nitrifikasi 2NH
4 +
+  3O
2
2NO
2
+  2H
2
O  +  4H
+
+  Energi 2NO
2
+  O
2
2NO
3 -
+  Energi   Sutedjo, 2002
2.6   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Kompos
Setiap organisme pendegrasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut
akan bekerja giat untuk  mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang  sesuai  atau  tidak  sesuai,  maka  organisme  tesebut  akan  dorman,  pindah  ke
tempat  lain,  atau  bahkan  mati.  Menciptakan  kondisi  yang  optimum  untuk  proses
pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengoposan itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain : 1.  Rasio  CN
2.  Ukuran partikel 3.  Aerasi
4.  Porositas 5.  Kandungan air
6.  Suhu 7.  pH
8.  Kandungan hara 9.  Kandungan bahan-bahan berbahaya
11
2.6.1 Rasio CN
Rasio  CN  yang  efektif  untuk  proses  pengomposan  berkisar  antara  30  :  1 hingga  40  :  1.  Mikroba  memecah  senyawa  C  sebagai  sumber  energy  dan
menggunakan  N  untuk  sintesa  protein.  Pada  rasio  CN  diantara  30  sd  40  mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio CN
terlalu  tinggi,  mikroba  akan  kekurangan  N  untuk  sintesis  protein  sehingga dekomposisi berjalan lambat.
2.6.2 Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses
dekomposisi  akan  berjalan  lebih  cepat.  Ukuran  partikel  juga  menentukan  besarnya ruang antar bahan porositas. Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
2.6.3 Aerasi
Pengomposan  yang  cepat  dapat  terjadi  dalam  kondisi  yang  cukup  oksigen aerob.  Aerasi  secara  alami  akan  terjadi  pada  saat  terjadi  peningkatan  suhu  yang
menyebabkan  udara  hangat  keluar  dan  udara  yang  lebih  dingin  masuk  ke  dalam tumpukan  kompos.  Aerasi  ditentukan  oleh  posiritas  dan  kandungan  air  bahan
kelembaban. Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan  bau  yang  tidak  sedap.  Aerasi  dapat  ditingkatkan  dengan  melakukan
pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
2.6.4 Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung  dengan  mengukur  volume  rongga  dibagi  dengan  volume  total.  Rongga-
rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay oksigen untuk proses
12
pengomposan.  Apabila  rongga  dipenuhi  oleh  air,  maka  pasokan  oksigen  akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
2.6.5 Kelembaban Moisture content
Kelembaban  memegang  perananyang  sangat  penting  dalam  proses metabolisme  mikroba  dan  secara  tidak  langsung  berpengaruh  pada  suplay  oksigen.
Mikroorganisme  dapat  memanfaatkan  bahan  organik  tersebut  larut  di  dalam  air. Kelembaban  40
–  60      adalah  kisaran  optimum  untuk  metabolisme  mikroba. Apabila  kelembaban  di  bawah  40,  aktivitas  mikroba  akan  mengalami  penurunan
dan  akan  lebih  rendah  lagi  pada  kelembaban  15.  Apabila  kelembaban  lebih  besar dari  60,  hara  akan  tercuci,  volume  udara  berkurang,  akibatnya  aktivitas  mikroba
akan  menurun  dan  akan  terjadi  fermentasi  anaerob  yang  menimbulkan  bau  tidak sedap.
2.6.6 Temperatur
Panas  dihasilkan  dari  aktivitas  mikroba.  Ada  hubungan  langsung  antara peningkatan  suhu  dengan  konsumsi  oksigen.  Semakin  tinggi  temperatur  akan
semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan  suhu  dapat  terjadi  dengan  cepat  pada  tumpukan  kompos.  Temperatur
yang berkisar antara 30 - 60
o
C menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang  lebih  tinggi  dari  60
o
C  akan  membunuh  sebagian  mikroba  dan  hanya  mikroba thermofilik  saja  yang  akan  tetap  bertahan  hidup.  Suhu  yang  tinggi  juga  akan
membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
2.6.7 pH
Proses  pengomposan  dapat  terjadi  pada  kisaran  pH  yang  lebar.  pH  yang optimum  untuk  proses  pengomposan  berkisar  antara  6.5  sampai  7.5.  pH  kotoran
ternak  umumnya  berkisar  antara  6.8  hingga  7.4.  Proses  pengomposan  sendiri  akan menyebabkan  perubahan  pada  bahan  organik  dan  pH  bahan  itu  sendiri.  Sebagai
13
contoh,  proses  pelepasan  asam,  secara  temporer  atau  lokal,  akan  menyebabkan penurunan pH pengasaman, sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang  mengandung  nitrogen  akan  meningkatkan  pH  pada  fase-fase  awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
2.6.8 Kandungan hara
Kandungan  P  dan  K  juga  penting  dalam  proses  pengomposan  dan  biasanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh
mikroba selama proses pengomposan.
2.6.9 Kandungan bahan berbahaya
Beberapa bahan organik dapat mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan  mikroba.  Logam-logam  berat  seperti  Mg,  Cu,  Zn,  Nickel,  Cr  adalah
beberapa bahan yang termasuk kategori berbahaya untuk kehidupan mikroorganisme.
Logam-logam  berat  akan  mengalami  imobilisasi  selama  proses  pengomposan.
http:www.ipard.com Tabel 2.6 Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan
Rynk,  1992
Kondisi Kondisi yang bisa
diterima Ideal
Rasio CN 20:1 sd 40:1
25-35:1 Kelembaban
40-65 45-62  berat
Konsentrasi oksigen tersedia
5 10
Ukuran partikel 1 inci
Bervariasi Bulk Density
1000 lbscu yd 1000 lbscu yd
pH 5.5
– 9.0 6.5 -8.0
Suhu 43
– 66 C
54 – 60
C
14
2.7.   Kompos matang
Stabilitas  dan  kematangan  kompos  adalah  beberapa  istilah  yang  sering dipergunakan  untuk  menentukan  kualitas  kompos.  Stabil  merujuk  pada  kondisi
kompos  yang  sudah  tidak  lagi  mengalami  dekomposisi  dan  hara  tanaman  secara perlahan  slow  release  dikeluarkan  ke  dalam  tanah.  Stabilitas  sangat  penting  untuk
menentukan  potensi  ketersediaan  hara  di  dalam  tanah  atau  media  tumbuh  lainnya. Kematangan  adalah  tingkat  kesempurnaan  proses  pengomposan.  Pada  kompos  yang
telah  matang,  bahan  organik  mentah  telah  terdekomposisi  membentuk  produk  yang
stabil.
Untuk  mengetahui  tingkat  kematangan  kompos  dapat  dilakukan  dengan  uji dilaboratorium  untuk    pengamatan  sederhana  di  lapangan.  Berikut  ini  disampaikan
cara sederhana untuk mengetahui tingkat kematangan kompos :
1. Diciumdibaui
Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum, meskipun kompos dari sampah kota. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi
fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya
berarti kompos belum matang.
2. Warna kompos
Warna  kompos  yang  sudah  matang  adalah  coklat  kehitam-hitaman.  Apabila kompos  masih  berwarna  hijau  atau  warnanya  mirip  dengan  bahan  mentahnya
berarti kompos tersebut belum matang.
3. Penyusutan
Terjadi  penyusutan  volumebobot  kompos  seiring  dengan  kematangan  kompos. Besarnya  penyusutan  tergantung  pada  karakteristik  bahan  mentah  dan  tingkat
kematangan  kompos.  Penyusutan  berkisar  antara  20 –  40  .  Apabila
penyusutannya  masih  kecilsedikit,  kemungkinan  proses  pengomposan  belum selesai dan kompos belum matang.
15
4. Tes kantong plastik
Contoh  kompos  diambil  dari  bagian  dalam  tumpukan.  Kompos  kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik, ditutup rapat, dan disimpan didalam suhu
ruang  selama  kurang  lebih  satu  minggu.  Apabila  setelah  satu  minggu  kompos berbentuk baik, tidak berbau atau berbau tanah berarti kompos telah matang.
5. Tes Perkecambahan
Contoh  kompos  letakkan  di  dalam  bak  kecil  atau  beberapa  pot  kecil.  Letakkan beberapa  benih  3
–  4  benih.  Jumlah  benih  harus  sama.  Pada  saat  yang bersamaan  kecambahkan  juga  beberapa  benih  di  atas  kapas  basah  yang
diletakkan  di  dalam  baki  dan  ditutup  dengan  kacaplastik  bening.  Benih  akan berkecambah  dalam  beberapa  hari.  Pada  hari  ke-5    ke-7  hitung  benih  yang
berkecambah. Bandingkan jumlah kecambah yang tumbuh di dalam kompos dan di atas kapas basah. Kompos yang matang dan stabil ditunjukkan oleh banyaknya
benih yang berkecambah
6. Suhu
Suhu  kompos  yang  sudah  matang  mendekati  dengan  suhu  awal  pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50
o
C, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif.
7. Kandungan air kompos