Pengaruh Tayangan Sinetron Religius terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah

(1)

PENGARUH TAYANGAN SINETRON RELIGIUS TERHADAP PERILAKU

BERAGAMA IBU RUMAH TANGGA MUSLIMAH

(di Desa Kedung Jaya dan Desa Tuk Kecamatan Kedawung

Kabupaten Cirebon)

FARIDA NURFALAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(2)

Kedung Jaya dan Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon” adalah benar

merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan di cantumkan dalam Daftar Pustaka

dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

Farida Nurfalah


(3)

ABSTRACT

FARIDA NURFALAH. The effect of Religious Cinema Electronic (

Cinetron

) on the

Religious Life of Moslem Houswives (in Kedung Jaya Village and Tuk Village in

Subdistrict Kedawung of Regency Cirebon. Supervised by SUMARDJO and

WIDIYANTO DWI SURYA.

The research objectives were to analyze : (1) factors which affect watching

pattern of religious cinetrons; and (2) the behavior religious of moslem housewives

who are the viewers of the religious cinetrons and religious activities. This research

used explanatory survey method. A lot of 101 samples were collected using cluster

random sampling technique. The research result showed that (1) the higher education

levels of the housewives in a housing complex, less choices they would watch of

cinetrons. The heavier burden families in the village, the higher frequency of their

watching. The working wives preferred cinetrons to other programs compared to

wives who do not work. (2) The heavier content of story was, less number of

housewives would watch of cinetron, and more relevant the story to real life was

more housewives would watch, both in a housing complex and in a village. The

housewives in the village believe that cinetron story which reflects on behavior

religious ; how ever, the story about bad behavior would not affect them. (3) The

more religious activities they have outside their house, less they believed that

cinetrons could affect their religious life. Moreover (1) More often housewives gave

their responses to cinetrons, the more increased housewives’s knowledge in a housing

complex. The more frequent housewives in the village watched cinetrons, more

knowledge they would get. For the housewives who live in a housing complex, more

religious they would be, less frequent of their watching and more choices of cinetrons

are available. For the housewives in village, more often they gave responses to

cinetron stories, more religious they would be. (2) The housewives in the village who

often have religious activities outside their house, more religious they would be.


(4)

Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon). Dibimbing oleh: SUMARDJO dan

WIDIYANTO DWI SURYA.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) faktor-faktor yang

mempengaruhi pola menonton tayangan sinetron religius. (2) seberapa jauh perilaku

beragama Ibu rumah tangga muslimah dipengaruhi oleh pola menonton dan kegiatan

pendalaman keagamaan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi dengan

metode survei. Jumlah sampel sebanyak 101 responden menggunakan metode sampel

gugus acak sederhana bertahap ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama,

faktor-faktor yang mempengaruhi pola menonton sinetron adalah : 1). Pada Ibu

rumah tangga di komplek perumahan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin

sedikit pilihan acara sinetron religius yang ditonton. Di perkampungan, semakin

banyak tanggungan keluarga semakin tinggi frekuensi Ibu rumah tangga menonton

tayangan sinetron religius. Ibu rumah tangga di perkampungan yang bekerja lebih

banyak pilihan dalam menonton tayangan sinetron religius dari pada yang tidak

bekerja. 2). Tema cerita yang realistis meningkatkan intensitas Ibu rumah tangga di

komplek perumahan dan di perkampungan dalam menilai secara kritis muatan cerita

sinetron religius, sedangkan muatan cerita negatif menurunkan frekuensi menonton.

Di perkampungan, tema cerita sinetron religius mempengaruhi kehidupan Ibu rumah

tangga, namun muatan cerita negatif tidak mempengaruhi keyakinan Ibu rumah

tangga dalam beragama. 3). Ibu rumah tangga yang banyak melakukan kegiatan

keagamaan di luar rumah kurang terpengaruh oleh muatan cerita sinetron religius.

Kedua, Perilaku beragama Ibu rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1). Meningkatnya intensitas Ibu rumah tangga di komplek perumahan dalam

memberikan penilaian mengenai muatan cerita sinetron religius, meningkatkan pula

pengetahuannya mengenai nilai-nilai agama. Pengaruh positif sinetron religius lebih

besar terjadi pada Ibu rumah tangga di komplek perumahan dengan jumlah acara

yang dipilihnya lebih banyak dibandingkan dengan yang frekuensi menontonnya

rendah. Semakin sering Ibu rumah tangga di perkampungan menonton tayangan

sinetron religius, semakin tinggi tingkat pengetahuannya mengenai nilai-nilai agama.

Semakin sering memberikan tanggapan terhadap muatan cerita sinetron religius

semakin mendorong tindakannya untuk dapat menghindari hal - hal yang tidak sesuai

dengan nilai agama. 2). Kegiatan keagamaan di luar rumah yang dilakukan Ibu rumah

tangga di perkampungan berpengaruh positif terhadap perilaku beragama dan dapat

menjadi filter bagi pengaruh sinetron.


(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a.

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tunjauan suatu masalah

b.

Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(6)

KABUPATEN CIREBON)

FARIDA NURFALAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(7)

Judul Tesis : Pengaruh Tayangan Sinetron Religius terhadap Perilaku Beragama

Ibu Rumah Tangga Muslimah

Nama : Farida Nurfalah

NIM : P054050051

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Sumardjo, M.S Dr.drh.Widiyanto Dwi Surya, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Komunikasi Dekan Sekolah Pascasarjana

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Dr.Ir.Sumardjo, M.S Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, M.S


(8)

(9)

BOGOR

2007

PRAKATA

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala,

atas rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tulisan ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains (S2) pada

Sekolah Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Dr.Ir.H.Sumardjo, MS dan Bapak Dr.drh.Widiyanto Dwi Surya, M.Sc selaku

komisi pembimbing, atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan, baik

dalam penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, dan penulisan tesis ini. Ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor, Dekan, beserta staf di

Universitas Muhammadiyah Cirebon yang telah banyak memberikan semangat

kepada penulis. Selain itu, penulis juga mengucapan terima kasih kepada seluruh Staf

Penganjar Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

(SPsIPB) yang telah banyak memberikan bimbingan selama perkuliahan.

Teriring do’a ibunda, ibu mertua, ayahanda, suami Ermara A. Santika, S.Sos

dan kembar tercinta Rifka Noviani Santika dan Rifki Adhy Santika, beserta seluruh

anggota keluarga, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas

pengertian dan dukungan yang telah diberikan selama mengikuti pendidikan. Terima

kasih penulis sampaikan juga kepada seluruh mahasiswa program studi KMP,

program studi lainnya, mahasiswa S3, yang tidak penulis sebutkan satu persatu atas

dorongan, masukan baik berupa ide maupun referensi dalam berbagai hal. Untuk

Irma, Devina dan Rusan, teman-teman di Delima lainnya terima kasih mau menjadi

teman curhat. Tak lupa kepada Ibu Lia dan Dini di sekretariat jurusan terima kasih

atas kemudahan dalam administrasi. Semoga semua bantuan yang telah diberikan

mendapatkan balasan dari yang Maha Kuasa. Amiin

Bogor, Agustus 2007

Farida Nurfalah


(10)

Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 04 Juni 1975, sebagai anak

kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan H.Kosim Faruk dan Hj.Noneng Halimah.

Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Ilmu Hubungan

Masyarakat (Humas), Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung, pada

tanggal 20 Februari 1999.

Sejak tahun 2002 sampai sekarang, penulis bekerja sebagai staf pengajar pada

Universitas Muhammadyah Cirebon. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan

pendidikan pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan,

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPsIPB).


(11)

PENGARUH TAYANGAN SINETRON RELIGIUS TERHADAP PERILAKU

BERAGAMA IBU RUMAH TANGGA MUSLIMAH

(di Desa Kedung Jaya dan Desa Tuk Kecamatan Kedawung

Kabupaten Cirebon)

FARIDA NURFALAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(12)

Kedung Jaya dan Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon” adalah benar

merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan di cantumkan dalam Daftar Pustaka

dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

Farida Nurfalah


(13)

ABSTRACT

FARIDA NURFALAH. The effect of Religious Cinema Electronic (

Cinetron

) on the

Religious Life of Moslem Houswives (in Kedung Jaya Village and Tuk Village in

Subdistrict Kedawung of Regency Cirebon. Supervised by SUMARDJO and

WIDIYANTO DWI SURYA.

The research objectives were to analyze : (1) factors which affect watching

pattern of religious cinetrons; and (2) the behavior religious of moslem housewives

who are the viewers of the religious cinetrons and religious activities. This research

used explanatory survey method. A lot of 101 samples were collected using cluster

random sampling technique. The research result showed that (1) the higher education

levels of the housewives in a housing complex, less choices they would watch of

cinetrons. The heavier burden families in the village, the higher frequency of their

watching. The working wives preferred cinetrons to other programs compared to

wives who do not work. (2) The heavier content of story was, less number of

housewives would watch of cinetron, and more relevant the story to real life was

more housewives would watch, both in a housing complex and in a village. The

housewives in the village believe that cinetron story which reflects on behavior

religious ; how ever, the story about bad behavior would not affect them. (3) The

more religious activities they have outside their house, less they believed that

cinetrons could affect their religious life. Moreover (1) More often housewives gave

their responses to cinetrons, the more increased housewives’s knowledge in a housing

complex. The more frequent housewives in the village watched cinetrons, more

knowledge they would get. For the housewives who live in a housing complex, more

religious they would be, less frequent of their watching and more choices of cinetrons

are available. For the housewives in village, more often they gave responses to

cinetron stories, more religious they would be. (2) The housewives in the village who

often have religious activities outside their house, more religious they would be.


(14)

Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon). Dibimbing oleh: SUMARDJO dan

WIDIYANTO DWI SURYA.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) faktor-faktor yang

mempengaruhi pola menonton tayangan sinetron religius. (2) seberapa jauh perilaku

beragama Ibu rumah tangga muslimah dipengaruhi oleh pola menonton dan kegiatan

pendalaman keagamaan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi dengan

metode survei. Jumlah sampel sebanyak 101 responden menggunakan metode sampel

gugus acak sederhana bertahap ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama,

faktor-faktor yang mempengaruhi pola menonton sinetron adalah : 1). Pada Ibu

rumah tangga di komplek perumahan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin

sedikit pilihan acara sinetron religius yang ditonton. Di perkampungan, semakin

banyak tanggungan keluarga semakin tinggi frekuensi Ibu rumah tangga menonton

tayangan sinetron religius. Ibu rumah tangga di perkampungan yang bekerja lebih

banyak pilihan dalam menonton tayangan sinetron religius dari pada yang tidak

bekerja. 2). Tema cerita yang realistis meningkatkan intensitas Ibu rumah tangga di

komplek perumahan dan di perkampungan dalam menilai secara kritis muatan cerita

sinetron religius, sedangkan muatan cerita negatif menurunkan frekuensi menonton.

Di perkampungan, tema cerita sinetron religius mempengaruhi kehidupan Ibu rumah

tangga, namun muatan cerita negatif tidak mempengaruhi keyakinan Ibu rumah

tangga dalam beragama. 3). Ibu rumah tangga yang banyak melakukan kegiatan

keagamaan di luar rumah kurang terpengaruh oleh muatan cerita sinetron religius.

Kedua, Perilaku beragama Ibu rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1). Meningkatnya intensitas Ibu rumah tangga di komplek perumahan dalam

memberikan penilaian mengenai muatan cerita sinetron religius, meningkatkan pula

pengetahuannya mengenai nilai-nilai agama. Pengaruh positif sinetron religius lebih

besar terjadi pada Ibu rumah tangga di komplek perumahan dengan jumlah acara

yang dipilihnya lebih banyak dibandingkan dengan yang frekuensi menontonnya

rendah. Semakin sering Ibu rumah tangga di perkampungan menonton tayangan

sinetron religius, semakin tinggi tingkat pengetahuannya mengenai nilai-nilai agama.

Semakin sering memberikan tanggapan terhadap muatan cerita sinetron religius

semakin mendorong tindakannya untuk dapat menghindari hal - hal yang tidak sesuai

dengan nilai agama. 2). Kegiatan keagamaan di luar rumah yang dilakukan Ibu rumah

tangga di perkampungan berpengaruh positif terhadap perilaku beragama dan dapat

menjadi filter bagi pengaruh sinetron.


(15)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a.

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tunjauan suatu masalah

b.

Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(16)

KABUPATEN CIREBON)

FARIDA NURFALAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(17)

Judul Tesis : Pengaruh Tayangan Sinetron Religius terhadap Perilaku Beragama

Ibu Rumah Tangga Muslimah

Nama : Farida Nurfalah

NIM : P054050051

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Sumardjo, M.S Dr.drh.Widiyanto Dwi Surya, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Komunikasi Dekan Sekolah Pascasarjana

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Dr.Ir.Sumardjo, M.S Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, M.S


(18)

(19)

BOGOR

2007

PRAKATA

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala,

atas rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tulisan ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains (S2) pada

Sekolah Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Dr.Ir.H.Sumardjo, MS dan Bapak Dr.drh.Widiyanto Dwi Surya, M.Sc selaku

komisi pembimbing, atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan, baik

dalam penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, dan penulisan tesis ini. Ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor, Dekan, beserta staf di

Universitas Muhammadiyah Cirebon yang telah banyak memberikan semangat

kepada penulis. Selain itu, penulis juga mengucapan terima kasih kepada seluruh Staf

Penganjar Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

(SPsIPB) yang telah banyak memberikan bimbingan selama perkuliahan.

Teriring do’a ibunda, ibu mertua, ayahanda, suami Ermara A. Santika, S.Sos

dan kembar tercinta Rifka Noviani Santika dan Rifki Adhy Santika, beserta seluruh

anggota keluarga, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas

pengertian dan dukungan yang telah diberikan selama mengikuti pendidikan. Terima

kasih penulis sampaikan juga kepada seluruh mahasiswa program studi KMP,

program studi lainnya, mahasiswa S3, yang tidak penulis sebutkan satu persatu atas

dorongan, masukan baik berupa ide maupun referensi dalam berbagai hal. Untuk

Irma, Devina dan Rusan, teman-teman di Delima lainnya terima kasih mau menjadi

teman curhat. Tak lupa kepada Ibu Lia dan Dini di sekretariat jurusan terima kasih

atas kemudahan dalam administrasi. Semoga semua bantuan yang telah diberikan

mendapatkan balasan dari yang Maha Kuasa. Amiin

Bogor, Agustus 2007

Farida Nurfalah


(20)

Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 04 Juni 1975, sebagai anak

kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan H.Kosim Faruk dan Hj.Noneng Halimah.

Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Ilmu Hubungan

Masyarakat (Humas), Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung, pada

tanggal 20 Februari 1999.

Sejak tahun 2002 sampai sekarang, penulis bekerja sebagai staf pengajar pada

Universitas Muhammadyah Cirebon. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan

pendidikan pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan,

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPsIPB).


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

PENDAHULUAN

...

Latar Belakang...

Perumusan Masalah...

Tujuan Penelitian...

Kegunaan Penelitian...

TINJAUAN PUSTKA

...

Televisi sebagai Media Komunikasi Massa...

Karakteristik Televisi...

Klasifikasi dan Penggolongan Acara Televisi...

Klasifikasi Acara Siaran...

Penggolongan Acara Siaran...

Khalayak Penonton Televisi...

Sinetron Sebagai Acara Hiburan di Televisi...

Sinetron Religius di Indonesia...

Khalayak Sinetron Religius...

Nilai-nilai Agama...

Dampak Siaran Televisi terhadap Khalayak...

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

...

Kerangka Pemikiran...

Hipotesis...

METODE PENELITIAN

...

Lokasi dan Waktu Penelitian...

Desain Penelitian...

Populasi dan Sampel...

Data dan Instrumentasi...

Validitas dan Reabilitas Instrumen...

Definisi Operasional...

Pengumpulan Data...

Analisa Data...

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

vi

vii

viii

1

1

4

5

6

7

7

9

11

11

11

12

13

14

16

17

19

24

24

27

28

28

28

29

30

30

32

36

36

38


(22)

Pola Menonton Tayangan Sinetron Religius...

Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah...

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Menonton Tayangan Sinetron

Religius...

Karakteristik Individu...

Karaktersitik Sinetron Religius...

Kegiatan Pendalaman Keagamaan...

Pengaruh Pola Menonton Sinetron Religius terhadap Perilaku Beragama

Ibu Rumah Tangga Muslimah ...

Pengaruh Pola Menonton Sinetron Religius terhadap

Perilaku Beragama...

Pengaruh Kegiatan Pendalaman Keagamaan Ibu Rumah Tangga

Muslimah terhadap Perilaku Beragama...

KESIMPULAN DAN SARAN

...

Kesimpulan...

Saran...

DAFTAR PUSTAKA

...

LAMPIRAN

...

45

47

47

47

51

53

54

55

56

57

57

58

59

62


(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.

Kerangka Pemikiran Pengaruh Tayangan Sinetron Religius Terhadap


(24)

1.

Data Populasi dan Sampel Responden...

2.

Gambaran Umum Masyarakat Desa Kedung Jaya dan Desa Tuk...

3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik Individu di Desa Tuk

dan Desa Kedung Jaya ...

4.

Rataan Skor Penilaian Ibu Rumah Tangga terhadap Karakteristik Sinetron

Religius di Desa Kedung Jaya dan Desa Tuk...

5.

Rata-rata Kegiatan Keagamaan di Luar Keluarga Responden di Desa

Kedung Jaya dan Desa Tuk...

6.

Rataan Skor Pola Menonton Tayagan Sinetron Religius Berdasarkan Pola

Tingkah Laku dan Keberanian Mengambil Resiko di Desa Kedung Jaya

dan Desa Tuk...

7.

Rata-rata Pola Menonton Sinetron Religius Berdasarkan Jumlah Jam

Menonton, Frekuensi Menonton, dan Pilihan Acara yang ditonton di Desa

Kedung Jaya dan Desa Tuk ...

8.

Rataan Skor Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah di Desa

Kedung Jaya dan DesaTuk...

9.

Koefisien Korelasi antara Karakteristik Individu (XI) dengan Pola

Menonton Tayangan Sinetron Religius (YI)...

10.

Hasil Analisis Chi-Square Karakteristik Individu dengan Pola Menonton

Sinetron Religius Berdasarkan Jenis Pekerjaan...

11.

Koefisien Regresi Pengaruh Referensi Menonton (XI) terhadap Pola

Menonton Tayangan Sinetron Religius (YI)...

12.

Koefisien Regresi Pengaruh Karaktersitik Sinetron Religius (X2) terhadap

Pola Menonton Tayangan Sinetron Religius (YI)...

13.

Koefisien Regresi Pengaruh Kegiatan Pendalaman Keagamaan Ibu Rumah

Tangga Muslimah (X3) terhadap Pola Menonton Tayangan Sinetron

Religius (YI)...

14.

Koefisien Regresi Pengaruh Pola Menonton Tayangan Sinetron Religius

(YI) terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah (Y2)...

15.

Koefisien Regresi Pengaruh Kegiatan Pendalaman Keagamaan (X3)

terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah (Y2) ...

29

38

39

43

44

45

46

47

48

49

50

51

53

55

56


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.

Validitas dan Reabilitas Instrumen...

2.

Koefisien Korelasi antara Karakteristik Individu (XI) dengan Pola

Menonton Tayangan Sinetron Religius(YI)...

3.

Hasil Analisis Chi-Square Karakteristik Individu dengan Pola Menonton

Sinetron Religius Berdasarkan Jenis Pekerjaan...

4.

Koefisien Regresi Pengaruh Reperensi Menonton (XI) terhadap Pola

Menonton Tayangan Sinetron Religius (YI)...

5.

Koefisien Regresi Pengaruh Karaktersitik Sinetron Religius (X2) terhadap

Pola Menonton Sinetron Religius (YI)...

6.

Koefisien Regresi Pengaruh Kegiatan Pendalaman Keagamaan Ibu Rumah

Tangga Muslimah (X3) terhadap Pola Menonton Tayangan Sinetron

Religius (YI)...

7.

Koefisien Regresi Pengaruh Pola Menonton Tayangan Sinetron

Religius(YI) terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah di

Desa Kedung Jaya dan Desa Tuk (Y2)...

8.

Koefisien Regresi Pengaruh Kegiatan Pendalaman Keagamaan Ibu Rumah

Tangga Muslimah (X3) terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga

Muslimah di Desa Kedung Jaya dan di Desa Tuk (Y2)...

9. Kuesioner Penelitian...

62

65

66

68

71

73

76

78

80


(26)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media cetak dan radio, ternyata dapat memberikan nilai yang luar biasa dalam sisi pergaulan hidup manusia.

Daya tarik televisi sedemikian besarnya, sehingga mampu merubah pola kehidupan rutinitas manusia dibanding sebelum muncul televisi. Media televisi menjadi panutan baru (news religius) bagi kehidupan manusia. Pada akhirnya, media televisi menjadi alat atau sarana untuk mencapai kehidupan manusia, baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan, bahkan melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya manusia yang sudah ada sejak lama. Bahkan siaran televisi telah digunakan dilingkungan pendidikan terbuka/jarak jauh untuk pendidikan persekolahan dan pendidikan luar sekolah. (Siahaan, 2005)

Televisi merupakan media komunikasi massa yang berhasil memikat lebih banyak khalayak dibandingkan dengan media massa lainnya dikarenakan televisi merupakan media massa yang mempunyai keunggulan karakteristik, yaitu mampu menyampaikan pesan secara audio dan visual (Effendy, 2000). Kemampuan televisi menguasai jarak secara geografis dan sosiologis, pemirsa dapat menikmati gambar dan suara yang nyata atas suatu kejadian dibeberapa belahan bumi. Kekuatan media televisi yaitu menguasai ruang, waktu dan jarak yang menjangkau sasaran massa cukup besar, nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat, dan daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambar yang bergerak (ekspresif).

Kekurangan televisi adalah, karena bersifat “transitory” maka isi pesannya diterima sekilas, tidak bisa diulang oleh Pemirsa. Media televisi terikat oleh waktu tontonan. Dibandingkan dengan media cetak dan radio, televisi mempunyai tingkat kerumitan yang tidak diketahui oleh masyarakat umum. Penguasaan


(27)

2

teknologi satelit, teknologi elektronika, pengetahuan tentang penyutradaraan serta permainan (trik-trik) dalam menayangkan gambar di kamera. (Kuswandi,1996)

Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara geografis. (McQuail, 1996) menambahkan bahwa siaran televisi dapat pula berperan hanya sekedar memperlancar perubahan, mencegah perubahan atau bahkan tidak menimbulkan perubahan sama sekali. Siaran televisi dapat menimbulkan dampak terhadap khalayak, baik yang bersifat kognisi (berkaitan dengan pengetahuan dan opini), atau afeksi (berkaitan dengan sikap dan perasaan) maupun tindakan atau perubahan perilaku.

Berdasarkan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan dapat diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut persepsi pemirsa dan dampak yang ditimbulkan juga beraneka macam. Hal tersebut terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi.

Salah satu program hiburan yang terkenal adalah acara sinetron religius yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi swasta setiap hari, dari pagi hingga malam hari. Tema-tema agama yang digagas oleh sinetron "Rahasia Ilahi" dan "Takdir Ilahi" di TPI ternyata mampu menjadi kontributor terbesar yang mendongkrak posisi TPI dari tujuh besar ke posisi tertinggi. Sinetron Rahasia Ilahi sempat meraih rating tertinggi share 15,8% berada di urutan pertama, berdasarkan survei AC Nielsen. Di luar perkiraan, sinetron religius yang sebelumnya diragukan dan dianggap sulit bersaing, ternyata mampu menggeser sinetron gemerlap yang belakangan mendominasi layar kaca. Ngabalin (http://www.kpi.go.id)

Sinetron religius pertama yang menduduki peringkat pertama, di luar Ramadhan ini mengembangkan fenomena me too product acara yang serupa dari televisi-televisi swasta di Tanah air seperti "Hidayah" di Trans TV, "Pintu Hidayah" dan "Kusebut nama-Mu" di RCTI, "Tawakal" dan "Titipan llahi" di Indosiar, "Sebuah Kesaksian", "Azab Ilahi", dan "Pada-Mu Ya Rabb" di Lativi,


(28)

"Jalan Kebenaran" dan "Astagfirullah" di SCTV, dan "Titik Nadir" di TV7 yang pada akhirnya banyak yang mengarah pada mistis, dan awal 2007 Trans TV memproduksi sinetron hikayah dan hikayat.

Antusiasme sambutan khalayak menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat. Perubahan "selera" ini mendapatkan apresiasi positif di kalangan Islam. Menurut Yusanto dalam Nurdiansyah (2005), sambutan pemirsa yang membanjir, membuktikan bahwa masyarakat sudah jenuh dengan tayangan televisi selama ini, sehingga memberikan hawa baru kepada pemirsa. Selain itu menurut Jeffry dalam Nurdiansyah (2005), bermunculan sinetron Islami dapat memberikan dampak positif untuk menjadi penyeimbang bagi tontonan sejenis yang lebih menekankan sisi hura-hura dan glamour. Kebutuhan akan keseimbangan rohani dalam diri manusia sangatlah manusiawi, selain itu dinilai perlu adanya badan syariah yang mengontrol maraknya sinetron Islami.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berkeinginan memberi penghargaan pada televisi yang menayangkan acara-acara keagamaan, meskipun masih dalam pembahasan internal. Salah satu anggota DPR dari Partai Keadilan Sejahtera yaitu Hilman Rasyad, merasa belum puas dengan acara yang ada, sebab unsur-unsur mistik masih selalu hadir dalam tiap episode sinetron, akan tetapi sifat mistik tersebut belum sampai taraf menyesatkan atau "hanya bersifat meramaikan,” karena mengangkat tema pertobatan atau nasihat terhadap keserakahan, pendekatan sinetron religius sangat berbeda dengan acara mistik seperti ''Dunia Lain'' (TransTV) atau ''Memburu Hantu'' (Lativi).

Penilaian berbeda disampaikan Mulyana dalam Khudori et al (2005), sebagai Pengamat komunikasi dari Universitas Padjadjaran Bandung. Mulyana menilai, meskipun ada unsur pendidikannya, sinetron religius lebih menonjolkan sisi hiburannya, salah satunya menunjuk eksploitasi berlebihan hal-hal klenik, seperti sosok makhluk berpocong yang bangkit dari kuburan. Mulayana tidak menyangkal hal yang gaib itu memang ada, akan tetapi karena kurangnya kreativitas, eksploitasi klenik itu menjadi biasa-biasa saja.


(29)

4

Layaknya acara hiburan, terikat hukum ekonomi dan hukum pasar yang tidak lepas dari rating. Apa yang terjadi sifatnya sesaat. Ketika jenuh, sinetron tersebut akan ditinggalkan pemirsa. Hukum pasar terjadi. Membanjirnya sinetron religius membuat pemirsa televisi tersebar. Jumlah penonton di setiap stasiun televisi pun menurun. Menurut Mulyana, agar tidak terjun bebas, produsen acara harus menayangkan hal-hal yang alamiah dan menghindari eksploitasi. Harus menarik dengan disertai bobot pendidikan yang kental.

Televisi merupakan produk tekhnologi audio visual sangat dekat dengan kehidupan masyarakat dewasa ini. Televisi hadir di tengah keluarga memberikan kontribusi yang besar terhadap kebutuhan informasi, hiburan dan pendidikan. Televisi menarik perhatian bagi orang-orang yang paling sering berada di rumah, yaitu salah satunya adalah Ibu rumah tangga. Kaum Ibu dalam keluarga merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya sejak dalam kandungan, disaat bayi, massa anak-anak, hingga dewasa. (Anwas, 2005),

Dengan demikian, maka perlu kiranya mengetahui bagaimana dan sejauh mana pengaruh tayangan sinetron religius terhadap perilaku beragama Ibu rumah tangga muslimah, sehingga televisi yang umumnya dianggap sebagai media keluarga cukup berarti bagi khalayak sasarannya.

Rumusan Masalah

Berbagai macam acara televisi selalu hadir di hadapan pemirsa seperti jenis musik, film, drama, maupun informasi kasus. Hal tersebut akan mempengaruhi konsep diri pemirsa untuk berbuat sesuatu sesuai keinginan yang berasal dari informasi tayangan televisi tersebut. Keberadaan berbagai macam acara ini juga akan mempengaruhi pemirsa untuk membuka dirinya dalam menerima nilai-nilai budaya dan moral yang ditayangkan acara televisi.

Rangsangan yang ditimbulkan oleh televisi melalui program-programnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan media cetak. Pada televisi gambar-gambarnya bersifat audio visual dan moving, sedangkan media cetak bersifat statis. Makin besar daya pikat atau rangsangan yang ditimbulkan, makin dalam pula dampak yang ditimbulkan. Artinya, kita akan sering teringat dan membayangkannya.


(30)

Terlepas apakah media televisi berdampak positif atau negatif, beberapa acara televisi secara nyata telah membentuk pola kehidupan masyarakat terhadap berbagai macam informasi yang disajikan. Konsep diri pemirsa setelah menyaksikan tayangan acara televisi, jelas menentukan seberapa jauh media televisi itu mempunyai dampak yang menyentuh aspek kepribadian pemirsa secara emosional, intelektual maupun sosial.

Sinetron religius bisa memberikan peluang untuk terjadinya peniruan perilaku apakah itu positif atau negatif. Perilaku dipahami sebagai perwujudan dari proses psikologis yang merentang dari persepsi sampai sikap. Suatu rangsangan dalam bentuk sinetron dipersepsi kemudian dimaknai berdasarkan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Jika tayangan tersebut sesuai, rangsangan itu akan dihayati yang menyebabkan pembentukan sikap. Sikap inilah yang secara kuat memberikan bobot dan warna kepada pelaku. Oleh sebab itu, sikap diartikan sebagai kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan.

Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja saja yang berpengaruh terhadap pola menonton tayangan sinetron religius?.

2. Seberapa jauh perilaku beragama Ibu rumah tangga muslimah dipengaruhi oleh pola menonton tayangan sinetron religius dan kegiatan pendalaaman keagamaan?.

Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalahan yang ada, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola menonton tayangan sinetron religius.

2. Untuk mengetahui seberapa jauh perilaku beragama Ibu rumah tangga muslimah dipengaruhi oleh pola menonton tayangan sinetron religius dan kegiatan pendalaman keagamaan.


(31)

6

Kegunaan Penelitian

Dari hasil Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat sebagai berikut :

1. Memperkaya penelitian bidang komunikasi dalam kajian media massa. 2. Memberikan kontribusi kepada perencana kebijakan program televisi untuk

dapat mendesain paket program sinetron yang bermanfaat dan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.

3. Memberikan masukan kepada masyarakat, khususnya Ibu Rumah Tangga Muslimah dalam menikmati tayangan sinetron yang ada di televisi.


(32)

TINJAUAN PUSTAKA

Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi berasal dari kata, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videra bahasa latin) yang berarti penglihatan. Kata Visi dalam bahasa Inggris diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi oleh suatu tempat (studio televisi yang dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima (televisi set). Sistem transmisi/pancaran gambar dan suara yang dihasilkan kamera elektronik, dan selanjutnya ditransmisikan melalui pemancar. Televisi bermula ditemukannya electrische teleskop oleh mahasiswa Jerman yang bernama Paul Nipkov yang dijuluki ”bapak” televisi untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ketempat lainnya. (Kuswandi, 1996).

Media massa merupakan kependekan dari istilah media komunikasi massa, yang secara sederhana dapat memberikan pengertian sabagai alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan serentak kepada khalayak banyak yang berbeda-beda dan tersebar di berbagai tempat. (Effendy, 2000)

Media massa sering dibedakan menjadi media massa tampak (visual), dan media massa berbentuk dengar (radio), dan media massa berbentuk gabungan tampak dengan (audio-visual). Media massa bentuk tampak umumnya dikerjakan dengan mesin cetak, maka disebut juga media massa cetak, atau media cetak, meliputi koran, brosur, selebaran, majalah, buletin, tabloid dan buku. Media massa bentuk dengar meliputi semua alat mekanis yang menghasilkan lambang suara termasuk musik, seperti radio dan kaset. Media massa bentuk gabungan tampak dan dengar (Audio-Visual) meliputi televisi, kaset musik video dan film. Radio, televisi dan Film pada dasarnya bekerja dengan elektronik sehingga disebut media elektronik (Effendy, 1994).

Teori komunikasi massa yaitu (1) teori peluru atau jarum hipodermik, mengasumsikan bahwa media massa memiliki kekuatan perkasa, dan komunikan dianggap pasif. Komponen-komponen komunikasi memiliki dominasi yang tinggi dalam mempengaruhi komunikan, seakan-akan


(33)

8

komunikasi disuntikan langsung ke dalam jiwa komunikan sehingga pesan-pesan persuasif mengubah sistem psikologis komunikan; (2) teori arus banyak tahap, sebagian besar orang menerima efek media dari tangan kedua yaitu opinion leader (para pemuka pendapat); (3) teori proses selektif, penerima pesan media cenderung melakukan selective exposure (terpaan selektif); (4) teori pembelajaran sosial, menjelaskan bahwa pemirsa meniru apa yang dilihat di televisi melalui proses pembelajaran hasil pengamatan; (5) teori difusi inovasi, penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru; dan (6) teori kultivasi, teori yang berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra yang tidak konsisten dengan kenyataan. (Ardianto dan Erdinaya, 2004)

Televisi mempunyai fungsi untuk menyebarkan informasi, baik informatif maupun sosial, bahkan sebagai sumber inspirasi tentang bagaimana memecahkan masalah atau mengambil keputusan. Hal ini sejalan dengan paradigma media massa yang menyatakan bahwa media massa berfungsi sebagai agen pembangunan (agent of development), dalam memberikan informasi, memotivasi dan menggerakkan masyarakat, agar tidak hanya mengerti arti pembangunan, namun juga mendukung dan berpartisipasi dalam proses pembangunan yang sedang berlangsung. Oleh karena itu televisi hampir tidak memiliki tandingan, antara lain efektivitas penyebarannya, pesona gambar dan suaranya serta kemampuan komunikatif yang sempurna (Efendy, 1994). Selain itu, media televisi merupakan media yang memiliki kelebihan visualisasi yang menarik perhatian individu dan dapat menjangkau khalayak yang lebih banyak jika dibandingkan dengan media massa lainnya.

Black dan Whitney dalam (Nuruddin, 2003) mengungkapkan bahwa fungsi komunikasi massa adalah :

1. To inform (menginformasikan)

Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi adalah melalui berita-berita, baik berita yang bersifat aktual maupun hiburan. 2. To entertain (memberi hiburan)

Fungsi hiburan bagi media massa khususnya televisi mendukung posisinya pada tingkat yang paling tinggi, karena didukung oleh masyarakat yang


(34)

telah menjadikan televisi sebagai media hiburan. Dalam sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga, maka jangan heran jika jam-jam prime time (jam 19.00 sampai 21.00) biasanya akan disajikan acara-acara hiburan seperti sinetron, kuis atau acara jenaka lainnya.

3. To persuade (membujuk)

Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada tajuk rencana, artikel dan surat pembaca adalah contoh tulisan persuasi.

4. Transmission of the culture (transmisi budaya)

Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan yaitu kontemporer dan histories. Di dalam kontemporer media memperkuat konsensus nilai masyarakat dengan selalu memperkenalkan bibit perubahan secara terus menerus. Secara historis, manusia telah dapat melewati atau menambah pengalaman baru untuk membimbingnya ke masa depan.

Karakteristik Televisi

Televisi merupakan paduan audio dari dua bagian yang berbeda yaitu audio segi penyiarannya (broadcast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). (Effendy, 1993), Ditinjau dari stimulasi alat indera, maka karakteristik televisi menurut Ardianto, et.al (2004) adalah sebagai berikut :

1. Audio Visual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat di dengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari pada kata-kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

2. Berpikir dalam Gambar

Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture).


(35)

10

Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan obyek-obyek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikan sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Obyek tersebut bisa manusia, benda, kegiatan dan lain sebagainya.(Effendy, 1994)

Tahap kedua adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoperasian Lebih Kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Dalam melakukan siaran, televisi memerlukan tiga perangkat keras (hard ware) utama, yaitu studio (sarana dan prasarana penunjang), Pemancar (transmisi) dan pesawat penerima.

Secara teknis proses penyiaran televisi dimulai dari penciptaan gambar proyeksi yang terbentuk melalui system lensa pada kamera. Gambar diubah menjadi gelombang electromagnet (sinyal listrik) di dalam tabung pengambil gambar (Charge Couple Devise). Selanjutnya suara (audio) pendukung gambar (visual) diubah menjadi sinyal listrik di dalam mike (microphone). Kedua jenis sinyal tersebut disalurkan dengan kawat ke pesawat televisi melalui antena. Di dalam pesawat televisi, sinyal listrik tadi diubah kembali menjadi gambar proyek dan suara. (Wahyudi, 1996),

Untuk menayangkan acara siaran berita dapat melibatkan 10 orang karyawan. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemadu gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain-lain.


(36)

Klasifikasi dan Penggolongan Acara televisi

Adanya beberapa Stasiun Penyiaran Televisi Swasta (SPTS) yang dapat diterima oleh pesawat televisi khalayak, memberikan alternatif untuk memilih acara televisi yang disukai. Ada beragam program acara yang disiarkan televisi. Dengan adanya keragaman tersebut maka ada pengklasifikasian acara siaran dan penggolongan acara siaran.

Klasifikasi Acara Siaran.

Dalam penjelasan pasal 39 ayat 1 UU penyiran tahun Tahun 1997 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ”klasifikasi acara siaran” adalah pengelompokan acara siaran berdasarkan isi siaran yang dikaitkan dengan usia dan khalayak sasaran. Klasifikasi acara siaran dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari hal-hal negatif yang mungkin ditimbulkan oleh siaran dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memilih acara siaran. Pasal 39 ayat 2 menambahkan bahwa dalam klasifikasi acara siaran dicantumkan kode kelayakan tontonan berdasarkan tingkat kekerasan, pornografi, dan kekasatan bahasa dikaitkan dengan kelompok usia pemirsa, yang terdiri dari (1) layak untuk anak, (2) perlu didampingi orang tua, (3) umum/semua umur, (4) hanya untuk orang dewasa, dan (5) terbatas.

Pengolongan Acara Siaran

Dijelaskan dalam pasal 46 ayat 2 adalah pengelompokan acara siaran berdasarkan jenisnya meliputi siaran berita, informasi dan penerangan, siaran olah raga dan hiburan, siaran pendidikan dan kebudayaan, siaran iklan, serta siaran agama. Untuk setiap jenis acara siaran, dijelaskan tujuan dan maksudnya dengan mengacu kepada latar belakang kebiasaan masyarakat pada umumnya serta keperluan dan keinginan khalayak sasaran.

Ayat 3 menyebutkan, waktu untuk menyiarkan suatu mata acara merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap lembaga penyiaran dengan mengacu pada kebiasaan masyarakat pendengar atau pemirsa berdasarkan umur. Sesuai dengan fungsi sosialnya, lembaga penyiaran perlu


(37)

12

memperhatikan dengan seksama keperluan lain masyarakat agar tidak mengganggu keseimbangan kehidupan mereka sehari-hari. Demikian pula mata acara untuk anak-anak perlu disiarkan pada jam-jam yang sesuai. Dalam menyiarkan mata acara siaran nasional, setiap lembaga penyiaran perlu juga memperhatikan pembagian waktu di Indonesia, terutama waktu yang bertepatan dengan kewajiban melaksanakan ibadah agama. Acara tertentu yang terpilih yang merupakan siaran langsung, penyiarannya dapat tidak terikat dengan waktu yang ditentukan dalam pola acara siaran.

Khalayak Penonton Televisi

Khalayak (audience) televisi adalah masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedia. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak. Berdasarkan hal tersebut, ada pesan-pesan media massa yang diminati oleh seluruh khalayak, adapula yang diminati oleh sekelompok tertentu, misalnya kelompok usia (anak-anak, remaja, dewasa), kelompok agama, kelompok etnis dan sebagainya. Dengan demikian harus ditentukan strategi komunikasi dalam menyusun suatu acara dalam mencapai sasaran khalayak atau sasaran kelompok.

Strategi komunikasi massa memerlukan analisis yang seksama karena banyaknya dan kompleksnya khalayak yang dituju. Proses pembagian khalayak, misalnya khalayak pemirsa televisi dapat dikategorikan dalam kelompok kecil : usia anak 6-10 tahun, kelompok ibu rumah tangga, usia 25-40 tahun atau remaja usia antara 13-18 tahun. (Ardianto, et al., 2004)

McQuial (1987) dalam Testiandini (2006) membagi khalayak (audience) menjadi empat sub kategori, yaitu :

1. Kelompok atau publik : sejalan dengan suatu pengelompokkan sosial yang ada (misalnya komunitas keanggotaan minoritas politis, religius atau etnis) dan dengan karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politik dan budaya.


(38)

2. Kelompok kepuasaan ; terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu tertentu yang berhubungan dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat yang selanjutnya akan menumbuhkan kepuasaan emosional serta respon afeksi tertentu.

3. Kelompok penggemar atau budaya cita rasa ; terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau daya tarik tertentu akan kepribadian tertentu atau cita rasa budaya intelektual tertentu.

4. Audience medium ; khalayak jenis ini adalah khalayak yang berusaha untuk tetap berada pada salah satu sumber media televisi kemungkinan hanya sangat sedikit terjadi karena hampir setiap saluran televisi swasta mengutamakan hiburan.

Teori De Fluer dan Ball-Rokeach dalam (Rakhmat, 2004) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi khalayak. Tiga faktor tersebut di antaranya adalah perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial dan perspektif hubungan sosial.

Perspektif perbedaan individual memandang sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli itu karena setiap orang mempunyai potensi biologis, pengalaman belajar dan lingkungan yang berbeda, sedangkan perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat tertentu terdapat kelompok-kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Beberapa contoh kelompok sosial antara lain : usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan dan tempat tinggal. Perspketif hubungan sosial memandang bahwa interaksi dan komunikasi khalayak dengan orang lain seperti orang tua, saudara, teman, dan tetangga dapat mempengaruhi responnya terhadap media massa.

Sinetron sebagai Acara Hiburan di Televisi

Saat ini sinetron tidak lagi merupakan akronim dari sinema elektronik, melainkan sudah menjadi acara sendiri dilayar kaca karena telah dimaknai sebagai program sinetron unggulan karena waktu tayangnya pada prime time dan


(39)

14

diandalkan oleh stasiun televisi untuk meraih rating (Pratomo, 2003). Menurut (Kuswandi, 1996), sinetron banyak disukai oleh pemirsa karena :

1. Isi pesan sesuai dengan realita sosial pemirsa.

2. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi luhur dan budaya masyarakat. 3. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang

terjadi dalam kehidupan.

Ketiga faktor di atas itulah, maka sinetron selalu mendapat sambutan hangat dari pemirsa. Kalau isi pesan sinetron tidak mencerminkan realitas sosial objektif dalam kehidupan pemirsa, maka yang tampak dalam cerita sinetron tersebut hanya gambaran semu, akibatnya pemirsa tidak mendapatkan manfaat secara khusus bagi kehidupannya, menyangkut aspek hubungan dan pergaulan sosial serta dapat membuat pemirsa jenuh untuk menonton.

Sinetron merupakan satu bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah berdasarkan alur cerita untuk mengangkat kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah sinetron religi. Banyaknya sinetron yang menggambarkan sisi-sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat, tentu sangat bermanfaat bagi pemirsa dalam menentukan sikap. Pesan-pesan sinetron terkadang terungkap secara simbolis dalam alur cerita.

Sinetron Religius di Indonesia

Bangkitnya sinetron bernuansa religius diawali oleh keberhasilan TPI dengan sinetron Rahasia Ilahi dan Takdir Ilahi-nya, sejumlah stasiun televisi berlomba-lomba untuk menyajikan sinetron Islami. SCTV menyajikan sinetron Astagfirullah dan menyusul Kuasa Ilahi. Lalu, Lativi dengan sinetron Azab Ilahi dan menyusul PadaMu Ya Rabb. Begitu juga dengan Trans TV menyajikan sinetron Taubat dan Indosiar dengan tayangan sinetron Titipan Ilahi, dan RCTI menayangkan Tuhan Ada di Mana-mana. Formatnya tidak jauh beda, yakni diangkat dari kisah nyata di media massa atau kiriman pengalaman seseorang. Bahkan jam tayangnya bersamaan. Pada awal tahun 2007 hanya Trans TV yang memproduksi sinetron religi baru yaitu sinetron Hikayat.


(40)

Sinetron Astaghfirullah juga berasal dari kisah nyata yang dimuat Majalah Ghoib. Skenario dibuat Misbach Yusa Biran. Menurut Sutradaranya yaitu Chaerul Umam, kisah-kisah nyata seri ini memperlihatkan betapa bukti-bukti kebesaran Allah tiada batas adanya dan diharapkan dapat menjadi sinetron yang akan memberi tauladan pada pemirsa.

Sinetron lainnya yaitu Azab Ilahi hadir di layar kaca Lativi, sangat digemari juga dan merupakan salah satu program yang mampu mendongkrak stasiun televisi ini ke posisi lima besar. Menurut manajer humas Lativi Raldy Doy, Sinetron tersebut concern pada program bernilai pendidikan. Peluncuran sinetron itu awal April 2005. Booming-nya sinetron Islami, menurut Ustadz Jeffry Al Bukhari, harus disambut baik karena mencontoh yang berdampak kebaikan justru dianjurkan. Nurdiansyah, (http://www.republika.co.id)

Sinetron Rahasia Ilahi yang muncul pada bulan Ramadan 2004. Sinetron ini merupakan hasil kerja sama produksi Kusuma Esa Permata Media dengan majalah Hidayah, yakni tentang bagaimana Allah SWT memberi contoh kepada manusia tentang azab yang diturunkannya. Kisah-kisah religius berbalut mistik di majalah ini divisualkan ke layar kaca. Pada bagian akhir, dimunculkan Ustadz Arifin Ilham dengan pesan-pesan religiusnya. Ketika TPI meraih sukses menyajikan sinetron Rahasia Ilahi. Sejak pertengahan Maret hingga April 2005, Rahasia Ilahi ditonton 40%-50% pemirsa. Rating-nya 14-15 menggeser tayangan sinetron di televisi lain.

Pada saat Rahasia Ilahi berada di puncak, TPI kemudian meluncurkan Takdir Ilahi. Baru dua bulan tayang, sinetron ini melesat pula padahal format tayangan keduanya hampir sama. Di bagian akhir ada filter yang diisi seorang ustad untuk menunjukkan hikmah cerita sinetron. Bedanya, kisah di Takdir Ilahi digali dari hadis-hadis Nabi yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang ditulis oleh Muhammad Amin Al-Jundi Al-Muttaqin dalam buku Miah Qishshah wa Qishshah fi Anis Ash-Shalihin wa Samir Al-Muttaqin dan kitab Madarijus Salikin karangan Ibnu Qayyim Al-Jauziah.

Sinetron berdurasi enam puluh menit menampilkan seorang ahli hadist, KH Ali Mustafa Yaqub MA, pada akhir episode. KH Ali memberikan gambaran yang dapat diambil hikmahnya bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan


(41)

16

ikhlas, sabar dan hanya mengharapkan ridhlo Allah, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Sinetron Rahasia Ilahi dan Takdir Ilahi mampu menjadi kontributor terbesar mendongkrak posisi TPI dari tujuh besar ke posisi tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan survei AC Nielsen, dari 15 Maret sampai 15 April 2005, TPI dengan share 15,8 persen berada di urutan pertama, disusul SCTV (15,2 %), RCTI (14,9 %), Indosiar (12,4 %), Lativi (11,2 %), Trans TV (share 10,7%), TV7 (share 6,2%), ANTV (share 6,2%), Global TV (share 2,8%00), Metro TV (share 2,5%) dan TVRI Pusat (share 1,7%).

Survei AC Nielsen menunjukkan sinetron Rahasia Ilahi berhasil meraih rating 14,9 dan share 40,29 persen, sinetron Takdir Ilahi (9,8/22,8%) dan KDI-2 (9,4/28,3 %). AC Nielsen juga menempatkan sinetron Rahasia Ilahi sebagai tayangan dengan rating pertama untuk semua program di semua stasiun televisi. Sedangkan sinetron Takdir Ilahi meraih peringkat ketiga dalam daftar Top 50 Program Televisi di Indonesia. Tidak hanya TPI yang mendapat berkah dari sinetron Islami. Sinetron Astagfirullah di SCTV dan Azab Ilahi di Lativi juga mampu mendongkrak rating kedua stasiun televisi tersebut. Begitu juga awal tahun 2006 sinetron religi masih menduduki urutan paling atas untuk segmen remaja yaitu pintu hidayah 10, 9% disusul Maha kasih 10,4%. Nurdiansyah, (http://www.republika.co.id)

Khalayak Sinetron Religius

Program acara yang ditayangkan televisi yang umumnya dianggap sebagai media keluarga dan hiburan menyebabkan televisi menarik perhatian bagi orang-orang yang paling sering berada di rumah, salah satunya adalah kaum wanita (McQuail, 1996). Melalui sinetron, mereka menemukan kesenangan karena tema cerita biasanya sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan dijadikan sebagai bahan pembicaraan mereka dengan sesama teman wanita sehingga mempererat persahabatan di antara mereka. Herzos dalam (Rivers et al., 1993) menegaskan bahwa menonton opera/drama bisa mengurangi beban emosional dan dapat menjadi nasihat serta rujukan bagi permasalahan sehari-hari karena cerita dalam opera sabun adalah kisah yang diangkat dari kehidupan sehari-hari.


(42)

Mulyana dalam Khudori et al (2005), pengamat komunikasi dari Universitas Padjadjaran Bandung, menilai bahwa meskipun ada unsur pendidikannya, sinetron religius lebih menonjolkan sisi hiburannya. Ia menunjuk eksploitasi berlebihan hal-hal klenik, seperti sosok makhluk berpocong yang bangkit dari kuburan. Mulyana tidak menyangkal hal yang gaib itu ada. Tapi, karena miskin kreativitas, eksploitasi klenik itu jadi biasa-biasa saja. Layaknya acara hiburan, sinetron ini juga terikat hukum ekonomi dan hukum pasar yang tidak lepas dari rating. Apa yang terjadi sekarang sifatnya sesaat, sinetron tersebut suatu ketika akan ditinggalkan pemirsa karena hukum pasar terjadi.

Membanjirnya sinetron religius membuat pemirsa televisi tersebar. Jumlah penonton di setiap stasiun televisi pun melorot. Hal ini terekam dari survei AGB Nielsen Media Research. Semula sinetron ini ditonton 4.242 pemirsa, kini tinggal 2.269 penonton. Bukan mustahil, jumlah penonton makin menipis manakala sinetron mulai kehilangan alur cerita, teknik, dan topik. Setidaknya program sejenis disaksikan oleh 2.000-4.000 pemirsa dari 13.300 pemirsa yang disurvai oleh AGB Nielsen Media Research.

Awal kemunculannya hanya ada empat judul, namun hingga Mei 2005 sudah mencapai 35 macam program. Semakin beragamnya judul-judul sinetron bernuansa religi dan televisi yang menayangkan, diikuti pemirsa yang semakin tersebar. Jadi, meningkatnya jumlah program sinetron bernuansa religi setiap bulan diikuti penurunan jumlah penonton pada setiap stasiun televisi. Seperti diketahui sinetron bernuansa religi juga ditayangkan di Trans TV, Lativi, SCTV, dan RCTI selain TPI. Merujuk pada hasil survey AGB Nielsen Media Research disebutkan pada Februari 2005 ada empat program sinetron bernuansa religi. Pada bulan-bulan berikutnya (hingga 21 Mei 2005) terus bertambah menjadi 10, 27, dan 35.

Nilai-nilai Agama

Etika dan nilai-nilai diperlukan dalam mengatur bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia mejadi baik. Salah satu nilai yang diperlukan manusia sebagai pegangan dalam menjalankan kehidupan adalah nilai-nilai agama. Konsep nilai-nilai agama terdiri dari dua kata masing-masing memiliki arti. Konsep nilai


(43)

18

sendiri menurut (Sulaiman, 1998) adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subyek, menyangkut sebagai segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.

Kluckhon dikutip oleh (Sulaiman, 1998) mengatakan bahwa definisi nilai yang diterima sebagai konsep yang diinginkan dalam literatur ilmu sosial adalah hasil pengaruh seleksi perilaku. Pengertian agama berdasarkan sudut pandang bahasa Indonesia adalah kata yang berasal dari bahasa sansakerta yang artinya ”tidak kacau”. Agama diambil dari dua suku kata, yaitu a yang berarti ”tidak” dan gama yang berarti ”kacau”. Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau.

Menurut (Kahmad, 2000) dalam bahasa arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-milah. Kata Al-din sendiri mengandung berbagai arti. Ia dapat diartikan al-mulk (kerajaan), al-khidmat (pelayanan), al-”izz (kejayaan), al-dzull(kehinaan), al-ikrah(pemaksaan), al-ihsan(kebijakan), al-adat(kebiasaan), al-ibadat(pengabdian), al-qahr wa al-sulthan (kekuasaan dan pemerintahan), al-tadzallul wa al khudhu (tunduk dan patuh), al-tha’at (taat), al-islam al-tauhid (penyerahan dab mengesakan Tuhan).

Dalam Islam terdapat nilai-nilai yang harus diamalkan untuk mewujudkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai tersebut adalah A). Akidah (keyakinan), yaitu 1. Meyakini Allah sebagai Pencipta (Khaliq), 2. Meyakini agama sebagai pedoman hidup, 3. Meyakini bahwa Allah maha melihat terhadap semua perbuatan (gerak-gerik) manusia, 4. Meyakini Qada dan Qadar Allah, 5. Meyakini bahwa Allah Maha Penyayang dan Pengampun. B). Akhlakul Karimah, adalah keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa/melalui pertimbangan dan pikiran. Keadaan itu terbagi dua yaitu berasal dari tabiat asli, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan-tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan dulu, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu akhlak dan bakat. (Tahdzib Al-akhlaq Wa Tahhir Al A’raq, dalam Jauhari, 2006). Akhlakul Karimah diantaranya yaitu 1. Bertanggung jawab atas


(44)

setiap perbuatan, 2. Bersyukur ketika mendapat nikmat, dan bersabar pada saat mendapatkan musibah, 3.Memelihara kebersihan diri dan lingkunganan, 4. Memiliki etos belajar yang tinggi, 5. Menjalin silaturahmi dengan saudara atau orang lain. C). Ibadah, yaitu 1. Melaksanakan ibadah sholat, 2. Ibadah puasa, 3. Berdo’a, 4. Membayar Zakat, 5. Membaca kitab suci dan mendalami isinya.

Setiap pribadi yang beragama (beriman dan bertakwa) diwajibkan mengamalkan nilai-nilai agama tersebut, sehingga individu diharapkan dapat mengembangkan potensi takwa kepada-Nya dan mampu mengendalikan bentuk-bentuk perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang tertanam di dalam dirinya.

Dampak Siaran Televisi Terhadap Perilaku Khalayak

Televisi mempunyai peranan dalam perubahan sosial. Program-program siaran televisi menurut (Rusadi, 1990), selain memberikan pengaruh yang sesuai dengan fungsinya yaitu yang sejalan dengan tujuan dari program yang dibuat (fungsional) dan juga dapat memberikan pengaruh menyimpang dari fungsi program yang ditayangkan (disfungsional). Siaran televisi dapat pula berperan hanya sekedar memperlancar perubahan, mencegah perubahan atau bahkan tidak menimbulkan perubahan sama sekali, penyelenggara siaran harus tetap berusaha selalu berorientasi kepada keinginan dan kebutuhan khalayak. (McQuail, 1996)

Terjadinya perubahan sosial pada khalayak karena televisi menimbulkan dampak terhadap penjadwalan kembali, penyaluran perasaan dan menimbulkan perasaan tertentu. Dalam kaitan ini khalayak menyesuaikan kegiatan sehari-hari dengan jam tayangan televisi sehingga dapat menimbulkan pergeseran kebiasaan penggunaan waktu di masyarakat. Khalayak juga sering menonton televisi tanpa memperdulikan isi pesan tetapi hanya untuk memuaskan kebutuhan psikologis, misalnya menghilangkan resah maupun rasa jenuh. Selain itu jangka waktu tertentu televisi dapat “mengambil alih” fungsi sarana hiburan antara orang tua dan anak-anak. (Rakhmat, 1994)


(45)

20

Berdasarkan hal itulah maka timbul pendapat pro dan kontra terhadap dampak acara televisi (effek) yaitu :

1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

2. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

3. Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan masyarakat.

Perbedaan pendapat tentang dampak acara televisi disebabkan karena media televisi dalam operasionalnya berhubungan dengan institusi sosial lain yang ada di masyarakat, serta adanya perbedaan sudut pandang dari khalayak sasaran. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Penyampaian informasi merupakan tugas pokok media massa, membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. (Kuswandi, 1996)

Menurut (Rakhmat, 2004), pengaruh media televisi dibatasi oleh rumusan tiga instink khalayak terhadap pesan yang disampaikan oleh media tersebut, yaitu :

1. Instink selective attention, di mana khalayak atau penonton akan secara sendiri-sendiri menyeleksi acara yang disukai.

2. Instink selective perseption, di mana khalayak atau penonton akan membuat persepsi mengenai pesan-pesan yang disampaikan menurut norma, nilai dan logika yang dipahami.

3. Instink selective retention, di mana khalayak atau penonton akan mengingat hal-hal yang berdasarkan pada kemampuan ingatannya dan perlu diingat oleh dirinya.

Menurut (McQuil, 1996), siaran televisi dapat menimbulkan dampak terhadap khalayak, baik yang bersifat kognisi (berkaitan dengan pengetahuan dan opini), atau afeksi (berkaitan dengan sikap dan perasaan) maupun tindakan atau perubahan perilaku. Menurut (Rakhmat, 2004) bahwa dampak kognisi adalah bagaimana televisi dapat membuat khalayak menjadi mengerti tentang


(46)

sesuatu. Dampak afeksi adalah mencakup pembentukan atau perubahan sikap, rangsangan emosional dan rangsangan seksual. Sedangkan menurut (Muller, 1986) menyatakan bahwa sikap adalah : (1) pengaruh atau penolakan, (2) penilaian, (3) suka atau tidak suka, atau (4) kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis.

Dampak siaran televisi terhadap perubahan perilaku dipengaruhi antara lain oleh frekuensi penayangan, konsekuensi yang akan muncul dan dorongan dari dalam diri khalayak (Mc Quail, 1996). Dampak televisi terhadap perilaku tidak terjadi secara langsung. Media tersebut terlebih dahulu mempengaruhi pengorganisasian citra khalayak tentang lingkungan mereka. Citra merupakan gambaran tentang realitas tetapi tidak selalu sesuai dengan realitas. Citra inilah yang mempengaruhi khalayak dalam berperilaku (Rakhmat, 2004)

Pada kenyataannya, apa yang telah diungkapkan di atas hanya bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan. Banyak paket-paket acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak atau sebaliknya. Munculnya media televisi otomatis membawa dampak bagi masyarakat, terlepas apakah itu dampak negatif atau positif. Ketakutan akan dampak negatif televisi adalah bahwa acara-acaranya selalu diasumsikan dapat mengikis pola hidup dan kebiasaan masyarakat kita. Dengan kata lain, kita akan dibentuk media televisi menjadi masyarakat baru (social news) serta meninggalkan identitas diri kita yang utuh. (Kuswandi, 1996)

Muncul pernyataan sumbang dari para ahli tentang dampak negatif televisi, bahwa hal tersebut hanya terfokus kepada aspek kehidupan praktis yang masih berlaku sekarang. Persoalan yang mesti diwaspadai saat ini adalah jangan sampai televisi menjadi sarana looking for the truth (mencari kebenaran), karena manusia akan menjadikan televisi sebagai life justice dalam memecahkan persoalan kehidupan. (Kuswandi, 1996)

Di lain pihak, dampak positif televisi adalah dapat memberikan Pengetahuan tentang informasi di belahan dunia lain. Masyarakat secara tidak sadar akan saling berkompetisi dalam menguasai informasi dan menuju kepada kehidupan modernitas dengan menambah apresiasi pola pikir masyarakat.


(47)

22

Sampai sejauh mana pengaruh tayangan televisi terhadap perubahan perilaku pemirsanya?. Pendapat pakar dan hasil penelitian berikut ini mencoba menjawabnya.

1. Dwyer menyimpulkan, sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94 % saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga.TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar TV walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85 % dari apa yang mereka lihat di TV setelah tiga jam kemudian dan 65 % setelah tiga hari kemudian (Dwyer, 1988).

2. Televisi adalah media komunikasi, sedangkan komunikasi adalah suatu bisnis yang besar. Sebagai layaknya setiap bisnis, motivasi dan kebutuhannya adalah untuk mendapatkan keuntungan, bukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakan secara keseluruhan (Croos, 1983).

3. Arif Sadiman dalam tulisannya yang berjudul "Pengaruh televisi pada perubahan perilaku" (jurnal teknodik No. 7/IV/Teknodik/Oktober 1999) mengutip Laporan UNESCO, 1994 yang menyatakan bahwa pada tahun 1994 koran-koran di Singapura menyajikan hasil polling pendapat yang dilakukan pihak kepolisian kepada 50 pemuda yang terlibat tindak kekerasan. Hasil polling tersebut menyimpulkan bahwa kebanyakan dari mereka yang melakukan tindak kekerasan suka menikmati film-film kekerasan di TV.

Cukup banyak pula hasil-hasil penelitian yang menemukan pengaruh dari tayangan TV. Hal ini terjadi apabila fungsi TV didudukkan secara proporsional, di samping sebagai media hiburan juga sekaligus membawa misi pendidikan. Apabila TV terjebak ke dalam nuansa hiburan semata, dikhawatirkan justru sisi negatifnya yang akan menonjol. (Hermansyah, 2006)

Menurut Brown, sejak lahir hingga meninggal seseorang secara langsung atau tidak akan mempengarahi dan dipengaruhi oleh tingkah laku orang lain atau benda serta peristiwa di sekitarnya. Hanya lewat interaksi seseorang (anak) akan


(48)

menjadi dewasa dan mendapatkan kepribadiannya. Perilaku laku bukan karaktersitik yang kekal sifatnya tetapi dapat berubah, diubah dan berkembang sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan bersifat positif dan negatif. Sifat perubahan yang terjadi ditentukan oleh diri individu yang bersangkutan dan lingkungannya. Proses perubahan tingkah laku bukanlah proses yang sekali jadi tetapi memerlukan waktu yang relatif sifatnya. Perilaku laku bukan pula bawaan atau keturunan tetapi merupakan proses belajar, yang mencakup kawasan-kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik. (Sadiman, 1999)

Frekuensi dan intensitas informasi yang diperoleh akan menentukan perilaku kita terpengaruh informasi tersebut (Thorndike, law of Repetition). Informasi yang sama, senada atau serupa yang masuk berulang-ulang ke dalam diri seseorang akan memberi pengaruh yang berbeda apabila informasi tersebut hanya diterima sekali. Informasi tersebut terinternalisasi dalam bentuk perilaku tertentu tanpa disadari. Bahkan tanpa disadari informasi yang salah karena berulang-ulang disampaikan akan dianggap sebagai suatu kebenaran.

Menurut Lazerson (dalam Sadiman, 1999) bahwa pola tingkah laku kita diperoleh dengan jalan mengamati tingkah laku orang lain dan melihat akibat-akibat dari tingkah tersebut, tanpa harus ada ganjaran maupun hukuman secara eksplisit. Perilaku atau tindakan yang mendatangkan efek yang positif dan menyenangkan cenderung untuk dilakukan kembali ke masa datang. Sebaliknya, perilaku atau tindakan yang memberikan efek negatif cenderung untuk tidak diulangi lagi.

Acara sinetron memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pemirsa yang menontonnya. Seperti diungkapkan oleh Labib (2002) bahwa cerita sinetron tidak hanya sekedar menjadi sajian menarik di layar kaca, tetapi juga telah menjadi bahan diskusi di antara para Ibu dalam kelompoknya, antar anggota keluarga, bahkan tidak jarang nilai-nilai sosial di dalamnya hadir sebagai rujukan perilaku para penggemarnya.


(49)

24

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bermaksud untuk melihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pola menonton sinetron religius, dan seberapa jauh perilaku beragama Ibu rumah tangga muslimah dipengaruhi oleh pola menonton tayangan sinetron religius dan kegiatan pendalaman keagamaan. Keberhasilan suatu stasiun televisi swasta menayangkan sinetron religius, menyebabkan stasiun televisi swasta lainnya ikut menayangkan sinetron sejenis. Berdasarkan teori (McQuil, 1996), siaran televisi dapat menimbulkan dampak terhadap khalayak, baik yang bersifat kognisi (berkaitan dengan pengetahuan dan opini), atau afeksi (berkaitan dengan sikap dan perasaan) maupun tindakan atau konatif.

Salah satu ciri khalayak dikemukakan oleh (Wright, 1988) adalah mengenai khalayak yang heterogen, maka karakteristik individu merupakan daftar variabel yang diduga akan mempengaruhi pola menonton sinetron bertemakan religius. Sifat heterogen khalayak menyebabkan acara televisi akan menimbulkan pengaruh yang berbeda antar orang yang berbeda keragamannya seperti status sosial, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kebudayaan, pendapatan, tempat tinggal, dan sebagainya.

Kerangka pemikiran ini menjabarkan peubah-peubah yang dicakup meliputi : peubah karaktersitik Ibu rumah tangga muslimah dengan sub peubah umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan referensi menonton; peubah karakteristik sinetron religius dengan sub peubah tema cerita, muatan cerita, kualitas akting, tampilan pemain dan waktu tayang; peubah kegiatan pendalaman keagamaan dengan sub peubah kegiatan keagamaan di luar keluarga dan di dalam keluarga ; sedangkan peubah pola penggunaan televisi meliputi pola tingkah laku khalayak, jumlah jam menonton, frekuensi menonton, pilihan tayangan yang ditonton, dan keberanian mengambil resiko; serta peubah lainnya perilaku beragama Ibu rumah tangga muslimah mencakup aspek kognitif, afektif, dan tindakan.


(50)

Peubah karakteristik Ibu rumah tangga muslimah mengacu pada definisi khalayak sebagai pasar, ’sekumpulan calon konsumen dengan profil sosial ekonomi yang diketahui, merupakan sasaran suatu medium atau pesan’. Mc Quail juga menyatakan bahwa ciri-ciri individu yang sering dibahas dalam penelitian perilaku bermedia adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan, kemudian Penulis menambahkan, jumlah tanggungan keluarga, dan referensi menonton.

Pola penggunaan televisi, menurut De Fluer (1991) dalam Damayanti (2004) menyatakan, ada tiga hal dapat dijadikan alat ukur mengidentifikasikan perilaku anak-anak dan remaja dalam menonton televisi, yaitu :

1. Total waktu yang digunakan untuk menonton televisi dalam satu hari. 2. Pilihan program yang ditonton satu hari yang dalam hal ini adalah tayangan

sinetron religius serta nama tayangan yang paling disukai, sebagai kesengajaan menonton.

3. Frekuensi menonton program acara.

Peubah pola menonton dilengkapi dengan pola tingkah laku khalayak dan keberanian mengambil resiko. Peubah perilaku beragama Ibu rumah tangga muslimah di kecamatan kedawung, kabupaten Cirebon di duga dipengaruhi oleh pola menonton menonton sinetron religius. Hasil penelitian (Widya, 2003), bahwa semakin sering mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB) menyaksikan iklan shampo, maka semakin tinggi pula pengetahuannya tentang iklan tersebut. Hal ini ditandai dengan kemampuan mengingat dan menceritakan kembali iklan shampo yang pernah dilihat pada televisi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Soemarsono (1992), yang menyatakan bahwa kadar keterdedahan khalayak terhadap pesan perlu dinilai terlebih dahulu sebelum menilai respon mereka terhadap pesan.

Pola menonton sinetron religius diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik individu Ibu rumah tangga muslimah, karakteristik sinetron, dan kegiatan pendalaman keagamaan. Seberapa jauh Ibu rumah tangga muslimah akan percaya atau tidak percaya terhadap muatan pesan ditentukan oleh seberapa jauh pesan cocok atau sesuai dengan konsep


(51)

26

yang dimiliki khalayak mengenai hal yang ditayangkan. Menurut McLeod dan Reevers dalam Jahi (1988), keterdedahan khalayak pada isi media massa belum cukup menimbulkan perubahan pengetahuan, sikap atau tindakan karena, khalayak memiliki faktor individu yang mengarahkan dirinya dalam memahami isi pesan media massa.

Secara diagramatik, kerangka pemikiran adalah sebagaimana Gambar I berikut :

X1 Karakteristik Ibu Rumah Tangga

X1.1 Umur X1.2 Tingkat pendidikan

X1.3 Jenis pekerjaan X1.4 Tingkat pendapatan

X1.5 Jumlah tanggungan keluarga

X1.6 Referensi menonton

Y1 Pola Menonton X2 Karakteristik Sinetron Religius

Sinetron Religius Y1.1 Pola tingkah laku Y2 Perilaku X2.1 Tema cerita Y1.2 Lama menonton Beragama

X2.2 Muatan cerita Y1.3 Frekuensi menonton Y2.1. Aspek pengetahuan X2.3 Kualitas akting Y1.4 Pilihanan tayangan Y2.2. Aspek sikap

X2.4 Tampilan fisik yang ditonton Y2.3. Aspek tindakan X2.5 Kesesuain jam tayang Y1.5 Keberanian mengambil

resiko

X3. Kegiatan Pendalaman Keagamaan

X3.1 Kegiatan keagamaan di luar keluarga

X3.2 Kegiatan keagamaan di dalam keluarga

Gambar I. Kerangka penelitian pengaruh tayangan sinetron religius terhadap perilaku beragama Ibu rumah tangga muslimah.


(52)

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, maka hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut :

HI Faktor-faktor yang mempengaruhi pola menonton tayangan sinetron religius adalah karakteristik individu, karakteristik sinetron religius, dan kegiatan pendalaman keagamaan.

H2 Perilaku beragama Ibu rumah tangga muslimah di pengaruhi oleh pola menonton tayangan sinetron religius dan kegiatan pendalaman keagamaan.


(1)

Televisi berfungsi sebagai salah satu bentuk media massa yang dapat membawa perubahan terhadap pengetahuan Ibu rumah tangga baik yang berada di komplek perumahan maupun di perkampungan, terjadi pula terhadap sikap Ibu rumah tangga di komplek perumahan mengenai nilai-nilai agama, bahkan mempengaruhi tindakan Ibu rumah tangga di perkampungan untuk dapat menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Selain itu berdasarkan hasil penelitian (Darmastuti, 2007), informasi yang disampaikan melalui televisi (salah satunya adalah melalui tayangan sinetron) dianggap sebagai informasi yang sangat berharga dan perpengaruh dalam kehidupan Ibu rumah tangga komunitas Samin terutama yang memiliki prinsip dan ajaran samin yang kurang kuat.

Pengaruh Kegiatan Pendalaman Keagamaan terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah

Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa kegiatan keagamaan di luar rumah yang dilakukan Ibu rumah tangga di perkampungan berpengaruh positif terhadap perilaku beragama dan dapat menjadi filter bagi pengaruh sinetron religius. Kegiatan keagamaan yang dilakukan Ibu rumah tangga di komplek perumahan tidak berpengaruh terhadap perilaku beragama. Diduga nilai-nilai agama yang dikaji berbeda dengan nilai-nilai agama yang ada dalam kuesioner.

Tabel 15 Koefisien Regresi Pengaruh Kegiatan Pendalaman Keagamaan terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah

Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah (Y2) Kegiatan Pendalaman

Keagamaan (X3)

Aspek Pengetahuan

Aspek Sikap

Aspek Tindakan 1.Desa Kedung Jaya

Kegiatan di luar Rumah 1,941 0,134 -0,477

Kegiatan di dalam keluarga 0,055 0,142 0,058

2.Desa Tuk

Kegiatan di luar Rumah 0,509 3,357* 0,818

Kegiatan di dalam keluarga 0,002 -0,199 0,013

Keterangan :

* Berpengaruh secara nyata dengan selang kepercayaan 95% Probability kegiatan di luar rumah (aspek sikap) 0,024


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, E dan Erdinaya, L.K. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jatinangor : Simbiosa Rekatama media.

Damayanti, D.Noverina. 2004. Motivasi, Perilaku, Pemenuhan Kebutuhan

dan Kepuasan Khalayak dalam menonton Tayangan Infotainment.

(Skripsi). Bogor : Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Depari, Eduar dan Colin Mac Andrews. 1998. Peranan Komunikasi Massa

dalam Pembangunan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Effendy, Onong.1986. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung : Alumni

---1994. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : Remadja Karya.

---2000. Dinamika Komunikasi. Bandung : Rosda Karya

Hermansyah. 2000. Menyikapi Kreativitas Raam Punjabi. (Tinjauan dari sudut pendidikan) http : www.depdiknas.go.id. (9 Desember 2006)

Jahi, A. 1993. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara

Dunia Ketiga; Suatu Pengantar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Jauhari, Muhammad Rabbi Muhammad. 2006. Keistimewaan Akhlak Islami. Bandung : Pustaka Setia.

Kahmad, Dadang. 2000. Sosiologi Agama. Bandung : Rosda Karya.

Khudori et al. 2005. Sinetron Keagamaan Melorot Setelah Banjir. http : www.gatra.com. (9 Desember 2006)

Kuswadi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Televisi. Bandung : Rineka Cipta.

Labib, Muhammad. 2002. Potret Sinetron Indonesia. Jakarta : PT Mandar Utama Tiga Books Division.

Muller, Daniel. 1986. Mengukur Sikap Sosial : Pegangan untuk Peneliti dan

Praktisi. Diterjemahkan oleh Eddy Soekarwadi Kartawidjaja. Jakarta :


(3)

Mc.Quail, Denis.1996. Teori Komunikasi Massa. Suatu Pengantar. Penerjemah Agus Darma & Aminudin Ram. Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.

Nazir, M.1985. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Ngabalin A, Mochtar. 2006. Glamoritas, Kekerasan, dan Mistik dalam

Tirani Sinetron Indonesia. http://www.kpi.go.id. (9 Desember 2006)

Nurdiansyah, ruzdy. 2005. Sinetron Islami Membawa Berkah. http://www.republika.co.id. (9 Desember 2006)

Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Rosda Karya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosda Karya.

Riduwan 2004. Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Alfabeta : Bandung

Rivers, William L. and Jensen. 1993. Media Massa dan Masyarakat

Modern. Penerjemah Haris Munandar dan Dudi Priatna. Jakarta :

Prenada Media.

Sevilla CG et al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah Alinuddin Tuwu. Jakarta : UI Press

Singarimbun, M., dan S.Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES.

Sulaiman, Munandar. 1998. Ilmu Budaya Dasar: Suatu Pengantar. Bandung : Refika Aditama.

Sumarsono. 1992. Perencanaan Media Konteks dalam Kampanye. Jakarta

Testiandini, Astri. 2006. Pola Menonton Sinetron dan Perilaku Etis

Remaja. (Kasus Sinetron Bertemakan Remaja di Televisi). (Skripsi).

Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.IPB.Bogor

Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 13. Analisis Data Statistik.

Yogyakarta : Andi

Pratomo, Yani. 2003. Analisis Sinetron Indonesia dengan Pendekatan Pro

Sosial dan Anti Sosial. (Tesis). Jakarta : Departemen Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan politik, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.


(4)

Penjelasan UU RI No. 24 tahun 1997 tentang Penyiaran. http://www.asiamaya.com. (11 November 2006)

Wahyudi J.B. 1996. Dasar-dasar Jusnalistik Radio dan Televisi. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.

Widya, Neny. 2003. Perilaku Konsumsi Sampo dan Tanggapan Konsumen terhadap Iklan Sampo melalui Televisi (Studi Kasus pada Mahasiswa TPB

Institut Pertanian Bogor). (Skripsi). Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor

Wright, Charles R. 1988. Sosiologi Komunikasi Massa. Disunting oleh Jalaluddin Rakhmat. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Zubaedi. 2005. Mengontrol Tayangan Televisi. http://www.suaramerdeka.com. (14 Agustus 2007)

Jurnal-Jurnal

Anwas, Oos M. 2005. Masyarakat Peduli Siaran Televisi. Jurnal Tekhnodik.16 : 97-110

Darmastuti, Rini. 2007. Pengaruh Terpaan Televisi terhadap Pola

Komunikasi Komunitas Samin. Jurnal Studi Pembangunan

Interdisiplin. XVIII : 325-341

Safari. 2004. Dampak Siaran Televisi terhadap Perilaku Siswa. Jurnal Teknodik. 14 : 32-49

Siahaan, Sudirman. 2005. Pemanfaatan Tekhnologi dalam Penyelenggaraan

Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh. Jurnal Teknodik. 16 : 29-45

Rasyid, Anuar et al. 2006. Hubungan Keterdedahan Tayangan Mistik Komersial dengan Perilaku Remaja terhadap Aqidah Islam : Kasus di

SMA 10 dan MAN 1 Bogor, Jawa Barat. Jurnal Komunikasi


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola menonton sinetron religius :

a. Pada Ibu rumah tangga di komplek perumahan, tingkat pendidikan yang semakin tinggi telah membatasi minat pilihan tayangan sinetron religius yang ditonton. Di perkampungan, semakin banyak tanggungan keluarga semakin tinggi frekuensi Ibu rumah tangga menonton tayangan sinetron religius. Ibu rumah tangga di perkampungan yang bekerja, lebih banyak pilihan dalam menonton tayangan sinetron religius dibandingkan Ibu rumah tangga yang tidak bekerja.

b. Tema cerita yang realistis meningkatkan intensitas Ibu rumah tangga di komplek perumahan dan di perkampungan dalam menilai secara kritis muatan cerita sinetron religius. Muatan cerita negatif menurunkan frekuensi menonton sinetron religius pada Ibu rumah tangga muslimah. Di perkampungan, tema cerita sinetron religius mempengaruhi kehidupan

Ibu rumah tangga, namun muatan cerita negatif tidak mempengaruhi keyakinan Ibu rumah tangga dalam beragama.

c. Ibu rumah tangga yang banyak melakukan kegiatan keagamaan di luar rumah kurang terpengaruh oleh muatan cerita sinetron religius.

2. Perilaku beragama Ibu rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a. Meningkatnya intensitas Ibu rumah tangga di komplek perumahan dalam

memberikan penilaian mengenai makna cerita tayangan sinetron religius, meningkatkan pula pengetahuannya mengenai nilai-nilai agama. Pengaruh positif sinetron religius lebih besar terjadi pada Ibu rumah tangga di komplek perumahan dengan jumlah acara yang dipilihnya lebih banyak dibandingkan dengan yang frekuensi menontonnya rendah. Semakin sering Ibu rumah tangga di perkampungan menonton tayangan sinetron religius, semakin tinggi tingkat pengetahuannya mengenai nilai-nilai


(6)

agama. Semakin sering Ibu rumah tangga muslimah memberikan tanggapan terhadap muatan cerita negatif dalam sinetron religius semakin mendorong tindakannya untuk dapat menghindari hal - hal yang tidak sesuai dengan nilai agama.

b. Kegiatan keagamaan di luar rumah yang dilakukan Ibu rumah tangga di perkampungan berpengaruh positif terhadap perilaku beragama, dan menjadi filter bagi pengaruh sinetron.

Saran

a. Sinetron yang bertemakan religius sebaiknya lebih memperhatikan kajian syari’ah Islam sehingga tidak menyesatkan aqidah keagamaan mengingat media televisi efektif dalam mensosialisasi berbagai masalah.

b. Sinetron yang bertemakan religius berpengaruh positif terhadap perilaku beragama Ibu rumah tangga muslimah, oleh karena itu sinetron religius harus lebih mengangkat tema cerita yang mudah dicerna, pesan tidak terkesan menggurui tapi membuat para pemirsa merenungi diri sendiri.


Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunan Air Sungai Siak Sebagai Sumber Air Bersih Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Tahun 2004

0 44 79

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Tayangan Sinetron Ustad Fotocopy Terhadap Perilaku Sosial Ibu Rumah Tangga T1 362009019 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Tayangan Sinetron Ustad Fotocopy Terhadap Perilaku Sosial Ibu Rumah Tangga

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Tayangan Sinetron Ustad Fotocopy Terhadap Perilaku Sosial Ibu Rumah Tangga

0 0 35

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 13

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 2

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

1 1 8

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 19

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 2

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 5