Vorasitas keong murbei (Pomacea canaliculata) terhadap gulma air tenggelam.

(1)

VORASITAS KEONG MURBEI (Pomacea canaliculata)

TERHADAP GULMA AIR TENGGELAM

EKA HERMAWAN SUTANTO

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

ii

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Vorasitas Keong Murbei (Pomacea canaliculata) terhadap Gulma Air Tenggelam

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Eka Hermawan Sutanto C24053117


(3)

iii

iii

RINGKASAN

Eka Hermawan Sutanto. C24053117. Vorasitas Keong Murbei (Pomacea canaliculata) terhadap Gulma Air Tenggelam. Dibawah bimbingan Niken T. M. Pratiwi dan Etty Riani.

Keong murbei (Pomacea canaliculata) merupakan spesies yang kosmopolitan, yaitu spesies dengan distribusi yang sangat luas dan mudah sekali beradaptasi. Pada 1981 keong murbei diintroduksi ke Indonesia kemudian pada tahun 1985 - 1987, keong murbei dianggap menjadi spesies lokal yang familiar. Distribusi dan daya adaptasi keong murbei justru menjadikannya sebagai salah satu organisme yang dikhawatirkan berpotensi sebagai hama pertanian yang rakus dan agresif yang kerap kali menyerang tanaman padi.

Tumbuhan air yang pertumbuhannya tidak terkendali dapat menjadikannya sebagai gulma yang seringkali mengganggu ekosistem perairan. Keong murbei diduga akan lebih efektif bila dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma-gulma air tenggelam seperti Cabomba caroliniana, Vallisneria sp., dan Egeria densa

karena keong murbei memiliki tingkat vorasitas (kerakusan) yang tinggi. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan dan membandingkan nilai vorasitas keong murbei terhadap ketiga gulma air tersebut.

Penelitian di laboratorium dilaksanakan dari tanggal 31 Maret - 3 April 2009 di Laboratorium Riset Tumbuhan Air dengan rancangan acak kelompok. Perlakuan yang digunakan adalah gulma air tenggelam jenis Cabomba caroliniana, Vallisneria spiralis, dan Egeria densa. Observasi awal dilaksanakan pada bulan September 2007 - Agustus 2008. Pada hari pertama dilakukan penimbangan bobot basah masing-masing gulma yang dipakai (w0). Pada hari ketiga, bobot basah gulma yang tidak habis termakan keong ditimbang (w3) kembali. Nilai vorasitas selama tiga hari tersebut (wv) diperoleh dari selisih antara

w0 dan w3 (wv = w0 – w3). Nilai wv dibagi tiga untuk mendapatkan nilai vorasitas per hari.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, faktor reproduksi, morfologi, dan jenis kelamin terhadap aktivitas keong murbei tidak diperhitungkan. Nilai vorasitas keong murbei (P. canaliculata) terhadap V. spiralis paling besar (berbeda nyata p < 0,05)) dibandingkan E. densa dan C. caroliniana. Nilai vorasitas keong murbei terhadap E. densa dan C. caroliniana

cenderung sama (tidak berbeda nyata (p ≥ 0,05)). Semua nilai vorasitas terendah terdapat pada kelompok panjang 1,75 - 1,9 cm, pada C. caroliniana sebesar 0,4524 g/hari, V. spiralis sebesar 0,9541 g/hari, dan E. densa sebesar 0,3872 g/hari. Semua nilai vorasitas tertinggi terdapat pada kelompok panjang 3,5 - 3,6 cm, pada C. caroliniana sebesar 1,9099; V. spiralis sebesar 5,2169; dan E. densa

sebesar 2,3142.

Secara fisik V. spiralis memiliki struktur daun yang relatif lebar, lembut dan lunak, tulang daun yang tipis dan mudah patah, serta jaringan ikat yang mudah robek. Sebaliknya, daun E. densa memiliki kelembutan yang relatif sama dengan

V. spiralis, tetapi memiliki tulang daun sangat lentur yang menyebabkan daun E. densa sulit dipatahkan. C. caroliniana mempunyai daun yang paling sempit dan hampir sulit dibedakan dengan tulang daunnya. Disamping itu, pertulangan daun


(4)

iv

iv

C. caroliniana juga sangat lentur. Kelenturan itulah yang menyebabkan tulang-tulang daun tersebut sulit dipatahkan oleh keong murbei. Struktur fisik yang dimiliki V. spiralis diduga sangat disukai keong murbei.

Keong murbei (Pomacea canaliculata) pada semua kelompok ukuran panjang menunjukkan nilai vorasitas tertinggi terhadap Vallisneria spiralis

dibandingkan Egeria densa dan Cabomba caroliniana. Nilai vorasitas keong murbei terhadap E. densa tidak berbeda nyata terhadap C. caroliniana.


(5)

v

v

VORASITAS KEONG MURBEI (Pomacea canaliculata)

TERHADAP GULMA AIR TENGGELAM

EKA HERMAWAN SUTANTO C24053117

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

vi

vi

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Vorasitas Keong Murbei (Pomacea

canaliculata) terhadap Gulma Air Tenggelam Nama Mahasiswa : Eka Hermawan Sutanto

NIM : C24053117

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Niken T. M. Pratiwi, M.Si Dr. Ir Etty Riani, MS. NIP. 19680111 199203 2 002 NIP. 19560104 198203 2 003

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP 19660728 199103 1 002


(7)

vii

vii

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan inspirasi dan kesempatan untuk menghadirkan skripsi yang berjudul

Vorasitas Keong Murbei (Pomacea canaliculata) terhadap Gulma Air tenggelam. Skripsi ini adalah hasil penelitian yang dilaksanakan dari September 2007 sampai dengan April 2009 dan merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Namun demikian penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak dan demi kemajuan ilmu pengetahuan Indonesia.

Bogor, September 2009


(8)

viii

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan skripsi ini, tidak tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Niken T. M. Pratiwi, M.Si dan Dr. Ir Etty Riani, MS. sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan pengarahan.

2. Dr. Ir. Fredinan Yulianda selaku pembimbing akademik.

3. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS. sebagai komisi pendidikan yang senantiasa memberikan nasihat yang berarti.

4. Majariana Krisanti, S. Pi, M.Si dan Ir. Ristiyanti M. Marwoto, M.Sc yang selalu memberikan dorongan dan dukungan.

5. Keluarga besar Herlin Puspaningsih Tenggara dan Hari Santana Sutanto atas cinta kasih yang tak terhingga dan segala dukungan mereka selama ini.

6. Rekan-rekan Evergreen yang selalu menemani dalam suka dan duka serta memberikan semangat juang tanpa henti.

7. Keluarga besar MSP terutama MSP 42 atas kebersamaan dan keceriannya selama ini.

8. Elisabeth Suryani Sangkereng yang selalu memberikan pengertian dan nuansa manis dalam getir-getir perjuangan hingga saat ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan usulan penelitian ini. Skripsi ini tak luput dari berbagai kekurangan. Namun, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, September 2009


(9)

ix

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya, 7 Juli 1987 dari pasangan Bapak Hari Santana Sutanto dan Ibu Herlin Puspaningsih Tenggara. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SD Dapena Surabaya (1999), SLTPK Santa Maria Surabaya (2002), dan SMUK Santa Maria Surabaya (2005). Pada tahun 2005, Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Kemudian diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2006.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi Asisten Luar Biasa mata kuliah Iktiologi (2007/2008) dan Planktonologi (2008/2009) serta aktif sebagai Anggota Divisi Keilmuan pada tahun 2007/2008, Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) pada tahun 2008/2009, serta anggota VMP (Visi Merah Putih) pada tahun 2009-sekarang. Pada tahun 2009, penulis bersama-sama dengan Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, MSP, FPIK, IPB pernah menulis sebuah jurnal nasional yang berjudul “Red Pomacea”. Kemudian, pada tahun yang sama, Bersama-sama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan DIKTI (Dinas Pendidikan Tinggi), penulis pernah mengikuti penelitian tentang “Invasive Spesies” khusus Gastropoda.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Vorasitas Keong Murbei (Pomacea canaliculata) terhadap Gulma Air Tenggelam“. Penulis dinyatakan lulus pada ujian skripsi tanggal 3 September 2009.


(10)

x

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN ... .... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan ... ... 3

1.4. Manfaat ... ... 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Keong Murbei (Pomacea canaliculata) ... 5

2.1.1. Klasifikasi dan morfologi ... . 5

2.1.2. Kebiasaan makan ... 7

2.1.3. Reproduksi ... 7

2.1.4. Habitat dan distribusi ... 8

2.2. Gulma Air Tenggelam (Submerged Weed) ... 9

2.2.1. Cabomba caroliniana ... 10

2.2.2. Egeria densa ... 11

2.2.3. Vallisneria spiralis ... 12

3. METODE PENELITIAN ... 14

3.1. Waktu dan Tempat ... 14

3.2. Metode Penelitian ... 14

3.2.1. Observasi awal ... 14

3.2.2. Persiapan organisme uji ... 15

3.2.3. Pengujian dan pengukuran ... 16

3.3. Analisis Data ... 19

3.3.1. Pertambahan nilai vorasitas ... 19

3.3.2. Analisis statistik ... 20

3.3.3. Uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) ... 21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Hasil ... 22

4.2. Pembahasan ... 24

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1. Kesimpulan ... 30

5.2. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(11)

VORASITAS KEONG MURBEI (Pomacea canaliculata)

TERHADAP GULMA AIR TENGGELAM

EKA HERMAWAN SUTANTO

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(12)

ii

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Vorasitas Keong Murbei (Pomacea canaliculata) terhadap Gulma Air Tenggelam

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Eka Hermawan Sutanto C24053117


(13)

iii

iii

RINGKASAN

Eka Hermawan Sutanto. C24053117. Vorasitas Keong Murbei (Pomacea canaliculata) terhadap Gulma Air Tenggelam. Dibawah bimbingan Niken T. M. Pratiwi dan Etty Riani.

Keong murbei (Pomacea canaliculata) merupakan spesies yang kosmopolitan, yaitu spesies dengan distribusi yang sangat luas dan mudah sekali beradaptasi. Pada 1981 keong murbei diintroduksi ke Indonesia kemudian pada tahun 1985 - 1987, keong murbei dianggap menjadi spesies lokal yang familiar. Distribusi dan daya adaptasi keong murbei justru menjadikannya sebagai salah satu organisme yang dikhawatirkan berpotensi sebagai hama pertanian yang rakus dan agresif yang kerap kali menyerang tanaman padi.

Tumbuhan air yang pertumbuhannya tidak terkendali dapat menjadikannya sebagai gulma yang seringkali mengganggu ekosistem perairan. Keong murbei diduga akan lebih efektif bila dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma-gulma air tenggelam seperti Cabomba caroliniana, Vallisneria sp., dan Egeria densa

karena keong murbei memiliki tingkat vorasitas (kerakusan) yang tinggi. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan dan membandingkan nilai vorasitas keong murbei terhadap ketiga gulma air tersebut.

Penelitian di laboratorium dilaksanakan dari tanggal 31 Maret - 3 April 2009 di Laboratorium Riset Tumbuhan Air dengan rancangan acak kelompok. Perlakuan yang digunakan adalah gulma air tenggelam jenis Cabomba caroliniana, Vallisneria spiralis, dan Egeria densa. Observasi awal dilaksanakan pada bulan September 2007 - Agustus 2008. Pada hari pertama dilakukan penimbangan bobot basah masing-masing gulma yang dipakai (w0). Pada hari ketiga, bobot basah gulma yang tidak habis termakan keong ditimbang (w3) kembali. Nilai vorasitas selama tiga hari tersebut (wv) diperoleh dari selisih antara

w0 dan w3 (wv = w0 – w3). Nilai wv dibagi tiga untuk mendapatkan nilai vorasitas per hari.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, faktor reproduksi, morfologi, dan jenis kelamin terhadap aktivitas keong murbei tidak diperhitungkan. Nilai vorasitas keong murbei (P. canaliculata) terhadap V. spiralis paling besar (berbeda nyata p < 0,05)) dibandingkan E. densa dan C. caroliniana. Nilai vorasitas keong murbei terhadap E. densa dan C. caroliniana

cenderung sama (tidak berbeda nyata (p ≥ 0,05)). Semua nilai vorasitas terendah terdapat pada kelompok panjang 1,75 - 1,9 cm, pada C. caroliniana sebesar 0,4524 g/hari, V. spiralis sebesar 0,9541 g/hari, dan E. densa sebesar 0,3872 g/hari. Semua nilai vorasitas tertinggi terdapat pada kelompok panjang 3,5 - 3,6 cm, pada C. caroliniana sebesar 1,9099; V. spiralis sebesar 5,2169; dan E. densa

sebesar 2,3142.

Secara fisik V. spiralis memiliki struktur daun yang relatif lebar, lembut dan lunak, tulang daun yang tipis dan mudah patah, serta jaringan ikat yang mudah robek. Sebaliknya, daun E. densa memiliki kelembutan yang relatif sama dengan

V. spiralis, tetapi memiliki tulang daun sangat lentur yang menyebabkan daun E. densa sulit dipatahkan. C. caroliniana mempunyai daun yang paling sempit dan hampir sulit dibedakan dengan tulang daunnya. Disamping itu, pertulangan daun


(14)

iv

iv

C. caroliniana juga sangat lentur. Kelenturan itulah yang menyebabkan tulang-tulang daun tersebut sulit dipatahkan oleh keong murbei. Struktur fisik yang dimiliki V. spiralis diduga sangat disukai keong murbei.

Keong murbei (Pomacea canaliculata) pada semua kelompok ukuran panjang menunjukkan nilai vorasitas tertinggi terhadap Vallisneria spiralis

dibandingkan Egeria densa dan Cabomba caroliniana. Nilai vorasitas keong murbei terhadap E. densa tidak berbeda nyata terhadap C. caroliniana.


(15)

v

v

VORASITAS KEONG MURBEI (Pomacea canaliculata)

TERHADAP GULMA AIR TENGGELAM

EKA HERMAWAN SUTANTO C24053117

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(16)

vi

vi

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Vorasitas Keong Murbei (Pomacea

canaliculata) terhadap Gulma Air Tenggelam Nama Mahasiswa : Eka Hermawan Sutanto

NIM : C24053117

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Niken T. M. Pratiwi, M.Si Dr. Ir Etty Riani, MS. NIP. 19680111 199203 2 002 NIP. 19560104 198203 2 003

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP 19660728 199103 1 002


(17)

vii

vii

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan inspirasi dan kesempatan untuk menghadirkan skripsi yang berjudul

Vorasitas Keong Murbei (Pomacea canaliculata) terhadap Gulma Air tenggelam. Skripsi ini adalah hasil penelitian yang dilaksanakan dari September 2007 sampai dengan April 2009 dan merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Namun demikian penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak dan demi kemajuan ilmu pengetahuan Indonesia.

Bogor, September 2009


(18)

viii

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan skripsi ini, tidak tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Niken T. M. Pratiwi, M.Si dan Dr. Ir Etty Riani, MS. sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan pengarahan.

2. Dr. Ir. Fredinan Yulianda selaku pembimbing akademik.

3. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS. sebagai komisi pendidikan yang senantiasa memberikan nasihat yang berarti.

4. Majariana Krisanti, S. Pi, M.Si dan Ir. Ristiyanti M. Marwoto, M.Sc yang selalu memberikan dorongan dan dukungan.

5. Keluarga besar Herlin Puspaningsih Tenggara dan Hari Santana Sutanto atas cinta kasih yang tak terhingga dan segala dukungan mereka selama ini.

6. Rekan-rekan Evergreen yang selalu menemani dalam suka dan duka serta memberikan semangat juang tanpa henti.

7. Keluarga besar MSP terutama MSP 42 atas kebersamaan dan keceriannya selama ini.

8. Elisabeth Suryani Sangkereng yang selalu memberikan pengertian dan nuansa manis dalam getir-getir perjuangan hingga saat ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan usulan penelitian ini. Skripsi ini tak luput dari berbagai kekurangan. Namun, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, September 2009


(19)

ix

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya, 7 Juli 1987 dari pasangan Bapak Hari Santana Sutanto dan Ibu Herlin Puspaningsih Tenggara. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SD Dapena Surabaya (1999), SLTPK Santa Maria Surabaya (2002), dan SMUK Santa Maria Surabaya (2005). Pada tahun 2005, Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Kemudian diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2006.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi Asisten Luar Biasa mata kuliah Iktiologi (2007/2008) dan Planktonologi (2008/2009) serta aktif sebagai Anggota Divisi Keilmuan pada tahun 2007/2008, Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) pada tahun 2008/2009, serta anggota VMP (Visi Merah Putih) pada tahun 2009-sekarang. Pada tahun 2009, penulis bersama-sama dengan Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, MSP, FPIK, IPB pernah menulis sebuah jurnal nasional yang berjudul “Red Pomacea”. Kemudian, pada tahun yang sama, Bersama-sama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan DIKTI (Dinas Pendidikan Tinggi), penulis pernah mengikuti penelitian tentang “Invasive Spesies” khusus Gastropoda.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Vorasitas Keong Murbei (Pomacea canaliculata) terhadap Gulma Air Tenggelam“. Penulis dinyatakan lulus pada ujian skripsi tanggal 3 September 2009.


(20)

x

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN ... .... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan ... ... 3

1.4. Manfaat ... ... 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Keong Murbei (Pomacea canaliculata) ... 5

2.1.1. Klasifikasi dan morfologi ... . 5

2.1.2. Kebiasaan makan ... 7

2.1.3. Reproduksi ... 7

2.1.4. Habitat dan distribusi ... 8

2.2. Gulma Air Tenggelam (Submerged Weed) ... 9

2.2.1. Cabomba caroliniana ... 10

2.2.2. Egeria densa ... 11

2.2.3. Vallisneria spiralis ... 12

3. METODE PENELITIAN ... 14

3.1. Waktu dan Tempat ... 14

3.2. Metode Penelitian ... 14

3.2.1. Observasi awal ... 14

3.2.2. Persiapan organisme uji ... 15

3.2.3. Pengujian dan pengukuran ... 16

3.3. Analisis Data ... 19

3.3.1. Pertambahan nilai vorasitas ... 19

3.3.2. Analisis statistik ... 20

3.3.3. Uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) ... 21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Hasil ... 22

4.2. Pembahasan ... 24

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1. Kesimpulan ... 30

5.2. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(21)

xi

xi

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Analisis ragam dua arah tanpa pengulangan ... 20 2. Nilai vorasitas Pomacea canaliculata terhadap Cabomba carolinia,

Vallisneria spiralis, dan Egeria densa ... 22 3. Pertambahan nilai vorasitas Pomacea canaliculata terhadap


(22)

xii

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Pomacea canaliculata (The Apple Snail Website 2008) ... 6 2. Cabomba caroliniana (Der Wasserpflanzenversand Fur 2009) ... 10 3. Egeria densa (Wikipedia 2009) ... 11 4. Vallisneria spiralis (Arefjev 2009) ... 13 5. Pertumbuhan Pomacea canaliculata (Teo 2004) ... 15 6. Cara mengukur panjang cangkang (PC) (Teo 2004) ... 16 7. Tahapan pengeringan gulma ... 17 8. Tahapan penimbangan bobot basah gulma ... 18 9. P. canaliculata (keong murbei) yang tengah diuji ... 18 10.Nilai vorasitas keong murbei terhadap ketiga gulma air tenggelam ... 23 11.Pertambahan nilai vorasitas keong murbei terhadap

ketiga gulma air tenggelam ... 24 12. Pola pertumbuhan dan reproduksi Pomacea canaliculata (Estebenet


(23)

xiii

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Hasil pengukuran bobot sisa gulma air tenggelam selama tiga hari

penelitian di laboratorium ... 35 2. Tabel sidik ragam nilai vorasitas P. canaliculata terhadap Cabomba

carolinia, Vallisneria spiralis, dan Egeria densa ... 36 3. Uji beda nyata terkecil laju vorasitas P. canaliculata terhadap

C. carolinia, V. spiralis, dan E. densa ... 36 4. Suhu air selama penelitian laju vorasitas P. canaliculata terhadap

C. carolinia, V. spiralis, dan E. densa ... 37 5. Variasi morfologi cangkang Pomacea canaliculata yang digunakan... 37


(24)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keong murbei (Pomacea canaliculata) merupakan spesies yang kosmopolitan, yaitu spesies yang distribusinya sangat luas dan mudah sekali beradaptasi. Suharto (2003) in Min and Yan (2006) mengatakan bahwa pada 1981, keong murbei diintroduksi ke Indonesia. Kemudian pada tahun 1985-1987, keong murbei dianggap menjadi spesies lokal yang familiar. Distribusi dan daya adaptasi keong murbei justru menjadikannya sebagai salah satu organisme yang dikhawatirkan akan menjadi hama pertanian yang rakus dan agresif yang kerap kali menyerang tanaman padi, sehingga selama ini dikenal sebagai hama potensial tanaman padi.

Dalam beberapa tahun terakhir, keong murbei mulai disadari sebagai hama padi yang serius (Hendarsih-Suharto et al. 2006). Bahkan, di dunia keong murbei menjadi salah satu hama pertanian yang paling berbahaya karena penyebarannya yang cepat dan menimbulkan kerusakan yang serius (Chapin et al. 2000 in Min & Yan 2006). Namun, perhatian terhadap penelitian tentang keong murbei dan pengendaliannya tidak fokus jika dibandingkan dengan hama padi lainnya.

Di sisi lain, keong murbei ini memiliki potensi sebagai sumber protein yang cukup murah dan berlimpah. Oleh sebab itu diperlukan manajemen yang tepat agar keberadaan keong murbei bermanfaat bagi aspek-aspek kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Oleh karena itu, jika keong murbei dapat dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin dapat menjadi komoditas prospektif untuk menambah penghasilan petani dan meningkatkan gizi masyarakat, serta dapat dijadikan pemberantas gulma air yang saat ini merupakan masalah yang belum terpecahkan di perairan umum.

Porte et al. (2006) mencoba memanfaatkan keong murbei untuk mengontrol gulma-gulma di berbagai sawah karena keong murbei suka memakan tunas-tunas muda dari famili rerumputan. Introduksi P. canaliculata telah dilaporkan sebagai agen yang sangat mungkin sebagai pengendali gulma di Jepang (Okuma et al.


(25)

2

2

Keberadaan tanaman air saat ini memiliki daya tarik yang khas sebagai tanaman hias yang cukup populer. Eksistensinya di alam memiliki nilai ekologis yang penting dalam merangkai suatu ekosistem yang sehat. Namun, keberadaanya juga sering menjadi masalah yang cukup merepotkan. Apabila petumbuhannya tidak terkendali maka tumbuhan air tersebut dapat berubah menjadi gulma. Keberadaan gulma air seringkali mengganggu ekosistem karena gulma air kerapkali memperlambat arus, meningkatkan pendangkalan, mempercepat hilangnya air melalui penguapan, dan menjadi kompetitor potensial terhadap pengambilan oksigen di malam hari dan kadang mengganggu aktivitas transportasi air. Beberapa jenis tanaman air yang berpotensi menjadi gulma di antaranya adalah Cabomba caroliniana, Ceratophyllum sp., Egeria densa,

Eichhornia crassipes, Hydrilla verticilata, Pistia stratiotes, Myriophyllum sp.,

Nymphaea sp., Vallisneria sp., dll.

Mengingat sifat keong murbei sebagai hewan yang rakus, keong murbei memiliki potensi untuk mengendalikan gulma air. Keong murbei diduga akan lebih efektif bila dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma-gulma air tenggelam seperti Cabomba caroliniana, Vallisneria sp., dan Egeria densa karena keong murbei hidup di kolom perairan.

Selama ini telah dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kerusakan yang disebabkan oleh keong murbei terhadap lahan pertanian padi. Beberapa alternatif pengelolaan keong murbei juga cukup banyak disinggung. Namun, hingga saat ini belum dilakukan penelitian tentang tingkat kerakusan (vorasitas) keong murbei (P. canaliculata) untuk keperluan pengelolaan tersebut. Pengelolaan dimaksudkan agar dapat ditentukan waktu penebaran dan pemanenan yang efektif. Dengan demikian populasi keong murbei dan gulma khususnya gulma air tenggelam dapat dikendalikan, sehingga keseimbangan ekologis dapat tercapai.

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat kerakusan (vorasitas) keong murbei (P. canaliculata) terhadap gulma air tenggelam. Harapan dari penelitian ini antara lain dengan mengetahui tingkat kerakusan keong murbei, populasi gulma air tenggelam diharapkan dapat


(26)

3

3

terkendali. Di samping itu, populasi keong murbei akan meningkat. Peningkatan itu dapat diimbangi dengan pemanenan populasi tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Populasi gulma air akan mengganggu ekosistem perairan dan lalu lintas perairan. Ledakan populasi (blooming) gulma sebenarnya merupakan respon terhadap tingginya nutrien di perairan. Peningkatan nutrien akan diikuti oleh peningkatan populasi gulma. Tingginya populasi gulma akan menimbulkan gangguan terhadap ekosistem perairan tersebut karena dapat mempercepat laju penguapan atau hilangnya air, meningkatkan pendangkalan, menyebabkan deplesi oksigen di malam hari, serta menurunkan kecepatan arus dan debit air. Terkadang gulma-gulma tersebut mengganggu aktivitas transportasi air karena sering menyangkut pada baling-baling kapal dan mengganggu pergerakan kapal. Namun, hingga saat ini belum ada tindakan perbaikan yang tepat guna terhadap berbagai masalah tersebut. Dalam penelitian ini, yang dimaksud sebagai gulma tersebut adalah Cabomba caroliniana, Vallisneria sp., dan Egeria densa.

Pada kasus lain, keong murbei (P. canaliculata) telah menjadi hama agresif pada tanaman padi. Kemampuannya untuk beradaptasi, berkembang biak secara cepat, dan tingkat konsumsinya yang luar biasa menjadikan keong murbei sebagai hama yang cukup agresif. Penanganan terhadap keong murbei hingga saat ini dapat dikatakan belum optimal karena keong ini pada umumnya hanya dibuang begitu saja, dijadikan pakan bebek dan lele (Hendarsih-Suharto et al. 2006), dan hanya sebagian kecil masyarakat lokal yang mengkonsumsi dagingnya.

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai vorasitas (tingkat kerakusan) keong murbei (P. canaliculata) pada rentang panjang cangkang tertentu terhadap tiga spesies gulma air tenggelam, yaitu Cabomba caroliniana,

Egeria densa, dan Vallisneriaspiralis.


(27)

4

4

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi tentang efektivitas penggunaan keong murbei (P. canaliculata) dalam mengendalikan gulma air tenggelam. Setelah itu dapat diperoleh salah satu alternatif teknik manajemen tepat guna terhadap permasalahan gulma air tenggelam dengan memanfaatkan keong murbei yang berpotensi sebagai hama.


(28)

5

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keong Murbei (Pomacea canaliculata)

Keong murbei adalah siput air tawar yang berasal dari Amerika Selatan tropis dan subtropis (Halwart 1994c in Ranamukhaarachchi & Wickramasinghe 2006). Keong tersebut diintroduksikan dari Amerika Selatan ke Taiwan pada 1980 untuk keperluan akuakultur sebagai bahan makanan lokal dan ekspor (Naylor 1996 in Ranamukhaarachchi & Wickramasinghe 2006). Penyebaran keong murbei yang sangat besar diawali oleh peranannya sebagai bahan makanan dan keong hias yang sangat digemari (Cowie 1996 in Ranamukhaarachchi & Wickramasinghe 2006). Saat ini keong murbei telah diintroduksikan ke berbagai belahan dunia (Sinives 2005 in Ranamukhaarachchi & Wickramasinghe 2006).

Naylor (1996) in Teo (2004) menjelaskan bahwa keong murbei mulai beralih menjadi hama ketika permintaan pasar terhadap keong ini memburuk. Kemudian banyak instansi budidaya keong murbei mengabaikan dan membiarkan keong-keong tersebut terlepas begitu saja.

Hirai (1988), Rejesus et al. (1990), Halwart (1994a) in Teo (2004) telah mencatat bahwa saat ini keong murbei menjadi salah satu hama utama tanaman padi di Asia. Namun sebaliknya, Carlsson et al. (2004) in Ranamukhaarachchi and Wickramasinghe (2006) berpendapat bahwa keong murbei dapat juga digunakan sebagai pembasmi gulma.

2.1.1. Klasifikasi dan morfologi

Keong murbei (Pomacea canaliculata) (Gambar 1) merupakan siput air tawar yang termasuk ke dalam Famili Ampulariidae. Sebagian besar P. canaliculata tersebar pada habitat tropis dan subtropis yang lembab di Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Tengah, dan Asia (Cowie et al. 2006).

Banyak penemu yang berpendapat bahwa taksonomi dari Pomacea hanya sedikit yang diketahui (Cazzaniga 2006). Taksonomi dari grup spesies


(29)

6

6

dari spesies alaminya. Dalam keterbatasan tersebut, P. canaliculata diketahui memiliki penyebaran yang luas (Cowie et al. 2006).

Klasifikasi Ampulariidae menurut Lamarck (1882), TROPMED Technical Group (1986) in Baoanan and Pagulayan (2006).

Kingdom : Animalia Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda (Cuvier 1797)

Subkelas : Prosobranchia (Milne Edwards 1848) Ordo : Mesogastropoda (Thiele 1927) Superfamili : Viviparoidea (Gray 1847) Famili : Ampullariidae (Guilding 1828) Genus : Pomacea

Spesies : Pomacea canaliculata

Gambar 1. Pomacea canaliculata (The Apple Snail Website 2008)

Secara morfologi Pomacea (golden apple snail) yang biasa dikenal sebagai keong mas atau siput murbei memiliki kemiripan dengan siput lokal Pila. Bentuk dan ukuran cangkang serta warna dari kapsul telur dapat menjadi karakteristik untuk membedakan Pomacea dan Pila (Marwoto 1997 in Hendarsih-Suharto et al.

2006).

Pomacea canaliculata memilki cangkang yang besar, tebal, lebar dan puncak (apex) yang pendek; memiliki 4 - 5 gelung dengan gelung tubuh (body whorl) yang tebal. Umbilikus P. canaliculata terbuka, memiliki kanal yang dalam. Cangkangnya halus berwarna coklat terang atau kuning kehijauan, tanpa pita-pita spiral (spiralbands) coklat. Aperture (bukaan cangkang) melebar secara oval, bibir luar (outer lips) agak sedikit tebal berwarna oranye atau kuning gelap, dan operkulumnya (tutup cangkang) agak sedikit tebal. Total tinggi cangkang


(30)

45-7

7

65 mm, lebar 40 - 55 mm, dan tinggi aperture sekitar ¾ dari total tinggi cangkang (Hendarsih-Suharto et al. 2006).

Sedikit berbeda dengan Hendarsih-Suharto et al. (2006), Cowie et al. (2006) mendeskripsikan bahwa cangkang Pomacea canaliculata berbentuk membulat, umumnya berat, dengan periostrakum berwarna kehijauan atau berwarna tanduk, dan sering memiliki pita spiral (spiral band) gelap. Cangkang keong dewasa memilki 5 - 6 gelung, bertambah agak cepat dan terpisah oleh saluran suture yang dalam. Puncak cangkang (apex) agak landai, tetapi karakter ini cukup bervariasi.

Aperture besar dan membundar agak memanjang dan bibir cangkangnya atau

peristome kadang berwarna kemerahan.

2.1.2. Kebiasaan makan

Keong murbei adalah polifagus yang luar biasa. Keong ini memakan tanaman, detritus, dan hewan lain (Cazzaniga & Estebenet 1984 in Cazzaniga 2006). Pada umumnya Pomacea merupakan makrofitovora yang lebih memilih tanaman air mengapung atau tenggelam daripada tanaman air yang mencuat (Bachman 1960, Bonetto & Tassara 1987 in Cazzaniga 2006).

Keong murbei yang baru menetas dapat bertahan tanpa makanan selama beberapa hari dengan mengandalkan persediaan cadangan makanan endogen. Bentuk makanan eksogen pertama kali berupa detritus dan alga. Mereka mulai memangsa tanaman-tanaman yang lebih besar setelah mencapai panjang 15 mm (Halwart 1994, Schnorbach 1995 in Cazzaniga 2006). Individu yang mencapai panjang 10 - 25 mm tidak merubah jenis makanan pilihannya (Estebenet 1995 in

Cazzaniga 2006).

2.1.3. Reproduksi

Keong murbei merupakan hewan dioecious (berumah dua). Individu jantan dewasa memiliki operkulum yang cekung di tengahnya yang menjadikan ciri itu sebagai pembeda dari betina dewasa (Chiu et al. 2002 in Min & Yan 2006). Pada umumnya jumlah betina melebihi pejantannya. Di Filipina, perbandingan jumlah keong betina dan jantan adalah 2,1 : 1 (Halwart 1994 in Min & Yan 2006).


(31)

8

8

Dalam kondisi yang sesuai, keong betina mencapai kematangan seksual saat berumur 60-85 hari. Menurut Martin (1986), Estebenet and Cazzaniga (1992) in

Cazzaniga (2006), ukuran minimum keong betina untuk reproduksi adalah sekitar 2,5 cm, sedangkan keong jantan pada umumnya telah mampu bereproduksi pada ukuran minimum yang lebih kecil dari keong betina (Estoy et al. 2002 in

Cazzaniga 2006). Keong-keong tersebut memijah setiap bulan sepanjang tahun (Halwart 1994 in Min & Yan 2006). Min and Yan (2006) mengatakan bahwa suhu yang sesuai untuk kopulasi dan pemijahan berada pada kisaran 25 - 28oC, tetapi menurut Cazzaniga (2006), temperatur yang absolut untuk reproduksi belum diketahui dengan pasti.

Di bawah kondisi iklim yang berbeda, jumlah keturunan yang dihasilkan akan berbeda-beda (Min & Yan 2006). Albrecht et al. (1999) in Min and Yan (2006) menambahkan, pada tahap aktif, keong murbei berkopulasi dan memijah secara teratur. Suhu air yang rendah akan menurunkan aktifitas keong dan menunda masa kopulasinya, namun masa kopulasinya tidak dipengaruhi oleh waktu pencahayaan.

2.1.4. Habitat dan distribusi

Keong murbei diketahui sebagai spesies yang nokturnal. Habitat umumnya berupa parit, kolam dangkal, sawah, dan jenis perairan lainnya dengan arus yang tenang atau lambat dengan syarat memiliki dasar yang berlumpur. Keong murbei tidak dapat tinggal di perairan yang kering selama periode yang panjang, perairan payau ekstrim atau pada perairan mengalir deras (Lach & Cowie 1999 in Min & Yan 2006). Meskipun demikian Halwart (1994) in Min and Yan (2006) mengatakan bahwa perairan mengalir membantu penyebaran keong murbei.

Keong murbei memiliki sifon yang membantunya bernafas di udara bebas. Hal tersebut menyebabkan keong murbei memiliki toleransi terhadap kandungan oksigen terlarut (DO) yang rendah. Pada suhu air 25oC, ketika DO lebih rendah dari 1 - 2 mg/l, keong murbei merenggangkan tubuhnya untuk meningkatkan luas area pertukaran udara dan menjulurkan sifonnya. Ketika konsentrasi DO mencapai 0,23 - 0,45 mg/l, keong murbei menutup operkulumnya. Saat


(32)

9

9

konsentrasi DO mencapai 0,08 - 0,1 mg/l, 80% dari keong-keong itu mati (Yin et al. 2000c in Min &Yan 2006).

Keong murbei akan menutup operkulum dan mensekresikan mukus untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang tidak mendukung, seperti pada kondisi pH yang tinggi. Pada umumnya keong murbei lebih memilih kondisi perairan yang basa (pH 7 - 8,5). Ketika pH lebih dari 10, dengan operkulum tertutup dan tanpa atau sedikit mensekresikan mukus, keong menjadi inaktif hingga akhirnya mati (Yin et al. 2000c in Min &Yan 2006).

Keong murbei tersebar di daerah tropis dan subtropis. Di Amerika, keong murbei ditemukan di Argentina, Bolivia, Brazil, Paraguay, Suriname, dan Uruguay (Ponce de Leon & Carpo 1994 in Min & Yan 2006). Di Asia, keong murbei dapat ditemukan di Cina, Indonesia, Jepang, Korea, Laos, Malaysia, Papua, Filipina, Thailand, dan Vietnam (Halwart 1994 in Min & Yan 2006). Di Amerika Utara, keong ini tersebar di beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS). Di Afrika, keong murbei dapat ditemukan di Mesir. Di Eropa, belum ada laporan mengenai keberadaan keong murbei (Min &Yan 2006).

2.2. Gulma Air Tenggelam (Submerged Weed)

Gulma air adalah tanaman air yang tumbuh di perairan secara luas dan tidak terkendali yang merugikan ekosistem akuatik secara fisika, kimia atau biologi (Islam 2008). Jacobs and Sainty (1988) mendefinisikan tanaman air tenggelam sebagai tanaman yang seluruh bagian tubuh serta daunnya tenggelam dan akarnya menancap pada substrat. Tanaman tersebut pada saat tertentu akan menghasilkan bunga temporer yang muncul ke atas permukaan air. Gulma air tenggelam secara praktis dapat disebut juga sebagai taman air tenggelam yang pertumbuhannya merugikan.

Metode pengendalian penyebaran gulma air tenggelam berbeda dengan gulma terestrial. Penggunaan bahan kimia, mesin, dan manipulasi habitat dapat menggangu kestabilan sistem ekologisnya. Pendekatan yang paling tepat adalah dengan menyeimbangkan komponen abiotik, tanaman, dan hewan di dalam sistem tersebut (Jacobs &Sainty 1988).


(33)

10

10

2.2.1. Cabomba caroliniana

Cabomba caroliniana (Gambar 2) adalah tanaman air yang biasa hidup di perairan mengalir yang termasuk ke dalam famili Cabombaceae. Tanaman ini berasal dari Brazil, Paraguay, Uruguay, dan Argentina (Orgaard 1991 in Ding et al. 2005). Cabomba caroliniana menjadi tanaman akuarium yang populer dan diperkenalkan ke banyak negara lain karena daun-daunnya yang tenggelam dengan baik (Ding et al. 2005).

Berikut ini adalah klasifikasi Cabomba caroliniana menurut

,in

ITIS (2009).

Kingdom

Subkingdom

Divisi

Kelas :

Subkelas

Ordo

Famili

Genus

Spesies

Gambar 2. Cabomba caroliniana (Der Wasserpflanzenversand Fur 2009)

Cabomba telah menjadi gulma yang serius di beberapa bendungan dan saluran air. Kepadatan Cabomba yang tinggi dapat mengganggu transportasi kapal dan operasional reservoir, menghasilkan luapan air, rembesan, mengurangi fungsi estetika, bahkan polusi (Gracia 1966, Riemer & Ilnicki 1968 in Ding et al.


(34)

11

11

2005). Untuk mencegah ledakan populasi Cabomba caroliniana, mekanisme penyebaran dan invasinya harus diteliti lebih lanjut (Ding et al. 2005).

2.2.2. Egeria densa

Egeria densa (Gambar 3) merupakan tanaman air tenggelam, berakar, dan dapat hidup hingga kedalaman 6 meter. Tanaman ini termasuk ke dalam famili Hydrocharitaceae. Egeria sering disebut sebagai Brazilian elodea yang berumah dua di mana bunga jantan dan betina dihasilkan dari individu yang berbeda.

Klasifikasi Egeria densa yang terdapat dalam Zipcodezoo.com (2008) dan Wikipedia (2009) disajikan sebagai berikut.

Kingdom

Divisi

Kelas

Superordo

Ordo

Famili

Genus

Spesies : Egeria densa Planch.

Gambar 3. Egeria densa (Wikipedia 2009)

Habitat asal E. densa berada di daerah perairan dangkal, berarus lambat, sedikit asam, dan kaya unsur hara. Di luar habitat asalnya, mereka tumbuh di danau, sungai, dan mata air. Egeria membentuk kumpulan monotipik yang padat dan mampu mengalahkan tanaman akuatik asli suatu daerah tertentu. Selanjutnya

Egeria dapat mengganggu aliran air, menjebak sedimen, mempengaruhi kualitas air, dan mengganggu fungsi rekreasi. Brazilian elodea sering digunakan sebagai


(35)

12

12

tanaman hias akuatik, namun karena sifat agresifnya terhadap tanaman asli, perdagangan tanaman itu dilarang di beberapa negara. (The Nature Conservancy of Vermont, Vermont Department of Environmental Conservation, Vermont Department of Fish and Wildlife, and Vermont Department of Forests, Parks and Recreation 2003).

2.2.3. Vallisneria spiralis

Vallisneria spiralis (Gambar 4) merupakan tanaman air yang penyebarannya sangat luas dan mampu beradaptasi dengan baik mulai dari daerah tropis di Bengal, India hingga daerah subtropis di Kanada (Choudhuri 1966). Genus

Vallisneria umumnya memiliki bentuk dan struktur yang mirip. Vallisneria

termasuk ke dalam famili Hydrocharitaceae, tanaman ini merupakan tanaman

perennial, tenggelam, berakar dan menempel pada substrat, berbunga, tidak bercabang, dan berumah satu. Daunnya seperti pita dengan ujung yang pipih dan meruncing seperti mata panah. Warna daunnya hijau terang pada bagian tengahnya dan hijau lebih gelap pada bagian tepinya. Bunga tanaman ini biasanya mengapung dan dihubungkan dengan tangkai spiral yang menyerupai cambuk. Sinonim lain dari Vallisneria spiralis adalah Vallisneria americana (Zipcodezoo 2008; Wikipedia 2009).

Klasifikasi Vallisneria spiralis menurut Zipcodezoo (2008) dan Wikipedia (2009) disajikan sebagai berikut.

Kingdom

Divisi

Kelas

Subkelas

Superordo

Ordo

Famili

Genus


(36)

13

13

Gambar 4. Vallisneria spiralis (Arefjev 2009)

Vallisneria spiralis sangat berpotensi menjadi gulma mengingat daya adaptasinya yang tinggi. Bahkan di Kepulauan Chatham, Selandia Baru, spesies ini telah dilaporkan sebagai gulma layaknya Egeria densa dan Hydrilla verticilata

(ECAN 2008). Kemampuan adaptasinya yang luar biasa ini bahkan mampu bersaing dengan Hydrilla verticilata yang terkenal sangat ganas. Dalam kondisi nutrien yang terbatas, ternyata V. spirallis mampu menekan dan mengalahkan dominansi pertumbuhan H. verticilata (Van et al. 1999).


(37)

14

14

3.

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu observasi awal dan penelitian utama. Observasi awal dilakukan di lapangan (areal sawah Dramaga, Bogor) dan di laboratorium selama lebih kurang satu tahun (September 2007 sampai dengan Agustus 2008). Penelitian utama dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 31 Maret hingga 3 April 2009. Kegiatan penelitian utama bertempat di Laboratorium Riset Tumbuhan Air, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Metode Penelitian

Adapun serangkaian tahapan yang dirangkum di dalam metode penelitian. Tahapan-tahapan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

3.2.1. Observasi awal

Observasi awal merupakan suatu tahap awal untuk mengenal organisme uji. Hal tersebut bertujuan untuk memahami cara dan kebiasaan hidup keong murbei, sehingga tidak diberi batasan waktu dalam melakukan observasi tersebut.

Sebelum penelitian dimulai, observasi awal yang dilakukan adalah memelihara keong murbei dari berbagai kelompok ukuran panjang dengan berbagai variasi makanan. Keong murbei dipelihara sejak berada dalam telur hingga menetas dan dewasa. Variasi makanan yang diberikan adalah daun pepaya (Carica papaya), alokasia (Alocasia sp.), krokot (Althernantera sp.), eceng gondok (Eichhornia crassipes), dan balancing (Dieffenbachia sp.) baik dalam kondisi segar, layu, maupun kering.

Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa setelah menetas, keong murbei memakan daun kering dan layu (detritius), tetapi yang dimakan hanya bagian daun yang lembut. Ketika panjang cangkang mencapai ≥ 1,5 cm, keong murbei mulai memakan daun segar. Secara berurutan, daun yang paling disukai hingga


(38)

15

15

tidak disukai adalah daun pepaya, balancing, krokot, alokasia, dan eceng gondok. Secara fisik, daun yang disukai adalah daun yang lebar, lembut, tidak keras, mudah robek, dan bertulang daun rapuh.

Hasil observasi awal juga menunjukkan bahwa keong murbei dengan panjang cangkang 1 - 3 cm bertambah panjang 0,2 - 0,3 cm dalam waktu 4 hingga 5 hari. Gambar 5 mendukung hasil observasi tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, ditetapkan rentang waktu penelitian utama tidak lebih dari 3 hari untuk menghindari besarnya pengaruh pertumbuhan terhadap hasil penelitian.

Gambar 5. Pertumbuhan Pomacea canaliculata (Teo 2004)

3.2.2. Persiapan organisme uji

Organisme uji yang digunakan adalah keong murbei (P. canaliculata) dan gulma air tenggelam (Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Vallisneria spiralis). Individu-individu keong murbei yang akan diuji diambil dari satu populasi yang berasal dari sepetak sawah dengan tujuan untuk memperkecil heterogenitas. Persediaan Cabomba caroliniana, Egeria densa, dan Vallisneria spiralis dapat diperoleh dari pedagang ikan hias atau petani tanaman air.

Dalam satu populasi dapat diperoleh beragam kelompok ukuran. Keong murbei mulai memakan makrofita saat mencapai panjang cangkang ≥1,5 cm lalu mulai dapat dikonsumsi saat mencapai panjang cangkang ≥3,5 cm, sehingga dalam penelitian ini, kelompok ukuran yang dipakai mulai dari kelompok ukuran 1,75 - 1,9 cm; 2,3 - 2,5 cm; 2,75 - 2,85 cm; 3,0 - 3,1 cm; dan 3,5 - 3,6 cm.


(39)

16

16

Sedikitnya dikumpulkan tiga ekor keong dalam tiap-tiap kelompok ukuran. Panjang cangkang diukur menggunakan jangka sorong (Gambar 6). Sebelum diuji, keong-keong tersebut terlebih dahulu diadaptasikan selama satu minggu dengan kondisi laboratorium dan diberi makan gulma yang akan diujikan. Hal itu bertujuan agar keong-keong uji terbiasa memakan ketiga gulma tersebut.

Gambar 6. Cara mengukur panjang cangkang (PC) (Teo 2004)

3.2.3. Pengujian dan pengukuran

Alat yang digunakan adalah stoples sebagai media uji, kain kasa, dan karet gelang sebagai penutup stoples. Kemudian gelas plastik, stopwatch, tisu gulung, kardus, alat tulis, termometer, dan timbangan disiapkan. Tisu gulung digunakan sebagai alat pengering yang dibentangkan di atas alas (kardus). Gelas plastik dipakai sebagai wadah penimbangan (media timbang). Stoples yang akan dipakai diberi keterangan dengan spidol agar lebih jelas. Keterangan yang dicantumkan adalah keong uji ke-n, panjang keong, dan jenis gulma. Gelas plastik yang akan dipakai ditimbang terlebih dahulu, lalu nilai hasil penimbangannya dicantumkan menggunakan spidol pada gelas tersebut.

Bahan yang diperlukan adalah air, keong murbei (Pomacea canaliculata), dan gulma air tenggelam (Cabomba caroliniana, Hydrilla verticilata, dan Egeria densa). Media uji yang digunakan adalah 15 buah stoples. Kemudian 15 stoples tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, sehingga tiap kelompok mendapat lima stoples. Setiap kelompok (lima stoples) menggunakan satu jenis gulma air dan setiap stoples berisi satu ekor keong dari kelompok ukuran panjang yang telah ditentukan sebelumnya. Pada rancangan percobaan ini tidak dilakukan


(40)

17

17

pengulangan karena terdapat kesulitan dalam memperoleh sampel dengan panjang cangkang yang homogen.

Tahap awal yang harus dilakukan adalah persiapan air. Sebelum dilakukan pengujian, air terlebih dahulu diisikan ke dalam masing-masing stoples yang telah ditandai. Banyaknya air yang dimasukan kira-kira hingga ketinggian air mencapai 15 cm. Kemudian keong-keong uji dimasukkan ke dalam stoples-stoples yang sudah ditentukan.

Gulma yang dipersiapkan untuk setiap spesies adalah 1,5 - 2 gram dalam satu pot. Cara penimbangan gulma ditunjukkan pada Gambar 7. Mula-mula dua rangkap tisu dibentangkan di atas alas (kardus), kemudian gulma-gulma tersebut ditiriskan dan diletakkan di atasnya lalu diselimuti dengan tisu kembali sebanyak dua rangkap. Penekanan dilakukan untuk membantu proses penyerapan air. Proses penyekaan ini dilakukan selama dua menit.

Gambar 7. Tahapan pengeringan gulma

Gulma-gulma yang telah diseka dimasukkan ke dalam gelas plastik (Gambar 8) kemudian ditimbang. Hasil penimbangan merupakan berat total gelas plastik dan tanaman dimasukan ke dalam setiap stoples. Berat basah mula-mula (w0) adalah selisih antara bobot total dan bobot gelas plastik.


(41)

18

18

Gambar 8. Tahapan penimbangan bobot basah gulma

Selanjutnya, tiap-tiap gulma diletakkan di dalam pot dan dimasukkan ke dalam setiap stoples yang telah berisi keong uji. Setiap stoples berisi satu pot kemudian stoples ditutup dengan kain kasa lalu diikat dengan karet gelang (Gambar 9).

Gambar 9. Keong murbei (Pomacea canaliculata) yang tengah diuji

Pengujian dilakukan di ruang semi tertutup. Selama pengujian dilakukan penambahan gulma, yaitu ketika terdapat gulma yang akan habis sebelum masa uji selesai.

Pengukuran suhu dilakukan setiap pagi-siang-malam pada pukul 09.00, 13.00, dan 21.00 WIB dengan tujuan untuk melihat kondisi kestabilan lingkungan. Setelah masa uji usai (tiga hari), dilakukan penimbangan bobot basah sisa-sisa


(42)

19

19

gulma yang tidak termakan dan pengukuran panjang cangkang setiap keong uji. Sisa gulma yang ditimbang adalah sisa yang berpotensi untuk tumbuh kembali. Proses penyekaan dan penimbangan sama dengan proses yang telah dilakukan sebelumnya. Upaya pengukuran panjang cangkang digunakan untuk memastikan kelompok ukuran panjang yang dipakai.

Pada hari pertama dilakukan penimbangan bobot basah masing-masing gulma yang dipakai (w0). Pada hari ketiga, bobot basah gulma yang tidak habis termakan keong ditimbang (w3) kembali. Nilai vorasitas selama tiga hari tersebut (wv) diperoleh dari selisih antara w0 dan w3 (wv = w0 – w3). Nilai wv dibagi tiga untuk mendapatkan nilai vorasitas per hari.

Selama ini belum ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa faktor reproduksi, perbedaan jenis kelamin, dan morfologi berpengaruh terhadap tingkat aktivitas Pomacea canaliculata. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini digunakan asumsi bahwa pengaruh ketiga faktor tersebut tidak diperhitungkan.

3.3. Analisis Data

Data hasil pengukuran selama percobaan harus diolah terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, hasil olah data tersebut diperlukan untuk mendapatkan nilai vorasitas dan pertambahan nilai vorasitas keong murbei terhadap C. caroliniana,

E. densa, dan V. spiralis. Analisis data yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.3.1. Pertambahan nilai vorasitas

Pertambahan nilai vorasitas adalah besarnya persen pertambahan nilai vorasitas yang timbul antara kelompok ukuran panjang yang satu dengan kelompok ukuran berikutnya. Pertambahan tersebut merupakan selisih antara nilai vorasitas kelompok ukuran panjang ke-(i+1) terhadap kelompok ukuran panjang ke-(i). Kemudian nilai tersebut dibagi dengan nilai vorasitas kelompok ukuran panjang ke-(i) dan dikalikan 100%.


(43)

20

20

3.3.2. Analisis statistik

Hasil suatu pengujian adalah proyeksi dari keberhasilan atau kegagalan. Proyeksi tersebut kerap diwujudkan dalam data. Kualitas data tersebut akan diketahui setelah dianalisis lebih lanjut.

Rancangan acak kelompok sangat baik bagi keheterogenan unit percobaan berasal dari suatu sumber keragaman. Kelompok yang dibentuk harus merupakan kumpulan dari unit-unit percobaan yang relatif homogen sedangkan keragaman antar kelompok diharapkan cukup tinggi. Penelitian ini menggunakan RAK dan Uji BNT. Analisis ragam yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis ragam dua arah tanpa pengulangan (ANOVA double factors without replication). Analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel sidik ragam yang dikenal dengan sebutan tabel ANOVA (Tabel 1). Model linier aditif dari rancangan kelompok dapat dituliskan sebagai berikut (Matjik dan Sumertajaya 2000).

Y

ij

= µ + τ

i

+ β

j

+ ε

ij

Keterangan:

i = perlakuan (i=1,2,3,. . . ) j = kelompok waktu (j=1,2,3,. . . )

Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok waktu ke-j

µ = rataan umum

τi = pengaruh perlakuan ke-i

βj = pengaruh kelompok waktu ke-j

εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i kelompok waktu ke-j Tabel 1. Analisis ragam dua arah tanpa pengulangan

Sumber Keragaman Derajat Bebas (dB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT)

F hitung F tabel

Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTS F(0,05;DBP;DBS) Kelompok r-1 JKK KTK KTK/KTS

Sisa (t-1)(r-1) JKS KTS Total Tr-1 JKT


(44)

21

21

Hipotesis yang dapat diuji dari rancangan di atas adalah sebagai berikut. Terdapat perbedaan nilai vorasitas (kerakusan) keong murbei (P. canaliculata) terhadap sekurang-kurangnya satu di antara tiga jenis gulma (Cabomba caroliniana, Vallisneria spiralis, dan Egeria densa).

3.3.3. Uji lanjut beda nyata terkecil (BNT)

Hipotesis dari perbandingan metode BNT adalah sebagai berikut: H0: µ1 = µ1 VS H1: µ1 ≠ µ1, dengan µ = rataan umum. Nilai kritis BNT diny atakan dengan rumus berikut ini.

BNT= t

(α/2)

x

√2KTS

n

Keterangan:

BNT = beda nyata terkecil

t(α/2) = nilai t tabel pada selang kepercayaan α/2 (α = 0,05) KTS = Kuadrat Tengah Sisa

n = jumlah ulangan

Jika masing-masing perlakuan memiliki ulangan yang sama, maka untuk semua pasangan perlakuan hanya diperlukan satu nilai BNT. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut. Jika beda absolut dari dua perlakuan lebih besar dari nilai BNT ([Iyi-Yi’I] > BNT), maka dapat disimpulkan bahwa kedua perlakuan tersebut berbeda nyata pada taraf α.


(45)

22

22

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan pengamatan selama penelitian diperoleh hasil pengukuran bobot sisa gulma air tenggelam (Lampiran 1). Data tersebut digunakan dalam penentuan nilai vorasitas keong murbei terhadap ketiga gulma air tenggelam yang diujikan.

Berikut ini adalah hasil penelitian nilai vorasitas Pomacea canaliculata

terhadap Cabomba carolinia, Vallisneria spiralis, dan Egeria densa yang dilakukan selama tiga hari (Tabel 2 dan Gambar 10). Pada penelitian ini digunakan beberapa asumsi yaitu, faktor reproduksi, morfologi, dan jenis kelamin terhadap aktivitas keong murbei tidak diperhitungkan.

Tabel 2. Nilai vorasitas Pomacea canaliculata terhadap Cabomba carolinia,

Vallisneria spiralis, dan Egeria densa

No. Kelompok ukuran panjang (cm)

Nilai vorasitas (g/hari)

Cabomba caroliniana

Vallisneria spiralis

Egeria densa

1. 1,75-1,9 0,4524 0,9541 0,3872 2. 2,3-2,5 0,8930 1,9263 0,7881 3. 2,75-2,85 1,0612 2,4862 1,4026 4. 3,0-3,1 1,2278 3,7400 1,8297 5. 3,5-3,6 1,9099 5,2169 2,3142

Berdasarkan hasil analisis ragam pada taraf α = 0,05 (Lampiran 2), tampak bahwa Fhitung > FTabel. Hal ini mengandung arti bahwa setidaknya terdapat satu

nilai vorasitas keong murbei (P. canaliculata) yang berbeda terhadap ketiga jenis gulma air tenggelam. Hasil analisis ragam juga menunjukkan bahwa setidaknya terdapat satu kelompok ukuran panjang yang menunjukkan nilai vorasitas yang berbeda terhadap kelompok ukuran panjang yang lain. Berdasarkan hasil uji lanjutan, yakni uji beda nyata terkecil (BNT) (Lampiran 3), nilai vorasitas keong murbei terhadap Vallisneria spiralis berbeda nyata serta lebih besar terhadap


(46)

23

23

Cabomba caroliniana dan Egeria densa. Sebaliknya, nilai vorasitas keong murbei terhadap Cabomba caroliniana dan Egeria densa tidak berbeda nyata.

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

1,75-1,9 2,3-2,5 2,75-2,85 3,0-3,1 3,5-3,6

Kelompok ukuran panjang (cm)

N il ai vor as it as ( g/ h ar i)

Gambar 10. Nilai vorasitas keong murbei terhadap ketiga gulma air tenggelam ( C. caroliniana V. spiralis E. densa)

Pertambahan nilai vorasitas (Tabel 3 dan Gambar 11) selama pengujian menunjukkan adanya kecenderungan penurunan pertambahan nilai vorasitas. Namun, penurunan tersebut bukan berarti menunjukkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi keong-keong murbei tersebut.

Tabel 3. Pertambahan nilai vorasitas Pomacea canaliculata terhadap Cabomba carolinia, Vallisneria spiralis, dan Egeria densa

No. kelompok ukuran panjang

Pertambahan nilai vorasitas (%)

Cabomba caroliniana Vallisneria spiralis Egeria densa

1-2 97,41 101,89 103,52

2-3 18,83 29,06 77,97

3-4 15,70 50,43 30,45


(47)

24 24 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

1-2 2-3 3-4 4-5

P er tam b ah an n il ai vor as it as ( % )

Kelompok ukuran panjang

Gambar 11. Pertambahan nilai vorasitas keong murbei terhadap ketiga gulma air tenggelam ( C. caroliniana V. spiralis E. densa)

4.2. Pembahasan

Ketiga jenis gulma yang dipakai merupakan gulma air tenggelam yang lebih disukai keong murbei (P. canaliculata) daripada gulma air mencuat (Bachman 1960, Bonetto & Tassara 1987 in Cazzaniga 2006). Namun diantara ketiganya, V. spiralis lebih disukai daripada C. caroliniana dan E. densa. Hasil yang ditampilkan pada Tabel 2 dan Gambar 10 tersebut menunjukkan bahwa nilai vorasitas keong murbei terhadap V. spiralis lebih besar dan berbeda nyata terhadap dua gulma lainnya.

Keong murbei sangat menyukai tunas-tunas muda dari famili rerumputan (Porte et al. 2006). Hal ini diduga karena keong murbei lebih menyukai struktur tanaman-tanaman tersebut. Struktur tunas muda tersebut lembut, tulang daun tipis dan rapuh, dan jaringan ikat yang mudah robek. Berdasarkan hasil observasi awal, keong murbei memiliki preferensi tertinggi terhadap daun pepaya (Carica papaya) yang memiliki struktur daun yang lebar, lembut, tidak keras, mudah robek, dan bertulang daun rapuh. Struktur daun antara daun pepaya dan tunas muda dari famili rerumputan memiliki sifat yang hampir sama.

Dibandingkan dengan dua jenis gulma air tenggelam lain yang diuji, V. spiralis memiliki struktur yang jauh lebih mirip famili rerumputan yang dimaksud dalam Porte et al. (2006). Secara fisik V. spiralis memiliki struktur daun yang


(48)

25

25

relatif lebar, lembut dan lunak, tulang daun yang tipis dan mudah patah, serta jaringan ikat yang mudah robek. Sebaliknya, daun E. densa memiliki kelembutan yang relatif sama dengan V. spiralis, tetapi memiliki tulang daun sangat lentur yang menyebabkan daun E. densa sulit dipatahkan. C. caroliniana mempunyai daun yang paling sempit dan hampir sulit dibedakan dengan tulang daunnya. Disamping itu, pertulangan daun C. caroliniana juga sangat lentur. Kelenturan itulah yang menyebabkan tulang-tulang daun tersebut sulit dipatahkan oleh keong murbei. Struktur fisik (batang dan percabangan batang) antara E. densa dan C. caroliniana hampir sama, tapi dengan struktur daun yang berbeda.

Di antara ketiga gulma air tenggelam yang diujikan, V. spiralis memiliki daun yang paling lebar dan tulang daun yang paling rapuh. Di samping itu, daun

E. densa lebih lebar daripada C. caroliniana. Diduga struktur fisik yang dimiliki oleh V. spiralis tersebut lebih disukai oleh keong murbei. Grafik nilai vorasitas keong murbei terhadap ketiga gulma air tenggelam (Gambar 10) menunjukkan bahwa keong murbei relatif lebih menyukai E. densa daripada C. caroliniana. Meskipun demikian, hasil uji BNT menunjukkan bahwa nilai vorasitas terhadap keduanya tidak berbeda nyata. Dengan kata lain, keong murbei memiliki preferensi yang sama terhadap E. densa dan C. caroliniana.

Suhu perairan yang terjadi selama penelitian berkisar antara 25-27oC (Lampiran 4) sesuai dengan habitat keong murbei. Selama penelitian berlangsung, suhu tertinggi terjadi pada malam hari dan suhu terendah terjadi di pagi hari. Fenomena tersebut diawali oleh lambatnya sirkulasi suhu dan udara pada ruangan uji yang semi tertutup, sehingga menyebabkan kalor siang hari tertahan sebagian ke dalam ruangan uji. Tingginya suhu perairan yang terjadi selama penelitian secara alami terjadi karena kontak langsung antara air dan udara ruangan sehingga air menyerap kalor dari suhu ruangan. Di samping itu, air memiliki kemampuan menyimpan kalor yang baik, sehingga proses hilangnya kalor yang diserap dapat dihambat dengan baik. Oleh sebab itu, suhu perairan tertinggi terdapat pada malam hari, sedangkan suhu terendah terdapat pada pagi hari.

Li (1995) in Min and Yan (2006), mengatakan bahwa suhu optimum bagi keong murbei berkisar antara 27,7 - 30,6oC. Kemudian, menurut Estebenet and


(49)

26

26

Cazzaniga (1992) in Cazzaniga (2006), keong murbei menyukai perairan yang bersuhu kamar antara 25 - 29oC. Namun, pada umumnya keong murbei sangat mudah beradaptasi dengan suhu lingkungannya. Hal ini ditunjukkan oleh keberhasilan penyebarannya yang sangat luas mulai dari habitat subtropis hingga tropis (Feng 1994, Halwart 1994, Ponce de Leon and Carpo 1994 in Min & Yan 2006).

Ketersediaan oksigen tidak menjadi problema dalam penelitian ini karena keong murbei memiliki kebiasaan untuk mengandalkan sifon yang mampu mengambil udara langsung dalam memenuhi kebutuhan oksigennya. Bahkan di alam, saat kandungan oksigen terlarut relatif rendah, keong murbei tetap aktif (Yin et al. 2000c in Min &Yan 2006).

Tabel 2 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa semakin besar ukuran tubuh keong murbei, semakin besar pula nilai vorasitasnya. Penyebab terjadinya hal itu tak lain karena pertumbuhan itu sendiri. Semakin besar tubuh keong murbei, semakin besar pula jumlah makanan yang dibutuhkan.

Estebenet and Martin (2002) mengatakan bahwa pola pertumbuhan dan reproduksi keong murbei di daerah subtropis terjadi secara berselang-seling pada suhu kamar 9 - 29oC. Di daerah tropis, pada suhu konstan 25oC, proses reproduksi terjadi setelah mengalami optimalisasi pertumbuhan (Gambar 12).

Gambar 12. Pola pertumbuhan dan reproduksi Pomacea canaliculata (Estebenet &Martin 2002)


(50)

27

27

Jumlah panah pada Gambar 12 menunjukkan kuantitas reproduksi yang terjadi dalam siklus hidup keong murbei. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi adalah suhu musiman dan makanan. Saat proses reproduksi berlangsung, laju pertumbuhan keong murbei di daerah tropis cenderung mengalami penurunan. Namun, di daerah subtropis, keong-keong dengan panjang cangkang di atas 3 cm mengalami proses reproduksi pada fase tercepat dalam pertumbuhannya (Estebenet & Cazzaniga 1992 in Estebenet & Martin 2002).

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 11, pertambahan nilai vorasitas keong murbei cenderung mengalami penurunan. Hal ini berkaitan erat dengan aktivitas metabolisme keong tersebut. Pada usia muda (kurang dari 2,5 cm), keong murbei cenderung lebih aktif serta memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat. Oleh sebab itu, pertambahan nilai vorasitas yang terjadi juga sangat besar. Sebaliknya, pada usia dewasa (lebih dari 2,5 cm) pertambahan nilai tersebut mulai menurun karena terjadi penurunan aktivitas dan laju pertumbuhan. Namun, pertambahan tersebut diduga akan meningkat kembali saat memasuki masa-masa reproduksi.

Dari hasil pengukuran pertambahan nilai vorasitas, proses reproduksi yang pertama terjadi pada ukuran lebih dari 2,5 cm. Grafik pada Gambar 11 menunjukkan adanya peningkatan pertambahan nilai vorasitas pada kelompok panjang 2 hingga 5 cm (2,3 – 3,5 cm). Keong murbei mulai mampu bereproduksi ketika mencapai ukuran minimum sekitar 2,5 cm. Kemudian fase reproduksi tersebut akan cenderung diikuti dengan turunnya laju pertumbuhan. Namun, di daerah subtropis, keong murbei mampu melakukan reproduksi bersama-sama dengan peningkatan laju pertumbuhan (Martin 1986, Estoy et al. 2002, Estebenet & Cazzaniga 1992 in Cazzaniga 2006). Dengan demikian, jika terjadi proses reproduksi, maka besar kemungkinan akan terjadi peningkatan pertambahan nilai vorasitas untuk mendapatkan energi yang lebih besar bagi metabolisme reproduksi dan pertumbuhan. Setelah masa reproduksi usai, pertambahan nilai vorasitas akan menurun kembali.

Keong-keong murbei yang terdapat di daerah tropis diduga melakukan hal yang sama dengan keong-keong murbei dari subtropis karena merupakan satu spesies yang sama. Namun, dengan kondisi lingkungan tropis yang cukup stabil;


(51)

28

28

keong-keong murbei tropis tidak berkesempatan untuk melaksanakan reproduksi pada saat yang bersamaan dengan masa pesatnya pertumbuhan. Tetapi, bukan berarti pertambahan nilai vorasitas keong murbei tropis menurun, melainkan tetap meningkat untuk dapat bereproduksi lebih cepat dan lebih sering daripada keong murbei subtropis. Hal tersebut dapat dilihat pada banyaknya jumlah panah pada Gambar 12.

Peningkatan pertambahan nilai vorasitas (Gambar 11) pada keong murbei yang memakan V. spiralis diduga menggambarkan proses reproduksi yang lebih cepat daripada yang lain. Hal tersebut terjadi pada kelompok ukuran panjang 3 – 4 cm (2,75 - 3,1 cm). Keong murbei yang memakan C. caroliniana, diduga memulai proses tersebut pada kelompok ukuran panjang 4-5 cm (3,1 - 3,6 cm). Keong murbei yang memakan E. densa, diduga akan memulai proses tersebut pada kelompok ukuran panjang 3,1 - 3,6 cm. Mengacu pada hasil pengamatan Estebenet and Cazzaniga (1992) in Estebenet and Martin (2002), penyebab cepatnya proses reproduksi yang terjadi pada keong murbei yang memakan V. spiralis diduga adalah kualitas makanan (V. spiralis) keong murbei.

Dalam penelitian ini belum dapat ditentukan ukuran pasti yang menunjukkan awal terjadinya penurunan atau stagnasi nilai vorasitas karena ukuran panjang keong murbei yang diujikan hanya terbatas pada ukuran konsumsi (lebih besar atau sama dengan 3,5 cm). Ukuran panjang minimum keong murbei yang dipakai dalam penelitian ini adalah sekitar 1,5 cm, mengacu pada hasil observasi awal serta pengamatan Halwart (1994), Schnorbach (1995) in

Cazzaniga (2006).

Selama ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai kandungan bahan kimia (aroma dan rasa) yang disukai keong murbei yang terdapat dalam makanannya (gulma). Oleh karena itu belum dapat diketahui pengaruh kandungan bahan kimia tersebut terhadap nilai vorasitas keong murbei. Selain itu, diduga kandungan bahan kimia tersebut berpengaruh juga terhadap pertumbuhan keong murbei. Namun, waktu yang digunakan dalam penelitian terlalu singkat untuk melihat pengaruh pertumbuhan tersebut.

Keong murbei yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kecamatan Dramaga, Bogor yang diambil secara acak dalam satu populasi. Dalam populasi


(52)

29

29

tersebut, terdapat tiga tipe morfologi keong murbei yang memiliki bentuk fisik cangkang berbeda (Lampiran 5). Tipe 1 memiliki warna cangkang coklat dengan pita spiral yang tegas, tipe 2 bercangkang kuning polos kehijauan, dan tipe 3 memiliki warna cangkang kuning terang dengan pita spiral yang tipis.

Di antara ketiga tipe keong tersebut cenderung tidak terdapat perbedaan aktivitas dan kualitas biologi. Secara genetik, perbedaan morfologi tersebut dimungkinkan terjadi dalam satu populasi atau satu garis keturunan. Sebagai contoh, sepasang keong murbei yang berwarna kuning polos dapat menghasilkan ketiga tipe cangkang tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa perbedaan morfologi tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan populasi atau kelompok. Pada umumnya, keong murbei yang memiliki pita spiral lebih aktif dan lebih konsumtif dibandingkan dengan keong murbei yang bercangkang kuning polos, walaupun berasal dari satu spesies yang sama (Marwoto RM, 21 Februari 2009, komunikasi pribadi).

Di lain pihak, di beberapa tempat, perbedaan tipe cangkang tersebut merupakan indikasi dari populasi yang berbeda. Populasi tersebut pada umumnya memiliki preferensi habitat yang berbeda (Marwoto RM, 21 Februari 2009, komunikasi pribadi). Namun, ketiga tipe keong murbei yang digunakan dalam penelitian berasal dari habitat dan populasi yang sama. Diduga bahwa tidak adanya perbedaan populasi, aktivitas, dan kualitas metabolisme yang terjadi pada keong-keong yang berasal dari Dramaga tersebut disebabkan oleh peleburan genetik kedua populasi tersebut. Oleh sebab itu dalam penelitian ini perbedaan morfologi tersebut diabaikan.


(53)

30

30

5.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Keong murbei (Pomacea canaliculata) pada semua kelompok ukuran panjang menunjukkan nilai vorasitas tertinggi terhadap Vallisneria spiralis

dibandingkan Egeria densa dan Cabomba caroliniana. Nilai vorasitas keong murbei terhadap E. densa tidak berbeda nyata terhadap C. caroliniana.

5.2. Saran

Selama ini belum ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa faktor reproduksi, perbedaan jenis kelamin, dan morfologi berpengaruh terhadap tingkat aktivitas Pomacea canaliculata. Di samping itu, juga belum pernah dilakukan penelitian mengenai kandungan bahan kimia (aroma dan rasa) yang disukai keong murbei yang terdapat dalam makanannya (gulma). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menyertakan hal-hal tersebut.


(54)

31

31

DAFTAR PUSTAKA

Arefjev O. 2009. Vallisneria spiralis (wasserschraube). [terhubung berkala]. [18 Feb 2009].

Baoanan ZG & Pagulayan RC. 2006. Taxonomy of golden apple snails (Ampullariidae), p. 25-36. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Cazzaniga NJ. 2006. Pomacea canaliculata: Harmless and useless in its natural realm (Argentina), p. 37-60. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Choudhuri GN 1966. Seed germination and flowering in Vallisneria spiralis. Northwest Sience 40(1): 31-35.

Cowie RH, Hayes KA, & Thiengo SC. 2006. What are apple snails? Confused taxonomy and some preliminary resolution, p. 3-24. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Der Wasserpflanzenversand Fur. 2009. Cabomba caroliniana. [terhubung berkala].

Ding BY, Gao SQ, Jiang WM & Jin XF. 2005. Invasion and spreading of

Cabomba caroliniana revealed by RAPD markers. Chinese Journal of Oceanology and Limnology 23(4): 406-413.

[ECAN] Environment Canterbury. 2008. Chatham islands pest management strategy 2008-2018. [terhubung berkala]

Estebenet AL & Martin PR. 2002. Pomacea canaliculata (Gastropoda: Ampullariidae): life-history traits and their plasticity. Biocell 26(1):83-89.


(55)

32

32

Hendarsih-Suharto, Heryanto, Marwoto RM, Mulyadi, & Siwi SS. 2006. The golden apple snail, Pomacea spp., in Indonesia, p. 231-242. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Islam, AKMN. 2008. Aquatic weeds. [terhubung berkala]. http://banglapedia. search.cm.bd/HT/w_0045htm. [18 Jan 2009].

[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2009. Cabomba caroliniana

Rpt?search_topic=TSN&search_value=18408 [13 Jan 2009].

Jacobs SW & Sainty GR. 1988. Waterplants in Australia. Sainty & Associates Pty Ltd. Darlinghurst, Australia. p. 5-9.

Matjik AA & Sumertajaya M. 2000. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Bogor. 73-76 hlm.

Min W & Yan X. 2006. The golden apple snail (Pomacea canaliculata) in China, p. 285-289. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Porte D, Uphoff N, & Verzola R. 2006. Using golden apple snails for weed control, p. 505-506. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Ranamukhaarachchi SL & Wickramasinghe S. 2006. Golden apple snails in the world: Introduction, impact, and control measures, p. 133-152. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Teo SS. 2004. Biology of The Golden Apple Snail, Pomacea canaliculata

(Lamarck, 1822), with emphasis on responses to certain environmental conditions in Sabah, Malaysia. Moluscan Research 24: 139-148.

The Apple Snail Website. 2008. Pomacea (pomacea) canaliculata (Lamarck, 1819). [terhubung berkala]


(56)

33

33

The Nature Conservancy of Vermont, Vermont Department of Environmental Conservation, Vermont Department of Fish and Wildlife, dan Vermont Department of Forests, Parks and Recreation. 2003. Vermont invasive exotic plant fact sheet. [terhubung berkala]

Van TK, Wheeler GS, & Center TD. 1999. Competition between Hydrilla verticillata and Vallisneria americana as influenced by soil fertility. Aquatic Botany 62: 225-233.

Wikipedia. 2009. Egeria densa. [terhubung berkala]

Wikipedia. 2009. Vallisneria spiralis. [terhubung berkala]. http://en.wikipedia. org/wiki/Vallisneria_spiralis [18 Feb 2009].

Zipcodezoo. 2008. Vallisneria americana (american eelgrass, american wildcelery, eel grass, eel-grass, eelgrass, tape grass, watercelery). [terhubung berkala]


(57)

34

34


(58)

35

35

Lampiran 1. Hasil pengukuran bobot sisa gulma air tenggelam selama tiga hari penelitian di laboratorium

No. Panjang cangkang keong (cm)

C. caroliniana w0 (gr) w3 (gr) 1. 1,9 8,7979 7,4408 2. 2,5 10,3257 7,6466 3. 2,85 15,7993 12,6157 4. 3,1 17,5778 13,8945 5. 3,6 20,4318 14,702

No. Panjang cangkang keong (cm)

V. spiralis w0 (gr) w3 (gr) 1. 1,75 9,7677 6,9053 2. 2,3 10,9899 5,2109 3. 2,75 14,3448 6,8862 4. 3,0 19,3321 8,112 5. 3,5 24,5479 8,8971

No. Panjang cangkang keong (cm)

E. densa w0 (gr) w3 (gr) 1. 1,85 8,5523 7,3906 2. 2,4 11,6743 9,3100 3. 2,8 16,8732 12,6655 4. 3,0 16,9471 11,4581 5. 3,5 19,3111 12,3684

Keterangan:

w0 = Bobot gulma awal


(59)

36

36

Lampiran 2. Tabel sidik ragam nilai vorasitas P. canaliculata terhadap Cabomba carolinia, Vallisneria spiralis, dan Egeria densa

Sumber keragaman Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F hitung F tabel Kelompok ukuran panjang 4 11,5569 2,8892 7,8162 3,8400 Jenis gulma air tenggelam 2 9,0834 4,5417 12,2866 4,4600 Galat 8 2,9572 0,3696

Total 14 23,5974

Anova: Two-Factor Without Replication

SUMMARY Count Sum Average Variance

Row 1 3 1,7937 0,5979 0,0962 Row 2 3 3,6075 1,2025 0,3957 Row 3 3 4,9500 1,6500 0,5536 Row 4 3 6,7975 2,2658 1,7205 Row 5 3 9,4411 3,1470 3,2542 Column 1 5 5,5443 1,1089 0,2839 Column 2 5 14,3236 2,8647 2,7433 Column 3 5 6,7218 1,3444 0,6013

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Rows 11,5569 4 2,8892 7,8162 0,0072 3,8379 Columns 9,0834 2 4,5417 12,2866 0,0036 4,4590 Error 2,9572 8 0,3696

Total 23,5974 14

Lampiran 3. Uji beda nyata terkecil nilai vorasitas P. canaliculata terhadap C. carolinia, V. spiralis, dan E. densa

Jenis gulma Rataan D BNT (α=0,05) Beda

C. caroliniana 1.1089 E. densa-C. caroliniana 0,2355 < 0.8867 Tak nyata

V. spiralis 2.8647 V. spiralis-C. caroliniana 1,7559 > 0.8867 Nyata


(60)

37

37

Lampiran 4. Suhu air selama penelitian nilai vorasitas P. canaliculata terhadap

C. carolinia, V. spiralis, dan E. densa

Pukul (WIB) Suhu (

o

C)

T0 T1 T2 T3 09.00 - 25,1 25,0 25,2 13.00 25,8 26,0 25,9 26,0 21.00 26,6 26,7 27,0 -


(1)

32

Hendarsih-Suharto, Heryanto, Marwoto RM, Mulyadi, & Siwi SS. 2006. The golden apple snail, Pomacea spp., in Indonesia, p. 231-242. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Islam, AKMN. 2008. Aquatic weeds. [terhubung berkala]. http://banglapedia. search.cm.bd/HT/w_0045htm. [18 Jan 2009].

[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2009. Cabomba caroliniana Rpt?search_topic=TSN&search_value=18408 [13 Jan 2009].

Jacobs SW & Sainty GR. 1988. Waterplants in Australia. Sainty & Associates Pty Ltd. Darlinghurst, Australia. p. 5-9.

Matjik AA & Sumertajaya M. 2000. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Bogor. 73-76 hlm.

Min W & Yan X. 2006. The golden apple snail (Pomacea canaliculata) in China, p. 285-289. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Porte D, Uphoff N, & Verzola R. 2006. Using golden apple snails for weed control, p. 505-506. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Ranamukhaarachchi SL & Wickramasinghe S. 2006. Golden apple snails in the world: Introduction, impact, and control measures, p. 133-152. In: Joshi RC & Sebastian LS (eds.). Global advances in ecology and management of golden apple snails. Phil Rice, Ingeneria, FAO. Manila, Filipina.

Teo SS. 2004. Biology of The Golden Apple Snail, Pomacea canaliculata (Lamarck, 1822), with emphasis on responses to certain environmental conditions in Sabah, Malaysia. Moluscan Research 24: 139-148.

The Apple Snail Website. 2008. Pomacea (pomacea) canaliculata (Lamarck, 1819). [terhubung berkala]


(2)

The Nature Conservancy of Vermont, Vermont Department of Environmental Conservation, Vermont Department of Fish and Wildlife, dan Vermont Department of Forests, Parks and Recreation. 2003. Vermont invasive exotic plant fact sheet. [terhubung berkala]

Van TK, Wheeler GS, & Center TD. 1999. Competition between Hydrilla verticillata and Vallisneria americana as influenced by soil fertility. Aquatic Botany 62: 225-233.

Wikipedia. 2009. Egeria densa. [terhubung berkala]

Wikipedia. 2009. Vallisneria spiralis. [terhubung berkala]. http://en.wikipedia. org/wiki/Vallisneria_spiralis [18 Feb 2009].

Zipcodezoo. 2008. Vallisneria americana (american eelgrass, american wildcelery, eel grass, eel-grass, eelgrass, tape grass, watercelery). [terhubung berkala]


(3)

34


(4)

Lampiran 1. Hasil pengukuran bobot sisa gulma air tenggelam selama tiga hari penelitian di laboratorium

No. Panjang cangkang keong (cm)

C. caroliniana w0 (gr) w3 (gr)

1. 1,9 8,7979 7,4408

2. 2,5 10,3257 7,6466

3. 2,85 15,7993 12,6157

4. 3,1 17,5778 13,8945

5. 3,6 20,4318 14,702

No. Panjang cangkang keong (cm)

V. spiralis w0 (gr) w3 (gr)

1. 1,75 9,7677 6,9053

2. 2,3 10,9899 5,2109

3. 2,75 14,3448 6,8862

4. 3,0 19,3321 8,112

5. 3,5 24,5479 8,8971

No. Panjang cangkang keong (cm)

E. densa w0 (gr) w3 (gr)

1. 1,85 8,5523 7,3906

2. 2,4 11,6743 9,3100

3. 2,8 16,8732 12,6655

4. 3,0 16,9471 11,4581

5. 3,5 19,3111 12,3684

Keterangan:

w0 = Bobot gulma awal


(5)

36

Lampiran 2. Tabel sidik ragam nilai vorasitas P. canaliculata terhadap Cabomba carolinia, Vallisneria spiralis, dan Egeria densa

Sumber keragaman Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F hitung F tabel Kelompok ukuran panjang 4 11,5569 2,8892 7,8162 3,8400 Jenis gulma air tenggelam 2 9,0834 4,5417 12,2866 4,4600

Galat 8 2,9572 0,3696

Total 14 23,5974

Anova: Two-Factor Without Replication

SUMMARY Count Sum Average Variance Row 1 3 1,7937 0,5979 0,0962 Row 2 3 3,6075 1,2025 0,3957 Row 3 3 4,9500 1,6500 0,5536 Row 4 3 6,7975 2,2658 1,7205 Row 5 3 9,4411 3,1470 3,2542 Column 1 5 5,5443 1,1089 0,2839 Column 2 5 14,3236 2,8647 2,7433 Column 3 5 6,7218 1,3444 0,6013

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit Rows 11,5569 4 2,8892 7,8162 0,0072 3,8379 Columns 9,0834 2 4,5417 12,2866 0,0036 4,4590

Error 2,9572 8 0,3696

Total 23,5974 14

Lampiran 3. Uji beda nyata terkecil nilai vorasitas P. canaliculata terhadap C. carolinia, V. spiralis, dan E. densa

Jenis gulma Rataan D BNT (α=0,05) Beda

C. caroliniana 1.1089 E. densa-C. caroliniana 0,2355 < 0.8867 Tak nyata V. spiralis 2.8647 V. spiralis-C. caroliniana 1,7559 > 0.8867 Nyata E. densa 1.3444 V. spiralis-E. densa 1,5204 > 0.8867 Nyata


(6)

Lampiran 4. Suhu air selama penelitian nilai vorasitas P. canaliculata terhadap C. carolinia, V. spiralis, dan E. densa

Pukul (WIB) Suhu (

o

C)

T0 T1 T2 T3

09.00 - 25,1 25,0 25,2

13.00 25,8 26,0 25,9 26,0

21.00 26,6 26,7 27,0 -