Diagnosis Status Hara Menggunakan Analisis Daun untuk Menyusun Rekomendasi Pemupukan pada Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L.)

DIAGNOSIS STATUS HARA MENGGUNAKAN
ANALISIS DAUN UNTUK MENYUSUN
REKOMENDASI PEMUPUKAN
PADA TANAMAN MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)

LIFERDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Diagnosis Status Hara Menggunakan
Analisis Daun untuk Menyusun Rekomendasi Pemupukan pada Tanaman
Manggis (Garcinia Mangostana L.) adalah hasil penelitian saya sendiri dengan
bimbingan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Agustus 2007

Liferdi Lukman
NIM A361020181

ABSTRAK
LIFERDI. Diagnosis Status Hara Menggunakan Analisis Daun untuk
Menyusun Rekomendasi Pemupukan pada Tanaman Manggis (Garcinia
Mangostana L.). Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO, ANAS
DINURROHMAN SUSILA, KOMARUDDIN IDRIS dan I WAYAN MANGKU.
Mendiagnosis permasalahan hara utama (N, P, K) pada tanaman manggis
dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu analisis jaringan daun dan observasi
gejala secara visual. Analisis jaringan daun untuk mendiagnosis status hara dan
menentukan rekomendasi pemupukan bagi tanaman manggis dilakukan melalui
tiga tahap percobaan. Percobaan pertama adalah uji korelasi antara konsentrasi
hara daun dan hasil untuk mendapatkan umur daun yang tepat sebagai sampel.
Sampel daun ini dipergunakan untuk uji kalibrasi. Percobaan kedua adalah uji
kalibrasi untuk menentukan hubungan antara kisaran konsentrasi hara daun
dengan hasil relatif tanaman. Percobaan yang ketiga adalah uji optimasi untuk

mendapatkan dosis optimum untuk hasil maksimum.
Pendekatan kedua, observasi terhadap gejala secara visual kekurangan dan
kelebihan hara N, P dan K dilakukan pada bibit manggis, karena gejala tersebut
sulit didapatkan pada tanaman manggis dewasa di lapangan. Status hara dan
rekomendasi pemupukan pada bibit manggis ditentukan berdasarkan hubungan
antara konsentrasi hara daun dan parameter pertumbuhan.
Daun sampel terbaik untuk diagnosis status hara N, P dan K adalah daun
umur lima bulan. Daun sampel ini mempunyai korelasi positif antara konsentrasi
N, P dan K di daun dengan hasil dan juga dengan kandungan N, P dan K di tanah.
Model regresi yang terbaik untuk menggambarkan hubungan antara konsentrasi
N, P dan K di daun dan hasil tanaman adalah model kuadratik. Menurut model ini
status hara daun dengan konsentrasi N kurang dari 0,99% adalah kategori sangat
rendah, daun dengan konsentrasi N 0,99 hingga kurang dari 1,35% adalah rendah,
konsentrasi N 1,35 hingga kurang dari 2,10% adalah sedang, dan konsentrasi N
lebih dari 2,10% adalah sangat tinggi. Untuk status fosfor, daun dengan
konsentrasi P kurang dari 0,11% adalah kategori sangat rendah, konsentrasi P 0,11
hingga kurang dari 0,21% adalah rendah, dan konsentrasi P 0,21 hingga kurang
dari 0,31% adalah sedang, selanjutnya konsentrasi P lebih dari 0,31% adalah
sangat tinggi. Untuk status hara kalium, konsentrasi K kurang dari 0,69% adalah
kategori sangat rendah, konsentrasi K 0,69 hingga kurang dari 0,90% adalah

rendah, konsentrasi K 0,90 hingga kurang dari 1,12% adalah sedang, dan
konsentrasi lebih dari 1.12% adalah sangat tinggi.
Bibit manggis yang kekurangan nitrogen menunjukkan gejala seperti daun
berwarna hijau pucat kekuning-kuningan, akar berwarna coklat muda kekuningkuningan, dan pertumbuhan yang terhambat. Bibit ini mempunyai konsentrasi N
daun kurang dari 0,73%.
Sebaliknya, bibit yang kelebihan nitrogen
memperlihatkan gejala seperti daun berwarna coklat, nekrotik dan akhirnya
rontok; akar berwarna coklat tua kehitaman, rusak, mudah putus, dan akhirnya
membusuk; pertumbuhan bibit terhambat, serta konsentrasi N daun lebih dari
1,18%. Berdasarkan analisis jaringan daun pada bibit manggis, daun dengan
konsentrasi N kurang dari 0,72% digolongkan sangat rendah, konsentrasi N dari
0,72 hingga kurang dari 0,94% adalah rendah, konsentrasi N 0,94 hingga kurang
dari 1,18% adalah sedang, dan konsentrasi N lebih dari 1,18% adalah sangat

tinggi. Untuk tujuan pemupukan, model regresi linear-plateau merupakan pilihan
yang terbaik dengan nilai kritis dosis pemupukan sebesar 266 ppm N/tanaman.
Model kuadratik menunjukkan tidak lebih baik daripada model linear-plateau.
Gejala kekurangan fosfor pada bibit manggis ditunjukkan oleh warna daun
hijau kusam dengan ukuran daun lebih kecil, warna akar coklat terang,
pertumbuhan terhambat dan konsentrasi P pada daun kurang dari 0,04%. Gejala

kelebihan fosfor adalah warna daun coklat keabu-abuan pada ujung daun,
nekrotik, dan akhirnya rontok; akar berwarna coklat tua, pecah-pecah dan mudah
putus yang akhirnya membusuk; pertumbuhan bibit terhambat dan konsentrasi P
daun lebih dari 0,28%. Berdasarkan analisis jaringan daun, konsentrasi P kurang
dari 0,05% digolongkan sangat rendah, konsentrasi P 0,05 hingga kurang dari
0,10% adalah rendah, konsentrasi P 0,10 hingga kurang dari 0,19% adalah sedang,
dan konsentrasi P lebih dari 0,19% adalah sangat tinggi. Rekomendasi pupuk P
berdasarkan nilai kritis dari model linier-plateau adalah 84 ppm P/tanaman.
Untuk gejala kekurangan kalium, warna daun bibit manggis hijau kusam,
pertumbuhan bibit sangat lambat, dan mempunyai konsentrai K kurang dari
0,52%. Sementara itu, gejala kelebihan kalium warna daun coklat kemeramerahan pada pinggir daun, nekrotik, dan akhirnya luruh; warna akar coklat
gelap, pecah-pecah dan mudah putus, akhirnya membusuk, serta mempunyai
konsentrasi K lebih dari 1,93%. Berdasarkan analisis jaringan daun konsentrasi K
kurang dari 0,50% digolongkan sangat rendah, konsentrasi K 0,50 hingga kurang
dari 0,67% adalah rendah, konsentrasi K dari 0,67 hingga kurang dari 1,26%
adalah sedang, dan konsentrasi K lebih dari 1,26% adalah sangat tinggi.
Rekomendasi pemupukan, berdasarkan nilai kritis model linear-plateau adalah
103 ppm K/tanaman.

ABSTRACT

LIFERDI. Diagnostic nutritional status through leaf analysis as a tool for
fertilizer recommendation on mangosteen (Garcinia mangostana L.). Under the
supervision of ROEDHY POERWANTO, ANAS DINURROHMAN SUSILA,
KOMARUDDIN IDRIS and I WAYAN MANGKU.
To diagnose of major nutrients (N, P, and K) on mangosteen have been
used two approaches, i.e. : plant analysis and diagnostic test of visual symptoms.
Three experiments were estabilized to diagnose nutritional status and to determine
fertilizer recommendation for mangosteen. First experiment was correlation test
between leaf nutrients concentration and yield to find out the best leaf sample age.
This leaf sample will be used in calibration test. Second experiment was
calibration test to determine the relationship between leaf nutrient concentration
and plant relative yield. The last experiment was optimizing test to find out the
optimum rate of fertilizer to obtain maximum yield.
Second approach was observation of visual symptom of deficiency and
excessive nutrient on mangosteen seedling. Nutritional status and fertilizer
recommendation on seedling were determined base on relationship between
nutrient concentration and growth parameters.
The best leaf sample for N, P, K nutritional status diagnosis was fifth
months leaf age. A positive correlation between N, P, K concentrations in fifth
months leaf age and N, P, K concentrate on in the soil and also with yield. The

best regression model for describing the relationship between leaf concentrations
and yield was quadratic model. According to this model, the leaf nutritional status
with concentration of N less than 0.99% was categorized very low, leaf with
concentration of N from 0.99 to

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Diagnosis status hara dan senyawa bioaktif asiatikosida menggunakan analisis jaringan tanaman untuk menyusun rekomendasi pemupukan serta sistem panen pegagan

0 16 157

Diagnosis Status Hara Menggunakan Analisis Daun untuk Menyusun Rekomendasi Pemupukan pada Tanaman Manggis

0 2 175

Diagnosis status hara dan senyawa bioaktif asiatikosida menggunakan analisis jaringan tanaman untuk menyusun rekomendasi pemupukan serta sistem panen pegagan (Centella asiatica)

1 8 297