Analisis dampak penghapusan tarif impor susu terhadap daya saing komoditi susu sapi lokal (Studi kasus: peternak anggota TPK Cibedug, KPSBU Jawa Barat)

ANALISIS DARfI'AK PENGHAl'USAN TAlUF IMI'OR SUSll
TERIUDAP DAYA SAlNG KOMODZTI SUSU SAP1 LOKAL
(Studi Kasus: l'eternak Anggota TPK Cibedug,
KPSBU J a m Barat)

PUTRI KLNANTY SLREGAR
H34053288

DEPARTEMEN AGIUBISNIS
FAICULTA S EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
PUTRI KINANTY SIREGAR. H34053288. 2009. Analisis Dampak
Penghapusan Tarif Impor Susu terhadap Daya Saing Komoditi Susu Sapi
Lokai (Studi Kasus: Peternak Anggota TPK Cibedug, KPSBU Jawa Barat).
Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan WSALINA).
Peningkatan jumlah penduduk dan kesadarau masyarakat Indonesia
terhadap pentingnya pangan yang bemilai gizi tinggi diduga semakin

meningkatkan konsumsi susu masyarakat. Akan tetapi peningkatan tersebut tidak
diikuti dengan peningkatan produksi, sehingga sebagian besar kebutuhan susu
dalam negeri dipenuhi oleh produk impor. Oleh karena itu, pengembangan usaha
sapi perah merupakan salah satu alternatif dalam rangka pemenuhan gizi
masyarakat serta pengurangan tingkat ketergantungan nasional terhadap impor
susu.
Peran kebijakan pemerintah dalam ha1 perdagangan sangat mempengaruhi
dinamika perkembangan peternakan sapi perah di tengah kondisi perdagangan
bebas dan persaingan dengan susu impor. Salah satu kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi daya saing komoditi susu lokal adalah Peraturan Menteri
Keuangan No. 145/PMK.011/2008 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah
Atas Impor Barang dan Bahan oleh Industri Pengolahan Susu. Peraturan tersebut
menunjukkan adanya penghapusan tarif impor terhadap susu dimana ha1 ini
diduga akan semakin mengurangi daya saing susu sapi lokal.
Untuk menganalisis dampak kebijakan pemerintah tersebut, maka
penelitian ini dilakukan di salah satu sentra penghasil susu di Indonesia yaitu
Koperasi Peternak Sapi perah Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat. Adapun
tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis daya saing (keunggulan komparatif
dan kompetitif) dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditi susu yang
dihasilkan oleh petemak anggota TPK Cibedug, KPSBU Jabar; dan (2)

Menganalisis dampak penghapusan tarif impor susu terhadap daya saing komoditi
susu yang dihasilkan oleh petemak anggota TPK Cibedug, KPSBU Jabar.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga September 2009
sedangkan proses pengumpulan data dilakukan dari bulan April hingga Juli 2009.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu di KPSBU Jabar
khususnya di Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Adapun jumlah peternak yang diteliti yaitu
sejumlah 30 orang peternak yang dipilih berdasarkan metode accidental sampling.
Sejumlah tiga puluh orang sampel petemak dianggap sudah dapat mewakili
keragaan struktur biaya usahaternak sapitperah diTPK Cibedug. Hal ini terkait
dengan keragaman dari sifat populasi yang relatif homogen dalam ha1 struktur
biaya pada usahatemak rakyat serta penyebaran populasi yang tidak terlalu luas.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekuntler. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan atiaiah l'olicy
.Inahsis Matrix (PAM) atau hlatriks Analisis Kehijnk;~~?.
Analisis sensitivitas jugn
digunakan untuk melihat perubahan daya sting jika terjndi perubahan tarif impor.
Adapun dua skenario analisis sensitivitas yang akan Jilakukan adalah (1) tarif
impor ditetapkan lima persen, dan (2) tarif impor ditetapkan sebesar 15 persen.


Hasil analisis dengan menggunakan matriks PAM menunjukkan bahwa
pengusahaan sapi perah untuk menghasilkan susu sapi segar di TPK Cibedug,
KPSBU Jabar memiliki daya saing baik secara finansial maupun ekonomi
walaupun dalam kondisi tarif impor susu sebesar no1 persen. Hal ini ditandai
dengan nilai keuntungan privat yang lebih besar dari no1 yaitu Rp 604,35iliter dan
keuntungan sosial sebesar Rp 1.058,20Aiter. Nilai PCR dan DRC yang lebih kecil
dari satu yaitu 0,78 untuk PCR dan 0,66 untuk DRC juga menunjukkan bahwa
pengusahaan sapi perah di daerah tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan
komparatif. Perbedaan antara keuntungan sosial dan keuntungan privat terutarna
disebabkan oleh harga bayangan komoditi susu yang didekati dengan susu impor
relatif lebih tinggi dari harga finansialnya. Hal ini terjadi karena tidak adanya
kebijakan pemerintah yang bersifat mendorong daya saing susu sapi lokal, baik
dari sisi kebijakan input maupun kebijakan output karena kebijakan yang ada saat
ini tidak memberikan insentif bagi petenlak.
Selain itu, hasil analisis sensitivitas yang dilakukan menunjukkan bahwa
adanya penghapusan tarif impor susu menyebabkan berkurangnya daya saing
komoditi susu sapi lokal. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai PCR dan
DRC yang mengindikasikan adanya penurunan nilai keunggulan kompetitif dan
komparatif. Peningkatan nilai tarif impor sebesar 15 persen menghasilkan nilai
PCR dan DRC yang semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa penetapan

tarif impor sebesar 15 persen akan meningkatkan daya saing pengusahaan sapi
perah, walaupun kebijakan pemerintah dalam kondisi ini belun efektif dalam
melindungi produsen lokal.
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pemerintah adalah agar
mengkaji ulang mengenai nilai tarif impor susu untuk melindungi petemak lokal
di tengah arus perdagangan bebas dimana IPS sebagai konsumen utama petemak
bebas mengimpor susu dari lux. Nilai tarif impor sebesar 15 persen cukup
meningkatkan keuntungan dan daya saing petemak, sehingga layak untuk
diterapkan dalam rangka pengembangan produksi susu di Indonesia.

ANALISIS DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR SUSU
TERHADAP DAYA SAING KOMODITI SUSU SAPILOKAL
(Studi Kasus: Peternak Anggota TPK Cibedug,
KPSBU Jawa Barat)

Putri Kinanty Siregar
H34053288

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBlSNlS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Judul Skripsi: Analisis Dampak Penghapusan Tarif Impor Susu Terhadap Daya
Saing Komoditi Susu Sapi Lokal (Studi Kasus: Petemak Anggota
TPK Cibedug, KPSBU Jawa Barat)
Naina

: Putri Kinanty Siregar

NRP

: H34053288

Disetujui,

Pembimbing

Dra. Yusalina. MSi
NIP 19650115 1990032001

Mengetahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Tanggal Lulus :

1 9 NOV 2009

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul " Analisis Dampak
Penghapusan Tarif Impor Susu Terhadap Daya Saing Komoditi Susu Sapi Lokal
(Studi Kasus: Peternak Anggota TPK Cibedug, KPSBU Jawa Barat) adalah karya
sendiri dan belurn diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Surnber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2009

Putri Kinanty Siregar
H34053288

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuala Simpang, Aceh Tamiang pada tanggal 30
November 1987. Penulis adalah anak ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan
Ayahanda Amri A. Siregar dan Ibunda Fatimah M.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Kuala Simpang pada
tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di
SLTPN 1 Kuala Simpang serta pendidikan menengah atas di SMAN 1 Kuala
Simpang pada tahun 2005. Pada tahun 2004, Penulis tercatat sebagai pemenang
Lomba Remaja Putri Berprestasi Kabupaten Aceh Tamiang serta Juara Harapan
pada tingkat propinsi NAD.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru) tahun 2005. Selarna mengikuti pendidikan, penulis

tercatat sebagai presenter wakil Indonesia dalam The 71h International Student
Summit di Jepang pada tahun 2007 serta penerima Program Beasiswa Unggulan
Pertukaran Pelajar ke Universiti Malaysia Sabah (UMS) pada tahun 2008. Penulis
juga pernah menerima penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi Departernen
Agribisnis dan Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekonomi dan Manajemen tahun
2008, penerima hibah dikti untuk PKM bidang pengabdian masyarakat (2008),
dan Penghargaan Pemudali Berprestasi Bidang Lingkungan Hidup dari salah satu
lembaga politik pada tahun 2008. Pada tahun 2007, penulis juga pernah
memperoleh Juara 1 LKTM (Lomba Karya Tulis Mahasiswa) Bidang Seni tingkat
Nasional serta Juara 2 LKTM Bidang Sosial tingkat IPB.
Penulis juga tercatat sebagai Sekretaris Komisi-A DPM-FEM (20082009), staf Project Department IAAS (2007-2008), staf Divisi Dana dan Usaha
Lensa (2006-2007), staf ekstemal FORCES (2006-2007), anggota Global NEFA
(Global Network for Environment, food, and agriculture) (2007-sekarang), serta
aktif di berbagai kepanitiaan internal dan ekstemal kampus.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulispanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
rahmat serta karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
"Analisis Dampak Penghapusan Tarif hnpor Susu Terhadap Daya Saing Komoditi
Susu Sapi Lokal (Studi Kasus: Peternak Anggota TPK Cibedug, KPSBU Jawa

Barat) ini dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing
serta dampak penghapusan tarif impor susu lokal dengan studi kasus pada
petemak anggota Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Koperasi Petemak
Sapi perah Bandung Utara (KPSBU) Jabar.
Skripsi ini merupakan hasil penulisan terbaik yang pemah dibuat penulis
karena penulis mencurahkan sebagian besar waktu dan kesungguhannya untuk
menghasilkan tulisan ini. Penelitian ini dilakukan sebaik-baiknya guna
mendapatkan hasil analisis yang berguna baik bagi penulis maupun pihak lainnya.
Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi berbagai pihak yang
membutuhkan seperti yang diharapkan penulis.

Bogor, Oktober 2009
Putri Kinanty Siregar

UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, arahan, dukungan d m
doa dari banyak pihak yang akan selalu penulis kenang dan syukun. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing yang telah sangat sabar dalam

mengarahkan dan membimbing penulis.
2. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang

penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
3. Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Agribus selaku dosen penguji dari wakil
komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik
dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Ir. Anita Ristianingrurn, MSi yang telah menjadi pembimbing akademik serta

seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis

5. Ibunda tercinta Fatimah M. dan Ayahanda Amri A. Siregar, kedua abangku
Rachmat Fachnany Siregar, SP dan Agung Prasatya S.Pi, serta adik-adikku
tersayang Wita Wulandari Siregar dan Raja Sakti Siregar atas dukungan dan
kepercayaan serta doa yang tiada henti. Terima kasih karena telah menjadi
satu-satunya alasan mengapa Uty selalu berusaha melakukan yang terbaik.
6. Ketua GKSI sekaligus Ketua KPSBU Jabar, Bapak Dedi Setiadi atas waktu
dan kesempatan yang diberikan untuk berbagi ilmu dan pengalaman.


7. Feryanto William Karo-karo, SP atas bantuan dan arahan yang telah diberikan.
8. Teman-teman seperjuangan di Lembang, Tika dan kak Icha untuk petualangan
hebat yang kita lakukan.
9. Keluarga besar Ki Nenda, Nin, Emak, Pak Yayan Sekeluarga, Teh Nening
Sekeluarga, dan Adi atas kebersamaan dan bantuan selama ini.
10. Keluarga besir pengurus, penyuluh (Pak Imam, Pak Toto, Pak Dikdik, dll),

staff WSBU Jabar, serta para peternak responden.
1 I Dr. Rimbawan beserta seluruh stet' Direktorat Kernahasiswaan atas pel:!jaran

dan bantuan yang telah diberikan.

12. Keluarga besar CCC family tercinta, Tujuh Bidadari, JAHE dan Teman-teman

di Wisma Padasuka serta Asrama Aceh pocut Baren atas kasih sayang dan
semangat yang kalian berikan serta kesediaan untuk berbagi arti kehidupan.
13.Teman-teman Agribisnis angkatan 42, adik-adik 43, 44, dan 45. Suatu
kehormatan karena bisa menjadi bagian dari keluarga Agribisnis.
14. Tidak lupa rasa terima kasih juga kepada seluruh pihak yang tidak mungkin

disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini.

Bogor, Oktober 2009

Putri Kinanty Siregar

DAFTAR IS1

......................................................................................
DAFl'AR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
I
PENDAHULUAN ..........................................................................
DAFTAR TABEL

xiii

xiv
xv

1.1. Latar Belakang ..........................................................................
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................
1.3. Tujuan .......................................................................................
1.4. Manfaat .....................................................................................
1.5. Ruang Lingkup ..........................................................................

I1

.................................................................

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah ...................................................
2.2. Produksi Susu ...........................................................................
2.3. Pemasaran Susu ........................................................................
2.4. Kebijakan Impor Susu ..............................................................
..
2.5. Penelltian Terdahulu .................................................................

1
1
6
7
7
8
9

9
10
11
13
14

.........................................................

111

KERAh'GKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................
..
3.1.1. Analisis Daya Saing ......................................................
3.1.2. Teori Perdagangan Internasional ..................................
3.1.3. Kebijakan Pemerintah ...................................................
3.1.3.1. Kebijakan Output ............................................
3.1.3.2. Kebijakan Input ...............................................
3.1.4. Metode Penentuan Harga Bayangan .............................
3.1.4.1. Harga Bayangan Nilai Tukar ..........................
3.1.4.2. Harga Bayangan Output ..................................
3.1.4.3. Harga Bayangan Sarana Produksi dan
Peralatan............................................................
3.1.5. Policy Analysis
Matrix ( P A M ) ......................................
...
. . Sensitivitas
3.1.6. Anallsis
......................................................
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .............................................

IV

METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................
4.2. Metode Penentuan Sampel .......................................................
..
..
4.3. Desain Penelitian ......................................................................
4.4. Data dan Instrumentasi ................................................... .........
4.5. Metode Pengumpulan Data .......................................................
4.6. Metode Pengolahan Data ..........................................................

37
37
37
38
38
38
38

V

KEADAAN UWIUM LOK/lSI PENEI. ITIrlN .............................
.....................
5.1. Cambarall Umum Desa Cikole .....................
.
.
.
s~
....................................................
5.1.1. K n n d ~ Geografis

47
47
47

...................................................

5.1.2. Kondisi Penduduk. Pendidikan. dan Mata
Pencaharian ...................................................................
5.2. Gambaran Umum Koperasi Petemak Sapi Perah Bandung Utara
(KPSBU) Jawa Barat ................................................................
5.3. Gambaran Umum Responden ...................................................
5.3.1. Status Usahaternak Sapi Perah ......................................
5.3.2. Umur .............................................................................
5.3.3. Pendidikan .....................................................................
5.3.4. Pengalaman Beternak .....................................................
5.3.5. Jenis dan Jumlah Kepemilikan Sapi Laktasi .................
5.3.6. Pemeliharaan Ternak .....................................................
5.3.7. Pakan .............................................................................
5.3.8. Tenaga Kerja .................................................................
5.3.9. Cara Penjualan Hasil Ternak .........................................
5.3.1 0.Produktivitas Sapi Perah ...............................................
5.4. Pemasaran Susu ........................................................................
VI

.

VII

.

......................................................

HASlL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah ........
6.1.1. Keunggulan Kompetitif .................................................
6.1.2. Keunggulan Komparatif ................................................
6.1.3. Dampak Kebijakan Pemerintah ....................................
6.2. Dampak Penghapusan Tarif Impor Susu ..................................
6.2.1. Analisis Sensitivitas untuk Melihat Perubahan Daya
Saing Susu Akibat Penghapusan Tarif Impor Susu
dari Lima Persen Menjadi No1 Persen ..........................
6.2.2. Analisis Sensitivitas Jika Tarif Impor Ditetapkan
15 Persen .......................................................................

......................................................

KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimuulan ...............................................................................
7.2. Saran .........................................................................................

.................................................................................
...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTARTABEL
Nomor

Halaman

1. Jumlah Populasi Sapi Perah, Produksi, dan Konsumsi Susu di
Indonesia (2001-2008) ................................................................
2. Perkernbangan Ekspor dan Impor Susu dan Produk Susu
Indonesia (2004-2007) ................................................................

2
3
39

............................................
4. Perkiraan Jumlah Ternak di Desa Cikole Tahun 2008 ...............

47

5. Karakteristik Penduduk Desa Cikole Berdasarkan Mata
Pencaharian Tahun 2008 .............................................................

49

6. Komposisi Populasi Sapi Perah di TPK Cibedug Tahun 2008 ...

52

..............................

54

3. Matriks Analisis Kebijakan (PAM)

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan........

55

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Pengalaman
Beternak ............................................. .........................................

55

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kepemilikan
Sapi Laktasi .................................................................................

56

11. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahaternak Sapi Perah
Responden ...................................................................................

58

12. Hasil Tabulasi PAM pada Kondisi Tarif Impor No1 Persen
(RpILiter) ....................................................................................
13. Indikator-indikator dari Analisis Matriks Kebijakan ..................

61

14. Indikator-indikator
dari Analisis Matriks Kebijakan pada
..
Tiga Kondisi Tarif Impor ............................................................

75

63

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Jalur Pemasaran Susu di Indonesia Tahun 2005

.........................

2. Dampak Subsidi Positif terhadap Produsen dan Konsumen
Barang Impor ..............................................................................
3. Subsidi dan Pajak pada Input Tradable

......................................

12
23
25

4. Dampak Subsidi dan Pajak pada Input Non Tradable ................

26

5. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Dampak
Penghapusan Tarif lmpor Susu terhadap Daya Saing Komoditi
Susu Sapi Lokal (Studi Kasus: Peternak Anggota TPK Cibedug,
KPSBU Jawa Barat) ......................................................................

36

6. Jalur Pemasaran Susu di KPSBU Jawa Barat Tahun 2009

........

60

DAF'TAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Populasi Sapi Perah Anggota GKSI Daerah Jawa Barat
Tahun 2008 .................................................................................
2. Jurnlah Sapi Laktasi, Produksi, dan Produktivitas Sapi Perah
Petemak Responden Tahun 2009 ................................................
3. Harga Fztll Cream Milk Powder (FCMP) Januari-Maret 2009 ..

4. Perhitungan Harga Sosial Komoditi Susu Sapi pada Kondisi
Tarif Impor No1 Persen, Lima Persen, dan 15 Persen ................

5. Harga Susu Sapi Segar di Tingkat Petemak pada Kondisi Tarif
Impor No1 Persen, Lima Persen, dan 15 Persen ..........................
6. Biaya Produksi Susu Bulanan Masing-masing Petemak
Responden Tahun 2009 ...............................................................
7. Biaya Produksi Susu Total Petemak Responden Tahun 2009 ....

8. Dafiar Harga beberapa Input dan Kuantitas Penggunaan ...........

9. Alokasi Biaya Input dan Output dalam Komponen Domestik
dan Asing ....................................................................................
10. Tabel Perhitungan Standart Convertion Factor (SCF) dan
Shadow Price Exchange Rate (SER) Tahun 2008 ......................
11. Penerimaan dan Biaya Pengusahaan Komoditi Susu Segar
dalam Komponen Domestik dan Asing dengan Kondisi Tarif
Impor No1 Persen ........................................................................
12. Penerimaan dan Biaya Pengusahaan Komoditi Susu Segar
dalam Komponen Domestik dan Asing dengan Kondisi Tarif
Impor Lima Persen ......................................................................
13. Penerimaan dan Biaya Pengusahaan Komoditi Susu Segar
dalam Komponen Domestik dan Asing dengan Kondisi Tarif
Impor 15 Persen ..........................................................................

....................
15. Tabel PAM untuk Kondisi Tarif Impor Lima Persen .................
16. ~ a b ePAM
l
untuk Kondisi Tarif Impor 15 Persen ......................
14. Tabel PAM untuk Kondisi Tarif Impor No1 Persen

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang memiliki
karakteristik laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Hasil proyeksi Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
hingga tahun 2015 terus meningkat yaitu dari 219,8 juta pada tahun 2005 menjadi
247,6 juta pada tahun 2015'. Peningkatan jumlah penduduk tersebut diduga akan
memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan permintaan produk pangan
masyarakat. Selain itu, perkembangan masyarakat ke arah yang lebih maju baik
dalam ha1 pendapatan maupun tingkat pengetahuan mengenai pentingnya nilai
gizi pangan,

diperkirakan akan semakin meningkatkan preferensi konsumsi

pangan yang bemilai gizi tinggi.
Salah satu produk pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan
adalah susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi susu
per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 5,79 kgkapita pada tahun 2001 dan
meningkat menjadi 6,8 kgkapita pada tahun 2005 (Ditjen Bina Produksi
Petemakan 2009)'. Tabel 1 menunjukkan jumlah populasi sapi perah, produksi
dan konsumsi susu di Indonesia.
Menurut Tabel 1, konsumsi susu masyarakat Indonesia tens meningkat
dari 883.758 ton pada tahun 2001 menjadi 1.758.243 ton pada tahun 2007. Akan
tetapi, kecepatan peningkatan konsumsi susu nasional tersebut tidak selaras
dengan peningkatan produksi susu nasional.

Produksi susu yang tidak

berkembang tersebut dapat dilihat dari jumlah populasi sapi yang tidak
berkembang cukup baik, akan tetapi relatif tetap (stagnant), bahkan produksi dan
produktivitas susu menunjukkan kecenderungan yang menurun dari tahun ke
tahun.

Hal tersebut menyebabkan kurangnya supply susu domestik untuk

meinenuhi permintaan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah melakukan
impor susu dari beberapa negara pengekspor susu antara lain Australia, Perancis,
dan Selandia baru.
'~ntara-sumbar. 5 Juni 2009. I'crtu~,lbuhan Penduduk Indonesia Cenderuog i'umn.
i,ttp:;iwww.a~~tara-sumbar.com.
[ I 0 Oktobe: 20091
2 ..
Dltjen Bina Produksi Petemakdn. 2009. Konsulnsi Protein Masyarakat Indonesia.
http://\nvw.disnak.go.id.[30 April 20091

Tabel 1. Jumlah Populasi Sapi Perah, Produksi, dan Konsumsi Susu di Indonesia
(2001-2008)

Keterangan : * Tidak termasuk data beberapa propinsi
** Angka Sementara
- Data tidak tersedia
Sumber : Direktorat Jenderal Petemakan (2009)

Selain melakukan impor, Indonesia juga mengekspor susu olahan ke
beberapa negara tetangga. Akan tetapi, volume impor susu Indonesia jauh lebih
besar daripada volume ekspornya. Pada Tabel 2, terlihat bahwa ekspor susu
olahan dan impor susu mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Susu yang
diimpor tersebut dalarn bentuk Skim Milk Powder (SMP) dan Anhydrous Milk Fat

(AMF). Bersadarkan data dari tahun 2003-2006, volume ekspor susu dan produk
susu tertinggi dicapai pada tahun 2003 sebesar 49.593.646 kg dengan nilai US $
54.830.373.

Volume impor tertinggi juga dicapai pada tahun 2005 sebesar

173.084.444 kg dengan nilai US $ 399.165.422.

Tingginya volume impor

disebabkan karena rendahnya produktivitas peternak dan produksi susu nasional
yang belum mampu memenuhi permintaan Industri Pengolahan Susu (IPS) dan
kebutuhan mpsyarakat.

Tabel 2. Perkembangan Ekspor dan Impor Susu dan Produk Susu Indonesia
(2004-2007)

Snmber : Direktorat Jenderal Petemakan (2009)

Pengembangan sektor petemakan khususnya usahatemak sapi perah perlu
dilakukan karena kemampuan pasokan susu petemak lokal saat ini baru mencapai

25 persen sampai 30 persen dari kebutuhan susu nasional (Direktorat Jenderal
Petemakan 2007). Besamya jumlah impor susu nasional menunjukkan prospek
pasar yang sangat besar dalam usaha petemakan sapi perah untuk menghasilkan
susu segar sebagai produk substitusi impor.
Mengingat kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa
wilayah Indonesia merniliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan
agribisnis persusuan serta besarnya kekurangan pasokan susu dalam negeri,
banyak sekali kerugian yang diperoleh Indonesia akibat dilakukannya impor susu.

Di antara kemgian tersebut ialah terkurasnya devisa nasional, hilangnya
kesernpatan terbaik (opportunity loss) yang berasal dari rnenganggumya atau tidak
dimanfaatkannya potensi sumberdaya yang ada untuk pengembangan agribisnis
persususan, dan hilangnya potensi pendapatan yang seharusnya diperoleh
pernerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan dikernbangkan secara baik3.
Oleh karena itu, pengembangan usaha sapi perah mempakan salah satu altematif
dalam rangka

pernenuhan

gizi masyarakat

serta pengurangan

tingkat

ketergantungan nasional terhadap impor susu
Seiring dengan perkembangan waktu, perkembangan persusuan di
Tndonesia dibagi men~adi tiga tahap perke~llbangan. yaitu Tahap I (penode
sebelum tahun 1980) tlisehiit rase perkenlbal~gailsapi pcrah, Tahep 11 (periode
' ~ i r a n j a nOnline.
~
5 Desember 2008. Persusuan Indonesia: Kondisi, Permasalahan, dan
Arah Kebijakan. www.ciranjangaonline.com

3

1980 - 1997) disebut periode peningkatan populasi sapi perah, dan Tahap 111
(periode 1997 sampai sekarang) disebut periode stagnasi (Firman 2007). Stagnasi
tersebut menyebabkan sampai saat ini Indonesia belum mampu untuk memenuhi
kebutuhan susu dalam negeri. Hal itu terjadi akibat banyaknya kendala dalam
pengembangan usaha ternak sapi perah. Oleh karena itu, analisis terhadap daya
saing komoditi susu lokal dirasa perlu untuk melihat apakah komoditi tersebut
layak untuk dikembangkan di Indonesia dalam rangka pernenuhan konsumsi
dalam negeri.
Faktor pemicu daya saing terdiri dari teknologi, produktivitas, harga dan
biaya input, struktur industri, serta kuantitas permintaan domestik dan ekspor.
Faktor-faktor itu dapat dibedakan atas: (1) Faktor yang dapat dikendalikan oleh
unit usaha, seperti strategi produk, teknologi, pelatihan, biaya riset dan
pengembangan; (2) Faktor yang dapat dike~dalikanoleh pemenntah, seperti
lingkungan bisnis (pajak, suku bunga, nilai tukar uang), kebijakan perdagangan,
kebijakan riset dan pengembangan, serta pendidikan, pelatihan dan regulasi; (3)
Faktor yang semi terkendali, seperti kebijakan harga input dan kuantitas
permintam domestik; dan (4) Faktor yang tidak dapat dikendalikan, seperti
lingkungan alam (Malian et al. 2004). Dengan demikian, apabila pemerintah dan
p e l a h usaha mampu memperbaiki faktor-faktor pemicu di atas, maka diharapkan
komoditas susu segar lokal dapat berkembang sebagai komoditas substitusi susu
impor.
Pasar produk susu segar di Indonesia memiliki struktur pasar oligopsoni
dengan IPS (Industn Pengolahan Susu) sebagai konsumen utama.

Hal ini

menyebabkan koperasi susu dan petemak memiliki posisi tawar yang lemah
dalam memasok dan menentukan harga susu kepada IPS~.Lemahnya posisi tawar
petemak terhadap IPS yang lebih cendemng untuk menggunakan bahan baku
impor mempakan salah satu kendala utama. Hal ini menimbulkan risiko yang ,
besar dalam usaha temak sapi perah dimana hukum permintaan dan penawaran
berlaku dalam penentuan harga susu. Hal ini juga diperkuat oleh Suhartini (2001)
yang menge~nukakanbahwa mckanismc pcnentuan harga yang terjadi di pasar
susu cenderung ditetapkan secara sepihak oleh IPS.
'~jabaruddinD. 2008. Renungan Hari Koperasi 2008. http:i/www.fomasi-indonesia.or.id
[25 Oktober 20081

Peran kebijakan pemerintah dalam ha1 perdagangan sangat mempengaruhi
dinamika perkembangan petemakan sapi perah di tengah kondisi perdagangan
bebas dan persaingan dengan susu impor. Salah satu kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi daya saing komoditi susu lokal adalah Peraturan Menteri
Keuangan No. 145/PMK.011/2008 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah
Atas Impor Barang dan Bahan oleh Industri Pengolahan Susu untuk Tahun
Anggaran 2008, dengan nilai Rp 107 miliar untuk periode November-Desember
2008. Sementara pada 2009, kebijakan ini tetap dilanjutkan sesuai dengan UU
No. 41 tentang APBN tahun 2009. Peraturan tersebut menunjukkan adanya
penghapusan tarif impor terhadap susu dirnana hal ini diduga akan semakin
mengurangi daya saing susu lokal.

Untuk menganalisis dampak kebijakan

pemerintah tersebut, maka penelitian ini dilakukan di salah satu sentra penghasil
susu di Indonesia.
Menurut Ditjennak (2009), pada tahun 2008 , Jawa Barat merupakan salah
satu sentra penghasil susu terbesar ke-dua di Indonesia setelah Jawa Timur.
Sekitar 40 persen populasi temak sapi perah Indonesia ada di Jawa Barat dan 32
persen produksi susu segar nasional dihasilkan oleh Propinsi Jawa Barat (GKSI,
2007).

Salah satu sentra penghasil susu di Jawa Barat adalah Kabupaten

Bandung. Menurut hasil wawancara dengan pihak GKSI, Kabupaten Bandung
merupakan penghasil susu terbesar di seluruh Indonesia.
Salah satu sentra pengembangan sapi perah yang cukup besar di
Kabupaten Bandung adalah Kecamatan Lembang. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Disnakkan Kabupaten Bandung (2008), populasi temak sapi perah
di Kecamatan Lembang pada tahun 2007 bejumlah 16.275 ekor yang terdiri dari
1.627 ekor jantan dan 14.648 ekor betina. Produksi susu sapi di Kecamatan
Lembang berjumlah 35.758.700 liter per tahun dengan produksi susu harian ratarata 11,07 liter per hari per ekor.
Koperasi Peternak Sapi perah Bandung Utara (KPSBU) merupakan salah
satu koperasi yang berperan penting dalam pengembangan usahatemak sapi perah
di Lembang. Koperasi ini inenipaknn tempat bcmaung petemak yang terscbar di
Kecamatan La~ibangdan sekitai-nya. Kopcrasi ini berperan tlalanl ~neinberikan

penyuluhan petemakan, kesehatan temak, pembibitan sapi perah, pertokoan
(WASERDA), pengumpulan susu, pengolahan susu, dan pemasaran susu.
1.2. Perurnusan Masalah
KPSBU merupakan salah satu koperasi yang sudah bertahan cukup lama
dan memiliki jumlah anggota dan jumlah temak yang relatif cukup banyak.
KPSBU berdiri sejak tahun 1971 dengan jumlah anggota 6.092 orang dan jumlah
ternak 15.947 ekor pada tahun 2006 serta produksi harian 121.000 kg pada tahun
2007. KPSBU telah memasok susu ke perusahaan-perusahaan pengolahan susu
skala besar yaitu PT. Frisian Flag Indonesia dan PT. Danone Dairy Indonesia
(KPSBU 2006).
KPSBU Jabar dalam 10 tal~unterakhir, mampu meningkatkan produksi
susunya dari 56 ton per hari pada 1996 menjadi 110 ton per hari pada 2006~.
Menurut penelitian Baga (2008), jika dilihat indeks keberhasilan aspek bisnis atau
usaha dan aspek organisasi, KPSBU Jabar merupakan koperasi terbaik dari 30
koperasi sampel.

Selain itu, menurut GKSI (Lampiran 1) pada tahun 2008

KPSBU merupakan Koperasi di Kabupaten Bandung dengan jumlah petemak dan
temak terbanyak kedua di setelah KPBS Pengalengan, akan tetapi memiliki total
produksi dan produktivitas tertinggi di Jawa Barat.
Permasalahan susu bukan hanya jumlah produksi yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi juga terdapat masalah lain seperti
rendahnya posisi tawar koperasi dan petemak. Menurut GKSI, Jawa Barat harga
susu lokal tahun 2008 perlitemya Rp 3.400, sedangkan harga susu impor
mencapai Rp 4.000-5.000 per litemya. Di sa~npingitu IPS juga tetap menuntut
penurunan harga beli susu di tingkat petemak dan koperasi, bahkan sejak 11
Desember 2008 harga pembelian susu oleh IPS mengalami penurunan6. Hal ini
karena sejak Bulan Desember tahun 2008, pemerintah menghapus tarif impor susu
untuk mengatasi masalah tingginya harga susu di tingkat konsumen.
Kebijakan yang bertujuan untuk melindungi IPS tersebut diduga memiliki
efek yang berlawanan terhadap produsen susu lokal. Penuniila~ltarif impor susu
'~rabowoHE, Radius 1)B. 12 Juli 2007. Peningka;an ProJuksi Pclu~ngRcbut Pasnr Susu
Lokal. Pi!uran Rakyat. Kompcrs
%etyawan HA. 17 Febmari 2009. Harga Susu Sementara Tidak Akan Ditumnken.

diduga akan berpengaruh terhadap posisi tawar peternak sapi perah dalam negeri
karena harga susu impor yang sebagian besar adalah bahan baku IPS, seperti
halnya susu segar yang dihasilkan peternak lebih murah. Rendahnya harga susu
impor dapat digunakan oleh IPS untuk menekan harga beli susu segar dari
peternak melalui koperasi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis secara

kuantitatif untuk mengetahui dampak penghapusan tarif impor tersebut terhadap
daya saing komoditi susu lokal serta merumuskan strategi kebijakan yang sesuai
dalam meningkatkan daya saing usahatemak sapi perah.
Berdasarkan pennasalahan di atas, maka perumusan

masalah dalam

kajian ini adalah :
1) Bagaimana daya saing (keunggulan komparatif dan kompetitif) d m dampak
kebijakan pemerintah terhadap komoditi susu yang dihasilkan oleh petemak
anggota TPK Cibedug, KPSBU Jabar?

2) Bagaimana dampak penghapusan tarif impor susu terhadap daya saing
komoditi susu yang dihasilkan oleh peternak anggota TPK Cibedug, KPSBU
Jabar?

1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
1) Menganalisis daya saing (keunggulan komparatif d m kompetitif) dan dampak
kebijakan pemerintah terhadap komoditi susu yang dihasilkan oleh peternak
anggota TPK Cibedug, KPSBU Jabar.

2) Menganalisis dampak penghapusan tarif impor susu terhadap daya saing
komoditi susu yang dihasilkan oleh petemak anggota TPK Cibedug, KPSBU
Jabar.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah :
1) Bagi penulis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
berguna untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam menganalisis
dampak kebijakan pemerintah terhadap penysahaan komoditi tertentu.

2 ) Tersedianya hasil kajian mengenai ilampnk penghapusan tarif impor terhaclap
daya saing komoditas susu.

3) Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan, instansi dan lembaga

terkait lainnya dalarn merumuskan kebijakan daya saing komoditi di era
globalisasi dan berbasis pada ekonomi lokal pada khususnya dan
pemberdayaan masyarakat dan sumberdaya yang tersedia pada urnumnya.
1.5. Ruang Lingkup

Kajian ini, lebih difokuskan untuk mengukur tingkat daya saing usaha
petemakan pada tingkat usahatemak skala kecil dan sangat kecil (kepemilikan
sapi laktasi sebanyak satu sampai semhilan ekor per peternak), dan bukan pada
skala besar (industri) pengolahan. Adapun yang menjadi batasan kajian ini
adalah sebagai berikut :
1) Kajian ini difokuskan di Kabupaten Bandung Barat terutama petemak yang

berada di wilayah keja KPSBU Jabar khususnya di Tempat Pelayanan
Koperasi (TPK) Cibedug, desa Cikole.
2) Pengukuran daya saing koperasi susu perah atau

komoditi susu hanya

dilakukan pada level usahatemak.
3) Dilihat dari ruang lingkup, studi ini terbatas pada data yang tersedia dari

berbagai aspek ekonomi pada usahatemak sapi perah

yang ada di TPK

Cibedug. Data ini juga terbatas pada penggunaan data cross section yang
bersifat statis.

11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah
Berdasarkan Swat Keputusan menteri Pertanian No. 75likptsNm/lO/l982
tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Peningkatan Produksi Dalam
Negeri, usahatemak sapi perah dibagi menjadi dua bentuk. Pertama, petemakan
sapi perah rakyat yaitu usahatani sapi perah yang diselenggarakan sebagai usaha
sampingan yang memiliki sapi perah kurang dari 10 ekor sapi laktasi (dewasa)
atau memiliki jumlah keseluruhan kurang dari 20 ekor sapi perah campuran.
Kedua, perusahaan petemakan sapi perah, yaitu usahaternak sapi perah untuk
tujuan komersil dengan produksi utama susu sapi, yang memiliki lebih dari 10
ekor sapi laktasi (dewasa) atau memiliki jumlah keseluruhan lebih dari 20 ekor
sapi perah campuran.
Erwidodo (1998) menyatakan bahwa petemakan sapi perah di Indonesia
umumnya merupakan usaha keluarga di pedesaan dalatn skala kecil, sedangkan
usaha skala besar masih sangat terbatas dan umumnya merupakan usaha sapi
perah yang baru turnbuh. Komposisi peternak sapi perah diperkirakan terdiri dari
80 persen petemak kecil dengan kepemilikan sapi perah kurang dari empat ekor,
17 persen petemak dengan kepemilikan sapi perah empat sampai tujuh ekor, dan
tiga persen kepemilikan sapi perah lebih dari tujuh ekor. Hal itu menunjukkan
bahwa sekitar 64 persen produksi susu nasional disumbangkan oleh usahatemak
sapi perah skala kecil, sisanya 28 dan delapan persen diproduksi oleh usahatemak
sapi perah skala menengah dan usahatemak sapi perah skala besar (Swastika et al.
2005)
Petemakan sapi perah telah dimulai sejak abad ke-19 yaitu dengan
pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, dan Milking shorthorn dari
Australia. Pada permulaan abad ke-20 dilanjutkan dengan mengimpor sapi-sapi

Fries-Holland (FIX) dari Belanda. Sapi perah yang dewasa irii dipelihara di
Indonesia pada umumnya adalah sapi FH yang memiliki produksi susu tertinggi
dibandingkan sapi jenis lainnya (Sudono 1999). Kondisi petemakan sapi perah di
Indonesia snat ini adalah skala ~lsahanyakecil (dua sampai lima ekor), motif
~~sahanya
adalah rumah tangga, dilakuknn sebagai usaha satnpingan :d:~uusaha

utama, masih jauh dari teknologi serta didukung oleh manajemen usaha dan
permodalan yang masih lemah (Erwidodo & Hasan 1993).

2.2. Produksi Susu
Menurut Direktorat Jenderal Petemakan (2006), susu adalah hasil
pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya yang dapat dimakan atau dapat
digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta tidak dikurangi
kompnen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain.

Seekor sapi perah

dewasa setelah melahirkan anak akan mampu memproduksi air susu melalui
kelenjar susu, yang secara anatomis disebut ambing.

Produksi air susu ini

dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber bahan pangan dengan kadar protein
yang tinggi.
Kemampuan sapi perah dalam menghasilkan susu ditentukan oleh faktor
genetik, lingkungan, dan pemberian pakan.

Faktor lingkungan yang

mempengaruhi produksi susu antara lain umur, musim beranak, masa kering,
masa kosong, besar sapi, manajemen pemeliharaan dan pakan. Sapi perah umur
dua tahun akan menghasilkan susu sekitar 70 sampai 75 persen dari produksi susu
tertinggi sapi yang bersangkutan. Pada umur tiga tahun akan menghasilkan susu
80 sampai 85 persen, sedangkan umur empat sampai lima tahun menghasilkan
susu 92 sampai 98 persen (Schmidt dan Hutjuers 1998).
Usaha petemakan sapi perah di Indonesia umumnya terkonsentrasi pada
daerah-daerah tertentu. Berkaitan dengan pengkonsentrasian usaha petemakan
sapi perah tersebut, Sutardi (1981) mengemukakan bahwa usaha petemakan sapi
perah di Indonesia terletak pada dua wilayah ekstrim yaitu: (1) wilayah yang
memiliki kondisi fisik alam yang rendah akan tetapi memiliki kondisi sosial
ekonomi yang tinggi dan (2) wilayah dengan kondisi alam yang tinggi tetapi
mempunyai kondisi sosial ekonomi yang rendah. Pada dasamya, tipe wilayah (1)
merupakan dataran rendah yang terletak di sekitar kota besar dan bersuhu panas,
dan tipe wilayah (2) menggambarkan pedesaan yang terletak di dataran tinggi dan
bersuhu sejuk. Beberapa kelemahan yang timbul dari karakteristik tcrsebut addah
rendahnya penycdiaan hijauan dnn pcrforma produksi pad? tipc wilayah (I) sel-ia
ininimnya penyediaan konsentrat dan rantai pemasaran susu di tipe L\ :laqah (2).

kepada Loper susu dan ada juga yang langsung dijual ke Industri Rumah Tangga
Industri Rumah Tangga tersebut mengolah susu segar dari petemak menjadi susu
pasteurisasi, kemudian hasil susu pasteurisasi tersebut langsung dijual kepada
konsumen.

,

F
I

SMP dan AMF

IPS Hilir

Peternak

F
Konsumen
Akhir

lAAA

Koperasi

IPS Hulu

SS

SS

Loper

.

F

Industri Rumah Tangga
...........

SS

Keterangan SMP : Skirn Milkpowder
AMF: Anhydrous Milk Fat
SS : Susu Segar
IPS : Industri Pengolahan Susu
Gambar 1. Jalur Pemasaran Susu di Indonesia Tahun 2005
Sunber : Jumal Penelitian Dinas Pertanian (2005),(lalam Kuraisin (3000)

2.4. Kebijakan Impor Susu

Perkembangan usaha sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari upaya
Pemerintah dalam bentuk dukungan kebijakan yang bersifat lintas sektoral,
perlindungan atau proteksi terhadap usaha petemakan rakyat dan penyediaan
fasilitas kredit serta permodalan dalarn meningkatkan skala usaha dan populasi
sapi perah di tingkat keluarga peternak. Akan tetapi, produksi susu di Indonesia
belurn mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga pemerintah mengambil
kebijakan untuk melakukan impor susu dari negara lain terutama dari negara
Australia. Pemerintah melakukan impor bahan baku susu dalam bentuk bubuk
untuk memenuhi permintaan susu dalam negeri. Susu tersebut diimpor dalam

bentuk SMF (Skim Milk Powder) dan AMF (Anhydrous Milk Fat). Susu yang
diimpor akan diolah kembali oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) dan oleh non
Industri Pengolahan Susu (Kuraisin 2006).
Dalam rangka menjamin absorpsi susu domestik sebagai input IPS, pada
tahun 1982 pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri,
yakni Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian, dan Menteri
Pertanian

No.

236/KpbNII/1982,

No.

341MSW711982,

dan

No.

521/KptslUm/7/1982 tentang Usaha Peningkatan Produksi dan Pemasaran Susu
dalam Negeri menetapkan mengenai kebijakan rasio impor. Melalui kebijakan
ini, pemerintah menentukan jumlah bahan baku susu yang diimpor berdasarkan
jumlah bahan baku susu domestik yang diserap ole IPS. Kebijakan tersebut
kemudian dikukuhkan dengan INPRES Nomor 2 Tahun 1985 mengatur tentang
pemasaran susu segar dari petemak ke IPS . Kebijakan ini menetapkan inshumen
rasio impor dimana IPS wajib menerima Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) dan
bukti serap sebagai pengaman harga SSDN dan harga bahan baku impor.
Pada era liberalisasi perdagangan, mang gerak untuk memproteksi industri
persusuan nasional menjadi semakin sewpit. Pemerintah kemudian dihadapkan
pada opsi untuk merubah proteksi rasio impor yang me~pEikannon tarriftrade
barrier menjadi bentuk tarif impor. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan
beban tarif sebesar lima persen untuk impor serllua bahan baku susu ol;iha~i.
Sejak tlitandatanganinya kesepnkatan antara Pemerintah R1 dcngon IiVIF
pada bulan Januari 1998 tentang penghapusan tataniaga SSDN, maka sejak saat

itu sistem rasio bukti serap juga telah dihapus. Selain itu, pemerintah juga
menghapus kebijakan lisensi impor bagi importir terdafiar pada tahun yang sama
dan mengeluarkan izin bagi para importir umurn untuk melakukan impor bahan
baku susu dan produk susu olahan (Arnaliah 2008).
Pemberlakuan ketentuan-ketentun tersebut, sesungguhnya menjadikan
komoditas susu memasuki era pasar bebas AFTA (Asean Free Trade Area),
meskipun seharusnya baru dimulai pada tahun 2003.

Hal ini berarti bahwa

komoditas susu memasuki pasar bebas lebih awal dari kesepakatan waktu yang
telah ditetapkan, sehingga harus memiliki daya saing kuat untuk mengantisipasi
masuknya bahan baku susu impor. Karena itu, harga SSDN yang berlaku hams
merupakan harga pasar yang kompetitif, terutama jika dipertimbangkan anmman
dari produsen susu terbesar dunia dari negara tetangga seperti Australia dan New
Zealand.
Sejak bulan November tahun 2008, untuk mengatasi permasalahan
kurangnya supply susu serta tingginya harga susu di tingkat konsumen,
pemerintah melakukan program peningkatan daya saing industri susu di dalam
negeri yaitu dengan memberikan insentif fiskal berupa penanggungan bea masuk
oleh pemerintah atas impor barang dan bahan olah industri pengolahan susu
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.011/2008). Hal ini berimplikasi
pada semakin mudah dan murahnya mendapatkan susu segar impor oleh IPS.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Anapu et al. (2003) yang diacu dalam Pearson
et al. (2004) mengenai Dampak Kebijakan Tarif Impor Beras di Kabupaten
Minahasa, Sulawesi Utara, membagi responden ke dalam tiga kelompok
berdasarkan luas lahan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ketiga sistem
usahatani yang menjadi fobs penelitian menerima keuntungan privat positif,
yang sebagian besar disebabkan oleh kebijakan tarif impor. Keuntungan sosial
menjadi negatif ketika biaya sosial lahan yang didefinisikan sebagai keuntungan
sosial dari komoditas alternatif terbaikny:~,diperhitungkan. Hal ini bisa terjadi
karena usahatani kacang tanah. niemiliki keuntungan sosial yang lebih besar dari
padi. Kabupaten Minahasa ~uenlilikikeunggulan komparatif dnlam usahatani
kacang tanah, dan kebijakan perberasan saat ini, yang dimaksudkan sebagai

insentif bagi usahatani padi, mendistorsi sumberdaya sehingga jauh dari alokasi
efisiennya.
Wiendiyati et al. (2002) yang diacu dalam Pearson et al. (2004) juga
melakukan penelitian mengenai Dampak Kebijakan Tarif Impor dan Biaya
Transportasi Antar Pulau terhadap Keuntungan Usahatani Kedelai di Kabupaten
Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

dampak intervensi pemerintah, yaitu berupa pemberlakuan tarif terhadap kedelai
impor untuk merangsang produksi domestik. Analisis PAM menunjukkan bahwa
usahatani kedelai menguntungkan baik secara privat maupun sosial.

Petani

memiliki insentif yang tinggi untuk memproduksi kedelai, dan kedelai memiliki
keunggulan kompetitif atas komoditas altematifhya, kacang merah. Kedelai juga
menguntungkan secara sosial menunjukkan bahwa Kabupaten Ngada lebih
~nemilikikeunggulan komparatif dalam memproduksi kedelai dibanding kacang
merah.

Selain itu, tingkat keuntungan yang positif menunjukkan bahwa

penerapan tarif impor kedelai tidak diperlukan, dan hanya menciptakan distorsi
bagi sektor pertanian.
Koerdianto (2008) melakukan penelitian mengenai Analisis Daya Saing
dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Sayuran Unggulan
(Kasus Kecarnatan Ciwidey Kabupaten Bandung dan Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat).

Hasil analisis dengan menggunakan PAM

menunjukkan bahwa usahatani tomat dan cabe merah di kedua tempat penelitian
menguntungkan baik secara finansial maupun secara ekonomi.

Dampak

kebijakan output terhadap usahatani tomat dan cabe merah menyebabkan
usahatani tomat dan cabe merah di kedua tempat penelitian menerima harga aktual
output lebih kecil dari harga sosialnya. Hasil analisis terhadap kebijakan input
menunjukkan bahwa pemerintah memberikan subsidi atas input asing (tradable)
dan domestik.(nontradable), sehingga petani menerima harga aktual input tersebut
lebih murah dari yang seharusnya dibayarkan jika tanpa adanya kebijakan. Secara
urnum

kebijakan

pelnerintah

terhadap

input-output

yang

ada

lebih

nicnyntungkan usahntnni kedua komoditas terscbut di Kecamntan Lembang.
Persamaan penelitian i r ~ i dengan kctiga penelitiar~ di atas adalah
penggunaan Policy Analysis Matriks (PAM) untuk menganalisis darnpak

kebijakan pemerintah terhadap daya saing komoditi. Perbedam terdapat pada
komoditi yang menjadi objek penelitian serta lokasi penelitian.

Selain itu,

penelitian Anapu et al. dan Wiendiyati et al. yang diacu dalam Pearson et al.
(2004) menganalisis dampak kebijakan pemberlakuan tarif impor, sementara
penelitian ini menganalisis dampak penghapusan tarif impor.
Penelitian mengenai daya saing susu pernah dilakukan oleh Kuraisin
(2006) dengan judul Analisis Daya Saing dan Dampak Perubahan Kebijakan
Pemerintah terhadap Komoditi Susu Sapi (Studi Kasus di Desa Tajurhalang,
Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor).

Berdasarkan hasil analisis dengan

menggunakan Policy Analysis Matrih (PAM), diketahui bahwa usahatani sapi
perah di desa Tajurhalang menguntungkan secara finansial dan ekonomi.
Kebijakan pemerintah dalam hal pengurangan subsidi pakan ternak dan obatobatan serta kebijakan tarif impor lima persen terhadap komoditi susu
menyebabkan surplus produsen berkurang. Berdasarkan hasil analisis